1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pasca Perang Dunia II

advertisement
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pasca Perang Dunia II, perekonomian Jepang tumbuh dengan pesat sampai kini
telah berhasil mengukirkan namanya dengan kokoh sebagai salah satu pemimpin
ekonomi Asia dan dunia. Hanya dalam tiga dekade Jepang telah sukses mengubah
ekonominya yang hancur akibat perang dan menjadi negara dengan perekonomian
terkuat kedua di dunia (Chen, 2007: 151). Bukti nyata tampak terutama dalam era
globalisasi; perusahaan-perusahaan Jepang hampir dapat ditemukan di seluruh dunia
dalam jumlah yang tidak sedikit di masing-masing negara. Kemajuan ini pun menarik
perhatian dunia; penelitian, buku, dan artikel mengenai manajemen Jepang mulai marak
sehingga manajemen Jepang dan unsur-unsurnya mulai diterapkan di seluruh dunia. Di
samping itu, penyebaran perusahaan Jepang di berbagai belahan dunia pun tentunya turut
menjadikan filosofi dan konsep manajemen Jepang yang diterapkan oleh perusahaanperusahaan Jepang tersebut ikut terbawa ke negara-negara lain di mana mereka berdiri,
membuat manajemen Jepang semakin dikenal di berbagai belahan negara.
Terkait dengan keberhasilannya yang signifikan tersebut, praktek manajemen
Jepang tak dapat terlepas dari nilai-nilai kebudayaan Jepang yang telah diilhami oleh
masyarakat Jepang (Saronto, 2005: 293-294). Salah satunya adalah filosofi Wa yang
1
terkandung dalam ringi seido yang merupakan salah satu istilah khas manajemen Jepang
disebutkan oleh Moriaki (1997: 130-131) sebagai salah satu unsur dalam faktor-faktor
pendorong keberhasilan perekonomian Jepang yang disebutkannya.
Peran ringi seido yang digambarkan Moriaki tersebut dirasa wajar terkait dengan
pandangan masyarakat Jepang bahwa proses pengambilan keputusan merupakan bagian
kerja yang utama (Waters, 1991: 42), yang kemudian didukung dengan definisi ringi
seido (稟議制度) itu sendiri, yang secara sederhana dideskripsikan oleh Waters (1991:
42) sebagai sistem pengambilan keputusan berdasarkan konsensus. Deskripsi tersebut
terbentuk atas dua unsur kata yang membentuk ringi; yaitu 稟 (rin) yang berarti
menyerahkan suatu usulan dan meminta keputusan berdasarkan usulan yang ada, dan 議
(gi) yang berarti pertimbangan dan penetapan keputusan.
Lincoln (1989: 98) menjelaskan definisi ringi lebih lanjut sebagai suatu sistem
pengambilan keputusan dengan penyusunan suatu dokumen yang berisi usulan atas suatu
tindakan (ringisho). Dokumen ini kemudian disirkulasikan ke atas secara hierarkis dan
memerlukan tanda tangan atau stempel dari manager lain untuk menandakan keterlibatan
mereka dalam pengambilan keputusan tersebut dan persetujuan mereka untuk
menjalankannya. Keputusan akhir akan dibuat oleh manajemen puncak berdasarkan
komentar dan persetujuan dari seluruh individu yang terlibat dalam proses sirkulasi
ringisho (Ala, 1999: 23). Tujuan dari konsep pengambilan keputusan ini adalah untuk
menghapus adanya konflik antarindividu yang mungkin terjadi, dan konsep ini akhirnya
menjadi suatu ciri khas manajemen Jepang (Chen, 2007: 156).
2
Jones (1990: 40) menyebutkan bahwa walaupun buku mengenai sistem manajemen
Jepang selalu menyinggung diterapkannya ringi sebagai strategi pengambilan keputusan
dalam perusahaan Jepang, pada kenyataannya sejauh mana penerapan sistem ini
diberlakukan oleh tiap perusahaan Jepang di seluruh dunia berbeda-beda. Hal tersebut
tampak dalam wawancara yang dilakukan oleh Jones dengan beberapa direktur
perusahaan Jepang di mancanegara; seperti salah satunya yaitu Ronald Hepburn selaku
kepala public relation Yamaichi International Ltd. di Inggris yang memberikan
pernyataan bahwa walaupun pada permukaannya praktik manajemen Jepang sangat
berorientasi konsensus, sistem ini lebih mengacu pada teori daripada praktik. Pada
kenyataannya, di perusahaan tempatnya bekerja keputusan dibuat oleh beberapa individu
senior tertentu dalam perusahaan, bukan berdasarkan hasil konsensus bersama.
Lain halnya dengan Ian Gibson (direktur Nissan Motor Manufacturing Ltd. di
Inggris) dalam Jones (1990: 40) yang dalam wawancara yang sama menyebutkan bahwa
implementasi ringi seido penting bagi perusahaannya karena sistem tersebut membuat
seluruh pekerja merasa terlibat secara langsung dalam perkembangan perusahaan
tersebut.
Pernyataan serupa mengenai penerapan ringi seido juga dikemukakan oleh Baldwin
(1993: 28) bahwa ringi seido merupakan prinsip perusahaan manajemen Jepang yang
paling jarang diterapkan oleh perusahaan Jepang di Amerika akibat adanya perbedaan
yang substansial antara gaya pengambilan keputusan dan filosofi sumber daya manusia
yang dipegang oleh manajer Jepang dan manajer Amerika. Lebih lanjut, Kimbara dalam
3
Yamashita (1992: 277) secara khusus mengemukakan bahwa penerapan ringi seido di
negara-negara ASEAN rendah.
Sehubungan dengan adanya informasi mengenai perbedaan penerapan sistem
pengambilan keputusan ringi seido di suatu perusahaan Jepang dengan perusahaan
Jepang lain yang berdomisili di mancanegara itulah, penulis tertarik untuk menganalisis
diterapkan atau tidakya konsep ringi seido di salah satu perusahaan Jepang di Indonesia,
yaitu PT Mitra Toyotaka Indonesia.
PT Mitra Toyotaka Indonesia adalah sebuah perusahaan Penanaman Modal Asing
(PMA) Jepang yang telah berdiri sejak 6 Februari 1990. Aktivitas perusahaan berada di
kawasan industri Balaraja-Tengerang, Provinsi Banten dengan bisnis utama di bidang
manufaktur Wooden Furniture dan Industrial Steel Case & Rack.
Sejak tahun 2003, PT Mitra Toyotaka Indonesia telah mengimplementasikan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000. Implementasi ini didasari oleh suatu kenyataan
bahwa sebuah transaksi bisnis mengedepankan masalah mutu. Unsur kepuasan terhadap
produk yang ditawarkan menjadi penting. Transaksi bisnis akan terjadi bila pelanggan
puas atas output berupa produk atau jasa perusahaan. Kepuasan itu akan terjadi bila harga
sesuai dengan segmen pelanggan dan dibuat dengan mengutamakan mutu untuk segmen
pasar tersebut. Mutu dijadikan referensi atau acuan sejak pemilihan supplier, penyediaan
bahan baku dan bahan penolong, proses membuat input tersebut menjadi output serta
penanganan pengiriman barang sampai ke konsumen.
4
Atas dasar tuntutan konsumen atas mutu tersebut di atas yang menjadi salah satu
pendorong perusahaan tertarik untuk memperoleh sertifikasi ISO 9000. Hal ini ditambah
pula dengan kenyataan bahwa konsumen dewasa ini menuntut perusahaan agar
menawarkan mutu barang secara konsisten dan berkesinambungan. Dengan kata lain;
diproduksi kemarin, hari ini, esok, ataupun tahun depan, mutunya terjamin sama, dan
bahkan meningkat lebih baik. Jaminan mutu tersebut dapat diharapkan dari penerapan
sistem manajemen mutu ISO 9000.
Dengan berbekal pengalaman yang panjang dan didukung oleh sumber daya
manusia yang handal, perusahaan berupaya untuk bisa memasuki era persaingan bebas.
Perusahaan memiliki komitmen untuk maju sejalan dengan perkembangan ekonomi dan
bisnis dunia. Saat ini sistem manajemen ISO 9001:2000 telah ditingkatkan menjadi ISO
9001:2008 yang lebih mutakhir.
Untuk mewujudkan harapan tersebut, suatu pernyataan misi yang menjadi
pegangan bagi seluruh jajaran manajemen dan karyawan PT Mitra Toyotaka Indonesia
dibuat. Misi yang diembannya adalah menjadi perusahaan yang produknya senantiasa
dibutuhkan oleh pelanggan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dengan terus
menerus meningkatkan kemampuan pengembangan produk dan kualitas, agar keberadaan
Mitra Toyotaka Indonesia diterima bukan saja secara domestik, namun juga di pasar
dunia.
Sehubungan dengan usaha PT Mitra Toyotaka dalam mencapai misi besar tersebut,
pengambilan keputusan dalam perusahaan ini menjadi sesuatu yang fundamental demi
5
kemajuan dan keberhasilan perusahaan. Setiap keputusan yang diambil menjadi salah
satu faktor penentu masa depan perusahaan.
Sejalan dengan pernyataan misi tersebut dan berkaitan dengan implementasi sistem
manajemen mutu ISO 9001:2008, maka ditetapkanlah Kebijakan Mutu PT Mitra
Toyotaka Indonesia yang menyebutkan bahwa perusahaan ini memiliki komitmen untuk:
1. Menghasilkan produk bermutu internasional
2. Memenuhi persyaratan dan kepuasan pelanggan
3. Melakukan perbaikan dan peningkatan berkesinambungan
Untuk dapat memenuhi komitmen tersebut di atas, maka diperlukan beberapa
prasyarat yang diyakini akan mampu membawa perusahaan ke arah bisnis yang lebih
kompetitif. Kerangka yang dibangun oleh PT Mitra Toyotaka Indonesia adalah
memadukan antara Strategi – Organisasi – Teknologi menjadi satu kesatuan yang
sinergis.
Dengan demikian berkaitan dengan adanya fenomena perbedaan penerapan sistem
pengambilan keputusan ringi di suatu perusahaan Jepang dengan perusahaan Jepang lain
yang berdomisili di mancanegara, sekaligus sejalan dengan kondisi PT Mitra Toyotaka
Indonesia yang berstatus murni PMA Jepang di Indonesia, penulis tertarik untuk
menganalisis penerapan ringi seido untuk pengambilan keputusan dalam perusahaan
tersebut.
6
1.2 Rumusan Permasalahan
Dalam penelitian ini penulis akan meneliti penerapan ringi seido di salah satu
perusahaan Jepang di Indonesia.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan
Penulis akan meneliti implementasi ringi seido untuk pengambilan keputusan, yaitu
diterapkan atau tidaknya sistem tersebut di PT Mitra Toyotaka Indonesia.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis melalui penelitian ini adalah menjelaskan
implementasi sistem pengambilan keputusan ringi yang diterapkan oleh PT Mitra
Toyotaka Indonesia.
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami penerapan
sistem pengambilan keputusan khas Jepang yaitu ringi seido secara nyata dalam
lingkungan perusahaan Jepang di Indonesia pada umumnya dan lingkungan internal PT
Mitra Toyotaka Indonesia pada khususnya.
1.5 Metode Penelitian
Metode yang akan penulis gunakan dalam melakukan penelitian ini adalah
deskriptif analitis, yaitu pemaparan fakta-fakta dengan tujuan menjelaskan aspek-aspek
yang terkait dengan tema penelitian penulis yang dapat berasal dari suatu individu,
7
organisasi, industri, maupun perspektif lainnya (Sekaran, 2009: 122). Berbagai data
penunjang penulis kumpulkan melalui media internet dan studi kepustakaan, yaitu
pengumpulan data-data melalui media pustaka, baik sumber pustaka yang telah
diterbutkan maupun tidak diterbitkan atau digital (Sekaran, 2009: 63).
Selain itu penulis juga akan mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif melalui
kuesioner dan wawancara. Data kualitatif merupakan informasi yang terkumpul dalam
bentuk narasi (Sekaran, 2009: 32), sedangkan data kuantitatif merupakan informasi yang
dapat diolah dan dijabarkan secara numerik (Sekaran, 2009: 320) melalui kuesioner.
Kuesioner ditujukan kepada 30 karyawan yang berada pada seluruh tingkat
manajemen (dari bawah, tengah, sampai tingkat puncak) dengan proporsi manajemen
tengah sebagai responden terbanyak; sedangkan wawancara dilakukan terhadap tiga
orang karyawan yang berada pada tingkat manajemen tengah. Seluruh responden yang
menjadi sample tersebut dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu
suatu teknik pengambilan sample berdasarkan karakteristik tertentu yang dinilai peneliti
mampu membuat sample layak untuk dijadikan subjek penelitiannya atau karena sample
tersebut mampu memberikan informasi yang diinginkan peneliti (Sekaran, 2009: 276).
1.6 Sistematika Penulisan
Pada bab Pendahuluan penulis akan memaparkan latar belakang penelitian,
rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian, serta sistematika penulisan.
8
Dalam bab kedua yang berjudul Landasan Teori, penulis memaparkan landasanlandasan teori yang penulis pergunakan dalam melakukan penelitian ini, yang meliputi
berbagai teori mengenai pengambilan keputusan secara umum dan mengenai ringi seido.
Bab kedua dilanjutkan dengan bab ketiga yaitu Analisis Data; yang berisi analisis
atas data yang penulis peroleh dari hasil wawancara dan kuesioner, yang kemudian
dihubungkan dengan teori-teori yang sesuai dalam menjawab permasalahan penelitian
ini, antara lain teori yang berkaitan dengan implementasi ringi seido di PT Mitra
Toyotaka Indonesia.
Bab Simpulan yang merupakan bab keempat adalah bab yang berisi simpulan
penulis atas penelitian yang telah dilakukan berdasarkan analisis data yang diperoleh
sebagai jawaban atas permasalahan penelitian yang telah penulis kemukakan. Selain itu
penulis juga memberikan saran-saran yang berguna untuk memajukan wawasan pembaca
pada umumnya dan pembelajar budaya Jepang pada khususnya mengenai penerapan
ringi seido dalam pengambilan keputusan di perusahaan Jepang.
Akhirnya penulis akan menuliskan ringkasan dari keseluruhan isi skripsi secara
ringkas, padat, dan jelas, serta mencantumkan penjelasan singkat mengenai hasil
penelitian yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya pada bab ini, yaitu bab
terakhir yang berjudul Ringkasan.
9
Download