proposal penelitian tindakan kelas

advertisement
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI DENGAN
MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PJBL (PROJECT BASE LEARNING)
BERBASIS BAHAN SEKITAR DI SMA INSTITUT INDONESIA SEMARANG
Di Susun Oleh :
Pawestri Farrah Diba
0402514008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (KONSENTRASI KIMIA)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang Masalah
Pada tahun pelajaran 2007/2008 mata pelajaran kimia menjadi salah satu dari 6
(enam) mata pelajaran yang masuk dalam daftar Ujian Nasional. Ini tentunya menjadi
tantangan baru bagi para guru kimia, padahal mata pelajaran kimia selama ini dianggap
sebagai mata pelajaran sulit bagi siswa. Hal ini disebabkan karena sebagian besar materi
ilmu kimia merupakan konsep-konsep yang abstrak, sehingga tidak mudah bagi guru
untuk membuat siswa memahami konsep - konsep kimia dengan segera. Belum lagi bagi
guru yang mengajar di sekolah yang belum memiliki fasilitas laboratorium dan mediamedia pembelajaran, tentunya akan sangat sulit mengajarkan konsep-konsep kimia. Di
samping itu guru juga dihadapkan pada keterbatasan waktu, di mana alokasi jam
pelajaran kimia hanya 2 jam pelajaran per minggu (meskipun beberapa sekolah
menambah menjadi 3 jam pelajaran per minggu) dengan beban materi yang cukup
banyak sesuai dengan Standar Isi yang telah ditetapkan pemerintah. Para guru sering
berdiskusi utuk mencari strategi pembelajaran yang memudahkan penanaman konsep
pada siswa. Di SMA Institut Indonesia Semarang , pembelajaran kimia yang dilakukan
masih didominasi dengan metode ceramah, dilanjutkan dengan contoh soal dan diakhiri
dengan latihan soal yang harus dikerjakan siswa secara mandiri. Belum nampak adanya
variasi metode pembelajaran maupun inovasi-inovasi dalam metode maupun media
pembelajaran. Pada saat guru sedang mengajarkan materi redoks, guru mengajar dengan
metode ceramah disertai contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari. Hampir tidak ada
siswa yang bertanya ketika dijelaskan oleh guru meskipun guru memberi kesempatan,
akan tetapi pada saat ulangan harian persentase siswa yang mencapai batas ketuntasan
(nilai 60) tidak lebih dari 55%, itupun dengan perolehan nilai yang tidak bisa dikatakan
bagus, karena rerata nilai mereka yang mencapai ketuntasan belajar hanya 62,5. Ini
berarti sekitar 45% siswa masih belum memahami konsep dengan baik
Materi kimia yang mencapai tingkat sintesa, dibutuhkan high order thinking
dalam proses pembelajarannya (Benyamin Bloom dalam Anni, 2012:70). Padahal
pembelajaran konvensional (metode ceramah, tanya jawab dan demonstrasi) tidak
menuntut sampai pada tingkat sintesa. Kegiatan praktikum cenderung ditekankan pada
kemampuan aplikatif dengan mencontoh prosedur yang sudah ada tanpa mengetahui
kenapa prosedurnya harus seperti itu atau bagaimana dengan prosedur lain. Pendekatan
yang paling ideal untuk memacu kemampuan sintesa adalah dengan menggunakan
pendekatan proyek (Baker dkk, 2011:2).
Pembelajaran proyek ditekankan untuk dapat mensintesis suatu produk ilmiah
yang lebih bernilai secara ekonomi maupun dapat diambil manfaatnya dalam kehidupan
sosial, lingkungan, dan kesehatan. Pembelajaran Berbasis Proyek, interaksi guru-siswa
dan siswa-siswa cenderung meningkat, hal ini diperlukan untuk membentuk
pembelajaran yang kooperatif dan saling mendukung dalam lingkungan pembelajaran.
Banyak studi telah melaporkan bahwa Project-Base Learning dapat meningkatkan
motivasi, sikap dalam pembelajaran, berpikir kritis, dan kemampuan memecahkan
masalah dari partisipasi peserta didik selama pembelajaran. (Hixson, 2013:2)
Penugasan proyek pada siswa dapat merangsang sikap ilmiah mereka dimana
siswa dihadapkan pada situasi yang nyata. Jika di kelas pendidik mengajari logam
tembaga adalah logam dengan lambang Cu, maka pada kenyataan logam tembaga dapat
dipegang oleh siswa. Hal ini merupakan penguatan terhadap fakta bahwa logam tembaga
merupakan logam berwarna coklat yang keras dan dapat ditempa. Ingatan tentang
pengalaman dengan menggunakan berbagai indra dapat bertahan lama dan masuk ke
dalam ingatan jangka panjang. Pembelajaran melalui proyek memiliki karakteristik yang
kompleks, pembelajaran akan sangat dipengaruhi oleh jenis tugas proyek yang diberikan
pada siswa. Pada pembelajaran proyek, terdapat keterampilan proses yang teramati ketika
pembuatan suatu produk ilmiah dibuat. Pembelajaran melalui pendekatan keterampilan
proses menyebabkan siswa dapat menemukan fakta-fakta, konsep-konsep dan teori-teori
dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa sendiri (Soetarjo dan Soejitno,
1998:34).
Inti kegiatan pembelajaran proyek adalah memberikan pengalaman secara
langsung kepada siswa sehingga siswa dapat memaknai simbol-simbol, teori-teori dan
manfaat dari belajar kimia. Hal ini perlu dilakukan mengingat simbol dan teori tersebut
bersifat abstrak. Ketertarikan terhadap sesuatu yang tidak diketahui manfaatnya akan
sangat kecil. Jika saja bukan karena nilai yang diberikan oleh guru, siswa tidak akan
berminat belajar kimia. Perlu dilakukan arahan kepada siswa agar dapat menggunakan
ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari, menemukan arti kimia dalam kehidupan nyata.
Penelitian tindakan kelas sangat diperlukan kreativitas guru dalam menyampaikan
materi. Penelitian dengan penugasan proyek dapat mendukung pembelajaran tindakan
kelas. Penugasan proyek dapat dikembangkan dalam banyak hal, seperti penyampaian
materi, lingkup kontekstual dan pembelajaran kooperatif. Penugasan proyek menekankan
suatu produk ilmiah, memberikan pengertian kontekstual kepada siswa. Proyek juga
dilakukan dalam satu tim kerja ilmiah untuk memacu siswa dalam kerja kooperati
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan masalah yang telah ditemukan, dapat ditentukan permasalahan yang
akan diteliti. Masalah yang timbul dalam pembelajaran adalah hasil belajar yang masih
rendah, didukung dari data observasi yaitu ketuntasan hasil belajar klasikal 57,57% dan
rata-rata 68,24. Pembelajaran yang dilakukan masih dikatakan konvensional dengan
metode ceramah dan terpusat pada guru. Pada kelas-kelas konvensional kendala yang
biasa terjadi adalah sedikitnya interaksi antara guru dan siswa. Guru memberikan materi
dan memberikan pertanyaan kepada siswa, sesekali siswa bertanya tentang materi yang
disampaikan. Model pembelajaran seperti ini siswa kurang termotivasi untuk
mengembangkan materi pembelajaran.
1.3. Rumusan Masalah
Dari latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Apakah pendekatan PJBL(Project-Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar kimia
siswa SMA N Institut Indonesia Semarang kelas XI IPA 1?
1.4. Tujuan Penelitian
Meningkatkan hasil belajar kimia SMA Institut indonesia Semarangkelas IPA 1 dengan
pendekatan PBL(Project-Based Learning) berbasis bahan sekitar.
1.5. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi sebagai berikut :
1.5.1. Bagi Siswa
a. Siswa dapat mengeksplorasi dan kemudian mengorganisir ide yang dimilikinya.
b. Siswa mampu bekerjasama dalam tim dan menejemen diri
c. Siswa dapat belajar berkomunikasi melalui berbagi pendapat atau gagasan dengan baik
d. Siswa lebih termotivasi dalam belajar
1.5.2. Bagi Guru
a. Untuk memperkaya alternatif dan model atau strategi pembelajaran
b. Sebagai motivasi agar dapat menciptakan suasana kelas yang aktif secara fisik dan psikis
1.5.3. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan bagi sekolah sebagai masukan dan perbaikan proses pembelajaran
kimia yang diharapkan dapat memperbaiki kualitas pembelajaran pada khususnya dan
memperbaiki kualitas sekolah tersebut pada umumnya.
1.5.4. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan yang diharapkan dapat
bermanfaat nantinya dalam mengelola
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Belajar
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah,. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
Oleh karena itu, setiap guru perlu memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid agar ia
dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi
murid-murid. Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan, mereka
mengemukakan definisi belajar menurut pendapat mereka masing-masing. Slameto (2003:2)
mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah setiap perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman. Jadi belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai
tujuan. Siswa akan mendapat pengalaman dengan menempuh langkah-langkah atau prosedur
yang disebut belajar.
2.2. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor (Sudjana, 2001: 3).
Benyamin Bloom (dalam Anni, 2012: 70) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu :
2.2.1. Ranah Kognitif
Berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah
kognitif mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) evaluasi (evaluation), imaginasi i dan
kreativitas (create).
2.2.2. Ranah Afektif
Berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuannya mencerminkan
hirarkhi yang bertentangan dari keinginanuntuk menerima sampai dengan pembentukan pola
hidup. Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan (receiving), penanggapan
(responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), pembentukan pola hidup
(organization by a value complex), interanalisis (interanalize), mengkarakterisasi (characterize),
mengagumi (wondering), dan aspirasi (aspire).
2.2.3. Ranah Psikomotorik
Berkaitan dengan kemampuan fisik seperti ketrampilan motorik dan saraf, manipulasi objek, dan
koordinasi saraf. Ranah psikomotorik mencakup tujuh aspek yakni: aspek persepsi (perception),
kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan
kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas (originality),
harmonisasi (harmonize), improvisasi (improve), dan inovasi (innovate).
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi secara umum dapat
digolongkan menjadi dua macam yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah
faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar sedangkan faktor ekstern adalah faktor
yang ada di luar individu.
1. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan dan kesiapan)
2. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, keadaan ekonomi keluarga, suasana rumah, pengertian orang tua), faktor sekolah
(metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar. diatas ukuran, keadaan gedung, metode
belajar, tugas rumah) dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
2.4. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
Project-Based Learning bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek. Definisi secara
lebih komperehensif (Mulyani, 2011) tentang Project-Based Learning adalah sebagai berikut:
2.4.1. Project-Based Learning is Curriculum Fueled and Standards Based.
Project-Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menghendaki adanya
standar isi dalam kurikulumnya. Melalui Project-Based Learning, dimulai dengan memunculkan
pertanyaan penuntun (aguiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek
kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat
pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen mayor
sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah displin yang sedang dikajinya.
2.4.2. Project-Based Learning Asks A Question or Prosses A Problem That Each Student
Can Answer.
Project-Based Learning adalah model pembelajaran yang menuntut pengajar dan atau
peserta didik mengembangkan pertanyaan penuntun (aguiding question). Mengingat bahwa
masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Project-Based Learning
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan
menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara
kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab
pertanyaan penuntun.
2.4.3. Project-based learning asks students to investigate issues and topics addressing realworld problems while integrating subjects across the curriculum.
Project-Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menuntut peserta
didik membuat “jembatan” yang menghubungkan antar berbagai subjek materi. Melalui jalan ini,
peserta didik dapat melihat pengetahuan secara holistik. Lebih daripada itu,Project Based
Learning merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan
berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
2.4.4. Project-Based Learning is A Method That Fosters Abstract, Intellectual Tasks to
Explore Complex Issues.
Project-Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan
pemahaman. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis
informasi melalui cara yang bermakna.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan data pengamatan
langsung terhadap jalannya proses pembelajaran di kelas. Dari data tersebut kemudian dianalisis
melalui beberapa tahapan dalam siklus-siklus tindakan.
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Institut Indonesia Semarang.
3.2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA I SMA Institut Indonesia Semarang.
3.3. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi pusat perhatian
(Arikunto, 2006:99). Fokus penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan hasil belajar kimia
siswa selama pembelajaran. Peningkatan hasil belajar ini dapat diukur dengan menggunakan tes
yang dilakukan setiap akhir siklus, sedangkan aktivitas siswa dapat diamati menggunakan lembar
observasi.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus I dan II
menggunakan lembar kegiatan diskusi.
2. Hasil tes pembelajaran siswa pada akhir siklus I dan II.
3.5. Metode Pengumpulan Data
3.5.1. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan
cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Untuk mengukur
tolok ukur keberhasilan penelitian, permasalahan dan faktor yang dijadikan pertimbangan untuk
tindakan berikutnya (Arikunto, 2006:30). Observasi ini meliputi aktivitas belajar siswa dan
kegiatan diskusi selama pembelajaran, yang dilakukan oleh dua observer.
3.5.2. Metode Tes
Metode ini merupakan teknik penilaian yang biasa digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam pencapaian suatu kompetensi tertentu (Arikunto, 2006:187). Tujuan
metode ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa mengenai materi setelah
diterapkan metode pembelajaran PJBL.
3.6 Rancangan Penelitian
Adapun pelaksanaan proses pembelajaran pada materi pokok asam basa dengan langkahlangkah model pembelajaran berbasis Project Base Learning (PJBL) ini terdiri dari empat
tahapan tiap siklusnya yang terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang
berulang secara siklis. Apabila pada siklus I masih banyak kekurangan dan belum mendapatkan
hasil yang maksimal, maka disempurnakan di siklus berikutnya. Adapun rancangan pelaksanaan
masingmasing siklus ialah sebagai berikut:
a. Pra Siklus
Dalam pra siklus ini, peneliti merencanakan tindakan sebelum siklus I dan
siklus II, diantaranya:
1) Menentukan kompetensi dasar dan indikator dari setiap materi yang akan diajarkan
2) Membuat skenario pembelajaran setiap sub pokok bahasan berupa Rencana Pelakasanaan
Pembelajaran (RPP) termasuk lembar kegiatan peserta didik
3) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar ketika
diterapkan model pembelajaran PJBL.
4) Membuat kuesioner/angket tanggapan peserta didik
5) Menyiapkan sumber belajar.
6) Menyiapkan format evaluasi.
b. Siklus I
1) Perencanaan
a) Menyusun perangkat pembelajaran seperti RPP, lembar kegiatan peserta didik dan soal tes
akhir siklus 1
b) Menyusun skenario tindakan
c) Menyusun format atau lembar observasi
2) Tindakan
a) Guru dan peserta didik membuat kesepakatan kontrak belajar sebelum kegiatan belajar
mengajar dimulai.
b) Guru menjelaskan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan pada tiap siklus untuk materi
pembelajaran asam basa.
c) Guru merumuskan tujuan belajar yang akan dicapai.
d) Peserta didik mendapatkan penjelasan singkat tentang materi asam basa.
e) Peserta didik dibagi untuk membentuk kelompok.
f) Pada tahap awal masing-masing kelompok mendapatkan tugas dari guru untuk melakukan
aktivitas konkrit dengan cara mengamati dan mencari bahan-bahan yang ada di sekitar
lingkungan sekolah yang mengandung sifat asam atau basa.
g) Peserta didik melakukan pengamatan. Pada tahap ini peserta didik mengamati dan mencatat
hasil dari pengalaman yang diperolehnya, mengkomunikasikan kembali dan belajar dari
pengalaman tersebut.
h) Pada selanjutnya peserta didik mulai mencari alasan, hubungan timbal balik dari pengalaman
yang diperolehnya. Selanjutnya mengkonseptualisasi suatu teori atau model dari pengalaman
yang diperoleh dan mengintegrasikan dengan pengalaman sebelumnya. Pada fase ini dapat
ditentukan apakah terjadi pemahaman baru atau proses belajar pada diri peserta didik atau
tidak.
i) Tahap terakhir, siswa melalukan eksperimen, pada tahap ini peserta didik melakukan
eksperimen untuk membuktikan sifat asam basa dari suatu bahan di lingkungan sekitar
dengan menggunakan kertas lakmus.
j) Peserta didik mendapatkan permasalahan kontekstual terkait materi asam basa untuk
didiskusikan oleh masing-masing kelompok.
k) Peserta didik mendiskusikan permasalahan yang diberikan guru dan mempresentasikan hasil
diskusinya masing-masing.
l) Guru dan peserta didik menarik kesimpulan.
m) Tes akhir siklus 1 untuk mempertajam konsep.
3) Pengamatan observasi
Dengan menggunakan lembar observasi guru mengamati aspek afektif dan psikomotorik peserta
didik.
4) Refleksi
Dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang terdapat pada siklus I. Dalam tahap ini
merupakan kegiatan menganalisa, mensintesa dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran
pada siklus 1 berlangsung dan diadakan ulangan harian yang digunakan untuk mengetahui
tingkat penguasaan konsep kimia materi asam basa. Bila ternyata pada siklus ini seluruh peserta
didik belum mencapai standar ketuntasan minimal, maka langsung dilanjutkan siklus II.
c. Siklus II
1) Perencanaan
a) Menyusun perangkat pembelajaran seperti RPP, lembar kegiatan siswa dan soal tes akhir
siklus II
b) Menyusun skenario tindakan
c) Menyusun format atau lembar observasi
2) Tindakan
a) Guru memberi salam, menanyakan kabar peserta didik dan mengajukan pertanyaan untuk
mereview materi sebelumnya.
b) Sebelum dimulai peserta didik membentuk kelompok.
c) Peserta didik mendapatkan penjelasan tentang konsep pH dan cara pengukurannya
d) Guru merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
e) Pada tahap awal peserta didik mendapatkan gambaran konsep pH dalam kehidupan sehari-hari
f) Peserta didik melakukan pengamatan cara menentukan pH dengan menggunakan indikator
universal (reflection observation) dan indicator alami.
g) Peserta didik memecahkan masalah dalam menentukan pH suatu larutan
h) Peserta didik mendiskusikan dengan masing-masing kelompoknya.
i) Tahap terakhir, siswa diberikan tugas proyek untuk membuat produk dalam kehidupan seharihari yang berkaitan tentang asam dan basa (missal: pembuatan sabun mandi, cuka dan sampo dll)
dan membuat indikator dari bahan alami (misal kunyit,ubi ungu, dan bunga sepatu). peserta didik
mulai melakukan percobaan dalam menentukan pH suatu produk dengan menggunakan indikator
universal, indicator alami yang telah dibuat dan menentukan sifat masing-masing larutan
tersebut. Selanjutnya juga untuk membuktikan bahawa indicator alami yang dibuat dapat
digunakan sebagai indicator dalam menentukan sifat asam basa dari bahan atau produk.
j) Peserta didik dibimbing guru dalam melakukan praktikum untuk mengidentifikasi sifat suatu
zat dan menentukan nilai pHnya.
k) Guru dan peserta didik memberikan kesimpulan.
l) Peserta didik membuat laporan.
m) Tes akhir siklus II.
3) Pengamatan observasi
Dengan menggunakan lembar observasi guru mengamati aspek afektif dan
psikomotorik peserta didik.
4) Refleksi
Dalam tahap ini merupakan kegiatan menganalisa, mensintesa dari hasil pengamatan selama
proses pembelajaran pada siklus II berlangsung dan diadakan ulangan harian yang digunakan
untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep kimia materi asam basa. Apabila dalam siklus II
ini indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilanjutkan siklus berikutnya.
3.7 . Teknik Pengumpulan Data
a. Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu
dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes digunakan untuk
mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti. Dalam penelitian ini,
tes digunakan untuk mengukur penguasaan konsep peserta didik terhadap konsep yang diajarkan
dalam bentuk pilihan ganda dan essay. Untuk mengukur penguasaan konsep peserta didik
sebelum mendapat perlakuan pembelajaran PJBL, dilakukan pretest. Sedangkan untuk mengukur
penguasaan konsep peserta didik setelah mendapat perlakuan pembelajaran PJBL, diadakan
postest. Soal pretest maupun posttest terdiri dari 30 soal pilihan ganda. Setiap akhir siklus
peserta didik mendapatkan tes penguasaan konsep yang terdiri dari 10 soal berbentuk essay.
b. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.45Angket yang
digunakan adalah angket skala Likert dengan memilih 5 jawaban yaitu Sangat Setuju Sekali
(SSS), Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Angket
ini berisi tentang tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran kimia dengan model PJBL,
motivasi belajar peserta didik, respon peserta didik terhadap tes penguasaan konsep k kimia
materi asam basa dan soal-soal yang digunakan dalam penelitian.
Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada obyek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek
ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama obyek yang
diselidiki (observasi langsung). Metode observasi digunakan untuk mengetahui tahap-tahap
kegiatan/aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar. Bentuknya berupa lembar
observasi kemampuan afektif dan psikomotorik yang sudah dirinci menampilkan aspek-aspek
dari proses yang harus diamati
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan menggunakan daftar nilai
kognitif peserta didik. Selanjutnya, data yang diperoleh pada tiap siklus dianalisis secara
deskriptif dengan menghitung percentages correction. Menurut Sugiyono, deskriptif analitis
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
a. Analisis data hasil Tes
Untuk mengetahui keberhasilan dari penguasaan konsep digunakan rumus
Tingkat Penguasaan =
𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒐𝒂𝒍
𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
Arti tingkat penguasaan yang dicapai adalah:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
<70% = kurang
Apabila tingkat penguasaan konsep mencapai 80% maka dapat dilanjutkan ke
materi berikutnya. Untuk menghitung nilai rata-rata hasil belajar peserta didik
digunakan rumus
𝑥̅ =∑ 𝑋 ∶ 𝑁
Keterangan: _ 𝑥 = nilai rata-rata siswa
∑ 𝑋 = Jumlah seluruh nilai
N = Jumlah peserta didik yang mengikuti tes
Ketuntasan belajar secara klasikal tercapai jika 85% dari seluruh peserta didik
dalam kelas tersebut telah mencapai nilai 70. Untuk menghitung presentase
ketuntasan klasikal digunakan rumus:\
𝑆
P = 𝑁 x 100%
Keterangan: P = Persentase ketuntasan
& = Jumlah peserta didik yang tuntas
N = Jumlah peserta didik yang mengikuti tes
b. Analisis data hasil Angket
Jenis angket yang digunakan pada penelitian ini adalah skala likert. Dalam
menganalisis hasil angket, skala kualitatif ditransfer ke dalam skala kuantitatif
dengan penskoran seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1 di bawah ini
Tabel 3.1. Skala penilaian angket peserta didik
Alternative Jawaban
Bobot penilaian
Positif
Negative
1
5
Tidak setuju (TS)
2
4
Setuju (S)
3
3
Setuju sekali (SS)
4
2
Sangat setuju sekali
5
1
Sangat tidak setuju
(STS)
(sss)
Untuk mengukur data angket digunakan rumus
Presentase =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑥 100%
Kriteria interpretasi skor
Angka 0%-20% = Sangat lemah
Angka 21%-40% = Lemah
Angka 41%-60% = Cukup
Angka 61%-80% = Kuat
Angka 81%-100% = Sangat kuat
c. Analisis data hasil Observasi
Untuk menghitung lembar observasi digunakan rumus
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 =
Keterangan;
80% - 100% = Sangat Baik
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘
𝑥 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
66% - 79% = Baik
56% - 65% = Cukup
40% - 55% = Kurang
30% - 39% = Gagal
Indikator Pencapaian
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan
motivasi dan penguasaan konsep kimia materi asam basa pada peserta didik.
a. Pencapaian motivasi dengan skor minimal 60%.
b. Peserta didik memiliki tingkat penguasaan konsep kimia materi asam basa
minimal 65% dan 85% peserta didik lolos KKM dengan nilai minimal 70
(ketentuan dari sekolah).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Baker, Erika. Breana Trygg. Patricia Otto. Margaret Tudor. Lynne Ferguson. 2011. Project-Based Learning
Model: Relevant Learning For The 21st Century. Pacific Education Institute.
Herminarto, Sofyan. 2006. Implementasi pembelajaran Berbasis Proyek Pada Bidang Kejuruan. Cakrawala
Pendidikan. Yogyakarta: LPM UNY.
Hixson, Nate K. Jason Ravit. Andy Whisman. 2012. Extended Profesional Development in Project-Based
Learning: Impact on 21st Century Skills Teaching And Student Achivement. Department of Education: West
Virgina.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Soetarjo, dan Soejitno, PO., 1998. Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses.
Penerbit: SIC, Surabaya
Susanti, Eva. 2008. Pembelajaran Project-Based Learning Untuk Pembelajaran Kimia Koloid di SMA. Jurnal
Mipa Universitas Negeri Medan. 3(2):106-112.
Wasis, Pribadi. 2008. Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Praktik Industri Pada Prodi S-1 PTB. Jurnal Penelitian Kependidikan. Universitas Negeri
Malang. 1(1)(204-215)
Download