Human Capital and Financial Capital Di dalam proses perencanaan keuangan pribadi dan keluarga, seringkali klien hanya memperhitungkan Financial Capital sebagai assets mereka. Financial Capital meliputi investasi dalam instrumen pasar uang misalnya deposito, instrumen pasar modal misalnya obligasi, saham, reksadana, maupun asset properti, komoditi, dan lain sebagainya yang sering dikategorikan dalam Alternative Investments. Mereka memperhitungkan cara pencapaian tujuan hidup yang dikehendaki melalui alokasi asset, hanya berdasarkan Financial Capital yang mereka miliki. Padahal dalam realitanya, sebenarnya klien tersebut masih memiliki assets yang lain yaitu Human Capital. Human Capital berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam menghasilkan Income, dan tentu saja hal ini dipengaruhi juga oleh lini bisnis di mana orang itu bekerja. Sebagai contoh: apabila seseorang bekerja sebagai pialang bursa saham, pada saat indeks saham mengalami kenaikan, biasanya penghasilan pialang tersebut juga meningkat. Sebaliknya pada saat indeks saham mengalami penurunan, penghasilannya pun ikut menurun. Apabila pialang tsb tidak menyadari kondisi tsb, ada kemungkinan dia menginvestasikan assetsnya dalam porsi cukup besar di instrumen saham. Kondisi ini akan berbahaya sekali jika indeks saham mengalami penurunan, maka nilai portofolionya akan anjlok, dan income yang dia hasilkan pun ikut anjlok. Jika pialang tsb memahami bahwa Human Capital yang dimilikinya memiliki perilaku seperti pergerakan instrumen saham, maka sebaiknya dia menginvestasikan Financial Capital-nya dalam instrumen lain yang lebih stabil dengan tujuan diversifikasi portofolio akan lebih tercapai. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang penghasilannya relatif stabil, misalnya hanya bergantung dari gaji, maka guna mencapai tujuan jangka panjangnya, ada kemungkinan orang tsb perlu berinvestasi di instrumen saham dalam jumlah yang cukup besar agar tujuan hidup yang diinginkan bisa tercapai. Penentuan besarnya porsi saham ataupun instrumen yang lain harus dilakukan dengan mempertimbangkan kedua jenis assets yang dimiliki yaitu Human Capital dan Financial Capital, sehingga diharapkan assets yang ada, terdiversifikasi dengan optimal. Pada umumnya, Human Capital memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan Financial Capital pada saat seseorang berusia muda. Seiring dengan berjalannya waktu, usia seseorang semakin tua, dan akhirnya pensiun, pada saat pensiun tsb Human Capital biasanya menjadi kecil bahkan nol, sehingga orang tsb hanya bergantung pada Financial Capital-nya saja. Oleh karena itu, seseorang perlu sekali menyadari bahwa selama Human Capital-nya masih memberikan kontribusi income yang bagus, dia harus pandaipandai mengalokasikan ke Financial Capital, agar tujuan hidupnya bisa terpenuhi secara baik. Demikian pula halnya dalam membeli asuransi, seringkali orang hanya mengasuransikan asset yang ada dalam Financial Capital (misalnya mobil, rumah), tidak sadar bahwa Human Capital sebagai porsi assets terbesar di masa muda adalah asset yang harus diproteksi dengan baik melalui berbagai macam produk asuransi (misalnya asuransi jiwa, penyakit kritis). www.investors-academy.co.id 1 Semoga artikel singkat ini bisa bermanfaat dalam usaha Bapak/Ibu mengelola assets dan dapat mencapai tujuan hidup yang diimpikan. Apabila ada pertanyaan silakan email ke [email protected] Salam sukses, Tommy Zhu, CFA, CWM, CFP®, AEPP® 2 www.investors-academy.co.id