BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang produktif dalam budidaya
jamur tiram. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus Jacq.ex. Fr. Kummer)
merupakan salah satu spesies yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Selain
jamur tiram putih, ada beberapa spesies dari genus Pleurotus seperti jamur tiram
merah muda (P. flabellatus) dan jamur tiram kuning (P. citrinopileatus) yang
memiliki potensi sama seperti jamur tiram putih (P. ostreatus) dan bahkan warnawarna yang menarik dari spesies-spesies tersebut dapat menjadi daya tarik utama
untuk pembudidayaan, tetapi hingga saat ini budidaya spesies-spesies tersebut
masih belum optimal.
Selain itu dalam budidaya jamur, identifikasi terhadap spesies jamur yang
akan dibudidaya merupakan hal yang sangat penting, karena masing-masing
spesies memiliki kesesuaian lingkungan dan nutrien yang berbeda-beda untuk
pertumbuhan optimalnya. Tetapi masih banyak petani jamur yang membedakan
jamur tiram hanya berdasarkan nama lokalnya saja atau bahkan hanya pada warna
/bentuk morfologinya saja. Hal ini memberikan informasi yang kurang akurat
terkait dengan fisiologi jamur, kesesuaian lingkungan untuk pertumbuhan jamur
tiram tersebut atau perkembangan budidaya jamur yang sudah dilakukan di negara
lain, sehingga perlu dilakukan identifikasi jamur tiram yang digunakan untuk
budidaya.
Dalam usaha budidaya, pemilihan spesies dan pemilihan bahan baku media
merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya jamur. Selain bahan baku
media tumbuh di baglog, bahan baku medium kultur sangat menentukan kualitas
bibit-bibit jamur yang akan dibudidayakan. Menurut Kurniawan (2001), masalah
yang sering dialami petani jamur di Indonesia yaitu kesulitan dalam
memformulasikan medium kultur sebagai media pembibitan jamur. Dalam
penyediaan bibit jamur secara konvensional, medium kultur sangat penting untuk
menghasilkan jamur stadium F0 (biakan murni jamur) dan F1 (subkultur biakan
murni jamur) yang berkualitas baik, karena dengan F0 dan F1 yang berkualitas
baik maka diharapkan dapat menghasilkan kualitas badan buah jamur yang baik.
1
Bahan baku medium kultur dipilih berdasarkan kandungan nutrien yang
sesuai dan mencukupi untuk pertumbuhan jamur. Pemilihan bahan baku medium
kultur terus mengalami perkembangan, terutama untuk mengatasi harga bahan
baku pokok dalam pembuatan medium kultur yang semakin melambung, maka
perlu adanya penggunaan bahan alternatif yang harganya relatif lebih murah dan
setidaknya memiliki kandungan nutrien yang sama seperti bahan baku pokok
dalam pembuatan medium kultur tersebut atau justru memiliki kandungan nutrien
yang melebihi bahan baku pokok. Bahan baku medium kultur yang penting untuk
jamur tiram yaitu mengandung sumber gula dan sumber protein yang tinggi (Oei,
1996).
Umbi kentang merupakan bahan baku medium kultur yang umum
digunakan sebagai sumber protein (Kurniawan, 2001), akan tetapi umbi kentang
merupakan bahan pangan yang banyak diimpor dan harganya cenderung mahal.
Berbeda dengan ubi jalar dan jagung manis yang merupakan tanaman lokal dan
banyak ditemukan di Indonesia, umbi ubi jalar dan biji jagung manis yang
mengandung karbohidrat dan protein yang cukup tinggi, umbi umbi ubi jalar
mengandung karbohidrat 17,72 % dan protein 1,37 % sedangkan biji biji jagung
manis manis mengandung protein 9,42 % dan karbohidrat 74,26 % (Anonim2,
2015) serta keberadaannya di pasar yang mudah diperoleh dan harganya relatif
lebih murah dibandingkan umbi kentang.
Sedangkan untuk sumber gula yang umum digunakan dalam medium
kultur adalah dekstrosa, sedangkan untuk budidaya jamur tiram digunakan
dekstrosa, galaktosa, maltosa dan cellobiosa (Aryantha (1989) dalam Kurniawan,
2001) . Dekstrosa merupakan monosakarida yang tidak menimbulkan rasa manis
di lidah, cukup sulit ditemukan di pasaran dan harganya cukup mahal. Menurut
Rombach et al.,(1988), sukrosa berpotensi digunakan sebagai sumber karbon
untuk pertumbuhan jamur.
Menurut Poedjiadi (1994), sukrosa merupakan
disakarida yang menimbulkan rasa manis di lidah, sangat mudah diperoleh di
pasaran dan harganya sangat terjangkau. Sehingga umbi ubi jalar, biji jagung
manis dan sukrosa dimungkinkan menjadi bahan alternatif tambahan atau
pengganti umbi kentang dan dekstrosa. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
ini untuk mengidentifikasi spesies yang digunakan dalam budidaya dan
2
mempelajari efektifitas pertumbuhan jamur tiram dengan spesies tersebut stadium
F0 dan F1 pada medium modifikasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah disebutkan tersebut,
1.
Spesies apakah yang dapat digunakan dalam budidaya jamur tiram?
2.
Bagaimanakah pengaruh penggunaan biji jagung manis, umbi ubi jalar dan
sukrosa sebagai medium modifikasi terhadap pertumbuhan jamur tiram
(Pleurotus spp.) stadium F0 dan F1 ?
3.
Komposisi bahan manakah yang paling optimal digunakan untuk
pertumbuhan jamur tiram (Pleurotus spp.) stadium F0 dan F1?
C. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
1.
Mengetahui identitas spesies yang digunakan dalam budidaya jamur tiram
2.
Mempelajari pengaruh penggunaan biji jagung manis, umbi ubi jalar dan
sukrosa sebagai medium modifikasi terhadap pertumbuhan jamur tiram
(Pleurotus spp.) stadium F0 dan F1
3.
Mengetahui komposisi bahan yang paling optimal untuk pertumbuhan
jamur tiram (Pleurotus spp.) stadium F0 dan F1
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah
1.
Membantu mengidentifikasi spesies yang digunakan dalam budidaya
jamur tiram
2.
Membantu mengembangkan bahan alternatif dalam pembuatan medium
kultur jamur tiram.
3.
Meningkatkan nilai guna umbi ubi jalar, biji jagung manis dan sukrosa.
4.
Memberikan informasi mengenai pengaruh penggunaan umbi ubi jalar,
biji jagung manis dan sukrosa terhadap pertumbuhan F0 dan F1 jamur
tiram (Pleurotus spp.)
3
Download