Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 12 No 1 Agustus 2014 KATEGORI KUALITAS SUSU SAPI SEGAR SECARA MIKROBIOLOGI DI PETERNAKAN “X” CISURUPAN - GARUT R. Suhartati, Depi Irma Aryani Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada ABSTRAK Susu sapi segar merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba sehingga apabila penanganannya kurang baik dapat tercemar mikroba dan dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Penelitian dilakukan terhadap susu sapi segar di peternakan daerah Cisurupan - Garut menggunakan metode pengujian yaitu uji reduktase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kategori kualitas susu dipeternakan tersebut, yang seringkali dikonsumsi masyarakat tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu sehingga beresiko terhadap kandungan kontaminasi bakteri patogen. Metode penelitian yang dipakai adalah deskriptif dengan teknik pengumpulan data berdasarkan analisis laboratorium dan studi literature. Penelitian menggunakan pereaksi methilen blue dengan konsentrasi 0,0075% terhadap 15 sampel susu dari peternakan “X”. Hasil yang diperoleh melalui uji reduktase menunjukan rentang waktu oksidasi susu sapi segar adalah 4 – 7 jam, sehingga susu sapi segar dari peternakan tersebut dikategorikan dalam 2 klasifikasi menurut Buckle, dkk (1978) yaitu klasifikasi dapat diterima sebesar 80% dan sedang sampai baik sebesar 20%. Kata kunci : reduktase, susu sapi segar vitamin A, vitamin D, zat besi serta PENDAHULUAN yodiumnya lebih baik. Hal ini karena ada Air susu segar merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia (Sudono dkk, 2003 dalam Habibah, 2011 : 1). juga disukai kandungan nutrisi yang terkandung di dalam susu. Tapi para ahli kesehatan umumnya tidak menyetujui konsumsi susu mentah, karena oleh mikroorganisme. Banyak virus, bakteri, dan jamur mengontaminasi makanan yang masih berupa bahan mentah, seperti sayursayuran, susu, daging (D.Dwidjoseputro, 1994 : 198). „Beberapa orang memiliki kebiasaan mengonsumsi susu mentah yang tidak dimasak terlebih dahulu. Umumnya Campylobacter, yang tidak bakteri seperti Listeria, Salmonella, E.coli dan Shigella’ (Vera Farah Bararah, 2011 dikutip dari DetikHealth). Pertumbuhan mikroorganisme di dalam atau pada makanan dapat mengakibatkan berbagai perubahan fisik maupun kimiawi yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak dikonsumsi lagi(Buckle, dkk, 1978 : 281). orang yang menyukai konsumsi susu mentah menganggap bahwa kandungan susu dipasteurisasi kemungkinan besar masih mengandung Makanan yang disukai manusia, pada umumnya anggapan proses pasteurisasi bisa merusak Pada suatu peternakan ternak banyak hal yang harus diperhatikan seperti vitamin C, kalsium, vitamin B6 dan B12, 106 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 12 No 1 Agustus 2014 peralatan (seperti ember, milk can), tabung (Sebanyak 10 ml) telah berwarna kandang, dan sapi-sapi ternak, serta putih (Srikandi fardiaz, 1992). pengawasan terhadap pemeliharaannya. Pada peternakan “X”, kondisi kandang METODE PENELITIAN terlihat bersih namun belum tentu bebas dari mikroorganisme, detergen tanpa antiseptik pembersihan Penelitian ini dilaksanakan di penggunaan kandang dalam Laboratorium Mikrobiologi STIKes Bakti masih Tunas Husada. Bahan yang pembuatan susu memungkinkan adanya mikroorganisme di digunakan tempat yang fermentasi adalah susu sapi segar yang biasanya diperoleh dari peternakan X di Cisurupan dilakukan dengan bantuan air untuk Garut. Metode penelitian yang digunakan membasuh ambing menggunakan air biasa bersifat yang terdapat di alam memungkinkan air laboratorium tersebut melakukan uji kualitas mikroorganisme tersebut. dilakukan secara Pemerahan manual mengandung mikroorganisme deskriptif sehingga mengontaminasi hasil perahan susu (air susu). Pernyimpanan hasil perahan langsung. sering kali disimpan pada udara terbuka yang memungkinkan bakteri masuk melalui udara. untuk dasar dengan dan dimana metode Menurut analisa peneliti akan hitungan Hadiwiyoto tidak (1994) dalam Habibah (2011) uji reduktase dilakukan adalah Pipet 0,5 ml larutan Berdasarkan Standar Nasional pewarna methylen blue dimasukkan Indonesia 01-3141-1998, uji reduktase kedalam tabung reaksi. Tambah 20 ml digunakan untuk menentukan kualitas sampel air susu secara perlahan, hindarkan susu dan salah satu cara untuk mengetahui pembentukan gelembung udara. Tutup jumlah bakteri di dalam susu secara tidak tabung langsung. larutan sampai diperoleh warna yang Dalam uji ini ditambahkan reaksi kemudian campurkan sejumlah methilen blue kedalam susu, merata kemudian diamati kemampuan bakteri tabung, jangan dikocok. Inkubasi dalam didalam susu untuk tumbuh dalam penangas air 37oC. Amati perubahan menggunakan oksigen terlarut, sehingga warna yang terjadi setiap setengah jam. menurunkan Catat berapa lama waktu yang dibutuhkan dari kekuatan campuran oksidasi-reduksi tersebut. Akibatnya, methilen blue yang ditambahkan akan dengan cara membolak-balik untuk terjadinya perubahan warna dari warna biru menjadi putih. tereduksi menjadi putih. Waktu reduksi, yaitu perubahan warna biru menjadi putih, Waktu reduksi, yaitu perubahan warna dianggap selesai jika kira-kira empat biru menjadi putih, dianggap selesai jika perlima dari contoh yang terdapat dalam kira-kira empat perlima dari contoh yang 107 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 12 No 1 Agustus 2014 𝑛 terdapat dalam tabung (Sebanyak 10 ml) % hasil = 𝑁 x 100% telah berwarna putih (Fardiaz, 1992). Kontrol (-) = tetap berwarna 3 = 15 x 100% biru methilen blue = 20 % 3. Persentase hasil kontrol 𝑛 % hasil = 𝑁 x 100% Kontrol (+) = putih 1 = 1 x 100% HASIL = 100 % Sampel Waktu Reduktase (jam) Ulangan ke-1 Ulangan ke-2 5 5 5 4.30 4.30 4 4.30 4 5 5 5 5 7 6.30 6 5.30 6.30 6 5.30 5.30 5 5 5.30 5.30 7 6.30 5 4.30 4.30 5 >8 >8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Kontrol () Keterangan : n = jumlah sampel yang positif N = jumlah keseluruhan populasi PEMBAHASAN Pada penelitian ini hasil reaksi yang didapat termasuk dalam 2 klasifikasi yaitu dapat diterima, dan sedang sampai baik, hal tersebut berarti didalam susu tersebut masih mengandung bakteri. Keberadaan bakteri dalam susu sapi segar berbeda - beda. Hal tersebut sesuai dengan Pengolahan data pendapat Frazier & Westhoff (1978) yang Dari hasil penelitian sampel air susu sapi menyatakan bahwa tingkat kontaminasi segar di peternakan x terdapat 2 klasifikasi berasal dari setiap sumber dan bergantung menurut yaitu dari metode sanitasi yang dilakukan. Pada klasifikasi dapat diterima dan klasifikasi saat pemerahan pertama-tama peternak sedang sampai baik, dimana persentase mengelap ambing dan puting dengan klasifikasi dapat diterima dan sedang menggunakan kain hangat, setelah itu sampai baik sebagai berikut : puting Buckle, dkk (1978) 1. Persentase dengan kategori dapat diterima % hasil = x 100% 12 = 15 x 100% = 80 2. Persentase dengan kategori sedang sampai baik diolesi dengan vaselin. Pemberian vaselin dimaksudkan agar susu mudah 𝑛 𝑁 akan keluar. Susu akan segera terkontaminasi oleh bakteri setelah keluar dari kelenjar susu oleh bakteri yang berasal dari saluran puting, hal ini karena lubang di ujung puting itu tidak tertutup dan biasanya basah dan telah diketahui bahwa bakteri dapat tumbuh. Sehingga 108 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 12 No 1 Agustus 2014 ketika susu diambil organisme ini terbawa susu sapi segar. Susu tanpa pengolahan dan sumber bisa menjadi media yang baik untuk pencemaran. Daerah buangan feses yang pertumbuhan bakteri patogen (bakteri masih jahat menjadi salah berdekatan satu dengan kandang, yang menyebabkan penyakit), sehingga ketika dilakukan pemerahan apalagi bakteri dapat masuk melalui debu yang kekebalan tubuh lemah, anak-anak serta dibawa dapat orang dengan penyakit yang mengganggu menjadi sumber kontaminasi apabila tidak sistem kekebalan tubuh sebaiknya tidak dibersihkan mengonsumsi oleh angin. Peralatan secara maksimal terutama orang yang memiliki sistem susu tanpa pengolahan bagian yang kontak langsung dengan susu, karena lebih berisiko mengalami infeksi salah satunya ember yang digunakan dapat akibat mikroorganisme patogen tersebut. menjadi sumber kontaminasi, apabila sisa Peternakan dari susu ataupun kotoran lainnya masih tersebut dapat dikategorikan baik dari segi uji reduktase menempel. tetapi untuk menentukan kualitas susu Uji reduktase adalah salah satu pengujian susu parameter-parameter berdasarkan jumlah bakteri dalam susu. parameter-parameter Uji Reduktase pada Susu Sapi Segar pada susu tersebut bebas dari mikroorgnisme peternakan X di kawasan Cisurupan Garut patogen. dengan untuk menilai menggunakan konsentrasi mutu yang baik harus melakukan pemeriksaan methilen 0,0075% lain, yang terutama menentukan blue dapat SIMPULAN diklasifikasikan dapat diterima sebesar Berdasarkan hasil penelitian Uji 80% dan sedang sampai baik sebesar 20%. Reduktase pada Susu Sapi Segar pada Hal ini sesuai dengan Syarat Mutu Susu peternakan X di kawasan Cisurupan Garut Segar dengan berdasarkan Indonesia Standar 01-3141-1998 Nasional terhadap uji menggunakan konsentrasi methilen 0,0075% blue dapat reduktasi selama 2-5 jam (lihat lampiran diklasifikasikan dapat diterima sebesar 1). 80% dan sedang sampai baik sebesar 20%. Tetapi walaupun air susu sapi segar dari peternakan tersebut memenuhi syarat mutu susu sapi segar, tetap saja susu tersebut tidak dianjurkan untuk dikonsumsi tanpa adanya penangananpenanganan dan dahulu karena Hal ini sesuai dengan Syarat Mutu Susu Segar berdasarkan Indonesia Standar 01-3141-1998 Nasional terhadap uji reduktasi selama 2-5 jam (lihat lampiran 1). pengolahan terlebih tingkat kontaminasi mikroorganisme masih rentan terjadi pada 109 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 12 No 1 Agustus 2014 usaha SARAN konservasi sumber alam, edisi ke-2. Berdasarkan Hasil penelitian penulis menyarankan : 1. 1.3 Dasar-dasar Djambatan; Jakarta, 1994. Menjaga kebersihan sapi itu sendiri, peralatan yang Fardiaz, Srikandi, Mikrobiologi Pangan 1. digunakan, dan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, penyimpanan yang sesuai, sehingga mengurangi kontaminasi 1992. Hadiwiyoto, bakteriologi. 3. Dwidjoseputro, Mikrbiologi. Cetakan keduabelas, akan dikonsumsi. dapat LIPI Press, Jakarta, 2007. Lebih selektif memilih susu sapi yang 2. daya dalam Habibah, Pengaruh Lama Pasteurisasi dan Untuk peternakan „X‟ uji reduktase bisa digunakan untuk (1994) Lama pemantauan Penyipanan Terhadap Kualitas Air Susu Sapi Perah produk yang akan untuk dipasarkan. Friensian Holstein. BIOSCIENTIAE, 2011 : Volume 8, DAFTAR PUSTAKA Agus Nomor 1: Halaman 1-8. Syarurahman, Mikrobiologi Hantoro dan K. P. Dwiana (2010) dalam Kedokteran, ui Press, Jakarta : Anonim, Bahan Pangan Hewani, 1987. Tanpa tahun. Anonim, SNI 01-3141-1998. Susu Segar, Irianto, Mikrobiologi. YRAMA WIDYA, Jakarta, 1998. Bandung, 2006. Balia Roostita L, dkk, Jumlah Bakteri Kemal syarif, Erif & Bagus Harianto, Total Dan Koliform pada Susu Segar Rakyat Peternakan dan Sapi Susu Beternak & Bisnis Sapi Perah. Perah Cetakan pertama, Pasteurisasi Tanpa Kemasan di Pedagang Kaki Jakarta, 2011. 1.4 Lima. Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Buckle, K. A. , dkk, Ilmu Pangan. Jurnal Standardisasi 2011, Vol. 13 , hlm 1 – 7. 1.5 Terjemah Hari purnomo & Adiono, Budiman, Arie dkk, jejak Sang Pencipta : memaknai semesta agama, ilmu pengetahuan Bahan Pangan. Cetakan Ketiga, Membaca gerak alam semesta : mengenali hakikat R. Muchtadi tien, Sugiyono dan Fitriyono A. Ilmu UI-Press, Jakarta, 1978. 1.2 Miskiyah, Kajian Standar Nasional Indonesia Susu Cair di Indonesia, Menuju Perdagangan Bebas 2020 : 322-325 1.1 AgroMedia, dalam pengetahuan kajian ALFABETA, Bandung, 2011. 1.6 Relly, Kemampuan Beberapa Bakteri Kombinasi Membentuk Enzim Reduktase Di dalam Susu dan 110 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 12 No 1 Agustus 2014 dengan Uji Reduktase, Institut Pertanian Bogor (skripsi), 2004. Saleh Eniza, Dasar Pengolahan Susu 1.7 Suriawiria Unus, Pengantar Mikrobiologi Umum, Angkasa; Bandung, 1985. Vera Farah Bararah, Sehatkah dan Hasil Ikutan Ternak, Digitized Mengonsumsi Susu Mentah?. by USU Digital Library, Universitas Detikhealth, jakarta Sumatera Utara, 2004. http://health.detik.com/read/2011/0 Sudono dkk, 2003. dalam Habibah, 3/22/101847/1598172/766/, 2011. Pengaruh Lama Pasteurisasi dan Lama Penyipanan Terhadap Kualitas Air Susu Sapi Perah Friensian Volk. Wesley A. & Wheeler. Margaret F. Mikrobiologi Dasar, Erlangga, Jakarta, 1990. Holstein. BIOSCIENTIAE, 2011 : Volume 8, Nomor 1 : Halaman 1-8 Supardi, Imam & Sukamto, Mirobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. ALUMNI, Bandung, 1999. 111