Masalah Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan di Indonesia Kelompok 5 Di susun oleh: Ana Fitri Nurbaiti 2014-12-046 Marlina Fili 2014-12-052 Dapid 2014-12-064 Ika Rizky Oktaviana 2014-12-071 Kartikia Melati Putri 2014-12-057 Latar Belakang Masalah besar yang dihadapi negara yang sedang berkembang adalah disparitas atau ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu terjadiya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah kemiskinan. Masalah kesenjangan pendapatan dan kemiskinan tidak hanya dihadapi oleh negara sedang berkembang, tetapi juga bisa dihadapi oleh negara maju, perbedaannya terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangan dan angka kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah penduduk suatu negara. Masalah tersebut tidak jarang dapat menimbulkan konsekuensi negative terhadap kondisi social dan politik. Kinerja Perekonomian Indonesia Sistem demokrasi yang dianut Indonesia setelah merdeka, adalah Demokrasi Terpimpin, yaitu era dimana “politik menjadi panglima”. Presiden Soekarno memfokuskan pembangunan pada upaya peningkatan “persatuan dan kesatuan bangsa”. Di era pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia memfokuskan diri pada pembangunan di “bidang perekonomian”. Ini ditandai dengan adanya grand planning pembangunan yaitu Repelita yang dimulai tahun 1969. Pemerintahan pasca Soeharto, terutama era Habibie (yang seterusnya dinamakan era reformasi), menjalankan program stabilisasi makroekonomi melalui kebijakan moneter dan fiskal. Program awal difokuskan untuk mengatasi permasalahan yang sangat mendesak pada saat krisis, yaitu: meredam tekanan laju inflasi dan gejolak nilai tukar. Disparitas Distribusi Pendapatan di Indonesia Kesempatan kerja di sektor-sektor seperti industri besar, bangunan, perdagangan dan keuangan memang memberikan pendapatan dan nilai tambah yang tinggi namun ketersediaannya terbatas dan lebih banyak di perkotaan daripada di perdesaan yang didominasi oleh sektor primer, sehingga menimbulkan ketimpangan pendapatan terutama antara perkotaan dengan pedesaan. Profil Kemiskinan di Indonesia Pada masa pemerintahan soeharto Indonesia mengalami penurunan dalam angka kemiskinan absolute dan ada kenaikan dalam indikator-indikator kesejahreaan lainnya seperti tingkat kematian bayi dan angka melek huruf. Studi comparative menunjukkan bahwa akhir tahun 1980-an tingkat kemiskinan di Indonesia berada di bawah Filipina, meskipun jauh di atas Thailand dan Malaysia. Platform Kebijakan Pengentasan Kemiskinan ke Depan Dengan diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah, peran Pemerintah Daerah dalam membangun daerah menjadi titik sentral dan menjadi sangat besar, karena daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur otonominya sendiri agar mampu mandiri. Ini merupakan perubahan besar dalam sejarah tata pemerintahan. Kunci utama dari upaya penanggulangan kemiskinan di daerah adalah terbangunnya, serta melembaganya jaringan komunikasi, koordinasi dan kerjasama dari tiga pilar yang ada di daerah: Pemda, Masyarakat dan kelompok peduli (LSM, swasta, perguruan tinggi, ulama/tokoh masyarakat, dan pers). Permasalahan kemiskinan hanya dapat ditanggulangi jika tiga komponen di atas saling bekerjasama dalam semangat kebersamaan, dan berpartisipasi mencari alternatif pemecahan masalah. Kesimpulan Pendapatan Nasional (terlebih pada era Orde Baru) tidak terdistribusi secara merata, sehingga menyebabkan disparitas pendapatan masyarakat. Terjadinya disparitas pendapatan merupakan akibat dari kebijakan distribusi pendapatan yang sentralistik dan tidak “pro poor”. Diperlukan dengan segera kebijakan ekonomi yang mengarah kepada perkuatan fundamental perekonomian nasional sebagai antisipasi terhadap keadaan perekonomian global yang fluktuatif. Kebijakan makro ekonomi dan moneter yang mengupayakan tingginya laju pertumbuhan ekonomi serta meningkatnya indikator GDP/GNP, tidak mencerminkan rendahnya tingkat kemiskinan. Justru kebijakan moneter yang prudent (mengusahakan tercapainya inflasi yang rendah secara stabil) merupakan kebijakan yang “pro poor” dan menghasilkan distribusi pendapatan yang lebih baik. Sistem desentralisasi diupayakan berjalan pada jalur yang benar sebagai salah satu upaya memperkecil konflik antara pusat dan daerah dan/atau antar daerah, yang dibarengi dengan penyempurnaan regulasi-regulasi kebijakan desentralisasi yang berkeadilan. Memantapkan kembali program-program pembangunan nasional berbasis masyarakat miskin, diikuti dengan kepedulian daerah dalam mengawal dan mengawasi implementasinya di lapangan agar benar- benar tepat sasaran.