KONSTRUKSI WARIA - Repositori Tugas Akhir Universitas Maritim

advertisement
KONSTRUKSI WARIA (Wanita-Pria) DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
DI KOTA TANJUNG PINANG
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
DENNY
NIM : 110569201095
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
KONSTRUKSI WARIA (Wanita-Pria) DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
DI KOTA TANJUNG PINANG
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Sosiologi
Oleh
DENNY
NIM : 110569201095
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
i
KONSTRUKSI WARIA (Wanita-Pria) DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
DI KOTA TANJUNG PINANG
Denny
Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Universitas Maritim Raja Ali Haji
2015
ABSTRAK
Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas
sosial yang relatif bebas dalam dunia sosialnya, oleh karena itu konstruksi yang
dibangun oleh tiap-tiap individu berbeda-beda, sampai timbulnya fenomena baru
yaitu waria atau yang biasa disebut dengan transgender. Realitas merupakan hasil
ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial
di sekelilingnya. Waria adalah individu yang sejak lahir memiliki jenis kelamin
laki-laki, akan tetapi dalam proses berikutnya menolak bahwa dirinya laki-laki
dan melakukan berbagai usaha untuk menjadi perempuan, baik dari sikap,
perilaku dan penampilannya..
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konstruksi waria (wanita-pria)
dalam kehidupan sosial. Penelitian ini dilakukan terhadap delapan orang waria di
Tanjungpinang serta terhadap keluarga dan masyarakat disekitar tempat tinggal waria.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dan pemilihan informan menggunakan teknik
purposive sampling dengan beberapa kriteria yang telah ditentukan yaitu waria
yang secara permanen mendandani dirinya seperti seorang perempuan dalam
kesehariannya, bahasa tubuh dan nada suaranya menyerupai lawan jenisnya serta
waria yang memiliki ketertarikan seksual hanya pada laki-laki.
Dari hasil penelitian ditemui berbagai macam konstruksi sosial yang
dilakukan waria di kota Tanjungpinang. Proses dialektika ini terjadi melalui
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Dalam eksternalisasi diketahui informan
melakukan adaptasi nilai dan norma berupa penyesuaian sikap dan penampilan.
Informan melakukan pembedaan realitas yang berfungsi sebagai pembeda dan
pemantapan atas peranan yang dipilih dalam bentuk penampilan dan sikap sebagai
seorang perempuan. Interlanisasi informan atas nilai dan norma dalam sosialiasi
primer dan sekunder tidak berlangsung sempurna. Hal inilah yang menyebabkan
informan mengaktualisasikan dirinya sebagai seorang waria.
Kata Kunci: Waria, Konstruksi Sosial
ii
KONSTRUKSI WARIA (Wanita-Pria) DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
DI KOTA TANJUNG PINANG
Denny
Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Universitas Maritim Raja Ali Haji
2015
ABSTRACT
Man individually is considered as a free social reality creator in his social
world occuring in social process. Thus constructions which have been built by
each individual are different. Transvestite usually called transgender is one of the
results of the constructions. Bassically transvestite is individual who obtains male
sex organ, yet in the process he denies that he is male by doing efforts to become
female of manner, behavior and appearance.
The study is carried out to observe transvestite construction in social life.
The study is done towards eight transvestites who are members of Tanjungpinang
transvestite association as well as families and society where the transvesties live.
This is a qualitative study and the writer select the speakers by using purpossive
sampling technique with specified criteria that the transvestites permanently
dandify tehmselves as ladies daily, they gesture and speak like their opposite
gender and they are only sexually attracted in male.
From the study found various social construction behaved by transvestites
in Tanjung Pinang. This dialectic process occurs through externality, objectivity
dan internality. In externality moment known that transvestites adapt to sociocultural life. In objectivity moment, Transvestites distinguish reality as
distinguisher and consolidation on the chosen role. In internality moment,
transvestites adopt and internalize whole they obtain in premier and secondary
socialization.
Keywords : Transvestite, social construction
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
ABSTRAK .......................................................................................................
ii
ABSTRACT.....................................................................................................
iii
DAFTAR ISI....................................................................................................
iv
A. Latar Belakang............ ................................................................................
1
B. Rumusan Permasalahan ..............................................................................
5
C. Tujuan dan Kegunaan..................................................................................
5
D. Tinjauan Pustaka....................... ..................................................................
6
E. Metode Penelitian............................. ................... ......................................
8
F. Hasil Penelitian ............................................................................................
12
G. Penutup.......................................................................................................
21
DAFTAR PUSTAKA
iv
KONSTRUKSI WARIA (Wanita-Pria) DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
DI KOTA TANJUNG PINANG
mengatur kebutuhan masyarakat dan
A. Latar Belakang
Manusia
sempurna
dengan
adalah
telah
yang diciptakan tuhan
memiliki
sehingga
mahluk
akal
membedakan
terinternalisasi
kehidupan
pikiran
manusia
2008:48).
manusia
dalam
(Bungin,
Disamping itu terdapat
pula kelompok, lapisan masyarakat,
dengan mahluk ciptaan tuhan yang
lembaga-lembaga
lain.
proses perubahan dan kebudayaan
Sebagai
mahluk
biologis
kemasyarakatan,
manusia memiliki sejumlah potensi-
sampai
potensi di dalam individu yang harus
menyimpang pada individu. Namun
di
tidak semua unsur-unsur tersebut
kembangkan
untuk
dapat
pada
ke
perilaku
melakukan berbagai hal dalam hidup.
berlangsung
Manusia juga disebut sebagai mahluk
sebagaimana
sosial,
hidup
masyarakat. Tindakan manusia tidak
berkelompok atau senantiasa selalu
sepenuhnya ditentukan oleh norma-
ingin berhubungan dengan manusia
norma, kebiasaan-kebiasaan, nilai-
lainnya.
nilai
yang
selalu
Dalam masyarakat terdapat
dan
secara
normal
dikehendaki
sebagainya,
oleh
yang
kesemuanya itu tercakup dalam fakta
pranata sosial yang terwujud secara
sosial
konkret seperti aturan, norma, adat
tergambarkan struktur dan pranata
istiadat
sosial.
dan
semacamnya
yang
1
yaitu
tindakan
Unsur-unsur
yang
yang
tidak
dikehendaki
oleh
masyarakat
berbagai
faktor
yang
merupakan gejala abnormal atau
mendukung
juga bisa disebut sebagai gejala
kehidupannya secara wajar baik yang
patologi sosial. Hal itu disebabkan
diakibatkan oleh faktor intern sendiri
oleh unsur-unsur yang berkaitan
seperti hidup menyendiri atau hanya
dengan
terbatas pada komunitasnya juga
aspek
kehidupan
bermasyarakat yaitu nilai-nilai dan
karena
lembaga-lembaga
pendidikan
kemasyarakatan
dalam
kurang
faktor
menjalani
ekstern
terbatas,
seperti
kemiskinan,
tidak dapat berfungsi sebagaimana
ketidaktrampilan, diskriminasi baik
mestinya,
dikalangan
sehingga
menyebabkan
kekecewaan dan penderitaan.
masyarakat
umum
maupun oleh keluarganya sendiri.
Dalam proses sosial, individu
Pandangan masyarakat tentang waria
manusia dipandang sebagai pencipta
telah terkonstruksi melalui proses
realitas sosial yang relatif bebas
yang panjang.
dalam dunia sosialnya, oleh karena
Secara eksplisit UUD 1945
itu konstruksi yang dibangun oleh
memang tidak menyebutkan hak
tiap-tiap
asasi manusia, namun ketentuan
individu
berbeda-beda,
sampai timbulnya fenomena baru
pasal-pasalnya
yaitu waria atau yang biasa disebut
tentang hak asasi manusia karena di
dengan transgender.
dalamnya
Permasalahan
mengatur
mengatur
hak
dan
yang
kewajiban sebagai warga negara.
termasuk
Pasal-pasal dalam UUD 1945 setelah
sangat rumit dan kompleks karena
diamandemen yang dimaksud adalah
dihadapi
kaum
sosial
jelas
waria
2
pasal 27, 28, 28A-28J, 29, 30, 31, 33.
internasional untuk melindungi hak-
Setiap
hak
warga
negara
diberikan
asasi
kaum
lesbian,
gay,
jaminan untuk diperlakukan sama
biseksual, transgender, dan interseks.
oleh negara. Dalam UUD 1945 pasal
Dalam publikasi ini dijelaskan lima
27 ayat (1) berbunyi “segala warga
bidang utama yang menjadi fokus, di
negara bersamaan kedudukannya di
mana
dalam hukum dan pemerintahan dan
diperlukan untuk dari melindungi
wajib menjunjung tinggi hukum dan
orang dari kekerasan homophobic,
pemerintahan itu dengan tidak ada
untuk mencegah
kecualinya”.
dekriminalisasi
Jaminan akan hak waria juga
tindakan
negara
sangat
penyiksaan,
homoseksualitas,
melarang diskriminasi, dan menjaga
tertuang dalam publikasi “Born Free
kebebasan
and Equal” yang dirilis oleh PBB
dan
Pada tanggal 15 September 2012.
(Sumber: http://www.gwl-ina.or.id).
Kantor hak
asasi
manusia
berekspresi,
berkumpul
Eksistensi
berserikat
secara
waria
damai
di
Kota
PBB merilis sebuah booklet baru 60
Tanjungpinang semakin tinggi hal ini
halaman pada orientasi seksual dan
bisa dilihat dimana para waria telah
identitas gender dalam hukum hak
memiliki
asasi
manusia
sebagai wadah bagi mereka yaitu
internasional. Publikasi, “Born Free
Forum Komunikasi Rumpun Waria
dan Equal”, menetapkan sumber dan
Sehati
lingkup kewajiban negara di bawah
Komunikasi Rumpun Waria Sehati
hukum
resmi di dirikan pada tanggal 17
hak
asasi
manusia
3
organisasi
(FKRWS).
perkumpulan
Forum
desember
bulan
2006.
tahun
dengan
Model
Merah
Putih.
Disamping
2016 jumlah
kegiatan-kegiatan besar itu anggota
anggota FKRWS sebanyak 45 orang.
FKRWS juga aktif dalam kegiatan
Sebagian
lain
disalon
april
Sampai
besar
dan
anggota
diantaranya
yaitu
bidang
Swadaya
kesehatan seperti pencegahan dan
Masyarakat (LSM) yang bergerak
penanggulangan HIV dan AIDS ,
dalam penanggulangan HIV/AIDS.
dalam bidang olahraga seperti bola
Organisasi
volley dan pelatihan peningkatan
ini
Lembaga
bekerja
didirikan
dengan
tujuan untuk menghimpun kaum
waria
yang
berada
Tanjungpinang.
di
keterampilan bagi anggota FKRWS.
Kota
Tanjungpinang
sebagai
Memberikan
daerah dengan mayoritas masyarakat
konseling dan dukungan psikososial
dengan suku malayu yang sarat akan
pada kelompok waria. Memberikan
nilai-nilai Islami. Keberadaan kaum
informasi, edukasi, dan advokasi
waria
kepada kelompok waria mengenai
performance dan orientasi sex tentu
HIV dan AIDS dan melakukan
saja bertentangan dengan nilai dan
pendampingan terhadap kelompok
norma budaya melayu dan agama
waria.
Forum
islam yang menentang hubungan
Komunikasi Rumpun Waria Sehati
sejenis (Homoseksual). Konstruksi
telah mengadakan berbagai macam
tentang
kegiatan seperti pemilihan Malam
berkembang dimasyarakat dianggap
Pesona Model Kota Tanjungpinang,
sebagai
Pemilihan
Keberadaan pandangan masyarakat
Sejak
Model
berdiri
Valentine
dan
4
baik
waria
secara
selama
sesuatu
prilaku,
ini
yang
penyimpangan.
mengenai
konstruksi
waria
menyebabkan
sosial
B.
yang
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
mempengaruhi pikiran dan tingkah
yang telah di paparkan di atas, maka
laku individu. Efek dari konstruksi
rumusan masalah yang dapat diambil
sosial ini menyebabkan berbagai
dalam
macam perlakuan di masyarakat,
ini
adalah
“Bagaimana
Konstruksi
Waria
Waria tidak saja tidak dianggap
(Wanita-Pria)
dalam
sebagai
Sosial di Kota Tanjungpinang? ”
identitas
gender
yang
otonom, lepas dari kontruksi laki dan
C.
perempuan, lebih dari itu waria
penelitian
Tujuan
dan
Kehidupan
Kegunaan
Penelitian
dikontruksi sebagai bentuk kelainan
1.
Tujuan
sosial. Berbagai macam proses yang
Untuk mengetahui konstruksi
terjadi dalam kehidupan waria yang
waria (Wanita Pria) dalam
terwujud dalam sikap dan perilaku
Kehidupan
waria di pengaruhi oleh lingkungan
Tanjungpinang.
sekitar dimana waria melakukan
Sosial
di
Kota
2. Kegunaan
interaksi. Berdasarkan gejala-gejala
Sebagai sumbangan pemikiran
sosial yang ditemui dilapangan dan
bagi pengembangan ilmu sosial
melalui pengamatan, maka penulis
pada
tertarik untuk melakukan penelitian
sosiologi
dengan judul: “Konstruksi Waria
Universitas Maritim Raja Ali
(Wanita-Pria) Dalam Kehidupan
Haji
Sosial di Kota Tanjungpinang ”
penelitian
5
umumnya
dan
ilmu
khususnya
di
Tanjungpinang.
diharapkan
Hasil
dapat
memberikan
mendalam
waria
informasi
tentang
dalam
yang
bersifat
kondisi
berkembang
dilembagakan,
kehidupan
dan
Kehidupan
masyarakat itu dikonstruksi secara
bernegara dan bermasyarakat.
terus menerus dan
membedakan
antara realitas dengan pengetahuan.
D. Tinjauan Pustaka
Realitas diartikan sebagai kualitas
1.
yang terdapat di dalam kenyataan
Konstruksi Sosial
Berger
dan
Luckmann
yang
diakui
sebagai
meyakini secara substantif bahwa
keberadaan
realitas merupakan hasil ciptaan
bergantung kepada kehendak kita
manusia kreatif melalui kekuatan
sendiri.
konstruksi sosial terhadap dunia
didefinisikan
sosial di sekelilingnya. Jika ditelaah
bahwa
terdapat beberapa asumsi dasar dari
(real) dan memiliki karakteristik
teori konstruksi sosial Berger dan
yang spesifik.
Luckmann.
Adapun
asumsi-
(being)
memiliki
yang
Sementara
pengetahuan
sebagai
realitas-realitas
Subiyakto
tidak
kepastian
itu
dalam
Bungin
asumsinya tersebut adalah Realitas
(2008:192)
merupakan hasil ciptaan manusia
realitas sosial yang dimaksud oleh
kreatif melalui kekuataan konstruksi
berger dan Luckmann terdiri dari
sosial
realitas objektif, realitas simbolis,
terhadap
sekelilingnya,
pemikiran
dunia
sosial
hubungan
manusia
dan
di
antara
dan
konteks
realitas
objektif
sosial tempat pemikiran itu timbul,
menyebutkan
nyata
subjektif.
adalah
realitas
bahwa
Realitas
yang
terbentuk dari pengalaman didunia
6
objektif yang berada di luar individu,
b. Objektivasi ialah interaksi sosial
dan realitas ini dianggap sebagai
dalam dunia intersubjektif yang
kenyataan.
dilembagakan
Realitas
simbolis
merupakan ekspresi simbolis dari
realitas
objektif
dalam
atau
institusionalisasi.
berbagai
c. Internalisasi
ialah
bentuk. Sedangkan realitas subjektif
mengidentifikasi
adalah
lembaga
realitas
yang
mengalami
terbentuk
individu
diri di tengah
lembaga
sosial
atau
sebagai proses penyerapan kembali
organisasi sosial di mana individu
realitas
tersebut
objektif
dan
simbolis
menjadi
anggotanya.
kedalam individu melalui proses
Melalui proses internalisasi atau
internalisasi.
sosialiasi
Selain itu juga berlangsung
individu
menjadi
anggota masyarakat.
dalam suatu proses dengan tiga
Konstruksi
sosialnya
momen simultan menurut Berger dan
mengandung dimensi objektif dan
Luckmann
subyektif.
yaitu
konsep
untuk
antara
yang
menonjol melihat realitas dalam
subjektif dan objektif melalui konsep
dimensi objektif yakni pelembagaan
dialektika,
dan legitimasi. Kalau pelembagaan
menghubungkan
yang
dikenal
dengan
Ada dua hal yang
eksternalisasi-objektivasi-
dan legitimasi merupakan dimensi
internalisasi.
obyektif
a. Eksternalisasi ialah penyesuaian
internalisasi
diri dengan dunia sosio-kultural
subyektinya.
sebagai produk manusia.
menyatakan,
7
dari
realitas,
merupakan
Analisis
bahwa
maka
dimensi
Berger
individu
dilahirkan dengan suatu pradisposisi
merasa dirinya adalah perempuan
ke arah sosialitas dan ia menjadi
sehingga
anggota masyarakat.
sebagai perempuan.
2.
E. Metode Penelitian
Waria
Bastaman
mengatakan
dkk
(2004:168)
bahwa
waria
transsexual yaitu keinginan
1.
atau
harus
berpenampilan
Jenis Penelitian
Jenis
penelitian
ini
adalah
untuk
penelitian kualitatif, yaitu penelitian
hidup dan diterima sebagai anggota
yang bermaksud untuk memahami
kelompok lawan
fenomena tentang apa yang dialami
jenis,
biasanya
disertai dengan rasa tidak nyaman
oleh
atau
jenis
prilaku, persepsi, motivasi, tindakan
dan
dan lain-lain secara holistik, dan
membedah
dengan cara deskrispsi dalam bentuk
menjalani
kata-kata dan bahasa, pada suatu
tubuhnya
konteks khusus yang alamiah dan
tidak
sesuai dengan
kelamin
anatomisnya,
menginginkan
untuk
jenis
kelamin
terapi
hormonal
sepadan
serta
agar
mungkin
dengan
subjek
dengan
jenis
penelitian
memanfaatkan
misalnya
berbagai
kelamin yang diinginkan. Dalam
metode ilmiah (Moleong, 2012:6).
pengertian
2.
umum
waria
adalah
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota
seorang laki-laki yang berdandan dan
berlaku sebagai wanita. Waria dapat
Tanjungpinang,
dikatakan
dipilihnya lokasi ini karena Kota
sebagai
homoseksual
Adapun
secara fisik. Waria adalah seseorang
Tanjungpinang
yang
ibukota provinsi Kepulauan Riau
berasumsi
bahwa
mereka
8
sebagai
alasan
sebagai
mengalami
yang
meliputi sikap dan prilaku waria,
menimbulkan
sosialisasi waria, interaksi waria,
fenomena sosial yang salah satu
proses pelembagaan, legitimasi serta
diantaranya keberadaan kaum waria.
pandangan
Keberadaan kaum waria di Kota
waria.
Tanjungpinang semakin terlihat jelas
b.
sangat
perkembangan
pesat
dan
eksistensinya dalam beberapa bidang
kehidupan
yang
terhadap
Data Sekunder
Sumber
berhubungan
masyarakat
data
sekunder
merupakan sumber data yang tidak
langsung dengan masyarakat.
memberikan
informasi
secara
langsung kepada pengumpul data.
3.
Sumber Data
Sumber data sekunder ini dapat
a.
Data Primer
berupa hasil pengolahan lebih lanjut
Sumber primer adalah sumber
dari data primer yang disajikan
data
yang
secara
langsung
dalam bentuk lain atau dari orang
memberikan data kepada pengumpul
lain (Sugiyono, 2015:225). Data
data (Sugiyono, 2015:225). Data
yang diperoleh dari Instansi terkait
yang
seperti
diperoleh
langsung
dari
dari
Dinas
Sosial
Kota
informan baik melalui observasi
Tanjungpinang dan KESBANGPOL
maupun
Observasi
Kota Tanjungpinang, LSM yang
pengamatan
concern pada keberadaan kaum waria
dilakukan
wawancara.
melalui
langsung
pada
Adapun
yang
objek
penelitian.
menjadi
kota
fokus
cetak.
pengamatan dalam penelitian ini
9
Tanjungpinang
dan
Media
4.
Populasi dan Sample
termasuk rahasia sekalipun dapat
Informan dalam penelitian ini
dengan
mudah
adalah waria di kota Tanjungpinang.
(Moleong, 2012:177)
Teknik penentuan informan yang
b.
digunakan
adalah
diperolehnya
Wawancara
Purposive
Wawancara adalah percakapan
Sampling artinya bahwa penetuan
dengan maksud tertentu. Maksud
informan
mengadakan
mempertimbangkan
wawancara
adalah
kriteria-kriteria tertentu yang telah
mengkosntruksi
dibuat terhadap obyek yang sesuai
kejadian
dengan tujuan penelitian.
motivasi, tuntutan, kepedulian dan
5.
Teknik dan Alat Pengumpulan
lain-lain kebulatan; merekosntruksi
Data
merekonstruksi kebulatan-kebulatan
Observasi
demikian sebagai yang dialami masa
a.
Observasi
dilakukan
untuk
lalu;
mengenai
organisasi,
memproyeksikan
orang,
perasaan,
kebulatan-
mendekatkan peneliti ke orang-orang
kebulatan sebagai yang diharapkan
yang ditelitinya dan ke situasi atau
untuk dialami pada masa yang akan
lingkungan mereka yang sebenarnya.
datang, memverifikasi, mengubah,
Peneliti dapat masuk ke lingkungan
dan memperluas informasi
yang ditelitinya atau yang dikenal
diperoleh dari orang lain, baik
dengan observasi partisipatif. Dalam
manusia maupun bukan manusia
pengamatan ini peranan pengamat
(triangulasi);
dan
memverifikasi,
secara terbuka diketahui oleh umum
mengubah
dan
memperluas
karena itu maka segala informasi
konstruksi yang dikembangkan oleh
10
yang
peneliti sebagai pengecekan anggota
memfokuskan pada hal-hal yang
(Moleong, 2012:186).
penting, dicari tema dan polanya.
c.
b.
Dokumentasi
Metode
metode
dokumentasi
pengumpulan
data
adalah
Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data dirancang untuk
yang
menggabungkan
informasi
yang
datanya diperoleh dari buku, internet,
tersusun dalam suatu bentuk yang
atau dokumen lain yang menunjang
padu dan mudah dipahami. Menurut
penelitian yang dilakukan. Dokumen
Sugiyono
(2015:342),
merupakan
penyajian
data
catatan
mengenai
dengan
maka
akan
peristiwa yang sudah berlalu. Peneliti
memudahkan untuk memahami apa
mengumpulkan dokumen yang dapat
yang terjadi, merencanakan kerja
berupa tulisan, gambar, atau karya-
selanjutnya berdasarkan apa yang
karya monumental dari seseorang
dipahami tersebut. Bentuk penyajian
(Sugiyono, 2012:240).
data dalam penelitian ini
6.
Teknik Analisa Data
bentuk teks yang bersifat deskriptif.
Aktivitas dalam analisis data
c.
yaitu reduksi data, penyajian data,
Verifikasi
(Conclusion Drawing/ Verification)
dan kesimpulan/verifikasi.
a.
Kesimpulan/
yaitu
Menurut Sugiyono (2015:344),
Reduksi data (Data Reduction)
kesimpulan
Menurut Sugiyono (2015:340),
kualitatif mungkin dapat menjawab
mereduksi data berarti merangkum,
rumusan masalah yang dirumuskan
memilih
sejak awal, tetapi mungkin juga
hal-hal
yang
pokok,
dalam
penelitian
tidak. Hal ini karena masalah dan
11
rumusan masalah dalam penelitian
bagian penting dalam kehidupan
kualitatif bersifat sementara dan akan
seseorang untuk melihat dunia luar
berkembang setelah penelitian di
(Bungin, 2008:194).
lapangan.
Dari
keterangan
informan
diketahui, dapat dipahami bahwa
F. Hasil Penelitian
waria
1. Eksternalisasi Waria Terhadap
penyesuaian diri dalam melakukan
Nilai
dan
Norma
Dalam
interaksi
Kehidupan Sosial
Eksternalisasi
adalah
melakukan
terhadap
adaptasi
dunia
atau
sosio-
kultural agar dapat diterima oleh
bagian
lingkungan dimana mereka berada.
penting dalam kehidupan individu,
Penyesuaian ini dilakukan waria ini
dan menjadi bagian dari dunia
adalah sebagai bentuk eksternalisasi
sosiokultural-nya. Dengan kata lain,
agar waria dapat di terima oleh
eksternalisasi menjadi tahap yang
lingkungan
sangat mendasar, dalam satu pola
kegiatan perannya serta ukuran dari
perilaku interaksi antara individu
pelaksanaan atau performance yang
dengan
sosial
dipilih. Persepsi atau pandangan
masyarakatnya. Maksud dari proses
masyarakat tentang waria berbeda-
ini adalah ketika sebuah produk
beda, ada yang positif ada juga yang
sosial telah menjadi sebuah bagian
negatif, tergantung mereka menilai
penting
yang
dari sisi mana. Penyesuaian terhadap
setiap saat dibutuhkan oleh individu,
nilai-nilai dan norma yang berlaku
maka produk sosial itu menjadi
dimasyarakat
produk-produk
dalam
masyarakat
12
berdasarkan
dilakukan
pola
dengan
berbagai cara diantaranya melalui
aktivitas
layaknya
penampilan, pemilihan peran dan
lainnya
bahasa.
masyarakat sekitar. Dalam aktivitas
dan
masyarakat
berinteraksi
dengan
Bagaimana sebenarnya waria
sehari-hari informan lebih memilih
harus dipandang dalam konstruksi
melakukan hal-hal seperti apa yang
sosial yang lebih jelas dan memiliki
dilakukan oleh lawan jenisnya.
arti
dalam
kehidupan
sosial
Momen
eksternalisasi
ini
umumnya, adalah satu upaya yang
berlangsung ketika produk sosial
selalu dilakukan oleh kaum waria
tercipta
untuk
dapat
eksis
didalam
masyarakat,
dalam
kemudian
individu
kehidupannya. Hal ini senantiasa
mengeksternalisasikan (penyesuaian
dilakukan karena pembentukan diri
diri) ke dalam duni sosiokultural
harus
dimengerti
dalam
kaitan
sebagai bagian dari manusia. Bahwa
dengan perkembangan diri individu
harus
diakui
adanya
eksistensi
yang berlangsung terus-menerus dan
kenyataan
sosial
objektif
yang
dengan proses sosial di mana diri itu
ditemukan dalam hubungan antara
berhubungan
dengan
lingkungan
waria
dengan
lembaga-lembaga
manusia.
sosial. Adapun bentuk penyesuaian
Dari
hasil
observasi
diri yang dilakukan waria terhadap
dilapangan,
peneliti
menemukan
nilai dan norma didalam masyarakat
informan tidak merasa canggung lagi
adalah dengan menjaga sikap sopan,
atas pilihan performance yang telah
tidak membawa pelanggan (waria
dipilih.
Informan
melakukan
yang bekerja sebagai PSK) ke rumah,
13
Informan tetap menganggap bahwa
Informan menyadari bahwa
sesungguhnya dirinya adalah seorang
menurut keluarga, masyarakat dan
perempuan
menyadari
agama yang dianut menjadi seorang
secara fisik adalah seorang laki-laki
waria adalah salah. Informan tetap
karena itu informan menyatakan
pada pendiriannya karena meyakini
bahwa dirinya adalah waria.
sepenuhnya bahwa dirinya adalah
meskipun
2. Objektivasi
Nilai
Waria
dan
Terhadap
seorang waria. Diketahui bahwa
Dalam
waria berharap agar masyarakat tidak
Norma
kehidupan Sosial
memandang waria sebagai sesuatu
Objektivasi
adalah
disandangnya
yang
negatif.
Seperti
yang
produk-produk
disampaikan oleh informan banyak
aktifitas itu dalam interaksi sosial
waria yang berhasil menunjukkan
dengan
prestasinya dan
intersubjektif
yang
mampu bersaing
dilembagakan atau mengalami proses
dengan yang lainnya. Hal terpenting
intitusional. Pada tahap ini sebuah
dalam objektivasi adalah signifikasi,
produk sosial berada pada proses
yakni pembuatan tanda-tanda oleh
institusionalisasi
manusia.
dan
individu
memanifestasikan diri dalam produkproduk
kegiatan
tersedia,
baik
manusia
bagi
Pembuatan
yang
pembeda
tanda
dilakukan
sebagai
informan
produsen-
bertujuan untuk membuat identitas
produsennya, maupun bagi orang
baru. Proses pembentukan identitas
lain sebagai unsur dunia bersama
baru
(Bunging, 2008:194).
informan tidak sekedar melupakan
14
ini
meliputi
banyak
hal,
nama aslinya namun juga selanjutnya
perubahan
informan juga memilih pekerjaan
dikarenakan rekan-rekan waria yang
yang identik dengan perempuan,
lebih senior melakukan hal tersebut.
mulai
melakukan
sangat
aktifitas
perempuan,
penampilan
dan
fisik
Dalam proses konstruksi sosial, momen
yang
ini disebut sebagai interaksi sosial
seperti
melalui pelembagaan dan legitimasi.
memanjangkan
rambut,
merawat
Dalam
pelembagaan
dan
legitimasi
kuku, merawat kulit dan melakukan
tersebut, agen bertugas untuk menarik
berbagai perawatan kecantikan. Jika
dunia subjektifitasnya menjadi dunia
memiliki biaya lebih beberapa waria
objektif melalui interaksi sosial yang
tidak segan melakukan berbagai
dibangun secara bersama. Pelembagaan
operasi kecil seperti suntikan untuk
kan
menghilangkan karakter wajah laki-
kesepahaman
laki.
hubungan subjek-subjek.
Dalam
upaya
menguatkan
terjadi
manakala
intersubjektif
terjadi
atau
peranan yang telah dimantapkan
Dalam momen ini terdapatlah
untuk menjadi waria, informan juga
realitas sosial pembeda dari realitas
melakukan
lainnya.
usaha
pematangan
Objektivasi
ini
terjadi
karena adanya proses eksternalisasi.
penampilan.
melakukan
Ketika dalam proses eksternalisasi
perubahan pada penampilan dan fisik
semua ciri-ciri dan simbol-simbol
agar sama dengan kaum perempuan
waria diadaptasikan dan dikenal
atau berbeda dengan performance
masyarakat umum maka terdapatlah
atas
menjadi
pembeda dan terjadilah legitimasi
melakukan
bahwa ini adalah sosok waria yang
Informan
identitas
kodratnya.
yang
Informan
15
telah terkonstruksi. Satu hal yang
Melalui
cukup penting dari objektivasi adalah
masyarakat
signifikasi, yakni pembuatan tanda-
manusia.
tanda oleh manusia. Sebuah tanda
pemahaman atau penafsiran yang
dapat dibedakan dari objektivasi-
langsung dari suatu peristiwa objektif
objektivasi lainnya, karena tujuannya
sebagai pengungkapan suatu makna,
yang
digunakan
artinya sebagai suatu manifestasi dari
sebagai tanda, isyarat atau indeks
proses-proses subjektif bagi individu
bagi
itu sendiri. Tidak peduli apakah
eksplisit
untuk
makna-makna
Memang
benar
subejktif.
bahwa
semua
subjektif
eksternalisasi,
maka
merupakan
produk
Internalisasi
adalah
orang
lain
bersesuain
objektivasi dapat digunakan sebagai
dengan subjektif individu (Bungin,
tanda meskipun mereka semula tidak
2008: 197).
dibuat untuk itu. Didalam momen ini
agen-agen
pelembagaan
Pada momen internalisasi, dunia
adalah
relitas sosial yang objektif tersebut
kelompok atau komunitas waria.
ditarik
3. Internalisasi
individu,
Waria
Terhadap
kembali
kedalam
sehingga
diri
seakan-akan
Nilai dan Norma Dalam Proses
berada dalam diri individu. Proses
Sosialisasi
penarikan kedalam ini melibatkan
Internalisasi
adalah
peresapan
lembaga-lembaga
kembali realitas-realitas manusia dan
dalam
menstransformasikannya
berperan
struktur
dunia
objektif
dari
yang
masyarakat.
dalam
terdapat
Lembaga
proses
ini
kedalam
dikarenakan, wujud konkret dari
struktur kesadaran dunia subjektif.
pranata sosial adalah aturan, norma,
16
adat-istiadat dan semacamnya yang
berbeda dianggap sebagai sesuatu
mengatur kebutuhan masyarakat dan
yang abnormal.
telah
terinternalisasi
dalam
Dalam hidup bermasyarakat
kehidupan manusia, dengan kata lain
manusia senantiasa dituntut untuk
pranata sosial ialah sistem atau
mampu menyesuaikan diri dengan
norma yang telah melembaga atau
lingkungan sosialnya melalui suatu
menjadi
disuatu
proses. Proses ini dapat disebut
masyarakat. Oleh karena itu Untuk
proses penyesuaian diri individu
melestarikan
kedalam kehidupan sosial, atau lebih
kelembagaan
identifikasi
tersebut
maka digunakanlah sosialisasi.
singkat
Kecenderungan menjadi waria
dapat
disebut
sosialisasi. Manusia sebagai makhluk
dipengaruhi oleh pengalaman awal
individu
atau pada masa kecil. Pengalaman
mempertahankan
yang
dalam
terbentuk
pada
dengan
fase-fase
dituntut
kehidupan
dapat
eksistensinya
ditengah-tengah
perkembangan dan didukung oleh
masyarakat maka mau tidak mau
pengalaman kehidupan sehari-hari
ataupun secara tidak sadar proses
menjadikan
pembauran
mengarah
individu
pada
sifat
Tindakan-tindakan
turun-temurun
dapat
saja
feminim.
yang
diwariskan
atau sosialisasi
akan
terjadi pada diri individu tersebut.
secara
a.
Sosialisasi Primer
pada
Sosialisasi primer merupakan
generasi berikutnya dianggap sebagai
proses,
sesuatu
normal,
dengan dunia sosial lebih sekedar
meskipun pada masyarakat yang
belajar secara kognitif semata-mata.
tindakan
yang
17
dimana
individu
terlibat
Karena
sosialisasi
primer
pola pendidikan yang paling ringkas,
berlangsung dalam kondisi yang
simpel dan efektif. Perlakuan
bermuatan
tinggi.
komunikasi yang dibangun antar
Sedangkan hubungan antara individu
anggota keluarga ditambah dengan
dengan orang lain dalam yang sangat
contoh nyata dari figur yang ada
akrab dan berada didalam situasi
dalam keluarga merupakan unsur
kelompok primer, yang mana anak
penting dalam proses sosialilasi.
mengidentifikasikan dirinya dengan
Dalam
anggota
mencurahkan
emosi
yang
keluarga
yang
keluarga,
orang
perhatian
dan
tua
untuk
mempengaruhinya dengan berbagai
mendidik individu agar memperoleh
cara yang emosional. Anak-anak
dasar-dasar pola pergaulan hidup
mengalihkan peran dan sikap orang
yang benar melalui penanaman nilai-
tua atau orang-orang berpengaruh
nilai
(Signiture
kepribadian
Others)
yang
sehingga
membentuk
individu
memperngaruhi mereka, artinya anak
Artinya
menginternalisasi dan menjadikan
individu diajari tentang nilai-nilai
peran dan sikap orang tua sebagai
dan tradisi yang perlu dianut sebagai
sikapnya sendiri.
pewaris tradisi, akhirnya terjadilah
Keluarga
adalah
basis
melalui
tersebut.
keluarga
setiap
pembiasaan dan pelembagaan tradisi.
pendidikan yang paling utama, dan
Tindakan
dan
orang tua merupakan figur utama
yang
pendidik
menerus dengan anggota keluarga
dalam
keluarga.
Keteladanan orang tua merupakan
berlangsung
komunikasi
mempengaruhi
18
secara
terus
pembentukan
kepribadian informan. Hal ini di
pada umumnya dan segala sesuatu
karenakan
yang menyertainya, telah terbentuk
nilai-nilai
yang
ditanamkan pada anak secara terus
dan
menerus
individu. Pasca sosialisasi primer,
melalui
pembiasaan
pembiasaan-
pada
perilaku
anak
tertanam
dalam
kesadaran
berbagai krisis dapat terjadi, yang
sehari-hari dianggap sebagai sesuatu
sesungguhnya
tindakan yang ideal.
timbulnya kesadaran bahwa dunia
Peranan-peran
anggota
disebabkan
oleh
orang tua bukanlah satu-satunya
keluarga semestinya berjalan sesuai
dunia
dengan status yang disandangnya dan
mempunyai
menjadi suatu tingkah laku yang
sangat khusus, bahkan barangkali
diharapkan dari individu, karena
hanya
peran disamping dapat berfungsi
dikonotasikan sebagai dunia yang
untuk mengatur perilaku seseorang
pejoratif (merendahkan) (Bungin,
juga akan diadopsi atau menjadi
2008:200).
contoh bagi orang-orang yang berada
b.
disekitarnya. Peran masing-masing
ruang
suatu
Dalam
telah
yang
dunia”
sesuai
dengan
ada,
melainkan
sosial
dunia
yang
yang
Sosialisasi Sekunder
anggota dalam sosialisasi primer
berjalan
yang
sosialisasi
terjadi
sekunder,
internalisasi
kelembagaan
atau
“subyang
statusnya akan menciptakan sesuatu
berlandaskan lembaga. Karena itu,
tatanan yang baik.
wilayah jangkauan dan sifatnya
Sosialisasi primer berakhir
ditentukan
olek
apabila konsep tentang orang lain
pembagian
kerja
19
kompleksitas
dan
distribusi
pengetahuan
dalam
masyarakat
lain. Akan tetapi, apa yang diamati
yang menyertainya. Dengan kata
dari
lain sosialisasi sekunder adalah
sekaligus
proses
keadaan dirinya.
memperoleh
pengetahuan
khusus sesuai dengan peranannya,
dimana
peranan-peranan
langsung
atau
tidak
seorang
proses
secara
yang
langsung
dengan
didapat
sosialisasi.
melalui
Informan
proses
menjadikan
prilaku yang ada pada lingkungan
sosialisasi,
sebagai tindakan. Nilai-nilai dalam
berusaha
kelompok diinternalisasikan sebagai
dorongan-dorongan
suatu acuan dalam berprilaku. Dalam
individu
menyesuaikan
disesuaikan
Informan menginternalisasi apa
berakhir dalam pembagian kerja.
Dalam
orang lain berusaha ditiru
dalam yang ada dengan tekanan nilai
hal
dan
lingkungan sekitar waria sebagai
norma
Disamping
sosialisasi
yang
itu,
mengikatnya.
dalam
seseorang
proses
ini
dapat
sosialisasi
juga
diketahui
sekunder
bahwa
memberikan
pengaruh melalui nilai-nilai yang
mengadopsi berbagai hal dari orang
ditemukan.
lain. Hal-hal yang diperoleh dari
c.
Proses
Pelembagaan
dan
orang lain meliputi kebiasaan, sikap,
Legitimasi
dan ide-ide. Selanjutnya, ketiga hal
Semua kegiatan manusia bisa
tersebut disusun kembali menjadi
mengalami
sistem yang mengatur tingkahnya
(habitualisasi). Tiap tindakan yang
sendiri.
tidak
sering diulangi pada akhirnya akan
sekadar mencontoh perilaku orang
menjadi suatu pola yang kemudian
Pengertian
adopsi
20
proses
pembiasaan
bisa
direproduksi.
Pembiasaan
untuk membuat objektivasi “tingkat
selanjutnya adalah bahwa tindakan
pertama” yang sudah dilembagakan
yang bersangkutan bisa dilakukan
menjadi tersedia secara objektif dan
kembali dimasa mendatang dengan
masuk
cara yang sama, ini berlaku bagi
Legitimasi
aktifitas sosial maupun non sosial.
kelembagaan dengan memberikan
akal
secara
subjektif.
“menjelaskan” tatanan
Pelembagaan terjadi apabila ada
kesahihan kognitif kepada makna-
suatu tipikasi yang timbal balik dari
maknanya yang sudah diobjektivasi.
tindakan-tindakan
sudah
Dapat diartikan bahwa segala sesuatu
terbiasa bagi berbagai tipe pelaku.
yang diadopsi oleh waria sebagai
Dalam
suatu tindakan dan kepribadian dan
perilaku
yang
penelitian
ini
diketahui
waria
yang
feminim
dilakukan
dianggap sebagai sesuatu yang khas
bersama-sama
dan wajar oleh kelompok tersebut.
legitimasi.
penerimaan
secara
menjadi
sesuatu
Oleh masyarakat prilaku waria dapat
diterima melalui proses pembiasaan
G. Penutup
atas peranan yang dipilih.
1. Kesimpulan
Legitimasi
Melalui
menghasilkan
penelitian
ini
dapat
makan-makna baru yang berfungsi
terlihat bagaimana proses dialektika
untuk
yang terjadi melalui eksternalisasi,
mengintergrasikan
makna-
makna yang sudah diberikan kepada
objektivasi,
proses-proses
yang
menciptakan
berlainan. Fungsi legitimasi adalah
terkonstruksi
pelembagaan
21
dan
internalisasi
realitas
dan
yang
memberikan
identitas bagi diri waria yang jika
dan mengakui dirinya adalah
dijabarkan adalah sebagai berikut:
seorang
perempuan
1. Dalam realitas objektif, diketahui
kemudian
menunjukkan
yang
jati
dalam melakukan aktifitas sehari-
dirinya dalam aktifitas sehari-hari
hari informan memiliki tindakan
sebagai
permanen
meskipun terdapat penyesuaian-
layaknya
perempuan.
yang
dapat
seorang
Tindakan-tindakan
dilihat
seorang
perempuan
penyesuaian yang dilakukan.
sebagai
2. Dalam
momen
penguatan peran yang dipilih
waria
yaitu informan berdandan dan
melakukan
bertutur
seorang
adaptasi
terhadap
lingkungan
realitas
sosial,
dimana
informan
perempuan.
seperti
Dalam
simbolis
dalam
eksternalisasi
penelitian
penyesuaian
ini
dan
informan
melakukan
penyesuaian
mengekspresikan dirinya sebagai
penafsiran
dan
perempuan.
simbol-
terhadap segala sesuatu yang
simbol yang ditunjukkan pada
berada dilingkungan di luar dunia
masyarakat seperti berdandan,
individu.
berpakaian seperti perempuan,
menganggap
bersikap feminim. Simbol-simbol
sesungguhnya
tersebut dianggap sebagai sesuatu
seorang
yang objektif oleh informan.
menyadari secara fisik adalah
Kemudian
seorang
Terdapat
dalam
realitas
subjektif, informan menganggap
informan
22
diri,
identifikasi
Informan
tetap
bahwa
dirinya
perempuan
laki-laki
adalah
meskipun
karena
menyatakan
itu
bahwa
dirinya adalah waria. Meskipun
bahwa dirinya adalah perempuan
beberapa informan mengalami
sehingga tindakannya juga harus
penentangan atau respon yang
bertujuan sama dengan pilihan
buruk
atau
performancenya. Terdapat agen
informan
yang memainkan peran sebagai
oleh
masyarakat
lingkungan
namun
menyakini bahwa tidak ada yang
seorang
salah pelaksanaan peranan atas
sekelompok
performance yang telah dipilih
memproses tentang penyadaran,
olehnya.
pelembagaan dan habitualisasi.
Dilakukan
upaya
individu
atau
individu
untuk
pemantapan-pemantapan
atas
Karena
peranan
agar
pelembagaan dan habitiualisasi
menerima
tidak bisa lepas dari peran agen.
yang
masyarakat
dipilih,
dapat
keberadaan kaum waria.
3. Dalam
dimana
momen
objektivasi
informan
mempunyai
Terdapat
proses
untuk
membangun
kesadaran
untuk
tindakan.
kesadaran
menjadi
Proses
hingga
proses
Agen dalam konstruksi sosial
waria
adalah
komunitas
makna tersendiri atas dirinya.
diadopsi
semua
waria
atau
itu
yang
waria
membuat makna atas waria.
4. Dalam momen internalisasi waria
menginternalisasikan
sebuah
nilai-nilai
yang didapat sebagai suatu pola
membangun
yang
menjadi
ideal
menjadi
untuk
diadopsi
tindakan.
Dalam
tindakan dilakukan secara terus
sosialisasi
menerus.
menjadikan kebiasaan, sikap dan
Informan
memaknai
23
primer
informan
ide dalam keluarga dalam wujud
tidakannya.
Dalam
1. Waria
sebagai
fenomena
sosialisasi
masyarakat diberikan prosi yang
sekunder informan menemukan
lebih besar untuk pengkajian
realitas yang lain dari apa yang
pemahaman
didapatkan
sosialisasi
masyarakat umum, diharap lebih
primer. Proses sosialisasi yang
dapat memahami fenomena waria
tidak
sempurna
secara lebih manusiawi, Agar
menjadikan informan membuat
nantinya walaupun tidak diterima
makna-makna tersendiri atas apa
tetapi
yang diketahui. Makna yang
melakukan hal yang melecehkan
ditarik dalam proses tersebut
waria.
dalam
berjalan
kemudian
diadopsi
dalam
2. Sebagai
sehingga
bagi
masyarakat
tidak
tanggungjawab sosial
tindakan yang dibentuk sendiri
semestinya
oleh informan, dalam penelitian
sebuah
ini
membentuk
nantinya waria dapat menjadi
kepribadiannya menjadi seorang
waria potensial. Adanya potensi
waria.
pada waria dapat menjadi potensi
informan
dapat
program
dibuatkan
nyata
agar
agar berfungsi secara sosial di
2. Saran
Pada
memberikan
lingkungannya.
bagian
Waria-waria
ini
peneliti
yang potensial diharapkan akan
saran-saran
sebagai
mendapat nilai dalam masyarakat
berikut:
karena
memberikan
manfaat
lebih daripada waria Penyandang
24
Masalah
Kesejahteraan
Sosial
untuk
yang pada dasarnya merupakan
menjadi
waria
dapat
diminimalkan.
masalah sosial.
4. Waria
sebagai
bagian
dari
3. Bagi Orangtua hendaknya mulai
masyarakat
seharusnya
menanamkan perbedaan seks dan
melakukan
penyesuaian
pengembangan peran sosial pria
menempatan diri dengan baik
dan wanita yang tepat ke anak-
terhadap segala bentuk aturan
anaknya sejak kecil. Orangtua
yang berlaku dalam masyarakat
harus memperhatikan anaknya
sehingga stigma negatif waria
apabila
dapat berkurang.
ada
kelainan
dalam
bertingkah laku, sehingga proses
25
dapat
dan
DAFTAR PUSTAKA
Bastaman, T.K dkk. 2004. Leksikon Istilah Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta:
Buku Kedokteran EGD.
Budianta, Melani. 2014. Ekspresi Untuk Identitas. Suarakita. Jakarta
Budirahayu, Tuti. 2011. Sosiologi Perilaku Menyimpang. Surabaya: PT. Revka
Petra Media.
Bungin, Burhan, 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
teknologi Masyarakat. Kencana predana Media Group: Jakarta
Bungin, Burhan. 2011. Konstruksi Sosial Media massa Kekuatan pengaruh
Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen serta kritik terhadap
Peter L. Berger & Thomas Lucman. Kencana: jakarta
Coleman, James S. 2011. Dasar-dasar teori sosial referensi bagi Reformasi,
Restorasi dan Revolusi. Nusa Media: Bandung
Hamid, Abdul. 2015. Kaum Luth Masa Kini. Yayasan Islah Bina Umat
Hartoyo, dkk. 2014. Sesuai Kata Hati Kisah Perjuangan 7 Waria. Rehal Pustaka.
Jakarta
Koeswinarno, 2004. Hidup Sebagai Waria. PT LKiS Pelangi Aksara. Yogyakarta
Moleong, Lexy. J. 2010, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdaya
Nadia, Z. 2005. Waria Laknat atau Kodrat. Yogyakarta: Galang Press.
Narwoko J. Dwi. 2010. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Kencana Predana
Media Group: Jakarta
Olong, Hatib Abdul Kadir. 2007. Tangan Kuasa Dalam Kelamin. INSISRPress.
Yogyakarta
Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi Kontemporer. PT. Raja grafindo Persada:
Jakarta
Puspitosari, H dan Pujileksono, S. 2005. Waria dan Tekanan Sosial, Malang:
Universitas Muhamadiah Malang.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung
Susan, Novri. 2009. Sosiologi Konflik & Isu-isu Konflik Kontemporer. Kencana
Prenanda Media Group. Jakarta
Yash. 2003. Transeksualisme. Yayasan Adi Karya Ikapi
Internet:
http://www.itjen.depkes.go.id/public/upload/unit/pusat/files/uud1945.pdf
news.detik.com/berita/2756437/tuntut-adanya-gender-ketiga-puluhan-waria-gelaraksidamai
http://www.suarakita.org/2014/11/gender-ketiga-seberapa-pentingkah/
http://www.gwl-ina.or.id
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23377/3/Chapter%20II.pdf
http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/19/waria-juga-manusia-566540.html
Download