MODUL PERKULIAHAN Metode Penelitian Kualitatif Perbedaan Abstrak dan Kesimpulan Penelitian Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Periklanan Tatap Muka 13 Kode MK Disusun Oleh 85022 Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Abstract Kompetensi Kesimpulan penelitian merupakan salah satu bagian krusial dalam proses penulisan laporan atau karya ilmiah, demikian pula penulisan abstrak penelitian. Dalam kesimpulan, pembaca dapat mengetahui, apakah permasalahan yang menjadi landasan ketertarikan dapat terjawab oleh peneliti Mahasiswa dapat memahami dan membuat Abstrak serta Kesimpulan Penelitian Pengantar Kesimpulan penelitian merupakan salah satu bagian krusial dalam proses penulisan laporan atau karya ilmiah, demikian pula penulisan abstrak penelitian. Dalam kesimpulan, pembaca dapat mengetahui, apakah permasalahan yang menjadi landasan ketertarikan dapat terjawab oleh peneliti. Selain itu dalam kesimpulan pula para pembaca dapat mengetahui proses penelitian dari awal sampai akhir. Yang lebih penting lagi, adalah para pembaca juga dapat mengetahui garis besar penelitian, secara singkat. Selain Kesimpulan, untuk penelitian yang untuk kepentingan akademis seperti skripsi, thesis, dan disertasi adalah keberadaaan Abstract dalam laporan penelitian. Perbedaan Abstrak penelitian dan kesimpulan adalah pada materi yang ditulis dalam Abstrak penelitian dan kesimpulan tersebut. Materi yang ditulis pada Abstrak Penelitian adalah : 1. Latar Belakang Penelitian 2. Permasalahan Penelitian 3. Metodologi Penelitian yang digunakan, dan alasan menggunakan metodologi tersebut 4. Subjek Penelitian, Tempat Penelitian, dan alasan pemilihan Subjek dan Tempat Penelitian. 5. Isi Penelitian secara singkat 6. Kesimpulan. 7. Implikasi Teoritis dan Praktis Kesemua hal yang di tulis tersebut harus di sampaikan sesingkat dan sepadat mungkin. Biasanya penyusunan abstrak itu sendiri tidak lebih dari 2 halaman dalam laporan penelitian. Kegunaan Abstrak sendiri adalah « mengantarkan pembaca » pada laporan penelitian itu sendiri, sehingga pembaca dapat memperoleh gambaran singkat mengenai proses penelitian dari awal ketertarikan, masalah, hingga kemudian diperoleh jawaban atas masalah-masalah penelitian yang terangkum dalam kesimpulan. ‘13 2 Metode Penelitian Kualitatif Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hal yang terakhir yang perlu diperhatikan adalah keberadaan rekomendasi penelitian atau saran penelitian pada bagian akhir kesimpulan, yang merupakan masukan seorang peneliti kepada pemegang kebijakan atau bahkan pembaca sendiri, mengenai apa saja yang mesti dilakukan untuk melakukan/ merubah sesuatu yang perlu di rubah dalam masyarakat berdasarkan penelitian yang telah di lakukan Agar lebih memudahkan untuk membedakan mana abstrak penelitian dan kesimpulan berikut adalah contoh keduanya yang diambil dari thesis yang disusun oleh Mira Oktaviana Whisnu Wardhani1 berikut ini : Contoh Abstrak Penelitian Dunia musik, tidak hanya berbicara mengenai composer dan karyanya saja. Namun ada banyak fenomena terutama fenomena social yang berada di balik sebuah karya musik. Thesis ini berusaha menguak fenomena-fenomena yang berada di balik sebuah karya musik, dimana dalam konteks penelitian ini fenomena di balik Nyi Ronggeng, sebuah komposisi karya Yazeed Djamin. Thesis ini sendiri terdiri dari tujuh bagian. Bagian pertama menjelaskan mengenai fenomena pembynarian musik barat, musik timur, kasar art Vs alus art, low art Vs hig art, dan kecenderungan musik timur yang dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi musik barat. Selain adanya fenomena pembynarian, ternyata ada fenomena musik terutama yang berada dalam tradisi musik kontemporer, dimana merelasikan musik barat, musik timur, kasar art, alus art, low art dan high art. Salah satu karya musik yang menghapus pembynarian seni tersebut adalah Nyi Ronggeng. Pada bagian satu ini pula dijelaskan mengenai kerangka teori yang digunakan sebagai kacamata memandang fenomena ini adalah Hybriditas yang dikonsepkan oleh Homy Babha. Dalam Teori Hybrid ini, di asumsikan bahwa tidak ada sesuatu yang “murni” dalam bentuk budaya. Bentuk-bentuk budaya, diasumsikan saling bersentuhan dan bernegosiasi satu dengan yang lain. Hal ini pulalah yang di asumsikan terjadi pada Nyi Ronggeng. Pemikiran Babha ini berbeda dengan yang diasumsikan oleh Max Weber, yang membagi musik barat dengan musik timur, Georg Simmel yang membagi seni yang merepresentasikan subyektivitas seniman, dengan seni yang merepresentasikan produk tragedy kebudayaan, kemudian Adorno yang membagi karya seni “mimesis transformative” dengan “bentuk seni 11 Mira Oktaviana Whisnu Wardhani. 2008, Nyi Ronggeng Dalam Tinjauan Pemikiran Post Kolonial(Studi Tentang Fenomena Hibriditas Dan Sosial Dibalik Salah Satu Komposisi Karya Yazeed Djamin),Thesis, Universitas Indonesia, halaman 1. ‘13 3 Metode Penelitian Kualitatif Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id komodifikasi”, serta Walter Benjamin yang membagi seni “ sosialisasi” dengan seni “eksklusif”. Selain teori yang digunakan sebagai kacamata pandang dalam thesis ini, untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan tema, peneliti menggunakan methode kualitatif dengan memakai wawancara mendalam sebagai instrument penelitian. Oleh karena subyek utama penelitian ini telah meninggal dunia, maka peneliti meminta kesediaan orang-orang yang dekat dengan beliau, untuk memberikan informasi mengenai Nyi Ronggeng, selain itu peneliti juga meminta kesediaan pihak-pihak dari state dan corporate, serta ahli tari sunda untuk memberikan informasi mengenai realitas yang berada di balik sebuah karya seni, yang peneliti jelaskan pada bagian dua. Bagian ke tiga sendiri berisi mengenai siapa itu ronggeng, beserta dinamika seni tersebut, guna membantu memahami makna yang ada di balik komposisi Nyi Ronggeng karya Yazeed Djamin, selain dari buklet pertunjukkan, mengingat karya tersebut bercerita mengenai sosok penari Ronggeng. Bagian ke empat dalam thesis ini, menceritakan mengenai apa itu musik barat, musik timur, serta hibriditas karya seni, termasuk Nyi Ronggeng, dalam konteks sejarah seni kontemporer Indonesia, dimana kecenderungan fenomena musik dalam tradisi kontemporer, memungkinkan persentuhan-persentuhan dan perpaduan unsur budaya dari manapun, yang lalu menghasilkan karya seni. Bagian ke lima pada laporan penelitian ini, berisi mengenai “Hibriditas” lain dibalik komposisi Nyi Ronggeng. Hibriditas di sini dalam arti adanya persentuhan dan negosiasi antara Yazeed Djamin dengan patron (state dan capital), serta audience. Bagian ke enam sendiri menjelaskan mengenai seni Indonesia yang sangat sulit untuk dikategorisasikan sebagaimana seni yang ada di barat, serta sedikit banyak menjelaskan pula mengenai peran akademesi seni dalam mengkategorisasikan seni, meski si seniman tidak pernah menghiraukan akan masuk ke mana karya seni mereka. Laporan penelitian ini, di tutup oleh kesimpulan dan implikasi penelitian, yang dijelaskan pada bagian tujuh thesis ini Contoh Kesimpulan 12 22 Mira Oktaviana Whisnu Wardhani. 2008, Nyi Ronggeng Dalam Tinjauan Pemikiran Post Kolonial(Studi Tentang Fenomena Hibriditas Dan Sosial Dibalik Salah Satu Komposisi Karya Yazeed Djamin),Thesis, Universitas Indonesia, 109-110 ‘13 4 Metode Penelitian Kualitatif Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dari hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, bahwa sebenarnya ada realitas di dunia seni musik Indonesia, yaitu keberadaan musik kontemporer yang salah satunya, dan dicoba untuk diangkat dalam penelitian ini adala Nyi Ronggeng dan Yazeed Djamin, sebagai komposer. Nyi Ronggeng sendiri, dapat dikatakan sebagai representasi ruang ketiga dari konsep hibriditas homy Babha, yang mengaburkan bentuk-bentuk budaya. Dalam hal ini bentuk budaya barat dan bentuk budaya timur dari segi musikalitasnya. Sebagai representasi ruang ketiga, Yazeed Djamin (dimana salah satunya) melalui Nyi Ronggeng juga mencoba menghapus batas antara seni budaya tinggi dan seni rendah, mengingat makna yang ada dibalik seni tersebut merepresntasikan kaum marjinal (Ronggeng), yang coba disuarakan pada genre musik yang biasanya dinikmati bukan oleh kalangan bawah. Yazeed Djamin sendiri sebenarnya merepresentasikan subjek Hybrid bukan karena latar belakang dan karya-karyanya saja, namun juga mengingat strategi budaya dalam bentuk negosisasi yang ia lakukan dengan budaya dominan, dalam hal ini state, capital, dan audience yang selama ini terkonstruk oleh musik populer. Hibriditas dan kekaburan itu sendiri, sebetulnya juga merupakan salah satu “warna” dari fenomena globalisasi, yang selain menghomogenisasikan sesuatu (dalam konteks musik populer) , juga membuat varian-varian baru, sekaligus memungkinkan pertemuanpertemuan budaya yang semakin lentur, terutama dalam konteks musik kontemporer. Berkenaan dengan Ronggeng yang merupakan latar belakang dari diciptakan karya Nyi Ronggeng, merepresentasikan salah bentuk degradasi seni, karena pemaksaan rasionalitas yang semula merupakan bagian dari ritus keseburan, kemudian menjadi seni yang hanya dimaksudkan untuk hiburan, dan kemudian identik denga seni erotis. Dengan Ronggeng ini pula, juga merepresentasikan bentuk negosiasi budaya, kekaburan seni kasar dan seni halus, ketika dijadikan tari pergaulan oleh kalangan menak Sunda, sebagai pihak yang di colonized Jawa. Dalam temuan dari penelitian ini, pula perlu dipertanyakan ulang mengenai kategorisasi seni yang dilakukan oleh akademisi, bahkan termasuk seperti indikasi kenapa sebuah karya musik pada sebuah genre musik-musik kontemporer, bahkan apa musik kontemporer itu sendiri, yang hingga saat ini masih oleh para musikolog, masih menjadi bahan ‘13 5 diskusi. Kategorisasi Metode Penelitian Kualitatif Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si itu sendiri, sebetulnya Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id terlalu sederhana untuk mengkategorikan seorang komposer, pada identitas yang menjadi indikasi sebuah aliran musik. Selain itu pada penelitian ini pula terdapat kenyataan bahwa, ada identitas lain selain identitas yang ada dalam diri pelaku seni dalam karya musik, yaitu identitas sosial yang mengkonstruksi individu, atau komposer itu sendiri. Contoh Kesimpulan 2 (Thesis, Disusun Oleh Dwi Setianingsih, tahun 2011) 3 Berdasarkan penelitian mengenai dampak social ekonomi kegiatan pembebasan tanah untuk pelaksanaan pembangunan proyek Banjir Kanal Timur (BKT) di kelurahan Pondok Bambu, dapat disimpulkan bahwa, sebetulnya pembangunan tersebut dilakukan untuk kepentingan umum, yaitu pengendalian dampak banjir, yang merupakan bencana yang sering menimpa beberapa wilayah Jakarta. Hal ini sudah menjadi keputusan politik dan tercantum dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No.6 tahun 1999, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2010. Namun demikian proyek tersebut, untuk konteks masyarakat kelurahan Pondok Bambu, tidaklah dapat mengambil manfaat dengan keberadan proyek tersebut, namun malah mendapat banyak dampak social dalam arti negative yang malah dirasakan oleh warga setempat, apalagi dikarenakan terdapat ketidakjelasan hukum mengenai kepemilikan tanah. Dampak Negative tersebut diantaranya adalah: 1. Ketidakteraturan (Disorder) dalam Pelaksanaan Peraturan Kepemilikan Tanah 2. Dominasi Kepemilikan Tanah oleh Segelintir Orang yang Menimbulkan Konflik 3. Konflik social Internal Rumah Tangga Warga, dan Konflik Social Antara OTD Dengan Aparat Negara, Serta Pengusaha 4.Ketidak sebandingan besarnya jumlah pendapatan para warga tergusur proyek BKT, dibanding ketika mereka bermukim dilahan yang terkena BKT Dengan kasus-kasus tanah di daerah perkotaan, termasuk yang terkena dampak proyek BKT Pemerintah Jakarta Timur, meminjam pendapat Patrick Auslan merupakan kegagalan pemerintah nasional dan pemerintah kota yang bersangkutan untuk menjamin agar kota agar kota menjamin agar kota berkembang dengan tetap 3 Dwi Setianingsih, 2011, Dampak Sosial Pembebasan Tanah Proyek Pembangunan Infrastruktur untuk Kepentingan Umum: Studi Kasus Proyek Banjir Kanal Timur, Di Keluruhan Pondok Bambu, Kecamat Duren Sawit, Kotamadya Jakata Timur, yang disusunnya pada tahun 2011, Program Program Sarjana MMPS-Sosiologi FISIP UI. (Thesis) 123 ‘13 6 Metode Penelitian Kualitatif Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengindahkan tempat-tempat pemukiman yang sah bagi mayoritas penduduk miskin dan tanah yang cukup untuk prasarana umum. Kebanyakan pemerintah memiliki kekuatan hukum untuk menguasai pasaran tanah di daerah perkotaan. Beberapa di antaranya telah mengambil langkah-langkah positif kearah perbaikan, tetapi lebih banyak yang hanya berbuat sedikit atau bahkan tidak berbuat apa-apa ke arah perbaikan yang diinginkan itu. Contoh Implikasi Penelitian 14 Implikasi Teoritis Sebetulnya mengenai konsep hibrid itu sendiri, dipertanyakan hibriditas yang mana dan seperti apa? Mengingat tentu banyak hibiriditas dalam individu. Misalnya dalam konteks Yazeed Djamin, ia memiliki Hibriditas tidak hanya dalam bermusik, tapi misalnya soal selera makan, peran dia di masyarakat, yang misalnya sebagai pendidik musik, sekaligus pelaku musik. Selain itu perlu dipertanyakan juga apakah konsep Hibriditas, sebagaimana yang diutarakan oleh Homy Babha, selalu menempatkan bentuk-bentuk budaya yang bertemu secara setara. Menarik apabila dicermati pernyataan Radha Krishna berikut ini: All hybridities are not equal, and furthermore hybridity does carry with in an ideological tacit nominal qualifier, such as in Western or European hybridity function as the ultimate decentering of all identities regimes, in fact and in history, hybridity is valorized on the basis of stable identity, such as European hybridity, French hybridity, American hybridity, and so on. So which hybridity are we talking about?5 Dengan didasarkan pada penelitian ini pula, kiranya dapat di kritisi, apakah persentuhanpersentuhan budaya, seperti persentuhan, serta negosiasi budaya barat dan budaya timur, kemudian negosiasi budaya (dalam konteks penelitian ini adalah seni musik) yang terjadi, misalnya merepresentasikan selera audience dengan merepresentasikan subyektivitas komposer, apakah kemudian menghasilkan bentuk budaya yang didalamnya mencakup kedua unsur atau keinginan yang seimbang? 4 Mira Oktaviana Whisnu Wardhani. 2008, Nyi Ronggeng Dalam Tinjauan Pemikiran Post Kolonial(Studi Tentang Fenomena Hibriditas Dan Sosial Dibalik Salah Satu Komposisi Karya Yazeed Djamin),Thesis, Universitas Indonesia, 110-111 5 R.Radhakrishnan, Poscoloniality and the Boundaries of Identity in Identities, Race, Class, Gender, and Nationality, Edited by Linda Martin Alcoff and Eduardo Mendieta, Blackwell Publishing, UK.2003, hal. 314 ‘13 7 Metode Penelitian Kualitatif Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Implikasi Praksis6 Dengan adanya fenomena Nyi Ronggeng, diharapkan membuka kesadaran bagi masyarakat Indonesia, bahwa identitas dirinya juga memiliki persinggungan dengan individu lain. jadi bukan sesuatu yang terpisah dan terkotak-kotak. Untuk pemerintah, adalah sebaiknya tidak terus-menerus mensosialisasikan bentukbentuk budaya yang terkotak-kotak, dan hanya menampilkan suatu bentuk budaya yang menggeneralis bentuk budaya lain. seperti misalnya melegitmasi, kontes pemilihan engkoh dan cici, Tionghoa, atau menampilkan Gambyong,sebagai seni tradisional Jawa dengan menafikan kenyataan banyaknya bentuk seni tradisional Jawa lain, seperti Tayub, Calung Banyumasan, dan lain-lain. Dengan adanya komposisi Nyi Ronggeng, atau karya-karya kontemporer, (yang mestinya disosialisasikan terus-menerus ke masyarakat), kiranya dapat membuka kesadaran bahwa seorang individu pasti memiliki multiple identity dalam dirinya, dan tentu memiliki persentuhan dengan individu lain, selain tentu tidak menafikan, bahwa individu satu pasti berbeda dengan individu lain. Asumsi ini misalnya saja: Yazeed Djamin dan Ki Nartosabdho adalah di satu sisi memiliki identitas yang berbeda; Yazeed menggeluti musik Klasik, sementara Ki Nartosabdho, memiliki menekuni musik Gamelan Jawa, pada saat mementaskan karya seni musik, Yazeed mengenakan kemeja, celana panjang, dasi, dan Tuksedo, yang merupakan bagian dari budaya barat, Ki Nartosabdho mengenakan Beskap, Blangkon, dan Kain, yang merupakan bagian dari budaya Jawa. Namun di sisi lain, ada persentuhan diantara mereka, seperti mengenyam pendidikan ala barat melalui bangku sekolah, sama-sama memeluk agama Islam, dan lain sebagainya. Bila karya musik yang memiliki persentuhan antar budaya ini disosialisasikan, mungkin konflik-konflik besar yang berbasis satu identitas, etnis, misalnya, yang beberapa kali terjadi di Indonesia, dapat terhindari. Contoh Implikasi Penelitian 2 Implikasi Teoritis7 Dari hasil penelitian yang dilakukan di Pondok Bambu, dapat memberikan masukan kepada kajian-kajian tentang perkembangan maupun pembangunan perkotaan, tidak 6 Ibid Dwi Setianingsih, 2011, Dampak Sosial Pembebasan Tanah Proyek Pembangunan Infrastruktur untuk Kepentingan Umum: Studi Kasus Proyek Banjir Kanal Timur, Di Keluruhan Pondok Bambu, Kecamat Duren Sawit, Kotamadya Jakata Timur, yang disusunnya pada tahun 2011, Program Program Sarjana MMPS-Sosiologi FISIP UI. (Thesis) 124 7 ‘13 8 Metode Penelitian Kualitatif Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id hanya dari sisi konflik yang terjadi di lapangan, namun juga dapat memberikan wacana baru terhadap penyebab terjadinya konflik-konflik pertanahan yang kerap kali terjadi di negara berkembang, yang sebetulnya tidak hanya merupakan persoalan besarnya ganti rugi yang diterima korban, namun patut diperhatikan mengenai birokrasi dan aturanaturan yang dihasilkan oleh proses birokrasi tersebut, apakah benar-benar memiliki kejelasan yang memberikan keadilan pada warga, sehingga meminimalisir terjadinya konflik yang berlatar belakang pertanahan. Contoh Implikasi Penelitian 28 Implikasi Praksis Fenomena pertanahan yang terjadi di Pondok Bambu, sebetulnya dapat menjadikan sarana kritik, kepada pemerintah pusat untuk melakukan pembangunan yang berkeadilan, tidak hanya pada sisi ganti rugi yang diterima masyarakat yang terkena pelbagai proyek untuk kepentingan umum, namun adalah kewajiban dinegara untuk memberikan kepastian hukum, sebagai sarana memanajemen konflik, sekaligus sarana mensejahterakan warga masyarakat. Mengingat selama ini, banyak kesimpang siuran dan tumpang tindih peraturan-peraturan tentang tanah, yang menghambat peningkatan kesejahtaraan masyarakat, sekaligus merampas hak mereka untuk hidup, karena tanah di satu sisi adalah kebutuhan primer dan asasi yang dimiliki setiap manusia. Daftar Pustaka: Dwi Setianingsih, 2011, Dampak Sosial Pembebasan Tanah Proyek Pembangunan Infrastruktur untuk Kepentingan Umum: Studi Kasus Proyek Banjir Kanal Timur, Di Keluruhan Pondok Bambu, Kecamat Duren Sawit, Kotamadya Jakata Timur, yang disusunnya pada tahun 2011, Program Program Sarjana MMPS-Sosiologi FISIP UI. (Thesis) Lexy.J.Moeleong, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,Bandung, Indonesia Mira Oktaviana Whisnu Wardhani. 2008, Nyi Ronggeng Dalam Tinjauan Pemikiran Post Kolonial(Studi Tentang Fenomena Hibriditas Dan Sosial Dibalik Salah Satu Komposisi Karya Yazeed Djamin),Thesis, Universitas Indonesia Sanapiah Faisal. 2001, Format-Format Penelitian Sosial, Rajawali Press Indonesia 8 Ibid ‘13 9 Metode Penelitian Kualitatif Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id