1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al Qur’an Al Karim ialah kitab Allah dan wahyu-Nya yang diturunkan kepada hamba-Nya yang ummi, penutup para Nabi dan Rasul, Muhammad SAW. Ia adalah “jalan lurus” dan ikatan yang kuat yang telah diridhai Allah untuk para hamba-Nya. Allah memerintahkan para hamba-Nya itu agar melaksanakan perintahperintahnya, menerapkan hukum–hukumnya dan menjadikannya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang mencari bimbingan, penolong bagi orang yang meminta, pertolongan dan cahaya bagi orang yang memerlukan kejelasan.1 Al Qur’an ialah nama khusus bagi kalam Allah. Al Qur’an diperuntukkan bagi umat Islam yang telah dipilih oleh Allah sebagai umat terbaik diantara umat lainnya. Al Qur’an juga merupakan peraturan bagi umat dan sekaligus sebagai way of life yang kekal hingga akhir zaman. Sedangkan kewajiban umat Islam adalah menaruh perhatian terhadap Al Qur’an baik dengaan cara membacanya, menulis, menghafal, maupun menafsirkannya. Membaca Al Qur’an harus dilakukan dengan baik dan benar khususnya dalam teknis membacanya. Ketepatan membaca tersebut diistilahkan dengan tartil. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Muzammil ayat 4: Ainur Rafiq Shalih Tamhid, Apa Itu Al Qur’an, terj. Imam As Suyuthi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm.15. 1 2 Artinya: “….Dan bacalah Al Qur’an itu dengan (bacaan) yang tartil”2. Membaca Al Qur’an adalah wajib ain bagi umat Islam. Ini berarti bahwa setiap orang Islam wajib membacanya tanpa kecuali, bahkan dalam menghafalnya tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak akan mengalami pemalsuan dan pengubahan3. Hal ini adalah sama dalam hal mengajarkannya. Sebab mengajarkan AlQur’an juga wajib kifayah dan merupakan ibadah yang paling utama. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW yaitu: Artinya: “Orang yang paling baik diantara kamu ialah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” (H.R. Bukhari)4. Belajar membaca Al Qur’an pada hakekatnya juga sama dengan proses belajar pada umumnya. Artinya harus ditunjang dengan berbagai unsur yang tidak boleh dikesampingkan. Unsur yang penting dan harus dimiliki sebagai seorang yang sedang menuntut ilmu ialah konsep belajar. Konsep belajar yang ideal dapat digambarkan terdiri dari dua hal yaitu keteraturan belajar dan kedisiplinan belajar5. Teratur artinya yaitu mengikuti semua aturan formal dan peraturan Ainur Rafiq Shalih Tamhid, Apa Itu Al Qur’an, terj. Imam As Suyuthi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm.15. 3 Bambang Saiful Ma’arif, Teknik Menghafal Al Qur’an, terj. Abdurrab Nawabuddin, (Bandung: Sinar Baru, Bandung, 2001), hlm. 19. 4 Zainuddin Hamidy, et. al., Terjemah Shahih Bukhari, (Jakarta: Wijaya, Jakarta, 2006), hlm. 16. 5 Ibid., hlm. 2. 2 3 lainnya yang menunjang bagi proses dan keberhasilan belajar yang ditetapkan oleh lembaga terkait. Sedangkan disiplin belajar diartikan menjaga kestabilan belajar dari semua hambatan, rintangan, dan menempatkan unsur belajar sebagai ujung tombak pertama yang dijadikan sebagai pengisi kehidupannya sebagai seorang yang sedang menuntut ilmu. Membaca Al Qur’an sebagai salah satu implementasi praktis dalam menjaga dan melestarikan Al Qur’an telah banyak diupayakan oleh umat muslim di Indonesia, khususnya di kabupaten Konawe- Selatan, termasuk pula salah satunya adalah di SD Negeri 2 Lalembuu. Pengamatan pra-penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kemampuan membaca Al Qur’an siswa kelas V SD Negeri 2 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab. Konawe Selatan masih kurang baik. Hal ini terbukti dengan rendahnya presentase hasil belajar siswa yaitu 43% siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam). Dari hasil observasi diperoleh bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya nilai siswa yaitu: 1) minimnya motivasi siswa, 2) kurangnya minat dan perhatian siswa, 3) kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran dan 4) kurangnya interaksi atau kerja kelompok antar siswa. Selain itu, terdapat masalah-masalah yang berasal dari guru yaitu: 1) kurang maksimalnya upaya guru untuk meningkatkan kemampun membaca Al Qur’an, 2) penggunaan metode yang kurang tepat dan 3) kurangnya penggunaan media. Masalah-masalah tersebut harus diatasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu salah satunya dengan menggunakan Metode Index Card Match. 4 Metode Index Card Match adalah salah satu strategi pembelajaran active learning. Metode pembelajaran active learning ini merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif yang meliputi berbagai cara untuk membuat anak didik aktif sejak awal melalui aktivitasaktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat peserta didik berpikir tentang materi pelajaran6. Tujuan pelaksanaan pembelajaran dengan Metode Index Card Match adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sekaligus aktif, mendorong anak didik berpikir kritis, memunculkan berbagai macam pertanyaan yang kreatif sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep berpikir pada anak didik tentang materi yang dipelajari, menggalang kerjasama dan kekompakan anak didik dalam kelompok berpasangan, dapat mengembangkan kepemimpinan anak didik, dan dapat membantu anak didik mengembangkan proses nalarnya7. Penelitian ini selanjutnya akan membahas dan mengevaluasi kemampuan membaca Al Qur’an siswa kelas V SD Negeri 2 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab. Konawe Selatan melalui pembelajaran dengan menggunakan metode Index Card Match yang dilaksanakan dengan analisis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). B. Identifikasi Masalah Suatu penelitian ilmiah di dalamnya terdapat identifikasi masalah yang digunakan peneliti sebagai arahan, dasar dan tendensi atas penelitian yang akan 6 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 79 7 Ibid., hlm. 83 5 dilakukan. Adapun identifikasi yang penulis maksudkan berkaitan dengan judul diatas adalah sebagai berikut: 1. Guru kurang maksimal dalam meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an siswa kelas V SD Negeri 2 Lalembuu. 2. Guru menggunakan metode yang kurang tepat dalam pembelajaran. 3. Guru kurang menggunakan media pembelajaran. 4. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. 5. Siswa kurang termotivasi untuk belajar. 6. Siswa kurang berminat dan perhatian terhadap pembelajaran. 7. Siswa kurang berinteraksi. C. Batasan Masalah Untuk memperjelas tentang masalah yang akan dibahas dan dianalisa dalam penelitian ini, maka penulis akan memberikan gambaran tentang batasan batasan masalah. Adapun batasan-batasan tersebut yaitu: penerapan Metode Index Card Match dalam meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an siswa kelas V pada mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) SD Negeri 2 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab. Konawe Selatan. D. Rumusan Masalah Pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini yaitu: Bagaimanakah meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an siswa kelas V SD Negeri 2 6 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab. Konawe Selatan melalui Metode Index Card Match? E. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran Index Card Match pada materi menghafal surah-surah pendek di kelas V SD Negeri 2 Lalembuu mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam). F. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an terhadap materi menghafal surah-surah pendek pada mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) siswa kelas V SD Negeri 2 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab. Konawe Selatan dapat ditingkatkan melalui metode pembelajaran Index Card Match. G. Manfaat Penelitian Penelitian ini hasilnya akan membawa manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang akan diperoleh antara lain: a. Sebagai salah satu bahan informasi bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Tarbiyah sebagai calon guru. 7 b. Sebagai bahan kontribusi dan pertimbangan pada penelitian-penelitian berikutnya yang membahas tentang penerapan Metode Index Card Match dan kemampuan membaca Al Qur’an anak. c. Hasil penelitian ini akan memberikan masukan kepada Fakultas Tarbiyah untuk menambah bahan pustaka. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis diantaranya adalah: a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat tentang upaya guru sebagai peneliti dalam meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an melalui Metode Index Card Match di SD Negeri 2 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab. Konawe Selatan. b. Memberikan gambaran pemikiran kepada generasi muda sebagai calon orang tua tentang upaya meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an melalui metode yang tepat, salah satunya adalah Metode Index Card Match. H. Definisi Operasional 1. Kemampuan Membaca Al Qur’an adalah keahlian dalam melafalkan huruf-huruf hijaiyah atau kalimat Al Qur’an dengan tajwid yang tepat. 2. Metode Index Card Match adalah salah satu pembelajaran active learning yang menggunakan kartu berpasangan (yang terdiri dari soal dan jawaban) yang dibagikan kepada siswa secara acak dan siswa mencari pasangannya sesuai kartu soal dan jawaban yang mereka miliki. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Membaca Al Qur’an 1. Pengertian Kemampuan Membaca Al Qur’an Istilah kemampuan berarti “kecakapan, keahlian pada sesuatu”8. Adapun istilah membaca memiliki arti “melafalkan sesuatu kalimat”9. Kemampuan membaca Al Qur’an menurut Mas’ud Syafi’i, diartikan sebagai kemampuan dalam melafalkan Al Qur’an dan membaguskan huruf atau kalimat-kalimat Al Qur’an satu persatu dengan terang, teratur, perlahan dan tidak terburu-buru bercampur aduk, sesuai dengan hukum tajwid.10 Berdasarkan pengertian tersebut, maka tingkat kemampuan membaca Al Qur’an siswa oleh peneliti dapat diartikan sebagai kecakapan, keahlian melafalkan Al Qur’an dan membaguskan huruf dan kalimat-kalimat Al Qur’an satu persatu dengan terang, teratur, perlahan dan tidak terburu-buru bercampur aduk, sesuai dengan hukum tajwid. 2. Perkembangan Kemampuan Membaca Al Qur’an Pada dasarnya tingkat kemampuan membaca Al Qur’an siswa secara garis besar mengalami perkembangan secara fluktuatif, baik dinamika positif maupun 8 WJS. Poerwadinata, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 797. 9 Ibid., hlm. 677 A. Mas’ud Syafi’i, Pelajaran Tajwid, (Bandung: Putra Jaya, 2001), hlm. 3 10 9 degradasi negatifnya, oleh karena itu dinamika tingkat kemampuan membaca Al Qur’an siswa dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu: a. Dinamika tentang pengetahuan membaca Al Qur’an, yang meliputi kemampuan mengenal, memahami dan membaca huruf. b. Dinamika tentang sikap membaca Al Qur’an, yang meliputi sikap ketika membaca Al Qur’an apakah dilakukan dengan serius atau tidak. c. Dinamika tentang keterampilan membaca Al Qur’an, yang meliputi keterampilan membaca huruf, membaca penggabungan huruf, kalimat dan kelancaran membaca Al Qur’an.11 Kemampuan membaca Al Qur’an anak didik melalui penguasaan metode membaca Al Qur’an yang dimiliki anak didik, akan memberikan jaminan kualitas bagi anak didik, antara lain: a. Anak didik mampu membaca Al Qur'an dengan tartil. b. Anak didik mampu membenarkan bacaan Al Qur'an yang salah. c. Ketuntasan belajar siswa secara individu 75 % dan secara kelompok 80 %12. Namun demikian, dinamika kemampuan membaca Al Qur’an masingmasing anak didik tersebut secara umum dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: a. Kemampuan guru b. Kemampuan siswa c. Kondisi Lingkungan d. Materi pelajaran 11 Moh. Zaini dan Moh. Rais Hat, Belajar Mudah Membaca Al Qur’an dan Tempat Keluarnya Huruf, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003), hlm. 35 12 http://mohammad-riyandi.blogspot.com/2012/06/kemampuan-anak-membaca alqur’an//.html 10 e. Metode dan alat pelajaran f. Himmah atau keteguhan dari tujuan yang hendak dicapai.13 Secara umum kondisi tingkat kemampuan membaca Al Qur’an anak didik secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu: a. Pengetahuan membaca Al Qur’an, yang meliputi kemampuan mengenal, memahami dan membaca huruf. b. Sikap membaca Al Qur’an, yang meliputi sikap ketika membaca Al Qur’an apakah dilakukan dengan serius atau tidak. c. Keterampilan membaca Al Qur’an, yang meliputi keterampilan membaca huruf, membaca penggabungan huruf, kalimat dan kelancaran membaca Al Qur’an.14 Evaluasi untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca Al Qur’an anak didik sebagai bentuk dari sarana untuk memberikan penilaian kepada para siswa atas proses belajar yang telah ditempuh memiliki tiga obyek yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.15 Dalam menerapkan evaluasi tersebut, guru sebagai evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif) dan pengamalannya (aspek psikomotor). Ketiga aspek ini merupakan ranah kejiwaan yang sangat erat sekali dan berkaitan sehingga ketiganya tidak mungkin lagi untuk dipisahkan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar itu sendiri. 13 Ibid., hlm. 36 Bambang Saiful Ma’arif, op.cit, hlm. 22. 15 Sofchah Sulistyowati, op.cit, hlm. 48 14 11 Sebagaimana dikatakan oleh Benjamin S. Bloom, bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan itu juga harus senantiasa mengacu pada tiga jenis domain (daerah binaan atau daerah ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu “ranah berpikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap (affective domain), dan ranah keterampilan (psikomotor domain)”.16 Sebagaimana telah dikemukakan dimuka bahwa ranah dalam belajar ada tiga aspek yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor, maka ketiganya masing-masing akan diuraikan secara spesifik dalam pemaparan berikut: a. Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).17 Kognitif ini juga dapat dikonsepsikan sebagai sikap, pilihan, atau strategi yang secara stabil menentukan cara seseorang yang khas dalam menerima, mengingat, berpikir dan memecahkan masalah.18 Sebagaimana dikatakan oleh Benjamin S. Bloom, bahwa segala yang menyangkut masalah otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Masih menurutnya, dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi. Keenam jenjang yang dimaksudkannya ialah: 16 Ibid., hlm. 49. Ibid., hlm. 48. 18 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 160. 17 12 1) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) Dalam praktisnya, pada jenjang ini adalah mengacu kepada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang disampaikan oleh guru. 2) Pemahaman (comprehension) Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat.19 3) Penerapan (aplication) Penerapan (aplication) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsipprinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret.20 4) Analisis (analysis) Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.21 5) Sintesis (sinthesis) Sistesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. 19 Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 50. Ibid., hlm. 51. 21 Ibid., hlm. 51. 20 13 6) Penilaian (evaluation) Penilaian/ penghargaan/ evaluasi (evaluation) adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif. b. Ranah Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran di sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran yang diterimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru, dan sebagainya. Ranah afektif ini dapat ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu: 1) Receiving 2) Responding 3) Valuing 4) Organization 5) Characterization by a value or value complex22. c. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.23 Hasil belajar psikomotor ini merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Pada ranah psikomotor, 22 http://etd.eprints.ums.ac.id/Cara-mambaca-alaquran//html.(diakses pada tanggal 14 Agustus 2013) 23 Ibid., hlm. 57. 14 terdapat lima kategori, yaitu: peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, pengalamiahan.24 3. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al Qur’an Seseorang yang belajar membaca Al Qur’an memiliki kemampuan berbeda-beda antara satu anak didik dengan anak didik yang lainnya. Kemampuan belajar membaca Al Qur’an setiap anak didik tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun eksternal.25 Adapun faktor-faktor tersebut yaitu: i. Faktor-faktor yang berasal dari luar (eksternal) anak didik, diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu: 1. Faktor-Faktor Non Sosial Faktor non sosial adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dan keberhasilan belajar yang bukan berasal dari pengaruh manusia. Faktor ini diantaranya adalah keadaan udara, cuaca, waktu (pagi hari, siang hari atau malam hari), letak gedung, alat-alat yang dipakai dan sebagainya. Semua faktor yang telah disebutkan diatas dan faktor lain yang belum disebutkan, harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat membantu dalam proses belajar. 2. Faktor-Faktor Sosial Faktor sosial disini adalah faktor manusia atau semua manusia, baik manusia itu ada atau hadir secara langsung maupun tidak langsung kehadiran 24 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 36. Moh. Zaini dan Moh. Rais Hat, op.cit., hlm. 32 25 15 orang lain pada waktu sedang belajar sering kali mengganggu aktifitas belajar, misalnya seseorang sedang belajar di kamar belajar, tetapi ada orang yang hilir mudik keluar masuk kamar belajar itu, maka akan mengganggu belajarnya. Kecuali kehadiran yang langsung seperti dikemukakan diatas, mungkin juga orang itu hadir melalui radio, TV, tape recorder dan sebagaimana. Faktor-faktor yang telah dikemukakan diatas, pada umumnya bersifat mengganggu proses belajar dari prestasi belajar yang dicapainya.26 ii. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri (internal) anak didik, yang dapat diklasifikasikan lagi menjadi 2 (dua) yaitu: 1. Faktor-Faktor Fisiologis Keadaan jasmani akan mempengarui proses belajar seseorang karena keadaan jasmani yang optimal akan berbeda pengaruhnya bila dibandingkan dengan keadaan jasmani yang lemah dan lelah. Kekurangan kadar makanan atau kekurangan gizi makanan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh fisik akan mengakibatkan menurun, merosotnya kondisi jasmani. Hal ini menyebabkan seseorang dalam kegiatan belajarnya akan cepat mengantuk, lesu, lekas lelah dan secara keselurahan tidak adanya kegairahan untuk belajar. 2. Faktor-faktor Psikologis Faktor psikologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejiawaan atau (psikis) seseorang. Termasuk faktor-faktor ini adalah: intelegensi, bakat, minat, perhatian dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan 26 Ibid., hlm. 33 16 agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, karena intensif tidaknya faktor-faktor psikologis tersebut akan mempengaruhi prestasi kemampuan siswa dan prestasi hasil belajarnya. Masih ada faktor lain yang penting dan mendasar yang ikut memberi kontribusi bagi keberhasilan siswa mencapai hasil belajar yang baik. Faktor tersebut menurut Merson Sangalang terdiri dari kecerdasan, bakat, minat, dan perhatian, motif, cara belajar, lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan sekolah dan sarana pendukung belajar. Penggunaan metode membaca Al Qur’an yang diterapkan oleh ustadz atau guru dan diikuti oleh siswa atau santri, dasarnya juga tergantung pada diri seseorang tersebut baik pada guru maupun pada siswa. Hal ini dikarenakan hasil yang akan diperoleh nantinya juga bergantung pada implementasi pembelajaran Al Qur’an itu sendiri. Usaha yang dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran Al Qur’an khususnya oleh guru di SD merupakan kunci utama dalam keberhasilan pembelajaran tersebut. Sehingga apabila pembelajaran Al Qur’an oleh guru di SD tersebut dilaksanakan dengan baik, niscaya akan memberikan hasil yang baik. Namun sebaliknya apabila pembelajaran Al Qur’an oleh guru di SD dilaksanakan dengan tidak baik atau kurang baik, niscaya hasilnya pun tidak baik atau kurang baik pula. Mempelajari cara membaca Al Qur’an tidak hanya melalui satu tahapan metode saja, namun juga didalamnya terdapat beberapa metode yang dilalui untuk memahami dan memperlancar dalam pengucapan lafal pada Al Qur’an. Metode membaca Al Qur’an pada dasarnya merupakan metode pembelajaran membaca Al Qur’an yang dapat diterapkan secara teknis kepada siswa. Menurut pendapat 17 Kailany, metode-metode pembelajaran baca tulis Al-Qur'an telah banyak berkembang di Indonesia. Sejak lama, hanya saja tiap-tiap metode dikembangkan berdasarkan karakteristiknya. Metode apapun yang berkembang, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Efektifitas, efisiensi, cepat mudahnya sebuah metode pengajaran berbeda-beda di tiap daerah. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Penggabungan beberapa metode pengajaran belum tentu membuahkan hasil yang baik. Perlu konsistensi bagi pembina dalam menerapkan sebuah metode apabila telah dipilih, sebab ganti-ganti metode akan menyebabkan kebingungan bagi pembina, terlebih lagi bagi siswa. Seorang pengajar baca tulis Al Qur'an, tidak serta merta mengadopsi metode yang baru dikenalnya, apalagi jika hanya mendapatkan informasi saja tentang metode tersebut. Para pembina harus melakukan kajian yang mendalam, sebelum menetapkan metode apa yang akan dipakai dalam mengajarkan baca tulis Al Qur'an kepada siswanya. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan metode pengajaran antara lain: a) Mudah dan murahnya mendapatkan pelatihan-pelatihan/pembelajaran bagi para siswa. b) Mudah dikuasai oleh mayoritas siswa/siswi c) Siswa mudah dan murah mendapatkan buku panduan d) Ustadz/guru mudah mengelolah pengajarannya kepada siswa.27 Jika beberapa metode lolos dengan pertimbangan di atas, maka ditentukan pemilihan berdasarkan skala prioritas. Evaluasi untuk mengetahui tingkat 27 Ainur Rafiq Shalih Tamhid, Apa Itu Al Qur’an, terj. Imam As Suyuthi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 15. 18 kemampuan membaca Al Qur’an siswa sebagai bentuk dari sarana untuk memberikan penilaian kepada para siswa atas proses belajar yang telah ditempuh memiliki tiga obyek yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.28 Kemampuan membaca Al Qur’an yang dimiliki oleh anak setelah dilakukannya penerapan metode membaca Al Qur’an merupakan hasil positif sekaligus efek positif dari pelaksanaan metode membaca Al Qur’an tersebut. Sebab sebagaimana diketahui bahwa Al Qur’an Al Karim ialah kitab Allah dan wahyu-Nya yang diturunkan kepada hamba-Nya yang ummi, Muhammad saw. Ia adalah “jalan lurus” dan ikatan yang kuat yang telah diridhai Allah untuk para hamba-Nya. Allah memerintahkan para hamba-Nya agar melaksanakan perintah-perintahnya, menerapkan hukum-hukumnya dan menjadikannya sebagai petunjuk bagi orangorang yang mencari bimbingan, penolong bagi orang yang meminta pertolongan dan cahaya bagi orang yang memerlukan kejelasan. Sebagaimana diketahui pula bahwa Al Qur’an ialah nama khusus bagi kalam Allah. Ia tidak diambil dari pecahan kata qira’ah, tetapi merupakan nama bagi kitab Allah sebagaimana Taurat dan Injil. 29 Kitab Al Qur’an adalah sebaikbaik kitab diantara kitab yang diberikan kepada para Rasul-Nya. Sebab keotentikannya mampu dipertahankan, dan cahayanya mampu menerangi alam semesta. Al Qur’an diperuntukkan bagi umat Islam yang telah dipilih oleh Allah sebagai umat terbaik diantara umat lainnya. Al Qur’an berfungsi sebagai penjelas perkara dunia dan agama, sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surat An Nahl ayat 89 yaitu: 28 Ibid, hlm. 48 Abdullah Syafi’I, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 1985), hlm. 151. 29 19 Artinya: “...Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu...”30 Al Qur’an juga merupakan peraturan bagi umat dan sekaligus sebagai way of life yang kekal hingga akhir zaman. Sedangkan kewajiban umat Islam adalah menaruh perhatian terhadap Al Qur’an baik dengan cara membacanya, menghafalkannya, maupun menafsirkannya. Dalam kitab Al Qur’an tidak terkandung sedikit pun kebatilan, karena itu wajib bagi manusia untuk menghormatinya, dan menjaga kelestariannya. Karena Allah telah menjaga keutuhan dan kesuciannya, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat Al Hijr ayat 9 yaitu: Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya...”31 Selain itu sikap khusyu’, tawadhu’ dan khudhu’ di depan firman Allah ini adalah suatu bentuk moralitas apabila seseorang mengharapkan rahmat Allah SWT. Melalui keberkahan Al Qur’an dan semata-mata takut akan kebesaran dan Azab-Nya. Tidak lain hal ini juga dikarenakan bahwaAl Qur’an juga merupakan Departemen Agama R.I, Alqur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta: Duta Ilmu, 2005), 30 hlm. 302 31 Ibid., hlm. 330. 20 lambang yang kokoh dari Allah, sinarnya terang, mukjizatnya sempurna. Sebagaimana tertera dalam surat Al Isra ayat 9:32 Artinya: “Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” Demikian pentingnya kemampuan membaca Al Qur’an khususnya bagi siswa SD yang merupakan generasi awal dalam generasi manusia muslim. Sebab pada hakekatnya kemampuan membaca Al Qur’an adalah wajib kifayah bagi umat Islam. Ini berarti bahwa orang yang membacanya bahkan menghafalnya tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak akan mengalami pemalsuan dan pengubahan.33 Jika kewajiban ini telah dilaksanakan oleh sejumlah orang (yang mencapai mutawatir) maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya. Jika belum, maka berdosalah semua umat Islam. Hal ini adalah sama dalam hal mengajarkannya. Sebab mengajarkan Al Qur’an adalah juga wajib kifayah dan merupakan ibadah yang paling utama. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW yaitu: 32 Ibid., hlm. 173. Bambang Saiful Ma’arif, op.cit, hlm. 19. 33 21 Artinya: “Orang yang paling baik diantara kamu ialah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” (H.R. Bukhari).34 Pengajaran dan penerapan metode membaca Al Qur’an yang dilakukan dengan dasar metode membaca Al Qur’an yang dilakukan oleh guru merupakan suatu proses belajar dan pembelajaran yang disampaikan kepada siswa. Oleh karena itu proses yang dilakukan pada hakekatnya juga sama dengan proses belajar pada umumnya. Artinya harus ditunjang dengan berbagai faktor yang tidak boleh dilupakan atau dikesampingkan, jika ingin mencapai hasil sebagaimana yang diinginkan. Setidaknya keberhasilan belajar haruslah secara efektif yang ditunjang dengan tujuh faktor yaitu: kecerdasan, motivasi, konsentrasi, kesehatan, ambisi, lingkungan, menghindari sifat negatif dan efektifitas belajar itu sendiri35. Unsur yang lebih penting lagi dan harus dimiliki sebagai seorang yang sedang menuntut ilmu ialah konsep belajar. Idealitas yang terformat dengan keharusan untuk dilakukan ini merupakan modal awal yang sangat besar artinya dan pengaruhnya bagi proses, efektifitas dan hasil yang nantinya akan dicapai oleh masing-masing individu. Konsep belajar yang ideal dapat digambarkan terdiri dari dua hal yaitu: keteraturan belajar dan kedisiplinan belajar.36 Teratur artinya yaitu mengikuti semua aturan formal dan peraturan lainnya yang 34 Zainuddin Hamidy, et.al.,Terjemah Shahih Bukhari, (Jakarta: Wijaya, 2006), hlm. 16. Sofchah Sulistyowati, Cara Belajar Yang Efektif dan Efisien, (Pekalongan: Cinta Ilmu, 2001), hlm. 14 36 Ibid., hlm. 2. 35 22 menunjang bagi proses dan keberhasilan belajar yang ditetapkan oleh lembaga terkait. Sedangkan disiplin belajar diartikan menjaga kestabilan belajar dari semua hambatan, rintangan dan menempatkan unsur belajar sebagai ujung tombak pertama yang dijadikan sebagai pengisi kehidupannya sebagai seorang yang sedang menuntut ilmu. B. Metode Index Card Match 1. Pengertian Metode Index Card Match Pengertian tentang Metode Index Card Match dapat diartikan sebagai satu strategi pembelajaran active learning. Metode pembelajaran active learning yang merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif yang meliputi, berbagai cara untuk membuat anak didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat peserta didik berpikir tentang materi pelajaran.37 Metode Index Card Match atau dapat diterjemahkan sebagai suatu metode “mencari pasangan kartu” merupakan salah satu metode pembelajaran yang cukup menyenangkan digunakan untuk mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.38 Selain itu, Metode Index Card Match adalah sebuah metode atau cara menyenangkan dan membuat siswa aktif dalam pembelajaran untuk meninjau ulang materi pelajaran. Metode ini membolehkan siswa untuk berpasangan dan 37 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 79 E . Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remajarosdakarya, 2007), hlm. 92. 38 23 memainkan kuis kepada kawan sekelas.39 Ahmad Fatah Yasin mengungkapkan bahwa Metode Index Card Match (mencari pasangan jawaban) adalah suatu cara yang digunakan pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan jawaban yang cocok dengan pertanyaan yang sudah disiapkan.40 2. Penggunaan Metode Index Card Match Guru mengajar anak didiknya adalah dalam rangka mendidik dan mengajar melalui transformasi ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya, sehingga anak didik mengetahui dan memahami materi-materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Sebab komunikasi yang baik dalam interaksi akan dapat membuat aktivitas menjadi lebih menarik, sebagaimana yang dikatakan oleh J. Brian Mcloughlin “The communications enable the various activities to interest” 41 (“Komunikasi dapat membuat aktivitas menjadi lebih menarik”). Terlebih lagi pada materi Pendidikan Agama Islam, anak didik dituntut untuk benar-benar memahami ilmu yang ada dalam agama Islam dan kemudian mengamalkannya sebagai pedoman dalam hidup. Sehingga komunikasi yang baik dari guru agama Islam melalui implementasi metode pengajar guru agama Islam tersebut dapat membuat siswa lebih tertarik untuk belajar materi pelajaran Agama Islam. Berkaitan dengan hal tersebut, Anis Kurniawan mengatakan bahwa: “Islam is a faith that demands unconditional surrender to wisdom of Allah.It involves total commitment to way of life, philosophy and law” (“Islam 39 Mel Silberman, Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject, (Boston: Allyn and Bacon, 1996), hlm. 232. 40 Ahmad Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 184. 41 J.Brian Mcloghlin, Urban and Regional Planning A System Approach, (London: Western Printing Servies Ltd, 1973), hlm. 78. 24 merupakan aturan yang mengharuskan pelaksanaan keputusan Allah. Hal tersebut menyangkut keseluruhan komitmen pada jalan hidup, filosofi dan hukum).”42 Pada sisi yang lain, guru harus memberikan materi pelajaran dengan metode mengajar yang benar dan sesuai dengan kompetensinya. Sebab, perilaku individu murid sangat dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian. Sedangkan kepribadian tersebut bukanlah merupakan pembawaan, namun merupakan sesuatu yang dipelajari dan terbentuk karena seseorang berinteraksi dengan orang lain. Semakin luas dan berkualitas interaksi tersebut, pengalaman seseorang akan semakin mantap membentuk kepribadian yang lebih rinci dan spesifik. Carl Roger dalam teori phenomenologinya menyatakan: Children learn to need the approval, or positive regard, of other. As a result, evaluation by parent, teachers, and others begin to affect children’s self evaluation. When evaluation by others agree with a child’s own evaluation, the child’s genuine reaction mathces, or is congruent with, self-experience.43 Anak belajar untuk mendapatkan ijin, atau dianggap baik oleh orang lain. Akibatnya penilaian oleh orang tua, guru dan yang lain mulai mempengaruhi anak dalam menilai dirinya. Ketika penilaian oleh orang lain cocok dengan penilaian anak, maka anak yang baik reaksinya sesuai atau sama dengan pengalaman dirinya. Demikian pentingnya pelaksanaan metode mengajar, sebab mengajar ialah “memberikan pengetahuan atau melatih kecakapan-kecakapan atau keterampilan-keterampilan kepada anak-anak”.44 Oleh karena itu diperlukan 42 Anis Kurniawan, Introduction to The Enchanment of The Religious City of Demak With Its Tourits Objects, Skripsi DIII AKABA Semarang, (Semarang: Presented of DIII AKABA, 2003), hlm. 6 43 Dauglas A. Bernstein and Peggy W. Nash, Essential of Psichology, (Boston USA: Houghton Mifflin Company, 1999), hlm. 424. 44 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 150 25 metode mengajar yang baik dan benar dan sesuai dengan kompetensinya sehingga metode mengajar tersebut digunakan secara tepat sesuai dengan nilai fungsionalnya, dan hal tersebut sangat penting sekali bagi guru untuk mengetahui dan memahami perihal metode mengajar yang tepat tersebut. Adapun langkah-langkah penerapan Metode Index Card Match dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Buatlah potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas. b. Bagilah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama. c. Pada separo bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan. Setiap kertas bersisi satu pertanyaan. d. Pada separo kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat. e. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban. f. Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separoh siswa akan mendapatkan soal dan separo yang lain akan mendapatkan jawaban. g. Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, mintalah kepada mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain. 26 h. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya. i. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.45 Menurut Silberman langkah-langkah penggunaan Metode Index Card Match yaitu: a. Pada kartu index terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang diajarkan dalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk menyamai satu setengah jumlah siswa. b. Pada kartu terpisah, tulislah jawaban bagi setiap pertanyaan-pertanyaan tersebut. c. Campurlah dua lembar kartu dan kocok beberapa kali sampai benar-benar tercampur. d. Berikan satu kartu pada setiap peserta didik. Jelaskan bahwa ini adalah latihan permainan. Sebagian memegang pertanyaan review dan sebagian yang lain memegang jawaban. e. Perintahkan peserta didik menemukan kartu mainannya. Ketika permainan dibentuk, perintahkan peserta didik yang bermain untuk mencari tempat duduk bersama (beritahu mereka jangan menyatakan kepada peserta didik lain apa yang ada pada kartunya. 45 Sofchah Sulistyowati, op.cit.., hlm. 93 27 f. Ketika semua pasangan permainan telah menempati tempatnya, perintahkan setiap pasangan menguji peserta didik kelas selebihnya dengan membaca keras pertanyaannya dan menantang teman kelas untuk menginformasikan jawaban kepadanya. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan Metode Index Card Match dalam pembelajaran Al Qur’an Fenomena yang terjadi di masyarakat kita, terutama di rumah-rumah keluarga muslim semakin sepi dari bacaan ayat-ayat suci Al Qur'an. Hal ini disebabkan karena terdesak dengan munculnya berbagai produksi dan tehnologi serta derasnya arus budaya asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca Al Qur'an sehingga banyak anggota keluarga tidak bisa membaca Al Qur'an.46 Akhirnya kebiasaan membaca Al Qur'an ini sudah mulai langka. Adapun yang ada adalah suara-suara radio, TV, tape recorder, atau yang lainnya. Keadaan seperti ini adalah keadaan yang sangat memprihatinkan. Belum lagi masalah akhlak, akidah dan pelaksanaan ibadahnya, yang semakin hari semakin jauh dari tuntunan Rasulullah SAW. Maka sangat diperlukan kerjasama dari semua pihak untuk mengatasinya yaitu mengembalikan kebiasaan membaca Al Qur'an di rumah-rumah kaum muslimin dan membekali kaum muslimin dengan nilai-nilai Islam, sehingga bisa hidup secara Islami demi kebahagiaan dunia dan akhirat. Bambang Saiful Ma’arif, op.cit., hlm.19. 46 28 Pada dekade belakangan ini telah banyak metode pengajaran baca tulis AlQur'an dikembangkan, begitu juga buku-buku panduannya telah banyak disusun dan dicetak. Para pengajar baca tulis Al-Qur'an tinggal memilih metode yang paling cocok baginya, paling efektif dan paling murah. Dunia pendidikan mengakui bahwa suatu metode pengajaran senantiasa memiliki kekuatan dan kelemahan. Keberhasilan suatu metode pengajaran sangat ditentukan oleh beberapa hal, yaitu: a. Kemampuan guru. b. Siswa c. Lingkungan. d. Materi pelajaran. e. Alat pelajaran. f. Tujuan yang hendak dicapai.47 Dalam mengajarkan membaca Al Qur'an harus menggunakan metode. Dengan menggunakan metode yang tepat akan menjamin tercapainya tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dan merata bagi siswa. 4. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Index Card Match Dalam Pembelajaran Al Qur’an a. Kelebihan Metode Index Card Match dalam pembelajaran Al Qur’an Pembelajaran dengan Metode Index Card Match merupakan suatu strategi pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar aktif dan bertujuan agar siswa 47 Ibid., hlm. 27 29 mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar serta menumbuhkan daya kreatifitas48. Pembelajaran dengan Metode Index Card Match dalam pelaksanaannya memiliki unsur keunggulan atau kelebihan, diantaranya yaitu: 1) Pembelajaran dengan Metode Index Card Match dapat dijadikan sebagai strategi alternatif yang dirasa lebih memahami karakteristik siswa. Karakteristik yang dimaksudkan adalah bahwa siswa menyukai belajar sambil bermain, maksudnya dalam proses belajar mengajar, guru harus bisa membuat siswa merasa tertarik dan senang terhadap materi yang disampaikan sehingga nantinya tujuan pembelajaran dapat dicapai. 2) Pembelajaran dengan Metode Index Card Match dapat diterapkan untuk meningkatkan minat belajar siswa. 3) Pembelajaran dengan Metode Index Card Match dapat dipakai untuk mengatasi kebosanan siswa pada mata pelajaran atau proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa. 4) Sebagai model pembelajaran untuk mengaktifkan siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. 5) Sebagai sarana untuk meningkatkan interaksi guru dan siswa sehingga pembelajaran akan lebih berkualitas. 6) Sebagai sarana untuk yang tepat untuk mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya49. b. Kekurangan Metode Index Card Match 48 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hlm. 54 49 Ibid., hlm. 55 30 Metode ini berpotensi membuat siswa senang. Unsur permainan yang terkandung dalam metode ini tentunya membuat pembelajaran tidak membosankan. Penjelasan aturan permaian perlu diberikan kepada siswa agar metode ini menjadi lebih efektif. Metode ini sangat tepat untuk mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian dalam pelaksanaannya, Metode Index Card Match memiliki kekurangan yaitu: 1) Penggunaan metode memerlukan manajemen waktu yang cukup lama khususnya saat digunakan pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak. 2) Guru juga harus siap dengan soal yang bervariatif. Pembacaan soal dan jawaban yang dilakukan oleh tiap-tiap pasangan jika jumlah siswa banyak akan memakan waktu tidak sedikit, disamping itu berpotensi mengakibatkan kebosanan pada siswa. 3) Metode ini terkendala dilakukan jika jumlah siap tidak genap. Namun demikian dengan modifikasi dan menyesuaikan dengan kondisi siswa dan materi pelajaran yang ada metode ini tetap merupakan metode aktif dalam pembelajaran. 4) Metode Index Card Match memerlukan keseriusan guru dalam melaksanakannya. Sebab guru harus mengamati terus pembelajaran yang tengah dilaksanakan mengingat pembelajarannya harus menyesuaikan kartu secara berpasangan.50 50 Ibid., hlm. 57 31 C. Penelitian Yang Relevan Kajian pustaka dalam penelitian ini akan memaparkan beberapa pemikiran yang berkaitan dengan kemampuan membaca Al Qur’an dan Metode Index Card Match. Oleh karena itu penulis berusaha untuk mengemukakan beberapa penunjang pustaka sebagai bahan kajian teoritik dalam relevansi penelitian yang dilakukan oleh penulis. 1) Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Mahfudi, mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Wali Sembilan (STIAWS) Semarang, Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam. Dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al Qur’an Siswa MI Riyadlotusubban Gebanggarum Bonang Demak”, Ia mengemukakan tentang teori-teori untuk meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an yang telah dirangkainya secara konklusif. Menurut Muhamad Mahfudhi, keberhasilan belajar baca tulis Al Qur’an siswa MI Riadhotussuban Gebangarum Bonang Demak , dapat ditunjang oleh metode pembelajaran aktif yang dijalankan di sekolah tersebut. Dalam pemikirannnya tersebut, Ia juga mengemukakan tentang landasan teori metode pembelajaran aktif, syarat-syarat pemakaian metode pembelajaran aktif, kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran aktif. Kemudian Ia menyimpulkan bahwa kemampuan baca tulis Al Qur’an dapat ditunjang dengan melaksanakan pembelajaran aktif kepada siswa. 2) Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Khafidz, mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus, Jurusan Tarbiyah, 32 Program Studi Pendidikan Agama Islam. Dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Al Qur’an Siswa MI Miftahussalam Wonosalam Demak dengan Menggunakan Pembelajaran Active Learning”, Ia mengemukakan tentang teori-teori membaca Al Qur’an dan teori-teori active learning yang dijadikan sebagai metode pendidikan Islam disekolah. Menurut Muhamad Khafidz, kemampuan membaca Al Qur’an siswa dapat ditingkatkan secara dinamis melalui penggunaan pembelajaran active learning yang diterapkan kepada siswa. Dalam pemikirannnya tersebut, Ia juga mengemukakan tentang teori-teori pengunaan metode active learning. Kemudian ia menyimpulkan bahwa metode active learning yang diterapkan dengan sungguh-sungguh maka dapat mewujudkan peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an siswa secara maksimal. Selain itu metode tersebut merupakan suatu alat pendidikan yang tidak dapat dipisahkan oleh karena keduanya menumbuhkan hubungan simbiosis yang berkelanjutan, yaitu active learning dapat dipakai untuk membuat siswa tidak bosan dan semakin meningkat motivasi belajarnya. 3) Ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yunus Anis, mahasiswa Universitas Sains Al Qur’an (UNSIQ) Wonosobo, Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam. Dalam penelitiannya yang berjudul “Korelasi Pelaksanaan Metode Index Card Match dengan Kemampuan Baca Tulis Al Qur’an Siswa MI Miftahul Huda II Turirejo Demak, Ia mengemukakan tentang teori-teori yang berkaitan dengan metode Index Card Match yang dilaksanakan secara implementatif untuk 33 meningkatkan kemampuan baca tulis Al Qur’an siswa. Menurut Muhammad Yunus Anis, pembelajaran baca tulis Al Qur’an yang dilaksanakan dengan Metode Index Card Match dapat meningkatkan kemampuan baca tulis Al Qur’an siswa di MI Miftahul Huda 11 Tunerjo Demak. Dalam pemikirannnya tersebut, Ia juga mengemukakan tentang teori-teori tentang Metode Index Card Match seperti teknis penggunaan Metode Index Card Match maupun karakteristik Metode Index Card Match. Selanjutnya Kunarso juga berpendapat bahwa alat-alat pendidikan tidak hanya metode klasik saja, melainkan juga pembelajaran aktif khususnya yang menggunakan Metode Index Card Match. Menurutnya Metode Index Card Match yang dilakukan oleh guru juga harus disertai dengan pengawasan sekaligus secara bersamaan. Berdasarkan kajian teoritik yang dikemukakan oleh beberapa peneliti sebagaimana yang telah disebutkan diatas, selanjutnya dalam penelitian ini penulis mencoba meneliti tentang Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an siswa kelas V SD Negeri 2 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab. Konawe Selatan Melalui Metode Index Card Match. D. Kerangka Berpikir Kemampuan membaca Al Qur’an siswa kelas V SD Negeri 2 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab. Konawe Selatan dalam pra-penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan adanya indikasi bahwa sebagian anak belum dapat menunjukkan kemampuann membaca Al Qur’an, dan hanya sebagian anak yang dapat menunjukkan kemampuan membaca Al Qur’an meskipun dalam bentuk 34 membaca Al Qur’an sederhana. Oleh karena itu, peneliti bermaksud mengadakan penelitian berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam rangka mengupayakan dan meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an melalui Metode Index Card Match siswa kelas V SD Negeri 2 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab. Konawe Selatan . Menurut pandangan peneliti, kemampuan membaca Al Qur’an siswa kelas V SD Negeri 2 Lalembuu dapat ditingkatkan melalui Metode Index Card Match, sehingga kemampuan membaca Al Qur’an anak didik menjadi berkembang sesuai dengan tujuan pembelajaran membaca Al Qur’an dan bahkan kemampuan baca tulis Al Qur’an anak didik dapat menjadi lebih baik dan lebih dinamis. Berikut skema kerangka pikir dari penelitian ini yaitu: Skema Kerangka Pikir: Kegiatan pembelajaran Al qur’an Guru Peserta Didik 1. Penggunaan media yang kurang 2. Penggunaan metode yang kurang tepat 3. Kurang maksimal dalam mengajar 1. 2. 3. 4. Minat dan perhatian belajar rendah Motivasi siswa rendah Interaksi antar siswa kurang Kurang aktif INDEKS CARD MATCH Pembelajaran menjadi lebih menarik, bervariasi dan menyenangkan Peserta didik lebih aktif, antusias, dan memahami pembelajaran Hasil Belajar meningkat 35 Gambar 1. Kerangka Berfikir BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karakteristik yang khas dari penelitian tindakan kelas yakni tindakan-tindakan (aksi) yang berulang-ulang untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Seperti yang diungkapkan oleh Suyadi, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah: Kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara atau aturan metodologi tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati. Sedangkan tindakan adalah suatu gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu biasa dikenal dengan istilah siklus dan kelas adalah tempat dimana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama.51 Dari pengertian di atas penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan perencanaan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dilakukan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. 51 Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Yogjakarta: Diva Press, 2010), hlm. 18 36 B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas dalam rangka melaksanakan perbaikan dalam peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an melalui Metode Index Card Match di kelas V SD Negeri 2 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab. Konawe Selatan kurang lebih selama 2 bulan, dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni Tahun 2013. 2. Tempat Penelitian Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah di SD Negeri 2 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab.Konawe Selatan khususnya kelas V. C. Subjek Penelitian Mengingat penulisan yang dilakukan penulis adalah penulisan kualitatif, maka lingkungan alamiah adalah sebagai sumber data langsung, dengan prespektif peristiwa-peristiwa (sosial dan pendidikan) yang merupakan kajian utamanya. Dalam hal ini yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah siswa di kelas V SD Negeri 2 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab. Konawe Selatan Tahun Ajaran 2012/2013 yang seluruhnya ada 28 siswa (15 laki-laki dan 13 perempuan). D. Faktor-Faktor Yang Diselidiki Untuk lebih memudahkan dalam pemecahan masalah, ada beberapa faktor yang akan diselidiki, antara lain: 37 a. Guru, yaitu akan dilakukan pemantauan dan memperhatikan guru dalam menyajikan materi pelajaran dengan menerapkan Metode Index Card Match. b. Siswa, yaitu akan dilakukan pemantauan dengan memperhatikan sikap dan peningkatan pemahaman materi PAI dengan menggunakan Metode Index Card Match. D. Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang meneliti tentang meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an melalui Metode Index Card Match di kelas V SD Negeri 2 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab. Konawe Selatan akan dilaksanakan dengan 2 siklus. Langkah-langkah dalam penelitian PTK terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi.52 Adapun langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada penelitian ini dilakukan dengan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut: a. Perencanaan 1. Merancang pembelajaran dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. 2. Mempertimbangkan dan menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. 3. Mencari teman sejawat untuk membantu mengamati proses pembelajaran. 4. Merancang lembar observasi terhadap kegiatan guru dan murid selama proses belajar berlangsung. 5. Menyiapkan sumber belajar berupa materi. David Hopkins, A Teacher’s Guide to Classroom Research, (Philadelphia: Open University Press, 1993), hlm. 32. 52 38 6. Menyiapkan kartu (Index Card). 7. Menyusun tes siklus I. b. Pelaksanaan tindakan Kegiatan yang dilaksanakan pada tahapan ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran berdasarkan skenario pembelajaran pada RPP. Kegiatan pembelajaran diawali dengan pembukaan yang dilakukan guru dengan mengucapkan salam dan apersepsi untuk memberikan motivasi kepada murid kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai agar murid memiliki gambaran tentang pengetahuan yang akan diperoleh setelah proses pembelajaran. Setelah melaksanakan kegiatan pendahuluan selanjutnya melakukan kegiatan inti dan diakhiri dengan kegiatan penutup. c. Observasi dan Evaluasi Kegiatan observasi ini dilaksanakan untuk mendapatkan informasi bagaimana kemampuan guru dalam membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh teman sejawat (observer) dengan menggunakan lembar observasi berupa pengamatan aktivitas siswa dan aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mendapat informasi sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. d. Refleksi 39 Hasil yang diperoleh setelah pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi. Peneliti bersama pengamat menganalisis hasil tindakan sebagai bahan pertimbangan apakah pemberian tindakan yang dilakukan perlu diulangi atau tidak. Jika perlu diulangi, maka peneliti menyusun kembali rencana (revisi) untuk siklus berikutnya. Skema Prosedur Penelitian Permasalah an Perencanaan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I Siklus I Refleksi I Pengamatan/ Pengumpulan Data I Perencanaan Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II Refleksi II Pengamatan/ Pengumpulan Data II Permasalahan baru dari hasil refleksi I Siklus II Apabila permasalahan belum terselesaikan Dilanjutkan ke siklus selanjutnya 40 Gambar 2. Desain Penelitian Tindakan Kelas E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi Metode observasi ialah “pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penulisan”.53 Metode ini digunakan penulis untuk mendapatkan data tentang upaya meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an melalui Metode Index Card Match di kelas V SD Negeri 2 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab. Konawe Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013, yaitu dengan cara penulis ikut berpartisipasi langsung dalam mengamati dan mencatat materi yang diteliti di tempat penulisan tersebut. 2. Dokumentasi Metode dokumentasi ialah metode yang digunakan penulis untuk menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. 54 Metode 53 Ibid., hlm. 158 Ibid., hlm. 159 54 41 dokumentasi ini digunakan oleh penulis untuk mendukung Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an melalui Metode Index Card Match di kelas V SD Negeri 2 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab. Konawe Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013. 3. Tes Teknik ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang hasil belajar yang telah dicapai oleh murid. F. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan yaitu setelah semua data terkumpul selanjutnya data-data tersebut dianalisis. Kemudian untuk mengadakan penarikan kesimpulan dari suatu penulisan, harus berdasar pada hasil pengolahan dan harus selaras dengan jenis data-data yang ada. Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru dan sikap siswa dalam proses pembelajaran yang diukur dengan lembar observasi dianalisis menggunakan kategori yaitu: 1. Kategori aktivitas guru: Kategori baik sekali (4) : 11-14 aktivitas terlaksana Kategori baik (3) : 8-10 aktivitas terlaksana Kategori cukup (2) : 4-7 aktivitas terlaksana Kategori kurang (1) : 1-3 aktivitas terlaksana 42 2. Kategori aktivitas siswa Baik sekali (4) : 6-7 aktivitas terlaksana Baik (3) : 4-5 aktivitas terlaksana Cukup (2) : 2-4 aktivitas terlaksana Kurang (1) : 1 aktivitas terlaksana Sedangkan data kuantitatif yang diperoleh dari hasil belajar siswa pada setiap tes akhir siklus dianalisis menggunakan: ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 Mean atau Nilai Rata-Rata = ∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎x 100% Persentase Ketuntasan Hasil Belajar = ∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟 ∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 x 100% G. Indikator Keberhasilan Indikator kinerja keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri atas indikator keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar murid pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Rencana pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil apabila skenario pembelajaran terlaksana dengan baik sekali atau baik. Kategori baik sekali jika 11-14 aktivitas atau kategori baik jika 8-10 aktivitas guru pada lembar observasi guru terlaksana. Sedangkan kategori baik sekali jika 6-7 aspek atau kategori baik jika 4-5 aspek sikap siswa pada lembar observasi siswa terlaksana. Indikator keberhasilan hasil belajar siswa apabila telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal minimal 80%. Dan seorang murid dikatakan telah mencapai ketuntasan belajar secara individu 43 apabila murid tersebut memperoleh skor minimal 7555 sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SD Negeri 2 Lalembuu 1. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya SD Negeri 2 Lalembuu awalnya adalah SD Negeri Sukamukti yang berkecamatan Tinanggea. Karena pemekaran wilayah, kecamatannya dipindahkan ke Lalembuu. Pada tahun 1981, pemerintah mentransmigrasikan penduduk jawa ke banyak tempat khususnya Sukamukti tetapi pada saat itu belum ada tempat belajar mengajar atau sekolah di desa ini sehingga anak-anak yang seharusnya belajar tidak mempunyai kegiatan. Melihat hal tersebut, masyarakat di desa ini mengadakan musyawarah tentang layanan pendidikan bagi anak-anak. Hasil musyawarah memutuskan untuk sementara sekolah akan didirikan dengan sarana dan prasarana seadanya: sekolah beratapkan karoro dan berlantai tanah, berada di tengah-tengah lapangan, siswa membawa meja dan kursi sendiri. Keadaan ini berlangsung agak lama. 55 Moh. Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 64. 44 Setelah beberapa bulan sekolah ini mendapatkan bantuan berupa gedung sekolah. Sambil menunggu pembangunan gedung sekolah, proses belajar mengajar tetap berjalan sehingga SD Negeri 2 Lalembuu berdiri pada tahun 1981. Sejak berdirinya sampai saat ini SD Negeri 2 Lalembuu telah mengalami pengalihan pejabat struktural atau kepala sekolah sebanyak enam (6) kali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini: Tabel 1 Kepala Sekolah yang menjabat di SD Negeri 2 Lalembuu sejak awal berdirinya sampai sekarang No. Nama Kepala Sekolah L/P Masa Tugas Ket. 1 Nursiah Selondae P 1981-1990 9 tahun 2 Parno L 1990-1995 5 tahun 3 Sriyanto L 1995-1999 4 tahun 4 Nana Diana L 1999-2005 6 tahun 5 Prayitno L 2005-2009 5 tahun 6 Sumanto L 2009-sekarang ………… Sumber Data: Kantor SD Negeri 2 Lalembuu Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sejak awal berdirinya sampai sekarang telah mengalami pergantian kepala sekolah sebanyak 6 kali. Nursiah Selondae merupakan kepala sekolah pertama di SD ini, beliau menjabat selama 9 tahun yaitu dari tahun 1981 sampai 1990. Kemudian pada tahun 1990 terdapat pergantian kepala sekolah, Parno adalah kepala sekolah kedua setelah Nursiah yang menjabat selama 5 tahun sampai tahun 1995. Kepala sekolah ketiga adalah Sriyanto yang menjabat pada tahun 1995 sampai 1999 dengan masa jabatan 4 tahun. Nana Diana menggantikan Sriyanto 45 sebagai kepala sekolah pada tahun 1999 sampai 2005, beliau menjabat selama 6 tahun. Pada tahun 2005, Prayitno menjabat kepala sekolah menggantikan Nana Diana sampai tahun 2009 dengan masa jabatan 5 tahun. Kepala sekolah selanjutnya yaitu Sumanto yang menjabat dari tahun 2009 sampai sekarang dengan masa jabatan 3 tahun sampai saat ini. Jadi, sekolah SD Negeri 2 Lelembuu telah berdiri selama 32 tahun dengan pergantian kepala sekolah sebanyak 6 kali. 2. Keadaan Guru dan Siswa a. Keadaan Guru Guru yang menjalankan kegiatan pembelajaran di SD 2 Lalembuu adalah 9 orang yang terdiri dari guru PNS dan Honorer. Guru yang berstatus PNS berjumlah 4 orang sedangkan 5 orang berstatus Honda (Honorer Daerah). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2 Daftar Guru SD Negeri 2 Lalembuu No. Nama Guru Jabatan/Tugas Pendidikan 1 Sumanto, A.Ma.Pd Kepala Sekolah D.II 2 Imam Romdoni, S.Pd.SD Guru Kelas VI S1 3 Eka Ririf .F, S.Pd.SD Guru Kelas V S1 4 Prayitno Guru Kelas IV SPG 5 Heni Suhaini, S.Pd.SD Guru Kelas III S1 6 I’ Anatul Muawanah, S.Pd.SD Guru Kelas II S1 7 Sulawati, S.Pd.SD Guru Kelas I S1 8 Junaidah, A.Ma Guru Agama D.II 9 Yayan Rianto, S.Pd Guru Penjaskes S1 Sumber Data: Kantor SD Negeri 2 Lalembuu 46 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat 9 guru yang menjalankan pembelajaran di sekolah SD Negeri 2 Lalembuu yang terdiri dari 1 kepala sekolah yaitu Sumanto dan 8 guru diantaranya Imam Romdoni, Eka Ririf .F, Prayitno, Heni Suhaini, I’ Anatul Muawanah, Sulawati, Junaidah, dan Yayan Rianto. Selain itu, 4 guru berstatus PNS yaitu Sumanto, Prayitno, Junaidah, dan Imam Romdoni dan 5 guru Honda yaitu Eka Ririf.F, Heni Suhaini, I’ Anatul Muawanah, Sulawati, dan Yayan Rianto. b. Keadaan Siswa Siswa SD Negeri 2 Lalembuu saat ini berjumlah 185 siswa dengan rincian laki-laki berjumlah 91 siswa dan perempuan 94 siswa. Kelas I berjumlah 23, kelas II berjumlah 39, kelas III berjumlah 35, kelas IV berjumlah 36, kelas V bejumlah 28, dan kelas VI berjumlah 23. Rinciannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3 Daftar Siswa SD Negeri 2 Lalembuu Kelas Rombongan Tahun Pelajaran 2012/2013 Belajar L P Jumlah I 1 12 11 23 II 2 (A & B) 19 20 39 III 1 17 18 35 IV 1 17 19 36 V 1 15 13 28 VI 1 11 13 24 Jumlah 7 91 94 185 Sumber Data: Kantor SD Negeri 2 Lalembuu 47 Dari tabel di atas dapat diketahui penyebaran pada setiap kelas atau tingkatan, kelas I: laki-laki berjumlah 12 dan perempuan 11 orang sehingga seluruhnya berjumlah 23 orang, kelas II: laki-laki berjumlah 19 dan perempuan berjumlah 20 sehingga jumlah seluruhnya 39 orang, kelas III: laki-laki berjumlah 17 dan perempuan 18 sehingga jumlah seluruhnya 35 orang, kelas IV: laki-laki berjumlah 17 dan perempuan berjumlah 19 sehingga jumlah keseluruhan 36 orang, kelas V: laki-laki berjumlah 15 dan perempuan berjumlah 13 sehingga jumlah keseluruhannya 28 orang, dan kelas VI: laki-laki berjumlah 11 dan perempuan berjumlah 13 sehingga jumlah seluruhnya 24 orang. 3. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana di sekolah SD Negeri 2 Lalembuu masih kurang. Sehingga perlu ditingkatkan dan dikembangkan pengadaan dan penyediaan sarana dan prasarana di sekolah ini sesuai perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Sarana dan prasarana di sekolah SD Negeri 2 Lalembuu dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4 Sarana dan Prasarana di SD Negeri 2 Lalembuu No. Sarana dan prasarana Jumlah Ket. 1 Ruang Kelas 6 ruang Baik 2 Ruang Kepala Sekolah 1 ruang Baik 3 Ruang Dewan Guru 1 ruang Baik 4 Perpustakaan 1ruang Baik 5 Kamar Mandi/ WC 2 ruang Baik 6 Lapangan Sepak Bola 1 ruang Baik 7 Lapangan Bola Volly 1 ruang Baik 8 Gudang 1 ruang Baik Sumber Data: Kantor SD Negeri 2 Lalembuu 48 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat 6 ruang untuk setiap kelas yaitu kelas I, II, III, IV, V, dan VI sedangkan ruangan kepala sekolah berjumlah 1 ruang dengan keadaan baik. 1 ruang untuk dewan guru yang juga berkeadaan baik. 1 ruang perpustakaan tersedia di sekolah ini yang berisi bukubuku cetak dan buku-buku khusus lengkap untuk anak SD seperti buku cerita, gambar, dll. Selain itu, terdapat 2 ruang untuk kamar mandi/WC untuk guru dan siswa. Sekolah ini juga memiliki 2 lapangan yaitu lapangan sepak bola dan bola volley yang disediakan untuk pembelajaran olahraga. Dan terdapat 1 ruang untuk gudang sekolah. B. Hasil Penelitian 1. Pra-Penelitian Hasil penelitian berupa aktifitas guru dalam menerapkan Metode Index Card Match, sikap siswa selama pembelajaran berlangsung, dan hasil evaluasi siswa dalam bentuk essay. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan kategori untuk aktifitas guru dan sikap siswa sedangkan hasil evaluasi siswa dikonversi menjadi nilai dengan rentang nilai 0-100, nilai rata-rata dan presentase ketuntasan klasikal. Sebelum melakukan pembelajaran dengan menggunakan Metode Index Card Match, terlebih dahulu dilakukan kegiatan pra-penelitian yaitu observasi dan nilai tes awal. Observasi awal berupa kegiatan pembelajaran sebelum penggunaan Metode Index Card Match dan tes awal dilihat dari hasil belajar pada materi yang bersangkutan sebelumnya. Hasil tes awal siswa kelas V SD Negeri 2 Lalembuu Kec. Lalembuu Kab. Konawe Selatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5 Hasil Tes Awal Siswa Kelas V SD Negeri 2 Lalembuu 49 No. Nama Siswa Nilai Ket. 1 Abdul Salim 50 Tidak Tuntas 2 Ahmad Fauzi 45 Tidak Tuntas 3 Aldi Saputra 60 Tidak Tuntas 4 Bayu Dermawan 70 Tidak Tuntas 5 Dendi Darwis 63 Tidak Tuntas 6 Depi Puspita Sari 80 Tuntas 7 Diah Ayu Rahmasari 62 Tidak Tuntas 8 Endang Rahayu 80 Tuntas 9 Fathur Rozikin 78 Tuntas 10 Fendi 75 Tuntas 11 Frety Sinta 75 Tuntas 12 Guswana 80 Tuntas 13 Halimatus Sa’diyah 70 Tidak Tuntas 14 Ibnu Yahya Rusli 65 Tidak Tuntas 15 Lailatus Saidah 60 Tidak Tuntas 16 Meisin Utami 75 Tuntas 17 Nanda Agustina 67 Tidak Tuntas 18 Nasrullah 62 Tidak Tuntas 19 Puput Ismawati 55 Tidak Tuntas 20 Rika Yunistiani 78 Tuntas 21 Riko Wijayanto 50 Tidak Tuntas 22 Roy Irawan 50 Tidak Tuntas 23 Sindi Widia Yanti 75 Tuntas 24 Trinanti 50 Tidak Tuntas 25 Utami Cahyani .P 77 Tuntas 26 Vira Nanda 80 Tuntas 27 Yayan Susianto 75 Tuntas 28 Yusuf Kurniawan 67 Tidak Tuntas Total 1871 50 Rata-rata 66,82 Tidak Tuntas Presentase Ketuntasan Klasikal 42,85% Tidak Tuntas Dari tes awal tersebut terlihat rata-rata perolehan siswa sebesar 67 dengan rincian bahwa hanya 12 atau 43% siswa yang mencapai KKM sedangkan 16 atau 57% siswa belum mencapai KKM pembelajaran PAI. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal tes. Hal ini disebabkan oleh pemahaman siswa tentang konsep-konsep dasar materi masih rendah. 2. Tindakan Siklus I a. Pertemuan Pertama 1) Perencanaan Perencanaan pada pertemuan pertama pada siklus I meliputi merancang Rencana Pelaksanakan Pembelajaran (RPP), lembar observasi untuk aktivitas guru dan sikap siswa, dan menyiapkan materi Al ma’un ayat 1-4 dan alat-alat lainnya yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Metode Index Card Match serta menyiapkan Kartu Indeks (Index Card) yang berupa potongan-potongan kertas yang berisi pertanyaan dan jawaban tentang materi yang dibahas. Jumlah kartu yang harus disiapkan yaitu sebanyak siswa yang ada di dalam kelas. Selain itu, merancang tes siklus I berjumlah 10 butir yang berbentuk essay. 2) Pelaksanaan Tindakan 51 Pada tahap ini, kegiatan yang dilaksanakan yaitu sesuai skenario pembelajaran pada Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam dan doa, setelah itu guru mengabsen siswa dan melanjutkannya dengan memotivasi siswa dan melakukan apersepsi. Guru menjelaskan materi pertemuan pertama yaitu Surah Al Ma’un ayat 14 beserta arti dan sejarah kandungannya. Selanjutnya guru menjelaskan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu Metode Index Card Match. Kegiatan dengan Metode Index Card Match dimulai dengan mencampurkan kartu soal dan jawaban dan membagikan kepada setiap siswa sehingga setiap siswa memiliki 1 kartu. Kemudian guru meminta siswa mencari pasangan kartu yang mereka miliki pada waktu yang telah ditentukan dan duduk berdekatan setelah menemukan pasangan masing-masing. Kegiatan selanjutnya guru menunjuk beberapa pasangan untuk membacakan pertanyaan dan jawaban yang ada pada kartu mereka. Dan kegiatan diakiri dengan memberi pekerjaan rumah (PR) terkait materi yang telah dibahas berupa 5 butir soal essai. 3) Observasi dan Evaluasi a) Observasi Hal-hal yang diobservasi pada proses pembelajaran yaitu aktifitas guru dan sikap siswa. Aktifitas guru meliputi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Metode Index Card Match dan sikap siswa selama mengikuti pembelajaran. Hasil observasi aktifitas guru pada pertemuan pertama siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 52 Tabel 6 Aktivitas Guru Pada Pertemuan Pertama Siklus I No. Satuan Aktivitas Guru Nilai Skor Ya Tidak 1 2 3 4 Ya √ Ya √ √ A. Pendahuluan 1 Guru memberi salam kepada siswa 2 Guru berdoa bersama siswa sebelum pembelajaran dimulai 3 Guru mengabsen kehadiran siswa Ya 4 Guru memotivasi untuk belajar Ya √ B. Kegiatan Inti 1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Tidak 2 Guru menyampaikan materi Ya 3 Guru menyampaikan metode pembelajaran Ya 4 Guru mencampurkan semua kartu sehingga Ya √ Ya √ Ya √ Ya √ √ √ bercampur antara soal dan jawaban 5 Guru membagikan kartu soal-jawab kepada siswa 6 Guru meminta siswa untuk menemukan pasangan, kemudian duduk berdekatan 7 Guru meminta siswa, setiap pasangan secara bergantian membaca soal dan pasangannya menjawab soal 8 Guru memberi nilai kepada siswa yang Tidak dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu yang diberikan C. Penutup 1 Guru membimbing siswa menyimpulkan Ya √ pelajaran berdasarkan kartu yang cocok 2 Guru memberi PR terkait materi yang dibahas Ya √ 53 Ketercapaian 12 2 70% Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 12 aktivitas guru dapat terlaksana yaitu pada kegiatan pendahuluan meliputi aktivitas 1,2,3,4, pada kegiatan inti meliputi aktivitas 2,3,4,5,6,7 dan pada kegiatan penutup meliputi aktivitas 1 dan 2 sedangkan 2 aktivitas tidak terlaksana yaitu aktivitas 1 dan 8 pada kegiatan inti. Jadi, aktifitas guru pada pertemuan pertama siklus I terlaksana dengan baik sekali dengan presentase 70%. Sedangkan sikap siswa pada pertemuan pertama siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 7 Sikap Siswa Pada Pertemuan Pertama Siklus I Nilai No. Aspek yang diamati Ya 1 Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan Ya Tidak Skor 1 2 3 √ belajar mengajar 2 Minat siswa dalam kegiatan Ya √ √ pembelajaran 3 Keaktifan siswa mencari pasangan Ya 4 Keaktifan siswa dalam bertanya Ya 5 Kelancaran menjawab Ya √ Partisipasi siswa dalam setiap kegiatan Ya √ siswa dalam √ pertanyaan 6 pembelajaran 7 Kemampuan siswa dalam menyimpulkan √ Ya materi Ketercapaian 7 0 46% 4 54 Tabel di atas menunjukan bahwa sikap siswa tergolong dengan baik sekali karena semua aspeknya terlaksana (7) dengan presentase 57%. Rinciannya meliputi hanya aspek antusias yang tergolong baik. Sedangkan minat, keaktifan mencari pasangan, kelancaran menjawab dan partisipasi tergolong cukup, bahkan kemampuan menyimpulkan dan keaktifan bertanya masih tergolong kurang. b) Evaluasi Tes evaluasi diadakan setelah pertemuan kedua atau akhir siklus I untuk melihat hasil belajar siswa setelah diadakan pembelajaran dengan menggunakan Metode Index Card Match. 4) Refleksi Analisis hasil observasi aktivitas guru dan sikap siswa dalam pembelajaran pada pertemuan pertama siklus I menunjukan bahwa meski aktivitas guru terlaksana dengan baik sekali dan mencapai presentase 70% tetapi masih ada aktivitas yang belum tercapai yaitu penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian nilai pada siswa. Hal-hal tersebut tidak terlaksana karena guru kurang memperhatikan waktu yang digunakan untuk setiap kegiatan dan kurang terorganisirnya pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Selain itu, kurangnya kontrolnya kegiatan mencari pasangan sehingga menghabiskan waktu yang banyak serta kurangnya pemahaman siswa terhadap kegiatan ini karena pertama kali menggunakan metode ini. Sedangkan sikap siswa berada pada katergori baik sekali tetapi dengan presentase yang masih rendah yaitu 57%. Penjabarannya meliputi minat, keaktifan 55 mencari pasangan, kelancaran siswa menjawab, dan partisipasi siswa dalam setiap kegiatan tergolong cukup, keaktifan siswa bertanya dan kemampuan siswa menyimpulkan materi masih kurang, hanya antusias siswa yang tergolong baik. Hal ini disebabkan kurang pahamnya siswa dengan Metode Index Card Match sehingga siswa masih bingung. Oleh karena itu, untuk pertemuan selanjutnya guru harus memperhatikan penggunaan waktu dan penjelasan Metode Index Card Match agar lebih baik dan terorganisir. b. Pertemuan Kedua 1) Perencanaan Kekurangan pada pertemuan pertama menjadi acuan pada perencanaan pertemuan kedua yaitu pengaturan waktu untuk setiap kegiatan, penjelasan Metode Index Card Match, kontrol dalam setiap kegiatan dan pelaksanaan kegiatan yang terorganisir. Perencanaan pertemuan kedua meliputi merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menambahkan waktu pada setiap kegiatannya, menyiapkan lembar observasi guru dan sikap siswa, materi Al Ma’un ayat 5-7, tes siklus I, dan kartu berpasangan. 2) Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang. Kegiatan awal dibuka dengan salam 56 dan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru memotivasi siswa dan mereview materi pertemuan pertama. Selain itu, guru melakukan apersepsi materi yang akan diajarkan serta menyampaikan tujuan pembelajaran selama 10 menit. Kegiatan selanjutnya guru menjelaskan materi tentang Surah Al Ma’un ayat 5-7 beserta arti dan sejarah kandungannya. Setelah itu, guru menjelaskan ulang Metode Index Card Match lebih detil dan jelas dan dilanjutkan dengan mencampurkan semua kartu (soal dan jawaban). Guru kemudian membagikan kartu masing-masing 1 buah untuk 1 siswa dan meminta siswa mencari pasangannya pada waktu yang ditentukan serta duduk berdekatan setelah menemukan pasangannya. Guru meminta beberapa pasangan membaca soal dan jawaban pada kartu mereka dan memberi nilai pada setiap pasangan yang mendapatkan soal dan jawaban yang cocok dan benar. Kegiatan ini dilakukan selama 40 menit. Kelas diakhiri dengan pemberian evaluasi tentang materi yang telah dibahas kepada siswa berjumlah 10 butir soal yang berbentuk essay yang dilaksanakan selama 20 menit. 3) Observasi dan Evaluasi a) Observasi Observasi pada pertemuan kedua dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Metode Index Card Match seperti skenario pembelajaran pada Rencana Pelaksanaan 57 Pembelajaran (RPP) yang telah direvisi. Selain itu, sikap siswa juga diamati dengan lebih teliti. Hasil observasi aktivitas guru pada pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 8 Aktivitas Guru Pada Pertemuan Kedua Siklus I No. Satuan Aktivitas Guru Nilai Ya Tidak Skor 1 2 3 4 A. Pendahuluan 1 Guru memberi salam kepada siswa 2 Guru berdoa bersama siswa sebelum Ya √ Ya √ √ pembelajaran dimulai 3 Guru mengabsen kehadiran siswa Ya 4 Guru memotivasi untuk belajar Ya √ √ A. Kegiatan Inti 1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Ya 2 Guru menyampaikan materi Ya 3 Guru menyampaikan metode pembelajaran Ya 4 Guru mencampurkan semua kartu sehingga Ya √ Ya √ Ya √ Ya √ √ √ bercampur antara soal dan jawaban 5 Guru membagikan kartu soal-jawab kepada siswa 6 Guru meminta siswa untuk menemukan pasangan, kemudian duduk berdekatan 7 Guru meminta siswa, setiap pasangan secara bergantian membaca soal dan pasangannya menjawab soal 8 Guru memberi nilai kepada siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu yang diberikan B. Penutup Ya √ 58 1 Guru membimbing siswa menyimpulkan √ Ya pelajaran berdasarkan kartu yang cocok 2 Guru memberi evaluasi terkait materi yang √ Ya dibahas Ketercapaian 14 0 78% Tabel di atas menunjukan bahwa aktivitas guru telaksana dengan baik sekali karena semua indikator (14) dapat tercapai dengan presentase 78%. Sedangkan sikap siswa pada tertemuan kedua siklus I dapat dilihat pada tebel di bawah ini: Tabel 9 Sikap Siswa Pada Pertemuan Kedua Siklus I No. Aspek yang diamati Nilai Ya 1 Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan Tidak Skor 1 2 3 4 √ Ya belajar mengajar 2 Minat siswa dalam kegiatan pembelajaran Ya √ 3 Keaktifan siswa mencari pasangan Ya √ 4 Keaktifan siswa dalam bertanya Ya √ 5 Kelancaran siswa dalam menjawab Ya Partisipasi siswa dalam setiap kegiatan Ya √ pertanyaan 6 √ pembelajaran 7 Kemampuan siswa dalam menyimpulkan √ Ya materi Ketercapaian 7 0 71% 59 Tabel di atas menunjukan pada pertemuan kedua sikap siswa tergolong baik sekali dan telah mengalami peningkatan presentase menjadi 71%. Hal ini dapat dilihat pada antusias siswa yang tergolong baik sekali. Semua siswa terlihat semangat belajar, tertarik terus mengikuti kegiatan pembelajaran, Sedangkan minat, keaktifan bertanya, partisipasi dalam setiap kegitan dan keaktifan siswa mencari pasangan tergolong baik terlihat pada keaktifan siswa dalam mencari pasangan kartu yang mereka miliki. Sedangkan kelancaran menjawab dan kemampuan menyimpulkan materi tergolong cukup. Kekurangan pada pertemuan ini terlihat pada saat kegiatan mencari pasangan, beberapa siswa kurang bisa membaca atau menyebutkan soal/jawaban pada kartu yang mereka miliki. Hal tersebut disebabkan mereka kurang mengingat materi yang diberikan dan tulisan kartu yang digunakan kurang jelas. Selain itu, belum terlihat semua siswa ikut serta menyimpulkan materi dengan baik. b) Evaluasi Tes akhir siklus I dilakukan setelah pertemuan kedua dengan menggunakan soal essay berjumlah 10 butir untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi Al Ma’un setelah menggunakan Metode Index Card Match. Hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 10 Hasil Tes Siklus I Siswa Kelas V SD Negeri 2 Lalembuu No. Nama Siswa Nilai Ket. 1 Abdul Salim 60 Tidak Tuntas 2 Ahmad Fauzi 60 Tidak Tuntas 3 Aldi Saputra 70 Tidak Tuntas 60 4 Bayu Dermawan 75 Tuntas 5 Dendi Darwis 65 Tidak Tuntas 6 Depi Puspita Sari 85 Tuntas 7 Diah Ayu Rahmasari 70 Tidak Tuntas 8 Endang Rahayu 84 Tuntas 9 Fathur Rozikin 80 Tuntas 10 Fendi 78 Tuntas 11 Frety Sinta 80 Tuntas 12 Guswana 82 Tuntas 13 Halimatus Sa’diyah 75 Tuntas 14 Ibnu Yahya Rusli 75 Tuntas 15 Lailatus Saidah 70 Tidak Tuntas 16 Meisin Utami 78 Tuntas 17 Nanda Agustina 75 Tuntas 18 Nasrullah 75 Tuntas 19 Puput Ismawati 70 Tidak Tuntas 20 Rika Yunistiani 80 Tuntas 21 Riko Wijayanto 67 Tidak Tuntas 22 Roy Irawan 65 Tidak Tuntas 23 Sindi Widia Yanti 80 Tuntas 24 Trinanti 70 Tidak Tuntas 25 Utami Cahyani .P 80 Tuntas 26 Vira Nanda 84 Tuntas 27 Yayan Susianto 80 Tuntas 28 Yusuf Kurniawan 75 Tuntas Total 2088 Rata-rata 74,57 Tuntas Presentase Ketuntasan Klasikal 64,29% Tidak Tuntas 61 Tabel di atas menunjukan bahwa rata-rata hasil tes siklus I yaitu 75 yang berarti telah mencapai standar nilai yang telah ditetapkan. Rata-rata pada siklus I mengalami peningkatan dari rata-rata nilai hasil tes awal yaitu 67. Jadi, pengingkatan rata-rata dari nilai tes awal ke tes siklus I yaitu 8. Sedangkan presentase ketuntasan klasikal pada siklus I yaitu 64% atau 18 siswa yang mencapai KKM pelajaran PAI. Walaupun presentase ketuntasan klasikal pada siklus I belum mencapai standar yang ditetapkan tetapi mengalami peningkatan dari presentase tes awal yang hanya mencapai 43% atau 12 siswa. Jadi, presentase ketuntasan klasikal dari tes awal ke tes siklus I mengalami peningkatan 21% atau dengan kata lain siswa yang mencapai KKM bertambah 6 orang. 4) Refleksi Analisis hasil observasi dan evalusi pada siklus I menggambarkan bahwa penggunaan Metode Index Card Match dilakukan dengan baik sekali akan tetapi masih ada kekurangan-kekurangan pada siklus ini. Kekurangan-kekurangan tersebut perlu diperbaiki pada siklus II yang meliputi: Pertama adalah aktivitas guru, walaupun aktivitas guru telah mencapai kategori baik sekali tetapi masih ada aktivitas yang terlaksana kurang maksimal. Hal ini masih dikarenakan pengaturan waktu yang digunakan siswa pada kegiatan mencari pasangan. Waktu yang digunakan untuk kegiatan ini sangat lama karena siswa harus mencari pasangan kartunya pada seluruh teman kelasnya. Jadi, kegiatan ini perlu dirubah dengan memberi kartu soal pada ½ siswa dan kartu 62 jawaban pada ½ sisa siswa sehingga mereka tidak terlalu sulit menemukan pasangannya dan tidak menghabiskan waktu yang terlalu lama. Selain itu, masih ada kegiatan yang belum sempurna dilaksanakan seperti presentasi hasil pasangan kartu. Pada siklus I guru hanya menunjuk beberapa pasangan untuk membacakan soal dan jawaban pada kartu mereka sehingga masih ada beberapa kartu soal dan jawaban yang tidak terbaca jadi pada siklus selanjutnya kegiatan ini perlu dirubah dengan guru mendaftar pertanyaan dan jawaban sebagai pegangan dan meminta setiap pasangan membaca kartu mereka. Kemudian guru menceklis pasangan soal dan jawaban yang telah dibaca sehingga dapat diketahui kartu soal dan jawaban yang belum terbaca. Jadi, semua kartu soal dan jawaban dapat terbaca dan siswa tidak kecewa. Kedua adalah sikap siswa, walaupun sikap siswa sudah tergolong baik sekali tetapi ada beberapa aspek seperti kelancaran menjawab dan kemampuan siswa menyimpulkan materi masih pada kategori cukup jadi perlu dimaksimalkan sehingga mencapai kategori baik. Kendala dari kelancaran menjawab yaitu siswa kurang mengingat penjelasan materi yang diberikan dan kurang jelasnya soal dan jawaban pada kartu karena ditulis dengan pulpen. Jadi, hal tersebut perlu diperbaiki dengan penjelasan materi dengan menggunakan pola kartu berpasangan sehingga siswa mudah mengingatnya karena polanya sama dengan kartu yang akan mereka dapatkan. Sedangkan kartu yang digunakan diperbaiki dengan kartu soal dan jawaban yang diketik sehingga siswa dapat melihat dengan jelas. Sedangkan kegiatan penyimpulan materi guru harus lebih membimbing siswa 63 untuk bersama-sama menyimpulkan materi berdasarkan kartu yang mereka pegang. Ketiga adalah hasil tes siswa, walaupun rata-rata pada siklus I telah mencapai indikator yang ditetapkan tetapi presentase ketuntasan klasikal pada siklus ini masih kurang atau belum tuntas karena presentase pada siklus ini hanya mencapai 64% sedangkan indikator ketuntasaan klasikal pelajaran PAI minimal 80%. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan pada siklus II untuk memperbaiki kekurangan-kekurangna pada siklus I dan mencapai ketuntasan klasikal pada aktivitas guru, sikap siswa dan hasil belajar siswa sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. 3. Tindakan Siklus II A. Pertemuan Pertama 1) Perencanaan Perencanaan pada pertemuan pertama siklus II meliputi merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan merubah kegiatan mencari pasangan yaitu memberi kartu soal pada ½ dari jumlah siswa dan jawaban pada ½ sisanya. Selain itu, penjelasan materi dirubah dengan menggunakan pola pada kartu berpasangan. Lembar observasi guru dan sikap siswa, materi Al Fiil ayat 12, tes siklus II dan kartu berpasangan juga dipersiapkan. Akan tetapi kartu berpasangan dirubah dengan mengetik soal dan jawaban sehingga lebih jelas. 64 2) Pelaksanaan Tindakan Kegiatan pada tahap ini yaitu melaksanakan skenario yang telah dirancang pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pembelajaran dimulai dengan salam dan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan memotivasi siswa dan melakukan apersepsi materi pelajaran serta menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yang dilakukan dalam 15 menit. Guru kemudian menjelaskan materi Surah Al Fiil ayat 1-2 beserta arti dan sejarah kandungannya dengan menggunakan pola kartu berpasangan. Kegiatan selanjutnya yaitu mengingatkan kembali Metode Index Card Match kepada siswa dan membagikan kartu soal pada ½ dari jumlah siswa dan kartu jawaban pada ½ siswa yang belum mendapatkan kartu. Kemudian meminta ½ siswa yang memegang kartu soal mencari jawaban pada ½ siswa yang memegang kartu jawaban dan sebaliknya serta duduk berdekatan setelah mendapatkan pasangannya. Kegiatan ini dilakukan selama waktu yang ditentukan, siswa yang mendapatkan pasangan sebelum waktu yang ditentukan akan mendapatkan nilai dan siswa yang mendapatkan pasangan pada batas waktu yang diberikan atau belum mendapatkan pasangan maka tidak mendapat nilai. Kegiatan-kegiatan di atas dilakukan selama 40 menit. Kegiatan ditutup dengan menyimpulkan bersama-bersama materi pelajaran dengan menggunakan kartu yang cocok dan guru memberi pekerjaan rumah (PR) tentang materi yang telah dipelajari berjumlah 5 butir soal tes essay. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 15 menit. 65 3) Observasi dan Evaluasi a) Observasi Observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dan sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada pertemuan pertama siklus II. Hasil observasi aktivitas guru pada pertemuan pertama siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 11 Aktivitas Guru Pada Pertemuan Pertama Siklus II No. Satuan Aktivitas Guru Nilai Ya Tidak Skor 1 2 3 4 A. Pendahuluan 1 Guru memberi salam kepada siswa Ya √ 2 Guru berdoa bersama siswa sebelum Ya √ √ pembelajaran dimulai 3 Guru mengabsen kehadiran siswa Ya 4 Guru memotivasi untuk belajar Ya √ B. Kegiatan Inti 1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Ya √ 2 Guru dengan Ya √ Guru menyampaikan metode pembelajaran Ya menyampaikan materi Metode Index Card Match 3 √ yang akan digunakan 4 Guru memisahkan kartu soal dan jawaban Ya √ 5 Guru membagikan kartu soal pada ½ siswa Ya √ Ya √ dan kartu jawaban pada ½ sisanya 6 Guru meminta siswa untuk menemukan pasangan, kemudian duduk berdekatan 7 Guru meminta siswa, setiap pasangan secara bergantian membaca soal dan Ya √ 66 pasangannya menjawab 8 Guru memberi nilai kepada siswa yang Ya √ Ya √ dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu yang diberikan C. Penutup 1 Guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran berdasarkan kartu yang cocok 2 Guru memberi PR terkait materi yang √ Ya dibahas Ketercapaian 14 0 81% Tabel di atas menunjukan bahwa semua aktivitas guru (14) telah terlaksana meski masih ada yang belum maksimal yaitu pada kegiatan mencari kartu pasangan dimana siswa masih susah mencari pasangan kartu yang mereka miliki. Jadi, pada pertemuan ini aktivitas guru berjalan baik sekali dengan presentase 81%. Sedangkan sikap siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 12 Sikap Siswa Pada Pertemuan Pertama Siklus II No. Aspek yang diamati Nilai Ya 1 Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan Tidak Skor 1 2 3 4 √ Ya belajar mengajar √ 2 Minat siswa dalam kegiatan pembelajaran Ya 3 Keaktifan siswa mencari pasangan Ya 4 Keaktifan siswa dalam bertanya Ya √ 5 Kelancaran menjawab Ya √ Partisipasi siswa dalam setiap kegiatan Ya √ siswa dalam √ pertanyaan 6 pembelajaran 67 7 Kemampuan siswa dalam menyimpulkan √ Ya materi Ketercapaian 7 0 78% Tabel di atas menunjukan bahwa sikap siswa tergolong baik sekali dengan presentase 78%. Dengan rincian bahwa antusias dan keaktifan mencari pasangan terggolong baik sekali, hal ini dapat dilihat dari semangat dan ketertarikan seluruh siswa pada pembelajaran. Keaktifan bertanya dan kelancaran menjawab tergolong baik terlihat pada kegiatan siswa mencari pasangan kartu yang mereka miliki. Dan kemampuan siswa menyimpulkan materi, partisipasi dan minat siswa juga tergolong baik. b) Evaluasi Tes siklus II dilaksanakan setelah pertemuan kedua atau akhir siklus ini. 4) Refleksi Hasil analisis pada pengamatan aktivitas guru dan sikap siswa terlihat bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan Metode Index Card Match berjalan dengan baik sekali. Pada aktivitas guru, semua aktivitas dapat terlaksana yaitu 4 aktivitas pada kegiatan awal, 8 aktivitas pada kegiatan inti dan 2 aktivitas pada kegiatan penutup. Akan tetapi, masih perlu memaksimalkan kegiatan siswa dalam mencari pasangan kartu. Kendala masih terlihat pada beberapa siswa yang masih susah mencari pasangan selama waktu 68 yang diberikan karena mereka harus berfikir untuk mencari jawaban atau soal kartu yang mereka miliki sehingga waktu yang diberikan habis untuk berfikir dan akibatnya kegiatan ini kurang berjalan dengan baik dan maksimal. Untuk mengatasi hal ini, perlu ditambahkan kegiatan memikirkan jawaban atau soal kartu yang dimiliki siswa sebelum kegiatan mencari pasangan kartu sehingga siswa sudah mengetahui jawaban atau soal kartu yang mereka miliki. Sedangkan beberapa aspek sikap siswa tergolong pada kategori baik sekali seperti antusias siswa dan keaktifan mencari pasangan. Keaktifan bertanya, kelancaran menjawab, minat, partisipasi dan kemampuan siswa menyimpulkan materi tergolong baik. Aspek partisipasi siswa dalam setiap kegiatan masih perlu ditingkatkan dengan melibatkan siswa pada setiap kegiatan seperti kegiatan bertanya materi yang belum dipahami. B. Pertemuan Kedua 1) Perencanaan Perencanaan untuk pertemuan kedua siklus II meliputi merancang RPP dengan menambahkan kegiatan bertanya tentang materi yang belum dipahami dan memikirkan jawaban atau soal kartu yang dimiliki sebelum kegiatan mencari pasangan kartu, membuat lembar observasi guru dan siswa, materi Al Fiil ayat 35, kartu berpasangan dan tes siklus II. 2) Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan RRP yang telah dirancang. Kegiatan awal dimulai dengan salam dari guru dan berdoa bersama- 69 sama kemudian guru memberi motivasi kepada siswa dan melakukan apersepsi tentang materi yang akan dipelajari. Selain itu, guru mereview materi pertemuan lalu dan juga menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan awal tersebut dilaksanakan selama 10 menit. Kegiatan inti dimulai dengan menjelaskan materi pembelajaran yaitu Surah Al Fiil ayat 3-5 beserta arti dan sejarah kandungannya dengan pola kartu berpasangan. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang kuarang dipahami dan dilanjutkan dengan mengingatkan Metode Index Card Match yang akan digunakan. Guru kemudian membagikan kartu soal pada ½ siswa dan kartu jawaban pada ½ sisanya. Sebelum mencari pasangan siswa diberi kesempatan untuk melihat kartu yang mereka dapatkan dan memikirkan jawaban atau soal yang sesuai dengan kartu mereka. Kemudian siswa diminta mencari pasangan kartunya dan duduk berdekatan setelah mendapatkan pasangannya. Guru mengamati siswa yang dapat menyelesaikan kegiatan sebelum waktu yang diberikan. Selanjutnya guru meminta setiap pasangan membaca kartu pasangan yang mereka miliki dan mengecek jawaban siswa dengan jawaban yang telah disediakan serta memberi nilai atau penghargaan pada setiap pasangan. Semua kegiatan di atas dilaksanakan selama 40 menit. Kegiatan penutup dilakukan dengan menyimpulkan materi berdasarkan kartu yang cocok bersama-sama dan guru memberi evaluasi berupa tes berjumlah 10 butir soal essay tentang materi yang telah diberikan. Kedua kegiatan tersebut delakukan selama 20 menit. 70 3) Observasi dan Evaluasi a) Observasi Pengamatan dilakukan pada aktivitas guru dan sikap siswa pada saat kegiatan pembelajaran berjalan. Hasil observasi aktivitas guru pada pertemuan kedua siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 13 Aktivitas Guru Pada Pertemuan Kedua Siklus II No. Satuan Aktivitas Guru Nilai Ya Tidak Skor 1 2 3 4 A. Pendahuluan 1 Guru memberi salam kepada siswa Ya √ 2 Guru berdoa bersama siswa sebelum Ya √ √ pembelajaran dimulai 3 Guru mengabsen kehadiran siswa Ya 4 Guru memotivasi untuk belajar Ya √ B. Kegiatan Inti √ 1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Ya 2 Guru dengan Ya √ Guru menyampaikan metode pembelajaran Ya √ menyampaikan materi Metode Index Card Match 3 yang akan digunakan 4 Guru memisahkan kartu soal dan kartu Ya √ Ya √ jawaban 5 Guru membagikan kartu soal pada ½ siswa dan kartu jawaban pada ½ sisanya 6 Guru meminta siswa untuk menemukan Ya √ Ya √ pasangan, kemudian duduk berdekatan 7 Guru meminta siswa, setiap pasangan secara bergantian membaca soal dan 71 pasangannya menjawab soal 8 Guru memberi nilai kepada siswa yang √ Ya dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu yang diberikan C. Penutup 1 Guru membimbing siswa menyimpulkan √ Ya pelajaran berdasarkan kartu yang cocok 2 Guru memberi evaluasi terkait materi yang √ Ya dibahas Ketercapaian 14 0 87% Tabel di atas menunjukan bahwa aktivitas guru berjalan baik sekali dilihat dari terlaksanya semua aktivitas dengan presentase 87%. Pelaksanaan setiap kegiatan juga berjalan dengan baik dan maksimal seperti kegiatan apersepsi dan pemberian motivasi pada kegiatan awal, penyampaian tujuan pembelajaran, penjelasan materi, penjelasan metode, pembagian kartu, mencari pasangan, pemberian nilai pada kegiatan inti, dan penyimpulan materi dan pemberian evaluasi pada kegiatan akhir. Sedangkan hasil observasi sikap siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 14 Sikap Siswa Pada Pertemuan Kedua Siklus II No. Aspek yang diamati Nilai Ya Tidak 1 Skor 1 2 3 4 √ Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan Ya belajar mengajar 2 Minat siswa dalam kegiatan pembelajaran Ya √ 3 Keaktifan siswa mencari pasangan Ya √ 4 Keaktifan siswa dalam bertanya Ya √ 72 5 menjawab Ya √ Partisipasi siswa dalam setiap kegiatan Ya √ Kelancaran siswa dalam pertanyaan 6 pembelajaran 7 √ Kemampuan siswa dalam menyimpulkan Ya materi Ketercapaian 7 0 86% Tabel di atas menunjukan bahwa sikap siswa berada pada kategori baik sekali dengan presentase 86%. Terlihat pada aspek antusias, minat dan keaktifan mencari pasangan yang tergolong baik sekali. Keaktifan bertanya, kelancaran menjawab, partisipasi dan kemampuan menyimpulkan materi tergolong baik yang terlihat dari semangat dan ketertarikan semua siswa pada pembelajaran, keaktifan siswa pada kegiatan mencari pasangan, dan keikutsertaan semua siswa dalam menyimpulkan materi. b) Evaluasi Tes siklus II diadakan setelah pertemuan kedua atau akhir siklus II yang terdiri dari 10 butir soal essay tentang materi Al Fiil. Hasil tes evaluasi siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 15 Hasil Tes Sikus II Siswa Kelas V SD Negeri 2 Lalembuu No. Nama Siswa Nilai Ket. 1 Abdul Salim 72 Tidak Tuntas 2 Ahmad Fauzi 70 Tidak Tuntas 3 Aldi Saputra 75 Tuntas 4 Bayu Dermawan 80 Tuntas 5 Dendi Darwis 70 Tidak Tuntas 73 6 Depi Puspita Sari 90 Tuntas 7 Diah Ayu Rahmasari 75 Tuntas 8 Endang Rahayu 90 Tuntas 9 Fathur Rozikin 85 Tuntas 10 Fendi 80 Tuntas 11 Frety Sinta 82 Tuntas 12 Guswana 85 Tuntas 13 Halimatus Sa’diyah 80 Tuntas 14 Ibnu Yahya Rusli 78 Tuntas 15 Lailatus Saidah 75 Tuntas 16 Meisin Utami 84 Tuntas 17 Nanda Agustina 80 Tuntas 18 Nasrullah 78 Tuntas 19 Puput Ismawati 75 Tuntas 20 Rika Yunistiani 90 Tuntas 21 Riko Wijayanto 75 Tuntas 22 Roy Irawan 72 Tidak Tuntas 23 Sindi Widia Yanti 85 Tuntas 24 Trinanti 75 Tuntas 25 Utami Cahyani .P 85 Tuntas 26 Vira Nanda 86 Tuntas 27 Yayan Susianto 84 Tuntas 28 Yusuf Kurniawan 80 Tuntas Total 2236 Rata-rata 79,85 Tuntas Presentase Ketuntasan Klasikal 85,71% Tuntas Tabel di atas menunjukan bahwa rata-rata nilai tes siklus II adalah 80. Hal ini menunjukan adanya peningkatan dari rata-rata tes siklus I yaitu 75 ke siklus II 74 sebesar 5. Sedangkan presentase ketuntasan klasikal pada siklus II adalah 86% yang berarti telah mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu 80%. Terdapat peningkatan sebesar 22% karena presentase ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 64%. Dengan kata lain, siswa yang mencapai KKN bertambah 6 orang dari 18 orang yang tuntas pada siklus I menjadi 24 orang pada siklus ini. 4) Refleksi Analisis hasil observasi pada siklus II menunjukan bahwa aktivitas guru terlaksana dengan baik sekali dan maksimal karena semua aktivitasnya (14) dapat tercapai dengan baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua. Walaupun ada beberapa kekurangan pada pertemuan pertama tetapi hal ini dapat diatasi pada pertemuan kedua. Begitu juga sikap siswa pada proses pembelajaran, semua aspek yang diamati pada sikap siswa menunjukan kategori baik sekali dan baik. Sedangkan dari hasil evaluasi siklus II menunjukan bahwa presentase ketuntasan belajar telah mencapai indikator yang ditetapkan yaitu 86% dengan rata-rata sebesar 80. Jadi, aktivitas guru, sikap siswa pada pembelajaran dan hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai indikator yang ditetapkan. C. Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Hasil penelitian menunjukan bahwa Metode Index Card Match dapat meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an siswa kelas V SD Negeri 2 Lalembuu pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Peningkatan kemampuan membaca Al 75 Qur’an siswa melalui penerapan Metode Index Card Match dapat dilihat berdasarkan peningkatan aktivitas guru dan sikap siswa pada setiap siklus (siklus 1 & II) dan hasil belajar siswa pada tes awal dan tes setiap siklus (siklus I & II). Aktivitas guru pada siklus I berjalan dengan baik walaupun pada pertemuan I ada 2 aktivitas yang tidak terlaksana tetapi pada pertemuan II semua aktivitas terlaksana. Jadi, pada siklus I semua aktivitas dapat terlaksana walaupun masih ada beberapa kekurangan. Aktivitas guru pada siklus II mengalami peningkatan dibanding siklus I karena beberapa kekurangan pada siklus I dapat teratasi. Pada pertemuan I siklus II hanya kegiatan mencari pasangan yang kurang maksimal akan tetapi kegiatan tersebut teratasi pada pertemuan II. Jadi, penerapan Metode Index Card Match meningkat setiap siklusnya dan dapat terlaksana dengan baik sekali sesuai langkah-langkahnya. Selain itu sikap siswa juga mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I pertemuan I hanya 1 aspek siswa yang tergolong baik yaitu antusias sedangkan 4 aspek lainnya tergolong cukup yaitu minat, keaktifan mencari pasangan, kelancaran menjawab dan partisipasi. 2 aspek masih tergolong kurang yaitu keaktifan bertanya dan kemampuan menyimpulkan materi. Akan tetapi pada pertemuan II aspek antusias tergolong baik sekali. Minat, keaktifan bertanya, partisipasi dan keaktifan mencari pasangan tergolong baik, sedangkan kelancaran menjawab dan kemampuan menyimpulkan materi masih tergolong cukup. Pada siklus II mengalami peningkatan karena aspek antusias dan keaktifan mencari pasangan tergolong baik sekali dan 4 aspek lainnya tergolong baik pada pertemuan I. Pada pertemuan II semua aspek berada pada kategori baik kecuali 76 antusias, minat dan keaktifan mencari pasangan tergolong baik sekali membuktikan bahwa sikap siswa dalam proses pembelajaran tergolong pada kategori baik sekali. Pelaksanaan Metode Index Card Match yang berjalan dengan baik mempengaruhi hasil belajar siswa setiap siklusnya. Hasil belajar pada tes siklus I mengalami peningkatan dibanding hasil tes awal. Rata-rata pada tes awal hanya mencapai 67 dan presentase ketuntasan klasikal 43% atau 12 siswa yang tuntas. Jadi, terdapat peningkatan rata-rata sebesar 8 dan presentase ketuntasan klasikal sebesar 21% atau siswa yang tuntas bertambah 6 orang dari hasil tes awal ke hasil tes siklus I. Pada siklus I, rata-rata siswa 75 dan presentase ketuntasan klasikal sebesar 64% atau 18 siswa mencapai KKM. Akan tetapi pada siklus II rata-rata nilai dan presentase ketuntasan klasikal meningkat menjadi 80 dan 86% atau 24 siswa yang mencapai KKM. Jadi, terdapat peningkatan rata-rata sebesar 5 dan presentase ketuntasan klasikal sebesar 22% atau bertambah 6 orang yang tuntas. Dengan kata lain pada siklus II rata-rata dan presentase ketuntasan klasikal telah tercapai sesuai indikator yang telah ditentukan. Selain itu, terlihat jelas adanya peningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah diterapkannya Metode Index Card Match. Dari hasl tes awal yang hanya mencapai rata-rata 67 dan ketuntasan klasikal 43% menjadi 80 dan 86% pada hasil tes akhir siklus penelitian ini. Jadi, peningkatan rata-rata dan ketuntasan klasikal sebelum dilakukan penelitian sampai selesainya penelitian sebesar 13 dan 77 37% atau 12 siswa yang mencapai KKM. Ini berarti kemampuan membaca Al Qur’an siswa kelas V SD Negeri 2 Lalembuu pada mata pelajaran PAI dapat ditingkatkan dengan menerapkan Metode Index Card Match. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pelaksanaan Metode Index Card Match pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) khususnya materi membaca Al Qur’an di kelas V SD Negeri 2 Lalembuu telah berjalan dengan baik sekali dan sesuai dengan langkah-langkah atau prosedur yang telah ditetapkan. 2. Sikap siswa selama pembelajaran tergolong pada kategori baik sekali. Pada siklus I, hanya 1 aspek yang tergolong baik sekali dan 4 aspek yang tergolong 78 baik dan 2 aspek lainnya tergolong cukup. Tetapi pada siklus II, 4 aspek yaitu keaktifan bertanya, kelancaran menjawab, partisipasi dan kemampuan menyimpulkan materi tergolong baik sedangkan aspek antusias, minat dan keaktifan mencari pasangan tergolong baik sekali. 3. Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Lalembuu meningkat secara signifikan setelah penerapan Metode Index Card Match. Rata-rata dan ketuntasan klasikal dari hasil tes awal ke hasil tes siklus I meningkat sebesar 8 (67 menjadi 75) dan 21% atau 6 siswa (43% atau 12 siswa menjadi 64% atau 18 siswa). Sedangkan dari hasil tes siklus I ke hasil tes siklus II meningkat sebesar 5 (75 menjadi 80) dan 22% atau 6 siswa (64% atau 18 siswa menjadi 86% atau 24 siswa). B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Guru diharapkan dapat menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan sesuai dengan kondisi siswa dan lingkungan belajar serta materi yang diajarkan sehingga siswa dapat memahami materi pembelajaran yang akan disampaikan dengan mudah khususnya Metode Index Card Match. 2. Guru diharapkan dapat memahami dan menerapkan metode active learning khususnya Metode Index Card Match pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SD Negeri 2 Lalembuu. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam rangka meningkatkan kegiatan pembelajaran. 79