8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Aktivitas Belajar

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Aktivitas Belajar Matematika
a. Pengertian Aktivitas
Menurut Mulyono (2001:26), aktivitas artinya kegiatan atau
keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang
terjadi baik fisik maupun non fisik, merupakan suatu aktivitas. Menurut
Sriyono (1992:75), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan
baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar
mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk
belajar.
Rosseau dalam Sadirman (2001:94) memberikan penjelasan bahwa
dalam kegiatan belajar segala pengetahuan harus diperoleh dengan
pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, baik secara rohani maupun
teknis. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif
sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.
Sudjana (2005:105) berpendapat bahwa kegiatan belajar / aktivitas belajar
sebagai proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik
yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan,
peserta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik.
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan
mengembangkan bakat yang dimiliki. Siswa juga dapat berlatih untuk
berfikir kritis dan berani mengutarakan pendapat dalam kegiatan
pembelajaran dan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa
aktivitas
pembelajaran
adalah
dengan
kegiatan
yang
pengamatan
dilakukan
dan
dalam
penyelidikan
proses
untuk
mengembangkan potensi belajar siswa (kognitif, afektif dan psikomotorik)
sehingga timbul minat, gairah dan semangat untuk terlibat dalam proses
8
9
belajar atau pembelajaran dan bahkan memeliki rasa keinginan belajar
mandiri untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.
b. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari sekaligus kebutuhan
manusia untuk terus mempertahankan hidup. Secara Psikologis, belajar
merupakan suatu proses perolehan pengetahuan sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungan dlam memenuhi kebutuhan. Menurut Paul Suparno
(2008: 61) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses aktif yang dialami
siswa untuk mengkonstruksi arti yang berupa teks dialog, pengalaman fisis,
dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan
menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian
yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan.
Belajar berhubungan dengan apa yang sudah dimiliki oleh siswa.
Trianto (2011: 13) menyatakan bahwa dalam belajar siswa harus
menemukan
sendiri
dan
mentransformasikan
informasi
kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi.
Berdasarkan pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa
belajar merupakan proses kegiatan yang disengaja dimana siswa terlibat
aktif dalam mengkonstruksi informasi-informasi yang belum diketahui
dengan
informasi-informasi
yang
ada,
membangun
ide,
serta
menghubungkan ide menjadi suatu pengetahuan.
c. Pengertian Matematika
Erman Suherman (2003: 16) berpendapat bahwa matematika
adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar dan lebih
menekankan pada aktifitas rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain
lebih menekankan hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika
terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide,
proses, dan penalaran. Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang
tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di
10
mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum,
karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
Johnson
dan
mengemukakan
Rising
bahwa
dalam
Erman
matematika
adalah
Suherman
pola
(2003:
berpikir,
16)
pola
mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa
yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan
akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa
simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. R. Soedjadi (2000:11),
mengemukakan bahwa ada beberapa definisi matematika yaitu sebagai
berikut.
a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan teorganisir
secara sistematik.
b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
c) Matematika
adalah
pengetahuan
tetang
penalaran
logik
dan
berhubungan dengan bilangan.
d) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis.
f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah ilmu pengetahuan eksak yang teorganisasi secara
sistematik mulai dari logika, bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep
yang berhubungan dengan satu dan yang lainnya dan pembuktian
matematika dibangun dengan penalaran deduktif.
d. Aktivitas Belajar Matematika
Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara dua manusia,
siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak pembimbing dan
pengarah.
Suatu proses belajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat
membangkitkan aktivitas belajar yang efektif. Meskipun syarat utama
suksesnya pengajaran adalah hasilnya, akan tetapi harus diingat bahwa
11
dalam menilai atau menerjemahkan hasil harus secara cermat dan tepat
dengan memperhatikan prosesnya, karena dalam proses inilah siswa
beraktivitas.
Seorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan
berarti anak itu tidak berfikir. Oleh karena itu, agar anak berfikir sendiri
maka aktivitas belajar perlu dipacu agar mendukung proses belajarnya
(Sardiman, 2014: 98).
Aktivitas tersebut tidak saling terpisahkan satu sama lain, sebab
untuk mempelajari mata pelajaran memerlukan aktivitas belajar yang
saling berhubungan.
Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh
Paul B. Diedric dalam Sardiman (2014:101) adalah sebagai berikut:
1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang
lain.
2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,
member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi, interupsi.
3) Listening
activities,
sebagai
contoh
mendengarkan
uraian,
percakapan, diskusi, music, pidato.
4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,
laporan, angket, menyalin.
5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,
berkebun, beternak.
7) Mental
activities,
sebagai
contoh
misalnya
menanggapi,
mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan,
mengambil keputusan.
12
8) Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Setiap guru mengetahui bahwa keterlibatan siswa secara aktif
dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan agar belajar menjadi
efektif dan dapat mencapai hasil yang diinginkan. Salah satu keberhasilan
siswa dalam melakukan aktivitas belajarnya dapat diketahui melalui
lamanya waktu yang dibutuhkan dalam aktivitasnya mempelajari bahan
belajar yang diberikan. Selain itu, aktivitas belajar siswa dapat diketahui
dari respon siswa terhadap bahan ajar yang diberikan.
Aktivitas belajar matematika adalah keaktifan kegiatan serta
kesibukan siswa dalam belajar matematika. Dalam proses belajar sangat
diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin
proses pembelajaran berlangsung dengan baik.
Pada penelitian ini indikator aktivitas belajar matematika siswa
adalah dapat melakukan jenis-jenis aktivitas dalam belajar 1) Visual
activities, 2) Oral Activities, 3) Writing Activities, 4) Writing Activities,
dan
5)
Mental
Activities.
Pemilihan
indikator
tersebut
dengan
mempertimbangkan kondisi kelas yang ada.
Berdasarkan kutipan diatas maka dibuat sub-sub indikator
sebagai ciri
adanya
aktivitas
yang dilakukan
siswa
agar
tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Selanjutnya sub-sub indikator tersebut
digunakan sebagai indikator pada lembar observasi aktivitas siswa.
Sub-sub indikator yang dimaksud adalah:
1) Visual activities
a. Memperhatikan penjelasan guru saat menyampaikan materi
pembelajaran
b. Memperhatikan pendapat/jawaban siswa lain
2) Oral activities
a. Menyampaikan pendapat saat presentasi maupun jawaban
dari pertanyaan yang diajukan
13
b. Bertanya kepada guru apabila terdapat materi yang belum
dipahami
3) Writing activities
a. Mencatat materi pembelajaran dan latihan soal maupun
permasalahan yang dibahas
b. Mengerjakan soal-soal latihan
4) Listening activities
a. Mendengarkan penjelasan dari guru
b. Mendengarkan penjelasan teman saat presentasi
5) Mental activities
a. Menganalisis
dan
memecahkan
permasalahan
yang
diberikan guru
b. Memberi
tanggapan
atas
pendapat
teman
maupun
presentasi kelompok lain
2.
Prestasi Belajar Matematika
a. Prestasi
Ada beberapa ahli yang mengungkapkan pendapatnya mengenai
pengertian
prestasi.
Menurut
Sutratinah
Tirtonegoro
(2001:43)
menyatakan bahwa, prestasi adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar
mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun
kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai dalam periode
tertentu. Selain itu, menurut Muhibbin Syah (2005:141), prestasi adalah
tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam sebuah program. Sedangkan menurut Winkel (2009:161), prestasi
adalah bukti usaha yang telah dicapai manusia.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah melalui proses
usaha yang dilakukan pada waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk
symbol, angka yang telah ditetapkan dalam sebuah program
14
b. Prestasi belajar matematika
Berdasarkan pengertian prestasi, belajar, dan matematika yang telah
diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah
hasil yang dicapai siswa setelah melalui proses pembelajaran matematika
dalam menemukan, mengkonstruksi pengetahuan-pengetahuan baru yang
dinyatakan dalam bentuk nilai yang berupa simbol-simbol baik angka, huruf
maupun kalimat yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan
pola piker siswa secara bernalar dalam proses pembelajaran Matematika.
Pada proses belajar mengajar, selain prestasi belajar dapat diamati
juga bertambahnya kompetensi siswa yang meliputi kecakapan sosial,
bertambah pengetahuan kognitif, serta keterampilan. Kemampuan berpikir
individu berlandaskan pada fungsi otak disebut dengan domain kognitif
(Iskandar, 2012). Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar dapat dilihat
dari hasil belajarnya. Hasil dari proses belajar tersebut dapat dinilai melalui
evaluasi. Menurut Sudjana (2011: 22) hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Secara garis besar Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah,
yaitu: (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, (3) ranah psikomotor.
Kemampuan kognitif bisa diartikan sebagai kemampuan individu
untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk
pemecahan masalah yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar.
Oleh karena itu pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar
kemampuan kognitif para siswa dapat berfungsi secara positif dan
bertanggung jawab. Kompetensi kognitif dijadikan ukuran berhasil atau
tidaknya proses belajar siswa di sekolah dengan instrumen tes tertentu.
Dalam penelitian ini prestasi belajar matematika yang akan diteliti
adalah hasil belajar pada ranah kognitif
15
3.
Model pembelajaran MMP
a. Model Pembelajaran
Menurut Joyce dalam Trianto (2007:5), model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum,dan lain-lain. Setiap model pembelajaran
mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran sedemikian sehingga
tujuan pembelajaran tercapai.
Menurut Lambas,dkk (2004: 4), model pembelajaran mempunyai
empat ciri-ciri khusus:
1) Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya
2) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3) Tingkah laku memberikan pembelajaran yang diperlukan agar
model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
itu tercapai
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar serta digunakan sebagai
pedoman
dalam
merencanakan
pembelajaran
sehingga
tujuan
pembelajaran tercapai.
b. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
Dalam suatu proses pembelajaran terdapat berbagai komponen
pembelajaran yang harus dikembangkan dalam upaya mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran dan keberhasilan siswa dalam belajar.
Komponen-komponen
tersebut
diantaranya
guru,
siswa,
model
pembelajaran, metode pembelajaran serta sumber dan media pembelajaran
(Rohaeti, 2009:13). Sebagai salah satu komponen pembelajaran, pemilihan
model
pembelajaran
akan
sangat
menunjang
pencapaian
tujuan
pembelajaran. Saat ini terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat
16
diterapkan dalam pembelajaran matematika. Salah satu diantaranya adalah
model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP).
Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
merupakan suatu model yang didesain untuk membantu guru dalam hal
efektivitas penggunaan latihan-latihan agar siswa mencapai peningkatan
yang luar biasa. Latihan-latihan yang dimaksud adalah lembar tugas
proyek (Rohaeti, 2009:13).
Menurut Convey dalam Krismanto (2003:12) model pembelajaran
Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan model pembelajaran
yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami
konsep,
menyelesaikan
soal,
dan
memecahkan
masalah-masalah
matematika hingga pada akhirnya siswa mampu menyusun jawaban
sendiri karena banyaknya pengalaman yang dimiliki dalam menyelesaikan
latihan soal. Latihan yang dimaksud adalah sederetan soal atau perintah
untuk mengembangkan suatu idea tau konsep sistematis.
Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan salah satu model
pembelajaran terstruktur seperti halnya pada pada Struktur Pengajaran
Matematika (SPM). Secara sederhana tahapan atau langkah kegiatan
dalam Struktur Pengajaran Matematika adalah sebagai berikut:
1) Pendahuluan: apersepsi, revisi, motivasi, introduksi
2) Pembelajaran konsep atau prinsip
3) Penerapan:
pelatihan
penggunaan
konsep
atau
prinsip,
pengembangan skill dan evaluasi
4) Penutupan: penyusunan rangkuman dan penugasan
Sedangkan tahapan atau langkah pembelajaran pada model MMP
ini ada lima yaitu review, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork atau
kerja mandiri, dan penugasan atau pekerjaan rumah (bila perlu).
17
Langkah-langkah dari model pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP) adalah sebagai berikut:
1) Review
Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah meninjau ulang
pelajaran lalu terutama berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari pada pembelajaran tersebut, membahas soal pada PR
(jika ada) yang dianggap sulit oleh siswa, serta membangkitkan
motivasi siswa.
2) Pengembangan
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan berupa penyajian ide
baru dan perluasan konsep matematika terdahulu, penjelasan,
diskusi, serta demonstrasi dengan contoh konkrit. Maksudnya
adalah menyampaikan materi baru yang merupakan kelanjutan dari
maeri sebelumnya. Kegiatan ini juga dapat dilakukan melalui
diskusi kelas, karena pengembangan akan lebih baik jika
dikombinasikan dengan latihan terkontrol untuk meyakinkan
bahwa siswa mengikuti dan paham mengenai penyajian materi ini.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui diskusi kelas.
3) Latihan terkontrol
Pada langkah ini siswa diminta membentuk suatu kelompok untuk
merespon soal atau menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
diawasi oleh guru. Pengawasan ini berguna untuk mencegah
terjadinya
miskonsepsi
pada
pembelajaran.
Guru
harus
memasukkan rincian khusus tanggung jawab kelompok dan
ganjaran individual berdasarkan pencapaian materi yang dipelajari.
Dari kegiatan belajar ini dapat diketahui bagaimana setia siswa
bekerja.
4) Seat work / kerja mandiri
Pada langkah ini siswa secara individu atau dalam kelompok
belajar merespon soal untuk latihan atau perluasan konsep yang
18
telah dipelajari pada langkah pengembangan. Dari tahap ini, guru
mengetahui seberapa besar materi yang mereka pahami.
5) Penugasan/PR
Langkah kelima ini merupakan langkah terakhir dari model MMP.
Pada langkah ini, siswa beserta guru bersama-sama membuat
kesimpulan (rangkuman) atas materi pembelajaran yang telah
didapatkan. Rangkuman ini bertujuan untuk mengingatkan siswa
mengenai materi yang baru saja didapatkan. Selain itu, guru juga
memberikan penugasan kepada siswa berupa PR sebagai latihan
tambahan untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi
tersebut.
Model pembelajaran MMP memiliki karakteristik adanya lembar
tugas. Lembar tugas ini dimaksudkan untuk memperbaiki komunikasi,
penalaran, ketrampilan membuat keputusan dan ketrampilan dalam
memecahkan masalah serta dilaksanakan dalam waktu tertentu. Tugas
proyek dapat dilakukan di luar atau di dalam kelas. Tugas ini juga dapat
dilakukan secara individu maupun kelompok.
Selain karakteristik dalam model ini siswa juga belajar kooperatif
dan kemandirian siswa. Model ini menekankan siswa diberikan tugas yang
berisi sederetan soal ataupun perintah untuk mengembangkan suatu ide
atau konsep matematika. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki
komunikasi, penalaran, hubungan interpersonal, keterampilan membuat
keputusan dan keterampilan memecahkan masalah. Tugas ini dapat
diselesaikan secara individu (pada langkah seat work), berkelompok (pada
langkah latihan terkontrol) atau bersama-sama dengan seluruh siswa dalam
kelas (pada langkah pengembangan). Jadi tugas proyek matematika
meruapakan suatu tugas yang meminta siswa menghasilkan sesuatu oleh
diri siswa sendiri.
19
Menurut Muschla (Aisyah, 2009), tugas proyek pada model
Missouri Mathematics Project (MMP) ini diharapkan dapat:
1) Memungkinkan siswa menjadi aktif dan kreatif dalam menerima
pengetahuan.
2) Menghendaki
siswa
menggunakan,
mengintegrasikan
dan
menerapkan dalam mentransfer berbagai informasi dan keterangan
yang berbeda-beda dalam proyek.
3) Menghendaki siswa terlibat dalam prosedur-prosedur seperti
investigasi dan inkuiri (menemukan).
4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk merumuskan pertanyaan
mereka sendirian kemudian mencoba menjawabnya.
5) Memberikan siswa masalah-masalah sebagai cara alternatif
mendemonstrasikan pembelajaran dan kompetensi siswa.
6) Memberi kesempatan untuk berinteraksi secara positif dan
bekerjasama dengan teman sekelasnya.
7) Memberikan forum bagi siswa untuk berbagi pengetahuan dan
kepandaian mereka dengan siswa lain.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model MMP
adalah suatu model pembelajaran dengan alur yang dimulai dari meninjau
ulang informasi yang dimiliki siswa (review), memperluas konsep siswa
(pengembangan), memberikan latihan secara terkontrol dengan arahan
(latihan terkontrol), memberikan latihan secara mandiri (seatwork), dan
dilanjutkan dengan memberikan tugas dirumah bila dirasa perlu
(penugasan).
4.
Pendekatan Scientific
a. Pengertian pendekatan dalam pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat berarti aturan pembelajaran yang
berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran
belajar. Selain itu pendekatan pembelajaran merupakan arah suatu
20
kebijaksanaan yang ditempuh guru atau siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran dilihat dari bagaimana materi disajikan.
Ada beberapa macam pendekatan yang digunakan dalam proses
belajar mengajar yaitu pendekatan expository, pendekatan kontekstual,
pendekatan konstruktivisme, pendekatan deduktif-induktif, pendekatan
kosep, pendekatan proses atau pendekatan ilmiah, dan sebagainya. Tetapi,
Kemdikbud menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada Kurikulum
2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
ilmiah (scientific).
b. Pendekatan Scientific
Pendekatan scientific yaitu dalam proses pembelajaran terdiri dari tahap
mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta (Kurniasih dan B.Sani ,2014: 46). Sejalan dengan hal di atas
menurut permendikbud no. 58 tahun 2014 lampiran III, langkah
pembelajaran terdiri dari 5 pengalaman belajar pokok yakni :
1) Mengamati
2) Menanya
3) Mengumpulkan informasi
4) Mengasosiasi/menalar
5) Membentuk jarring (mengkomunikasikan)
Kemendikbud juga menjelaskan pendekatan ilmiah (scientific
appoach) dalam pembelajaran meliputi:
a.
Observing (Mengamati)
Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan
konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses
mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat,
mendengar, membaca, dan atau menyimak.
b.
Questioning (Menanya)
Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun
pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum dan
teori. Tujuannnya agar siswa memiliki kemampuan berpikir kritis, logis,
21
aktif dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diksusi
dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok
memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa
sendiri, termasuk dengan menggunakan bahasa daerah.
c.
Associating (Menalar)
Mengasosiasi
berisi
kegiatan
mengolah
informasi
yang
sudah
dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori,
mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait
dalam rangka menemukan suatu pola dan menyimpulkan. Kegiatan dapat
dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan
tertentu sehingga siswa melakukan aktifitas antara lain menganalisis data,
mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/
mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik.
Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi memungkinkan siswa aktif
berfikir.
d.
Experimenting (Mencoba)
Kegiatan mencoba/mengumpulkan data bermanfaat untuk meningkatkan
keingintahuan siswa untuk memperkuat pemahaman konsep dan prinsip/
prosedur dengan mengumpulkan data, mengembangkan keaktifan,
kreatifitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup
merencanakan, merancang,mengeksplorasi, mencoba, serta memperoleh,
menyajikan, dan mengolah data.
e.
Networking (Mengkomunikasikan)
Jejaring pembelajaran atau pembelajaran kolaboratif merupakan suatu
kegiatan menyajikan laporan yang meliputi proses, hasil dan kesimpulan
lisan. Kegiatan ini juga berisi interaksi dan gaya hidup manusia
memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara
baik dan disengaja untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan
guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya,
peserta didiklah yang harus lebih aktif.
22
Kemdikbud (2013: 192) menyampaikan proses pembelajaran disebut
ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:
a.
Materi pembelajaran berbasis fenomena yang dapat dijelaskan dengan
logika
b.
Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta
didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c.
Mendorong peserta didik untuk dapat berpikir kritis dan memecahkan
masalah.
d.
Melatih peserta didik untuk merumuskan hipotesis dari fenomena
e.
Mendorong peserta didik mampu memahami dan menerapkan materi
pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari
f.
Berbasis
pada
konsep,
teori,
dan
fakta
empiris
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.
g.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara jelas
Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi
berpusat pada siswa, memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari,
menganalisis, menyimpulkan konsep, pengetahuan, dan prinsip. Selain itu,
pembelajaran dapat mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir
siswa dan meningkatkan aktivitas belajar siswa maupun guru dalam
mengajar. Siswa juga terlatih untuk menyampaikan pendapat dalam
pembelajaran.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan maka dapat
dikatakan bahwa pendekatan scientific adalah pendekatan secara ilmiah yang
mencakup komponen-komponen yang mencerminkan metode ilmiah.
Komponen tersebut dapat berupa kegiatan mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan membentuk jejaring yang dapat mengasah ranah sikap,
keterampilan dan pengetahuan siswa. Siswa dituntun untuk berusaha
memperoleh suatu data atau informasi, menganalisisnya dan menarik suatu
kesimpulan sehingga mendapatkan suatu konsep.
23
5.
Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dengan
Pendekatan Scientific
Dalam penelitian ini langkah-langkah pembelajaran dengan strategi
MMP yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Fase Review
a. Guru melakukan apersepsi, dengan cara membimbing siswa untuk
mengingat kembali mengenai materi sebelumnya melalui pertanyaanpertanyaan dari materi sebelumnya (mengamati, menanya);
b. Guru mengumpulkan variasi pendapat siswa tentang jawaban
pertanyaan siswa, kemudian merevisi jawaban siswa apabila pendapat
siswa salah dan memberi penguatan apabila pendapat siswa
benar(menalar);
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran;
d. Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang manfaat mempelajari
materihari ini;
e. Guru bersama siswa membahas pekerjaan rumah (jika ada).
2. Fase Pengembangan
a. Siswa diberikan pembelajaran berupa pemberian materi oleh guru,
dapat disajikan dalam media maupun penjelasan (mengamati);
b. Guru
memberikan
demonstrasi
kepada
siswa
tentang
materi
(mengamati);
c. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai cakupan materi
(menanya);
d. Guru memberikan permasalahan kontekstual kepada siswa yang
nantinya bisa dijadikan project setelah mendapatkan pemahaman
(menalar).
3. Fase Kerja Kooperatif
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kemudian siswa
kerja kelompok untuk ini perlu diberikan batasan waktu misal 15-20
menit;
24
b. Guru membagi lembar kerja kelompok (LKK) dan meminta kelompok
untuk mendiskusikan permasalahan yang ada pada LKK (menalar,
mengkomunikasikan);
c. Selama siswa menyelesaikan soal yang ada pada LKK guru keliling
untuk memberikan penjelasan jika ada kelompok yang bertanya
(menalar, mengkomunikasikan);
d. Wakil-wakil kelompok diminta maju untuk mempresentasikan hasil
pekerjaannya. Sementara itu kelompok lain diberikan kesempatan untuk
memberikan tanggapan dan masukan (mengkomunikasikan);
e. Jika diperlukan guru perlu memberikan penjelasan mengenai materi
yang belum dapat dipahami oleh siswa (networking);
f. Guru dan siswa menyimpulkan bersama apa yang diperoleh dari hasil
diskusi (networking).
4. Fase Seatwork
a. Guru member perluasan konsep pada langkah pengembangan dengan
memberikan latihan secara mandiri (mencoba).
5. Fase Penugasan
a. Guru
memberikan
pekerjaan
rumah
berkaitan
dengan
materi
pembelajaran pada pertemuan hari ini atau berupa soal review kepada
siswa dan diminta untuk mengumpulkan pada pertemuan berikutnya.
b. Guru meminta siswa untuk belajar materi selanjutnya.
6.
Operasi Aljabar
Aljabar adalah salah satu cabang matematika yang mempelajari
tentang pemecahan masalah menggunakan simbol-simbol sebagai pengganti
konstanta atau variabel.
a. Koefisien, Variabel, Konstanta dan Suku
1) Variabel
Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum
diketahui nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga dengan
25
peubah. Variabel biasanya dilambangkan dengan huruf (abjad)
kecil
Contoh :
Suatu bilangan jika dikalikan 5 kemudian dikurangi 3 hasilnya
adalah 12 maka bentuk matematikanya
. x disini
merupakan variabel yang melambangkan suatu bilangan yang
belum diketahui
2) Konstanta
Suku dari suatu bentuk aljabar yang merupakan bilangan tidak
memuat variabel disebut konstanta.
Contoh:
konstanta dari bentuk aljabar disamping
adalah -8 karena merupakan suku yang tidak memuat variabel
3) Koefisien
Koefisien pada bentuk aljabar adalah faktor konstanta dari suatu
suku pada bentuk aljabar.
Contoh:
koefisien dari
adalah 3
4) Suku
Suku adalah variabel beserta koefisiennya atau konstanta pada
bentuk aljabar yang dipisahkan oleh operasi jumlah atau selisih.
Contoh:
Bentuk aljabar disamping mempunyai 3 suku
yaitu
,
dan 8
5) Suku sejenis
Suku sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat
sama.
Contoh:
suku
disamping adalah
sejenis
dan
b. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar
dari
bentuk
aljabar
26
Syarat operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar yaitu hanya
dapat dilakukan jika suku-sukunya sejenis.
Cara menyelesaikan Operasi Penjumlahan dan Pengurangan dalam bentuk
aljabar :
a) Kelompokkan suku-suku yang sejenis.
b) Menjumlahkan atau mengurangkan koefisien pada suku-suku yang
sejenis.
Contoh: Tentukan hasil penjumlahan bentuk aljabar berikut
dan
(
)
(
)
c. Perkalian
1) Perkalian antara konstanta dengan bentuk aljabar
Pada himpunan bilangan bulat berlaku sifat distributive perkalian yaitu
(
)
(
atau
)
. Sifat ini akan
dipakai untuk menyelesaikan perkalian suatu konstanta dengan bentuk
aljabar suku dua. Perkalian suatu bilangan konstanta k dengan bentuk
aljabar suku satu dan suku dua dinyatakan sebagai berikut:
(
)
(
)
(
)
Contoh: Tentukan hasil perkalian (
(
)
)
2) Perkalian antara dua bentuk aljabar
 Cara I: hukum distributif
(
)(
)
(
)
(
(
)
)
27
 Cara II: skema
(x + a) (x + b)
(
)(
)
(
)
d. Pembagian
Pembagian bentuk aljabar dapat dikerjakan dengan pembagian bersusun.
Contoh :
Pengerjaan secara bersusun sebagai berikut :
B. Hasil penelitian yang relevan
Miftakhul
Jannah
(2013)
dalam
skripsinya
yang
berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
untuk Meningkatkan Pemahaman dan Sikap Positif Siswa SMK Kelas XI
Pada Materi Fungsi” diperoleh data pada tes siklus I presentase siswa yang
tuntas sebesar 90% dan pada siklus II presentase siswa mengalami
peningkatan sebanyak 2,5% menjadi 92,5%. Sedangkan hasil observasi dua
observer pada siklus I dihasilkan rata-rata presentase sikap positif siswa
mencapai 90,90% dan pada tes siklus II tidak mengalami peningkatan sikap
28
positif siswa. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan model tersebut
meningkatkan pemahaman dan sikap positif siswa pada materi fungsi.
Selain itu Dian Pramesti (2007) dalam skripsinya yang berjudul
Peningkatan Aktivitas dan Kreativitas Siswa dalam Belajar Matematika
Melalui Pendekatan Heuristik. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan
aktivitas siswa dalam belajar matematika melalui pendekatan heuristik
sampai 75%, meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar matematika
melalui pendekatan heuristik sampai 75% dan meningkatkan daya serap kelas
VII B SMP Islam Al Hadi sampai 75%. Diperoleh data Hasil penelitian ini,
adalah 1) aktivitas bertanya meningkat, yaitu sebelum adanya penelitian
29,27%, pada putaran I 43,90%, putaran II 58,54%, putaran III 68,29%,
putaran IV 80,48%. Aktivitas menjawab pertanyaan guru meningkat, yaitu
sebelum adanya penelitian 24,39%, pada putaran I 41,46%, putaran II
56,10%, putaran III 65,85%, putaran IV 78,05%. Aktivitas mengerjakan soalsoal latihan di depan kelas meningkat, yaitu sebelum adanya penelitian
29,27%, pada putaran I 46,34%, putaran II 60,98%, putaran III 70,73%,
putaran
IV
82,93%,
2)
kreativitas
siswa
dalam
mengeluarkan
ide/pendapat/gagasan meningkat, yaitu sebelum adanya penelitian 24,39%,
pada putaran I 39,02%, putaran II 53,66%, putaran III 63,41%, putaran IV
75,61%, 3) daya serap kelas VII B meningkat, yaitu sebelum adanya
tindakan, siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebesar 21,95%, pada putaran I
36,58%, putaran II 46,34%, putaran III 60,97%, putaran IV 80,48%.
C. Kerangka Berfikir
Seperti yang dikemukakan pada latar belakang masalah, dalam
pembelajaran matematika proses pembelajaran harus saling timbal balik
antara guru dan siswa, sehingga siswa juga dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Akan tetapi adanya guru yang masih menggunakan model
pembelajaran langsung menyebabkan siswa cepat bosan saat proses
pembelajaran berlangsung karena siswa tidak terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Akibatnya, tidak semua siswa dapat terlayani dengan baik
29
kebutuhan belajarnya, dan guru tidak dapat mengevaluasi ketercapaian siswa
dalam menyerap materi yang diberikan. Hal itu yang diduga menyebabkan
siswa kelas VIII A SMPN 1 Karangnongko memiliki aktivitas dan
kemampuan kognitif matematika yang rendah.
Rendahnya aktivitas belajar matematika terlihat pada siswa kurang
memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh guru untuk menanyakan hal
yang blum dipahami maupun mencoba menyelesaikan masalah yang
diberikan oleh guru. Sehingga pembelajaran didominasi guru. Siswa terlihat
malas untuk memperhartikan guru dan berbicara sendiri dengan teman
sebangkunya. Ketika diberi kesempatan untuk mendiskusikan suatu hal siswa
kurang aktif memberikan kontribusi dalam kelompoknya dan mengandalkan
teman sekelompoknya. Dimungkinkan rendahnya kemampuan kognitif siswa
karena proses pembelajaran yang kurang sesuai.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan
aktivitas belajar Matematika dan kemampuan kognitif siswa. Salah satu
pembelajaran aktif yang diharapkan dapat menjadi alternatif untuk
meningkatkan aktifitas belajar matematika dan kemampuan kognitif siswa
adalah model Missouri Mathematics Project (MMP). Model pembelajaran ini
menerapkan lima tahapan dalam proses pembelajarannya yaitu review,
pengembangan, kerja kooperatif (latihan terkontrol, seatwork (kerja mandiri),
dan penugasan (PR). Model pembelajaran ini merupakan salah satu model
pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan aktivitas belajar dan
kemampuan siswa dalam memahami konsep, menyelesaikan soal dan
memecahkan masalah-masalah Matematika hingga pada akhirnya siswa
mampu menyusun jawaban mereka karena banyaknya pengalaman yang
dimiliki peserta didik dalam menyelesaikan soal pada latihan. Latihan yang
dimaksud adalah sederetan soal atau perintah untuk mengembangkan suatu
ide atau konsep sistematis yang diharapkan dapat meningkatkan penalaran
dan aktivitas siswa.
Adanya unsur kerja kooperatif dan kerja mandiri dalam model
pembelajaran ini diharapkan siswa dapat lebih banyak latihan baik secara
30
mandiri maupun kelompok sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dan
meminimalisir kesulitan siswa sehingga siswa lebih terampil dalam
mengerjakan beragam soal secara mandiri.
Kondisi akhir yang diharapkan dengan menerapkan model
pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dalam proses belajar
mengajar adalah aktivitas dan prestasi belajar matematika dapat meningkat,
sehingga siswa akan memenuhi dan mencapai hasil belajar yang memuaskan.
31
Kerangka berpikir penelitian ini dapat disusun dengan skema sebagai berikut:
KONDISI AWAL
(Sebelum Penerapan
Pembelajaraan MMP
dengan pendekatan
scientific)
TINDAKAN
(penerapan
pembelajaran MMP
dengan pendekatan
scientific)
KONDISI AKHIR
(yang diharapkan
setelah penerapan
pembelajaran MMP
dengan scientific)
1. Pembelajaran masih berpusat pada guru.
2. Aktivitas pembelajaran matematika siswa
masih rendah.
3. Prestasi belajar matematika siswa terhadap
pembelajaran matematika masih rendah.
Langkah-langkah:
1. Review
Guru meninjau ulang pelajaran terutama
berkaitan dengan materi yang akan dipelajari
untuk menarik minat dan membangkitkan rasa
ingin tahu siswa.
2. Pengembangan
Kegiatan yang dilakukan berupa penyajian ide
baru dan perluasan konsep matematika
terdahulu,
penjelasan,
diskusi,
serta
demonstrasi dengan contoh konkrit.
3. Latihan Terkontrol
langkah ini siswa diminta membentuk suatu
kelompok untuk merespon soal atau
menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
diawasi oleh guru.
4. Seatwork/Latihan Mandiri
Langkah ini siswa secara individu merespon
soal untuk latihan atau perluasan konsep yang
telah dipelajari pada langkah pengembangan.
5. Penugasan/PR
Siswa diajak membuat rangkuman atau bisa
diberi tugas untuk dikerjakan dirumah bila
perlu.
Aktivitas dan prestasi belajar matematika
siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Karangnongko tahun ajaran 2014/2015 pada
materi Operasi Aljabar meningkat.
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
32
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian yang masih harus diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh
melalui suatu penelititan. Berdasarkan perumusan masalah, kajian teori dan
kerangka berfikir, maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan yaitu penerapan
model pembelajaran MMP dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan
prestasi belajar matematika kelas VIII A SMP Negeri 1 Karangnongko Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Download