BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Latar Belakang Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetap juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan seharihari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar, dengan demikian siswa tidak hanya menghafal ilmu pengetahuan saja, namun siswa juga melihat, mengalami dan melakukan sesuatu. IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan Standar Isi dalam Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu, IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Pembelajaran yang nyata ada di lapangan dan up to date (yang terbaru). IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusa melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di 8 8 tingkat SD/MI diharpkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Dengan demikian, siswa tidak hanya menerima materi saja, namun diberikan kesempatan untuk membuat rancangan IPA nya sendiri dan membuat rancangan itu ke dalam sebuah bentuk karya, dalam hal ini siswa mengembangkan kreativitasnya. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Dengan demikian pembelajaran IPA menjadi bermakna bagi siswa, karena kreativitasnya dikembangkan sehingga tingkat berfikir kognitif yang dimiliki siswa menjadi tinggi. Inilah yang diharapkan melalui KTSP. Tujuan Pembelajaran IPA Mendasarkan pada latar belakang pembelajaran IPA, maka Mata Pelajaran IPA di SD/MI diarahkan untuk bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi). 9 Tujuan tersebut menuntut taraf berfikir tingkat tinggi, pengembangan sikap dan ketrampilan yang memadai dari siswa, oleh karena itu pengembangan pendekatan pembelajaran inkuiri sangat dibutuhkan. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA memiliki ruang lingkup bahan kajian yang luas, untuk itu perlu ada pembatasan ruang lingkup pembelajaran IPA khusus SD/MI yakni meliputi aspekaspek berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bumi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. (Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pencapaian tujuan IPA yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tersebut harus dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang berstandar nasional dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Standar kompetensi (SK) merupakan ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan secara efektif. Penjabaran lebih lanjut ke dalam kompetensi dasar. Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran di satuan pendidikan harus mengacu pada SK dan KD yang diterbitkan oleh BSNP. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini. 10 Tabel 2.1 SK dan KD mata pelajaran IPA Kelas IV Semester 2 No. 8. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari 8.1. Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya 8.3 Membuat suatu karya/pendekatan untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas /baling-baling /pesawat kertas/parasut 8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik (Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi) 2.1.2 Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Pendekatan inkuiri menurut Nanang dan Cucu (2009) merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Pendekatan inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu. Siswa didorong untuk bertindak aktif mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapinya dan menarik kesimpulan sendiri melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis. Siswa tidak lagi bersifat dan bersikap pasif, menerima dan menghafal pelajaran yang diberikan oleh gurunya (Hidayati, Pengembangan Pembelajaran IPS SD ). Siswa dibagi kedalam kelompok, setiap kelompok mengerjakan tugas yang sudah ditentukan guru. Menurut Piaget (Wafi, 2009) pendekatan inkuiri merupakan 11 suatu pendekatan yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar dapat melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditentukan peserta didik. Menurut B. Joyce and M. Weil (1996) pendekatan inkuiri adalah sebuah pendekatan yang intinya melibatkan siswa kedalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyelidikan, membantu mereka mengidentifikasi konseptual atau pendekatan pemecahan masalah yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Wina Sanjaya (2008) mengemukakan pendekatan inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Menurut E. Mulyasa (dalam Siti 2009), Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatankegiatan sebagai berikut: 1. Mengajukan pertanyaan-pertanyan dengan fenomena alam 2. Merumuskan masalah yang ditemukan 3. Merumuskan hipotesis 4. Merancang dan melakukan eksperimen 5. Mengumpulkan dan menganalisis data 6. Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan dan tanggung jawab. Macam-macam pendekatan inkuiri Menurut Nanang dan Cucu (2009), pendekatan inkuiri dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan itu adalah: 1. Inkuiri terbimbing. Pendekatan inkuiri terbimbing merupakan pendekatan dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan 12 mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. 2. Inkuiri bebas Pada pendekatan ini, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri masalah yang akan dimiliki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang akan diperlukan. Selama proses pembelajaran, guru hanya sedikit memberikan bimbingan. Salah satu keuntungan dari pendekatan ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksikan jawabannya sendiri. 3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi Dalam pendekatan ini, guru membatasi bimbingan agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa menemukan sendiri jawaban. Namun, apabila siswa tidak dapat menyelesaikan masalahnya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung yaitu dengan cara memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain. . Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Inkuiri Menurut Wina Sanjaya (2008), secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah 13 penting, keberhasilan Pendekatan ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktifitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi adalah: a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. 2. Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir 3. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. 4. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pendekatan inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat 14 dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. 5. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 6. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Menurut Soewarso (2010), langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut: 1. Memperkenalkan masalah. Pada tahap ini, guru memberikan suatu masalah yang akan diselesaikan. 2. Mengumpulkan data. Pada tahap ini diharapkan semua siswa bertanya kepada guru. Jika siswa mendapat kesulitan dalam mengajukan pertanyaan, maka guru harus membantunya dengan memberikan suatu pernyataan yang berhubungan dengan tahap pertama. 3. Menganalisis data. Pada tahap ini siswa bekerja secara individu atau secara kelompok. 4. Membuat hipotesa 5. Menguji hipotesa. Pada tahap ini siswa akan menguji kebenaran hipotesa. 6. Membuat kesimpulan. Pada tahap ini, baik individu atau kelompok siswa membuat kesimpulan. Setelah itu siswa melaporkan hasil diskusi. Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2008), ada lima tahap ppelaksanaan inkuiri yang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu teori. Lima tahapan tersebut adalah: 15 1. Menghadapkan pada permasalahan. Pada tahap guru memberi permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inkuiri pada siswa. 2. Pengumpulan data dan verifikasi. Pada tahap siswa mengumpulkan data atau informasi tentang peristiwa atau masalah yang telah mereka lihat atau alami, dengan mengajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru hanya menjawab ya atau tidak. 3. Pengumpulan data eksperimentasi. Pada tahap ini siswa mengajukan faktor atau unsur baru kedalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa itu dapat terjadi secara berbeda. 4. Mengorganisir, formulasi dan penjelasan. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk mengorganisir data dan menyusun suatu penjelasan. Artinya, data tersebut telah diorganisir kemudian dideskripsikan sehingga menjadi suatu paparan hasil temuannya. 5. Analisis proses inkuiri. Pada tahap ini siswa diminta untuk menganalisis proses inkuiri. Menurut Suchman (dalam Hamzah, 2008), ada lima langkah mengajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri, antara lain: 1. Tahap pertama adalah siswa dihadapkan pada suatu situasi yang membingungkan (teka-teki). 2. Tahap kedua pengumpulan data untuk verifikasi. Verifikasi merupakan proses menggali informasi tentang peristiwa yang mereka alami. Pada tahap ini, siswa menanyakan serangkaian pertanyaan yang dapat dijawab oleh guru dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”, sementara melakukan percobaan sesuai dengan permasalahan yang dihadapkan pada mereka. Namun, perlu dicatat bahwa pada tahap pertama, guru hendaknya menjelaskan prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh siwa. Untuk itu, disarankan agar mendasarkan permasalahan yang dihadapkan kepada siswa berawal dari ide yang paling sederhana. 3. Tahap ketiga adalah pengumpulan data untuk eksperimentasi. Eksperimen (percobaan) merupakan proses memperkenalkan kepada siswa suatu unsur baru pada suatu situasi tertentu untuk menunjukkan bahwa suatu peristiwa dapat terjadi secara berbeda. Pada tahap ini, siswa menanyakan serangkaian pertanyan yang 16 dapat dijawab oleh guru dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”, sementara melakukan percobaan sesuai dengan permasalahan yang dihadapkan pada mereka. Namun, perlu dicatat bahwa pada tahap pertama, guru hendaknya menjelaskan prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh siwa. Untuk itu, disarankan agar mendasarkan permasalahan yang dihadapkan kepada siswa berawal dari ide yang paling sederhana. 4. Tahap keempat, adalah tahap merumuskan penjelasan atau peristiwa yang telah mereka alami. Pada tahap ini, disarankan agar beberapa siswa memberikan penjelasan tentang apa yang dialami. Dengan demikian, akan diperolah beberapa penjelasan yang satu sama lain dapat saling mendukung sehingga menghasilkan suatu penjelasan yang lengkap. 5. Tahap kelima atau tahap terakhir adalah menganalisis proses penelitian yang telah mereka lakukan. Pada tahap ini, siswa diminta untuk menganalisis pola penelitian ynag mereka lakukan. Tahap ini penting sekali dilakukan karena kita menginginkan agar siswa menyadari betul proses penelitian yang dilakukan secara sistematis dan guru telah mengajarkan kepada mereka menggunakan cara-cara yang lebih efektif. Dari keempat pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran inkuiri tersebut intinya sama, mulai dari memperkenalkan masalah, mengumpulkan data, sampai dengan menarik suatu kesimpulan, sehingga dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: a. tahap orientasi b. tahap verifikasi c. tahap eksperimentasi. d. tahap merumuskan peristiwa yang terjadi e. tahap analisis proses penelitian. Pada tahap ini siswa membuat kesimpulan dan menemukan hasil Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Pengetahuan dan ketrampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat 17 fakta tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan pendekatan ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri. Pendekatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah. Seperti langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang dikemukan oleh para ahli diatas, mulai dari orientasi, kemudian siswa melakukan verifikasi dan ekperimentasi, siswa mengumpulkan data dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan menyimpulkan, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Tujuan utama pembelajaran ini adalah untuk menolong siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual dan kemampuan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan secara mandiri. Pada prinsipnya, inkuiri adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator. Sedangkan siswa dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai pengambil inisiatif dalam menentukan sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara mereka sendiri, dengan demikian diharapkan mereka mempunyai keberanian untuk mengajukan masalah, merespon masalah, dan berpikir untuk menyelesaikan masalah atau menemukan jawabannya melalui penyelidikan atau percobaan secara mandiri. Dengan demikian dalam penelitian ini, peneliti memilih pendekatan inkuiri terbimbing, karena guru yang berperan dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya, dan siswa menyelesaikan masalah secara diskusi kelompok dan menarik kesimpulan secara mandiri. 2.1.3. Kreativitas belajar IPA Kreativitas dalam belajar IPA, banyak ahli yang membuat definisi. Supriyadi (1994:20) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Penekanan kreativitas disini lebih kepada sesuatu yang baru. Hal ini senada dengan pendapat Semiawan (1997:19) yang mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Berbeda dengan Supriyadi dan Semiawan, Chaplin (1989:3), mengutarakan bahwa krativitas adalah kemampuan 18 menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan, atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan pendekatan-pendekatan baru. Definisi kreativitas yang lebih kompleks, dikemukakan oleh Ayan (Candra, 2005:6) bahwa hakekat kreativitas adalah kemauan, keinginan atau semangat untuk melakukan eksplorasi, mempertanyakan dan melakukan eksperimen terhadap berbagai objek, peristiwa dan situasi yang ada di lingkungan. Sementara, Munandar (1990:50) mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. David Campbell (2001:17) kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru, berguna dan dapat dimengerti. Baru yang diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, dan mengejutkan. Berguna yang diartikan sebagai lebih enak, lebih praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik. Dapat dimengerti yang diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu, atau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi. Berdasarkan pendapat beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam membuat sesuatu yang berbeda dari yang lain, atau menciptakan sesuatu yang baru. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif Kepribadian termasuk siswa yang kreatif memiliki ciri-ciri tertentu yang merupakan salah satu aspek penting dalam kreativitas. Upaya untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan kreativitas hanya mungkin dilakukan jika terlebih dahulu memahami sifat-sifat kemampuan kreatif dan iklim lingkungan yang mengitarinya. Supriyadi (1994:15) mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu kategori kognitif dan kategori non kognitif. Ciri kategori kognitif diantaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri kategori non kognitif diantaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Kedua ciri ini sama 19 pentingnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki kondisi psikologis yang sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja, namun variabel emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif. Sama halnya dengan Supriyadi, Campbell (2001:19) mengelompokkan aspek kreativitas ke dalam dua kategori yakni aspek pokok dan aspek kemungkinan. Aspek pokok kreativitas adalah kunci untuk melahirkan ide, gagasan, pemecahan masalah dan penemuan. Adapun yang termasuk dalam kategori aspek-aspek pokok individu kreatif, antara lain: 1. Kelincahan berfikir dari segala arah, yaitu kemampuan untuk melihat masalah dari segala arah, sudut pandang, dan megumpulkan berbagai fakta yang penting untuk mengarahkan fakta itu pada masalah yang dihadapi. 2. Kelincahan mental berfikir ke segala arah, yaitu kemampuan untuk berfikir dari satu ide/gagasan menyebar ke segala arah yang memungkinkan mencari berbagai jawaban yang berbeda. 3. Fleksibilitas konseptual adalah kemampuan untuk secara spontan mengganti cara pandang dan pendekatan kerja yang tidak sejalan. 4. Originalitas adalah kemampuan untuk menuangkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja yang tidak biasa dan jarang bahkan mengejutkan. 5. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas, individu kreatif lebih menyukai kerumitan daripada kemudahan memiliki tantangan dari keamanan, kecenderungan pada banyak tali temalinya. 6. Latar belakang yang merangsang, lingkungan yang merangsang dan suasana yang mendukung mendorong timbulnya kreativitas individu. 7. Kecakapan dalam banyak hal, para individu kreatif pada umumnya mempunyai minat serta kecakapan dalam berbagai bidang dan dapat menikmati kehidupan dari berbagai sudut pandang. Kategori aspek kreatif yang ke dua adalah kategori aspek yang memungkinkan. Kategori aspek yang memungkinkan adalah sesuatu yang ada pada diri seseorang yang membuatnya mampu mempertahankan ide kreatif yang sudah ditemukan. Adapun 20 aspek-aspek yang termasuk dalam kategori aspek yang memungkinkan kepribadian kreatif adalah: 1. Kemampuan untuk bekerja keras, orang yang kreatif mempunyai gaya hidup bekerja keras, umumnya tidak tegang karena sudah menyatu dengan gaya hidup modern. 2. Berfikir mandiri, orang kreatif memiliki rasa individualistis yang kuat, mereka membuat keputusan sendiri mempunyai pendapat sendiri sehingga pada umumnya mampu berdiri ditengah kekacauan dan tidak mudah terkena terpaan angin dan cerita burung. 3. Pantang menyerah, orang kreatif tidak takut gagal, mereka rela dan senang untuk mencoba lagi dan pantang menyerah. 4. Mampu berkomunikasi dengan baik 5. Kaya humor dan fantasi, orang kreatif memiliki rasa humor dan fantasi, mereka mencari yang aneh dan kurang menaruh minat untuk mengatur pikiran, emosi, dorongan hati dan gejolak jiwa mereka mampu mendapatkan dunia luas dan penuh berbagai unsur yang menarik. 6. Tidak segera menolak ide atau gagasan baru. 7. Arah hidup yang mantap, individu kreatif kebanyakan menampakkan sikap yakin akan tujuan dan hidup mereka, ada rasa ketertarikan untuk menyelesaikan suatu tugas hidup di tempat dan jaman mereka. Berbeda dengan pendapat Supriyadi dan Campbell yang mengelompokkan aspek kreatif dalam dua kategori. Ayan mengelompokkan aspek kreatif ke dalam empat kategori. Menurut Ayan (candra, 2005:8) aspek-aspek kreativitas yaitu: 1. Rasa ingin tahu (Curiousity) merupakan komponen pertama yang sangat penting bagi usaha-usaha kreatif yang dilakukan seseorang. Hal ini disebut juga sebagai kekuatan mempertanyakan sesuatu (questioning force). 2. Keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan (Openness to experiences) atau informasi baru. Untuk menjadi orang kreatif diperlukan persediaan informasi dan pengalaman yang banyak serta beraneka ragam dari waktu ke waktu. Agar cukup informasi dan pengalaman, seseorang harus bersifat fleksibel, terbuka, mau menerima dan menghargai berbagai pandangan, pemikiran, pendapat dan hasil karya orang lain. Dengan fleksibilitas dan keterbukaan ini, seseorang akan dapat 21 memperkaya pengetahuan yang telah ada didalam struktur kognitif, sehingga ia berpeluang besar untuk dapat memunculkan gagasan yang luar biasa. 3. Toleransi terhadap resiko (Risk Tolerance) merupakan kesanggupan atau kesediaan seseorang untuk mengambil resiko terhadap apa saja yang hendak diusahakan atau dihasilkan. Keterbukaan dan keingintahuan seseorang juga akan berkembang dengan baik apabila seseorang juga mempunyai toleransi yang tinggi atau kesanggupan menerima resiko-resiko tertentu yang mungkin ditimbulkannya. 4. Energi (Energy) meliputi energi fisik dan energi mental.Pada umumnya orang kreatif memiliki energi yang luar biasa, khususnya energi fisik. Proses-proses kreatif berlangsung mulai dari pencarian gagasan sampai dengan pengujian atau pelaksanaan gagasan tersebut, sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain. Proses ini tentu membutuhkan konsentrasi penuh, komitmen, ketekunan dan ketahanan kerja dan waktu kerja lembur dapat berlangsung berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Torence (1988) mengatakan bahwa kretivitas merupakan proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasilnya. Hasil dari kreativitas adalah suatu yang baru, orisinil da bermakna. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kreativitas seseorang perlu dilakukan pengukuran, yang oleh Torreance (1968: 3) pengukuran kreativitas dikatakan menyerupai langkahlangkah pendekatan ilmiah, yaitu: the process of (1) sensing difficultties, peoblems, gaps in information, missing elements, something asked; (2) making guesses and formulating hypothesis about these deficiencies; (3) evaluating and testing these guasses and hypotheses; (4) possibly revising ang retesting them; and finaly; (5) communicating the result. Mendasarkan pada langkah-langkah pengembangan tersebut, Munandar (1999 :27) mengemukakan tahapan yang dilakukan untuk mengembangkan proses kreativitas adalah persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi. Selanjutnya Torrance (1988) dalam Abdul Kamil Marisi (2007), mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan pengukuran kreativitas pengembangan tujuh kegiatan yang dilakukan oleh peserta tes yakni membuat pertanyaan, menebak sebab akibat, 22 menebak akibat dari peristiwa, mengembangkan manfaat suatu benda, menggunakan sesuatu dengan cara luar biasa, mengajukan pertanyaan luar biasa dan membuat tebakan. Ke tujuh kegiatan tersebut dilakukan dengan mencermati gambar yang telah disajikan pada saat tes. Hasil jawaban tes tersebut kemudian diskor dengan mencermati tiga hal yaitu kelancaran dalam menjawab tes (fluency), fleksibelitas jawaban yang dilihat dari banyaknya kategori jawaban yang dibuat (flexibility), dan orisinalitas jawaban yang dibuat (originality). Mendasarkan uraian di atas maka ciri-ciri kepribadian kreatif adalah meliputi aspek kognitif dan non kognitif yang terdiri dari rasa ingin tahu (curiousity), keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan (openness to experiences ), toleransi terhadap resiko (risk tolerance), dan energi (energy) yaitu energi fisik dan mental. Dalam penelitian ini ciri-ciri kepribadian kreatif yang akan diterapkan meliputi 3 aspek yakni rasa ingin tahu, keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan, dan toleransi terhadap resiko. Ke tiga aspek tersebut diterapkan melalui langkah-langkah pendekatan pembelajaran inkuiri IPA dengan KD Membuat suatu karya/pendekatan untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas /baling-baling /pesawat kertas/parasut. Pengukuran Kreativitas Besarnya tingkat kreativitas seseorang dapat diketahui melalui pengukuran. Secara sederhana, pengukuran menurut Wardani NS (2010; 2.4) diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda. Selanjutnya Allen dan Yen (1979) menyatakan bahwa pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Jadi pengukuran itu adalah kegiatan untuk memberikan angka pada suatu aspek dengan mengikuti cara-cara yang urut. Dalam penelitian ini, pengukuran dilakukan terhadap 3 aspek kreativitas, yang mengikuti 8 langkah dalam pendekatan pembelajaran inkuiri yang ditetapkan sebagai indikator dan ditetapkan melalui 8 ketersediaan indikator tersebut. Pengukuran tingkat kreativitas tersebut secara rinci disajikan melalui kisi-kisi tingkat kreativitas belajar IPA seperti dalam tabel 2.2. berikut ini. 23 Tabel 2.2 Kisi-kisi Kreativitas Belajar IPA Aspek Indikator Uraian Skor 1 1. Rasa ingin tahu Pengamatan gerak ranting pohon 1. Ada menyimak pohon Penemuan penyebab gerak ranting pohon Penemuan pengaruh energi angin terhadap gerak baling-baling dari kertas Perumusan masalah 2. Ditemukannya penyebab gerak ranting 3. Diketahuinya pengaruh energi angin terhadap gerak baling-baling 4. Terumuskannya masa lah angin dan gerak 2. Toleransi 1. Menentukan alat dan bahan untuk 1. Adanya alat dan bahan terhadap membuat baling-baling dari kertas. 2. Adanya baling-baling. resiko 2. Membuat baling-baling dari kertas. 1. Mendemonstrasikan gerak kincir 1. Dapat mendemonstrasi 3. angin kan gerak kincir angin Keterbukaa n terhadap 2. Membuat kesimpulan bahwa energi 2. Dapat membuat kesim angin dapat mengubah gerak pulan bahwa energi pengalama benda. angin dapat mengubah n dan gerak benda. pengetahu an Keterangan : Skor 1 : ketemu/diketahui/ada/dapat; Skor 2 : tidak ketemu/diketahui/ada/dapat 2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Sullivan (2011) menemukan bahwa pendekatan inkuiri yang dilakukannya secara kolaboratif dalam pembelajaran IPA tentang pemecahan masalah robotik telah mendorong perkembangan kreativitas siswa kelas VI. Ada 4 aspek yang terbukti sangat penting dalam pendekatan inkuiri untuk mencapai pengembangan kreativitas siswa yaitu open ended, goal oriented task, teacher modelling dari teknik inkuiri, dan penggunaan media dan lingkungan yang dikemas dalam bentuk permainan. Penggunaan media dan lingkungan membuat siswa dapat mengembangkan pemahaman yang terintegrasi dengan temannya melalui media alat, komunikasi dan interaksi pengetahuan yang siswa miliki. Kelebihan dalam penelitian ini adalah ada kreativitas peneliti dalam mengembangkan materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian 24 2 dan penggunaan lokasi penelitian di luar kelas. Sedangkan kelemahannya, apabila materi pembelajaran bukan pemecahan masalah, maka pendekatan inkuiri tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian yang akan dilakukan ini menekankan pada materi untuk membuat karya IPA yang akan dimulai dengan penemuan konsep, memunculkan permasalahan sendiri dan menemukannya sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Longo (2010) telah menemukan bahwa metode inkuiri membantu siswa dalam meningkatkan kreativitasnya. Proses pengukuran kemampuan siswa melalui tes telah membuat beban yang tidak mendorong berkembangnya kreativitas guru dan siswa selama pembelajaran. Dalam penelitian ini, metode inkuiri terbuti membantu siswa dalam menemukan pengetahuan sendiri, bukan hanya mengingat-ingat saja apa yang telah siswa terima dari guru. Pembelajaran inkuiri yang dilakukan oleh Longo terbukti telah meningkatkan motivasi, rasa ingin tahu dan ketertarikan siswa dengan tetap berpegang pada kurikulum yang dituntut untuk dipenuhi. Kelebihan dari penelitian ini adalah kreativitas peneliti dalam mengemas pembelajaran yang mendasarkan pada kurikulum untuk membuat siswa kreatif. Pengukuran kemampuan siswa dilakukan non tes yang jarang dilakukan oleh guru. Kelemahan dalam penelitian ini kurang menonjolkan aspek-aspek kreativitas yang dilakukan. Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan menekankan pada aspek-aspek kreativitas siswa. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wardani Naniek Sulistya (2010) dengan judul “Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS SD Dengan Pendekatan Inkuiri Melalui Diskusi Kelompok”. Diskusi kelompok merupakan metode yang dipakai dalam pendekatan inkuiri untuk mencapai proses penemuan sendiri. Oleh karena itu, proses penemuan sendiri itu dipandu melalui diskusi kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS SD dapat diupayakan melalui metode pembelajaran diskusi kelompok. Tema yang diberikan dalam diskusi kelompok ini adalah perjuangan para pahlawan. Tema yang ada terdiri dari beberapa sub tema, yang perlu didiskusikan oleh siswa dalam kelompok. Adanya kreativitas ditunjukkan oleh adanya kedinamisan diskusi kelompok artinya dalam diskusi kelompok, siswa saling memberikan pendapat, merespon, dan bertanya. Ketika kelompok menemukan kesulitan, kelompok menanyakan kepada guru, sehingga jalannya diskusi lancer. Hal ini ditunjang melalui kelancaran siswa dalam mendiskusikan jawaban 25 dari pertanyaan yang diberikan, adanya kemampuan siswa dalam menebak sebab akibat dari suatu peristiwa dari materi perjuangan, dan mengembangkan manfaat suatu peristiwa (dari perjuangan). Jadi penggunaan diskusi kelompok dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat kategori menebak sebab akibat dari suatu peristiwa, meningkatkan kemampuan kerjasama, keaktifan dan meningkatkan kemampuan guru dalam membangun hubungan dengan siswa. Kelebihan dari penelitian tersebut terletak pada terfokusnya aspek kreativitas yang diukur pada aktivitas diskusi kelompok yakni menggali pertukaran ide atau pengalaman yang dimiliki oleh peserta diskusi. Sedangkan kelemahan yang ada pada penelitian tersebut, penelitian tersebut merupakan penelitian diskriptif saja yang sekedar menguraikan hasil penelitian secara kualitatif. Oleh karena itu, dalam penelitian ini perlu dikembangkan menjadi penelitian diskriptif yang mendasarkan pada kuantitatif, dan pengembangan pendekatan pembelajaran yang sejajar seperti pengembangan untuk pendekatan inkuiri dalam mata pelajaran IPA. Tutik dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Pendekatan Inquiri Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2010/2011” menyimpulkan bahwa pemanfaatan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Siwal 01 pada materi Cahaya dan sifat-sifatnya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Prestasi siswa kelas eksperimen pada keadaan awal diperoleh nilai rata-rata sebesar 71,40. Nilai ini diperoleh dari hasil pretes. Setelah dilakukan treatment dan siswa diberi tes, rata-rata kelas menjadi 76,20, dengan terhitung sebesar 2,451 dan t tabel sebesar 2,406 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,022. Karena tingkat signifikansi pada t-test lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan yang nyata terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan pemanfaatan pendekatan inkuiri dan pembelajaran konvensional. Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kelebihan dari penelitian ini adalah dapat dibandingkannya kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam pencapaian prestasi belajar. Adapun kelemahannya adalah dalam melakukan pengukuran prestasi belajar untuk aktivitas inkuiri hanya melalui tes, sementara taraf berfikir tingkat tinggi tidak diberikan dalam butir-butir soal. Sementara aktivitas inkuiri adalah aktivitas kognitif yang menuntut taraf berfikir tingkat tinggi. Oleh 26 karena itu, perlu ada pengembangan penelitian tersebut yang mengukur taraf berfikir tingkat tinggi melalui kreativitas siswa dalam melaksanakan pendekatan inkuiri untuk mata pelajaran IPA Mendasarkan pada empat penelitian tersebut diatas, maka pengembangan pembelajaran di kelas terutama bagi siswa SD perlu dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri yang berpusat pada siswa, sehingga peranan guru dalam pembelajaran IPA adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator. Sedangkan siswa dalam pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kreativitasnya untuk menemukan rasa keingin tahuannya terhadap obyek IPA, berani mengambil resiko atas keputusannya dan terbuka terhadap pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. 2.3 Kerangka Berpikir Rutinitas pembelajaran yang berlangsung di kelas, adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan menyampaikan materi IPA melalui ceramah. Kadang-kadang saja di tengah-tengah ceramah, guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, adalah mengantuk, tidak segera dapat peduli dengan situasi yang ada baik yang diadakan oleh guru atau siswa yang lain, sehingga siswa cenderung untuk pasif saja. Kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan atau tes, hasilnya tidak dapat mengerjakan secara optimal, sehingga skor yang diperoleh rendah. Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif, agar kompetensi yang diharapkan dalam kurikulum 2006 dapat tercapai. Suatu pembelajaran akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri secara langsung dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri atau memahami sendiri konsep yang telah diajarkan yaitu dengan mengalami langsung. Pembelajaran dengan pendekatan konvensional yang pada umumnya dilaksanakan oleh guru masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Guru masih dominan sehingga membuat siswa menjadi pasif. Siswa tidak mengalami pengalaman belajar sendiri untuk mendapatkan pengalaman baru dalam kegiatan 27 belajar mengajar di sekolah, akibatnya hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi paradigma di atas, guru mencoba menerapkan suatu pendekatan pembelajaran inkuiri. Pendekatan pembelajaran inkuiri adalah pendekatan inkuiri merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Pengetahuan dan keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan pendekatan ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri. Pendekatan ini bertujuan untuk menghadapkan siswa untuk mengetahui penyebab gerak ranting pohon, menemukan benda lain yang dapat bergerak akibat pengaruh angin misalnya kincir angin dari kertas , menentukan alat dan bahan yang digunakan untuk membuat kincir angin dari kertas, membuat kincir angin dari kertas dan mempraktikan gerak kincir angin akibat pengaruh energi angin serta dapat menyimpulkan bahwa energi angin dapat mempengaruhi gerak benda. Hasil yang diharapkan adalah optimal. Oleh karena itu, untuk mengukurnya keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka pengukuran dilakukan dengan unjuk kerja dan tes formatif. Skor pencapaian pengukuran ini akan menunjukkan kenaikan skor yang signifikan. Dengan diterapkannya pembelajaran yang menggunakan pendekatan inkuiri ini, suasana kelas yang tidak membosankan, siswa dapat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi kreativitas belajarnya. Dari uraian di atas, secara rinci dapat dijelaskan melalui gambar 2.1. berikut ini 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir yang diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah peningkatan kreativitas belajar IPA tentang perubahan energi dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri siswa kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang Semester 2 tahun 2011/2012 28 Pendekatan Pembelajaran konvensional (Berpusat Guru) Tidak ada kreativitas belajar IPA Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Pengukuran Mengamati gerak ranting pohon Ada menyimak pohon Menemukan penyebab gerak ranting pohon Ditemukannya penyebab gerak ranting Menemukan pengaruh energi angin terhadap gerak baling- baling dari kertas Diketahuinya pengaruh energi terhadap gerak baling-baling. Merumuskan masalah apakah energi angin dapat menyebabkan gerak benda Terumuskannya masalah angin Menentukan alat dan bahan untuk membuat baling-baling dari kertas. Adanya alat dan bahan Membuat baling-baling dari kertas. Adanya baling-baling Mendemonstrasikan gerak kincir angin Dapat demonstrasi gerak kincir angin Menyimpulkan: energi angin dapat mengubah gerak benda Dapat membuat kesimpulan energi angin mengubah gerak benda Ada Kreativitas belajar IPA dan meningkat Gambar 2.1 Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA tentang Perubahan Energi Melalui Pendekatan Inkuiri 29