TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN dosen: Imam Moesta’in SHAVIRA KHAIRUNISSA DEVIE 106218005 IR A 2018 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI DAN DIPLOMASI HUBUNGAN INTERNASIONAL 2019 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas melimpahkan berkat rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu, lancar dan benar sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh bapak Imam Moesta’in, selaku Dosen Pendidikan Kewarganegaraan. Dan salah satu alasan mendorong dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai nilai untuk memenuhi tugas Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul “hm” Tugas makalah ini berlatangbelakang untuk memperoleh informasi untuk memahami Pancasila yang sebagai landasan hidup masyarakat Indonesia dengan memberikan sebuah contoh kasus mengenai informasi Pemberontakan G30S/PKI yang terjadi pada tahun 1965 di Indonesia beserta penumpasannya. Diharapkan makalah ini dapat membantu dan menyelaraskan pikiran mengenai informasi kepada kita semua tentang pemberontakan G30S/PKI yang pada akhirnya terciptanya Hari Kesaktian Pancasila pada tanggal 1 Oktober. Dengan terselesaikannya makalah ini, maka saya telah memenuhi tugas Pendidikan Kewarganegaraan untuk mendapatkan nilai yang terbaik dan saya harap makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Saya juga menyadari makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran perbaikan dari para pembaca untuk membangun makalah yang sempurna untuk tugas selanjutnya. JAKARTA, 8 JULI 2019 PENULIS DAFTAR ISI Kata Pengantar .............................................................................................................. Daftar Isi ......................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. I.I Latar Belakang .................................................................................................... I. II Rumusan Masalah ............................................................................................ I.III Tujuan Penulisan .............................................................................................. I.IV Manfaat Penulisan ............................................................................................ BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... II. I Terbentuknya Gerakan 30 September PKI ................................................... II. II Akhir Gerakan 30 September PKI .............................................................. BAB III PENUTUP ....................................................................................................... III. I Kesimpulan ....................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sejarah merupakan sebuah cerita dengan alur sudut pandang yang diperlihatkan melalui peristiwa dan didalamnya terdapat tokoh-tokoh besar dengan adanya dokumentasi asal-usul kejadiannya, menganalisis, yang memilih peristiwa yang sedang dianggap terkenal. Perjalanan sejarah juga banyak meninggalkan berkas kesan faktual dari seorang pemikiran tokoh yang mempunyai peran penting dan konstribusi di dalamnya. Sejarah Indonesia sungguhlah tebal bila dijadikan sebuah buku, yang melatarbelakangi lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Disini penulis akan mengambil sebuah peristiwa sejarah yang paling mencekam. Konflik ini pada awalnya merebut Papua Barat yang sekarang dikenal dengan Irian Jaya, namun konflik ini selesai dan akhirnya melanda kembali konfrontasi Indonesia menentang pembentukan Federasi Malaysia tahun 1963, disinilah para Angkatan Darat mulai menunjukkan peluang potensi mereka tampil sebagai benteng pertahanan Republik Indonesia. Kita ketahui bahwa sejarah sebelumnya, ada tiga unsur yang mendominasi kekuatan politik Indonesia, yaitu: unsur kekuatan Presiden RI, untur kekuatan TNI AD, dan unsur kekuatan PKI (Partai Komunis Indonesia). Perkembangan TNI sendiri sejalan dengan pertumbuhan dan berkembangnya Negara Republik Indonesia. Sejarah TNI dan ABRI melahirkan tokoh Dr.A.H. Nasution yang menjadi seorang figur TNI AD yang menonjol dan sangat berjasa yang merupakan peletak dasar konsepkonsep kemiliteran, dan lain-lainnya. Dan masanya yang merupakan fase Indonesia bergeser dari Orde Lama ke Orde Baru yang selalu dihubungkan dengan G 30 S/PKI, yang merupakan peristiwa penculikan, pembunuhan beberapa Jendral besar Angkatan Darat. II. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan dibahas didalam peristiwa ini. Rumusan masalah dilakukan agar permasalahan-permasalahan tetap berada di ruang lingkup yang sesuai dan terarah. Adapun rumusan masalahnya dibentuk didalam beberapa pertanyaan, sebagai berikut. 1. Bagaimana latar belakang terjadinya G 30 S/PKI? 2. Bagaimana akhir dari kejadian G 30 S/PKI yang melahirkan Hari Kesaktian Pancasila? III. Tujuan Penulisan Mengembangkan pengetahuan didalam penulisan sebuah karya, terutama dalam bidang penulisan sejarah. Melatih daya pikir kritis, objektif, analisis didalam mengkaji suatu peristiwa sehingga mendapatkan sebuah kesimpulan dalam menanggapi suatu peristiwa, serta memberikan informasi yang relevan dan faktual kepada para pembaca mengenai peristiwa G 30 S/PKI. IV. Manfaat Penulisan Pembaca diharapkan dapat memperoleh tambahan ilmu pengetahuan yang ada didalam peristiwa ini. Pembaca juga dapat mengambil hikmah yang baik dari para pejuang untuk mengakhiri peristiwa G 30 S/PKI. Serta penulisan ini dapat dijadikan sumber ilmu bagi dunia pendidikan dengan memberikan penggambaran yang jelas, benar, dan objektif selama peristiwa ini terjadi. BAB II PEMBAHASAN II. I Terbentuknya Gerakan 30 September PKI Berhentinya Soeharto sebagai Presiden tahun 1998 mengubah sejarah Indonesia. Pada waktu itu muncul desakan-desakan untuk mengungkapkan hal-hal yang ditutuptutupi selama Orde Baru serta meluruskan penulisan sejarah. Salah satunya yang terjadi di Indonesia selama 20 tahun era reformasi ini yang pada hakikatnya merbuah “sejarah sebagai bangsa yang penindas” menjadi “sejarah sebagai bangsa yang bebas”. Tragedi ini dimulai pada 1964 dimana di jam 20.00 dilaksanakan kuliah DN Aidit di Pendidikan Kader Revolusi di Aula Bank Indonesia yang isinya megenai Pancasila sebagai pemersatu bangsa, yang dikatakan jika sudah ‘satu’ semuanya satu, justru adanya perbedaan kita perlunya Pancasila. Dan pada akhir tahun 1964 dalam rangka demonstrasi-demonstrasi film barat, PKI beserta ormas-ormasnya (Front Nasional) melakukan perusakan terhadap rumah peristirahatan Bill Palmer yang mereka katakan sebagai kepala perfilman Barat di Indonesia. Setelah itu mulailah Tragedi 1965 yang tentunya dapat dilihat dalam tiga tahap: prolog, peristiwa G30S, dan epilog. Yang diikuti dengan bukti pembunuhan enam orang jendral yang hanya berlangsung pada satu malam bahkan beberapa jam pada 1 Oktober 1965. Gerakan ini memiliki Komandan seperti Letnan Kolonel Untung, Bridgen Jendral Supardjo, Letnan Kolonel Udara Heru, Kolonel Laut Sunardi dan Ajun Komisaris Beras Polisi Anwar dimana pimpinan Gerakan 30 September ini akan dibentuk Dewan Revolusi Indonesia yang terdiri dari orang-orang sipil dan orang-orang militer yang mendukung Gerakan 30 September tanpa reserve. Dengan jatuhnya segenap kekuasaan negara ketangan Dewan Revolusi Indonesia, maka Kabinet Dwikora dengan sendirinya berstatus demisioner. Dengan diumumkannya pembentukan apa yang mereka sebut “Dewan Revolusi Nasional”, maka jelas orang-orang yang berada di Gerakan 30 September adalah orang- orang kontra revolusioner yang telah melakukan pengambil-alihan kekuasaan Negara Republik Indonesia dari tangan PYM Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar Revolusi, Bung Karno, mereka telah melakukan penculikan beberapa Perwira Tinggi Angkatan Darat, yang dipimpin langsung oleh Letkol Untung –seorang perwira Cakrabirawa, seperti Letnan Jendral TNI A. Yani, Mayor Jendral TNI Soeprapto, Mayor Jendral TNI S. Parman, Mayor Jendral TNI Harjono MT, Brigadir Jendral TNI D.I. Pandjaitan, dan Brigadir Jendral TNI Soestojosiswomihardjo dimana jenazah mereka dibuang semua tepat lokasinya di Lubang Buaya dan yang masih hidup ditembak mati. Setelah meletus G30S 195 muncul versi tentang dalang pemainnya tersebut, yang menganggap dalang itu tunggal (PKI, Angkatan Darat, Soekarno, Soeharto, atau CIA) tentu tidak lengkap karena prosesnya begitu kompleks. Namun, menurut penulis peristiwa ini bukanlah dalih-dalih untuk pembunuhan massal tetapi dalih untuk pengambilan kekuasaan yang merupakan tujuan akhirnya. Gerakan 30 September melibatkan CIA dan dalang utamanya Gerakan 30 September adalah Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat yang dimana menginginkan Presiden Soekarno jatuh dan kekuatan komunis (teori domino). CIA bekerja sama dengan sebuah klik Angkatan Darat untuk memprovokasi PKI [Scoot.D. Peter (1985) dab Robinson G (1984)]. Presiden Soekarno juga memawas kepada rakyat Indonesia agar tidak ikut terpancing oleh amuk masa yang dilakukan PKI. II. II Akhir Gerakan 30 September PKI Setelah peristiwa Gerakan 30 September PKI berakhir, kondisi politik di Indonesia masih belum stabil dan kehidupan ideologi nasional juga belum mapan. Demokrasi Terpimpin justru mengarah ke sistem pemerintahan diktator. Kehidupan ekonomi lebih suram. Presiden Soekarno menyatakan bahwa gerakan semacam G30S/Pki ini dapat terjadi dalam suatu Revolusi. Namun, pada akibatnya popularitas dan kewibawaan Presiden Soekarno menurun di mata Rakyat Indonesia. Yang dimana terjadinya demo besar-besaran terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang dikenal sebagai TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat yang meliputi pembubaran PKI, Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI, dan perbaikan ekonomi Indonesia. Percobaan kudeta tersebut berhasil digagalkan oleh Angkatan Bersenjata terhadap pihak PKI. Dan Soeharto mendesak agar dibuat nya SUPERSEMAR atas nama Presiden Soekarno untuk pembubaran PKI dan mempersilahkan Presiden Soekarno kepada Soeharto untuk mengambil langkah-langkah yang sesuai demi mengembalikan ketenangan dan keamanan. Kekuatan tanpa batas ini digunakan oleh Soeharto untuk menjadikan PKI sebagai partai terlarang. Dan untuk mengenang jasa para pahlawan revolusi tepat pada tanggal 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan agerakan 30 September sedangkan pada tanggal 1 Oktober 1966 ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati oleh seluruh Slagorde Angkatan Bersenjata dengan mengikuti sertakan massa rakyat bahwa untuk memelihara secara terus-menerus kewaspadaan dan daya juang terhadap ancamanancaman kontra revolusi, khususnya terhadap pengkhianatan PKI yang sudah dua kali dilakukan. BAB III PENUTUP 3.I Kesimpulan Peristiwa G30S/PKI adalah suatu kejadian peristiwa yang terjadinya bunuh membunuh yang tidak akan ada kepastiannya. Didalam kejadian ini enam jendral tewas dan PKI dituduh dalang dari pembunuhan tersebut. Dan menurut isu yang beredar bahwa para jendral tidak puas didalam kepemimpinan Soekarno kemudian pasukan Cakrabirawa bergerak untuk menangkap dan mengadili mereka akan tetapi dalam proses penangkapan secara tak terduga mereka terbunuh pada tanggal 30 September 1965. Sampai pada akhirnya, lima bulan setelah kejadian bunuh membunuh terhadap PKI maupun Rakyat Indonesia, Presiden Soekarno memberikan kekuasaan yang tak terbatas kepada Soeharto melalu Surat Perintah Sebelas Maret, yang inti utamanya Presiden Soekarno berharap aksi bunuh membunuh pasca kejadian 30 September 1965 segera selesai. Dan pada akhirnya tepat pada tanggal 30 September dirayakan sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September dan hari berikutnya pada 01 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Penulis berharap selalu waspada jangan sampai peristiwa ini terjadi lagi dan juga tidak boleh melakukan pemberontakan di Negara sendiri. DAFTAR PUSTAKA Adam, Asvi Warman, (2006). Soeharto Sisi Gelap Sejarah Indonesia. Yogyakarta: Ombak [terbitan pertama 2004]. Drs. C.T.R Kansil, SH, (1992). Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta: Erlangga Widja I Gdhe, (1989). Sejarah Lokal dan Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hlm.18