pengaruh model pembelajaran kontekstual

advertisement
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
TERHADAP KEMAMPUAN MENDISKRIPSIKAN SIFAT-SIFAT
CAHAYA PADA SISWA KELAS V SDN NGADIBOYO KECAMATAN
REJOSO KABUPATEN NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd. )
Pada Jurusan PGSD
OLEH :
IRMALIA NUR AZIZAH
NPM: 11.1.01.10.0173
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( FKIP )
UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
UNP KEDIRI
2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
TERHADAP KEMAMPUAN MENDISKRIPSIKAN SIFAT-SIFAT
CAHAYA PADA SISWA KELAS V SDN NGADIBOYO KECAMATAN
REJOSO KABUPATEN NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2014/2015
IRMALIA NUR AZIZAH
11.1.01.10.0173
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
[email protected]
Dr. Zainal Afandi, S.Pd., M.Pd., Drs. Agus Budianto, M.Pd.
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
Abstrak
Irmalia Nur Azizah : Pengaruh Model
Pembelajaran
Kontekstual
Terhadap
Kemampuan
Mendiskripsikan
Sifat-sifat
Cahaya Pada Siswa Kelas V SDN Ngadiboyo
Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk Tahun
Pelajaran 2014/2015, Skripsi, PGSD, FKIP
UNP Kediri, 2015.
Kata kunci : model pembelajaran kontekstual,
kemampuan mendiskripsikan sifat-sifat cahaya
Penelitian ini dilatar belakangi dari
hasil pengamatan peneliti pada pembelajaran
IPA yang masih monoton. Hal ini disebabkan
masih banyak guru menggunakan model
pembelajaran konvensional yaitu guru hanya
mengandalkan teori serta jarang melakukan
kegiatan praktek sehingga siswa kurang aktif
dalam
proses
pembelajaran.
Proses
pembelajaran IPA harus dilaksanakan dengan
model pembelajaran tertentu sesuai dengan
karakteristik materi, kemampuan siswa serta
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran IPA seperti halnya praktek.
Maka diperlukan sebuah model pembelajaran
yang dapat menarik minat belajar siswa,
membuat siswa lebih aktif, sehingga siswa
mampu menerima materi pelajaran yang guru
sampaikan pada saat proses pembelajaran
khususnya pada materi sifat-sifat cahaya. Salah
satunya
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kontekstual.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran
kontekstual
terhadap
kemampuan
mendiskripsikan sifat-sifat cahaya. Penelitian
ini dilakukan di SDN Ngadiboyo Nganjuk.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode quasi eksperimen dengan desain
Nonequivalent Control Group Design yaitu
dengan menggunakan pretest dan posttest.
Subyek penelitian ini adalah 50 siswa
yang terdiri dari 25 siswa untuk kelompok
kontrol dan 25 siswa untuk kelompok
eksperimen dengan teknik sampel jenuh pada
siswa kelas V SDN Ngadiboyo 2 sebagai
kelompok eksperimen dan kelas V SDN
Ngadiboyo 3 sebagai kelompok kontrol.
Data yang digunakan dalam penelitian
berupa angka, sehingga analisis data
menggunakan analisis statistik uji t, nilai ratarata dari hasil belajar posttest kelompok
kontrol sebesar 76,60 dan kelompok
eksperimen sebesar 85,20. Sedangkan uji
hipotesis dengan menggunakan uji independent
sample t test, diperoleh nilai Sig (2-tailed) 0,01
lebih kecil dari taraf signifikan yang ditentukan
yaitu 0,05 (0,01<0,05). Sehingga Ho ditolak
Ha diterima.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran
kontekstual
memberikan
pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan
mendiskripsikan sifat-sifat cahaya.
I. LATAR BELAKANG
Kegiatan belajar mengajar adalah hubungan timbal balik antara guru dan siswa
dalam satuan pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar membutuhkan sebuah
perencanaan yang disusun berdasarkan keadaan peserta didik dan lingkungannya. Peran
guru sangat penting dan diharapkan guru mampu memilih model pembelajaran yang
sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.
Namun, kenyataannya masih banyak guru yang belum berhasil membuat siswa
termotivasi. Hal ini diketahui saat peneliti melakukan Praktek Pengalaman Lapangan
yaitu masih terdapat banyak guru yang pembelajarannya menggunakan metode ceramah,
sehingga menyebabkan siswa hanya mampu menghafal konsep dan teori pada tingkat
ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam
pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.
Salah satunya pada mata pelajaran IPA, pembelajarannya masih didominasi dengan
pembelajaran konvensional sehingga siswa menjadi bosan dan nilai siswa masih banyak
yang di bawah KKM. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru hendaknya
menggunakan model pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa serta dapat membantu
siswa dalam memahami konsep IPA. Salah satu model pembelajaran yang menuntut
keaktifan dan kreativitas siswa adalah model pembelajaran kontekstual.
Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kontekstual yaitu konsep belajar
yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Sintaks model pembelajaran
kontekstual ini menggunakan sintaks yang dikemukakan oleh Sounders dalam
Komalasari (2013:8-10) yang menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual difokuskan
pada REACT (Relating: belajar dalam konteks pengalaman hidup; Experiencing: belajar
dalam konteks pencarian dan penemuan; Applying; belajar ketika pengetahuan
diperkenalkan dalam konteks penggunaannya; Cooperating; belajar melalui konteks
komunikasi interpersonal dan saling berbagi; Transfering; belajar penggunaan
pengetahuan dalam suatu konteks atau situasi baru).
Sedangkan
komponen-komponen
model
pembelajaran
kontekstual
yang
dilaksanakan dalam penelitian ini adalah : 1) Konstruktivisme (proses membangun
pengetahuan), 2) Inkuiri (penemuan), 3) Bertanya (dialog interaktif), 4) Masyarakat
Belajar (membangun interaksi/sosial), 5) Pemodelan (dapat ditiru), 6) Refleksi (upaya
untuk melihat kembali, mengorganisir kembali, menganalisis kembali, mengklarifikasi
kembali, dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari), dan 7) Penilaian Autentik
(pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar
siswa).
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Nurhani pada tahun 2013 tentang
penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar sains sifat cahaya
siswa kelas V SD. Diperoleh bahwa
penggunaan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 12 Singkawang
Timur. yaitu didapat skor rata-rata kelas meningkat dari 68,13 siklus I menjadi 87,52
pada siklus II. Atau dengan kata lain, terjadi peningkatan rata-rata nilai siswa sebesar
28,46%. Peningkatan rata-rata siswa disebabkan karena siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik, yang mana siswa mampu menyelesaikan masalah yang
diajukan serta pembelajaran yang diterapkan dapat menumbuhkan motivasi siswa
sehingga siswa menjadi semangat dalam belajar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan model
pembelajaran kontekstual dalam memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap
kemampuan
mendiskripsikan
sifat-sifat
cahaya
dari
pada
penggunaan
model
pembelajaran konvensional.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten
Nganjuk. Peneliti menggunakan dua sekolah yaitu SDN Ngadiboyo 2 sebagai kelas
eksperimen dan SDN Ngadiboyo 3 sebagai kelas kontrol. Penelitian dilakukan pada
waktu semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Sebagaimana bahwa variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
kontekstual, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan
mendiskripsikan sifat-sifat cahaya.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, karena merupakan
penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk numerik.
Sedangkan teknik penelitiannya berupa penelitian eksperimental yaitu untuk mengetahui
hubungan sebab – akibat antar variabel. Disini peneliti menggunakan desain penelitian
eksperimen semu dikarenakan desain ini tidak memungkinkan untuk mengontrol semua
variabel yang diduga mempengaruhi perlakuan dan dampak dari perlakuan, jenis
rancangan eksperimen semu yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group
Design yaitu jenis rancangan pretest-posttest dua kelompok tanpa acak.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SDN Ngadiboyo 2
dan kelas V SDN Ngadiboyo 3. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
sampling jenuh yaitu seluruh anggota populasi digunakan sebagai subjek penelitian yang
terdiri dari 50 siswa. Teknik pengambilan data dengan pemberian instrument berupa tes
tertulis yaitu prates dan pascates. Sebagaimana prates bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa serta kesetaraan kemampuan siswa, sedangkan pascates
bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan dengan model
pembelajaran kontekstual.
Validitas dalam penelitian ini berupa validasi isi dan butir soal. Penerapannya,
untuk validasi isi dengan mengajukan instrument berupa perangkat pembelajaran kepada
dosen ahli IPA, sedangkan validasi butir soal dengan memberikan soal kepada siswa yang
sudah pernah menerima materi. Analisis validitas dan reliabilitas dengan menggunakan
aplikasi SPSS versi 16. Untuk reliabilitas dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha. Dari
analisis yang peneliti lakukan untuk soal 30 item yang valid ada 20 item, dan semuanya
reliabel.
Teknik analisis data dengan menggunakan teknik one sample t test dan independent
sample t test untuk mencari perbedaan rata-rata antara dua variabel yang tidak saling
berhubungan, yaitu antara pengaruh model pembelajaran kontekstual dengan pengaruh
model pembelajaran konvensional.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen di kelas V SDN
Ngadiboyo 2 dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual serta kelas kontrol di
kelas V SDN Ngadiboyo 3 dengan menerapkan model pembelajaran konvensional.
Sebelum memberi perlakuan dengan model pembelajaran yang telah peneliti
tentukan, terlebih dulu peneliti memberi soal prates kedua kelas dengan tujuan untuk
mengetahui kemamapuan awal serta kesetaraan kemampuan awal siswa pada dua kelas
tersebut.
Rata-rata hasil prates kedua kelas relatif sama dan tidak terpaut jauh. Hal ini
terbukti pada hasil rata-rata nilai pretest kelas kontrol sebesar 65,4 sedangkan kelas
eksperimen sebesar 67,2. Namun, perbedaan rerata hasil pretest kedua kelompok belum
dapat digunakan sebagai acuan untuk mengintepretasikan bahwa hasil pretest kedua
kelompok berbeda atau tidak berbeda secara signifikan. Sehingga dilakukan analisis
statistik uji-t sampel bebas (independent sample t-test). Dari analisis tersebut diperoleh
nilai F untuk hasil pretest dengan equal varience assumed t-test sebesar 0,909 dengan
probabilitas 0,345. Karena probabilitas 0,345 > 0,05 maka hipotesis nol yang menyatakan
bahwa “tidak ada perbedaan nilai rerata di antara kedua kelompok” dapat diterima. Maka
dapat ditegaskan bahwa sebelum diberikan perlakuan, tidak ada perbedaan yang
signifikan hasil belajar IPA antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa antara kedua kelas tersebut
setara.
Langkah selanjutnya dengan memberi perlakuan berupa penerapan model
pembelajaran kontekstual pada kelas eksperimen serta model pembelajaran konvensional
pada kelas kontrol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh secara
signifikan antara penerapan dua model pembelajaran tersebut.
Setelah diberi perlakuan, kedua kelas diberi soal posttest dengan tujuan untuk
mengetahui hasil belajar siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari rata-rata nilai
posttest diperoleh bahwa rata-rata nilai posttest kelas kontrol sebesar 76,6 sedangkan
untuk kelas eksperimen sebesar 85,2.
Namun, hasil tersebut belum bisa dikatakan valid sebelum uji hipotesis dilakukan.
Hipotesis I yang menyatakan bahwa kemampuan mendiskripsikan sifat-sifat cahaya
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SDN
Ngadiboyo cenderung rendah (dibawah KKM) . Cara mengujinya dengan uji one sample
t test. Diperoleh nilai t hitung yaitu 2,984 dan untuk t tabel diperoleh df = n- k = 25 – 1 =
24 dengan taraf signifikan 1% yaitu 2,797 dan untuk taraf signifikan 5 % yaitu 2,064.
Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa th lebih besar dari tt
.
Sedangkan nilai
signifikannya adalah 0,006 < 0,05 jadi Ha diterima dan Ho ditolak.
Sedangkan untuk hipotesis II yang menyatakan kemampuan mendiskripsikan sifatsifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas V
SDN Ngadiboyo cenderung meningkat (diatas KKM) dengan menggunakan uji one
sample t test juga. Diperoleh nilai t hitung yaitu 6,609 dan untuk t tabel diperoleh df = nk = 25 – 1 = 24 dengan taraf signifikan 1% yaitu 2,797 dan untuk taraf signifikan 5 %
yaitu 2,064. Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa th lebih besar dari tt . Sedangkan nilai
signifikannya adalah 0,000 < 0,05 jadi Ha diterima dan Ho ditolak.
Dan untuk hipotesis III yang menyatakan penerapan model pembelajaran
kontekstual sangat berpengaruh terhadap kemampuan mendiskripsikan sifat-sifat cahaya
pada siswa kelas V SDN Ngadiboyo dengan menggunakan uji independent sample t test.
Diperoleh nilai t hitung yaitu 2,695 dan untuk t tabel diperoleh df = n- k = 25 – 1 = 24.
Karena gabungan antara dua kelas, sehingga diperoleh 24+24= 48 dengan taraf signifikan
1% yaitu 2,682 dan untuk taraf signifikan 5 % yaitu 2,011. Sehingga bisa ditarik
kesimpulan bahwa th lebih besar dari tt. Sedangkan nilai signifikannya adalah 0,010 <
0,05 jadi Ha diterima dan Ho ditolak.
Sehingga bisa ditegaskan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual
terhadap kemampuan mendiskripsikan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas
V SDN
Ngadiboyo Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk tahun pelajaran 2014/2015 memberi
pengaruh yang signifikan.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penetian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil belajar pada siswa kelas V SDN Ngadiboyo 3 atau kelas kontrol dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional ternyata kurang memuaskan. Hal
ini dapat dibuktikan dari nilai rata-rata posttest kelas kontrol hanya mencapai nilai
76,60. Jadi masih ada siswa yang nilainya setara KKM dan banyak yang dibawah
KKM.
2. Hasil belajar pada siswa kelas V SDN Ngadiboyo 2 atau kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual sangat memuaskan. Hal ini dapat
dibuktikan dari nilai rata-rata posttest kelas eksperimen mencapai nilai 85,20. Jadi
siswa yang nilainya di bawah KKM hanya sedikit dan sebagian besar nilai posttest di
atas KKM.
3. Dari analisis data menggunkan spss 16 for windows terlihat t hitung (2,695) > t tabel
( taraf signifikan 1% = 2,682 dan 5% = 2,011), maka sangat signifikan, akibatnya Ho
ditolak. Dengan demikian hasil penelitian ini menerima Ha dan menolak Ho.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa “Ada pengaruh yang sangat signifikan
penggunaan model pembelajaran kontekstual pada kemamuan mendiskripsikan sifatsifat cahaya pada siswa kelas V SDN N
gadiboyo Kecamatan Rejoso Kabupaten
Nganjuk tahun pelajaran 2014/2015.”
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Muhamad, dkk. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah.
UNISSULA PRESS. PDF
Semarang:
Agustiana, Tri & Tika, Nyoman. 2013. Konsep Dasar IPA .Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta:
Rineka Cipta.
Azmiyati, Choiril, dkk. 2008. IPA Saling Temas 5 (Arianti, Khori & Rufaida, A.D., Ed.).
Jakarta: Pusat Perbukuan, Depdiknas
Budiyono. 2011. Peningkatan Kemampuan Belajar tentang Sifat-sifat Cahaya dengan Metode
Demonstrasi pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Mojo Andong Boyolali Tahun Pelajaran
2010/2011.
Skripsi.
(online).
tersedia:
http://eprints.uns.ac.id/8794/1/186611211201104501.pdf, diunduh: 29 Desember 2014.
Bustomi, Muhammad. 2012. Pembelajaran Konvensional. (Online). tersedia:
http://melianatureoku.blogspot.com/2012/12/skripsi-pendidikan_2.html, diunduh 24
Juni 2014.
Dwisang, Evi Luvina & S.T., Syarifudin. Tanpa Tahun. Intisari SAINS untuk SD. Tangerang:
Scientific Press.
Hartanto, Sigit. 2010. Meningkatkan Kemampuan Menghitung Luas Persegi dan Persegi
Panjang Melalui Penggunaan Media Petak Persegi Satuan dalam Pembelajaran
Matematika Pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Skripsi. (online). tersedia:
http://eprints.uns.ac.id/9781/1/126970308201008521.pdf, , diunduh 29 Juni 2014.
Haryono. 2013. Pembelajaran IPA: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Kepel Press.
Hendry. 2010. One Sample T Test / Uji t satu sampel. (Online). tersedia:
http://teorionline.wordpress.com/2010/12/30/one-sample-t-test-uji-t-satu-sampel/,
diunduh 26 Agustus 2014.
Johnson, Elaine B. 2007. CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING: Menjadikan
Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: MLC.
Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT
Refika Aditama.
Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Putra, Sitiatava R. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis SAINS. Yogyakarta:
DIVA Press.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. FTOKOPIAN.
Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suharso & Retnoningsih, Ana. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux. Semarang:
CV. Widya Karya.
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. SPSS untuk Penelitian (Florent, Ed.). Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Sulistyanto, Heri & Wiyono, Edi. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD dan MI Kelas V
(Ginting, Robin, Ed.). Jakarta: Pusat Perbukuan, Depdiknas.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) di
Kelas (Tutik, T.T, Ed.). Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.
Zaenab, D. K. 2010. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Koneksi
Matematik
Siswa.
Skripsi.
(online).
tersedia:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi%20Kurniawati
%20Zaenab-FITK_NoRestriction.pdf, diunduh 24 Juni 2014.
Download