BAB II Landasan Teori dan Data 2.1 Pengertian atau Pemaknaan 2.1.1 Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan suatu proses dimana para komunikator menggunakan media yang secara cepat dan periodik menyebarluaskan pesan untuk menginformasikan, mempengaruhi, atau memacu perubahan di antara audience yang beragam (Roger Fidler, Media Morfosis, 2003). Didalamnya terdapat penyebaran pesan melalui media massa yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang relatif besar dan heterogen yang tidak tampak oleh penyampai pesan. Khalayak sasaran ini disatukan oleh minat yang sama dan terbuka bagi pengaktifan tujuan yang sama. 1. Kampanye Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”. Merujuk pada definisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung empat hal yakni (1) tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu (2) jumlah khalayak sasaran yang besar (3) biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan (4) melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi. Disamping keempat ciri pokok diatas, kampanye juga memiliki karakteristik lain, yaitu sumber yang jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggung jawab suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat. Pesan-pesan kampanye juga terbuka untuk didiskusikan, bahkan gagasan-gagasan pokok yang melatarbelakangi diselenggarakannya kampanye juga terbuka untuk dikritisi. Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan kampanye 5 pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi yakni mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesukarelaaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata. Dalam ungkapan Perloff (1993) dikatakan “Campaigns generally exemplify persuasion in action”. Beberapa ahli mendefinisikan kampanye, antara lain : Pfau dan Parrot (1993) “A Campaign is conscious, sustained and incremental process designed to be implemented over a specified period of time for the purpose of influencing a specified audience”. (kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan) Rajasundaram (1981) “A Campaign is a coordinated use of different methods of communication aimed at focusing attention on a particular problem and its solution over a period of time”. (Kampanye dapat diartikan sebagai pemanfaatan berbagai metode komunikasi yang berbeda secara terkoordinasi dalam periode waktu tertentu yang diyujukan untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu berikut pemecahannya) 2. Periklanan Periklanan adalah pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya. (Frank Jefkins, Periklanan, 1997). Periklanan merupakan bagian dari paduan promosi (promotion mix), sedangkan paduan promosi merupakan bagian dari paduan pemasaran (marketing mix). Paduan pemasaran adalah suatu kesatuan variabel terkontrol yang didalamnya meliputi keutuhan strategi yang menyangkut produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). Variabel promosi adalah periklanan, publisitas, promosi penjualan, dan personal selling. 6 Periklanan merupakan salah satu tahap dalam strategi pemasaran yang memegang peranan yang sangat penting dan vital. Periklanan adalah sebuah bentuk komunikasi pemasaran, dimana suatu periklanan harus lebih dari sekedar memberkan informasi kepada masyarakat namun juga dapat membujuk masyarakat agar berprilaku sedemikian rupa sesuai dengan strategi pemasaran. 2.1.2 Definisi Konservasi Bangunan Bersejarah Bandung 1. Konservasi Pelestarian Bangunan Bersejarah merupakan suatu pendekatan yang strategis dalam pembangunan kota, karena pelestarian menjamin kesinambungan nilai-nilai kehidupan dalam proses pembangunan yang dilakukan manusia. Konservasi adalah upaya untuk memelihara dan melindungi tempat-tempat yang indah dan berharga, agar tidak hancur atau berubah sampai batas-batas yang wajar, menekankan pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar, apakah dengan menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi bangunan lama dengan fungsi baru yang dibutuhkan. Konservasi sebagai suatu upaya pelestarian yang mengupayakan kepada upaya perlindungan terhadap benda-benda cagar budaya yang dilakukan secara langsung dengan membersihkan, memelihara, memperbaiki, baik secara fisik maupun teknis secara langsung dari pengaruh berbagai faktor lingkungan yang merusak, perlindungan benda-benda (dalam hal ini bendabenda peninggalan sejarah dan purbakala) dari kerusakan yang diakibatkan oleh alam, kimiawi dan mikro organisme, atau dengan kata lain konservasi adalah suatu tindakan pelestarian dengan cara memelihara dan mengawetkan benda cagar budaya dengan teknologi modern sebagai upaya untuk menghambat proses kerusakan dan pelapukan lebih lanjut. Konservasi diartikan bukan sebagai penghambat pembangunan melainkan sebagai upaya “mengatur, menata dan meningkatkan kualitas bangunan” dengan menghargai peninggalan budaya lama. 7 Ditentukannya suatu daerah menjadi kawasan konservasi tidak berarti bahwa masyarakat yang tinggal di daerah tersebut dilarang membangun atau dilarang mengubah bangunannya. Hal ini lebih diartikan bahwa daerah kota ini mempunyai kualitas lingkungan yang bernilai tinggi, dan pembangunan yang baru serta perubahan bangunan lama perlu direncanakan dan dirancang dengan mempertimbangkan nilainilai yang masih berharga tersebut. Bahkan kalau dapat kualitas nilai-nilai tersebut harus lebih ditingkatkan dengan merawatnya yang lebih baik dan menjadikannya sebagai acuan pembangunan kota, sehingga penghuni kota akan lebih nyaman dan bangga terhadap kotanya. Untuk penentuan kawasan konservasi, survey komprehensif perlu dilakukan untuk mencari tata aturan yang lalu, yang perlu dilestarikan dan diperhatikan. Dengan mengetahui karakter penting dari setiap kawasan (yang sudah ada) tersebut dari sejarah perkembangan kota. Serta dengan mempelajari dan mengindahkan peraturanperaturan yang berlaku pada wilayah tersebut di masa lalu, akan dapat kita peroleh arahan untuk perencanaan pembangunan kota selanjutnya. Perencanaan dan perancangan pembangunan baru yang memperhatikan keberadaan cagar budaya, ditinjau dari segi sosial budaya, pariwisata dan ekonomi akan sangat menguntungkan bagi generasi saat ini maupun generasi mendatang. Pengarahan perencanaan dan perancangan bangunan akan lebih berhasil apabila kita melibatkan pemilik, pemakai dan masyarakat pada umumnya, serta instansi pemerintah yang terkait dalam perencanaan lingkungan kota. 2. Bangunan Bersejarah Istilah yang digunakan masyarakat dunia untuk bangunan lama yang memiliki nilai-nilai berharga adalah ‘historical building’, atau dapat kita samakan artinya dengan ‘bangunan bersejarah’. Menurut Prof. Serge Domicelj dan J. Sommerville (Heritage Conservation and Urban Developement, 1996) kriteria bangunan bersejarah yang layak dipelihara dapat disebutkan sebagai berikut : a. Usia bangunan di atas lima puluh tahun. b. Berkaitan dengan peristiwa sejarah. 8 c. Karya arsitek ternama. d. Bangunan tersebut memiliki makna budaya serta nilai arsitektural. 3. Bandung Kota Bandung terletak di wilayah provinsi Jawa Barat dan merupakan ibukota provinsi. 0 0 Secara geografis Kota Bandung terletak di antara garis 107 , 36’ Bujur Timur dan 6 , 58’ Lintang Selatan. Secara topografi Kota Bandung memiliki temperatur sejuk dengan berada di ketinggian 791 di atas permukaan laut, dengan titik tertinggi di daerah utara 1.050 m dan terendah di daerah selatan 675 m diatas permukaan laut. Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk dengan 0 temperatur rata-rata 23,6 C, curah hujan rata-rata 156,4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 15 hari/bulan (kondisi tahun 2003). Kota Bandung dikenal sebagai kota dengan masyarakat yang kreatif dan dinamis. Di tengah arus modernisasi, Kota Bandung berhasil menjaga kultur budaya. Dari kota ini karya-karya seni dilahirkan dan menjadi masterpiece kebudayaan Indonesia. Kota Bandung menjadi trendsetter bagi budaya tradisional dan modern di Indonesia baik di bidang seni, arsitektur, fashion, dan musik. Kesemuanya ditunjang dengan fasilitas pendidikan untuk masyarakat yang tersebar di setiap sudut kota mulai dari prapendidikan dasar hingga pasca universitas. Sebagai ibukota propinsi Jawa Barat, Kota Bandung merupakan barometer pertumbuhan untuk kawasan Jawa Barat. Dilihat dari lokasinya, Kota Bandung sangat strategis karena berada di poros jalan raya nasional (perhubungan) dan di poros jalan raya ekonomi (Utara-Selatan untuk komoditas agro dan Barat-Timur untuk komoditas industri dan jasa). Posisi inilah yang memungkinkan Kota Bandung berperan sebagai mesin pertumbuhan Jawa Barat. Pertumbuhan Kota Bandung juga akan semakin terpacu setelah kota ini ditetapkan sebagai salah satu pusat kegiatan nasional dalam rencana tata ruang wilayah nasional. 9 2.1.3 Definisi Bisnis atau Kegiatan Usaha Secara historis kata bisnis berasal dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk", berarti berbagai macam "aktivitas". Tetapi pada abad ke-18, artinya diperluas sebagai "segala usaha dagang seseorang". Selain itu secara umum kata ini bisa berarti "rangkaian aktivitas komersial". Orang-orang mengembangkan bisnis karena ingin berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi. Dengan beberapa pengecualian seperti badan-badan koperasi, organisasi non-profit dan beberapa lembaga pemerintahan, bisnis ada untuk menghasilkan laba. Dengan kata lain, salah satu tujuan pemilik badan-badan usaha bisnis adalah untuk mencari untung atau laba sebagai imbalan finansial dari waktu, usaha dan kapital mereka. Prinsip ekonomi sebagai pedoman yang dipegang oleh pelaku-pelaku ekonomi dalam melakukan kegiatan ekonomi, mengarah pada meraih keuntungan semaksimal mungkin dengan mengeluarkan pengorbanan seminimal mungkin. Bisnis dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara. Bisnis Jasa memberikan produk yang intangible dan pada umumnya mempunyai perbedaan, walaupun kecil, dan persyaratan kapital/modal dibandingkan dengan manufaktur. Distributor mempunyai kebutuhan kontrol persediaan yang berbeda dibandingkan dengan retailer/eceran atau manufaktur. Sebagian besar jurisdiksi hukum menyatakan bentuk bisnis yang berlaku, dan suatu bentuk hukum komersial telah berkembang untuk setiap jenisnya. Beberapa bentuk yang umum termasuk kemitraan, korporasi (juga disebut perusahaan terbatas), dan kepemilikan sendiri. Sedangkan industri bisa terdiri dari sebuah kelompok bisnis yang bersangkut paut seperti bisnis perbankan atau industri otomotif. Definisi ini mirip dengan salah satu definisi "bisnis" dan oleh karena itu kata "bisnis" dan "industri" seringkali digabungkan satu sama lain atau dipakai sebagai sinonim satu sama lain. Sehingga seorang nelayan bisa menyatakan bahwa ia bekerja dalam bidang "bisnis perikanan" atau sedikit lebih hebat lagi: "industri perikanan". Selain itu kata "perdagangan" bisa juga dipakai sebagai sinonim baik dari kata bisnis ataupun "industri" atau usaha 10 2.2 Data dan Fakta 2.2.1 Bangunan Bersejarah Bandung Kota Bandung pernah disebutkan sebagai sebuah ‘laboratorium arsitektur’ yang luar biasa pada awal abad ke-20. Kenyataan ini bisa dipahami mengingat pada zaman itu, Bandung tengah dipersiapkan sebagai calon pusat pemerintahan kolonial di Hindia Belanda. Ketika itu Bandung tidak saja dilengkapi oleh berbagai infratsruktur kota, namun penataan ruang kotanya pun direncanakan dan dirancang dengan baik. Hal ini juga dibuktikan dengan diikutsertakannya stadsgemeente Bandung sebagai wakil kota kolonial Hindia Belanda dalam Internationaler Kongress fiir neues Bauen di Athena 29 Juli-31 Agustus 1933. Sebagaimana yang diketahui, puncak pembangunan kota di Bandung terjadi pada periode 1920-1940-an. Sebagian besar sisa-sisa peninggalan fisik, berupa bangunan, taman, kawasan khusus, masih dapat diamati. Berbagai tipologi bangunan, mulai dari bangunan tangsi militer, gudang, pabrik, fasilitas peribadatan dan pendidikan, rumah sakit, bangunan pemerintahan, rumah villa, rumah deret hingga ruko di Jl Braga, semuanya merupakan bukti kekayaan seni bangunan dari zaman kolonial. 1. Sejarah Rencana Pemindahan Ibu Kota Hindia Belanda ke Bandung Bagaimana Bandung bisa memiliki bangunan-bangunan bersejarah ? Pada tanggal 25 September 1810, terealisasi perintah gubernur Jendral Hindia Belanda H. W. Daendels kepada Bupati Ukur R.A. Wiranata Koesoema II (1794-1829) untuk memindahkan ibukota kabupaten Tatar Ukur dari Karapyak (sekarang Baleendah) ke arah utara sejauh 11 km, ke tepi Grote Postweg (Jalan Raya Pos), yaitu di dekat perpotongan Grote Postweg dan Sungai Cikapundung. Bupati R.A. Wiranata Koesoema II memimpin rakyat Tatar Ukur dalam pelaksanaan pembangunan kota, sehingga dia dikenal dengan julukan dalem kaum, yaitu tokoh pendiri kota Bandung. Ibu kota Kabupaten yang baru ini diberi nama Bandong. Kemudian, berdasarkan sebuah bisluit 11 pemerintah Hindia Belanda tanggal 25 September 1810, kota Bandong dinyatakan sebagai ibu kota kabupaten Bandong. Menurut sebuah peta Plan der Negorij Bandong yang merupakan pemetaan kota Bandung pertama pada tahun 1825 mencantumkan letak delapan bangunan yang telah berdinding batu, yaitu : Rumah Bupati, Administratur Perkebunan Kopi, Tumenggung, Patih, Pesanggrahan, Pelukis Belgia A.A.J Payen, Tangsi Tentara dan sebuah masjid. Pembangunan besar-besaran baru terjadi pada masa pemerintahan Gubernur J.P.Graaf van Limburg Stirum (1916-1921), timbul gagasan untuk memindahkan ibu kota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung. Gagasan pemindahan ibukota Hindia Belanda itu bermula dari suatu studi penyelidikan tentang kesehatan kota kota pantai di Pulau Jawa oleh Tuan H.F. Tillema, seorang ahli kesehatan Belanda kelahiran Groningen yang bertugas di Semarang. Hasil studi dari H.F.Tillema menyimpulkan bahwa umumnya kota-kota udaranya panas, tidak sehat, mudah terjangkit wabah. Hawa tidak nyaman, mengakibatkan orang cepat lelah, semangat kerja menurun. Seperti itulah kondisi kota-kota pantai di Pulau Jawa setengah abad yang lalu tak terkecuali Batavia, kota pelabuhan ini kurang memenuhi persyaratan sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda. Usul tuan H.F.Tillema kepada Gubernur Jendral Hindia Belanda secara berangsur mulai dilaksanakan pada tahun 1920 setelah mendapat dukungan dari Prof.Ir.J.Klopper, Guru Besar Technische Hoogeschool (ITB). Pihak pertama yang menyambut ide pemindahan ibu kota dari Batavia ke Bandung adalah pihak swasta. Tercatat pengusaha pertama yang memindahkan kantor pusatnya adalah Meneer Sreefland pemilik ”Oliefabriken Insulinde” (gedung komdak Jl.Braga). Kemudian berturut-turut perusahaan asing : Baldwin Locomotive Works, Rhein Elbe Union, Siemens Schuckert Werke, Siemens en Halske, Diecker en Widmann dan perusahaan asing lainnya. Setelah itu menyusul Instansi-instansi Pemerintahan seperti Jawatan kereta api negara, PTT, Dinas Pekerjaan Umum, Jawatan Metrologi, dsb. Untuk maksud tersebut pemerintah memindahkan Departemen Peperangan (Departement van Oorlog) dari Weltevreeden (Jakarta Pusat) ke kota Bandung, dengan membangun Pusat Komando Militer yang oleh masyarakat Sunda disebut Gedong Sabau, karya V.L. Slors tahun 1913. Dalam kompleks baru ini dibangun pula Istana 12 Panglima Pasukan yang kini menjadi Markas Kodam III Siliwangi, karya bersama kakak beradik Richard Schoemaker dan Wolff Schoemaker tahun 1918. Rencana pemindahan ibukota juga didukung oleh pemindahan kantor pusat Jawatan Kereta Api ke kota Bandung ke bekas gedung Grand National Hotel di jalan Perintis Kemedekaan pada tahun 1916. Untuk memindahkan departemen dan instansi pemerintah (Gouvernement Bedreijven) dari Batavia, disediakan tanah seluas 27.000 m2 untuk dibangun Gedung Sate sebagai Gedung Pusat Pemerintahan dengan arsitek J.Gerber tahun 1920-1924. Sedangkan untuk menampung karyawan juga direncanakan membangun sekitar 1500 rumah. Dalam rangka mengantisipasi kehidupan kota yang terus meningkat dan perluasan kota yang terus berkembang, pemerintah kota pada tahun 1930 menugaskan kepada Prof Ir. Karsten untuk membuat rencana pembangunan dan perluasan kota, yang kemudian dikenal sebagai Karsten Plan. Rencana tersebut dituangkan dalam konsep tata ruang kota dengan halte kereta api, pasar, kawasan industri dan sarana lainnya yang memperlihatkan keseimbangan antara pembangunan kawasan timur kota dengan pembangunan kawasan barat kota. Sedangkan kawasan utara kota direncanakan untuk perluasan perumahan masyarakat Eropa. Perubahan wajah Bandung dari sebuah kota kecil (bergdessa) menjadi kota yang tertata rapih dan indah bisa kita lihat dari bangunan sarana pemerintahan (Gedong Sate - 1920), sarana pendidikan (Technische Hoogeschool/ITB - 1920), sarana penelitian (Institut Pasteur/BioFarma - 1933), sarana industri berat (PT Pindad - 1924), Gedong Pakuan, Masjid Agung, Gereja Bethel dan Santo Petrus, Villa Isola, Gedung Drikleur di Dago, Museum Geologi, Gedung Dwi Warna, Hotel Savoy Homann dan Preanger, Gedung Bank Indonesia, perkantoran militer, sampai Jalan Braga yang sempat dijuluki De Meest Eropeesche Winkelstraat van Indie atau kompleks pertokoan eropa terkemuka di Hindia Belanda. Bangunan-bangunan bersejarah bandung kaya akan nilai arsitektural. Misalnya saja berpuluh-puluh gedung bergaya Art deco, Art Nouveau, Indische Empire Stijl (Gedung Polwiltabes), Romantik Klasiek (Gedung Kobangdiklat AD) dan Indo Europeeschen Architectuur Stijl (ITB), dsb. 13 2. Nilai Budaya dan Arsitektural a. Gaya Arsitektural Bangunan Bersejarah Bandung Art deco Gaya arsitektur yang mengurangi elemen dekoratif atau ornamen tetapi lebih memunculkan bentuk-bentuk geometris yang kuat dan perulangan-perulangan (pattern). Jumlah Bangunan Art deco di Bandung sangat signifikan, Bandung berada di peringkat 9 dari 10 kota berarsitektur Art deco terbanyak di dunia hanya satu tingkat di atas kota kelahiran Art deco sendiri, yaitu Paris (Globe Trotter, 2001). Beberapa contohnya adalah hotel savoy homann, hotel preanger, villa isola, gedung jaarbeurs, villa mei ling, restoran BMC, stasiun kereta api Bandung, bioskop luxor, gedung Merdeka, gedung landmark, gedung drieu kleur, gedung singer dan gedung ons aller belang. Societit Concordia atau Gedung Merdeka 14 Art Nouveau Gaya arsitektur ini kaya dengan ornamen-ornamen penghias gedung. Salah satu contohnya adalah gedung Bank N.I.Escomto Mij yang sekarang menjadi gedung Bank Mandiri. Selain itu, bioskop Oriental pada awal 1930-an yang kemudian berganti nama menjadi bioskop Aneka pada tahun 1960-an termasuk kedalam bangunan bergaya Art Nouveau. Indische Empire Stijl atau Neo Klasik Gaya arsitektur ini berkembang pada tahun 1800-an, merupakan arsitektur yang digemari tuan-tuan tanah kaya Belanda. Mereka menganggapnya sebagai perlambang kekuasaan. Gedung Polwiltabes Bandung di Jalan Merdeka dibangun dengan gaya arsitektur ini pada tahun 1866, yang dicirikan pada penggunaan tiang-tiang kolom dari Ionic Order. Masyarakat Bandung menyebut gedung Polwiltabes ini sebagai ‘sakola raja’. Bangunan lainnya adalah gedung Middelbare Opleidingschool Voor Inlandsche Ambtenaren (MOSVIA) terletak di Jalan Moh. Toha dibangun dengan gaya Neo Klasik pada tahun 1910-an. Heritage Factory Outlet 15 Salah satu Factory Outlet di Bandung yang memiliki gaya arsitektur Neo Klasik adalah The Heritage Factory Outlet di Jalan Riau (Jln. L.L.R.E. Martadinata). Bangunan bekas rumah dinas Direktur Gouvernments Bedrijven (GB) ini dibangun pada tahun 18951900. Memiliki ciri Neo Klasik dengan pilar ionik yang anggun. Gedung ini merupakan salah satu bangunan bergaya Neo Klasik yang masih terawat di Bandung, sempat menjadi kantor dan tempat pertemuan organisasi Maesa, rumah tinggal, perkantoran, gedung pendidikan, dan sekarang menjadi Factory Outlet. Oud Indisch Stijl atau Klasik Indis Oud Indisch Stijl atau Klasik Indis adalah suatu gaya arsitektur yang sangat digemari pada jaman VOC (Vereniging Oost Indische Compagnie) dan pada awal pemerintahan Hindia Belanda. Gaya arsitektur bangunan seperti ini tidak terlalu banyak jumlahnya di Bandung. Fokus utama gaya ini tertuju pada kolom bergaya Yunani (Greek Revival). Contohnya Rumah Residen Priangan yang kini menjadi tempat tinggal Gubernur Jawa Barat dan diberi nama Gedung Pakuan. Klasik Eropa Beberapa bangunan bergaya Klasik Eropa antara lain Toko De Vries di Persimpangan Jalan Braga – Asia Afrika, Gedung Departement Van Oorlog (DVO) atau gedung Kodam III Siliwangi, dan Bekas gedung Bank Exim yang sekarang menjadi gedung Bank Mandiri di Jalan Asia Arika. Gedung Bank Mandiri di Jln Asia Afrika 16 Arsitektur Indisch atau Indo Europeesche Architectuur Stijl. Arsitektur Indisch merupakan sebuah bukti perpaduan antara budaya barat dengan budaya lokal (timur). Kehadiran arsitektur ini bukan saja menjadi bukti perpaduan budaya barat dan lokal/vernakular (timur) di Bandung, namun juga merupakan wujud kepekaan arsitek Belanda terhadap kondisi lokal. Perkembangan ini tidak lepas dari nama seperti Ed Cuypers, PAJ Moojen dan Henri Maclaine Pont. Ketiganya arsitek yang berhasil merintis wacana dan memadukan langgam arsitektur barat dengan bentuk arsitektur tradisional atau lokal nusantara, yang mana pada perkembangannya kemudian sering disebut sebagai Indo-Europeesche Architectuur Stijl. Menurut Charles Prosper Wollf Schoemaker, guru besar arsitektur Technische Hogeschool Bandoeng (ITB) tahun 1924-1938, ciri bangunan berlanggam arsitektur Indo-Eropa ini relatif mudah dikenali. Pencarian bentuk arsitektur yang responsif terhadap kondisi iklim dan geografis setempat inilah yang membawa pada seni bangunan baru, yakni Arsitektur Indisch. Apabila dilihat secara keseluruhan, Henry Maclaine Pont telah membuat sebuah kejutan dan perubahan besar terhadap dunia arsitektur Indonesia pada masa itu dengan pendekatan disain yang diterapkan pada karyanya yaitu kompleks bangunan Technische Hogeschool Bandoeng yang sekarang dikenal dengan ITB (Institut Teknologi Bandung). Kampus Instistut Teknologi Bandung 17 Maclaine Pont tidak hanya memberikan impresi yang sangat kuat terhadap gaya Arsitektur Tropis namun juga pada Arsitektur Tradisional Timur, hal ini dapat dilihat pada aplikasi pendekatan kosmis dan sumbu utara selatan yang sangat kuat. Bangunan kompleks Sekolah Tinggi Teknik Bandung merupakan kehadiran arsitektur Indonesia yang memberikan arti penting dalam perkembangan arsitektur Belanda di Indonesia. Melalui jajak pendapat dan deskripsi oleh para ahli, ciri dari langgam arsitektur Indisch relatif mudah dikenali. Ciri-cirinya antara lain dapat ditemui pada bangunan Technische Hogeschool Bandung (ITB) yaitu : 1. Bangunan pada umumnya simetris 2. Ritme vertikal dan horizontal relatif sama kuat 3. Kontruksi disesuaikan dengan iklim tropis, terutama pada : a. Pengaturan ruang b. Pengaturan sirkulasi udara c. Pemasukan pencahayaan sinar matahari d. Perlindungan terhadap curah hujan, Dll Perkembangan Gaya Arsitektur Bangunan Kuno Bandung (gambar) b. Arsitek Bangunan Bersejarah Bandung Nama C.P.W. Schoemaker Karya Keterangan Villa Isolla Jaarbeurs Gedung Merdeka Gedung PLN Grand Hotel Preanger SMU 3 dan SMU 5 Gedung Landmark Mesjid Cipaganti Gereja Santo Petrus 18 dst R.L.A. Schoemaker Gedung Gas Negara Toko Concurent Kantor Insulinde dst Henrie Maclane Pont Institut Teknologi Bandung A.F. Albers Hotel Savoy Homann Museum Asia Afrika Rumah Tinggal di Jalan Pagergunung dst Ir. Soekarno Asrama di Jalan Gatotsubroto 54-56 Rumah Tinggal di Jalan Kasim 6,8,10,31 Mesjid di Jln Perintis Kemerdekaan 5 Menalda Van Schouwburg Museum Geologi Ir. J. Gerber Gedung Sate (Data selengkapnya bisa dilihat di lampiran) Orang-orang Belanda membuat gedung-gedung besar dan megah di tanah jajahannya, kadang-kadang melebihi dari yang ada di negaranya. Kenyataan ini membuktikan bahwa sebetulnya Belanda tidak pernah berfikir untuk meninggalkan Indonesia. Bahkan mereka menganggap Indonesia sebagai ‘Verre-Vaderland’, tanah air ke-dua mereka dan beberapa diantara mereka tidak menyetujui adanya penjajahan di bumi pertiwi. Salah satu ukuran dalam menilai karya arsitektur adalah kemampuan bangunan tersebut untuk bertahan, dalam arti mendapat penghargaan spontan dari masyarakat. Gedung yang berhasil akan dengan sendirinya tetap bertahan dari waktu ke waktu dan dekat (secara psikologis) dengan masyarakatnya. Meskipun tidak sebanding dengan karya jenius nenek moyang kita seperti Borobudur, Prambanan, dan lainnya, bangunan-bangunan kolonial dapat dikatakan sebagai karya arsitektural yang berhasil karena mempunyai nilai sejarah dan arsitektural yang tinggi. Unsur-unsur teknis adalah suatu hal yang tidak dapat diabaikan dalam arsitektur. Akan tetapi keberhasilan tersebut juga merupakan hasil dari kepekaan para arsiteknya 19 dalam penyesuaian terhadap lingkungan, iklim, dan terutama budaya setempat. Kepekaan arsitek Belanda terhadap iklim dan lingkungan tropis, terlihat pada elemenelemen konstruksi untuk mengatur penghawaan, pengcahayaan, dan juga perlindungan terhadap hujan. Hampir semua bangunan terutama yang besar, mempunyai gang mengelilingi pada bagian luar. Bagian ini mempunyai fungsi ganda, sebagai penghubung, isolasi panas dari sinar matahari langsung. Demikian juga atap besar dengan kemiringan tajam, bahkan kadang-kadang terdiri dari dua lapis dengan celah untuk mengalirkan panas. Ruang-ruang berplafond tinggi juga salah satu cara untuk menghindari panas dalam ruang. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semua itu merupakan ciri khas bangunan kolonial. Beberapa arsitek belanda seperti Thomas Karsten dan Maclaine Pont, tidak diragukan lagi penguasaannya terhadap arsitektur dan budaya tradisional. Bahkan arsitek yang disebut terakhir mempelajari secara mendalam reruntuhan Majapahit, Candi-candi dan masyarakat sekitarnya. Mereka belajar dari lingkungan, budaya dan arsitektur setempat sehingga dapat mewujudkan karya bernilai tinggi. 3. Contoh Bangunan bersejarah di Bandung Gedung sate 20 Gedung sate dikenal sebagai sebagai ikon Jawa Barat dan Kota Bandung khususnya. Ciri khasnya terletak pada bentuk atap bangunan yang menyerupai tusuk sate dengan enam bulatan bola besi yang melambangkan biaya pembangunan gedung ini sebesar 6.000.000 gulden. Gedung ini dibangun pada tahun 1920-1924, arsiteknya adalah Ir. J. Gerber. Arsitektur gedung sate merupakan perpaduan antara gaya Italia, Moor Renaissance dengan gaya arsitektur Hindu dan Islam. Ornamen berciri tradisional seperti pada candi Hindu terdapat pada bagian bawah dinding gedung, sedangkan pada bagian tengahnya ditempatkan menara beratap tumpak seperti meru di Bali, lazim digunakan pada gaya arsitektur Islam. Gedung Merdeka Gedung Merdeka yang terletak di Jalan Asia Afrika No. 65 Bandung , dibangun untuk pertama kalinya pada tahun 1895. Pada waktu itu hanya berupa bangunan sederhana yang digunakan sebagai semacam warung kopi. Selanjutnya, secara berturut-turut, yakni pada tahun 1920 dan 1928 gedung tersebut diperbaharui sehingga menjadi gedung seperti sekarang. Pembangunan gedung tersebut terakhir dilakukan dengan rancangan yang dibuat oleh dua orang arsitek berkebangsaan Belanda bernama Van Gallen Last dan C.P. Wolff Schoemaker. Keduanya adalah Guru Besar pada Technische Hogeschool (Sekolah Teknik Tinggi), yaitu ITB sekarang. Pada waktu itu gedung yang diberi nama SOCITEIT CONCORDIA dipergunakan sebagai tempat rekreasi oleh sekelompok masyarakat Belanda yang berdomisili di kota Bandung dan sekitarnya. Mereka adalah para pegawai perkebunan, perwira, pembesar, pengusaha, dan kalangan lain yang cukup kaya. Pada hari libur, terutama malam hari, gedung ini dipenuhi oleh mereka untuk menonton pertunjukan kesenian, makan malam, dan hiburan lainnya. Sociteit Concordia termasuk gedung paling mewah dibandingkan dengan gedung-gedung Sociteit lainnya di Kota Bandung . Nama Societit Concordia diubah menjadi Gedung Merdeka oleh Presiden Ir. Soekarno bersamaan dengan penunjukkan kota Bandung sebagai tuan rumah Konferensi Asia Afrika. Jalan Braga Kawasan Braga sudah dikenal para wisatawan asing sejak masa Hindia Belanda dan merupakan salah satu unsur yang menjadikan kota Bandung menerima julukan Parijs Van Java. Kawasan Braga sempat dijuluki De meest Eropeesche winkelstraat van Indie (Kompleks pertokoan Eropa paling terkemuka di Hindia Belanda). 21 Technische Hoogeschool atau ITB Kota Bandoeng Tempo Doeloe dikenal sebagai kota pendidikan pada masa itu karena banyaknya sekolah yang tersedia. Salah satunya adalah Technische Hoogeschool yang merupakan sekolah tinggi teknik pertama di Hindia Belanda. Pemilihan lokasi kampus di kawasan utara kota Bandung merupakan keputusan yang tepat karena berhawa sejuk sehingga ideal untuk lingkungan pendidikan dan terbukti sampai sekarang. TH dibangun berdasarkan rancangan Ir. Henrie Maclaine Pont pada tahun 1918. Bangunan ini diresmikan pada tahun 1920. K.A.R Boscha, yang dikenal sebagai raja teh Malabar adalah salah seorang tokoh pendiri sekolah ini. Arsitektur bangunan ini merupakan perpaduan antara gaya barat dengan penerapan budaya lokal, contohnya adalah bentuk aula timur dan barat yang khas karena menerapkan bentuk atap tradisional Sunda Besar. Bentuk khas atap Sunda, Minangkabau atau rumah Batak. TH pada perkembangannya banyak melahirkan pemimpin bangsa salah satunya Ir. Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. 4. Bangunan Bersejarah yang Dirobohkan atau Terancam Punah Beberapa bangunan yang pernah berdiri di Kota Bandung dengan nilai arsitektur tinggi sekarang sudah lenyap, antara lain Singer Building di Simpang Lima, kompleks bangunan pertokoan di Naripan, dan gedung bekas Departemen Sosial (Depsos) di Jalan Ciumbuleuit yang kini berubah menjadi pusat pertokoan dan restoran. Bangunan pendopo di Jalan Dalem Kaum dan gedung Mapolwiltabes (bekas gedung HIK/Sakola Raja) terancam. Beberapa bangunan yang tergusur akibat pembangunan fisik kota, misalnya gedung dengan nama Lux Vincet di Jalan R.E. Martadinata dekat Taman Pramuka, musnah akibat perkembangan pembangunan fisik kota. Pembangunan Hotel Planet (2005) yang banyak menimbulkan pertentangan karena berada persis berhadapan dengan Gedung Pakuan merupakan pelanggaran terhadap UU Cagar Budaya No. 5/1992. Sebab, Gedung Pakuan berdasarkan UU Cagar Budaya merupakan benda cagar budaya yang harus dilestarikan, termasuk lingkungan sekitarnya. Pelestarian benda cagar budaya merupakan amanat UU yang sudah seharusnya ditaati semua warga negara. 22 Dalam rangka pembangunan Mesjid di areal Gedong Sate, dilakukan penggalian lahan di belakang Gedung DPRD Jabar dan sudah dilakukan sejak awal Ramadan (oktober 2006). Lahan yang dulunya merupakan tempat parkir dan terdapat banyak pohon peneduh (ki hujan, angsana, dan flamboyan), sudah berubah menjadi galian besar untuk fondasi, dengan ukuran sekira 25x25 meter. Pohon-pohon peneduh ditebang. Sebagian kendaraan kini diparkir di atas lahan berumput (taman) di samping Gedung DPRD. Persoalan pembangunan Mesjid di areal Gedong Sate ini bukan hanya menyangkut perizinan tetapi juga berhubungan dengan aspek pelestarian bangunan bersejarah dan tata lingkungan. Terlebih lagi bangunan tersebut akan didirikan di areal Gedong Sate yang sudah menjadi landmark kota Bandung. 5. Perundang-undangan yang berkaitan dengan bangunan bersejarah Ketentuan hukum yang berkaitan dengan bangunan bersejarah antara lain ; • Undang Undang Republik Indonesia No 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. • Peraturan Pemerintah tahun 2003 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Bangunan Gedung. (Data selengkapnya bisa dilihat di lampiran) 6. Teori dan Teknik Konservasi Bangunan Bersejarah Teori arsitektur dalam konservasi • Architecture in context (Brolin, 1986) • Konteks dan kontras (Headman, 1984) • Visual appropriatness (Bentley, 1985) Ketiga teori diatas menekankan pada pengambilan nilai-nilai lingkungan di sekitar untuk diterapkan pada rancangan bangunan. Konservasi tidak semata-mata mendasarkan pada nilai sentimentil, tetapi juga menggunakan taktik efisiensi ekonomi. Dalam hal ini, konservasi diartikan sebagai usaha meningkatkan kualitas bangunan dan lingkungan, seperti ‘reutilisasi’. 23 Teori Place Teori Place merupakan salah satu teori arsitektur, teori ini menyarankan untuk memberikan penambahan ruang fisik yang diperkaya oleh bentuk-bentuk unik dan detail asli (pemasukan unsur-unsur asli). Berbeda dengan teori lainnya, Teori Place menambahkan komponen kebutuhan-kebutuhan dan buadaya manusia, sejarah dan konteks alam. Hal pokok dari Teori Place terletak pada desain ruang adalah penekanan karakter budaya manusia di dalam ruang fisik. Suatu ruang dapat menjadi “place” hanya jika ia memberikan suatu makna kontekstual yang diturunkan dari masalah budaya setempat, hal ini berarti lebih bersifat interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Ruang (space) akan menjadi tempat (place) jika mempunyai makna yang berangkat dari kebudayaan atau kandungan regionalnya. Sistem place dibutuhkan manusia untuk mengembangkan kehidupan sosial budaya. Sense of place dapat diwujudkan melalui : • Elemen dan bentuk yang mudah dikenal • Tempat yang memberi rasa aman dan nyaman Pengaruh Lanskap dan Ruang atas Perilaku Komunikasi (Prof.DR. Deddy Mulyana, M.A, 2005) Lanskap, eksterior dan interior gedung atau ruangan, juga lokasinya, menimbulkan efek tertentu pada perasaan manusia. Karena manusia hidup pada ruang fisik, mereka terikat atau dipengaruhi oleh ruang fisik tersebut. Tempat dapat menjadi bagian dari identitas diri dan juga bagian dari kenangan hidup baik yang indah atau menyedihkan. Secara emosional orang akan terikat kepada tempat lama mereka. Mereka akan senantiasa mengenang di mana mereka pernah tinggal, belajar atau bekerja, terutama jika pengalaman mereka menyenangkan. 24 2.2.2 Perusahaan dan Lembaga terkait Bandung Heritage Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung (Bandung Heritage) merupakan organisasi non pemerintahan yang bekerja non profit. Didirikan sejak 1987 oleh orang-orang yang concern terhadap konservasi bangunan, lingkungan dan kebudayaan Bandung. Kebanyakan pendiri Bandung Heritage pada masa itu adalah arsitek dan planolog. Pada awalnya Bandung Heritage hanya bergerak di bidang konservasi bangunan tetapi karena permasalahan semakin berkembang maka LSM ini pun bergerak di bidang lain seperti kebudayaan. Berbagai kegiatan Bandung Heritage yaitu menginventaris bangunan bersejarah Bandung, bersama-sama pemerintah menyusun Rancangan Peraturan Daerah (Raperda), melakukan pemugaran bangunan-bangunan bersejarah Bandung (gedung Indonesia Menggugat, Sawunggaling, BANK NISP, gedung Galeri Kita, dst). Saat ini anggota Bandung Heritage berjumlah kurang lebih 500 orang dari berbagai latar belakang termasuk mahasiswa. Mereka biasa mengadakan pertemuan rutin bulanan membahas isu-isu kemudian memfollow-up menjadi kegiatan. Bandung Heritage memberikan konsultasi cuma-cuma bagi pemilik bangunan bersejarah yang akan merenovasi bangunannya. Uniknya, apabila sebuah bangunan yang tergolong bangunan bersejarah akan direnovasi, dipugar atau dialihfungsikan harus mendapatkan ijin dari Pemerintah Kota, kemudian Pemkot akan merujuk Bandung Heritage untuk menentukan batas-batas renovasi. Jika tidak ada rekomendasi 25 dari Bandung Heritage maka tidak ada pula ijin dari Pemkot yang berarti proses renovasi atau alih fungsi bangunan menjadi tidak bisa dilanjutkan. Berbagai studi daerah di kota Bandung sudah dilakukan Bandung Heritage, salah satunya studi kawasan Jalan Braga yang bekerja sama dengan University of Singapore. Selain itu ada juga program ’Heritage Goes to School’ yaitu pengenalan Bandung dan warisan budayanya bagi pelajar-pelajar di kota Bandung. Bandung Heritage sudah melakukan riset dan Inventaris jadi bangunan yang termasuk dilestarikan memiliki syarat berusia lebih dari 50 tahun dan gaya arsitekturnya yang mewakili jamannya. Menurut Kang Dadan Nugraha (Sekjen Bandung Heritage), terdapat beberapa kendala pelestarian yaitu : • Belum adanya Perda (karena itu Bandung Heritage melakukan inventaris untuk merancang Raperda bersama Pemkot). • Sosialisasi pelestarian yang belum tersampaikan dengan baik. • Kendala utama adalah belum adanya kesadaran masyarakat akan warisan budaya Bandung. Banyaknya bangunan bersejarah yang hilang dijadikan plaza atau factory outlet membuat kita prihatin. Perlu peran serta kita semua untuk melestarikan bangunan yang bernilai sejarah dan warisan budaya ini. Keanggotaan Bandung Heritage Untuk menjadi relawan/volunteer di Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung (Bandung Heritage Society), anda harus sanggup meluangkan waktu, pemikiran, dan tenaga tanpa dibayar bahkan terkadang harus sanggup menggeluarkan dari biaya kantong sendiri. Selama menjadi anggota Bandung Heritage Society anda harus memiliki komitmen untuk memberikan keahlian yang anda miliki, dapat bekerja dalam team. Mempunyai visi yang sama yaitu melestarikan benda cagar budaya. 26 Bandung Heritage percaya bahwa identitas Bandung, yang diperoleh dari budayanya yang khas, adalah milik yang paling beharga kota ini dan karena itu perlu diperkokoh keberadaannya. Untuk itu Bandung Heritage Society mengajak semua orang untuk dapat berperan serta dalam upaya-upaya pelestarian bangunan dan atau kawasan bersejarah khususnya di Kota Bandung dan Indonesia pada umumnya dengan bergabung menjadi anggota. Anggota Bandung Heritage berasal dari segala umur dan dari berbagai latar belakang. Adapun persyaratannya adalah anda harus mengisi formulir keanggotaan, formulir tersebut dapat diantar langsung atau dikirim melalui pos, fax atau e-mail ke sekertariat Bandung Heritage. Selain itu anda wajib membayar iuran tahunan sebesar Rp. 30.000 untuk pelajar atau mahasiswa dan Rp. 75.000 untuk umum. Iuran tersebut akan digunakan untuk operasional sekretariat Bandung Heritage dan untuk kegiatan-kegiatan keanggotaan. Untuk pembayaran anda dapat langsung datang ke sekretariat Bandung Heritage Society atau melalui transfer bank (untuk metode pembayaran transfer , anda diharuskan mengkonfirmasikan pembayaran melalui fax /telepon atau email). Kegiatan Bandung Heritage • Inventarisasi bangunan dan lingkungan bersejarah • Konsultasi revitalisasi/renovasi bangunan bersejarah Bandung • Penerbitan buku/brosur wisata warisan budaya • Pameran, seminar dan konferensi • Kegiatan lain • Penghargaan Alamat Bandung Heritage Jalan L.R.E Martadinata No 209 Bandung 27 Jawa Barat Indonesia 40114 022-7234661/08156130133 022-7234661(Fax) 2.2.3 Sasaran / Target Identifikasi dan segmentasi sasaran dilakukan untuk menjawab pertanayaan ”who shall I talk to? ”. Hal ini perlu dilakukan karena kampanye tidak bisa ditujukan kepada semua orang secara serabutan. Tidak benar jika dikatakan ”bicara pada semua orang” akan meningkatkan hasil kampanye. Dengan melakukan identifikasi dan segmentasi sasaran maka proses perencanaan selanjutnya akan lebih mudah, hingga akhirnya akan melancarkan pelaksanaan kampanye. Kekuatan penentu kebijakan konservasi kota terletak pada : 1. Power, kekuasaan pemerintah 2. Profit, kekuasaan pemegang posisi kunci dalam keputusan ekonomi 3. People, masyarakat penghuni kota Meskipun Perda tentang bangunan bersejarah Bandung belum rampung, Pemerintah Kota sudah memainkan peranan yang strategis dalam upaya pelestarian. Hal ini ditunjukkan lewat berbagai kerjasama yang telah dilakukan dengan Bandung Heritage, antara lain inventarisasi bangunan bersejarah Bandung dalam rangka menyusun rancangan Perda (bekerjasama dengan Disbudpar, Dinas PU), penerbitan buku (bekerjasama dengan Disbudpar), Seminar, Pameran, dsb. Keberadaan bangunan bersejarah di Bandung tidak lepas dari masyarakat Kota Bandung sendiri utamanya para pengusaha yang memiliki andil besar terhadap perkembangan bisnis di Bandung melalui pendirian berbagai mall, factory outlet, gedung bertingkat, apartemen, dsb. Kenyataan di lapangan menunjukkan beberapa diantaranya menggusur bangunan bersejarah Bandung. 28 Target utama kampanye ini adalah para pengusaha, terutama orang-orang yang memiliki kepentingan dengan bisnis properti di Bandung .Sedangkan target sekundernya adalah masyarakat Bandung. Selama ini para pelaku pembangunan properti komersial di Kota Bandung berasal dari Jakarta, sedangkan pengusaha setempat umumnya membangun perumahan atau rumah toko di pinggiran kawasan Bandung. Sementara yang membangun mal, apartemen, dan properti komersial lainnya kebanyakan perusahaan pengembang dari Jakarta. 2.2.4 Media Media periklanan meliputi segenap perangkat yang dapat memuat atau membawa pesan-pesan penjualan kepada calon pembeli. Sebuah pesan komunikasi tidak akan bisa mencapai target komunikasinya tanpa adanya perantara media. Media yang digunakan juga menentukan efektif tidaknya sebuah komunikasi. Untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan memberikan dampak seperti yang deharapakan, diperlukan pemilihan media komunikasi yang tepat. Dalam dunia periklanan modern secara umum media diklasifikasikan kedalam dua kategori yaitu media lini atas (above the line) dan lini bawah (below the line). Iklan media above the line adalah media yang bersifat massa, dimana penerima pesan antara satu sama lain tidak saling kenal dan menerima pesan tersebut secara serempak. Sedangkan below the line adalah media dimana dalam pemasangannya tidak memerlukan biaya seperti brosur, flyer dan poster. Kampanye ini akan memanfaatkan media lini atas dan lini bawah yang disesuaikan dengan kebiasaan target. Media-media tersebut antara lain : • TV Spot atau Iklan Televisi • Iklan Cetak • Direct mail • Internet 29 • Ambient • Billboard Iklan Televisi Televisi merupakan salah satu media yang termasuk dalam kategori above the line. Sesuai karakternya, iklan televisi mengandung unsur suara, gambar dan gerak. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan melalui media ini sangat menarik perhatian dan impresif. Untuk iklan televisi yang berbentuk spot lebih sering disebut dengan istilah klip iklan. Penggunaan teknik animasi dalam dunia periklanan sangat membantu komunikator menyampaikan pesan lebih menarik dan dramatik. Karakteristik animasi dapat melukiskan segala sesuatu secara hampir dapat dikatakan sangat tidak terbatas dan sangat kreatif. Bahkan dengan teknik animasi, berbagai hal dapat ditampilkan secara berbeda dengan eralitasempirik, sehingga teknik ini dapat memvisualisasikan pesan sangat bebas dan bahkan tidak tebatas. Mau memvisualisasikan apa saja, bisa. Semua tergantung pada keinginan dan kemauan pengiklan saja. Kelebihan: • Memiliki sesuatu yang bisa dilihat, bisa didengar • Memungkinkan membuat alur, penokohan, cerita • Teknik pengambilan gambar yang macam-macam, spesial efek,animasi, dll • Efesiensi biaya dalam menjangkau masyarakat luas • Dampak yang sangat luas Kelemahan: • Durasi • Biaya Tinggi • Tidak selektif • Kesulitan Teknis 30 Iklan Cetak Yaitu iklan yang dibuat dan dipasang dengan mengunakan teknik cetak, baik cetak dengan teknologi sederhana maupun teknologi tinggi. Berbagai teknik cetak yang ada, misalnya dengan prinsip letterpress, photo lithography, photo gravure, sablon, inkjet, dan laser. Media yang digunakan dalam teknik cetak tersebut sangat beragam, mulai dari kertas, pelat metal, kulit, plastik, kaca, kain, dan sebagainya, Iklan yang dibuat dengan menggunakan teknik cetak ini, pada akhirnya lebih dikenal dengan nama sesuai dengan bentuk dan format media cetak. Beberapa bentuk iklan cetak yaitu; iklan cetak surat kabar, iklan cetak majalah, tabloid, iklan cetak baliho, iklan cetak poster, iklan leaflet, iklan spanduk, flyers, kemasan produk, stiker, balon udara, bus panel, dan berbagai iklan cetak lainnya. Keunggulan iklan di media cetak adalah: • Masa hidup relatif panjang • Pengolahan tipografi dan copy • Tanggapan konsumen dapat dikumpulkan. • Iklan dapat ditargetkan kepada kelompok yang spesifik • Mempunyai kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan waktu yang tersedia di radio atau televisi. • Iklan di media cetak dapat dibaca berulang kali Sedangkan kelemahannya adalah: • Masa hidup yang terlalu singkat. • Cetakan buruk. • Medium pasif. • Medium statis. • Penyajian yang buruk. • Kesalahan cetak. • Aliteracy (keengganan pembaca). Jenis iklan cetak yang akan digunakan, sebagian besar merupakan iklan advertorial dan iklan yang akan dipasang di majalah dan surat kabar yang dibaca oleh target 31 konsumen. Untuk bagian below the linenya, media yang akan digunakan adalah poster even. Direct mail Pesan dalam direct mail dapat dibuat bervariasi sesuai dengan karakteristik pihak yang akan dituju. Bahkan isi pesan tersebut dapat dibuat bersifat personal seperti surat biasa. Jika kontributor benar-benar diseleksi maka kemungkinan direct mail ini akan disambut dengan hangat, karena pada umumnya orang senang menerima surat (Jefkins, 1994). Demikian pula dengan waktu pengiriman, dapat dipilih sedemikian rupa sesuai pada rencana kampanye agar diterima oleh kontributor pada saat yang paling tepat. Banner Website di Internet Keberadaan murah, aktif, pesan dapat berupa animasi, suara dan warna untuk menarik perhatian, penyedia informasi yang serba cepat, dsb. Kelemahannya adalah akses terbatas pada kalangan tertentu, sulit untuk direspons. Ambient Media Arti sebenarnya dari kata ambient sendiri, menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary adalah on all sides; surrounding. Yang dimaksud dengan media ambient adalah sebuah bentuk media periklanan yang menggunakan keadaan dari lingkungan sekitar dalam proses kreatif persuasifnya. Sebagai sebuah media yang baru, ambient ini sedang cukup digandrungi oleh dunia periklanan karena konsep kreatif dan eksekusinya yang tidak biasa. Billboard Billboard tergolong kedalam media traffic atau media luar ruang yang biasa memanfaatkan sarana lalu lintas. Perlu kejelian untuk memanfaatkan media ini karena target hanya akan merespons sambil lalu (saat mengemudi) sehingga informasi yang disampaikan tidak bisa terlalu padat tetapi seefektif mungkin. 32 2.2.5 Tinjauan Terhadap Kampanye Sejenis Kampanye mengenai bangunan bersejarah Bandung selama ini pada umumnya masih terbatas pada event saja. Bandung Heritage mengadakan berbagai pameran foto, pemutaran video dan seminar. Heritage walk (2003) yaitu kegiatan wisata menulusuri sejarah Bandung Lautan Api melalui bangunan tua di Bandung, kerjasama antara Bandung Heritage dan Bandung Trails. Heritage Goes To School (2004) yaitu pengenalan sejarah budaya Kota Bandung dan bangunan bersejarahnya kepada para pelajar, kerjasama antara Bandung Heritage dengan McDonalds. Pembersihan stilasi Bandung Lautan Api (2004). Malam Braga Kaget (1998-1999). Pameran Ngabandungan Bandung dan Diskusi tentang Pasar Tradisional dan Modern ; Dalam rangka Hari Jadi Kota Bandung yang ke-196 (2006), kerjasama antara Bandung Heritage dengan Be Mall. 33