I. PENDAHULUAN Stem et al. (1959): Pengendalian Hama yang mengkombinasikan pengendalian hayati dan pengendalian kimiawi. Smith (1983) di FAO : is a pest management system that, in the context of associated environment and the population dynamics of the pest species, utilizes all suitable techniques and methods and maintains the populations at levels below those causing economic enjury. • Penggunaan pestisida kimiawi – 1. menurunkan populasi dengan cepat – 2. Dapat digunakan setiap saat Efek samping: -Resistensi -Resurjensi -Ledakan hama sekunder -Matinya organisme bukan sasaran -Membunuh musuh alami -Ada residu dalam tanaman -Terjadi pencemaran lingkungan -Perbesaran biologi -Keracunan pada manusia • Resistensi: Ketahanan Hama terhadap insektisida. Penyemprotan insektisida yang terus menerus menyebabkan hama menjadi resisten. • Resurjensi: meningkatnya populasi hama setelah disemprot dengan insektisida. • Contoh: Kutu dan wereng • Letusan Hama kedua: Setelah dilakukan pengendalian dengan insektisida hama utama terkendali , tetapi akan muncul hama yang sebelumnya tidak membahayakan. • Contoh: munculnya hama baru seperti wereng coklat pada padi, hama aphis pada kedelai dan kacang-kacangan, hama kutu kebul pada kedelai • Buku Silent Spring (Rachel Carson) mengingatkan bahaya insektisida bagi kelestarian lingkungan hidup. • Penggunaan DDT di Amerika telah menyebabkan hilangnya beberapa spesies ikan, amfibi, dan burung. DDT juga dapat menyebabkan kanker dan penyakit bdegerati yang lain. Mengapa Harus PHT • 1. Kegagalan pemberantasan hama konvensional • 2.Kesadaran terhadap lingkungan hidup • 3.Pola Perlindungan tanaman – – – – – -tahap subsisten Tahap eksploitasi Tahap kritis Tahap bencana Tahap PHT • 4. kebijakan Pemerintah • 5.Peningkatan daya saing produk.