bab i pendahuluan - Repository UNPAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa
ini
dunia
pendidikan
memiliki
peranan
penting
bagi
perkembangan suatu bangsa dalam usaha membangun sumber daya manusia
yang unggul dan cerdas sehingga dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lainya.
Pendidikan Nasional mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa seperti yang termaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 alinea IV. Rangka dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah
dan juga masyarakat diharuskan menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan
menurut Thompson (1957) dalam Mikarsa (2007:1.3) adalah pengaruh
lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap
di dalam kebiasaan-kebiasaan, pemikiran, sikap-sikap, dan tingkah laku.
Sementara berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 pasal 1 ayat 1 tentang sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1
2
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
pasal 3 dimana pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh sebab
itu, pelaksanaan pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungin oleh para
pendidik, termasuk pendidikan di Sekolah Dasar (SD). Sekolah Dasar menurut
Rasyidi (1993) dalam Mikarsa (2007:1.7) pada hakikatnya merupakan satuan
atau unit lembaga sosial (social institution) yang diberi amanah atau tugas
khusus (specific task) oleh masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan
dasar secara sistematis.
Tujuan pendidikan di SD harus mengacu pada tujuan nasional dan tujuan
pendidikan dasar. Selain itu juga pendidikan di SD perlu memperhatikan tahap
dan karakteristik perkembangan siswa, kesesuaian dengan lingkungan.
Pendidikan SD juga harus memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan kehidupan umat manusia secara global. Tujuan pendidikan di
SD menurut Mikarsa (2007:1.3) mencakup pembentukan dasar kepribadian
siswa sebagai manusia seutuhnya sesuai dengan tingkat perkembangan
dirinya, pembinaan pemahaman dasar dan seluk beluk ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai landasan untuk belajar pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi dan hidup dalam masyarakat.
3
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2006 tentang standar isi Satuan Dasar menyatakan bahwa kurikulum
SD memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal dan pengembanagan diri
(Permendiknas, 2006: 9). Salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD
adalah IPA. IPA adalah ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dengan
segala isinya. IPA merupakan cara mencari tahutentang alam secara sistematis
untuk menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, prose penemuan dan
memiliki sifat ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Sejalan dengan uraian di atas, maka dalam pembelajaran IPA para
pendidik harus mampu menghantar peserta didik untuk menguasi konsepkonsep IPA dan keterkaiatan dengan lingkungan untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam belajar peserta didik tidak sekedar tahu
dan hafal tentang konsep-konsep IPA, tetapi harus menjadikan siswa untuk
mengerti dan memahami konsep-konsep tersebut yang menghubungkan
keterkaitan suatu konsep dengan konsep lainnya melalui penelitian,
penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen sebagai alat pemecahan masalah
dengan pola pikir yang kritis.
Perkembangannya saat ini, hasil belajar yang didapatkan oleh peserta didik
seringkali tidak sesuai dengan harapan para pendidik/ guru, dimana hasil yang
diterima peserta didik sangat rendah sehingga membuat siapapun menjadi
khawatir dan prihatin terutama bagi peserta didik itu sendiri. Saat ini pelajaran
IPA masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah dan kegiatannya
4
lebih berpusat pada guru. Guru mengajar dengan metode ceramah dan
mengharapkan siswa duduk, diam, catat, dan hafal materi yang telah diajarkan
akibatnya proses belajar mengajar menjadi monoton dan kurang menarik
perhatian siswa. Selain itu masih seringnya ditemukan para pendidik/guru
yang tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik yang dapat
menyebabkan rendahnya motivasi peserta didik untuk belajar dengan baik.
Oleh karena itu pera pendidik/ guru di
tuntut untuk lebih kreatif dalam
mencari metode pembelajaran dan lebih giat lagi agar dapat mencapai hasil
belajar yang lebih baik lagi, baik bagi peserta didik maupun pendidik itu
sendiri.
Hasil belajar peserta didik dapat meningkat atau tidaknya dapat dilihat dari
tes yang diberikan oleh guru.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen menegaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, memenuhi
kualifikasi yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah faktor guru dalam proses mengajar karena guru sangat
berperan penting dan berpengaruh bagi peserta didik sehingga dalam kegiatan
pembelajaran guru harus benar-benar memperhatikan sikap peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran berlangsung begitu pun sebaliknya bagi peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran berlangsung dapat ikut serta dan aktif
5
dalam kegiatan pembelajaran tersebut sehingga guru dan peserta didik ada
timbal balik dan proses belajar pun menjadi lebih aktif lagi.
Didalam kurikilum KTSP 2006 pada mata pelajaran IPA kelas 6 SDN
Bukit Mulya terdapat Kompetensi Dasar yaitu KD 1.1 Ciri khusus makhluk
hidup. Bahasan materi pada KD tersebut adalah materi hubungan tentang jenis
hewan herbivora, karnivora dan omnivora. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang dilaksanakan di SDN Bukit Mulya, peneliti memperoleh fakta
bahwa saat pembelajaran materi ciri khusus makhluk hidup tersebut, pendidik
mengalami kesulitan karena dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang
menunjang tujuan pembelajaran yakni agar peserta didik dapat menyimpulkan
hasil penyelidikan tentang ciri khusus makhluk hidup. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil belajar peserta didik yang sebagian besar belum mencapai
nilai KKM yakni 70.
Berdasarkan penuturan pendidik kelas VI yang dirasakan pada saat
pembelajaran
peneliti
dapat
menyimpulkan
bahwa
dalam
kegiatan
pembelajaran
pendidik tidak melibatkan peserta didik untuk melakukan
pengamatan melainkan pendidik hanya menggunakan metode ceramah
sehingga dalam kegiatan pembelajaran hanya pendidik yang melakukan
percobaan-percobaan dan peserta didik yang mengamati dan mengisi soal.
Sehingga dalam kegiatan pembelajaran terasa membosankan dan tidak menarik
perhatian serta keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sangat
minim.
6
Sama halnya dengan pendapat dari peserta didik yang mengutarakan
kepada peneliti bahwa mereka merasa sulit untuk memahami materi ciri khusus
makhluk hidup dikarenakan peserta didik tidak mengalami kegiatan
pembelajaran yang memudahkan peserta didik dalam memahami konsep materi
tersebut.
Seharusnya yang dilakukan oleh pendidik dalam pembelajaran mengenai
KD 1.1 “Ciri khusus makhluk hidup.” adalah memfasilitasi peserta didik
dengan alat peraga yang memadai dan dengan aktifitas belajar yang
menjadikan peserta didik aktif menemukan dan menyimpulkan hasil pemikiran
peserta didik.
Berdasarkan masalah yang ditemukan, peneliti merasa
perlu mencari
solusi dari permasalahan pembelajaran untuk meningkatkan proses hasil belajar
siswa dalam menimpulkan hasil penelitian.
Solusi yang peneliti ajukan adalah penggunaan metode yang dianggap
tepat untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran
yaitu dengan
melaksanakan pembelajaran sains dengan penerapan metode Make A Match.
Metode Make A Match adalah Model pembelajaran kooperatif tipe
mencari pasangan (Make A Match) yang diperkenalkan oleh Curran dalam
Eliya (2009). Metode Make A Match adalah kegiatan siswa untuk mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum batas waktunya, siswa
yang dapat mencocokkan kartunya akan diberi point dan yang tidak berhasil
mencocokkan kartunya akan diberi hukuman sesuai dengan yang telah
7
disepakati bersama. Metode ini menuntut peserta didik untuk melatih
ketelitian, kecermatan dan ketepatan serta kecepatan.
Make And Match
penanaman
kemampuan
adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan
sosial
terutama
kemampuan
bekerja
sama,
kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui
permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007 : 59).
Model pembelajaran Make A Match merupakan bagian pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran kooperatif didasarkan pada falsafah homo
homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial
(Lie, 2003:27). Model Make A Match melatih siswa untuk memiliki sikap
sosial yang baik dan melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama disamping
melatih kecepatan berfikir siswa.
Berdasarkan paparan latar belakang diatas, peneliti mengangkat judul
penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penggunaan Model Make A Match
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Materi CiriCiri Khusus Makhluk Hidup”.
8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
permasalahan penelitian yang ada dapat di identifikasi sebagai berikut:
1. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan cenderung menggunakan
metode ceramah terutama dalam mata pelajaran IPA sehingga
kurangnya minat belajar siswa karena merasa membosankan.
Diterapkannya model Make A Match untuk melihat cara peserta didik
dalam memecahkan suatu permasalahan dengan ketelitian dan berpikir
cepat serta cara bekerja sama dengan teman sekelompoknya.
2. Guru tidak menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif
dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SDN Bukit
Mulya sehingga pembelajaran terasa membosankan dan tidak menarik
perhatian siswa untuk belajar
3. Interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran hanya pendidik saja
yang aktif dan peserta didik hanya memperhatikan saja sehingga
mereka tidak bisa mengembangkan daya pikirnya dalam kegiatan
pembelajran terutama pada pelajran IPA SDN Bukit Mulya
Manggahang Baleendah.
9
C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang, maka yang menjadi permasalahan
utama adalah sebagai berikut : “Apakah dengan diterapkannya metode make a
match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ciri-ciri khusus
makhluk hidup?”
2. Pertanyaan Penelitian
Sebagaimana yang telah di paparkan pada rumusan masalah yang utama
maka peneliti merumuskan rumusan masalah yang akan dipecahkan melalui
penelitian tindakan kelas. Rumusan masalah tersebut kemudian dirinci dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil belajar peserta didik sebelum peserta didik mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode make a match?
2. Bagaimana tanggapan peserta didik terhadap materi ciri-ciri khusus
makhluk hidup dengan diterapkannya metode make a match?
3. Bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan metode make a match?
4. Bagaimana aktivitas guru selama melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan meneraokan metode make a match?
5. Bagaimana hasil belajar peserta didik setelah peserta didik mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode make a match?
10
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, diperoleh gambaran permasalahan
yang begitu luas, karena waktu yang sangat terbatas dalam penelitian ini
peneliti perlu memberi batasan masalah yang jelas yaitu sebagai berikut :
1. Proses belajar dan hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah
aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Dari sekian pokok bahasan mata pelajaran IPA, dalam penelitian ini hanya
mengkaji pembelajaran pada pokok bahasan mengenai ciri-ciri khusus
makhluk hidup
3. Obyek penelitian dilakukan pada siswa kelas VI SDN Bukit Mulya Kec.
Baleendah Kab. Bandung.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar melalui metode
Make A Match adalah membantu siswa dalam kegiatan belajar agar bisa
berfikir secara cepat dan melatih ketelitian, kecerdasan serta kecermatan
dengan waktu yanng di tentukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPA materi ciri-ciri khusus
makhluk hidup di kelas VI SDN Bukit Mulya Kec. Baleendah Kab.
Bandung disusun dengan menggunakan metode Make A Match
b. Ingin mengetahui tanggapan siswa kelas VI SDN Bukit Mulya Kec.
Baleendah Kab. Bandung apakah ada atau tidaknnya peningkatan hasil
11
belajar terhadap mata pelajaran IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup
dengan menerapkan metode Make A Match
c. Ingin mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SDN Bukit
Mulya Kec. Baleendah Kab. Bandung dengan mencocokan kartu dengan
mencari pasangan
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan memberikan
manfaat yang berarti bagi perseorangan/intitusi dibawah ini :
1. Bagi Pendidik
: Dapat memberikan informasi mengenai salah satu
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sains
guna meningkatkan kompetensi pendididk
2. Bagi Peserta Didik
:
Dapat membantu meningkatkan kemampuan
peserta didik dalam kecerdasan untuk berpikir cepat
3. Bagi Sekolah Dasar
: Memberi gagasan baru untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik
4. Bagi Peneliti
: Dapat menambah wawasan tentang model
pembelajaran dengan menggunakan model Make A Match, dan mengetahui
tingkat hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA mengenai ciri-ciri
khusus makhluk hidup.
12
G. Kerangka Atau Paradigma Penelitian
Pembelajaran yang tidak mengaitkan dengan pengalaman dalam
kehidupan dapat berpengaruh pada siswa sehingga hasil belajarnya menjadi
rendah. Agar hasil belajar dapat meningkat solusinya adalah menggunakan
metode make a match. Make And Match adalah sistem pembelajaran yang
mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja
sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui
permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007 : 59).
13
Permasalahan pembelajaran
Hasil Belajar Minim
Siswa kurang aktif karena guru tidak melibatkan
siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung
Solusi menggunakan metode Make A Match
Instrumen
Observasi
Lembar angket
Wawancara
Lembar Tes
Analisis data
Nilai siswa
Foto
Kesimpulan
Gambar 1.1 Kerangka atau Paradigma Penelitian
Diagram di atas dapat dijelaskan bahwa ada pemasalahan di SDN Bukit
Mulya pada mata pelajaran IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup, siswa
banyak yang memperoleh nilai dibawah KKM hal ini dikarenakan peserta didik
belajar cenderung pasif hanya mendengarkan guru menjelaskan dan peserta
didik tidak langsung ikut serta aktif pada saat kegiatan pembelajaran. Untuk
14
mengatasi masalah diatas peneliti memberikan solusi yaitu dengan penggunaan
metode Make A Match untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi dikelas
VI tersebut. Penggunaan Make A Match di dukung dengan melakukan
instrumen. Intrumen yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi,
wawancara, lembar tes, dan lembar anggket. Instrumen tersebut dilakukan
untuk pengumpulan data, kemudian data tersebut diolah menjadi nilai siswa.
Kegiatan penelitian ini selain menggunakan instumen juga menggunakan
foto
sebagai
kesimpulannya
dokumentasi
adalah
aktivitas
dengan
siswa,
menggunakan
guru
Make
dan
A
peneliti.
Jadi
Match
dapat
meninggkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi ciri-ciri
khusus makhluk hidup di kelas VI SDN Bukit Mulya.
H. Asumsi Penelitian
Berdasarkan kerangka/paradigma penelitian yang telah diuraikan diatas
maka rumusan asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Darmojo, 1992 (Samatowa, 2006:2) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan
alam atau sains adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang
alam semesta dengan segala isinya. Maka dari itu sesuai dengan paparan
diatas metode Make A Match sangat efektif apabila diterapkan dalam
pembelajaran IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup di SDN Bukit
Mulya.
15
2. Nash, 1993 (Samatoa, 2006 : 2) menyatakan bahwa sains itu adalah suatu
cara atau metode untuk mengamati alam. Berdasarkan asumsi diatas model
pembelajaran Make A Match sesuai dengan pembelajarab IPA karena
siswa dapat memecahkan suatu permasalahan dengan bekerjasama.
3.
Komala Sari (2010:85) model pembelajaran Make A Match adalah suatu
tipe model pembelajaran konsep. Model pembelajaran ini mengajak murid
mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui suatu
permainan kartu pasangan. Sesuai dengan penjelasan tersebut Make A
Match
dilakukan
untuk
membantu
siswa
dalam
memecahkan
permasalahan dengan berfikir cepat dan teliti.
I. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada kerangka/paradigma dan asumsi di atas maka hipotesis
dari penellitian ini adalah bahwa penggunaan metode Make A Match dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi ciri-ciri
khusus makhluk hidup di kelas VI SDN Bukit Mulya.
Adapun lebih rinci, hipotesis diatas dapat dijabarkan sebagai berikut ini :
1. Hasil belajar yang diperoleh siswa di SDN Bukit Mulya pada mata
pelajaran IPA terutama pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup sangat
rendah.
2. Penggunaan metode Make A Match tentang ciri-ciri khusus makhluk hidup
akan menimbulkan respon yang baik dari peserta didik. Hal ini terjadi
karena peserta didik menganggap bahwa pembelajaran IPA dengan
16
menggunakan metode Make A Match akan lebih menyenangkan dan tidak
membosankan.
3. Penggunaan metode Make A Match dapat meningkatkan kemampuan
siswa daam kecepatan berfikir dan dengan bekerja sama dapat lebih
memudahkan peserta didik dalam mencari pasangan soal/jawaban sebelum
batas waktunya sehingga membutuhkan ketelitian dan ketepatan dalam
berfikir sebelum mencapai batas waktu yang ditentukan. Hal ini dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
J. Definisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan dari maksud yang digunakan maka
perlu adanya definisi operasional untuk menyamakan persepsi dari
berbagai variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).
2. Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana
sudjana (2009 : 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian
yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Curran dalam Eliya (2009) menyatakan bahwa Make A Match adalah
kegiatan siswa untuk mencari pasangan kartu yang merupakan
17
jawaban soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan
kartunya akan diberi point dan yang tidak berhasil mencocokkan
kartunya akan diberi hukuman sesuai dengan yang telah disepakati
bersama.
Metode Make A Match seringkali disebut sebagai metode
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan karena
metode ini bersifat subjektif dimana peserta didik berkelompok dan
memegang kartu soal atau jawaban dan siswa dituntut untuk bekerjasama
dengan siswa lain dalam menemukan kartu jawaban maupun kartu soal
yang dipegang pasangannya dengan batas waktu tertentu, sehingga
membuat siswa berpikir dan menumbuhkan semangat kerjasama sehingga
dalam kegiatan pembelajaran dapan meningkatkan daya pikir
peserta
didik dalam belajar.
Jadi dalam metode Make A Match peserta didik dilatih untuk berpikir
cepat penuh dengan ketelitian dan kecerdasan dalam melakukan
penyelesaian masalah dengan melakukan diskusi kelompok tepat pada
batas waktu yang diberikan. Dalam metode ini peserta didik dituntut untuk
lebih aktif dalam proses kegiatan pembelajaran. Hasil akhir dari kegiatan
ini adalah meningkatnya keinginan atau motivasi peserta didik untuk
belajar.
Download