Modul Metode Penelitian Kuantitatif [TM14]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Metode
Penelitian
Kualitatif
Perbedaan Abstrak dan
Kesimpulan Penelitian
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Periklanan
Tatap Muka
13
Kode MK
Disusun Oleh
85022
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Abstract
Kompetensi
Kesimpulan penelitian merupakan salah
satu bagian krusial dalam proses
penulisan laporan atau karya ilmiah,
demikian pula penulisan abstrak
penelitian. Dalam kesimpulan, pembaca
dapat mengetahui, apakah
permasalahan yang menjadi landasan
ketertarikan dapat terjawab oleh peneliti
Mahasiswa dapat memahami dan
membuat Abstrak serta Kesimpulan
Penelitian
Pengantar
Kesimpulan penelitian merupakan salah satu bagian krusial dalam proses penulisan
laporan atau karya ilmiah, demikian pula penulisan abstrak penelitian. Dalam
kesimpulan, pembaca dapat mengetahui, apakah permasalahan yang menjadi landasan
ketertarikan dapat terjawab oleh peneliti. Selain itu dalam kesimpulan pula para
pembaca dapat mengetahui proses penelitian dari awal sampai akhir. Yang lebih penting
lagi, adalah para pembaca juga dapat mengetahui garis besar penelitian, secara singkat.
Selain Kesimpulan, untuk penelitian yang untuk kepentingan akademis seperti skripsi,
thesis, dan disertasi adalah keberadaaan Abstract dalam laporan penelitian. Perbedaan
Abstrak penelitian dan kesimpulan adalah pada materi yang ditulis dalam Abstrak
penelitian dan kesimpulan tersebut. Materi yang ditulis pada Abstrak Penelitian adalah :
1. Latar Belakang Penelitian
2. Permasalahan Penelitian
3. Metodologi Penelitian yang digunakan, dan alasan menggunakan metodologi tersebut
4. Subjek Penelitian, Tempat Penelitian, dan alasan pemilihan Subjek dan Tempat
Penelitian.
5. Isi Penelitian secara singkat
6. Kesimpulan.
7. Implikasi Teoritis dan Praktis
Kesemua hal yang di tulis tersebut harus di sampaikan sesingkat dan sepadat mungkin.
Biasanya penyusunan abstrak itu sendiri tidak lebih dari 2 halaman dalam laporan
penelitian.
Kegunaan Abstrak sendiri adalah « mengantarkan pembaca » pada laporan penelitian
itu sendiri, sehingga pembaca dapat memperoleh gambaran singkat mengenai proses
penelitian dari awal ketertarikan, masalah, hingga kemudian diperoleh jawaban atas
masalah-masalah penelitian yang terangkum dalam kesimpulan.
‘13
2
Metode Penelitian Kualitatif
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hal yang terakhir yang perlu diperhatikan adalah keberadaan rekomendasi penelitian
atau saran penelitian pada bagian akhir kesimpulan, yang merupakan masukan seorang
peneliti kepada pemegang kebijakan atau bahkan pembaca sendiri, mengenai apa saja
yang mesti dilakukan untuk melakukan/ merubah sesuatu yang perlu di rubah dalam
masyarakat berdasarkan penelitian yang telah di lakukan
Agar lebih memudahkan untuk membedakan mana abstrak penelitian dan kesimpulan
berikut adalah contoh keduanya yang diambil dari thesis yang disusun oleh Mira
Oktaviana Whisnu Wardhani1 berikut ini :
Contoh Abstrak Penelitian
Dunia musik, tidak hanya berbicara mengenai composer dan karyanya saja. Namun ada
banyak fenomena terutama fenomena social yang berada di balik sebuah karya musik.
Thesis ini berusaha menguak fenomena-fenomena yang berada di balik sebuah karya
musik, dimana dalam konteks penelitian ini fenomena di balik Nyi Ronggeng, sebuah
komposisi karya Yazeed Djamin.
Thesis ini sendiri terdiri dari tujuh bagian. Bagian pertama menjelaskan mengenai
fenomena pembynarian musik barat, musik timur, kasar art Vs alus art, low art Vs hig art,
dan kecenderungan musik timur yang dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi musik
barat. Selain adanya fenomena pembynarian, ternyata ada fenomena musik terutama
yang berada dalam tradisi musik kontemporer, dimana merelasikan musik barat, musik
timur, kasar art, alus art, low art dan high art. Salah satu karya musik yang menghapus
pembynarian seni tersebut adalah Nyi Ronggeng. Pada bagian satu ini pula dijelaskan
mengenai kerangka teori yang digunakan sebagai kacamata memandang fenomena ini
adalah Hybriditas yang dikonsepkan oleh Homy Babha. Dalam Teori Hybrid ini, di
asumsikan bahwa tidak ada sesuatu yang “murni” dalam bentuk budaya. Bentuk-bentuk
budaya, diasumsikan saling bersentuhan dan bernegosiasi satu dengan yang lain. Hal
ini pulalah yang di asumsikan terjadi pada Nyi Ronggeng. Pemikiran Babha ini berbeda
dengan yang diasumsikan oleh Max Weber, yang membagi musik barat dengan musik
timur, Georg Simmel yang membagi seni yang merepresentasikan subyektivitas
seniman, dengan seni yang merepresentasikan produk tragedy kebudayaan, kemudian
Adorno yang membagi karya seni “mimesis transformative” dengan “bentuk seni
11
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani. 2008, Nyi Ronggeng Dalam Tinjauan Pemikiran Post
Kolonial(Studi Tentang Fenomena Hibriditas Dan Sosial Dibalik Salah Satu Komposisi Karya Yazeed
Djamin),Thesis, Universitas Indonesia, halaman 1.
‘13
3
Metode Penelitian Kualitatif
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
komodifikasi”, serta Walter Benjamin yang membagi seni “ sosialisasi” dengan seni
“eksklusif”. Selain teori yang digunakan sebagai kacamata pandang dalam thesis ini,
untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan tema, peneliti menggunakan methode
kualitatif dengan memakai wawancara mendalam sebagai instrument penelitian. Oleh
karena subyek utama penelitian ini telah meninggal dunia, maka peneliti meminta
kesediaan orang-orang yang dekat dengan beliau, untuk memberikan informasi
mengenai Nyi Ronggeng, selain itu peneliti juga meminta kesediaan pihak-pihak dari
state dan corporate, serta ahli tari sunda untuk memberikan informasi mengenai realitas
yang berada di balik sebuah karya seni, yang peneliti jelaskan pada bagian dua.
Bagian ke tiga sendiri berisi mengenai siapa itu ronggeng, beserta dinamika seni
tersebut, guna membantu memahami makna yang ada di balik komposisi Nyi Ronggeng
karya Yazeed Djamin, selain dari buklet pertunjukkan, mengingat karya tersebut
bercerita mengenai sosok penari Ronggeng.
Bagian ke empat dalam thesis ini, menceritakan mengenai apa itu musik barat, musik
timur, serta hibriditas karya seni, termasuk Nyi Ronggeng, dalam konteks sejarah seni
kontemporer Indonesia, dimana kecenderungan fenomena musik dalam tradisi
kontemporer, memungkinkan persentuhan-persentuhan dan perpaduan unsur budaya
dari manapun, yang lalu menghasilkan karya seni.
Bagian ke lima pada laporan penelitian ini, berisi mengenai “Hibriditas” lain dibalik
komposisi Nyi Ronggeng. Hibriditas di sini dalam arti adanya persentuhan dan negosiasi
antara Yazeed Djamin dengan patron (state dan capital), serta audience.
Bagian ke enam sendiri menjelaskan mengenai seni Indonesia yang sangat sulit untuk
dikategorisasikan sebagaimana seni yang ada di barat, serta sedikit banyak
menjelaskan pula mengenai peran akademesi seni dalam mengkategorisasikan seni,
meski si seniman tidak pernah menghiraukan akan masuk ke mana karya seni mereka.
Laporan penelitian ini, di tutup oleh kesimpulan dan implikasi penelitian, yang dijelaskan
pada bagian tujuh thesis ini
Contoh Kesimpulan 12
22
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani. 2008, Nyi Ronggeng Dalam Tinjauan Pemikiran Post
Kolonial(Studi Tentang Fenomena Hibriditas Dan Sosial Dibalik Salah Satu Komposisi Karya Yazeed
Djamin),Thesis, Universitas Indonesia, 109-110
‘13
4
Metode Penelitian Kualitatif
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dari hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, bahwa sebenarnya
ada realitas di dunia seni musik Indonesia, yaitu keberadaan musik kontemporer yang
salah satunya, dan dicoba untuk diangkat dalam penelitian ini adala Nyi Ronggeng dan
Yazeed Djamin, sebagai komposer.
Nyi Ronggeng sendiri, dapat dikatakan sebagai representasi ruang ketiga dari konsep
hibriditas homy Babha, yang mengaburkan bentuk-bentuk budaya. Dalam hal ini bentuk
budaya barat dan bentuk budaya timur dari segi musikalitasnya. Sebagai representasi
ruang ketiga, Yazeed Djamin (dimana salah satunya) melalui Nyi Ronggeng juga
mencoba menghapus batas antara seni budaya tinggi dan seni rendah, mengingat
makna yang ada dibalik seni tersebut merepresntasikan kaum marjinal (Ronggeng),
yang coba disuarakan pada genre musik yang biasanya dinikmati bukan oleh kalangan
bawah.
Yazeed Djamin sendiri sebenarnya merepresentasikan subjek Hybrid bukan karena latar
belakang dan karya-karyanya saja, namun juga mengingat strategi budaya dalam bentuk
negosisasi yang ia lakukan dengan budaya dominan, dalam hal ini state, capital, dan
audience yang selama ini terkonstruk oleh musik populer.
Hibriditas dan kekaburan itu sendiri, sebetulnya juga merupakan salah satu “warna” dari
fenomena globalisasi, yang selain menghomogenisasikan sesuatu (dalam konteks musik
populer) , juga membuat varian-varian baru, sekaligus memungkinkan pertemuanpertemuan budaya yang semakin lentur, terutama dalam konteks musik kontemporer.
Berkenaan dengan Ronggeng yang merupakan latar belakang dari diciptakan karya Nyi
Ronggeng, merepresentasikan salah bentuk degradasi seni, karena pemaksaan
rasionalitas yang semula merupakan bagian dari ritus keseburan, kemudian menjadi
seni yang hanya dimaksudkan untuk hiburan, dan kemudian identik denga seni erotis.
Dengan Ronggeng ini pula, juga merepresentasikan bentuk negosiasi budaya,
kekaburan seni kasar dan seni halus, ketika dijadikan tari pergaulan oleh kalangan
menak Sunda, sebagai pihak yang di colonized Jawa.
Dalam temuan dari penelitian ini, pula perlu dipertanyakan ulang mengenai kategorisasi
seni yang dilakukan oleh akademisi, bahkan termasuk seperti indikasi kenapa sebuah
karya musik pada sebuah genre musik-musik kontemporer, bahkan apa musik
kontemporer itu sendiri, yang hingga saat ini masih oleh para musikolog, masih menjadi
bahan
‘13
5
diskusi.
Kategorisasi
Metode Penelitian Kualitatif
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
itu
sendiri,
sebetulnya
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
terlalu
sederhana
untuk
mengkategorikan seorang komposer, pada identitas yang menjadi indikasi sebuah aliran
musik.
Selain itu pada penelitian ini pula terdapat kenyataan bahwa, ada identitas lain selain
identitas yang ada dalam diri pelaku seni dalam karya musik, yaitu identitas sosial yang
mengkonstruksi individu, atau komposer itu sendiri.
Contoh Kesimpulan 2 (Thesis, Disusun Oleh Dwi Setianingsih, tahun 2011) 3
Berdasarkan penelitian mengenai dampak social ekonomi kegiatan pembebasan tanah
untuk pelaksanaan pembangunan proyek Banjir Kanal Timur (BKT) di kelurahan Pondok
Bambu, dapat disimpulkan bahwa, sebetulnya pembangunan tersebut dilakukan untuk
kepentingan umum, yaitu pengendalian dampak banjir, yang merupakan bencana yang
sering menimpa beberapa wilayah Jakarta. Hal ini sudah menjadi keputusan politik dan
tercantum dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No.6 tahun 1999, tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2010.
Namun demikian proyek tersebut, untuk konteks masyarakat kelurahan Pondok Bambu,
tidaklah dapat mengambil manfaat dengan keberadan proyek tersebut, namun malah
mendapat banyak dampak social dalam arti negative yang malah dirasakan oleh warga
setempat, apalagi dikarenakan terdapat ketidakjelasan hukum mengenai kepemilikan
tanah. Dampak Negative tersebut diantaranya adalah:
1. Ketidakteraturan (Disorder) dalam Pelaksanaan Peraturan Kepemilikan Tanah
2. Dominasi Kepemilikan Tanah oleh Segelintir Orang yang Menimbulkan Konflik
3. Konflik social Internal Rumah Tangga Warga, dan Konflik Social Antara OTD Dengan
Aparat Negara, Serta Pengusaha
4.Ketidak sebandingan besarnya jumlah pendapatan para warga tergusur proyek BKT,
dibanding ketika mereka bermukim dilahan yang terkena BKT
Dengan kasus-kasus tanah di daerah perkotaan, termasuk yang terkena dampak proyek
BKT Pemerintah Jakarta Timur, meminjam pendapat Patrick Auslan merupakan
kegagalan pemerintah nasional dan pemerintah kota yang bersangkutan untuk
menjamin agar kota agar kota menjamin agar kota berkembang dengan tetap
3
Dwi Setianingsih, 2011, Dampak Sosial Pembebasan Tanah Proyek Pembangunan Infrastruktur
untuk Kepentingan Umum: Studi Kasus Proyek Banjir Kanal Timur, Di Keluruhan Pondok Bambu,
Kecamat Duren Sawit, Kotamadya Jakata Timur, yang disusunnya pada tahun 2011, Program
Program Sarjana MMPS-Sosiologi FISIP UI. (Thesis) 123
‘13
6
Metode Penelitian Kualitatif
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mengindahkan tempat-tempat pemukiman yang sah bagi mayoritas penduduk miskin
dan tanah yang cukup untuk prasarana umum. Kebanyakan pemerintah memiliki
kekuatan hukum untuk menguasai pasaran tanah di daerah perkotaan. Beberapa di
antaranya telah mengambil langkah-langkah positif kearah perbaikan, tetapi lebih
banyak yang hanya berbuat sedikit atau bahkan tidak berbuat apa-apa ke arah
perbaikan yang diinginkan itu.
Contoh Implikasi Penelitian 14
Implikasi Teoritis
Sebetulnya mengenai konsep hibrid itu sendiri, dipertanyakan hibriditas yang mana dan
seperti apa? Mengingat tentu banyak hibiriditas dalam individu. Misalnya dalam konteks
Yazeed Djamin, ia memiliki Hibriditas tidak hanya dalam bermusik, tapi misalnya soal
selera makan, peran dia di masyarakat, yang
misalnya sebagai pendidik musik,
sekaligus pelaku musik. Selain itu perlu dipertanyakan juga apakah konsep Hibriditas,
sebagaimana yang diutarakan oleh Homy Babha, selalu menempatkan bentuk-bentuk
budaya yang bertemu secara setara.
Menarik apabila dicermati pernyataan Radha Krishna berikut ini:
All hybridities are not equal, and furthermore hybridity does carry with in an ideological
tacit nominal qualifier, such as in Western or European hybridity function as the ultimate
decentering of all identities regimes, in fact and in history, hybridity is valorized on the
basis of stable identity, such as European hybridity, French hybridity, American hybridity,
and so on. So which hybridity are we talking about?5
Dengan didasarkan pada penelitian ini pula, kiranya dapat di kritisi, apakah persentuhanpersentuhan budaya, seperti persentuhan, serta negosiasi budaya barat dan budaya
timur, kemudian negosiasi budaya (dalam konteks penelitian ini adalah seni musik) yang
terjadi, misalnya merepresentasikan
selera audience dengan merepresentasikan
subyektivitas komposer, apakah kemudian menghasilkan bentuk budaya yang
didalamnya mencakup kedua unsur atau keinginan yang seimbang?
4
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani. 2008, Nyi Ronggeng Dalam Tinjauan Pemikiran Post
Kolonial(Studi Tentang Fenomena Hibriditas Dan Sosial Dibalik Salah Satu Komposisi Karya Yazeed
Djamin),Thesis, Universitas Indonesia, 110-111
5
R.Radhakrishnan, Poscoloniality and the Boundaries of Identity in Identities, Race, Class, Gender,
and Nationality, Edited by Linda Martin Alcoff and Eduardo Mendieta, Blackwell Publishing, UK.2003,
hal. 314
‘13
7
Metode Penelitian Kualitatif
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Implikasi Praksis6
Dengan adanya fenomena Nyi Ronggeng, diharapkan membuka kesadaran bagi
masyarakat Indonesia, bahwa identitas dirinya juga memiliki persinggungan dengan
individu lain. jadi bukan sesuatu yang terpisah dan terkotak-kotak.
Untuk pemerintah, adalah sebaiknya tidak terus-menerus mensosialisasikan bentukbentuk budaya yang terkotak-kotak, dan hanya menampilkan suatu bentuk budaya yang
menggeneralis bentuk budaya lain. seperti misalnya melegitmasi, kontes pemilihan
engkoh dan cici, Tionghoa, atau menampilkan Gambyong,sebagai seni tradisional Jawa
dengan menafikan kenyataan banyaknya bentuk seni tradisional Jawa lain, seperti
Tayub, Calung Banyumasan, dan lain-lain.
Dengan adanya komposisi Nyi Ronggeng, atau karya-karya kontemporer, (yang
mestinya disosialisasikan terus-menerus ke masyarakat), kiranya dapat membuka
kesadaran bahwa seorang individu pasti memiliki multiple identity dalam dirinya, dan
tentu memiliki persentuhan dengan individu lain, selain tentu tidak menafikan, bahwa
individu satu pasti berbeda dengan individu lain. Asumsi ini misalnya saja: Yazeed
Djamin dan Ki Nartosabdho adalah di satu sisi memiliki identitas yang berbeda; Yazeed
menggeluti musik Klasik, sementara Ki Nartosabdho, memiliki menekuni musik Gamelan
Jawa, pada saat mementaskan karya seni musik, Yazeed mengenakan kemeja, celana
panjang, dasi, dan Tuksedo, yang merupakan bagian dari budaya barat, Ki Nartosabdho
mengenakan Beskap, Blangkon, dan Kain, yang merupakan bagian dari budaya Jawa.
Namun di sisi lain, ada persentuhan diantara mereka, seperti mengenyam pendidikan
ala barat melalui bangku sekolah, sama-sama memeluk agama Islam, dan lain
sebagainya.
Bila
karya
musik
yang
memiliki
persentuhan
antar
budaya
ini
disosialisasikan, mungkin konflik-konflik besar yang berbasis satu identitas, etnis,
misalnya, yang beberapa kali terjadi di Indonesia, dapat terhindari.
Contoh Implikasi Penelitian 2
Implikasi Teoritis7
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Pondok Bambu, dapat memberikan masukan
kepada kajian-kajian tentang perkembangan maupun pembangunan perkotaan, tidak
6
Ibid
Dwi Setianingsih, 2011, Dampak Sosial Pembebasan Tanah Proyek Pembangunan Infrastruktur
untuk Kepentingan Umum: Studi Kasus Proyek Banjir Kanal Timur, Di Keluruhan Pondok Bambu,
Kecamat Duren Sawit, Kotamadya Jakata Timur, yang disusunnya pada tahun 2011, Program
Program Sarjana MMPS-Sosiologi FISIP UI. (Thesis) 124
7
‘13
8
Metode Penelitian Kualitatif
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
hanya dari sisi konflik yang terjadi di lapangan, namun juga dapat memberikan wacana
baru terhadap penyebab terjadinya konflik-konflik pertanahan yang kerap kali terjadi di
negara berkembang, yang sebetulnya tidak hanya merupakan persoalan besarnya ganti
rugi yang diterima korban, namun patut diperhatikan mengenai birokrasi dan aturanaturan yang dihasilkan oleh proses birokrasi tersebut, apakah benar-benar memiliki
kejelasan yang memberikan keadilan pada warga, sehingga meminimalisir terjadinya
konflik yang berlatar belakang pertanahan.
Contoh Implikasi Penelitian 28
Implikasi Praksis
Fenomena pertanahan yang terjadi di Pondok Bambu, sebetulnya dapat menjadikan
sarana kritik, kepada pemerintah pusat untuk melakukan pembangunan yang
berkeadilan, tidak hanya pada sisi ganti rugi yang diterima masyarakat yang terkena
pelbagai proyek untuk kepentingan umum, namun adalah kewajiban dinegara untuk
memberikan kepastian hukum, sebagai sarana memanajemen konflik, sekaligus sarana
mensejahterakan warga masyarakat. Mengingat selama ini, banyak kesimpang siuran
dan tumpang tindih peraturan-peraturan tentang tanah, yang menghambat peningkatan
kesejahtaraan masyarakat, sekaligus merampas hak mereka untuk hidup, karena tanah
di satu sisi adalah kebutuhan primer dan asasi yang dimiliki setiap manusia.
Daftar Pustaka:
Dwi Setianingsih, 2011, Dampak Sosial Pembebasan Tanah Proyek Pembangunan
Infrastruktur untuk Kepentingan Umum: Studi Kasus Proyek Banjir Kanal Timur, Di
Keluruhan Pondok Bambu, Kecamat Duren Sawit, Kotamadya Jakata Timur, yang
disusunnya pada tahun 2011, Program Program Sarjana MMPS-Sosiologi FISIP UI. (Thesis)
Lexy.J.Moeleong, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,Bandung,
Indonesia
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani. 2008, Nyi Ronggeng Dalam Tinjauan Pemikiran Post
Kolonial(Studi Tentang Fenomena Hibriditas Dan Sosial Dibalik Salah Satu Komposisi
Karya Yazeed Djamin),Thesis, Universitas Indonesia
Sanapiah Faisal. 2001, Format-Format Penelitian Sosial, Rajawali Press Indonesia
8
Ibid
‘13
9
Metode Penelitian Kualitatif
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download