HAMA PENYAKIT PENTING TANAMAN “HAMA

advertisement
HAMA PENYAKIT PENTING TANAMAN
“HAMA PENGHISAP DAUN-KEPIK Diconocoris sp. (
Diconocoris hewetti ) PADA TANAMAN LADA”
OLEH :
NAMA
: IKA NURSA’ADAH
NIM
: 115040213111009
KELAS
:H
PRODI
: AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman lada (Piper nigrum L) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi.
Tanaman ini dapat mulai berbuah pada umur tanaman berkisar antara 2-3 tahun. Produktivitas
kebun lada contohnya di daerah Lampung masih tergolong rendah yaitu rata-rata 591 kg/ha,
dibanding produktivitas nasional yang mencapai 800 kg/ha. Produktivitas tanaman lada masih
berpotensi dapat ditingkatkan dengan melalui penerapan teknologi budidaya mulai dari
persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan penanganan pasca panen yang
baik.
Dalam budidaya tanaman Lada, tidak selamanya tidak terjadi gangguan, baik dari hama
maupun penyakit. Beberapa hama yang menyerang tanaman Lada adalah Perusak akar:
nematoda Radopholus sp.Perusak batang : kumbang Lephobaris sp. Perusak daun : penggulung
daun Enarmonia sp. dan ulat api Thosea sp. Penghisap : kutu Aleyurodicus sp., kepik
Diconocoris sp. dan Helopeltis sp. Perusak buah kepik Dasynus piperis. Namun dalam laporan
ini akan lebih banyak di bahas tentang kepik Diconocoris sp. atau Diconocoris hewetti.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui dan beberapa hama penting
tanaman lada, khususnya pada hama perusak akar yakni Diconocoris hewetti..
Selanjutnya mengetahui dan memahami perkembangan populasi hama dan kerusakannya
pada tanaman lada, serta mengetahui faktror-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan
populasi hama tersebut.
BAB II
ISI
2.1 Klasifikasinya
Taksonomi:
Filum
: Arthropoda
Kelas
: insekta
Ordo
: hemiptera
Family
: tingidae
Genus
: diconocoris
Spesies
: Diconocoris hewetti
Nama umum :
Namadaerah (lokal)
: nyamuk lada, enduk enduk, kapal terbang atau fui khicong
di Bangka
Nama umum internasional
: LACE BUG OF PEPPER BLOSSOM (Anonymous a, 2012 )
2.2 Biologi
2.2.1 Siklus hidup :
Kepik dewasa berwarna hitam, panjang 4 – 6 mm dan tidak aktif terbang. Pada
toraks terdapat tonjolan seperti pu-nuk. Serangga jantan dan betina hampir sama
bentuknya, kecuali ukuran tubuh. Serangga jantan lebih kecil dan ramping. Serangga
betina meletakkan telur pada tangkai bunga. Umur telur 10 hari. Nimfa berwarna kuning
muda mirip bunga lada sehingga sulit dilihat. Bentuk tubuh penuh benjolan seperti duri.
Nimfa berganti kulit lima kali. Siklus hidup kurang lebih 30 hari ( Djumhur dan Sukarno,
1996 )
Lama perkembangan nimfa D. hewett; 17.3 dan 13.0 hari, lama hidup imago jantan
10.2 dan 18.8 hari, lama hidup imago betina 13.6 dan 16.9 bari, keperidian 13.9 dan 24.5
butir, berturut-turut pada varielas Chunuk dan LDL. Laju pertamhaban inttinsik (r)
0.0741 dan 0.0827,laju reproduksi bersib (Ro) 6.98 dan 8.52, masa generasi (T) 26.21
dan 25.91, laju pertambaban terhalas (l.) 1.0769 dan 1.0862, berturut-turut pada varielas
Cibunuk dan LDL. Secara keseluruhan, varietas LDL lebih mendukung kebidupan dan
perkembangan populasi D. hewelli. Bila tidak tersedia bulir bunga, keripik renda dapat
bertahan hidup dengan makan pada pucuk daun atau bulir buah muda Rataan lama bidup
imago pada pucuk 12.1 dan pada bulir buah muda 23.5 hari ( Anonymous b, 2012 )
2.2.2 Metamorfosis
D. hewetti sendiri adalah omnivora yang berarti mereka mengkonsumsi hampir
segala jenis makanan mulai dari cairan tumbuhan, biji-bijian, serangga lain, hingga
hewan-hewan kecil seperti ikan. D. Hewetti tidak mengalami metamorfosis sempurna.
Anakan serangga dari ordo Hemiptera yang baru menetas biasanya memiliki penampilan
yang sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil dan tidak besayap. Fase anakan
ini dikenal dengan nama nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan pergantian
kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong.
Serangga anggota Hemiptera perlu melakukan perkawinan agar betinanya bisa membuahi
telurnya dan berkembang biak.
2.2.3 Fase tumbuh hama
Perbedaan kerapatan populasi imago pengisap bunga berpengaruh terhadap besarnya
kehilangan hasil. Pada kerapatan populasi 1, 2, 3, dan 4 ekor imago/empat bulir,
diperkirakan besarnya kehilangan hasil berturut-turut 37,38; 82,89; 71,86 dan 77,81%,
sedangkan untuk nimfa besarnya kehilangan hasil pada kerapatan 1, 2, dan 3 ekor
kepik/bulir berturut-turut 73,24; 80,29, dan 89,05% (Laba, 2005).
Daur hidup seluruhnya dari telur hingga dewasa, kira-kira 30 hari. Telur
membutuhkan waktu sedikitnya 10 hari sampai menetas. Telur-telur diletakkan
pada
tangkai
menjadi
kepik
bunga
lada.
dewasa.
Nimfa
Nimfa
mengalami
memiliki
5
kali
Kepik
ganti
kulit
sebelum
bunga
lada
dewasa
banyak duri keluar dari badannya. Setelah menetas, nimfa langsung mulai mengisap
bunga-bunga lada, akibatnya bunga lada Metamorfosa tidak sempurna menjadi hitam dan
gugur atau tandan telur nimfa dewasa buah lada muda banyak yang ompong. Kepik
dewasa melanjutkan mengisap ukuran sebenarnya bunga-bunga lada sampai Daur
hidupnya selesai. Kepik dewasa berwarna kehitam-hitaman, dan memiliki “pundakpundak” menonjol keluar yang sangat tinggi. 0 1 2 3 4 5cm ( Anonymous c, 2012 ).
2.2.4 Respon terhadap lingkungan
Hama ini menyerang lada selama masa berbunga. Jika tanaman lada berbunga terus
menerus di suatu daerah, memungkinkan kepik kapal terbang dapat berkembang biak
dalam jumlah besar sampai kepik ini menjadi hama lada yang berat (Anonymous c,
2012).
2.3 Distribusi
Hemiptera tersebar di seluruh dunia, kecuali di daerah-daerah yang terlampau dingin seperti
wilayah kutub. Cara hidup mereka yang beragam membuat persebaran mereka begitu luas.
Sebaran D. hewetti hanya terbatas di daerah Bangka, Kalimantan dan Aceh. Di Bangka
puncak populasi hama terjadi antara bulan Oktober dan Februari sedangkan antara bulan Juli
dan September populasi rendah. Masa pembungaan sangat mempengaruhi kehadiran hama di
lapangan, sedangkan curah hujan secara tidak langsung mempengaruhi fluktuasi populasi
(Deciyanto, 1988).
Hasil penelitian Laba (2005) menunjukkan bahwa populasi D. Hewetti umumnya
memperlihatkan pola tebaran acak, tetapi pada saat populasi tinggi memperlihatkan pola
tebaran bergerombol.
2.4 Cara menyerangnya
Diconocoris hanya mengisap bagian bunga dan buah lada muda. Kepik ini menusuk bunga
dan mengisap cairannya. Serangga ini merusak tanaman lada dengan jalan mengisap cairan
bunga, sehingga bunga tidak dapat berkembang menjadi buah dan warnanya berubah dari
kuning kehijauan menjadi coklat atau hitam. Selain itu juga menyerang buah yang masih muda.
Adanya bintik-bintik berwarna coklat dan cairan ekskresi yang kental merupakan gejala bekas
serangan hama bunga (Rotschild, 1968).
Kemampuan D. hewetti mengisap bulir bunga sangat tinggi. Satu ekor dalam waktu 24 jam
mampu merusak satu bulir bunga dan menggagalkan pembuahan. Bulir bunga yang diisap oleh
hama ini mengalami proses yang dimulai dari gejala tusukan pada bulir bunga, perubahan
warna pada bulir bunga, layu, bulir bunga mengering dan akhirnya bulir bunga gugur. Proses
perubahan warna bulir bunga sangat cepat, dalam waktu 24 jam, bulir bunga yang diisap sudah
menunjukkan warna kuning kecoklatan, pada hari kedua warna bunga berubah menjadi coklat
tua dan menggagalkan pembentukan buah. Pada hari ketujuh bungamenjadi kering. Apabila
serangan kepik ringan kadang terjadi pembentukan buah tidak sempurna, sebagian dari bulir
bunga tidak terbentuk buah. Kerusakan pada perbungaan fase tiga lebih besar dibandingkan
dengan perbungaan fase satu dan dua (Laba, 2005).
2.5 Kisaran inang
D. hewetti memiliki kisaran inang yang monofag karena hanya menyerang pada bunga pada
tanaman lada ( Anonymous c, 2012 ).
2.6 Pengendalian
2.6.1 Pengendalian Secara Kultur Teknik
Bahan tanaman sering menjadi sumber inokulum hama dan penyakit lada dan
menjadi
sumber penyebaran hama dan penyakit di lokasi baru. Oleh karena itu menggunakan
bahan tanaman yang sehat dengan melakukan seleksi bahan tanaman yang akan
digunakan untuk bibit merupakan hal yang penting. Pemilihan varietas dilakukan secara
hati-hati karena sampai saat ini belum ada varietas yang toleran terhadap semua jenis
hama dan penyakit ( Suprapto dan Kasim. 2006 ).
2.6.2 Pengendalian Mekanis
Sesuai perilaku biologi penggerek batang fase pradewasa (larva dan pupa) yang
berada pada jaringan tanaman lada yang mati akibat serangannya, dapat dipedomani
untuk menekan populasi hama. Fase pradewasa yang berada di dalam jaringan tanaman
yang mati secara periodik di ambil untuk memutus siklus dan menekan populasi. Dengan
mengambil stadia pradewasa yang berada di dalam jaringan tanaman lada mati di kebun
akan memutus siklus hidupnya. Pengendalian cara mekanis dapat dilakukan dengan
mengambil bagian tanaman lada mati dari kebun berupa batang, cabang dan ranting mati
kemudian dimasukkan dalam kantong plastik dan selanjutnya dimusnahkan. Dengan
melakukan pengendalian secara mekanis dapat menekan populasi hama dengan baik
(Suprapto dan Kasim. 2006).
2.7 Patogen :
Patogen nimfa/dewasa Kepik bunga lada Pemangsa telur/nimfa
Telur
:Cecopet, kumbang semut,
Pemangsa nimfa/dewasa : Jamur Beauveria bassiana
Pemangsa dewasa/nimfa : Kepik leher,Nimfa Capung, jadi, Tawon kertas, Lalat buas Belalang
sembah Kepik dewasa ( Suprapto dan Kasim. 2006 ).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengendalian hama lada melalui pengelolaan ekosistem adalah dengan cara
memanipulasi lingkungan yang menguntungkan musuh alami yaitu penyiangan terbatas,
menanam varietas toleran, penanaman tanaman penutup tanah, tumpang sari, dan tidak
menyemprot insektisida sintetik harus dilakukan. Cara lain yang dapat dipadukan adalah
secara fisik (mekanik) melalui pemotongan cabang (ranting) terserang penggerek dan
pengumpulan serangga D. hewetti, kemudian dimusnahkan. Pemangkasan tanaman lada
secara teratur juga dapat menurunkan populasi hama. Jika perlu, pengendalian hama utama
lada dapat menggunakan insektisida nabati seperti mimba dan bengkuang atau dengan
patogen serangga B. bassiana. Selain komponen-komponen tersebut perlu dilakukan
pemantauan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous a, 2012. Tanaman Lada. http://klasifikasi hama-penyakit -tanaman-ladadan.html diakses tanggal 2 Desember 2012
Anonymous b, 2012. Tanaman Lada. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/41582
diakses tanggal 2 Desember 2012
Anonymous c, 2012. http ://balittro.litbang.deptan.go.id diakses tanggal 2 Desember 2012
Anonymous d, 2012. Hama penyakit Lada. http://nharoekabel.blogspot.com/p/hamapenyakit-utama-tanaman-lada-dan.html diakses tanggal 2 Desember 2012
Deciyanto, S., A. Alwi, dan T.E. Wahyono. 1999. Ekobiologi musuh alami hama utama
lada. Laporan Teknis Bagian Proyek Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Laba, I W., I.M. Trisawa, T. Djuwarso, Nurida, W.R. Atmadja, A.M. Amir, Muchyadi,
Zainuddin, Ahyar, S. Suriati, C. Sukmana , dan A. Suhenda. 2005.
Bioekologi dan pengendalian hama pengisap bunga Diconocoris hewetti
(Dist.) pada tanaman lada. Laporan Hasil Penelitian. Proyek Penelitian
PHT Perkebunan Rakyat. 36 hlm.
Rotschild, G.H.I. 1968. Note on Diconocoris hewetti (Dist.) (Tingidae), a pest of pepper in
Serawak (Malaysia Borneo). Bull. Entomol. Res. 58:107-118.
Suprapto dan Kasim. 2006. Kajian Pengelolaan Tanaman Lada Terpadu. Jurnal Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian. BBPPTP. Volume 9 (3). 286298.
Winatasasmita, Djumhur. Sukarno. 1996. Biologi 1 Untuk SMU Kelas 1. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Download