TEKNIK PENGUKURAN DAN PENGHITUNGAN PERTUMBUHAN VEGETATIF LADA PERDU DI BAWAH TEGAKAN KELAPA Endang Rojudin1 dan Asep Haris Slamet2 B udi daya lada di Indonesia umumnya dilakukan secara monokultur dan sebagian besar diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat. Padahal, usaha tani lada memiliki risiko yang relatif lebih tinggi daripada usaha tani tanaman tahunan lainnya, baik risiko ekonomi maupun risiko alam. Salah satu cara untuk menekan risiko adalah penerapan pola tanam polikultur, antara lain dengan tanaman kelapa. Penanaman lada di bawah tegakan kelapa dapat dilakukan karena lada tergolong tanaman yang adaptif di bawah naungan sehingga dapat tumbuh dengan baik di bawah intensitas radiasi surya 50-75% (Dhalimi, 1996). Diversifikasi usaha tani dengan dasar kelapa sangat memungkinkan ditinjau dari lahan yang tersedia. Sekitar 80% lahan di antara pertanaman kelapa dapat dimanfaatkan untuk tanaman lain (Randriani, 1999). Areal pertanaman kelapa di Indonesia mencapai 3,50 juta hektar, terdiri atas 55% sebagai pertanaman tunggal atau monokultur dan 45% ditanam di halaman rumah atau campuran dengan tanaman lain (Kaat dan Darwis, 1986). Oleh karena itu, pengusahaan tanaman kelapa masih berpeluang untuk dikembangkan dengan berbagai tanaman sela, di antaranya lada. Menurut Dhalimi (1996), pertumbuhan lada perdu di bawah kelapa cukup baik dan dapat berbunga sejak umur 5 bulan. Selain itu, lada perdu di bawah kelapa toleran terhadap tekanan kekeringan dibanding lada perdu monokultur. Pertumbuhan tanaman lada diperkirakan akan dipengaruhi oleh naungan kelapa, dengan karakteristik setiap kultivar kelapa berbeda satu sama lain. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pertumbuhan lada perdu yang ditanam di bawah kelapa hibrida dan genjah. BAHAN DAN METODE Pengamatan dan pengukuran pertumbuhan lada perdu dilaksanakan di Instalasi Penelitian Pakuwon, Sukabumi, Jawa Barat, sejak bulan September 1996. Lada ditanam di 1 Ajun Teknisi Litkayasa Madya, 2Asisten Teknisi Litkayasa Madya pada Loka Penelitian Tanaman Sela Perkebunan, Jln. Raya Pakuwon km 2, Parungkuda, Sukabumi 43357, Te1p. (0266) 531241, Faks. (0266) 533232 34 bawah dua kultivar kelapa yaitu kelapa hibrida dan kelapa genjah. Masing-masing kultivar ditanam dengan jarak tanam 8,5 m x 8,5 m dan 7 m x 7 m. Intensitas cahaya di bawah tajuk kelapa hibrida dan genjah masing-masing adalah 35% dan 55% (Saefudin dan Randriani, 2000). Bahan yang digunakan adalah setek cabang buah lada varietas Natar 1 yang berumur 6 bulan, pupuk kandang, urea, SP-36, KCl, dan kieserit. Untuk mencegah hama dan penyakit digunakan Furadan 3 G dan Dithane M-45. Alat yang digunakan adalah cangkul, garpu, pisau, meteran, dan alat tulis. Lada perdu ditanam 2 m dari pohon kelapa dengan jarak tanam 1 m x 1,50 m , masing-masing terdiri atas tiga petak di bawah kelapa hibrida dan tiga petak di bawah kelapa genjah. Masing-masing petak terdiri atas 12 tanaman sehingga jumlah seluruhnya adalah 108 tanaman lada perdu. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Lubang Tanam Tanah dicangkul dan digemburkan sedalam 30 cm kemudian dibuat lubang tanam dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm. Tanah lapisan atas dan lapisan bawah dipisahkan. Tanah lapisan atas dicampur dengan pupuk kandang 5-10 kg/ lubang, kemudian dimasukkan ke dalam lubang tanam. Untuk tanah masam ditambahkan kapur atau dolomit 0,50 kg/lubang untuk menetralisir keasaman. Selanjutnya, lubang ditutup dengan tanah dan di atasnya dibuat guludan setinggi ± 20 cm, dan dibiarkan 3-4 minggu. Guludan yang susut karena tertimpa hujan diperbaiki. Penanaman Bibit lada perdu dimasukkan ke dalam lubang tanam yang telah diberi Furadan 3G dengan takaran 30 g/lubang untuk menghindari gangguan rayap. Tanah dalam kantong plastik diusahakan tidak pecah. Bibit lada dimasukkan satu ruas ke dalam tanah dan satu ruas lagi berada di permukaan tanah. Areal di sekitar kebun dilengkapi dengan saluran pembuangan air agar tidak tergenang. Hal ini bertujuan untuk menghindari serangan penyakit, karena sistem perakaran lada relatif dangkal dan tajuk yang rimbun akan menyentuh permukaan tanah. Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 1, 2003 Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan, pemupukan, pemberian mulsa, pembuatan para-para, perompesan bunga, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan gulma dilakukan hanya di sekitar batang tanaman (sekitar tajuk tanaman). Gulma dibersihkan secara mekanis dengan tetap memperhatikan kondisi tanah sehingga tidak terjadi erosi dan untuk membantu pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan satu bulan sekali sambil tanah di sekitar perakaran digemburkan dan dibuat guludan. Dengan adanya penggemburan tanah diharapkan bisa terjadi aerasi/ penyediaan oksigen yang penting untuk pernapasan akar tanaman. Penggunaan bahan penutup tanah penting dilakukan untuk menambah bahan organik, menekan pertumbuhan gulma, memperbaiki struktur tanah, serta menekan fluktuasi kelembapan dan suhu tanah, karena tanaman lada memiliki perakaran yang dangkal. Mulsa dihamparkan setebal ± 10 cm di sekitar tanaman sejauh 10-20 cm dari batang pokok. Sebagai bahan mulsa dapat digunakan jerami, semak belukar atau alang-alang. Pemberian mulsa dilakukan pada musim kemarau. Pupuk kandang diberikan dengan takaran 5-10 kg/ pohon. Takaran pupuk anorganik untuk tahun pertama adalah urea 50 g, SP-36 100 g, KCl 200 g, dan kieserit 20 g, dan untuk tahun kedua adalah urea 100 g, SP-36 150 g, KCl 200 g, dan kieserit 50 g. Pupuk diberikan pada musim hujan dengan cara melingkar, dan untuk tanaman muda dengan cara tugal atau larikan. Pupuk diberikan 5-10 cm dari pangkal batang. Para-para dibuat dari bambu, berbentuk segi empat dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Pembuatan para-para dimaksudkan untuk menopang mahkota daun. Pada tanaman yang terlalu rimbun, cabang cenderung sampai ke permukaan tanah sehingga kelembapan udara cukup tinggi. Kondisi yang demikian menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit busuk pangkal batang. Pembuangan bunga dilakukan sejak tanaman lada berumur 5 bulan sampai 10 bulan. Setiap bunga yang muncul dibuang untuk mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman lada. Pengendalian hama dilakukan dengan cara mekanis maupun kimia. Pengendalian secara mekanis yaitu dengan jalan membuang/memangkas bagian tanaman yang terinfeksi hama, sedangkan dengan cara kimiawi dengan menggunakan insektisida. Karbofuramida 5 g/pohon diberikan 2-3 kali setahun dengan cara ditabur di bawah mahkota daun. Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 1, 2003 Azodrin 15 WSC dengan dosis 5 cc/liter air, diberikan setiap bulan dengan cara disemprotkan pada tanaman. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan cara kultur teknis maupun kimia. Cara kultur teknis mencakup pengendalian gulma, perbaikan drainase, dan pemangkasan sulur panjat secara tepat waktu. Tindakan kimiawi yaitu dengan cara penyemprotan fungisida kontak, seperti Mancozeb 80% dengan dosis 3 g/liter air, dilakukan pada awal musim hujan dengan interval satu bulan satu kali. Teknik Pengamatan Parameter yang diukur adalah panjang cabang primer, jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder, dan jumlah daun. Pengamatan dan pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 6 bulan, 12 bulan, dan 18 bulan setelah tanam. Jumlah sampel masing-masing perlakuan adalah 12 tanaman untuk lada di bawah kelapa hibrida dan genjah yang dipilih secara acak. Pengamatan dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Jumlah cabang primer: dihitung semua cabang yang tumbuh langsung dari batang utama. 2. Jumlah cabang sekunder: dihitung jumlah cabang sekunder yang terdapat pada cabang primer yang telah ditentukan sebelumnya. 3. Jumlah daun: dihitung jumlah seluruh daun pada setiap pohon lada yang diamati. 4. Panjang cabang primer: ditentukan satu cabang primer contoh, kemudian diukur panjangnya dari pangkal sampai ujung cabang. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah cabang primer dan cabang sekunder lada perdu di bawah naungan kelapa hibrida dan genjah tidak memperlihatkan perbedaan baik pada umur 6 bulan, 12 bulan maupun 18 bulan setelah tanam. Namun, pertumbuhan jumlah daun menunjukkan adanya perbedaan terutama pada umur 12 dan 18 bulan (Tabel 1). Pada umur 6 bulan, jumlah daun lada perdu yang ditanam di bawah naungan kelapa genjah lebih rendah dibandingkan dengan yang ditanam di bawah kelapa hibrida, tetapi pada umur 12 dan 18 bulan, jumlah daun jauh lebih banyak. Perbedaan ini mungkin disebabkan intensitas cahaya matahari yang diterima lada perdu di bawah naungan kelapa genjah lebih besar (55%) dibanding yang di bawah naungan kelapa hibrida (35%). Cahaya matahari penting 35 Tabel 1. Parameter pertumbuhan lada perdu pada umur 6, 12, dan 18 bulan yang ditanam di bawah kelapa hibrida dan genjah Penanaman lada perdu Di bawah naungan kelapa hibrida Di bawah naungan kelapa genjah Jumlah cabang primer pada umur Jumlah cabang sekunder pada umur 6 bulan 12 bulan 18 bulan 6 bulan 12 bulan 18 bulan Jumlah daun pada umur Panjang cabang primer (cm) pada umur 6 bulan 12 bulan 18 bulan 6 bulan 12 bulan 18 bulan 2,13 2,55 4,33 2,10 2,44 12,41 10,10 19,05 84,50 26,01 34,86 71,83 1,85 2,80 3,91 1,88 4,33 13,91 5,25 60,17 97,91 20,43 41,90 53,25 untuk pertumbuhan tanaman karena menurut Dwidjoseputro (1981), cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan tanaman dalam proses fotosintesis. Panjang cabang primer lada perdu yang ditanam di bawah naungan kelapa hibrida jauh lebih panjang, terutama pada umur 18 bulan yaitu 71,83 cm, dibanding yang ditanam di bawah naungan kelapa genjah yang hanya 53,25 cm. Perbedaan tersebut mungkin diakibatkan oleh perbedaan intensitas cahaya matahari yang masuk di bawah tajuk kelapa. Lada perdu yang ditanam di bawah naungan kelapa hibrida mendapat intensitas cahaya matahari 35%, sedangkan yang di bawah naungan kelapa genjah 55%. Tanaman yang kurang mendapat intensitas cahaya matahari akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai cahaya yang dibutuhkan, sehingga pertumbuhan cabang primernya lebih panjang. Hal serupa dilaporkan oleh Wardiana et al. (1997), bahwa tanaman kacang tanah yang mendapat intensitas cahaya matahari yang lebih rendah karena ditanam di bawah kelapa, mempunyai habitus tanaman yang lebih tinggi tetapi berat keringnya lebih rendah dibanding tanaman monokultur. Namun demikian, yang penting justru bukan pertumbuhan cabang primer saja, melainkan semua komponen pertumbuhan harus baik. Sebagai contoh adalah pertumbuhan jumlah daun yang merupakan tempat proses fotosintesis yang akan berpengaruh terhadap produksi tanaman. genjah. Namun, jumlah daun lada perdu yang ditanam di bawah naungan kelapa hibrida lebih rendah daripada yang ditanam di bawah naungan kelapa genjah, dan sebaliknya untuk pertumbuhan panjang cabang primer. Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap, penelitian perlu dilanjutkan sampai tingkat produksi buah lada perdu. DAFTAR PUSTAKA Dhalimi, A. 1996. Pola tanam lada. Monograf Tanaman Lada. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. hlm. 7.684. Dwidjoseputro. 1981. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia, Jakarta. Kaat, H. dan S.N. Darwis. 1986. Pengaruh tanaman sela terhadap produksi kelapa. Jurnal Penelitian Kelapa 1 (1). hlm. 6. Randriani, E. 1999. Peluang budi daya lada perdu di antara kelapa. Makalah Ilmiah pada Kunjungan Peserta Pelatihan Petugas Unit Penelitian pada Perusahaan Perkebunan. Loka Penelitian Pola tanam Kelapa Pakuwon, 1 April 1999. 11 hlm. Saefudin dan Randriani. 2000. Pengaruh naungan kelapa terhadap produksi pisang nangka. Habitat 11 (110): 23-29. Wardiana, E., D. Pranowo, G. Indriati, Rusli, Saefudin, Henkie T. Luntungan, dan Z. Mahmud. 1997. Penggunaan air pola tanam kelapa dengan tanaman sela campuran. Laporan Selesainya DIP TA. 1996/1997. Bagian Proyek Penelitian Kelapa dan Palma Pakuwon: 39-56. KESIMPULAN DAN SARAN Jumlah cabang primer dan jumlah cabang sekunder lada perdu yang ditanam di bawah naungan kelapa hibrida tidak berbeda dengan yang ditanam di bawah naungan kelapa 36 Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 1, 2003