Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Tentang Perubahan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran IPA
Latar Belakang Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetap
juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan seharihari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar, dengan demikian siswa tidak hanya menghafal ilmu pengetahuan saja,
namun siswa juga melihat, mengalami dan melakukan sesuatu.
IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
terbimbing. Hal ini sejalan dengan Standar Isi dalam Peraturan Pemerintah RI No. 22
Tahun 2006 bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain
itu, IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta
gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya
verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses
diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual.
Pembelajaran yang nyata ada di lapangan dan up to date (yang terbaru).
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusa
melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA
perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di
8
8
tingkat SD/MI diharpkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains,
Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar
untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan
kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Dengan demikian, siswa tidak hanya
menerima materi saja, namun diberikan kesempatan untuk membuat rancangan IPA
nya sendiri dan membuat rancangan itu ke dalam sebuah bentuk karya, dalam hal ini
siswa mengembangkan kreativitasnya.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap
ilmiah. Dengan demikian pembelajaran IPA menjadi bermakna bagi siswa, karena
kreativitasnya dikembangkan sehingga tingkat berfikir kognitif yang dimiliki siswa
menjadi tinggi. Inilah yang diharapkan melalui KTSP.
Tujuan Pembelajaran IPA
Mendasarkan pada latar belakang pembelajaran IPA, maka Mata Pelajaran IPA di
SD/MI diarahkan untuk bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan
melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
(Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi).
9
Tujuan tersebut menuntut taraf berfikir tingkat tinggi, pengembangan sikap dan
ketrampilan yang memadai dari siswa, oleh karena itu pengembangan pendekatan
pembelajaran inkuiri sangat dibutuhkan.
Ruang Lingkup
Pembelajaran IPA memiliki ruang lingkup bahan kajian yang luas, untuk itu perlu
ada pembatasan ruang lingkup pembelajaran IPA khusus SD/MI yakni meliputi aspekaspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bumi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan
pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit
lainnya.
(Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi)
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pencapaian tujuan IPA yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) tersebut harus dimiliki oleh
kemampuan peserta didik yang
berstandar nasional dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam
Kompetensi Dasar (KD). Standar kompetensi (SK) merupakan ketentuan pokok untuk
dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas atau
pekerjaan secara efektif. Penjabaran lebih lanjut ke dalam kompetensi dasar.
Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas atau pekerjaan dengan efektif
Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus
dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan
pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik
untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran di satuan pendidikan harus
mengacu pada SK dan KD yang diterbitkan oleh BSNP. Secara rinci SK dan KD untuk
mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel 2.1
berikut ini.
10
Tabel 2.1
SK dan KD mata pelajaran IPA Kelas IV Semester 2
No.
8.
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Memahami berbagai bentuk
energi dan cara
penggunaannya dalam
kehidupan sehari-hari
8.1. Mendeskripsikan energi panas dan bunyi
yang terdapat di lingkungan sekitar serta
sifat-sifatnya
8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan
cara penggunaannya
8.3 Membuat suatu karya/pendekatan untuk
menunjukkan perubahan energi gerak
akibat pengaruh udara, misalnya roket dari
kertas
/baling-baling
/pesawat
kertas/parasut
8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui
penggunaan alat musik
(Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi)
2.1.2 Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
Pendekatan inkuiri menurut Nanang dan Cucu (2009) merupakan suatu
rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis
sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan
sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Pendekatan
inkuiri
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya
dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu. Siswa
didorong untuk bertindak aktif mencari jawaban atas masalah-masalah yang
dihadapinya dan menarik kesimpulan sendiri melalui proses berpikir ilmiah yang
kritis, logis, dan sistematis. Siswa tidak lagi bersifat dan bersikap pasif, menerima
dan menghafal pelajaran yang diberikan oleh gurunya (Hidayati, Pengembangan
Pembelajaran IPS SD ).
Siswa dibagi kedalam kelompok, setiap kelompok mengerjakan tugas yang
sudah ditentukan guru. Menurut Piaget (Wafi, 2009) pendekatan inkuiri merupakan
11
suatu pendekatan yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan
eksperimen sendiri secara luas agar dapat melihat apa yang terjadi, ingin melakukan
sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta
menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan
apa yang ditemukannya dengan yang ditentukan peserta didik. Menurut B. Joyce and
M. Weil (1996) pendekatan inkuiri adalah sebuah pendekatan yang intinya melibatkan
siswa kedalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyelidikan,
membantu mereka mengidentifikasi konseptual atau pendekatan pemecahan masalah
yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa mencari jalan keluar dari
masalah tersebut.
Wina Sanjaya (2008) mengemukakan pendekatan inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab
antara guru dan siswa. Menurut E. Mulyasa (dalam Siti 2009), Pendekatan inkuiri
merupakan pendekatan penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatankegiatan sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan-pertanyan dengan fenomena alam
2. Merumuskan masalah yang ditemukan
3. Merumuskan hipotesis
4. Merancang dan melakukan eksperimen
5. Mengumpulkan dan menganalisis data
6. Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: objektif, jujur, hasrat ingin
tahu, terbuka, berkemauan dan tanggung jawab.
Macam-macam pendekatan inkuiri
Menurut Nanang dan Cucu (2009), pendekatan inkuiri dibagi menjadi tiga jenis
berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan guru kepada siswanya. Ketiga jenis
pendekatan itu adalah:
1. Inkuiri terbimbing.
Pendekatan inkuiri terbimbing merupakan pendekatan dimana guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan
12
mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan
permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini
digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan
inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan
petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada
pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk
diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
2. Inkuiri bebas
Pada pendekatan ini, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri
masalah yang akan dimiliki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara
mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang akan diperlukan. Selama
proses pembelajaran, guru hanya sedikit memberikan bimbingan. Salah satu
keuntungan dari pendekatan ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam
memecahkan masalah dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari
satu, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksikan jawabannya
sendiri.
3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi
Dalam pendekatan ini, guru membatasi bimbingan agar siswa berupaya
terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa menemukan sendiri
jawaban. Namun, apabila siswa tidak dapat menyelesaikan masalahnya, maka
bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung yaitu dengan cara memberikan
contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui
diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
.
Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Inkuiri
Menurut Wina Sanjaya (2008), secara umum proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini mengondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah
13
penting, keberhasilan Pendekatan ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk
beraktifitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa
hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi adalah:
a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa.
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan.
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan
masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang
tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran
inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman
yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses
berpikir
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pendekatan inkuiri, mengumpulkan
data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat
14
dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang
akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Menurut
Soewarso
(2010),
langkah-langkah
yang
digunakan
dalam
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan masalah. Pada tahap ini, guru memberikan suatu masalah yang
akan diselesaikan.
2. Mengumpulkan data. Pada tahap ini diharapkan semua siswa bertanya kepada
guru. Jika siswa mendapat kesulitan dalam mengajukan pertanyaan, maka guru
harus membantunya dengan memberikan suatu pernyataan yang berhubungan
dengan tahap pertama.
3. Menganalisis data. Pada tahap ini siswa bekerja secara individu atau secara
kelompok.
4. Membuat hipotesa
5. Menguji hipotesa. Pada tahap ini siswa akan menguji kebenaran hipotesa.
6. Membuat kesimpulan. Pada tahap ini, baik individu atau kelompok siswa membuat
kesimpulan. Setelah itu siswa melaporkan hasil diskusi.
Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2008), ada lima tahap ppelaksanaan
inkuiri yang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu teori. Lima tahapan tersebut
adalah:
15
1. Menghadapkan pada permasalahan. Pada tahap guru memberi permasalahan dan
menjelaskan prosedur pelaksanaan inkuiri pada siswa.
2. Pengumpulan data dan verifikasi. Pada tahap siswa mengumpulkan data atau
informasi tentang peristiwa atau masalah yang telah mereka lihat atau alami,
dengan mengajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru hanya menjawab
ya atau tidak.
3. Pengumpulan data eksperimentasi. Pada tahap ini siswa mengajukan faktor atau
unsur baru kedalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa itu dapat
terjadi secara berbeda.
4. Mengorganisir, formulasi dan penjelasan. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk
mengorganisir data dan menyusun suatu penjelasan. Artinya, data tersebut telah
diorganisir kemudian dideskripsikan sehingga menjadi suatu paparan hasil
temuannya.
5. Analisis proses inkuiri. Pada tahap ini siswa diminta untuk menganalisis proses
inkuiri.
Menurut Suchman (dalam Hamzah, 2008), ada lima langkah mengajar dengan
menggunakan pendekatan inkuiri, antara lain:
1. Tahap pertama adalah siswa dihadapkan pada suatu situasi yang membingungkan
(teka-teki).
2. Tahap kedua pengumpulan data untuk verifikasi. Verifikasi merupakan proses
menggali informasi tentang peristiwa yang mereka alami. Pada tahap ini, siswa
menanyakan serangkaian pertanyaan yang dapat dijawab oleh guru dengan
jawaban “Ya” atau “Tidak”, sementara melakukan percobaan sesuai dengan
permasalahan yang dihadapkan pada mereka. Namun, perlu dicatat bahwa pada
tahap pertama, guru hendaknya menjelaskan prosedur penelitian yang harus
dilakukan oleh siwa. Untuk itu, disarankan agar mendasarkan permasalahan yang
dihadapkan kepada siswa berawal dari ide yang paling sederhana.
3. Tahap ketiga adalah pengumpulan data untuk eksperimentasi. Eksperimen
(percobaan) merupakan proses memperkenalkan kepada siswa suatu unsur baru
pada suatu situasi tertentu untuk menunjukkan bahwa suatu peristiwa dapat terjadi
secara berbeda. Pada tahap ini, siswa menanyakan serangkaian pertanyan yang
16
dapat dijawab oleh guru dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”, sementara melakukan
percobaan sesuai dengan permasalahan yang dihadapkan pada mereka. Namun,
perlu dicatat bahwa pada tahap pertama, guru hendaknya menjelaskan prosedur
penelitian yang harus dilakukan oleh siwa. Untuk itu, disarankan agar mendasarkan
permasalahan yang dihadapkan kepada siswa berawal dari ide yang paling
sederhana.
4. Tahap keempat, adalah tahap merumuskan penjelasan atau peristiwa yang telah
mereka alami. Pada tahap ini, disarankan agar beberapa siswa memberikan
penjelasan tentang apa yang dialami. Dengan demikian, akan diperolah beberapa
penjelasan yang satu sama lain dapat saling mendukung sehingga menghasilkan
suatu penjelasan yang lengkap.
5. Tahap kelima atau tahap terakhir adalah menganalisis proses penelitian yang telah
mereka lakukan. Pada tahap ini, siswa diminta untuk menganalisis pola penelitian
ynag mereka lakukan. Tahap ini penting sekali dilakukan karena kita menginginkan
agar siswa menyadari betul proses penelitian yang dilakukan secara sistematis dan
guru telah mengajarkan kepada mereka menggunakan cara-cara yang lebih efektif.
Dari keempat pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran inkuiri tersebut
intinya sama, mulai dari memperkenalkan masalah, mengumpulkan data, sampai
dengan menarik suatu kesimpulan, sehingga dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
a. tahap orientasi
b. tahap verifikasi
c. tahap eksperimentasi.
d. tahap merumuskan peristiwa yang terjadi
e. tahap analisis proses penelitian. Pada tahap ini siswa membuat kesimpulan dan
menemukan hasil
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri merupakan
sebuah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu
menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja
sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah
yang dikaji. Pengetahuan dan ketrampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat
17
fakta tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan pendekatan
ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan
masalah sendiri. Pendekatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam
meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah. Seperti
langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang dikemukan oleh para ahli diatas, mulai dari
orientasi,
kemudian
siswa
melakukan
verifikasi dan
ekperimentasi,
siswa
mengumpulkan data dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan menyimpulkan, guru
hanya bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Tujuan utama
pembelajaran ini adalah untuk menolong siswa dalam mengembangkan disiplin
intelektual dan kemampuan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan,
menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan secara mandiri.
Pada prinsipnya, inkuiri adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka
peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator. Sedangkan siswa
dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai pengambil inisiatif dalam menentukan
sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara mereka sendiri, dengan demikian diharapkan
mereka mempunyai keberanian untuk mengajukan masalah, merespon masalah, dan
berpikir untuk menyelesaikan masalah atau menemukan jawabannya melalui
penyelidikan atau percobaan secara mandiri. Dengan demikian dalam penelitian ini,
peneliti memilih pendekatan inkuiri terbimbing, karena guru yang berperan dalam
menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya, dan siswa menyelesaikan
masalah secara diskusi kelompok dan menarik kesimpulan secara mandiri.
2.1.3. Kreativitas belajar IPA
Kreativitas dalam belajar IPA, banyak ahli yang membuat definisi. Supriyadi
(1994:20) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif
berbeda dengan apa yang telah ada. Penekanan kreativitas disini lebih kepada sesuatu
yang baru. Hal ini senada dengan pendapat
Semiawan (1997:19) yang
mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan
baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Berbeda dengan Supriyadi dan
Semiawan, Chaplin (1989:3), mengutarakan bahwa krativitas adalah kemampuan
18
menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan, atau dalam
memecahkan masalah-masalah dengan pendekatan-pendekatan baru.
Definisi kreativitas yang lebih kompleks, dikemukakan oleh Ayan (Candra,
2005:6) bahwa hakekat kreativitas adalah kemauan, keinginan atau semangat untuk
melakukan eksplorasi, mempertanyakan dan melakukan eksperimen terhadap berbagai
objek, peristiwa dan situasi yang ada di lingkungan. Sementara, Munandar (1990:50)
mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. David
Campbell (2001:17) kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya
baru, berguna dan dapat dimengerti. Baru yang diartikan sebagai inovatif, belum ada
sebelumnya, segar, menarik, aneh, dan mengejutkan. Berguna yang diartikan sebagai
lebih enak, lebih praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik,
memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan
hasil yang baik. Dapat dimengerti yang diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan
dapat dibuat di lain waktu, atau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja,
tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas
adalah kemampuan seseorang dalam membuat sesuatu yang berbeda dari yang lain,
atau menciptakan sesuatu yang baru.
Ciri-ciri Kepribadian Kreatif
Kepribadian termasuk siswa yang kreatif memiliki ciri-ciri tertentu yang
merupakan salah satu aspek penting dalam kreativitas. Upaya untuk menciptakan iklim
yang kondusif bagi perkembangan kreativitas hanya mungkin dilakukan jika terlebih
dahulu memahami sifat-sifat kemampuan kreatif dan iklim lingkungan yang
mengitarinya.
Supriyadi (1994:15) mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan
dalam dua kategori yaitu kategori kognitif dan kategori non kognitif. Ciri kategori kognitif
diantaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri kategori
non kognitif diantaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Kedua ciri ini sama
19
pentingnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan
menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang
memiliki kondisi psikologis yang sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja,
namun variabel emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya
sebuah karya kreatif. Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat
menghasilkan karya kreatif. Sama halnya dengan Supriyadi, Campbell (2001:19)
mengelompokkan aspek kreativitas ke dalam dua kategori yakni aspek pokok dan
aspek kemungkinan. Aspek pokok kreativitas adalah kunci untuk melahirkan ide,
gagasan, pemecahan masalah dan penemuan. Adapun yang termasuk dalam kategori
aspek-aspek pokok individu kreatif, antara lain:
1. Kelincahan berfikir dari segala arah, yaitu kemampuan untuk melihat masalah dari
segala arah, sudut pandang, dan megumpulkan berbagai fakta yang penting untuk
mengarahkan fakta itu pada masalah yang dihadapi.
2. Kelincahan mental berfikir ke segala arah, yaitu kemampuan untuk berfikir dari satu
ide/gagasan menyebar ke segala arah yang memungkinkan mencari berbagai
jawaban yang berbeda.
3. Fleksibilitas konseptual adalah kemampuan untuk secara spontan mengganti cara
pandang dan pendekatan kerja yang tidak sejalan.
4. Originalitas adalah kemampuan untuk menuangkan ide, gagasan, pemecahan, cara
kerja yang tidak biasa dan jarang bahkan mengejutkan.
5. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas, individu kreatif lebih menyukai
kerumitan daripada kemudahan memiliki tantangan dari keamanan, kecenderungan
pada banyak tali temalinya.
6. Latar belakang yang merangsang, lingkungan yang merangsang dan suasana yang
mendukung mendorong timbulnya kreativitas individu.
7. Kecakapan dalam banyak hal, para individu kreatif pada umumnya mempunyai
minat serta kecakapan dalam berbagai bidang dan dapat menikmati kehidupan dari
berbagai sudut pandang.
Kategori aspek kreatif yang ke dua adalah kategori aspek yang memungkinkan.
Kategori aspek yang memungkinkan adalah sesuatu yang ada pada diri seseorang
yang membuatnya mampu mempertahankan ide kreatif yang sudah ditemukan. Adapun
20
aspek-aspek yang termasuk dalam kategori aspek yang memungkinkan kepribadian
kreatif adalah:
1. Kemampuan untuk bekerja keras, orang yang kreatif mempunyai gaya hidup bekerja
keras, umumnya tidak tegang karena sudah menyatu dengan gaya hidup modern.
2. Berfikir mandiri, orang kreatif memiliki rasa individualistis yang kuat, mereka
membuat keputusan sendiri mempunyai pendapat sendiri sehingga pada umumnya
mampu berdiri ditengah kekacauan dan tidak mudah terkena terpaan angin dan
cerita burung.
3. Pantang menyerah, orang kreatif tidak takut gagal, mereka rela dan senang untuk
mencoba lagi dan pantang menyerah.
4. Mampu berkomunikasi dengan baik
5. Kaya humor dan fantasi, orang kreatif memiliki rasa humor dan fantasi, mereka
mencari yang aneh dan kurang menaruh minat untuk mengatur pikiran, emosi,
dorongan hati dan gejolak jiwa mereka mampu mendapatkan dunia luas dan penuh
berbagai unsur yang menarik.
6. Tidak segera menolak ide atau gagasan baru.
7. Arah hidup yang mantap, individu kreatif kebanyakan menampakkan sikap yakin
akan tujuan dan hidup mereka, ada rasa ketertarikan untuk menyelesaikan suatu
tugas hidup di tempat dan jaman mereka.
Berbeda dengan pendapat Supriyadi dan Campbell yang mengelompokkan
aspek kreatif dalam dua kategori. Ayan mengelompokkan aspek kreatif ke dalam empat
kategori. Menurut Ayan (candra, 2005:8) aspek-aspek kreativitas yaitu:
1. Rasa ingin tahu (Curiousity) merupakan komponen pertama yang sangat penting
bagi usaha-usaha kreatif yang dilakukan seseorang. Hal ini disebut juga sebagai
kekuatan mempertanyakan sesuatu (questioning force).
2. Keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan (Openness to experiences)
atau informasi baru. Untuk menjadi orang kreatif diperlukan persediaan informasi
dan pengalaman yang banyak serta beraneka ragam dari waktu ke waktu. Agar
cukup informasi dan pengalaman, seseorang harus bersifat fleksibel, terbuka, mau
menerima dan menghargai berbagai pandangan, pemikiran, pendapat dan hasil
karya orang lain. Dengan fleksibilitas dan keterbukaan ini, seseorang akan dapat
21
memperkaya pengetahuan yang telah ada didalam struktur kognitif, sehingga ia
berpeluang besar untuk dapat memunculkan gagasan yang luar biasa.
3. Toleransi terhadap resiko (Risk Tolerance) merupakan kesanggupan atau
kesediaan seseorang untuk mengambil resiko terhadap apa saja yang hendak
diusahakan atau dihasilkan. Keterbukaan dan keingintahuan seseorang juga akan
berkembang dengan baik apabila seseorang juga mempunyai toleransi yang tinggi
atau kesanggupan menerima resiko-resiko tertentu yang mungkin ditimbulkannya.
4. Energi (Energy) meliputi energi fisik dan energi mental.Pada umumnya orang kreatif
memiliki energi yang luar biasa, khususnya energi fisik. Proses-proses kreatif
berlangsung mulai dari pencarian gagasan sampai dengan pengujian atau
pelaksanaan gagasan tersebut, sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain.
Proses ini tentu membutuhkan konsentrasi penuh, komitmen, ketekunan dan
ketahanan kerja dan waktu kerja lembur dapat berlangsung berminggu-minggu,
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Torence (1988) mengatakan bahwa kretivitas merupakan proses merasakan dan
mengamati adanya masalah, membuat dugaan, menilai dan menguji dugaan atau
hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan
hasilnya. Hasil dari kreativitas adalah suatu yang baru, orisinil da bermakna. Untuk
mengetahui seberapa besar tingkat kreativitas seseorang perlu dilakukan pengukuran,
yang oleh Torreance (1968: 3) pengukuran kreativitas dikatakan menyerupai langkahlangkah pendekatan ilmiah, yaitu: the process of (1) sensing difficultties, peoblems,
gaps in information, missing elements, something asked; (2) making guesses and
formulating hypothesis about these deficiencies; (3) evaluating and testing these
guasses and hypotheses; (4) possibly revising ang retesting them; and finaly; (5)
communicating the result.
Mendasarkan pada langkah-langkah pengembangan tersebut, Munandar (1999
:27) mengemukakan tahapan yang dilakukan untuk mengembangkan proses kreativitas
adalah persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi.
Selanjutnya Torrance (1988) dalam Abdul Kamil Marisi (2007), mengemukakan
bahwa dalam pelaksanaan pengukuran kreativitas pengembangan tujuh kegiatan yang
dilakukan oleh peserta tes yakni membuat pertanyaan, menebak sebab akibat,
22
menebak akibat dari peristiwa, mengembangkan manfaat suatu benda, menggunakan
sesuatu dengan cara luar biasa, mengajukan pertanyaan luar biasa dan membuat
tebakan. Ke tujuh kegiatan tersebut dilakukan dengan mencermati gambar yang telah
disajikan pada saat tes. Hasil jawaban tes tersebut kemudian diskor
dengan
mencermati tiga hal yaitu kelancaran dalam menjawab tes (fluency), fleksibelitas
jawaban yang dilihat dari banyaknya kategori jawaban yang dibuat (flexibility), dan
orisinalitas jawaban yang dibuat (originality).
Mendasarkan uraian di atas maka ciri-ciri kepribadian kreatif adalah meliputi
aspek kognitif dan non kognitif yang terdiri dari rasa ingin tahu (curiousity), keterbukaan
terhadap pengalaman dan pengetahuan (openness to experiences ), toleransi terhadap
resiko (risk tolerance), dan energi (energy) yaitu energi fisik dan mental. Dalam
penelitian ini ciri-ciri kepribadian kreatif yang akan diterapkan meliputi 3 aspek yakni
rasa ingin tahu, keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan, dan toleransi
terhadap resiko. Ke tiga aspek tersebut diterapkan melalui langkah-langkah pendekatan
pembelajaran inkuiri IPA dengan KD Membuat suatu karya/pendekatan untuk
menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari
kertas /baling-baling /pesawat kertas/parasut.
Pengukuran Kreativitas
Besarnya tingkat kreativitas seseorang dapat diketahui melalui pengukuran.
Secara sederhana, pengukuran menurut Wardani NS (2010; 2.4) diartikan sebagai
kegiatan atau upaya
yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu
gejala atau peristiwa, atau benda. Selanjutnya Allen dan Yen (1979) menyatakan
bahwa pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk
menyatakan keadaan individu. Jadi pengukuran itu adalah kegiatan untuk memberikan
angka pada suatu aspek dengan mengikuti cara-cara yang urut. Dalam penelitian ini,
pengukuran dilakukan terhadap 3 aspek kreativitas, yang mengikuti 8 langkah dalam
pendekatan pembelajaran inkuiri yang ditetapkan sebagai indikator dan ditetapkan
melalui 8 ketersediaan indikator tersebut. Pengukuran tingkat kreativitas tersebut
secara rinci disajikan melalui kisi-kisi tingkat kreativitas belajar IPA seperti dalam tabel
2.2. berikut ini.
23
Tabel 2.2
Kisi-kisi Kreativitas Belajar IPA
Aspek
Indikator
Uraian
Skor
1
1. Rasa
ingin tahu
Pengamatan gerak ranting pohon
1. Ada menyimak pohon
Penemuan penyebab gerak ranting
pohon
Penemuan pengaruh energi angin
terhadap gerak baling-baling dari
kertas
Perumusan masalah
2. Ditemukannya
penyebab gerak ranting
3. Diketahuinya pengaruh
energi angin terhadap
gerak baling-baling
4. Terumuskannya masa
lah angin dan gerak
2. Toleransi 1. Menentukan alat dan bahan untuk 1. Adanya alat dan bahan
terhadap
membuat baling-baling dari kertas. 2. Adanya baling-baling.
resiko
2. Membuat baling-baling dari kertas.
1. Mendemonstrasikan gerak kincir 1. Dapat mendemonstrasi
3.
angin
kan gerak kincir angin
Keterbukaa
n terhadap 2. Membuat kesimpulan bahwa energi 2. Dapat membuat kesim
angin dapat mengubah gerak
pulan bahwa energi
pengalama
benda.
angin dapat mengubah
n dan
gerak benda.
pengetahu
an
Keterangan : Skor 1 : ketemu/diketahui/ada/dapat; Skor 2 : tidak ketemu/diketahui/ada/dapat
2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Sullivan (2011) menemukan bahwa pendekatan
inkuiri yang dilakukannya secara kolaboratif dalam pembelajaran IPA tentang pemecahan
masalah robotik telah mendorong perkembangan kreativitas siswa kelas VI. Ada 4 aspek
yang terbukti sangat penting dalam pendekatan inkuiri untuk mencapai pengembangan
kreativitas siswa yaitu open ended, goal oriented task, teacher modelling dari teknik
inkuiri, dan penggunaan media dan lingkungan yang dikemas dalam bentuk permainan.
Penggunaan media dan lingkungan membuat siswa dapat mengembangkan pemahaman
yang terintegrasi dengan temannya melalui media alat, komunikasi dan interaksi
pengetahuan yang siswa miliki. Kelebihan dalam penelitian ini adalah ada kreativitas
peneliti dalam mengembangkan materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian
24
2
dan penggunaan lokasi penelitian di luar kelas. Sedangkan kelemahannya, apabila materi
pembelajaran bukan pemecahan masalah, maka pendekatan inkuiri tidak dapat
dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian yang akan dilakukan ini menekankan pada
materi untuk membuat karya IPA yang akan dimulai dengan penemuan konsep,
memunculkan permasalahan sendiri dan menemukannya sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Longo (2010) telah menemukan bahwa metode
inkuiri membantu siswa dalam meningkatkan kreativitasnya. Proses pengukuran
kemampuan siswa melalui tes telah membuat beban yang tidak mendorong
berkembangnya kreativitas guru dan siswa selama pembelajaran. Dalam penelitian ini,
metode inkuiri terbuti membantu siswa dalam menemukan pengetahuan sendiri, bukan
hanya mengingat-ingat saja apa yang telah siswa terima dari guru. Pembelajaran inkuiri
yang dilakukan oleh Longo terbukti telah meningkatkan motivasi, rasa ingin tahu dan
ketertarikan siswa dengan tetap berpegang pada kurikulum yang dituntut untuk dipenuhi.
Kelebihan dari penelitian ini adalah kreativitas peneliti dalam mengemas pembelajaran
yang mendasarkan pada kurikulum untuk membuat siswa kreatif. Pengukuran
kemampuan siswa dilakukan non tes yang jarang dilakukan oleh guru. Kelemahan dalam
penelitian ini kurang menonjolkan aspek-aspek kreativitas yang dilakukan. Oleh karena
itu, penelitian yang akan dilakukan menekankan pada aspek-aspek kreativitas siswa.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wardani Naniek Sulistya (2010) dengan
judul “Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS SD Dengan
Pendekatan Inkuiri Melalui Diskusi Kelompok”. Diskusi kelompok merupakan metode
yang dipakai dalam pendekatan inkuiri untuk mencapai proses penemuan sendiri. Oleh
karena itu, proses penemuan sendiri itu dipandu melalui diskusi kelompok. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran
IPS SD dapat diupayakan melalui metode pembelajaran diskusi kelompok. Tema yang
diberikan dalam diskusi kelompok ini adalah perjuangan para pahlawan. Tema yang ada
terdiri dari beberapa sub tema, yang perlu didiskusikan oleh siswa dalam kelompok.
Adanya kreativitas ditunjukkan oleh adanya kedinamisan diskusi kelompok artinya dalam
diskusi kelompok, siswa saling memberikan pendapat, merespon, dan bertanya. Ketika
kelompok menemukan kesulitan, kelompok menanyakan kepada guru, sehingga jalannya
diskusi lancer. Hal ini ditunjang melalui kelancaran siswa dalam mendiskusikan jawaban
25
dari pertanyaan yang diberikan, adanya kemampuan siswa dalam menebak sebab akibat
dari suatu peristiwa dari materi perjuangan, dan mengembangkan manfaat suatu
peristiwa (dari perjuangan). Jadi penggunaan diskusi kelompok dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam membuat kategori menebak sebab akibat dari suatu peristiwa,
meningkatkan kemampuan kerjasama, keaktifan dan meningkatkan kemampuan guru
dalam membangun hubungan dengan siswa. Kelebihan dari penelitian tersebut terletak
pada terfokusnya aspek kreativitas yang diukur pada aktivitas diskusi kelompok yakni
menggali pertukaran ide atau pengalaman yang dimiliki oleh peserta diskusi. Sedangkan
kelemahan yang ada pada penelitian tersebut, penelitian tersebut merupakan penelitian
diskriptif saja yang sekedar menguraikan hasil penelitian secara kualitatif. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini perlu dikembangkan menjadi penelitian diskriptif yang mendasarkan
pada kuantitatif, dan pengembangan pendekatan pembelajaran yang sejajar seperti
pengembangan untuk pendekatan inkuiri dalam mata pelajaran IPA.
Tutik dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Pendekatan Inquiri
Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2010/2011” menyimpulkan bahwa
pemanfaatan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Siwal 01
pada materi Cahaya dan sifat-sifatnya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Prestasi siswa kelas eksperimen pada keadaan awal diperoleh nilai rata-rata sebesar
71,40. Nilai ini diperoleh dari hasil pretes. Setelah dilakukan treatment dan siswa diberi
tes, rata-rata kelas menjadi 76,20, dengan terhitung sebesar 2,451 dan t tabel sebesar
2,406 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,022. Karena tingkat signifikansi pada t-test
lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan
yang nyata terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan pemanfaatan
pendekatan inkuiri dan pembelajaran konvensional. Hal ini membuktikan bahwa
pemanfaatan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa. Kelebihan dari penelitian ini adalah dapat dibandingkannya kelas kontrol
dan kelas eksperimen dalam pencapaian prestasi belajar. Adapun kelemahannya adalah
dalam melakukan pengukuran prestasi belajar untuk aktivitas inkuiri hanya melalui tes,
sementara taraf berfikir tingkat tinggi tidak diberikan dalam butir-butir soal. Sementara
aktivitas inkuiri adalah aktivitas kognitif yang menuntut taraf berfikir tingkat tinggi. Oleh
26
karena itu, perlu ada pengembangan penelitian tersebut yang mengukur taraf berfikir
tingkat tinggi melalui kreativitas siswa dalam melaksanakan pendekatan inkuiri untuk
mata pelajaran IPA
Mendasarkan pada empat penelitian tersebut diatas, maka pengembangan
pembelajaran di kelas terutama bagi siswa SD perlu dilakukan dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran inkuiri yang berpusat pada siswa, sehingga peranan guru
dalam pembelajaran IPA adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator.
Sedangkan siswa dalam pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kreativitasnya
untuk menemukan rasa keingin tahuannya terhadap obyek IPA, berani mengambil resiko
atas keputusannya dan terbuka terhadap pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya.
2.3 Kerangka Berpikir
Rutinitas pembelajaran yang berlangsung di kelas, adalah pembelajaran yang
berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan
menyampaikan materi IPA melalui ceramah. Kadang-kadang saja di tengah-tengah
ceramah, guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa. Respon
siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, adalah mengantuk, tidak segera
dapat peduli dengan situasi yang ada baik yang diadakan oleh guru atau siswa yang
lain, sehingga siswa cenderung untuk pasif saja. Kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan
atau tes, hasilnya tidak dapat mengerjakan secara optimal, sehingga skor yang
diperoleh rendah.
Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif, agar kompetensi yang
diharapkan dalam kurikulum 2006 dapat tercapai. Suatu pembelajaran akan efektif bila
siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri secara langsung dalam proses
pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri atau memahami sendiri
konsep yang telah diajarkan yaitu dengan mengalami langsung.
Pembelajaran dengan pendekatan konvensional yang pada umumnya
dilaksanakan oleh guru masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa.
Guru masih dominan sehingga membuat siswa menjadi pasif. Siswa tidak mengalami
pengalaman belajar sendiri untuk mendapatkan pengalaman baru dalam kegiatan
27
belajar mengajar di sekolah, akibatnya hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi
paradigma di atas, guru mencoba menerapkan suatu pendekatan pembelajaran inkuiri.
Pendekatan pembelajaran inkuiri adalah pendekatan inkuiri merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu menciptakan siswa
yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan
prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji.
Pengetahuan dan keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi
hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan pendekatan ini siswa
dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah
sendiri. Pendekatan ini bertujuan untuk menghadapkan
siswa untuk mengetahui
penyebab gerak ranting pohon, menemukan benda lain yang dapat bergerak akibat
pengaruh angin misalnya kincir angin dari kertas , menentukan alat dan bahan yang
digunakan untuk membuat kincir angin dari kertas, membuat kincir angin dari kertas
dan mempraktikan gerak kincir angin akibat pengaruh energi angin serta dapat
menyimpulkan bahwa energi angin dapat mempengaruhi gerak benda. Hasil yang
diharapkan adalah optimal. Oleh karena itu, untuk mengukurnya keberhasilan siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka pengukuran dilakukan dengan unjuk kerja
dan tes formatif. Skor pencapaian pengukuran ini akan menunjukkan kenaikan skor
yang signifikan. Dengan diterapkannya pembelajaran yang menggunakan pendekatan
inkuiri ini, suasana kelas yang tidak membosankan, siswa dapat aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi kreativitas belajarnya. Dari
uraian di atas, secara rinci dapat dijelaskan melalui gambar 2.1. berikut ini
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir yang diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan
yang diajukan dalam penelitian ini adalah peningkatan kreativitas belajar IPA tentang
perubahan energi dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri siswa kelas IV SD
Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang Semester 2 tahun 2011/2012
28
Pendekatan Pembelajaran
konvensional (Berpusat Guru)
Tidak ada kreativitas belajar IPA
Pendekatan Pembelajaran
Inkuiri
Pengukuran
 Mengamati gerak ranting pohon
Ada menyimak pohon
 Menemukan penyebab gerak ranting pohon
Ditemukannya penyebab
gerak ranting
 Menemukan pengaruh energi angin
terhadap gerak baling- baling dari kertas
Diketahuinya pengaruh energi
terhadap gerak baling-baling.
 Merumuskan masalah apakah energi
angin dapat menyebabkan gerak benda
Terumuskannya masalah angin
 Menentukan alat dan bahan untuk membuat
baling-baling dari kertas.
Adanya alat dan bahan
 Membuat baling-baling dari kertas.
Adanya baling-baling
 Mendemonstrasikan gerak kincir angin
Dapat demonstrasi gerak
kincir angin
 Menyimpulkan: energi angin dapat mengubah
gerak benda
Dapat membuat kesimpulan
energi angin mengubah gerak
benda
Ada Kreativitas belajar IPA dan meningkat
Gambar 2.1
Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA tentang Perubahan Energi
Melalui Pendekatan Inkuiri
29
Download