BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Indikator kesehatan suatu bangsa salah satunya masih dilihat dari tinggi atau rendahnya angka kematian bayi (Maryunani, 2008). Target Millenium Development Goals sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari tahun 1990 yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup (Sistiarini, 2008). Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini (Hidayat, 2008). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi. Angka kematian bayi di Indoesia tercatat 16,3 per 1000 kelahiran bayi pada tahun 2008, ini memang bukan gambaran yang indah karena masih terbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negara –negara di bagian ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27% disebabkan karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7 – 14% yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi (Dewi, 2010). Penyebab utama tingginya angka kematian bayi khususnya pada masa perinatal adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi yang lahir 1 2 dengan BBLR beresiko kematian dengan 35 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang berat badannya di atas 2500 gram (Winkjosastro , 2007). Masalah bayi dengan berat badan lahir rendah (<2500 gram) sampai saat ini masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Prevalensi bayi berat badan lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di Negaranegara berkembang atau sosial-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara yang berkembang (Wordpress, 2008). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah yang lain, yaitu berkisar antara 9%-30% hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1% -17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5% (Wordpress, 2008). Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi BBLR berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa Tengah), pada tahun 2010 berkisar antara 0,3% (NAD) dan 6,90% (Sumatra Utara). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya (Profil Kesehatan RI, 2010). BBLR juga berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak di masa yang akan datang. Dampak dari bayi berat badan lahir rendah ini adalah pertumbuhannya akan lambat, kecendrungan memiliki penampilan intelektual 3 yang lebih rendah daripada bayi yang berat lahirnya normal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Sistiarini, 2008). Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kejadian bayi lahir khususnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dilihat dari karakteristik sosial ekonomi (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status ekonomi), dan riwayat persalinan (umur ibu, urutan anak, keguguran/lahir mati dan pelayanan antenatal) dan faktor biomedis (paritas, jarak kehamilan, umur kehamilan, kadar Hb menjelang persalinan, tekanan darah ibu sewaktu hamil) pelayanan medis, prilaku dan lingkungan (Sianturi, 2007). Kehamilan seorang ibu di pengaruhi oleh karakteristik ibu berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap status berat badan ibu, dimana semakin muda umur ibu hamil karena ketidaksiapan ibu dalam menerima kehamilan, maka akan beresiko gangguan selama kehamilan karena system reproduksi yang belum matang. Persalinan lebih dari 3 kali beresiko terjadinya komplikasi perdarahan dan infeksi sehingga ada kecenderungan bayi lahir dengan kondisi BBLR. Ibu yang bekerja cenderung memiliki sedikit waktu beristirahat sehingga beresiko terjadinya komplikasi kehamilan, seperti terlepasnya yang secara langsung berhubungan dengan gizi (Zulaika, 2010). Berdasarkan data yang peneliti peroleh di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin dari bulan januari sampai april 2012 didapatkan data 783 ibu 4 bersalin dan 82 bayi dengan kategori BBLR. Diantara bayi BBLR tersebut umumnya dilahirkan oleh ibu yang berumur <20 tahun dan >35 tahun, kehamilan multipara, dan pada ibu-ibu tidak bekerja. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR Periode Januari sampai Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin pada tahun 2012. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR Periode Januari sampai Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Tahun 2012? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR Periode Januari sampai Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Tahun 2012. 5 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan umur dengan kejadian BBLR Periode Januari sampai Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Tahun 2012. b. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian BBLR Periode Januari sampai Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Tahun 2012. c. Untuk mengetahui hubungan jarak kehamilan dengan kejadian BBLR Periode Januari sampai Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Tahun 2012 . D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Agar dapat menambah wawasan mengenai BBLR 2. Bagi tempat penelitian Agar dapat menjadi masukan dan sebagai pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam bidang KIA, sehingga kejadian BBLR dapat diantisipasi sedini mungkin. 3. Bagi institusi Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di instansi pendidikan mengenai BBLR. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian BBLR BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500 gram (Purnamaningrum ,2010). Sedangkan menurut Ambarwati (2009) Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi dan Berat lahir itu sendiri adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Pendapat serupa juga di katakan IDAI (2009) BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. Menurut dewi (2010) BBLR dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1. Prematur Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu dan berat badan ≤ 2500 gram. Biasanya kelahiran premature ini disebabkan oleh ibu yang mengalami perdarahan antepartum, trauma fisik/psikologis,usia ibu masih terlalu muda (20 tahun),multigravida dngan jarak kehamilan dekat, keadaan sosial ekonomi rendah dan kehamilan ganda atau hidramion. 2. Dismatur Bayi lahir kecil dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi. Kondisi ini dapat terjadi preterm, aterm, maupun posterm. Dalam hal ini bayi mengalami reterdasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi kecil 7 untuk masa kehamilannya. Bayi kecil masa kehamilan sering disebut juga dengan intra uterin growth retardation (IUGR), ada 2 bentuk IUGR yaitu (Purnamaningrum , 2008) : a. Propotionate IUGR, janin lahir dengan berat , panjang, dan lingkar kepala dalam porposi yang seimbang, akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. b. Disproportionate IURG, janin lahir dengan panjang, dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Menurut (Purnamaningrum ,2010) bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram diklasifikasikan menjadi : 1. Low birth weight (LBW), bila berat badan kurang dari 2500 gram. 2. Very low birth weight (VLBW), bila berat badan kurang dari 1500 gram. 3. Extremely low birth weight (ELBW), bila berat badan kurang dari 1000 gram. B. Penyebab BBLR 1. Menurut (Ambarawati, 2009), faktor - faktor yang dapat yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR adalah : a. Faktor ibu 1) Gizi saat hamil yang kurang. Kekurangan zat gizi yang diperlukan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan makin tingginya kehamilan prematur atau BBLR dan cacat bawaan. 8 2) Umur kurang dari 20 tahun/diatas 35 tahun 3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat (kurang dari 1 tahun). Jarak kehamilan sebaiknya lebih dari 2 tahun. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu punya waktu yang terlalu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali kekondisi sebelumnya. 4) Paritas Paritas adalah jumlah kelahiran hidup bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu. Paritas yang berbahaya adalah paritas yang lebih dari 2 kali melahirkan karena beresiko komplikasi selama kehamilan dan persalinan. 5) Penyakit Ibu. Penyakit ibu yaitu penyakit yang diderita ibu sebelum hamil atau penyakit yang menyertai kehamilan. b. Faktor kehamilan 1) Hamil dengan hidramnion 2) Perdarahan antepartum 3) Komplikasi hamil meliputi preeklamsi/eklamsi dan ketuban pecah dini. c. Faktor janin 1) Cacat bawaan 2) Infeksi dalam rahim 9 2. Menurut Wahab (2003), Faktor-faktor yang menyebabkan kelahiran prematur: a. Faktor ibu. Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi, kelainan bentuk uterus, tumor, ibu yang menderita (penyakit tifus abdominalis, malaria, TBC, penyakit jantung), trauma pada masa kehamilan (jatuh, stres), usia ibu waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. b. Faktor janin. kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, infeksi. c. Faktor plasenta. Plasenta previa, solusio plasenta. d. Faktor yang tidak diketahui. 3. Menurut Winkjosastro (2005), faktor yang merupakan predisposisi terjadinya kelahiran prematur: a. Faktor ibu. Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma dan lain-lain. b. Faktor janin. Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini. c. Keadaan sosial ekonomi rendah. 10 d. Kebiasaan seperti merokok. Merokok dapat membahayakan perkembanga paru-paru bayi dan dapat meyebabkan gangguan perkembangan lain pada janin. e. Pekerjaan yang melelahkan dapat mengganggu kesehatan ibu sehimgga dapat mengakibatkan kelahiran dini, BBLR dan prematuritas. f. Tidak diketahui. C. Gambaran klinis Menurut Muryunani (2010), Perbedaan bayi premature dan bayi KMK (Kecil untuk Masa Kehamilan) dapat dilihat dari : Table 1. Gambaran Klinis Bayi Prematur Bayi KMK Telapak kaki hanya mempunyai Telapak kaki mempunyai banyak sedikit atau tidak ada lipatan lipatan Daun telinga lunak atau tidak ada Daun kartilago telinga kaku karena mempunyai kartilgo Tonjolan payudara sangat kecil Tonjolan payudara mudah diraba, atau tidak ada sama sekali berukuran lebih dari 5 mm Kulit bayi licin dan berkilat Kulit tampak keriput. Refleks menghisap tidak ada atau Bayi menghisap dengana kuat jelek dan tampak lapar (sering terlihat 11 kelaparan) D. Komplikasi Menurut Abidin (2011) Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain : 1. Hipotermia 2. Hipoglikemia 3. Gangguan cairan dan elektrolit 4. Hiperbilirubinemia 5. Sindroma gawat nafas 6. Paten duktus arteriosus 7. Infeksi 8. Perdarahan intraventrikuler 9. Apnea of Prematurity 10. Gangguan perkembangan 11. Gangguan pertumbuhan 12. Gangguan penglihatan (Retinopati) 13. Gangguan pendengaran Penyakit paru kronis 14. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit 15. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan E. Pencegahan 12 Menurut Joeharno (2008), pencegahan BBLR dapat dicegah dengan cara : 1. Upayakan agar melakukan antenatal care yang baik, segera melakukan konsultasi merujuk penderita bila terdapat kelainan 2. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan dengan BBLR. 3. Tingkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana. 4. Anjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau istirahat baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari normal. 5. Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat kepercayaan masyarakat. Sedangkan menurut Yumizone (2008) pencegahan yang dapat dilakukan Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan : 1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu. 2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik. 13 3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun). 4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil. F. Penatalaksanan Penatalaksanan bayi BBLR dapat dilakukan dengan cara (Ambarawati, 2009) : 1. Mempertahankan suhu tubuh dan lingkungan. 2. Mencegah Infeksi. 3. Mempertahankan usaha respirasi. 4. Mencegah kerusakan integritas kulit. 5. Memberikan asuhan kepada keluarga. G. Faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR 1. Umur Prognosis kehamilan sangat ditentukan oleh usia seseorang. Umur yang terlalu muda atau kurang dari 17 tahun dan umur yang terlalu lebih dari 35 tahun merupakan kehamilan resiko tinggi. Kehamilan pada usia muda merupakan faktor resiko, hal ini disebabkan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil (endometrium belum sempurna). Sedangkan pada umur diatas 35 tahun endometrium yang kurang subur serta memperbesar 14 kemungkinan untuk menderita kelainan congenital, sehingga dapat berakibat terhadap kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin serta beresiko untuk mengalami kelahiran premature (Sistiarani, 2008). Selain itu, ibu-ibu yang terlalu muda sering kali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun .Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun (Mutia, 2010). 2. Paritas Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Sedangkan menurut JHPIEGO (2008), paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu). Menurut Taharuddin (2012) Paritas adalah jumlah kehamilan dan oleh seorang wanita baik yang berakhir dengan kelahiran hidup ataupun lahir mati. Banyak anak mempengaruhi kesehatan ibu dan anak dalam kandungan, 15 paritas yang tinggi merupakan salah satu faktor pada ibu hamil. Jumlah persalinan yang telah dialami seorang ibu baik lahir mati maupun lahir hidup, pada umumnya kejadian BBLR, meningkat. Dengan meningkatnya paritas ibu. Ibu dengan paritas tinggi mengalami komplikasi dalam kehamilan. Paritas dapat ibedakan menjadi 3 yaitu (Prawiroharjo, 2009) : a. Primipara Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak. b. Multipara Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali. c. Grandemultipara Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih baik itu hidup maupun mati (Rustam, 2005). Sedangkan menurut Varney (2006) grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih. Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang pernah tiga kali atau lebih selanjutnya, lebih cenderung meninggal dibawah usia 5 tahun, mendapatkan kasus lahir mati serta memperoleh anak dengan cacat bawaan dengan usia harapan hidupnya pendek merupakan risiko lainnya dari ibu dengan paritas lebih besar 3. Paritas yang tinggi merupakan salah satu faktor risiko tinggi pada ibu hamil. Kejadian kematian ibu dan bayi pada persalinan pertama 16 cukup tinggi, yang kedua paling rendah dan yang ketiga sedikit rendah dari yang pertama. Risiko persalinan selanjutnya akan lebih tinggi (Taharuddin, 2012). Hal ini dapat dijelaskan bahwa setiap kehamilan akan menyebabkan kelainan-kelainan pada uterus, dalam hal ini kehamilan yang berulang-ulang menyebabkan rahim ibu tidak lagi sehat untuk kehamilan berikutnya. Hal ini dapat dimengerti karena pada waktu melahirkan tidak dapat dihindari adanya kerusakan pada daerah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi di janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang dibandingkan pada kehamilan berikutnya. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian pada bayi (Taharuddin, 2012) . 3. Jarak kehamilan Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (Wikipedia, 2010). 4. Pekerjaan 17 Pekerjaan fisik banyak dihubungkan dengan peran ibu yang mempunyai pekerjaan tambahan diluar pekerjaan rumah tangga upaya meningkatkan pendapatan keluarga. Beratnya pekerjaan ibu selama hamil dapat menimbulkan terjadinya prematuritas karena ibu tidak dapat beristirahat dan hal tersebut dapat mempengaruhi janin yang sedang dikandung (Sitiarani, 2008). Peneliti menemukan bahwa 1 dari 100 wanita hamil yang pekerjaannya membutuhkan fisik yang sangat aktif mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah. Secara keseluruhan, 21 persen wanita hamil ini melahirkan dengan berat badan bayi rendah, dibandingkan dengan perempuan yang lebih sedikit tuntutan fisiknya di tempat kerja. Selain tuntutan fisik, lamanya jam kerja, shift kerja dan kontrak kerja sementara juga ikut menyumbangkan kontribusinya pada kelahiran prematur atau berat badan bayi yang rendah (Orcresta, 2010). Perempuan yang bekerja 40 jam lebih dalam seminggu atau bekerja dengan jadwal kerja shift risikonya pada berat badan bayi rendah. Sedangkan perempuan yang bekerja secara kontrak sementara memiliki empat kali kemungkinan bayi lahir secara prematur. Hal ini berhubungan dengan tingginya tingkat stres yang dialami oleh perempuan tersebut (Orcresta, 2010). 5. Pendidikan 18 Pendidikan secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil dari suatu kehamilan khususnya terhadap kejadian BBLR. Hal ini dikaitan dengan pengetahuan ibu dalam memelihara kondisi kehamilannya serta upaya mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan selama kehamilan (Sistiarani, 2008). Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula, dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka akan sulit mencerna pesan yang disampaikan. Tingkat pendidikan khususnya tingkat pendidikan ibu mempengaruhi derajat kesehatan karena unsur pendidikan ibu dapat berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak (Pramono, 2012). 19 BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Kerangka penelitian ini berdasarkan Muslihatun (2011), Wahab (2003) dan Winkjosastro (2005) yang mengatakan factor-faktor yang meyebabkan kejadian BBLR dibedakan menjadi tiga, yaitu factor ibu, factor bayi dan factor lingkungan. Faktor dari ibu yang menyebabkan BBLR yaitu umur, penyakit, keadaan sosial ekonomi, paritas, jarak kehamilan, status perkawinan, dan lain sebagainya. Variabel Independen Variabel Dependen Umur Orang tua BBLR Paritas Orang Tua Jarak kehamilan Gambar 3.1 Kerangka Konsep 20 B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Dependen 1 BBLR Bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram. - BBLR apabila BB ≤2500 gr - Bukan BBLR apabila BB > 2500 gr Cheklist Lamanya hidup seorang wanita sejak ia dilahirkan sampai ulang tahun terakhir Mengambil data dari buku register, dengan kriteria: - umur reproduksi tidak berisiko, bila umur ibu 20-35 tahun. - berisiko, bila < 20 tahun dan > 35 tahun. Mengambil data dari buku register, dengan kriteria Cheklist -BBLR Nominal -Bukan BBLR Independen 2 3 Umur Paritas Jumlah anak yang pernah dilahirkan -Primipara bila telah melahiran seorang anak -Multipara bila telah melahirkan lebih dari -Beresiko Nominal -Tidak beresiko Cheklist -Primipara -Multipara -Grandemu tipara Ordinal 21 seorang anak. -Grademultipara bila telah melahirkan ≥ 5 anak. 3 Jarak Rentang waktu Kehamila kehamilan n sekarang dengan kehamilan sebelumnya Mengambil data dari buku register, dengan kriteria Cheklist -Beresiko Nominal -Tidak beresiko -Beresiko bila jarak kehamilan <2 tahun -Tidak beresiko bila jarak kehamilan ≥ 2 tahun C. Hipotesa 1. Ada hubungan umur dengan kejadian BBLR Periode Januari sampai Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Tahun 2012. 2. Ada hubungan paritas dengan kejadian BBLR Periode Januari sampai Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Tahun 2012. 3. Ada hubungan Jarak kehamilan dengan kejadian BBLR Periode Januari sampai Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Tahun 2012. 22 BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analitik untuk menentukan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Jenis penelitian adalah retrospektif yang berusaha melihat kebelakang, artinya mengumpulkan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi. Kemudian dari efek tersebut ditelusuri penyebabnya atau variabel-variabel yang mempengaruhi akibat tersebut (Notoatmodjo, 2005). B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 s/d 13 September 2013. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang lahir dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2012 yaitu berjumlah 23 783 persalinan. Jumlah populasi yang diambil adalah 1:1 dengan merekrut sejumlah subjek dengan efek (kelompok kasus), kemudian dicari subyek lain yang karekteristiknya sebanding namun tidak mempunyai efek (kelompok kontrol) (Sastroasmoro, 2006) yaitu bayi dengan BB ≤ 2500 gr dan bayi dengan BB > 2500 gr. 2. Sampel Sampel diambil secara purposive sampling, yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, sebanyak 10 bayi dengan berat badan normal kemudian diambil 25 bayi dengan BBLR. Adapun kriteria inklusi sampel yaitu: a. Bayi yang dilahirkan di RSUDZA di ruang Bersalin b. Bayi yang memiliki berat badan < 2500 gram c. Bayi yang memiliki berat badan ≥ 2500 gram D. Pengumpulan Data Berdasarkan buku registrasi yang diambil secara retrospektif dari tanggal 1 Januari s/d 31 Desember 2012. E. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data 24 Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya yaitu mengolah data tersebut dan di analisa dengan uji statistik. Tahapan yang dilakukan pada proses analisa data (Notoadmojo, 2007), yaitu : a. Editing yaitu kegiatan memeriksa data yang telah terkumpul apakah sudah terisi secara sempurna atau belum. b. Coding yaitu member kode-kode tertentu kepada masing-masing katagori atau jawaban yang diberikan oleh responden. c. Transfering yaitu data yang telah diberikan kode di susun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir, selanjutnya dimasukkan dalam table. d. Tabulating yaitu memasukkan data ke dalam bentuk tabel dengan teliti dan teratur, kemudian dihitung dalam satu katagori. 2. Analisa Data a. Analisa Univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dan rata-rata. Hasil dari analisa ini berupa distribusi frekuensi dan presentase dari variabel. Selanjutnya analisa ini akan ditampilkan distribusi frekuensi dalam bentuk tabel. Untuk data demografi atau kriteria sampel dilakukan perhitungan presentase : P= x 100 % Keterangan : P = persentase f = jumlah frekuensi 25 n = jumlah responden Kemudian peneliti akan menghitung distribusi frekuensi dan mencari persentasi pada setiap variabel dengan menggunakan komputer program SPSS 16. b. Analisa Bivariat yaitu untuk mengetahui data dalam bentuk tabel silang dengan melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, mengggunakan uji statistik chi-square. Dengan batas kemaknaan (α = 0,05. Data masing-masing subvariabel dimasukkan ke dalam tabel contingency, kemudian tabel-tabel contingency tersebut di analisa untuk membandingkan antara nilai P value dngan nilai alpha (0,05), dengan ketentuan : 1) Ha diterima dan Ho di tolak : Jika P value ≤ 0,05 artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependent. 2) Ha ditolak dan Ho diterima : Jika P value > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependent. Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sabagai berikut : 1. Bila pada tabel kontigency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test. 2. Bila pada tabel kontigency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction 26 3. Bila pada tabel kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adala Person Chi-Square 4. Bila pada tabel kontigency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan merger sehingga menjadi tabel kontigency 2x2 27 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh merupakan rumah sakit kelas A pendidikan dan Rumah sakit rujukan untuk provinsi daerah istimewa Aceh dengan SK Menkes RI No.233/Sk/IV/1983 tanggal 11 juni 1983, beralamat di jalan Teungku Daud Bereueh No.18 Banda Aceh, Memiliki luas area 196,480M2. Adapun batas letak Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Bandar Baru 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lambuk 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kuta Baro 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Keluran Beurawe B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada tanggal 10 s/d 13 September 2013, dengan jumlah sampel 35 data bayi baru lahir diperoleh hasil sebagai berikut : 28 1. Analisa Univariat a. BBBL Tabel 5.1 Frekuensi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Berat Badan Lahir Dirumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 No 1 2 BBBL BBLR B.BBLR Total f % 25 10 35 71,4 28,6 100 Sumber Data Sekunder diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.1 diatas diketahui bahwa dari 35 responden yang berada pada kategori BBLR sebanyak 25 responden (71,4%). b. Umur Tabel 5.2 Frekuensi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Umur Dirumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 No 1 2 Umur Beresiko Tidak Beresiko Total f % 35 57,1 42,9 100 20 15 Sumber Data Sekunder diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa dari 35 responden yang umurnya berada pada kategori beresiko sebanyak 20 responden (57,1%) . 29 c. Paritas Tabel 5.3 Frekuensi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Paritas Dirumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 No 1 2 3 Paritas Primipara Multipara Grademultipara Total F % 15 12 8 35 42,9 34,3 22,9 100 Sumber Data Sekunder diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui bahwa dari 35 responden yang paritasnya berada pada kategori Primipara sebanyak 15 responden (42,9%). d. Jarak Kehamilan Tabel 5.4 Frekuensi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Jarak Kehamilan Dirumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 No 1 2 Jarak Kehamilan Beresiko Tidak Beresiko Total F % 3 32 8,6 91,4 35 100 Sumber Data Sekunder diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa dari 35 responden yang Jarak kehamilannya berada pada kategori tidak beresiko sebanyak 32 responden (91,4%). 30 2. Analisa Bivariat a. Hubungan Umur dengan Kejadian Berat Badan Bayi Lahir Rendah Tabel 5.5 Tabulasi Umur Dengan Berat Badan Bayi Lahir Rendah Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Tahun 2012 BBLR Beresiko Tidak Beresiko F 17 8 % 85 53,3 Bukan BBLR f % 3 15 7 46,7 Total 25 71,4 10 Umur BBLR 28,6 Total F 20 15 % 100 100 35 100 P value 0,002 Sumber Data Sekunder diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa dari 20 responden yang berada pada umur beresiko dengan kategori BBLR sebanyak (85%), dan bukan BBLR sebanyak (15%) dan umur tidak beresiko dengan kategori BBLR sebanyak (85%), dan bukan BBLR sebanyak (15%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,002, berarti ada hubungan umur dengan kejadian berat badan lahir dirumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012. 31 b. Hubungan Paritas dengan Berat Badan Bayi Lahir Tabel 5.6 Tabulasi Paritas Dengan Berat Badan Bayi Lahir Rendah Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Tahun 2012 Paritas BBLR Primipara f 14 % 93,3 Bukan BBLR f % 1 6,7 Multipara 4 33,3 8 66,7 12 100 Grademultipara 7 87,7 1 12,5 8 100 Total 25 71,4 10 28,6 35 100 BBLR Total F 15 % 100 P value 0,001 Sumber Data Sekunder diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa dari 15 responden yang berada pada Paritas primipara dengan kategori BBLR dan sebanyak (93,3%), dan bukan BBLR sebanyak (6,7%) dan Paritas multipara dengan kategori bukan BBLR dan sebanyak (66,7%), dan BBLR sebanyak (33,3%) dan Paritas grademultipara dengan kategori BBLR dan sebanyak (87,7%), dan bukan BBLR sebanyak (12,5%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0.001, berarti ada hubungan antara paritas dengan kejadian barat badan lahir dirumah sakit umum daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. 32 c. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Berat Badan Bayi Lahir Tabel 5.7 Tabulasi Paritas Dengan Berat Badan Bayi Lahir Rendah Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Tahun 2012 Jarak Kehamilan Beresiko Tidak Beresiko Total BBLR f 1 BBLR Bukan BBLR % F % 33,3 2 66,7 Total F 3 % 100 24 75 8 25 32 100 25 71,4 10 28,6 35 100 P value 0,000 Sumber Data Sekunder diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.7 diatas diketahui bahwa dari 25 responden yang berada pada jarak kehamilan yang Tidak Beresiko dengan kategori BBLR dan sebanyak (75%) , dan bukan BBLR sebanyak (25%) dan jarak kehamilan yang Beresiko dengan kategori bukan BBLR dan sebanyak (66,7%) , dan BBLR sebanyak (33,3%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0.000, berarti ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian barat badan lahir dirumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. . C. Pembahasan 1. Hubungan Umur Ibu dengan Berat Badan Bayi Lahir Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa dari 20 responden yang berada pada umur beresiko dengan kategori BBLR sebanyak (85%), 33 dan bukan BBLR sebanyak (15%) dan umur tidak beresiko dengan kategori BBLR sebanyak (85%), dan bukan BBLR sebanyak (15%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,002, berarti ada hubungan umur dengan kejadian berat badan lahir dirumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012. Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori (Manuaba, 2011), Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ- organ reproduksidan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiw aannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belu mdapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi.Hasil penelitian (Harsono, 2009) Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi yang berpengaruh terhadap berat janin, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur dengan p value 0,00. Menurut asumsi peneliti penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, kaena pada saat peneliti melakukan penelitian peneliti menemukan adanya hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR karena faktor umur menjadi dasar dari kesiapan organ tubuh untuk 34 menerima keadaan yang belum pada waktunya dan menjadikan kematangan organ bukan pada asaatnya sehingga berpengaruh pada berat lahir bayi. 2. Hubungan Paritas dengan Berat Badan Bayi Lahir Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa dari 15 responden yang berada pada Paritas primipara dengan kategori BBLR dan sebanyak (93,3%), dan bukan BBLR sebanyak (6,7%) dan Paritas multipara dengan kategori bukan BBLR dan sebanyak (66,7%), dan BBLR sebanyak (33,3%) dan Paritas grademultipara dengan kategori BBLR dan sebanyak (87,7%), dan bukan BBLR sebanyak (12,5%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0.001, berarti ada hubungan antara paritas dengan kejadian barat badan lahir dirumah sakit umum daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori (Manuaba, 2011), Parita s secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan, prematurjumlah kelahira n, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang i bu/wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun. Hasil penelitian (Astuti, 2008)Kehamilan dengan paritas tinggi meny ebabkan kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali direngangkan kehamilan. Sehingga cenderung untuk timbul kelainan 35 letak ataupun kelainan pertumbuhan plasenta dan pertumbuhan janin sehinga melahirkan bayi berat badan lahir rendah. Hal ini dapat mempengaruhi suplai gizi dari ibu ke janin dan semakin tinggi paritas maka resiko untuk melahirkan BBLR semkin tinggi. Menurut asumsi peneliti penelitian ini sesuai dengan toei diatas yang dikemukakan oleh para ahli bahwa ada hubungan antara paritas dan berat badab lahir bayi karena pada saat peneliti melakukan penelitian terlihat adanya hubungan paritas dengan kejadian BBLR, bahwa semakin sering proses melahirkan maka organ – organ reproduksi akan berubah atau kondisi keshatannya menurun. 3. Hubungan Anemia dengan Berat Badan Bayi Lahir Berdasarkan tabel 5.7 diatas diketahui bahwa dari 25 responden yang berada pada jarak kehamilan yang Tidak Beresiko dengan kategori BBLR dan sebanyak (75%) , dan bukan BBLR sebanyak (25%) dan jarak kehamilan yang Beresiko dengan kategori bukan BBLR dan sebanyak (66,7%) , dan BBLR sebanyak (33,3%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0.000, berarti ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian barat badan lahir dirumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori (Depkes RI, 2011), jarak kehamilan ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Seorang ibu yang jarak kehamilannya dikatakan beresiko apabila hamil 36 dalam jangka kurang dari dua tahu, dan hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan berat Keadaan ini disebabkan karena kurangnya suplai badan darah yang rendah. nutrisi akan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin. Hasil penelitian (Suprayanto, 2011) jarak kehamilan ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Jarak kehamilan ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan p value 0,002. Menurut asumsi peneliti bahwa penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, karena pada saat peneliti melakukan penelitian terlihat adanya hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian BBLR, karenaa jarak kehamilan berpengaruh terhadap proses petumbuhan janin dalam rahim, sehingga bila jarak kehamilan seseorang sangat dekat atau dalam jangka kurang dari dua tahun, maka mungkinkan terjadinya BBLR. 37 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 4. Ada hubungan umur dengan kejadian BBLR Periode Januari sampai Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Tahun 2012, dengan p value 0.002. 5. Ada hubungan paritas dengan kejadian BBLR Periode Januari sampai Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Tahun 2012 dengan p value 0.001. 6. Ada hubungan Jarak kehamilan dengan kejadian BBLR Periode Januari sampai Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Tahun 2012 p value 0.000. B. Saran 1. Bagi penulis Disarankan bagi penulis agar dapat menambah wawasan mengenai BBLR dan agar dapat bermanfaat untuk peneliti selanjutnya. 2. Bagi tempat penelitian Disarankan bagi tenaga kesehatan agar dapat menjadi masukan dan sebagai pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam bidang KIA, sehingga kejadian BBLR dapat diantisipasi sedini mungkin. 38 3. Bagi institusi Untuk menembah literatur atau dapat menjadi sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di instansi pendidikan mengenai pencegahan dan penanganannya. BBLR,