KONSTRUKSI WARIA (Wanita-Pria) DALAM KEHIDUPAN SOSIAL DI KOTA TANJUNG PINANG NASKAH PUBLIKASI Oleh DENNY NIM : 110569201095 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016 KONSTRUKSI WARIA (Wanita-Pria) DALAM KEHIDUPAN SOSIAL DI KOTA TANJUNG PINANG NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Sosiologi Oleh DENNY NIM : 110569201095 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016 i KONSTRUKSI WARIA (Wanita-Pria) DALAM KEHIDUPAN SOSIAL DI KOTA TANJUNG PINANG Denny Jurusan Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Universitas Maritim Raja Ali Haji 2015 ABSTRAK Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas dalam dunia sosialnya, oleh karena itu konstruksi yang dibangun oleh tiap-tiap individu berbeda-beda, sampai timbulnya fenomena baru yaitu waria atau yang biasa disebut dengan transgender. Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial di sekelilingnya. Waria adalah individu yang sejak lahir memiliki jenis kelamin laki-laki, akan tetapi dalam proses berikutnya menolak bahwa dirinya laki-laki dan melakukan berbagai usaha untuk menjadi perempuan, baik dari sikap, perilaku dan penampilannya.. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konstruksi waria (wanita-pria) dalam kehidupan sosial. Penelitian ini dilakukan terhadap delapan orang waria di Tanjungpinang serta terhadap keluarga dan masyarakat disekitar tempat tinggal waria. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dan pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan beberapa kriteria yang telah ditentukan yaitu waria yang secara permanen mendandani dirinya seperti seorang perempuan dalam kesehariannya, bahasa tubuh dan nada suaranya menyerupai lawan jenisnya serta waria yang memiliki ketertarikan seksual hanya pada laki-laki. Dari hasil penelitian ditemui berbagai macam konstruksi sosial yang dilakukan waria di kota Tanjungpinang. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Dalam eksternalisasi diketahui informan melakukan adaptasi nilai dan norma berupa penyesuaian sikap dan penampilan. Informan melakukan pembedaan realitas yang berfungsi sebagai pembeda dan pemantapan atas peranan yang dipilih dalam bentuk penampilan dan sikap sebagai seorang perempuan. Interlanisasi informan atas nilai dan norma dalam sosialiasi primer dan sekunder tidak berlangsung sempurna. Hal inilah yang menyebabkan informan mengaktualisasikan dirinya sebagai seorang waria. Kata Kunci: Waria, Konstruksi Sosial ii KONSTRUKSI WARIA (Wanita-Pria) DALAM KEHIDUPAN SOSIAL DI KOTA TANJUNG PINANG Denny Jurusan Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Universitas Maritim Raja Ali Haji 2015 ABSTRACT Man individually is considered as a free social reality creator in his social world occuring in social process. Thus constructions which have been built by each individual are different. Transvestite usually called transgender is one of the results of the constructions. Bassically transvestite is individual who obtains male sex organ, yet in the process he denies that he is male by doing efforts to become female of manner, behavior and appearance. The study is carried out to observe transvestite construction in social life. The study is done towards eight transvestites who are members of Tanjungpinang transvestite association as well as families and society where the transvesties live. This is a qualitative study and the writer select the speakers by using purpossive sampling technique with specified criteria that the transvestites permanently dandify tehmselves as ladies daily, they gesture and speak like their opposite gender and they are only sexually attracted in male. From the study found various social construction behaved by transvestites in Tanjung Pinang. This dialectic process occurs through externality, objectivity dan internality. In externality moment known that transvestites adapt to sociocultural life. In objectivity moment, Transvestites distinguish reality as distinguisher and consolidation on the chosen role. In internality moment, transvestites adopt and internalize whole they obtain in premier and secondary socialization. Keywords : Transvestite, social construction iii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i ABSTRAK ....................................................................................................... ii ABSTRACT..................................................................................................... iii DAFTAR ISI.................................................................................................... iv A. Latar Belakang............ ................................................................................ 1 B. Rumusan Permasalahan .............................................................................. 5 C. Tujuan dan Kegunaan.................................................................................. 5 D. Tinjauan Pustaka....................... .................................................................. 6 E. Metode Penelitian............................. ................... ...................................... 8 F. Hasil Penelitian ............................................................................................ 12 G. Penutup....................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA iv KONSTRUKSI WARIA (Wanita-Pria) DALAM KEHIDUPAN SOSIAL DI KOTA TANJUNG PINANG mengatur kebutuhan masyarakat dan A. Latar Belakang Manusia sempurna dengan adalah telah yang diciptakan tuhan memiliki sehingga mahluk akal membedakan terinternalisasi kehidupan pikiran manusia 2008:48). manusia dalam (Bungin, Disamping itu terdapat pula kelompok, lapisan masyarakat, dengan mahluk ciptaan tuhan yang lembaga-lembaga lain. proses perubahan dan kebudayaan Sebagai mahluk biologis kemasyarakatan, manusia memiliki sejumlah potensi- sampai potensi di dalam individu yang harus menyimpang pada individu. Namun di tidak semua unsur-unsur tersebut kembangkan untuk dapat pada ke perilaku melakukan berbagai hal dalam hidup. berlangsung Manusia juga disebut sebagai mahluk sebagaimana sosial, hidup masyarakat. Tindakan manusia tidak berkelompok atau senantiasa selalu sepenuhnya ditentukan oleh norma- ingin berhubungan dengan manusia norma, kebiasaan-kebiasaan, nilai- lainnya. nilai yang selalu Dalam masyarakat terdapat dan secara normal dikehendaki sebagainya, oleh yang kesemuanya itu tercakup dalam fakta pranata sosial yang terwujud secara sosial konkret seperti aturan, norma, adat tergambarkan struktur dan pranata istiadat sosial. dan semacamnya yang 1 yaitu tindakan Unsur-unsur yang yang tidak dikehendaki oleh masyarakat berbagai faktor yang merupakan gejala abnormal atau mendukung juga bisa disebut sebagai gejala kehidupannya secara wajar baik yang patologi sosial. Hal itu disebabkan diakibatkan oleh faktor intern sendiri oleh unsur-unsur yang berkaitan seperti hidup menyendiri atau hanya dengan terbatas pada komunitasnya juga aspek kehidupan bermasyarakat yaitu nilai-nilai dan karena lembaga-lembaga pendidikan kemasyarakatan dalam kurang faktor menjalani ekstern terbatas, seperti kemiskinan, tidak dapat berfungsi sebagaimana ketidaktrampilan, diskriminasi baik mestinya, dikalangan sehingga menyebabkan kekecewaan dan penderitaan. masyarakat umum maupun oleh keluarganya sendiri. Dalam proses sosial, individu Pandangan masyarakat tentang waria manusia dipandang sebagai pencipta telah terkonstruksi melalui proses realitas sosial yang relatif bebas yang panjang. dalam dunia sosialnya, oleh karena Secara eksplisit UUD 1945 itu konstruksi yang dibangun oleh memang tidak menyebutkan hak tiap-tiap asasi manusia, namun ketentuan individu berbeda-beda, sampai timbulnya fenomena baru pasal-pasalnya yaitu waria atau yang biasa disebut tentang hak asasi manusia karena di dengan transgender. dalamnya Permasalahan mengatur mengatur hak dan yang kewajiban sebagai warga negara. termasuk Pasal-pasal dalam UUD 1945 setelah sangat rumit dan kompleks karena diamandemen yang dimaksud adalah dihadapi kaum sosial jelas waria 2 pasal 27, 28, 28A-28J, 29, 30, 31, 33. internasional untuk melindungi hak- Setiap hak warga negara diberikan asasi kaum lesbian, gay, jaminan untuk diperlakukan sama biseksual, transgender, dan interseks. oleh negara. Dalam UUD 1945 pasal Dalam publikasi ini dijelaskan lima 27 ayat (1) berbunyi “segala warga bidang utama yang menjadi fokus, di negara bersamaan kedudukannya di mana dalam hukum dan pemerintahan dan diperlukan untuk dari melindungi wajib menjunjung tinggi hukum dan orang dari kekerasan homophobic, pemerintahan itu dengan tidak ada untuk mencegah kecualinya”. dekriminalisasi Jaminan akan hak waria juga tindakan negara sangat penyiksaan, homoseksualitas, melarang diskriminasi, dan menjaga tertuang dalam publikasi “Born Free kebebasan and Equal” yang dirilis oleh PBB dan Pada tanggal 15 September 2012. (Sumber: http://www.gwl-ina.or.id). Kantor hak asasi manusia berekspresi, berkumpul Eksistensi berserikat secara waria damai di Kota PBB merilis sebuah booklet baru 60 Tanjungpinang semakin tinggi hal ini halaman pada orientasi seksual dan bisa dilihat dimana para waria telah identitas gender dalam hukum hak memiliki asasi manusia sebagai wadah bagi mereka yaitu internasional. Publikasi, “Born Free Forum Komunikasi Rumpun Waria dan Equal”, menetapkan sumber dan Sehati lingkup kewajiban negara di bawah Komunikasi Rumpun Waria Sehati hukum resmi di dirikan pada tanggal 17 hak asasi manusia 3 organisasi (FKRWS). perkumpulan Forum desember bulan 2006. tahun dengan Model Merah Putih. Disamping 2016 jumlah kegiatan-kegiatan besar itu anggota anggota FKRWS sebanyak 45 orang. FKRWS juga aktif dalam kegiatan Sebagian lain disalon april Sampai besar dan anggota diantaranya yaitu bidang Swadaya kesehatan seperti pencegahan dan Masyarakat (LSM) yang bergerak penanggulangan HIV dan AIDS , dalam penanggulangan HIV/AIDS. dalam bidang olahraga seperti bola Organisasi volley dan pelatihan peningkatan ini Lembaga bekerja didirikan dengan tujuan untuk menghimpun kaum waria yang berada Tanjungpinang. di keterampilan bagi anggota FKRWS. Kota Tanjungpinang sebagai Memberikan daerah dengan mayoritas masyarakat konseling dan dukungan psikososial dengan suku malayu yang sarat akan pada kelompok waria. Memberikan nilai-nilai Islami. Keberadaan kaum informasi, edukasi, dan advokasi waria kepada kelompok waria mengenai performance dan orientasi sex tentu HIV dan AIDS dan melakukan saja bertentangan dengan nilai dan pendampingan terhadap kelompok norma budaya melayu dan agama waria. Forum islam yang menentang hubungan Komunikasi Rumpun Waria Sehati sejenis (Homoseksual). Konstruksi telah mengadakan berbagai macam tentang kegiatan seperti pemilihan Malam berkembang dimasyarakat dianggap Pesona Model Kota Tanjungpinang, sebagai Pemilihan Keberadaan pandangan masyarakat Sejak Model berdiri Valentine dan 4 baik waria secara selama sesuatu prilaku, ini yang penyimpangan. mengenai konstruksi waria menyebabkan sosial B. yang Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang mempengaruhi pikiran dan tingkah yang telah di paparkan di atas, maka laku individu. Efek dari konstruksi rumusan masalah yang dapat diambil sosial ini menyebabkan berbagai dalam macam perlakuan di masyarakat, ini adalah “Bagaimana Konstruksi Waria Waria tidak saja tidak dianggap (Wanita-Pria) dalam sebagai Sosial di Kota Tanjungpinang? ” identitas gender yang otonom, lepas dari kontruksi laki dan C. perempuan, lebih dari itu waria penelitian Tujuan dan Kehidupan Kegunaan Penelitian dikontruksi sebagai bentuk kelainan 1. Tujuan sosial. Berbagai macam proses yang Untuk mengetahui konstruksi terjadi dalam kehidupan waria yang waria (Wanita Pria) dalam terwujud dalam sikap dan perilaku Kehidupan waria di pengaruhi oleh lingkungan Tanjungpinang. sekitar dimana waria melakukan Sosial di Kota 2. Kegunaan interaksi. Berdasarkan gejala-gejala Sebagai sumbangan pemikiran sosial yang ditemui dilapangan dan bagi pengembangan ilmu sosial melalui pengamatan, maka penulis pada tertarik untuk melakukan penelitian sosiologi dengan judul: “Konstruksi Waria Universitas Maritim Raja Ali (Wanita-Pria) Dalam Kehidupan Haji Sosial di Kota Tanjungpinang ” penelitian 5 umumnya dan ilmu khususnya di Tanjungpinang. diharapkan Hasil dapat memberikan mendalam waria informasi tentang dalam yang bersifat kondisi berkembang dilembagakan, kehidupan dan Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara bernegara dan bermasyarakat. terus menerus dan membedakan antara realitas dengan pengetahuan. D. Tinjauan Pustaka Realitas diartikan sebagai kualitas 1. yang terdapat di dalam kenyataan Konstruksi Sosial Berger dan Luckmann yang diakui sebagai meyakini secara substantif bahwa keberadaan realitas merupakan hasil ciptaan bergantung kepada kehendak kita manusia kreatif melalui kekuatan sendiri. konstruksi sosial terhadap dunia didefinisikan sosial di sekelilingnya. Jika ditelaah bahwa terdapat beberapa asumsi dasar dari (real) dan memiliki karakteristik teori konstruksi sosial Berger dan yang spesifik. Luckmann. Adapun asumsi- (being) memiliki yang Sementara pengetahuan sebagai realitas-realitas Subiyakto tidak kepastian itu dalam Bungin asumsinya tersebut adalah Realitas (2008:192) merupakan hasil ciptaan manusia realitas sosial yang dimaksud oleh kreatif melalui kekuataan konstruksi berger dan Luckmann terdiri dari sosial realitas objektif, realitas simbolis, terhadap sekelilingnya, pemikiran dunia sosial hubungan manusia dan di antara dan konteks realitas objektif sosial tempat pemikiran itu timbul, menyebutkan nyata subjektif. adalah realitas bahwa Realitas yang terbentuk dari pengalaman didunia 6 objektif yang berada di luar individu, b. Objektivasi ialah interaksi sosial dan realitas ini dianggap sebagai dalam dunia intersubjektif yang kenyataan. dilembagakan Realitas simbolis merupakan ekspresi simbolis dari realitas objektif dalam atau institusionalisasi. berbagai c. Internalisasi ialah bentuk. Sedangkan realitas subjektif mengidentifikasi adalah lembaga realitas yang mengalami terbentuk individu diri di tengah lembaga sosial atau sebagai proses penyerapan kembali organisasi sosial di mana individu realitas tersebut objektif dan simbolis menjadi anggotanya. kedalam individu melalui proses Melalui proses internalisasi atau internalisasi. sosialiasi Selain itu juga berlangsung individu menjadi anggota masyarakat. dalam suatu proses dengan tiga Konstruksi sosialnya momen simultan menurut Berger dan mengandung dimensi objektif dan Luckmann subyektif. yaitu konsep untuk antara yang menonjol melihat realitas dalam subjektif dan objektif melalui konsep dimensi objektif yakni pelembagaan dialektika, dan legitimasi. Kalau pelembagaan menghubungkan yang dikenal dengan Ada dua hal yang eksternalisasi-objektivasi- dan legitimasi merupakan dimensi internalisasi. obyektif a. Eksternalisasi ialah penyesuaian internalisasi diri dengan dunia sosio-kultural subyektinya. sebagai produk manusia. menyatakan, 7 dari realitas, merupakan Analisis bahwa maka dimensi Berger individu dilahirkan dengan suatu pradisposisi merasa dirinya adalah perempuan ke arah sosialitas dan ia menjadi sehingga anggota masyarakat. sebagai perempuan. 2. E. Metode Penelitian Waria Bastaman mengatakan dkk (2004:168) bahwa waria transsexual yaitu keinginan 1. atau harus berpenampilan Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah untuk penelitian kualitatif, yaitu penelitian hidup dan diterima sebagai anggota yang bermaksud untuk memahami kelompok lawan fenomena tentang apa yang dialami jenis, biasanya disertai dengan rasa tidak nyaman oleh atau jenis prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan dan lain-lain secara holistik, dan membedah dengan cara deskrispsi dalam bentuk menjalani kata-kata dan bahasa, pada suatu tubuhnya konteks khusus yang alamiah dan tidak sesuai dengan kelamin anatomisnya, menginginkan untuk jenis kelamin terapi hormonal sepadan serta agar mungkin dengan subjek dengan jenis penelitian memanfaatkan misalnya berbagai kelamin yang diinginkan. Dalam metode ilmiah (Moleong, 2012:6). pengertian 2. umum waria adalah Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota seorang laki-laki yang berdandan dan berlaku sebagai wanita. Waria dapat Tanjungpinang, dikatakan dipilihnya lokasi ini karena Kota sebagai homoseksual Adapun secara fisik. Waria adalah seseorang Tanjungpinang yang ibukota provinsi Kepulauan Riau berasumsi bahwa mereka 8 sebagai alasan sebagai mengalami yang meliputi sikap dan prilaku waria, menimbulkan sosialisasi waria, interaksi waria, fenomena sosial yang salah satu proses pelembagaan, legitimasi serta diantaranya keberadaan kaum waria. pandangan Keberadaan kaum waria di Kota waria. Tanjungpinang semakin terlihat jelas b. sangat perkembangan pesat dan eksistensinya dalam beberapa bidang kehidupan yang terhadap Data Sekunder Sumber berhubungan masyarakat data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung dengan masyarakat. memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data. 3. Sumber Data Sumber data sekunder ini dapat a. Data Primer berupa hasil pengolahan lebih lanjut Sumber primer adalah sumber dari data primer yang disajikan data yang secara langsung dalam bentuk lain atau dari orang memberikan data kepada pengumpul lain (Sugiyono, 2015:225). Data data (Sugiyono, 2015:225). Data yang diperoleh dari Instansi terkait yang seperti diperoleh langsung dari dari Dinas Sosial Kota informan baik melalui observasi Tanjungpinang dan KESBANGPOL maupun Observasi Kota Tanjungpinang, LSM yang pengamatan concern pada keberadaan kaum waria dilakukan wawancara. melalui langsung pada Adapun yang objek penelitian. menjadi kota fokus cetak. pengamatan dalam penelitian ini 9 Tanjungpinang dan Media 4. Populasi dan Sample termasuk rahasia sekalipun dapat Informan dalam penelitian ini dengan mudah adalah waria di kota Tanjungpinang. (Moleong, 2012:177) Teknik penentuan informan yang b. digunakan adalah diperolehnya Wawancara Purposive Wawancara adalah percakapan Sampling artinya bahwa penetuan dengan maksud tertentu. Maksud informan mengadakan mempertimbangkan wawancara adalah kriteria-kriteria tertentu yang telah mengkosntruksi dibuat terhadap obyek yang sesuai kejadian dengan tujuan penelitian. motivasi, tuntutan, kepedulian dan 5. Teknik dan Alat Pengumpulan lain-lain kebulatan; merekosntruksi Data merekonstruksi kebulatan-kebulatan Observasi demikian sebagai yang dialami masa a. Observasi dilakukan untuk lalu; mengenai organisasi, memproyeksikan orang, perasaan, kebulatan- mendekatkan peneliti ke orang-orang kebulatan sebagai yang diharapkan yang ditelitinya dan ke situasi atau untuk dialami pada masa yang akan lingkungan mereka yang sebenarnya. datang, memverifikasi, mengubah, Peneliti dapat masuk ke lingkungan dan memperluas informasi yang ditelitinya atau yang dikenal diperoleh dari orang lain, baik dengan observasi partisipatif. Dalam manusia maupun bukan manusia pengamatan ini peranan pengamat (triangulasi); dan memverifikasi, secara terbuka diketahui oleh umum mengubah dan memperluas karena itu maka segala informasi konstruksi yang dikembangkan oleh 10 yang peneliti sebagai pengecekan anggota memfokuskan pada hal-hal yang (Moleong, 2012:186). penting, dicari tema dan polanya. c. b. Dokumentasi Metode metode dokumentasi pengumpulan data adalah Penyajian Data (Data Display) Penyajian data dirancang untuk yang menggabungkan informasi yang datanya diperoleh dari buku, internet, tersusun dalam suatu bentuk yang atau dokumen lain yang menunjang padu dan mudah dipahami. Menurut penelitian yang dilakukan. Dokumen Sugiyono (2015:342), merupakan penyajian data catatan mengenai dengan maka akan peristiwa yang sudah berlalu. Peneliti memudahkan untuk memahami apa mengumpulkan dokumen yang dapat yang terjadi, merencanakan kerja berupa tulisan, gambar, atau karya- selanjutnya berdasarkan apa yang karya monumental dari seseorang dipahami tersebut. Bentuk penyajian (Sugiyono, 2012:240). data dalam penelitian ini 6. Teknik Analisa Data bentuk teks yang bersifat deskriptif. Aktivitas dalam analisis data c. yaitu reduksi data, penyajian data, Verifikasi (Conclusion Drawing/ Verification) dan kesimpulan/verifikasi. a. Kesimpulan/ yaitu Menurut Sugiyono (2015:344), Reduksi data (Data Reduction) kesimpulan Menurut Sugiyono (2015:340), kualitatif mungkin dapat menjawab mereduksi data berarti merangkum, rumusan masalah yang dirumuskan memilih sejak awal, tetapi mungkin juga hal-hal yang pokok, dalam penelitian tidak. Hal ini karena masalah dan 11 rumusan masalah dalam penelitian bagian penting dalam kehidupan kualitatif bersifat sementara dan akan seseorang untuk melihat dunia luar berkembang setelah penelitian di (Bungin, 2008:194). lapangan. Dari keterangan informan diketahui, dapat dipahami bahwa F. Hasil Penelitian waria 1. Eksternalisasi Waria Terhadap penyesuaian diri dalam melakukan Nilai dan Norma Dalam interaksi Kehidupan Sosial Eksternalisasi adalah melakukan terhadap adaptasi dunia atau sosio- kultural agar dapat diterima oleh bagian lingkungan dimana mereka berada. penting dalam kehidupan individu, Penyesuaian ini dilakukan waria ini dan menjadi bagian dari dunia adalah sebagai bentuk eksternalisasi sosiokultural-nya. Dengan kata lain, agar waria dapat di terima oleh eksternalisasi menjadi tahap yang lingkungan sangat mendasar, dalam satu pola kegiatan perannya serta ukuran dari perilaku interaksi antara individu pelaksanaan atau performance yang dengan sosial dipilih. Persepsi atau pandangan masyarakatnya. Maksud dari proses masyarakat tentang waria berbeda- ini adalah ketika sebuah produk beda, ada yang positif ada juga yang sosial telah menjadi sebuah bagian negatif, tergantung mereka menilai penting yang dari sisi mana. Penyesuaian terhadap setiap saat dibutuhkan oleh individu, nilai-nilai dan norma yang berlaku maka produk sosial itu menjadi dimasyarakat produk-produk dalam masyarakat 12 berdasarkan dilakukan pola dengan berbagai cara diantaranya melalui aktivitas layaknya penampilan, pemilihan peran dan lainnya bahasa. masyarakat sekitar. Dalam aktivitas dan masyarakat berinteraksi dengan Bagaimana sebenarnya waria sehari-hari informan lebih memilih harus dipandang dalam konstruksi melakukan hal-hal seperti apa yang sosial yang lebih jelas dan memiliki dilakukan oleh lawan jenisnya. arti dalam kehidupan sosial Momen eksternalisasi ini umumnya, adalah satu upaya yang berlangsung ketika produk sosial selalu dilakukan oleh kaum waria tercipta untuk dapat eksis didalam masyarakat, dalam kemudian individu kehidupannya. Hal ini senantiasa mengeksternalisasikan (penyesuaian dilakukan karena pembentukan diri diri) ke dalam duni sosiokultural harus dimengerti dalam kaitan sebagai bagian dari manusia. Bahwa dengan perkembangan diri individu harus diakui adanya eksistensi yang berlangsung terus-menerus dan kenyataan sosial objektif yang dengan proses sosial di mana diri itu ditemukan dalam hubungan antara berhubungan dengan lingkungan waria dengan lembaga-lembaga manusia. sosial. Adapun bentuk penyesuaian Dari hasil observasi diri yang dilakukan waria terhadap dilapangan, peneliti menemukan nilai dan norma didalam masyarakat informan tidak merasa canggung lagi adalah dengan menjaga sikap sopan, atas pilihan performance yang telah tidak membawa pelanggan (waria dipilih. Informan melakukan yang bekerja sebagai PSK) ke rumah, 13 Informan tetap menganggap bahwa Informan menyadari bahwa sesungguhnya dirinya adalah seorang menurut keluarga, masyarakat dan perempuan menyadari agama yang dianut menjadi seorang secara fisik adalah seorang laki-laki waria adalah salah. Informan tetap karena itu informan menyatakan pada pendiriannya karena meyakini bahwa dirinya adalah waria. sepenuhnya bahwa dirinya adalah meskipun 2. Objektivasi Nilai Waria dan Terhadap seorang waria. Diketahui bahwa Dalam waria berharap agar masyarakat tidak Norma kehidupan Sosial memandang waria sebagai sesuatu Objektivasi adalah disandangnya yang negatif. Seperti yang produk-produk disampaikan oleh informan banyak aktifitas itu dalam interaksi sosial waria yang berhasil menunjukkan dengan prestasinya dan intersubjektif yang mampu bersaing dilembagakan atau mengalami proses dengan yang lainnya. Hal terpenting intitusional. Pada tahap ini sebuah dalam objektivasi adalah signifikasi, produk sosial berada pada proses yakni pembuatan tanda-tanda oleh institusionalisasi manusia. dan individu memanifestasikan diri dalam produkproduk kegiatan tersedia, baik manusia bagi Pembuatan yang pembeda tanda dilakukan sebagai informan produsen- bertujuan untuk membuat identitas produsennya, maupun bagi orang baru. Proses pembentukan identitas lain sebagai unsur dunia bersama baru (Bunging, 2008:194). informan tidak sekedar melupakan 14 ini meliputi banyak hal, nama aslinya namun juga selanjutnya perubahan informan juga memilih pekerjaan dikarenakan rekan-rekan waria yang yang identik dengan perempuan, lebih senior melakukan hal tersebut. mulai melakukan sangat aktifitas perempuan, penampilan dan fisik Dalam proses konstruksi sosial, momen yang ini disebut sebagai interaksi sosial seperti melalui pelembagaan dan legitimasi. memanjangkan rambut, merawat Dalam pelembagaan dan legitimasi kuku, merawat kulit dan melakukan tersebut, agen bertugas untuk menarik berbagai perawatan kecantikan. Jika dunia subjektifitasnya menjadi dunia memiliki biaya lebih beberapa waria objektif melalui interaksi sosial yang tidak segan melakukan berbagai dibangun secara bersama. Pelembagaan operasi kecil seperti suntikan untuk kan menghilangkan karakter wajah laki- kesepahaman laki. hubungan subjek-subjek. Dalam upaya menguatkan terjadi manakala intersubjektif terjadi atau peranan yang telah dimantapkan Dalam momen ini terdapatlah untuk menjadi waria, informan juga realitas sosial pembeda dari realitas melakukan lainnya. usaha pematangan Objektivasi ini terjadi karena adanya proses eksternalisasi. penampilan. melakukan Ketika dalam proses eksternalisasi perubahan pada penampilan dan fisik semua ciri-ciri dan simbol-simbol agar sama dengan kaum perempuan waria diadaptasikan dan dikenal atau berbeda dengan performance masyarakat umum maka terdapatlah atas menjadi pembeda dan terjadilah legitimasi melakukan bahwa ini adalah sosok waria yang Informan identitas kodratnya. yang Informan 15 telah terkonstruksi. Satu hal yang Melalui cukup penting dari objektivasi adalah masyarakat signifikasi, yakni pembuatan tanda- manusia. tanda oleh manusia. Sebuah tanda pemahaman atau penafsiran yang dapat dibedakan dari objektivasi- langsung dari suatu peristiwa objektif objektivasi lainnya, karena tujuannya sebagai pengungkapan suatu makna, yang digunakan artinya sebagai suatu manifestasi dari sebagai tanda, isyarat atau indeks proses-proses subjektif bagi individu bagi itu sendiri. Tidak peduli apakah eksplisit untuk makna-makna Memang benar subejktif. bahwa semua subjektif eksternalisasi, maka merupakan produk Internalisasi adalah orang lain bersesuain objektivasi dapat digunakan sebagai dengan subjektif individu (Bungin, tanda meskipun mereka semula tidak 2008: 197). dibuat untuk itu. Didalam momen ini agen-agen pelembagaan Pada momen internalisasi, dunia adalah relitas sosial yang objektif tersebut kelompok atau komunitas waria. ditarik 3. Internalisasi individu, Waria Terhadap kembali kedalam sehingga diri seakan-akan Nilai dan Norma Dalam Proses berada dalam diri individu. Proses Sosialisasi penarikan kedalam ini melibatkan Internalisasi adalah peresapan lembaga-lembaga kembali realitas-realitas manusia dan dalam menstransformasikannya berperan struktur dunia objektif dari yang masyarakat. dalam terdapat Lembaga proses ini kedalam dikarenakan, wujud konkret dari struktur kesadaran dunia subjektif. pranata sosial adalah aturan, norma, 16 adat-istiadat dan semacamnya yang berbeda dianggap sebagai sesuatu mengatur kebutuhan masyarakat dan yang abnormal. telah terinternalisasi dalam Dalam hidup bermasyarakat kehidupan manusia, dengan kata lain manusia senantiasa dituntut untuk pranata sosial ialah sistem atau mampu menyesuaikan diri dengan norma yang telah melembaga atau lingkungan sosialnya melalui suatu menjadi disuatu proses. Proses ini dapat disebut masyarakat. Oleh karena itu Untuk proses penyesuaian diri individu melestarikan kedalam kehidupan sosial, atau lebih kelembagaan identifikasi tersebut maka digunakanlah sosialisasi. singkat Kecenderungan menjadi waria dapat disebut sosialisasi. Manusia sebagai makhluk dipengaruhi oleh pengalaman awal individu atau pada masa kecil. Pengalaman mempertahankan yang dalam terbentuk pada dengan fase-fase dituntut kehidupan dapat eksistensinya ditengah-tengah perkembangan dan didukung oleh masyarakat maka mau tidak mau pengalaman kehidupan sehari-hari ataupun secara tidak sadar proses menjadikan pembauran mengarah individu pada sifat Tindakan-tindakan turun-temurun dapat saja feminim. yang diwariskan atau sosialisasi akan terjadi pada diri individu tersebut. secara a. Sosialisasi Primer pada Sosialisasi primer merupakan generasi berikutnya dianggap sebagai proses, sesuatu normal, dengan dunia sosial lebih sekedar meskipun pada masyarakat yang belajar secara kognitif semata-mata. tindakan yang 17 dimana individu terlibat Karena sosialisasi primer pola pendidikan yang paling ringkas, berlangsung dalam kondisi yang simpel dan efektif. Perlakuan bermuatan tinggi. komunikasi yang dibangun antar Sedangkan hubungan antara individu anggota keluarga ditambah dengan dengan orang lain dalam yang sangat contoh nyata dari figur yang ada akrab dan berada didalam situasi dalam keluarga merupakan unsur kelompok primer, yang mana anak penting dalam proses sosialilasi. mengidentifikasikan dirinya dengan Dalam anggota mencurahkan emosi yang keluarga yang keluarga, orang perhatian dan tua untuk mempengaruhinya dengan berbagai mendidik individu agar memperoleh cara yang emosional. Anak-anak dasar-dasar pola pergaulan hidup mengalihkan peran dan sikap orang yang benar melalui penanaman nilai- tua atau orang-orang berpengaruh nilai (Signiture kepribadian Others) yang sehingga membentuk individu memperngaruhi mereka, artinya anak Artinya menginternalisasi dan menjadikan individu diajari tentang nilai-nilai peran dan sikap orang tua sebagai dan tradisi yang perlu dianut sebagai sikapnya sendiri. pewaris tradisi, akhirnya terjadilah Keluarga adalah basis melalui tersebut. keluarga setiap pembiasaan dan pelembagaan tradisi. pendidikan yang paling utama, dan Tindakan dan orang tua merupakan figur utama yang pendidik menerus dengan anggota keluarga dalam keluarga. Keteladanan orang tua merupakan berlangsung komunikasi mempengaruhi 18 secara terus pembentukan kepribadian informan. Hal ini di pada umumnya dan segala sesuatu karenakan yang menyertainya, telah terbentuk nilai-nilai yang ditanamkan pada anak secara terus dan menerus individu. Pasca sosialisasi primer, melalui pembiasaan pembiasaan- pada perilaku anak tertanam dalam kesadaran berbagai krisis dapat terjadi, yang sehari-hari dianggap sebagai sesuatu sesungguhnya tindakan yang ideal. timbulnya kesadaran bahwa dunia Peranan-peran anggota disebabkan oleh orang tua bukanlah satu-satunya keluarga semestinya berjalan sesuai dunia dengan status yang disandangnya dan mempunyai menjadi suatu tingkah laku yang sangat khusus, bahkan barangkali diharapkan dari individu, karena hanya peran disamping dapat berfungsi dikonotasikan sebagai dunia yang untuk mengatur perilaku seseorang pejoratif (merendahkan) (Bungin, juga akan diadopsi atau menjadi 2008:200). contoh bagi orang-orang yang berada b. disekitarnya. Peran masing-masing ruang suatu Dalam telah yang dunia” sesuai dengan ada, melainkan sosial dunia yang yang Sosialisasi Sekunder anggota dalam sosialisasi primer berjalan yang sosialisasi terjadi sekunder, internalisasi kelembagaan atau “subyang statusnya akan menciptakan sesuatu berlandaskan lembaga. Karena itu, tatanan yang baik. wilayah jangkauan dan sifatnya Sosialisasi primer berakhir ditentukan olek apabila konsep tentang orang lain pembagian kerja 19 kompleksitas dan distribusi pengetahuan dalam masyarakat lain. Akan tetapi, apa yang diamati yang menyertainya. Dengan kata dari lain sosialisasi sekunder adalah sekaligus proses keadaan dirinya. memperoleh pengetahuan khusus sesuai dengan peranannya, dimana peranan-peranan langsung atau tidak seorang proses secara yang langsung dengan didapat sosialisasi. melalui Informan proses menjadikan prilaku yang ada pada lingkungan sosialisasi, sebagai tindakan. Nilai-nilai dalam berusaha kelompok diinternalisasikan sebagai dorongan-dorongan suatu acuan dalam berprilaku. Dalam individu menyesuaikan disesuaikan Informan menginternalisasi apa berakhir dalam pembagian kerja. Dalam orang lain berusaha ditiru dalam yang ada dengan tekanan nilai hal dan lingkungan sekitar waria sebagai norma Disamping sosialisasi yang itu, mengikatnya. dalam seseorang proses ini dapat sosialisasi juga diketahui sekunder bahwa memberikan pengaruh melalui nilai-nilai yang mengadopsi berbagai hal dari orang ditemukan. lain. Hal-hal yang diperoleh dari c. Proses Pelembagaan dan orang lain meliputi kebiasaan, sikap, Legitimasi dan ide-ide. Selanjutnya, ketiga hal Semua kegiatan manusia bisa tersebut disusun kembali menjadi mengalami sistem yang mengatur tingkahnya (habitualisasi). Tiap tindakan yang sendiri. tidak sering diulangi pada akhirnya akan sekadar mencontoh perilaku orang menjadi suatu pola yang kemudian Pengertian adopsi 20 proses pembiasaan bisa direproduksi. Pembiasaan untuk membuat objektivasi “tingkat selanjutnya adalah bahwa tindakan pertama” yang sudah dilembagakan yang bersangkutan bisa dilakukan menjadi tersedia secara objektif dan kembali dimasa mendatang dengan masuk cara yang sama, ini berlaku bagi Legitimasi aktifitas sosial maupun non sosial. kelembagaan dengan memberikan akal secara subjektif. “menjelaskan” tatanan Pelembagaan terjadi apabila ada kesahihan kognitif kepada makna- suatu tipikasi yang timbal balik dari maknanya yang sudah diobjektivasi. tindakan-tindakan sudah Dapat diartikan bahwa segala sesuatu terbiasa bagi berbagai tipe pelaku. yang diadopsi oleh waria sebagai Dalam suatu tindakan dan kepribadian dan perilaku yang penelitian ini diketahui waria yang feminim dilakukan dianggap sebagai sesuatu yang khas bersama-sama dan wajar oleh kelompok tersebut. legitimasi. penerimaan secara menjadi sesuatu Oleh masyarakat prilaku waria dapat diterima melalui proses pembiasaan G. Penutup atas peranan yang dipilih. 1. Kesimpulan Legitimasi Melalui menghasilkan penelitian ini dapat makan-makna baru yang berfungsi terlihat bagaimana proses dialektika untuk yang terjadi melalui eksternalisasi, mengintergrasikan makna- makna yang sudah diberikan kepada objektivasi, proses-proses yang menciptakan berlainan. Fungsi legitimasi adalah terkonstruksi pelembagaan 21 dan internalisasi realitas dan yang memberikan identitas bagi diri waria yang jika dan mengakui dirinya adalah dijabarkan adalah sebagai berikut: seorang perempuan 1. Dalam realitas objektif, diketahui kemudian menunjukkan yang jati dalam melakukan aktifitas sehari- dirinya dalam aktifitas sehari-hari hari informan memiliki tindakan sebagai permanen meskipun terdapat penyesuaian- layaknya perempuan. yang dapat seorang Tindakan-tindakan dilihat seorang perempuan penyesuaian yang dilakukan. sebagai 2. Dalam momen penguatan peran yang dipilih waria yaitu informan berdandan dan melakukan bertutur seorang adaptasi terhadap lingkungan realitas sosial, dimana informan perempuan. seperti Dalam simbolis dalam eksternalisasi penelitian penyesuaian ini dan informan melakukan penyesuaian mengekspresikan dirinya sebagai penafsiran dan perempuan. simbol- terhadap segala sesuatu yang simbol yang ditunjukkan pada berada dilingkungan di luar dunia masyarakat seperti berdandan, individu. berpakaian seperti perempuan, menganggap bersikap feminim. Simbol-simbol sesungguhnya tersebut dianggap sebagai sesuatu seorang yang objektif oleh informan. menyadari secara fisik adalah Kemudian seorang Terdapat dalam realitas subjektif, informan menganggap informan 22 diri, identifikasi Informan tetap bahwa dirinya perempuan laki-laki adalah meskipun karena menyatakan itu bahwa dirinya adalah waria. Meskipun bahwa dirinya adalah perempuan beberapa informan mengalami sehingga tindakannya juga harus penentangan atau respon yang bertujuan sama dengan pilihan buruk atau performancenya. Terdapat agen informan yang memainkan peran sebagai oleh masyarakat lingkungan namun menyakini bahwa tidak ada yang seorang salah pelaksanaan peranan atas sekelompok performance yang telah dipilih memproses tentang penyadaran, olehnya. pelembagaan dan habitualisasi. Dilakukan upaya individu atau individu untuk pemantapan-pemantapan atas Karena peranan agar pelembagaan dan habitiualisasi menerima tidak bisa lepas dari peran agen. yang masyarakat dipilih, dapat keberadaan kaum waria. 3. Dalam dimana momen objektivasi informan mempunyai Terdapat proses untuk membangun kesadaran untuk tindakan. kesadaran menjadi Proses hingga proses Agen dalam konstruksi sosial waria adalah komunitas makna tersendiri atas dirinya. diadopsi semua waria atau itu yang waria membuat makna atas waria. 4. Dalam momen internalisasi waria menginternalisasikan sebuah nilai-nilai yang didapat sebagai suatu pola membangun yang menjadi ideal menjadi untuk diadopsi tindakan. Dalam tindakan dilakukan secara terus sosialisasi menerus. menjadikan kebiasaan, sikap dan Informan memaknai 23 primer informan ide dalam keluarga dalam wujud tidakannya. Dalam 1. Waria sebagai fenomena sosialisasi masyarakat diberikan prosi yang sekunder informan menemukan lebih besar untuk pengkajian realitas yang lain dari apa yang pemahaman didapatkan sosialisasi masyarakat umum, diharap lebih primer. Proses sosialisasi yang dapat memahami fenomena waria tidak sempurna secara lebih manusiawi, Agar menjadikan informan membuat nantinya walaupun tidak diterima makna-makna tersendiri atas apa tetapi yang diketahui. Makna yang melakukan hal yang melecehkan ditarik dalam proses tersebut waria. dalam berjalan kemudian diadopsi dalam 2. Sebagai sehingga bagi masyarakat tidak tanggungjawab sosial tindakan yang dibentuk sendiri semestinya oleh informan, dalam penelitian sebuah ini membentuk nantinya waria dapat menjadi kepribadiannya menjadi seorang waria potensial. Adanya potensi waria. pada waria dapat menjadi potensi informan dapat program dibuatkan nyata agar agar berfungsi secara sosial di 2. Saran Pada memberikan lingkungannya. bagian Waria-waria ini peneliti yang potensial diharapkan akan saran-saran sebagai mendapat nilai dalam masyarakat berikut: karena memberikan manfaat lebih daripada waria Penyandang 24 Masalah Kesejahteraan Sosial untuk yang pada dasarnya merupakan menjadi waria dapat diminimalkan. masalah sosial. 4. Waria sebagai bagian dari 3. Bagi Orangtua hendaknya mulai masyarakat seharusnya menanamkan perbedaan seks dan melakukan penyesuaian pengembangan peran sosial pria menempatan diri dengan baik dan wanita yang tepat ke anak- terhadap segala bentuk aturan anaknya sejak kecil. Orangtua yang berlaku dalam masyarakat harus memperhatikan anaknya sehingga stigma negatif waria apabila dapat berkurang. ada kelainan dalam bertingkah laku, sehingga proses 25 dapat dan DAFTAR PUSTAKA Bastaman, T.K dkk. 2004. Leksikon Istilah Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta: Buku Kedokteran EGD. Budianta, Melani. 2014. Ekspresi Untuk Identitas. Suarakita. Jakarta Budirahayu, Tuti. 2011. Sosiologi Perilaku Menyimpang. Surabaya: PT. Revka Petra Media. Bungin, Burhan, 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus teknologi Masyarakat. Kencana predana Media Group: Jakarta Bungin, Burhan. 2011. Konstruksi Sosial Media massa Kekuatan pengaruh Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen serta kritik terhadap Peter L. Berger & Thomas Lucman. Kencana: jakarta Coleman, James S. 2011. Dasar-dasar teori sosial referensi bagi Reformasi, Restorasi dan Revolusi. Nusa Media: Bandung Hamid, Abdul. 2015. Kaum Luth Masa Kini. Yayasan Islah Bina Umat Hartoyo, dkk. 2014. Sesuai Kata Hati Kisah Perjuangan 7 Waria. Rehal Pustaka. Jakarta Koeswinarno, 2004. Hidup Sebagai Waria. PT LKiS Pelangi Aksara. Yogyakarta Moleong, Lexy. J. 2010, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdaya Nadia, Z. 2005. Waria Laknat atau Kodrat. Yogyakarta: Galang Press. Narwoko J. Dwi. 2010. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Kencana Predana Media Group: Jakarta Olong, Hatib Abdul Kadir. 2007. Tangan Kuasa Dalam Kelamin. INSISRPress. Yogyakarta Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi Kontemporer. PT. Raja grafindo Persada: Jakarta Puspitosari, H dan Pujileksono, S. 2005. Waria dan Tekanan Sosial, Malang: Universitas Muhamadiah Malang. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung Susan, Novri. 2009. Sosiologi Konflik & Isu-isu Konflik Kontemporer. Kencana Prenanda Media Group. Jakarta Yash. 2003. Transeksualisme. Yayasan Adi Karya Ikapi Internet: http://www.itjen.depkes.go.id/public/upload/unit/pusat/files/uud1945.pdf news.detik.com/berita/2756437/tuntut-adanya-gender-ketiga-puluhan-waria-gelaraksidamai http://www.suarakita.org/2014/11/gender-ketiga-seberapa-pentingkah/ http://www.gwl-ina.or.id http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23377/3/Chapter%20II.pdf http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/19/waria-juga-manusia-566540.html