Behavioral Finance vs Traditional Finance Selama ini kita sering mengenal dan mempelajari teori-teori keuangan, yang sering juga disebut sebagai Teori Keuangan Tradisional (Traditional Finance). Teori tradisional menggunakan beberapa asumsi antara lain bahwa semua informasi yang ada di pasar akan digunakan oleh setiap investor dengan maksimal untuk mendapatkan hasil/manfaat yang paling maksimal, dan dalam proses tsb setiap investor akan bertindak secara rasional, sehingga akhirnya pasar akan bergerak secara efisien. Tetapi dalam kenyataannya, investor belum tentu menggunakan semua informasi yang ada, karena keterbatasan mereka dalam mengakses informasi tsb. Di samping itu, kebanyakan investor tidak bersikap rasional dalam mengambil keputusan investasinya, hal ini dipengaruhi oleh sikap mereka terhadap risiko. Ada tiga tipe sikap yang diambil oleh investor terhadap risiko: risk averse, risk neutral atau risk seeker. Sikap ini juga dipengaruhi oleh tingkat penghasilan yang mereka peroleh. Pada saat mereka memiliki penghasilan yang relative rendah, biasanya mereka memiliki tipe risk averse. Di saat penghasilan mereka meningkat, mereka bisa semakin berani menanggung risiko dan menjadi risk seeker. Bagaimana dengan Anda? Tipe manakah Anda? Apabila Anda dihadapkan oleh suatu investasi yang memiliki kemungkinan 50% investasi awal menjadi Rp.100 juta dan 50% investasi awal menjadi NOL. Maka secara teori tradisional, investasi tsb memiliki expected return sebesar Rp. 50 juta. Apabila Anda berani membeli investasi tsb dengan nilai Rp. 50 juta, berarti Anda termasuk tipe Risk Neutral. Tetapi jika Anda hanya mau membeli dengan nilai di bawah Rp. 50 juta, berarti Anda termasuk tipe Risk Averse. Sedangkan jika Anda berani membayar lebih dari Rp. 50 juta, maka Anda termasuk tipe Risk Seeker, dan peluang semacam ini sering terjadi pada perjudian, sehingga boleh dikata orang yang berani berjudi biasanya memiliki tipe risk seeker. Demikian pula pada saat menghadapi potensi keuntungan besar ataupun kerugian besar, seringkali investor tidak bisa berpikir secara rasional, hal semacam ini mengakibatkan terjadinya deviasi yang tidak sesuai dengan teori keuangan tradisional. Jika dalam teori tradisional, investor diharapkan bertindak secara rasional, maka dalam behavioral finance investor diharapkan bertindak secara normal. Dalam praktik investasi, sebaiknya investor menggabungkan kedua sudut pandang ini, karena menggabungkan kedua teori ini diharapkan bisa menghasilkan return yang lebih baik dibandingkan menggunakan masing-masing teori secara terpisah. Salam sukses. Tommy Zhu, CFA, CWM, CFP®, AEPP® 1 www.investors-academy.co.id