Psychological Well-Being pada Bhikkhu (Biarawan Buddha)

advertisement
Psychological Well-Being
pada Bhikkhu (Biarawan Buddha)
Disusun Oleh :
Nama
NPM
Jurusan
Pembimbing
: Robert Yusnanto
: 16510216
: Psikologi
: Henny Regina Salve, M.Psi, Psi
BAB 1
Latar Belakang Masalah
Agama
Kekacauan
Kebahagian
Bhikkhu
Peran Tokoh Agama
227
Peraturan
“Mengapa Jumlah Bhikkhu di
Indonesia Sedikit??”
Bhikkhu Indonesia
66 orang  0,004 %
Fakta BPS
Penduduk Indonesia
2010 >200 jt Jiwa
Umat Buddha
2010 1,703.000/0,72 %
“Apakah Psychological Well-Being Seorang Bhikkhu
Tidak Menarik atau Sulit Untuk Didapatkan??”
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran psychological well-being pada Bhikkhu (Biarawan Buddha)?
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan psychological well-being pada Bhikkhu (Biarawan Buddha)?
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, dan memperdalam kajian mengenai gambaran
psychological well-being pada Bhikkhu (Biarawan Buddha).
Manfaat Praktis
Kepada Para Bhikkhu , Kepada Umat Buddha dan Kepada Masyarakat.
BAB 2
Psychological Well-Being Pada Bhikkhu (Biarawan Buddha)
Menggambarkan suatu keadaan yang relatif baik dalam pikiran seseorang, yang
dimana individu mampu mengatasi dan menyesuaikan dirinya terhadap tekanantekanan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang sesuai (Wells, 2010).
Menurut Ryff, psychological well-being meliputi berbagai dimensi, yaitu:
Penerimaan diri (self-acceptance), Hubungan positif dengan orang lain (positiverelation), Kemandirian (autonomy), Penguasaan lingkungan (environmental mastery),
Tujuan hidup (pupose in life), Perkembangan pribadi (personal growth).
Bhikkhu adalah seseorang pria yang meninggalkan kehidupan duniawi atau kehidupan rumah
tangganya untuk menjadi seorang biarawan, dan merupakan rohaniawan tertinggi dalam agama
Buddha.
Seorang Bhikkhu wajib memiliki 227 sila yang dilaksanakan dengan baik dan hal inilah yang
membedakan seorang Bhikkhu dengan umat awam, yang meliputi peraturan-peraturan
Kebhikkhuan yang ditentukan oleh Buddha.
Berdasarkan penjelasan di atas dan melihat kehidupan seorang Bhikkhu dengan gaya hidup ( lifestyle) yang
berbeda dari individu pada umumnya, hal inilah yang menarik untuk mengadakan penelitian tentang gambaran
kondisi kesejahteraan psikologis pada seorang Bhikkhu.
Psyhological well-being pada Bhikkhu (biarawan Buddha) akan sangat tergantung dari kemampuan-kemampuan
dan kualitas diri yang dimiliki seorang Bhikkhu. Semakin tinggi aspek-aspek atau dimensi psychological wellbeing yang dimiliki seorang Bhikkhu dan memenuhi karakteristik dari psychological well-being, maka dapat
dipastikan individu memiliki psychological well-being yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika pada individu
kurang memenuhi aspek-aspek atau dimensi dari psychological well-being dan atau sedikitnya karateristik yang
terlihat dari individu maka dapat disimpulkan bahwa individu tersebut memiliki psychological well-being yang
rendah.
BAB 3
Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif
dimana metode yang digunakan adalah metode studi kasus.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang laki-laki yang merupakan rohaniawan
dalam agama Buddha atau seorang Bhikkhu, berusia 25 tahun, dan sudah menjadi
Bhikkhu selama 3 tahun lebih dan subjek tinggal di wihara daerah Bekasi.
Teknik Pengumpulan Data
•Wawancara  Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara berstruktur.
•Observasi  Dalam penelitian ini menggunakan jenis observasi non-partisipan.
Keakuratan Penelitian
Keabsahan dan keajegan dalam penelitian ini sama halnya dengan validitas dan
reliabilitas dalam suatu penelitian dan untuk mengetahui keakuratan dari sebuah
penelitian maka peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Download