BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Aktivitas Belajar Matematika a. Pengertian Aktivitas Menurut Mulyono (2001:26), aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik, merupakan suatu aktivitas. Menurut Sriyono (1992:75), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Rosseau dalam Sadirman (2001:94) memberikan penjelasan bahwa dalam kegiatan belajar segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Sudjana (2005:105) berpendapat bahwa kegiatan belajar / aktivitas belajar sebagai proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, peserta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimiliki. Siswa juga dapat berlatih untuk berfikir kritis dan berani mengutarakan pendapat dalam kegiatan pembelajaran dan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas pembelajaran adalah dengan kegiatan yang pengamatan dilakukan dan dalam penyelidikan proses untuk mengembangkan potensi belajar siswa (kognitif, afektif dan psikomotorik) sehingga timbul minat, gairah dan semangat untuk terlibat dalam proses 8 9 belajar atau pembelajaran dan bahkan memeliki rasa keinginan belajar mandiri untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. b. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan sehari-hari sekaligus kebutuhan manusia untuk terus mempertahankan hidup. Secara Psikologis, belajar merupakan suatu proses perolehan pengetahuan sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dlam memenuhi kebutuhan. Menurut Paul Suparno (2008: 61) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses aktif yang dialami siswa untuk mengkonstruksi arti yang berupa teks dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Belajar berhubungan dengan apa yang sudah dimiliki oleh siswa. Trianto (2011: 13) menyatakan bahwa dalam belajar siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Berdasarkan pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses kegiatan yang disengaja dimana siswa terlibat aktif dalam mengkonstruksi informasi-informasi yang belum diketahui dengan informasi-informasi yang ada, membangun ide, serta menghubungkan ide menjadi suatu pengetahuan. c. Pengertian Matematika Erman Suherman (2003: 16) berpendapat bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar dan lebih menekankan pada aktifitas rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di 10 mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif. Johnson dan mengemukakan Rising bahwa dalam Erman matematika adalah Suherman pola (2003: berpikir, 16) pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. R. Soedjadi (2000:11), mengemukakan bahwa ada beberapa definisi matematika yaitu sebagai berikut. a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan teorganisir secara sistematik. b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c) Matematika adalah pengetahuan tetang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. d) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis. f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan eksak yang teorganisasi secara sistematik mulai dari logika, bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan dengan satu dan yang lainnya dan pembuktian matematika dibangun dengan penalaran deduktif. d. Aktivitas Belajar Matematika Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara dua manusia, siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak pembimbing dan pengarah. Suatu proses belajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat membangkitkan aktivitas belajar yang efektif. Meskipun syarat utama suksesnya pengajaran adalah hasilnya, akan tetapi harus diingat bahwa 11 dalam menilai atau menerjemahkan hasil harus secara cermat dan tepat dengan memperhatikan prosesnya, karena dalam proses inilah siswa beraktivitas. Seorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berfikir. Oleh karena itu, agar anak berfikir sendiri maka aktivitas belajar perlu dipacu agar mendukung proses belajarnya (Sardiman, 2014: 98). Aktivitas tersebut tidak saling terpisahkan satu sama lain, sebab untuk mempelajari mata pelajaran memerlukan aktivitas belajar yang saling berhubungan. Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B. Diedric dalam Sardiman (2014:101) adalah sebagai berikut: 1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato. 4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7) Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 12 8) Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Setiap guru mengetahui bahwa keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan agar belajar menjadi efektif dan dapat mencapai hasil yang diinginkan. Salah satu keberhasilan siswa dalam melakukan aktivitas belajarnya dapat diketahui melalui lamanya waktu yang dibutuhkan dalam aktivitasnya mempelajari bahan belajar yang diberikan. Selain itu, aktivitas belajar siswa dapat diketahui dari respon siswa terhadap bahan ajar yang diberikan. Aktivitas belajar matematika adalah keaktifan kegiatan serta kesibukan siswa dalam belajar matematika. Dalam proses belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Pada penelitian ini indikator aktivitas belajar matematika siswa adalah dapat melakukan jenis-jenis aktivitas dalam belajar 1) Visual activities, 2) Oral Activities, 3) Writing Activities, 4) Writing Activities, dan 5) Mental Activities. Pemilihan indikator tersebut dengan mempertimbangkan kondisi kelas yang ada. Berdasarkan kutipan diatas maka dibuat sub-sub indikator sebagai ciri adanya aktivitas yang dilakukan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selanjutnya sub-sub indikator tersebut digunakan sebagai indikator pada lembar observasi aktivitas siswa. Sub-sub indikator yang dimaksud adalah: 1) Visual activities a. Memperhatikan penjelasan guru saat menyampaikan materi pembelajaran b. Memperhatikan pendapat/jawaban siswa lain 2) Oral activities a. Menyampaikan pendapat saat presentasi maupun jawaban dari pertanyaan yang diajukan 13 b. Bertanya kepada guru apabila terdapat materi yang belum dipahami 3) Writing activities a. Mencatat materi pembelajaran dan latihan soal maupun permasalahan yang dibahas b. Mengerjakan soal-soal latihan 4) Listening activities a. Mendengarkan penjelasan dari guru b. Mendengarkan penjelasan teman saat presentasi 5) Mental activities a. Menganalisis dan memecahkan permasalahan yang diberikan guru b. Memberi tanggapan atas pendapat teman maupun presentasi kelompok lain 2. Prestasi Belajar Matematika a. Prestasi Ada beberapa ahli yang mengungkapkan pendapatnya mengenai pengertian prestasi. Menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001:43) menyatakan bahwa, prestasi adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai dalam periode tertentu. Selain itu, menurut Muhibbin Syah (2005:141), prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Sedangkan menurut Winkel (2009:161), prestasi adalah bukti usaha yang telah dicapai manusia. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah melalui proses usaha yang dilakukan pada waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk symbol, angka yang telah ditetapkan dalam sebuah program 14 b. Prestasi belajar matematika Berdasarkan pengertian prestasi, belajar, dan matematika yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa setelah melalui proses pembelajaran matematika dalam menemukan, mengkonstruksi pengetahuan-pengetahuan baru yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang berupa simbol-simbol baik angka, huruf maupun kalimat yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan pola piker siswa secara bernalar dalam proses pembelajaran Matematika. Pada proses belajar mengajar, selain prestasi belajar dapat diamati juga bertambahnya kompetensi siswa yang meliputi kecakapan sosial, bertambah pengetahuan kognitif, serta keterampilan. Kemampuan berpikir individu berlandaskan pada fungsi otak disebut dengan domain kognitif (Iskandar, 2012). Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil dari proses belajar tersebut dapat dinilai melalui evaluasi. Menurut Sudjana (2011: 22) hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Secara garis besar Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu: (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, (3) ranah psikomotor. Kemampuan kognitif bisa diartikan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk pemecahan masalah yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif para siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab. Kompetensi kognitif dijadikan ukuran berhasil atau tidaknya proses belajar siswa di sekolah dengan instrumen tes tertentu. Dalam penelitian ini prestasi belajar matematika yang akan diteliti adalah hasil belajar pada ranah kognitif 15 3. Model pembelajaran MMP a. Model Pembelajaran Menurut Joyce dalam Trianto (2007:5), model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum,dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran sedemikian sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Menurut Lambas,dkk (2004: 4), model pembelajaran mempunyai empat ciri-ciri khusus: 1) Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya 2) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai 3) Tingkah laku memberikan pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil 4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu tercapai Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar serta digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai. b. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Dalam suatu proses pembelajaran terdapat berbagai komponen pembelajaran yang harus dikembangkan dalam upaya mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dan keberhasilan siswa dalam belajar. Komponen-komponen tersebut diantaranya guru, siswa, model pembelajaran, metode pembelajaran serta sumber dan media pembelajaran (Rohaeti, 2009:13). Sebagai salah satu komponen pembelajaran, pemilihan model pembelajaran akan sangat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Saat ini terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat 16 diterapkan dalam pembelajaran matematika. Salah satu diantaranya adalah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP). Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan suatu model yang didesain untuk membantu guru dalam hal efektivitas penggunaan latihan-latihan agar siswa mencapai peningkatan yang luar biasa. Latihan-latihan yang dimaksud adalah lembar tugas proyek (Rohaeti, 2009:13). Menurut Convey dalam Krismanto (2003:12) model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep, menyelesaikan soal, dan memecahkan masalah-masalah matematika hingga pada akhirnya siswa mampu menyusun jawaban sendiri karena banyaknya pengalaman yang dimiliki dalam menyelesaikan latihan soal. Latihan yang dimaksud adalah sederetan soal atau perintah untuk mengembangkan suatu idea tau konsep sistematis. Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan salah satu model pembelajaran terstruktur seperti halnya pada pada Struktur Pengajaran Matematika (SPM). Secara sederhana tahapan atau langkah kegiatan dalam Struktur Pengajaran Matematika adalah sebagai berikut: 1) Pendahuluan: apersepsi, revisi, motivasi, introduksi 2) Pembelajaran konsep atau prinsip 3) Penerapan: pelatihan penggunaan konsep atau prinsip, pengembangan skill dan evaluasi 4) Penutupan: penyusunan rangkuman dan penugasan Sedangkan tahapan atau langkah pembelajaran pada model MMP ini ada lima yaitu review, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork atau kerja mandiri, dan penugasan atau pekerjaan rumah (bila perlu). 17 Langkah-langkah dari model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) adalah sebagai berikut: 1) Review Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah meninjau ulang pelajaran lalu terutama berkaitan dengan materi yang akan dipelajari pada pembelajaran tersebut, membahas soal pada PR (jika ada) yang dianggap sulit oleh siswa, serta membangkitkan motivasi siswa. 2) Pengembangan Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan berupa penyajian ide baru dan perluasan konsep matematika terdahulu, penjelasan, diskusi, serta demonstrasi dengan contoh konkrit. Maksudnya adalah menyampaikan materi baru yang merupakan kelanjutan dari maeri sebelumnya. Kegiatan ini juga dapat dilakukan melalui diskusi kelas, karena pengembangan akan lebih baik jika dikombinasikan dengan latihan terkontrol untuk meyakinkan bahwa siswa mengikuti dan paham mengenai penyajian materi ini. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui diskusi kelas. 3) Latihan terkontrol Pada langkah ini siswa diminta membentuk suatu kelompok untuk merespon soal atau menjawab pertanyaan yang diberikan dengan diawasi oleh guru. Pengawasan ini berguna untuk mencegah terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran. Guru harus memasukkan rincian khusus tanggung jawab kelompok dan ganjaran individual berdasarkan pencapaian materi yang dipelajari. Dari kegiatan belajar ini dapat diketahui bagaimana setia siswa bekerja. 4) Seat work / kerja mandiri Pada langkah ini siswa secara individu atau dalam kelompok belajar merespon soal untuk latihan atau perluasan konsep yang 18 telah dipelajari pada langkah pengembangan. Dari tahap ini, guru mengetahui seberapa besar materi yang mereka pahami. 5) Penugasan/PR Langkah kelima ini merupakan langkah terakhir dari model MMP. Pada langkah ini, siswa beserta guru bersama-sama membuat kesimpulan (rangkuman) atas materi pembelajaran yang telah didapatkan. Rangkuman ini bertujuan untuk mengingatkan siswa mengenai materi yang baru saja didapatkan. Selain itu, guru juga memberikan penugasan kepada siswa berupa PR sebagai latihan tambahan untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi tersebut. Model pembelajaran MMP memiliki karakteristik adanya lembar tugas. Lembar tugas ini dimaksudkan untuk memperbaiki komunikasi, penalaran, ketrampilan membuat keputusan dan ketrampilan dalam memecahkan masalah serta dilaksanakan dalam waktu tertentu. Tugas proyek dapat dilakukan di luar atau di dalam kelas. Tugas ini juga dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Selain karakteristik dalam model ini siswa juga belajar kooperatif dan kemandirian siswa. Model ini menekankan siswa diberikan tugas yang berisi sederetan soal ataupun perintah untuk mengembangkan suatu ide atau konsep matematika. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki komunikasi, penalaran, hubungan interpersonal, keterampilan membuat keputusan dan keterampilan memecahkan masalah. Tugas ini dapat diselesaikan secara individu (pada langkah seat work), berkelompok (pada langkah latihan terkontrol) atau bersama-sama dengan seluruh siswa dalam kelas (pada langkah pengembangan). Jadi tugas proyek matematika meruapakan suatu tugas yang meminta siswa menghasilkan sesuatu oleh diri siswa sendiri. 19 Menurut Muschla (Aisyah, 2009), tugas proyek pada model Missouri Mathematics Project (MMP) ini diharapkan dapat: 1) Memungkinkan siswa menjadi aktif dan kreatif dalam menerima pengetahuan. 2) Menghendaki siswa menggunakan, mengintegrasikan dan menerapkan dalam mentransfer berbagai informasi dan keterangan yang berbeda-beda dalam proyek. 3) Menghendaki siswa terlibat dalam prosedur-prosedur seperti investigasi dan inkuiri (menemukan). 4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk merumuskan pertanyaan mereka sendirian kemudian mencoba menjawabnya. 5) Memberikan siswa masalah-masalah sebagai cara alternatif mendemonstrasikan pembelajaran dan kompetensi siswa. 6) Memberi kesempatan untuk berinteraksi secara positif dan bekerjasama dengan teman sekelasnya. 7) Memberikan forum bagi siswa untuk berbagi pengetahuan dan kepandaian mereka dengan siswa lain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model MMP adalah suatu model pembelajaran dengan alur yang dimulai dari meninjau ulang informasi yang dimiliki siswa (review), memperluas konsep siswa (pengembangan), memberikan latihan secara terkontrol dengan arahan (latihan terkontrol), memberikan latihan secara mandiri (seatwork), dan dilanjutkan dengan memberikan tugas dirumah bila dirasa perlu (penugasan). 4. Pendekatan Scientific a. Pengertian pendekatan dalam pembelajaran Pendekatan pembelajaran dapat berarti aturan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Selain itu pendekatan pembelajaran merupakan arah suatu 20 kebijaksanaan yang ditempuh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pengajaran dilihat dari bagaimana materi disajikan. Ada beberapa macam pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu pendekatan expository, pendekatan kontekstual, pendekatan konstruktivisme, pendekatan deduktif-induktif, pendekatan kosep, pendekatan proses atau pendekatan ilmiah, dan sebagainya. Tetapi, Kemdikbud menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific). b. Pendekatan Scientific Pendekatan scientific yaitu dalam proses pembelajaran terdiri dari tahap mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta (Kurniasih dan B.Sani ,2014: 46). Sejalan dengan hal di atas menurut permendikbud no. 58 tahun 2014 lampiran III, langkah pembelajaran terdiri dari 5 pengalaman belajar pokok yakni : 1) Mengamati 2) Menanya 3) Mengumpulkan informasi 4) Mengasosiasi/menalar 5) Membentuk jarring (mengkomunikasikan) Kemendikbud juga menjelaskan pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran meliputi: a. Observing (Mengamati) Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak. b. Questioning (Menanya) Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori. Tujuannnya agar siswa memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, 21 aktif dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diksusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri, termasuk dengan menggunakan bahasa daerah. c. Associating (Menalar) Mengasosiasi berisi kegiatan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola dan menyimpulkan. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktifitas antara lain menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/ mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi memungkinkan siswa aktif berfikir. d. Experimenting (Mencoba) Kegiatan mencoba/mengumpulkan data bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa untuk memperkuat pemahaman konsep dan prinsip/ prosedur dengan mengumpulkan data, mengembangkan keaktifan, kreatifitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang,mengeksplorasi, mencoba, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data. e. Networking (Mengkomunikasikan) Jejaring pembelajaran atau pembelajaran kolaboratif merupakan suatu kegiatan menyajikan laporan yang meliputi proses, hasil dan kesimpulan lisan. Kegiatan ini juga berisi interaksi dan gaya hidup manusia memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. 22 Kemdikbud (2013: 192) menyampaikan proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini: a. Materi pembelajaran berbasis fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika b. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. c. Mendorong peserta didik untuk dapat berpikir kritis dan memecahkan masalah. d. Melatih peserta didik untuk merumuskan hipotesis dari fenomena e. Mendorong peserta didik mampu memahami dan menerapkan materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara jelas Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi berpusat pada siswa, memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari, menganalisis, menyimpulkan konsep, pengetahuan, dan prinsip. Selain itu, pembelajaran dapat mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa dan meningkatkan aktivitas belajar siswa maupun guru dalam mengajar. Siswa juga terlatih untuk menyampaikan pendapat dalam pembelajaran. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan maka dapat dikatakan bahwa pendekatan scientific adalah pendekatan secara ilmiah yang mencakup komponen-komponen yang mencerminkan metode ilmiah. Komponen tersebut dapat berupa kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring yang dapat mengasah ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa. Siswa dituntun untuk berusaha memperoleh suatu data atau informasi, menganalisisnya dan menarik suatu kesimpulan sehingga mendapatkan suatu konsep. 23 5. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dengan Pendekatan Scientific Dalam penelitian ini langkah-langkah pembelajaran dengan strategi MMP yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Fase Review a. Guru melakukan apersepsi, dengan cara membimbing siswa untuk mengingat kembali mengenai materi sebelumnya melalui pertanyaanpertanyaan dari materi sebelumnya (mengamati, menanya); b. Guru mengumpulkan variasi pendapat siswa tentang jawaban pertanyaan siswa, kemudian merevisi jawaban siswa apabila pendapat siswa salah dan memberi penguatan apabila pendapat siswa benar(menalar); c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran; d. Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang manfaat mempelajari materihari ini; e. Guru bersama siswa membahas pekerjaan rumah (jika ada). 2. Fase Pengembangan a. Siswa diberikan pembelajaran berupa pemberian materi oleh guru, dapat disajikan dalam media maupun penjelasan (mengamati); b. Guru memberikan demonstrasi kepada siswa tentang materi (mengamati); c. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai cakupan materi (menanya); d. Guru memberikan permasalahan kontekstual kepada siswa yang nantinya bisa dijadikan project setelah mendapatkan pemahaman (menalar). 3. Fase Kerja Kooperatif a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kemudian siswa kerja kelompok untuk ini perlu diberikan batasan waktu misal 15-20 menit; 24 b. Guru membagi lembar kerja kelompok (LKK) dan meminta kelompok untuk mendiskusikan permasalahan yang ada pada LKK (menalar, mengkomunikasikan); c. Selama siswa menyelesaikan soal yang ada pada LKK guru keliling untuk memberikan penjelasan jika ada kelompok yang bertanya (menalar, mengkomunikasikan); d. Wakil-wakil kelompok diminta maju untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Sementara itu kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan dan masukan (mengkomunikasikan); e. Jika diperlukan guru perlu memberikan penjelasan mengenai materi yang belum dapat dipahami oleh siswa (networking); f. Guru dan siswa menyimpulkan bersama apa yang diperoleh dari hasil diskusi (networking). 4. Fase Seatwork a. Guru member perluasan konsep pada langkah pengembangan dengan memberikan latihan secara mandiri (mencoba). 5. Fase Penugasan a. Guru memberikan pekerjaan rumah berkaitan dengan materi pembelajaran pada pertemuan hari ini atau berupa soal review kepada siswa dan diminta untuk mengumpulkan pada pertemuan berikutnya. b. Guru meminta siswa untuk belajar materi selanjutnya. 6. Operasi Aljabar Aljabar adalah salah satu cabang matematika yang mempelajari tentang pemecahan masalah menggunakan simbol-simbol sebagai pengganti konstanta atau variabel. a. Koefisien, Variabel, Konstanta dan Suku 1) Variabel Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum diketahui nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga dengan 25 peubah. Variabel biasanya dilambangkan dengan huruf (abjad) kecil Contoh : Suatu bilangan jika dikalikan 5 kemudian dikurangi 3 hasilnya adalah 12 maka bentuk matematikanya . x disini merupakan variabel yang melambangkan suatu bilangan yang belum diketahui 2) Konstanta Suku dari suatu bentuk aljabar yang merupakan bilangan tidak memuat variabel disebut konstanta. Contoh: konstanta dari bentuk aljabar disamping adalah -8 karena merupakan suku yang tidak memuat variabel 3) Koefisien Koefisien pada bentuk aljabar adalah faktor konstanta dari suatu suku pada bentuk aljabar. Contoh: koefisien dari adalah 3 4) Suku Suku adalah variabel beserta koefisiennya atau konstanta pada bentuk aljabar yang dipisahkan oleh operasi jumlah atau selisih. Contoh: Bentuk aljabar disamping mempunyai 3 suku yaitu , dan 8 5) Suku sejenis Suku sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat sama. Contoh: suku disamping adalah sejenis dan b. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar dari bentuk aljabar 26 Syarat operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar yaitu hanya dapat dilakukan jika suku-sukunya sejenis. Cara menyelesaikan Operasi Penjumlahan dan Pengurangan dalam bentuk aljabar : a) Kelompokkan suku-suku yang sejenis. b) Menjumlahkan atau mengurangkan koefisien pada suku-suku yang sejenis. Contoh: Tentukan hasil penjumlahan bentuk aljabar berikut dan ( ) ( ) c. Perkalian 1) Perkalian antara konstanta dengan bentuk aljabar Pada himpunan bilangan bulat berlaku sifat distributive perkalian yaitu ( ) ( atau ) . Sifat ini akan dipakai untuk menyelesaikan perkalian suatu konstanta dengan bentuk aljabar suku dua. Perkalian suatu bilangan konstanta k dengan bentuk aljabar suku satu dan suku dua dinyatakan sebagai berikut: ( ) ( ) ( ) Contoh: Tentukan hasil perkalian ( ( ) ) 2) Perkalian antara dua bentuk aljabar Cara I: hukum distributif ( )( ) ( ) ( ( ) ) 27 Cara II: skema (x + a) (x + b) ( )( ) ( ) d. Pembagian Pembagian bentuk aljabar dapat dikerjakan dengan pembagian bersusun. Contoh : Pengerjaan secara bersusun sebagai berikut : B. Hasil penelitian yang relevan Miftakhul Jannah (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) untuk Meningkatkan Pemahaman dan Sikap Positif Siswa SMK Kelas XI Pada Materi Fungsi” diperoleh data pada tes siklus I presentase siswa yang tuntas sebesar 90% dan pada siklus II presentase siswa mengalami peningkatan sebanyak 2,5% menjadi 92,5%. Sedangkan hasil observasi dua observer pada siklus I dihasilkan rata-rata presentase sikap positif siswa mencapai 90,90% dan pada tes siklus II tidak mengalami peningkatan sikap 28 positif siswa. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan model tersebut meningkatkan pemahaman dan sikap positif siswa pada materi fungsi. Selain itu Dian Pramesti (2007) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Kreativitas Siswa dalam Belajar Matematika Melalui Pendekatan Heuristik. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar matematika melalui pendekatan heuristik sampai 75%, meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar matematika melalui pendekatan heuristik sampai 75% dan meningkatkan daya serap kelas VII B SMP Islam Al Hadi sampai 75%. Diperoleh data Hasil penelitian ini, adalah 1) aktivitas bertanya meningkat, yaitu sebelum adanya penelitian 29,27%, pada putaran I 43,90%, putaran II 58,54%, putaran III 68,29%, putaran IV 80,48%. Aktivitas menjawab pertanyaan guru meningkat, yaitu sebelum adanya penelitian 24,39%, pada putaran I 41,46%, putaran II 56,10%, putaran III 65,85%, putaran IV 78,05%. Aktivitas mengerjakan soalsoal latihan di depan kelas meningkat, yaitu sebelum adanya penelitian 29,27%, pada putaran I 46,34%, putaran II 60,98%, putaran III 70,73%, putaran IV 82,93%, 2) kreativitas siswa dalam mengeluarkan ide/pendapat/gagasan meningkat, yaitu sebelum adanya penelitian 24,39%, pada putaran I 39,02%, putaran II 53,66%, putaran III 63,41%, putaran IV 75,61%, 3) daya serap kelas VII B meningkat, yaitu sebelum adanya tindakan, siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebesar 21,95%, pada putaran I 36,58%, putaran II 46,34%, putaran III 60,97%, putaran IV 80,48%. C. Kerangka Berfikir Seperti yang dikemukakan pada latar belakang masalah, dalam pembelajaran matematika proses pembelajaran harus saling timbal balik antara guru dan siswa, sehingga siswa juga dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Akan tetapi adanya guru yang masih menggunakan model pembelajaran langsung menyebabkan siswa cepat bosan saat proses pembelajaran berlangsung karena siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya, tidak semua siswa dapat terlayani dengan baik 29 kebutuhan belajarnya, dan guru tidak dapat mengevaluasi ketercapaian siswa dalam menyerap materi yang diberikan. Hal itu yang diduga menyebabkan siswa kelas VIII A SMPN 1 Karangnongko memiliki aktivitas dan kemampuan kognitif matematika yang rendah. Rendahnya aktivitas belajar matematika terlihat pada siswa kurang memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh guru untuk menanyakan hal yang blum dipahami maupun mencoba menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Sehingga pembelajaran didominasi guru. Siswa terlihat malas untuk memperhartikan guru dan berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Ketika diberi kesempatan untuk mendiskusikan suatu hal siswa kurang aktif memberikan kontribusi dalam kelompoknya dan mengandalkan teman sekelompoknya. Dimungkinkan rendahnya kemampuan kognitif siswa karena proses pembelajaran yang kurang sesuai. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika dan kemampuan kognitif siswa. Salah satu pembelajaran aktif yang diharapkan dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan aktifitas belajar matematika dan kemampuan kognitif siswa adalah model Missouri Mathematics Project (MMP). Model pembelajaran ini menerapkan lima tahapan dalam proses pembelajarannya yaitu review, pengembangan, kerja kooperatif (latihan terkontrol, seatwork (kerja mandiri), dan penugasan (PR). Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan siswa dalam memahami konsep, menyelesaikan soal dan memecahkan masalah-masalah Matematika hingga pada akhirnya siswa mampu menyusun jawaban mereka karena banyaknya pengalaman yang dimiliki peserta didik dalam menyelesaikan soal pada latihan. Latihan yang dimaksud adalah sederetan soal atau perintah untuk mengembangkan suatu ide atau konsep sistematis yang diharapkan dapat meningkatkan penalaran dan aktivitas siswa. Adanya unsur kerja kooperatif dan kerja mandiri dalam model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat lebih banyak latihan baik secara 30 mandiri maupun kelompok sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dan meminimalisir kesulitan siswa sehingga siswa lebih terampil dalam mengerjakan beragam soal secara mandiri. Kondisi akhir yang diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dalam proses belajar mengajar adalah aktivitas dan prestasi belajar matematika dapat meningkat, sehingga siswa akan memenuhi dan mencapai hasil belajar yang memuaskan. 31 Kerangka berpikir penelitian ini dapat disusun dengan skema sebagai berikut: KONDISI AWAL (Sebelum Penerapan Pembelajaraan MMP dengan pendekatan scientific) TINDAKAN (penerapan pembelajaran MMP dengan pendekatan scientific) KONDISI AKHIR (yang diharapkan setelah penerapan pembelajaran MMP dengan scientific) 1. Pembelajaran masih berpusat pada guru. 2. Aktivitas pembelajaran matematika siswa masih rendah. 3. Prestasi belajar matematika siswa terhadap pembelajaran matematika masih rendah. Langkah-langkah: 1. Review Guru meninjau ulang pelajaran terutama berkaitan dengan materi yang akan dipelajari untuk menarik minat dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa. 2. Pengembangan Kegiatan yang dilakukan berupa penyajian ide baru dan perluasan konsep matematika terdahulu, penjelasan, diskusi, serta demonstrasi dengan contoh konkrit. 3. Latihan Terkontrol langkah ini siswa diminta membentuk suatu kelompok untuk merespon soal atau menjawab pertanyaan yang diberikan dengan diawasi oleh guru. 4. Seatwork/Latihan Mandiri Langkah ini siswa secara individu merespon soal untuk latihan atau perluasan konsep yang telah dipelajari pada langkah pengembangan. 5. Penugasan/PR Siswa diajak membuat rangkuman atau bisa diberi tugas untuk dikerjakan dirumah bila perlu. Aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Karangnongko tahun ajaran 2014/2015 pada materi Operasi Aljabar meningkat. Gambar 2.1. Kerangka Berpikir 32 D. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang masih harus diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh melalui suatu penelititan. Berdasarkan perumusan masalah, kajian teori dan kerangka berfikir, maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan yaitu penerapan model pembelajaran MMP dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar matematika kelas VIII A SMP Negeri 1 Karangnongko Tahun Pelajaran 2014/2015.