PENERAPAN METODE MAKE A MATCH DAN PERMAINAN PADA

advertisement
Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK)
Vol. 2, No. 1, Maret 2017
ISSN 2541-0393 (Media Online)
2541-0385 (Media Cetak )
PENERAPAN METODE MAKE A MATCH DAN PERMAINAN PADA
KOMPETENSI MENGENAL ANGGOTA TUBUH
Villa Kusuma
SD Negeri Mulyoharjo 01 Pagerbarang Tegal
*Diterima November 2016, disetujui Januari 2017, dipublikasikan Maret 2017
Abstrak
Penguasaan belajar siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru masih sangat rendah, Tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas I pada mata
pelajaran IPA tentang Mengenal anggota tubuh dan kegunaannya serta cara merawatnya.
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 siklus. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif
dengan menganalisis data aktivitas dan hasil belajar dari siklus ke siklus. Indikator keberhasilan
adalah jika nilai siswa mendapat nilai 70 mencapai 85% maka dikatakan tuntas belajar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa metode make a match dan permainan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa, terbukti bahwa prestasi belajar siswa mengalami kenaikan dari pra siklus rata-rata
kelas hanya 56 dengan ketuntasan belajar 21%, siklus I rata-rata kelas 71 dengan ketuntasan belajar
sebesar 61%, dan pada siklus II rata-rata kelas menjadi 84 dengan ketuntasan belajar mencapai
96%. Aktivitas siswa pada prasiklus dengan skor 3,4 (skala 1 - 5), pada siklus I dengan skor 4,3
(skala 1-5) dan pada siklus II 5,0 (pada skala 1-5).
© 2017 Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter
Kata Kunci: Make a Match; Mengenal Anggota Tubuh; Permainan
PENDAHULUAN
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar adalah untuk memberikan
pengetahuan tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan alam sebagai pengenalan tahap awal. Ilmu
Pengetahuan Alam sejak kurikulum yang dikenal dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) diajarkan sejak kelas I sekolah dasar, yang sebelumnya diajarkan mulai kelas III SD. Hal
ini karena dirasakan perlu bahwa IPA harus dikenalkan sejak anak masih duduk di kelas I SD. Oleh
karena itu dalam pembelajaran IPA diharapkan guru dan siswa dapat terlibat dan masing-masing aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran IPA melalui pengalaman langsung akan lebih
meningkatkan kualitas pembelajaran dibandingkan anak hanya mendengar informasi saja.
Upaya untuk meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan pembelajaran harus dilakukan
seorang guru agar proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mampu menarik perhatian para
siswa. Proses belajar mengajar yang tidak menarik dapat mengakibatkan kejenuhan pada diri siswa
yang belajar. Bila ini terjadi sudah pasti prestasi siswa tidak dapat ditingkatkan. Untuk dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, maka guru harus merubah proses belajar mengajarnya, dari
proses yang menjenuhkan menjadi proses belajar mengajar yang menarik bagi siswanya. Upaya yang
dapat dilakukan guru agar proses belajar mengajar yang menyenangkan adalah guru harus
menggunakan berbagai metode dan media yang menarik perhatian siswanya. Metode yang tepat
PENERAPAN METODE MAKE A MATCH DAN PERMAINAN PADA
KOMPETENSI MENGENAL ANGGOTA TUBUH
Villa Kusuma
1
Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK)
Volume 2 Nomor 1, Maret 2017
menjadikan peserta didik merasa tertarik dengan apa yang dipelajari. Siswa semakin semangat dalam
belajar ketika guru dapat memberikan pembelajaran menggunakan metode yang mudah diterima
(Syaerozi dkk, 2015). Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, sudah banyak dilakukan oleh
guru, namun hasilnya belum menunjukkan peningkatan yang berarti, bahkan dapat dikatakan masih
berjalan di tempat. Dari hasil pengamatan peneliti tentang masalah di atas ternyata yang menjadi
kendala penggunaan metode dan media pembelajaran yang kurang tepat.
Pada pembelajaran mata pelajaran IPA Mengenal anggota tubuh dan kegunaannya serta cara
Merawatnya ternyata penguasaan siswa terhadap materi tersebut sangat rendah. Pada tahun pelajaran
2014/2015 hasil belajar pada materi yang sama masih rendah yakni dengan rata-rata 50 dengan KKM
yang ditetapkan yaitu 70 sehingga ketuntasan belajar siswa baru mencapai 40%. Pada tahun pelajaran
2015/2016 hasil evaluasi dari 28 siswa ternyata yang mendapat nilai di atas KKM hanya 10 siswa
atau 36%. Sisanya 18 anak atau 64% belum mencapai KKM.
Dari kondisi di atas, untuk dapat meningkatkan penguasaan terhadap materi pelajaran, maka
peneliti melakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan
dalam dua siklus perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran yakni IPA di kelas I l.
Metode mengajar berhubungan dengan pengalaman belajar yang kemungkinan banyak atau
sering digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Setiap metode mengajar masing-masing
memiliki keunggulan dalam membentuk kemampuan siswa. Dalam prosesnya penggunaan metode
harus dilakukan secara bervariasi yang memprioritaskan aktivitas siswa. Metode make a match
merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara
langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk menunjukkan proses tertentu.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah:
(1) Apakah dengan metode make a match dan permainan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?
(2) Apakah dengan menggunakan media pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas siswa?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa pada materi mengenal anggota tubuh dan kegunaannya serta cara merawatnya
dengan menggunakan model pembelajaran make a match dan Permainan.
METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Mulyoharjo 01 waktunya dari tanggal
1 Agustus 2015 sampai dengan 30 Oktober 2015.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas I dengan jumlah 28 orang yang terdiri dari 16 siswa
laki-laki dan 12 siswa perempuan.
3. Instrumen Penelitian
1) Sumber data penelitian ini adalah 28 siswa kelas I SD Negeri Mulyoharjo 01 dan 1 guru pengamat
2) Jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari hasil belajar
dan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran.
3) Cara Pengambilan Data
a. Data hasil belajar yang diambil dengan memberikan tes akhir siklus kepada siswa, alat yang
digunakan berupa soal tes akhir siklus.
b. Data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan
menggunakan lembar observasi.
c. Data tentang refleksi diri serta perubahan-perubahan yang terjadi di kelas, diambil dari
pengamatan peneliti.
d. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan diperoleh dari rencana
pembelajaran dan lembar pengamatan.
2
PENERAPAN METODE MAKE A MATCH DAN PERMAINAN
PADA KOMPETENSI MENGENAL ANGGOTA TUBUH
Villa Kusuma
Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK)
Volume 2 Nomor 1, Maret 2017
4. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1) Siswa dikatakan tuntas belajar jika secara individual apabila mencapai 70. secara klasikal jika
prestasi belajarnya mencapai 70 sebanyak 85%.
2) Siswa dikatakan tuntas belajar jika secara individual apabila mencapai 85%. secara klasikal jika
aktivitas siswa mencapai 70 sebanyak 85%.
5. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Untuk
dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi pokok Mengenal anggota tubuh dan kegunaannya serta
cara Merawatnya. Sedangkan pengamatan awal dilakukan untuk melihat keberhasilan dan
memperoleh data-data kaitannya dengan pelaksanaan PTK yang dilakukan. Evaluasi dan observasi
awal dalam refleksi ditetapkanlah tindakan yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam memahami serta mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep materi.
Penelitian tindakan kelas ini setiap siklusnya melalui 4 tahap yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi.
6. Rancangan Setiap Siklus
Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus pertama dapat dijabarkan
sebagai berikut.
1) Siklus I
a. Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah Membuat rencana pembelajaran
dengan menggunakan berbagai latihan dari yang paling simpel ke yang lebih kompleks, membuat
lembar pengamatan untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika latihan atau
melihat bagaimana metode tersebut diaplikasikan, membuat alat bantu mengajar yang diperlukan
dalam rangka optimalisasi kemampuan siswa dalam Mengenal anggota tubuh dan kegunaannya serta
cara merawatnya, dan yang terakhir adalah mendesain alat evaluasi
b. Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini sebagai berikut.
1) Melaksanakan pembelajaran dengan model kontekstual sesuai dengan rencana.
2) Guru menyusun ringkasan materi pelajaran materi pokok Mengenal anggota tubuh dan
kegunaannya serta cara Merawatnya yang akan diajarkan kepada siswa.
3) Guru menyusun dan memberikan soal-soal latihan pada siswa.
4) Guru mengadakan pembahasan soal-soal latihan bersama siswa pada soal-soal latihan yang
diberikan guru.
5) Mengevaluasi tingkat daya serap siswa terhadap proses pembelajaran.
6) Mengadakan pengamatan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran.
7) Mengadakan tes akhir siklus.
c. Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan proses pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun.
d. Refleksi
Hasil yang didapatkan dalam tahap ini atau tahap pengamatan dikumpulkan serta dianalisa
dalam tahap ini. Dari hasil pengamatan guru dapat merefleksikan diri dengan melihat data
pengamatan apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal materi pokok mengenal anggota tubuh dan kegunaannya serta cara merawatnya.
Di samping data lembar pengamatan untuk melengkapi data diperlukan wawancara dengan siswa
setelah atau pada saat melaksanakan kegiatan pengajaran.
PENERAPAN METODE MAKE A MATCH DAN PERMAINAN
PADA KOMPETENSI MENGENAL ANGGOTA TUBUH
Villa Kusuma
3
Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK)
Volume 2 Nomor 1, Maret 2017
2) Siklus 2
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan Siklus II hal yang dilakukan di antaranya adalah Menyusun RPP
untuk siklus II berdasarkan hasil refleksi, Menyusun soal latihan berupa LKS, Menyusun dan
merumuskan alat evaluasi, Menganalisis dokumentasi kondisional meliputi data hasil ulangan materi
pokok mengenal anggota tubuh dan kegunaannya serta cara merawatnya, angket dan lembar
pengamatan guru terhadap pembelajaran IPA yang akan berlangsung, dan Mengidentifikasi masalah
dengan mengklarifikasi semua masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru dalam kegiatan
belajar mengajar.
b. Tindakan
Tindakan siklus II sesuai dengan perencanaan yang diprogramkan yaitu sebagai berikut:
1) Permasalahan diidentifikasi dan masalah dirumuskan. Dalam hal ini guru atau peneliti memilih
model pembelajaran dengan memperbanyak latihan soal.
2) Merencanakan pembelajaran dengan menerangkan materi tentang materi pokok mengenal
anggota tubuh dan kegunaannya serta cara merawatnya dilanjutkan dengan memberikan contohcontoh soal.
3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan
model pembelajaran seperti bertanya, mengungkapkan pendapat, latihan dan lain sebagainya.
4) Guru memberikan soal-soal latihan pada akhir pertemuan.
5) Guru memberikan soal-soal tes pada akhir siklus II.
c. Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data aktivitas pembelajaran, baik data
pembelajaran (guru) maupun data pembelajaran siswa. Pengamat melakukan kegiatan pengamatan
untuk guru dan siswa dengan cara menyiapkan lembar pengamatan berupa check list.
d. Refleksi
Dalam kegiatan refleksi data dikumpulkan kemudian dievaluasi oleh peneliti. Kegiatan
evaluasi dilakukan dengan cara mengukur baik cara kuantitatif maupun kualitatif. Data yang
diperoleh dikumpulkan kemudian disimpulkan bagaimana hasil belajar siswa dan bagaimana pula
hasil pembelajaran guru, kemudian direfleksikan berupa hasil analisis yang telah dikerjakan.
PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
a. Data Hasil belajar Siswa
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Tiap-Tiap Siklus Mata Pelajaran IPA
No Hasil Belajar Siswa
Siklus
Pra Siklus
Siklus I
Rata-rata
56
71
1.
SKM/KKM
70
70
2.
Tuntas (%)
21%
61%
3.
Belum Tuntas (%)
79%
39%
4.
4
PENERAPAN METODE MAKE A MATCH DAN PERMAINAN
PADA KOMPETENSI MENGENAL ANGGOTA TUBUH
Villa Kusuma
Siklus II
84
70
96%
4%
Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK)
Volume 2 Nomor 1, Maret 2017
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
96%
100%
80%
61%
60%
40%
21%
20%
0%
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Persentase Ketuntasan
Gambar 1. Grafik Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Pra Siklus
Hasil tes formatif pra siklus pada mata pelajaran IPA materi mengenal anggota tubuh dan
kegunaannya serta cara merawatnya diketahui bahwa prestasi belajar siswa yang mencapai nilai 70
ke atas sebanyak 21%, hal ini dikatakan masih mencapai di bawah KKM. Beberapa hal yang dapat
ditarik dari hasil analisis tes, lebih dari 79% siswa belum paham tentang materi mengenal anggota
tubuh dan kegunaannya serta cara merawatnya. Hal tersebut perlu dilakukan latihan-latihan secara
berulang-ulang.
Siklus I
Hasil tes formatif siklus I pada mata pelajaran IPA materi Mengenal anggota tubuh dan
kegunaannya serta cara perawatannya diketahui bahwa prestasi belajar siswa yang mencapai nilai
70 ke atas sebanyak 61%, tidak mencapai tuntas belajar hal ini dikatakan masih mencapai di bawah
memperoleh nilai 70 ke atas.
Siklus II
Data hasil tes perbaikan pembelajaran pada siklus II, diperoleh nilai tertinggi 100, nilai
terendah 0, mean sebesar 78,6.
b. Rekapitulasi Aktivitas belajar Siswa
Adapun untuk lebih menjelaskan keadaan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat
dipaparkan dalam bentuk diagram batang sepeti berikut ini:
Aktivitas Belajar Siswa
5
5.0
Rata-rata
4.0
4.3
3.4
3.0
2.0
1.0
0.0
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Rata-rata
Gambar 2. Grafik aktivitas belajar
PENERAPAN METODE MAKE A MATCH DAN PERMAINAN
PADA KOMPETENSI MENGENAL ANGGOTA TUBUH
Villa Kusuma
5
Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK)
Volume 2 Nomor 1, Maret 2017
Pra Siklus
Aktivitas siswa pada pra siklus, masih rendah baik pada kegiatan awal, kegiatan inti, maupun
pada kegiatan akhir. Pembelajaran yang dilaksanakan kurang memotivasi belajar siswa sehingga
antusias siswa dalam pembelajaran kelihatan tidak aktif, kurang berani dalam bertanya, sikap malumalu dalam menjawab pertanyaan guru, dan kesiapan siswa dalam belajar belum optimal.
Siklus I
Aktivitas siswa pada siklus I, lebih baik dari pra siklus, namun pada kegiatan inti, maupun pada
kegiatan akhir siswa kurang ikut terlibat dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan sudah
memotivasi belajar siswa sehingga antusias siswa dalam pembelajaran kelihatan cukup aktif, berani
bertanya manakala mendapati materi yang belum jelas, masih sekitar 39% sikap malu-malu dalam
menjawab pertanyaan guru, dan kesiapan siswa dalam belajar belum optimal. Nilai-rata –rata
aktivitas siswa sebanyak 4,3 naik dari rata-rata 3,4 hal ini dikatakan cukup baik.
Siklus II
Aktivitas siswa pada siklus II, lebih baik dari siklus I, pada kegiatan inti, maupun pada kegiatan
akhir siswa terlibat dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan sudah memotivasi belajar
siswa sehingga antusias siswa dalam pembelajaran kelihatan cukup aktif, berani bertanya manakala
mendapati materi yang belum jelas, masih sekitar 70% sikap malu-malu dalam menjawab pertanyaan
guru, dan kesiapan siswa dalam belajar belum optimal. Nilai-rata –rata aktivitas siswa sebanyak 5,0
naik dari rata-rata 4,3 hal ini dikatakan sangat baik.
2. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil dari pengamatan peneliti dalam melakukan pembelajaran, dan hasil diskusi
dengan teman sejawat, pelaksanaan perbaikan pembelajaran pra siklus diperoleh data keaktifan siswa
belum tampak menonjol. Keaktifan siswa amat sedikit meskipun guru dalam mengajar sudah
menggunakan alat peraga. Siswa bila disuruh maju mengerjakan soal di papan tulis, kelihatan masih
agak takut-takut. Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran belum begitu tinggi sehingga perlu
upaya perbaikan pembelajaran.
Pada Siklus I Peningkatan keaktifan baru sedikit meskipun guru dalam mengajar sudah
menggunakan alat peraga. Siswa bila disuruh maju mengerjakan soal di papan tulis, kelihatan masih
agak takut-takut. Ketuntasan hasil belajar baru mencapai 61% siswa yang memperoleh nilai 70 ke
atas. Dengan kata lain siswa perlu dilatih dan diberikan motivasi agar lebih baik prestasi belajarnya.
Hasil belajar yang diperoleh siswa belum memenuhi harapan guru, maka guru memandang
perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus II. Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada
oktober 2015. Melihat hasil tes perbaikan pembelajaran siklus II hasilnya sudah memenuhi harapan
sebab hasil tes siklus II sudah jauh lebih baik dari siklus I. Dari 28 siswa yang mencapai nilai di atas
70 pada siklus I baru mencapai 61% dan meningkat menjadi 96% pada akhir siklus II. Hal ini
mengalami peningkatan mencapai 30%. Melihat hasil perbaikan pembelajaran siklus II dapat
dikatakan pelaksanaan siklus kedua telah mencapai ketuntasan belajar, karena hasil akhir sudah
memenuhi harapan guru.
Selain hasil belajar yang meningkat ditemukan pula adanya peningkatan motivasi belajar dan
kemandiriannya, yaitu siswa lebih mantap dalam mengerjakan soal latihan secara mandiri yang
biasanya suka melihat hasil kepada teman, meminta bantuan guru, dan tidak mau mengerjakan soal.
Pada akhir siklus I diketahui dari 28 siswa seluruhnya mengerjakan soal secara mandiri, penuh
antusias, menggunakan waktu yang tersedia secara optimal. Dengan demikian perbaikan
pembelajaran yang telah dilaksanakan sampai akhir siklus II, melalui penerapan metode latihan dan
penggunaan alat peraga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, maka tidak perlu dilanjutkan pada
siklus berikutnya.
6
PENERAPAN METODE MAKE A MATCH DAN PERMAINAN
PADA KOMPETENSI MENGENAL ANGGOTA TUBUH
Villa Kusuma
Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK)
Volume 2 Nomor 1, Maret 2017
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran IPA materi mengenal anggota tubuh dan kegunaannya
serta cara merawatnya dengan indikator hasil belajar sebagaimana disebutkan dalam tujuan
perbaikan, maka dapat diketahui keberhasilannya. Pembelajaran ditekankan pada peningkatan
kemampuan siswa untuk menguasai materi pelajaran sehingga mampu mengetahui dan mengenal
anggota tubuh dan kegunaannya serta cara merawatnya.
Indikator ketuntasan belajar yaitu secara klasikal siswa yang memperoleh nilai 70 telah
mencapai 85% ke atas. Secara individual tuntas belajar adalah siswa telah mencapai nilai 70 ke atas.
Untuk membandingkan keberhasilan siklus I dan II yang telah dilaksanakan dapat diketahui dari
ketuntasan belajarnya dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa atau 96 % dan belum tuntas 1 siswa
atau 4%.
Untuk lebih dapat memahami hasil penelitian ini berikut disajikan perbandingan hasil nilainya
yang dinyatakan tuntas dan belum tuntas sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2. Ketuntasan Belajar siklus I dan II
Siklus I
Siklus II
Belum
Tuntas
Belum
Tuntas
%
JML
%
JML
%
JML
%
JML
61
11
39
27
96
1
4
17
Sebagaimana
tabel perbandingan di atas, upaya guru yang telah dilakukan untuk
meningkatkan prestasi belajar diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Siswa diberi latihan soal yang bervariasi.
2) Siswa diberi dorongan agar tumbuh rasa percaya diri.
3) Prestasi yang diperoleh menunjukkan peningkatan.
Berdasarkan hasil di atas guru menganggap bahwa perbaikan pembelajaran telah berhasil. Rasa
percaya diri pada sebagian besar siswa tampak lebih meningkat, dibuktikan bila diberi tugas
mengerjakan soal di papan tulis siswa lebih cepat meresponnya.
SIMPULAN
Metode make a match dan permainan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada
kompetensi mengenal anggota tubuh dan kegunaannya serta cara perawatannya, terbukti bahwa
prestasi belajar siswa mengalami kenaikan dari pra siklus dengan rata rata kelas hanya 56 dengan
ketuntasan belajar 21%. Pada siklus I rata-rata mencapai 71 dengan ketuntasan 61%, pada siklus II
rata-rata kelas mencapai 84 dengan ketuntasan mencapai 96%. Media pembelajaran mengenal
anggota tubuh dan kegunaannya serta cara perawatannya yang mencukupi kebutuhan siswa dapat
meningkatkan aktivitas siswa tentang kompetensi dasar mengenal anggota tubuh dan kegunaannya
serta cara merawatnya. Aktivitas siswa pada siklus I dengan skor 3,4 (dalam skala 1 - 5), pada siklus
I dengan skor 4,3 ( dalam skala 1-5) dan pada siklus II 5,0 dengan skala (1-5).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsmi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Endang, Retno, W., 2002, Metode Penelitian Kelas, Semarang: UNNES.
Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Jakarta. PT Bumi Aksara.
Hamalik, O. 2007. Perencanaan
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Raja Grafindo Persada.
Syaerozi, Eko Supraptono, dan Sutarno. 2015. Penerapan Metode Pembelajaran Drill Berbantuan Multimedia Interaktif
Untuk Meningkatkan Keterampilan Mengolah Data Menggunakan Microsoft Excel 2007. Semarang: Edu
komputika Jurnal.
UU No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Semarang: Aneka Ilmu.
Wardani, I.G.A.K. Juleha Siti, Marsinah Ngadi. 2004. Pemantapan Kemampuan Profesional, Jakarta: Universitas
Terbuka
PENERAPAN METODE MAKE A MATCH DAN PERMAINAN
PADA KOMPETENSI MENGENAL ANGGOTA TUBUH
Villa Kusuma
7
Download