Microsoft Word - MOTIVASI MEMILIH DAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang
selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat
positif selalu dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, tetapi dampak negatif
cenderung menjadi salah satu hal yang dianggap salah oleh manusia. Di dalam era
perkembangan zaman sekarang ini, manusia dituntut untuk dapat bertahan hidup
dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang ada. Perkembangan zaman
bukan
berarti
membentuk kehidupan
ini
menjadi lebih
mudah,
terkadang
perkembangan zaman menuntut manusia untuk dapat berjuang lebih keras dalam
bertahan hidup. Keadaan inilah yang sering memunculkan dampak yang bersifat
negatif, salah satunya adalah masalah sosial. Ketika seseorang dituntut untuk dapat
bertahan hidup maka berbagai macam cara akan dilakukan, misalnya pekerja seks
komersial (PSK) yang bekerja untuk menghidupi dirinya. Hal ini tentunya menyalahi
aturan masyarakat khususnya di dalam tatanan nilai dan norma yang berlaku.
Masyarakat
yang
biasa
hidup
dalam
tatanan
norma
yang
teratur,
memandang suatu hal yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dianggap
sebagai hal yang menyimpang. Norma adalah aturan-aturan atau pedoman sosial
yang khusus membahas mengenai tingkah laku, sikap, dan perbuatan yang berlaku
di dalam lingkungan masyarakat. Norma dijadikan patokan utama masyarakat dalam
memberikan penilaian terhadap perilaku seseorang. Misalnya penilaian adanya
sosok waria di tengah-tengah masyarakat yang dianggap sebagai perilaku
1
2
menyimpang di masyarakat, karena waria dianggap menyalahi identitas jender baik
laki-laki maupun perempuan. Jender secara umum digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dari segi sosial dan budaya (Umar,
2010).
Menurut Davidson, Neale, dan Kring (2010), waria dianggap mengalami
gangguan identitas jender (gender identity disorder), transeksualisme, dimana
mereka merasa terperangkap dalam tubuh yang salah. Supratiknya (1995)
menyatakan transeksual sebagai gangguan kelainan dimana penderita merasa
bahwa dirinya terperangkap dalam tubuh lawan jenisnya. Walaupun seorang laki-laki
melihat tubuh biologisnya di cermin sebagai laki-laki, namun secara pribadi merasa
bahwa tubuhnya dimiliki oleh seorang perempuan. Sehingga terkadang membuat
waria tersebut mencoba berpindah ke kelompok seks yang berbeda dan bahkan
menginginkan operasi untuk mengubah tubuhnya agar sesuai dengan keinginan
dirinya.
Setiap agama memiliki pandangan tersendiri terhadap waria. Dalam agama
Islam dan Kristen terdapat larangan yang jelas tentang adanya hubungan antar
sesama jenis (gay, lesbian, dan waria). Namun sebaliknya, dengan alasan tertentu,
dalam Buddha, hubungan sesama jenis diperbolehkan walaupun diakui bahwa
hubungan sesama jenis merupakan salah satu bentuk penyimpangan seksual.
Dalam Agama Hindu hubungan sesama jenis masih menjadi perdebatan. Beberapa
kalangan menganggap bahwa hubungan sesama jenis tidak menyalahi aturan
agama, hal ini didasarkan pada tidak ditemukannya satu ayat pun dalam surat suci
agama Hindu yang melarang hubungan sesama jenis, namun beberapa kalangan
menolak alasan tersebut. Bagi kalangan yang kontra terhadap hubungan sesama
3
jenis, tetap mengganggap bahwa hubungan sesama jenis merupakan hal yang salah
dan berdosa.
Walaupun negara Indonesia memiliki mayoritas penduduk beragama Islam
melarang adanya waria, tetapi tidak dapat dipungkiri waria yang dianggap sebagai
sampah masyarakat ternyata terus berkembang pesat di Indonesia dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2006, terdata sebanyak 7.878.000 waria ada di Indonesia dan
jumlah ini bisa berkembang sampai 200% setiap tahunnya. Di Jakarta sendiri,
berdasarkan data Forum Komunikasi Waria DKI Jakarta, tahun 2006 jumlah waria di
DKI Jakarta mencapai angka 3500 jiwa. Waria yang menjadi pekerja seks komersil
(PSK) mencapai 60% dari jumlah tersebut. Kemudian jumlah waria yang menjadi
pengamen mencapai 10% dan jumlah waria yang merupakan OdHA (Orang dengan
HIV/AIDS) mencapai 30%. Angka-angka tersebut akan terus berkembang setiap
tahunnya (Rettob’l, 2008).
Bagi mereka yang masih memiliki kemampuan, mungkin masih dapat
memiliki kehidupan yang layak dan pengakuan yang lebih baik dari masyarakat.
Mereka dapat ditemui di beberapa tempat, seperti salon kecantikan atau bahkan di
televisi sebagai seorang penghibur. Sedangkan bagi mereka yang tidak memiliki
kemampuan dan keterampilan, hanya dapat bekerja sebagai pengamen atau
bahkan penjaja seks. Hampir setiap waktu mereka berperilaku dan berpenampilan
seperti wanita. karena mereka memiliki persepsi bahwa mereka adalah wanita yang
terperangkap dalam tubuh pria. Namun perilaku berpenampilan seperti wanita
seringkali dijadikan bahan cemoohan di masyarakat.
Terdapat beberapa tempat yang digunakan sebagai tempat menjajakan
seks waria di Jakarta, misalnya Taman Lawang. Taman lawang merupakan salah
satu daerah yang terkenal di daerah Jakarta Pusat. Tempat ini menjadi salah satu
4
tempat berkumpulnya waria dalam menjajakan seks. Hampir setiap malamnya
kurang lebih dua puluh waria berkumpul di sepanjang jalan Taman Lawang untuk
menanti pelanggan. Pelanggan yang datang berasal dari berbagai macam kalangan,
mulai dari kalangan remaja hingga orangtua. Ada yang datang hanya untuk
mendapatkan hiburan ringan seperti melihat-lihat, ada juga yang datang memang
untuk mendapatkan kepuasan sesaat yang ditawarkan para penjaja seks ini.
Motivasi waria dalam menjajakan seks dipengaruhi oleh berbagai faktor,
Seperti faktor biologis, psikologis dan sosiologis. dilatarbelakangi oleh ketertarikan
peneliti pada dorongan atau motivasi seseorang dalam memilih dan menjalani
kehidupan sebagai sorang waria, membuat peneliti ingin lebih dalam mengetahui
motivasi yang terdapat pada diri seseorang untuk menjadi seorang waria.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang peneliti angkat dalam penelitian ini adalah tentang
motivasi memilih dan menjalani kehidupan sebagai seorang waria. Pertanyaan yang
coba ingin dijawab melalui penelitian ini adalah Motivasi yang melatar belakangi
seseorang memilih dan menjalan kehidupan sebagai seorang waria.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui motivasi
seseorang yang memilih dan menjalani kehidupan sebagai seorang waria beserta
faktor-faktor yang mempengaruhi seperti faktor biologis, faktor psikologis dan faktor
sosial.
5
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat
dimanfaatkan sebagai berikut
1. Manfaat Teoritis
-
Memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang mendorong individu
dalam memilih kehidupan sebagai waria.
2. Manfaat Praktis
-
Memberikan pengayaan sudut pandang bagi masyarakat tentang cara
menilai waria, termasuk yang bekerja sebagai penjaja seks, dalam
kehidupan bermasyarakat.
-
Bagi waria, membantu untuk membuat suatu cerminan diri dalam
menghadapi kehidupan.
Download