“GERAKAN 30 SEPTEMBER”. Melihat sendiri bahwa nama GESTAPU itu, tidak begitu “laku” dan tidak digunakan oleh media internasional, maka Jendral Suharto menggantikannya dengan nama ‘G30S-PKI”. Didepan kata-kata “G.30.S” diselipkan kata “pemberontakan”, kemuudian dibelakang ditambah kata “PKI”. Penamaan terakhir dari klik Jendral Suharto, yaitu “Pemberontakan G30S-PKI”, mengungkapkan maksud strategis mereka yang sesungguhnya, yaitu mengarahkan ujung tombak serangan mereka kepada PKI. Jadi, G30S itu sekadar stasiun perantara saja, yang pokok adalah menampilkan PKI sebagai “pemberontak”, yang harus dihancur-musnahkan. Ujung tombak pada PKI , punya latar belakang yang lebih besar dan lebih strategis lagi, bisa dikatakan tujuan terkahir yang! nyambung dengan strategi “Perang Dingin” mengenai Indonesia, yaitu menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno. Tidak sulit untuk melihat bahwa sesungguhnya sejak Proklamasi Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, Amerika Serikat dan Blok Barat yang dikepalainya, secara berencana dan terus menerus berusaha untuk memasukkan Republik Indonesia ke dalam blok AntiKomunis Amerika Serikat. Satu kali tempo usaha tsb dilakukan melalui jalan diplomasi, seperti yang dilakukan oleh utusan AS dalam Komisi Tiga Negara, yang berusaha untuk mengkompromikan fihak-fihak Republik Indonesia dan Nederland, pada tahun-tahun perang kemerdekaan (1945-1949), dengan “Red Drive Proposalnya” terhadap RI. Usaha ini dilanjutkan sesudah kemerdekaan Indonesia diakui secara internasional dengan ditandatanganinya Persetujuan Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Republik Indonesia dan Nederland. Yaitu dalam bentuk mendesakkan kepada Indonesia untuk ambil bagian dalam persetujuan militer dengan Amerika (Mutual Security Act),kemudian melalui usaha untuk menarik Indonesia masuk menjadi anggota SEATO – South East Asia Tre! aty Organization -. Usaha- usaha “lunak » ataupun “diplomatis’ Amerika ini ditolak oleh Indonesia, yang menjalankan politik luarnegero yang “BEBAS AKTIF UNTUK PERDAMAIAN DUNIA DAN MENYOKONG GERAKAN KEMERDEKAAN DI ASIA DAN AFRIKA”. Politik luarnegeri Indonesia ini amat jelas termanifestasi dengan usaha Indonesia mempersatukan bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk mentuntaskan tugas dekolonisasi di Asia dan Afrika, dalam inisaitif dan pengorganisasin KONFERENSI ASIA – AFRIKA DI BANDUNG, April 1955. Melihat bahwa usaha ini tetap ditolak oleh Republik Indonesia, maka Amerika beralih ke cara “under-cover” , yang terutama menggunakan CIA untuk melakukan intervensi militer lewat pemberontakan PRRI/Permesta. Ketika semua ini gagal, meletuslah “Red Drive” secara besar-besaran yang telah menimbulkan lebih sejuta korban rakyat Indonesia yang tidak bersalah. Dimulai, dengan direbutnya kekuasan negara oleh Suharto pada bulan Oktober 1965, dengan licik dan canggih menggunakan Perisitiwa Gerakan 30 September,! dan terbunuhnya 6 jendral dan seorang pewira menengah, menggulingkan dan akhirnya menahan serta membunuh (secara peralahan-lahan) Presiden Republik Indonesia Ir. Sukarno. PENGGULINGAN PRESIDEN SUKARNO akhirnya dicapai oleh Amerika Serikat, Inggris dan Blok Barat, lewat tercetusnya Peristiwa 30 September 1965, melalui penghancuran PKI dan kekuatan Kiri Indonesia, sesudah dilakukannya pembantaian lebih sejuta rakyat yang tidak bersalah, lewat penghancuran hak-hak demokrasi dan HAM di Indonesia. Yang berlangsung terus selama 32 tahun sampai digulingkannya Suharto oleh Gerakan Reformasi dan Demokratisasi di Indonesia. - Bung Karno (BK) adalah seorang jenius yang disegani oleh dunia internasional di masa hidupnya. BK mempunyai visi sangat jauh kedepan untuk Indonesia yakni Indonesia adalah: non blok, mandiri (berdikari = berdiri diatas kaki sendiri), berkepribadian kuat, berbasis Bhineka Tunggal Ika (pluralisme), serta berdasar Pancasila, dan tidak mau tergantung pada utang luar negeri (semboyan BK: “Go to hell with your aids!”). Pada usia yang masih muda (k.l. 30 tahun), Soekarno muda sudah berani menelorkan gagasan “Indonesia Menggugat” didepan pengadilan Belanda. - Super power dunia saat itu (1960 s/d 1980) adalah USA yang kapitalis dan Rusia yang komunis. Kedua negara adidaya ini terusmenerus menjadi sumber kekacauan/pergolakan (atau dalang internasional) di banyak negara berkembang di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Indonesia dengan segala kelebihannya/kekayaan alamnya jelas merupakan target perebutan hegemoni oleh kedua negara adidaya tsb. - Untuk menguasai Indonesia, USA dkk. dengan cerdik telah menyiapkan SDM, kelompok SDM ini nantinya disebut sebagai Mafia Berkeley (untuk intelektual sipil) dan Mafia West Points (untuk mafia Angkatan Darat). Jendral Soeharto yang cerdas namun licik mampu melihat adanya kemungkinan untuk menguasai Indonesia melalui kupdeta militer yang merangkak. Maka Soeharto dkk. lalu melakukan konspirasi dengan USA (via CIA) tuk menusuk bangsanya sendiri (Bung Karno) di tahun 1965. Pada tahun 1965, Indonesia sedang dijadikan ajang pertempuran ideologi antara USA dkk. melawan Rusia dkk. USA dibelakang militer/AD dan mahasiswa, sedangkan Rusia dibelakang PKI. Di Indonesia yang menang USA, di Vietnam yang menang Rusia. - Pembunuhan para jendral (Ahmad Yani, Suparman, Tendean, dst) adalah dikarenakan mereka menolak melepas prinsip non blok dan menolak untuk berpihak pada regim Soehato/USA. Selain itu, mereka harus dihabisi Soeharto dkk. agar tidak menjadi pesaing/duri dalam daging. Nasution yang dapat menyelamatkan diri, akhirnya terpaksa bergabung dengan Soeharto; pada akhirnya: Jendral Soeharto menjadi presiden, dan Nasution menjadi ketua MPRS, mulai saat itu Indonesia dibawah regim militer (eksekutip dan legislatip dibawah militer) dan menjadi negara boneka USA! Keterlibatan AS dalam kupdeta militer yang merangkak di tahun 1965 di Indonesia sudah banyak ditulis. Semalam sebelum pembunuhan, Soeharto telah diberitahu oleh Latief akan adanya aksi ini, namun ia tidak bertindak sama sekali. Selain itu, para jendral itu harus dihabisi Soeharto dkk. agar tidak menjadi pesaing/duri dalam daging. Nasution yang dapat menyelamatkan diri, akhirnya terpaksa bergabung dengan Soeharto; pada akhirnya: Jendral Soeharto menjadi presiden, dan Nasution menjadi ketua MPRS, mulai saat itu Indonesia dibawah regim militer (eksekutip dan legislatip dibawah militer, sehingga tak dapat disangkal lagi bahwa telah terjadi coup d’etat oleh TNI AD!), dan Indonesia menjadi negara boneka USA!