BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bermaksud mengkaji persepsi tentang diskriminasi sebagai salah satu variabel penelitian dan melihat hubungannya terhadap harga diri pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Mengambil lokasi di Makassar dengan subjek penelitian adalah Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 alat ukur berupa kuesioner, dimana untuk variabel perceived discrimination, alat ukur dikonstruk oleh peneliti menggunakan dimensi yang digunakan dalam penelitian Kaiser dan Major (2006) dan pada variabel harga diri peneliti mengadaptasi Rosenberg Self-Esteem Scale oleh Morris Rosenberg (1989). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif yang signifikan antara persepsi diskriminasi dan harga diri pada ODHA di Makassar dengan koefisien korelasi sebesar -.480 yang berdasarkan tabel koefisien korelasi sarwono (2006) masuk ke dalam kategori koefisien korelasi yang cukup dan memiliki nilai signifikansi yang sangat signifikan yaitu .001. Arah negatif pada hubungan kedua variabel penelitian menjawab pertanyaan penelitian kedua bahwa terdapat hubungan terbalik antara kedua variabel, dimana semakin tingginya persepsi tentang diskriminasi pada ODHA di Makassar maka harga diri mereka akan semakin rendah demikian pula sebaliknya, dimana semakin rendahnya persepsi tentang diskriminasi pada ODHA di Makassar maka harga diri mereka akan semakin tinggi. 5.2 Diskusi Penelitian mengenai korelasi ini membuktikan bahwa perceived discrimination mempunyai hubungan negatif yang signifikan terhadap harga diri pada ODHA. 38 39 Artinya, semakin tinggi persepsi tentang diskriminasi ODHA maka semakin rendah harga diri ODHA dan begitu pun sebaliknya. Maka jika hal tersebut dikaitkan dengan harga diri menurut Rosenberg (dalam Murk, 2006) menunjukkan bahwa ODHA yang mempunyai persepsi tentang diskriminasi secara berlebihan akan cenderung merefleksikan gambaran harga diri secara negatif dan untuk ODHA yang mempunyai persepsi tentang diskriminasi yang biasa saja atau rendah maka akan cenderung untuk merefleksikan gambaran harga diri mereka dengan positif. Berdasarkan pengolahan data dan prosesnya dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa dimensi vigilance persepective dengan harga diri mempunyai hubungan negatif yang signifikan dan untuk dimensi minimization persepective dengan harga diri tidak mempunyai hubungan yang negatif pada ODHA yang menjadi responden dalam penelitian ini. Peneliti berhipotesa bahwa dengan perbedaan kepribadian yang dimiliki ODHA dalam menghadapi berbagai situasi, maka akan memberikan respons yang berbeda pula. Vigilance Perspective menurut Kaiser dan Major (2006) merupakan perspektif yang cenderung untuk waspada dalam memahami dan merasakan tindak diskriminatif yang ada dan cenderung untuk melihat lebih banyak diskriminasi daripada yang benar-benar ada. Pengalaman merasakan tindak diskriminasi dapat menyebabkan meningkatnya pikiran yang terkait dengan tindak diskriminasi tersebut ketika dihadapkan dengan situasi ambigu. Pikiran-pikiran ini pada akhirnya dapat menyebabkan bias tentang bagaimana peristiwa ambigu tersebut diinterpretasikan (Inman dan Baron 1996; Kaiser & Major 2006). Minimization Perspective menurut Kaiser dan Major (2006) merupakan perspektif yang gagal untuk mengenali, meremehkan atau bahkan mengabaikan bahwa mereka merupakan target dari tindak diskriminasi. Individu yang 40 mengabaikan bahwa mereka terdiskriminasi biasanya dikarenakan mereka tidak ingin melabelkan diri mereka sebagai korban. Individu juga cenderung untuk menolak dalam melaporkan disrkiminasi yang ada karena berhubungan dengan representasi diri (kesan yang negatif) (Kaiser dan Major, 2006). Croker dan Major (1989) membuat hipotesa bahwa menghubungkan peristiwa negatif dengan prasangka penyebab external akan membantu melindungi diri dan harga diri dibandingkan dengan menghubungkan peristiwa negatif dengan penyebab internal (dalam Handbook of Prejudice, Stereotyping, and Discrimination, 2009). Dapat dikaitkan antara penyebab external dan minimization perspective merupakan hal yang berhubungan dikarenakan penyebab external (prasangka orang lain) akan membantu melindungi diri serta harga diri dan minimization merupakan perspektif yang cenderung untuk mengabaikan tindak diskriminasi yang ada karena akan melabelkan diri mereka sebagai korban. Sehingga ketika ODHA mengganggap semua tindak diskriminasi yang terjadi hanya persepsi orang lain terhadap diri mereka (bukan karena ODHA juga merasakan atau mempersepsikan hal yang sama) maka hal tersebut dapat melindungi diri dan harga diri mereka. Selain hasil penelitian sebagaimana disebutkan diatas, perlu dipaparkan disini bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi oleh peneliti ketika membuat penelitian ini. Kendala utama yang dihadapi dalam menjalankan penelitian ini adalah menemukan ODHA yang bersedia untuk menjadi responden penelitian. Hal tersebut cukup dapat dipahami mengingat HIV/AIDS merupakan isu yang sensitif baik di kalangan mereka yang terpapar maupun di masyarakat pada umumnya. Kompleksnya isu moralitas, seksual, dan stigma pada penyakit HIV/AIDS dan penderitanya membuat banyak ODHA tidak terbuka atas status mereka sehingga lebih sering menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian-penelitian terkait 41 HIV/AIDS. Kendala dalam menemukan responden ditambah dengan keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti menyebabkan terbatasnya jumlah responden yang dapat diikutsertakan dalam penelitian ini. 5.3 Saran 5.3.1 Saran Akademis 1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mempersiapkan segala sesuatu dengan baik dan mempertimbangkan untuk melakukan analisis prediktif pada variabel perceived discrimination. 2. Memperhatikan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi kesejahteraan sosial dan psikologis pada ODHA yang berkaitan dengan perceived discrmination. 3. Salah satu keterbatasan penelitian ini adalah mencari responden yang mau untuk berpartisipasi, oleh karena itu agar penelitian selanjutnya dapat memperbanyak jumlah sampel penelitian, peneliti menyarankan agar dapat menghubungi berbagai LSM dan Komunitas HIV/AIDS yang terbuka untuk penelitian dan anggotanya bersedia untuk diikutsertakan dalam penelitian jauh sebelum penelitian dilaksanakan, agar dapat menunjukkan data yang lebih representatif 4. Untuk peneliti selanjutnya ada baiknya untuk tetap menggunakan variabel persepsi tentang diskriminasi dari sisi ODHA, mengingat masih minimnya penelitian tersebut dalam konteks budaya di Indonesia serta menambahkan variabel tentang tipe kepribadian agar dapat melihat hubungannya satu sama lain dengan lebih jelas. 42 5. Peneliti selanjutnya diharapkan mendampingi responden dalam pengerjaannya agar memastikan kuesioner yang diberikan kepada responden dapat dimengerti, bertanya langsung apabila ada aitem-aitem yang kurang dipahami dan dapat memastikan semuanya terisi dengan baik dan benar. 6. Sebagai alat pengumpul data lainnya, sebaiknya ditambahkan dengan melakukan metode observasi atau wawancara sehingga bisa mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang informasi yang dibutuhkan dari ODHA. 5.3.2 Saran Praktis 1. Bagi LSM dan Komunitas HIV/AIDS: a. Melihat dampak persepsi tentang diskriminasi pada tingkat harga diri ODHA diharapkan LSM dan Komunitas yang bergerak dibidang HIV/AIDS dapat lebih memperhatikan kesejahteraan psikologis para ODHA . b. Ketika ODHA sedang melakukan terapi atau konseling ada baiknya para tenaga kesehatan (nakes) tidak memberikan perlakuan yang berbeda pada antar pasien dan berusaha untuk selalu meningkatkan pelayanan yang baik, ramah dan peduli terhadap ODHA. c. Sangat disarankan agar lebih terbuka terhadap institusi-institusi ataupun mahasiswa yang ingin melakukan penelitian pada ODHA, dikarenakan hal tersebut bisa saja membantu meningkatkan kualitas dari LSM atau Komunitas ODHA itu 43 sendiri serta dapat membantu untuk lebih memahami para ODHA. d. Memberikan pemahaman tentang persepsi dalam menanggapi suatu tindak disrkiminasi yang baik agar nantinya para ODHA tidak terlalu berlebihan atau malah cenderung mengaibakan diskriminasi yang ada. 2. Bagi masyarakat luas: a. Tindak stigmatisasi dan diskriminasi yang dilakukan oleh masyarakat luas kepada ODHA dapat memberikan dampak yang signifikan dalam segi kesejahteraan sosial maupun psikologis. Oleh karena itu pemahaman mengenai apa itu HIV/AIDS dan bagaimana cara penularannya sangat penting untuk dipahami dan disebarluaskan secara benar sehingga tindak stigmatisasi dari masyarakat dapat berkurang. b. Banyaknya miskonsepsi dikarenakan informasi yang kurang lengkap terhadap virus HIV/AIDS, sangat diharapkan para pembaca maupun penulis berita dapat mencari informasi yang valid dan lengkap sebelum menyebarluaskan info yang diterima.