PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jenis kacang-kacangan atau dikenal dengan istilah legum merupakan salah satu sumber protein nabati. Secara umum, kandungan protein kacang- kacangan berkisar antara 20–40%. Jumlah tersebut mencapai 3 kali lipat jumlah protein serealia, begitu pula jumlah asam amino lisin yang merupakan asam amino pembatas pada serealia. Selain utamanya dimanfaatkan untuk pangan, kacang-kacangan juga dimanfaatkan untuk pakan ternak. Bahkan akhir-akhir ini sudah dipergunakan formula pakan ternak yang didasarkan atas kecernaan asam amino, oleh sebab itu komposisi atau profil asam amino kacang-kacangan sangat penting untuk diketahui (Sitompul, 1997). Jenis kacang-kacangan yang lazim dikonsumsi di Indonesia antara lain kedelai dan beberapa jenis lainnya seperti kacang hijau, kacang tanah dan sebagainya. Selain jenis kacang-kacangan tersebut, masih banyak dijumpai jenis kacang-kacangan yang belum banyak dikonsumsi dan dimanfaatkan secara optimal, antara lain lamtoro, berbagai jenis koro, dan biji munggur. Semua jenis kacang-kacangan tersebut memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Bahkan menurut Pujimulyani dkk. (1997), kadar protein biji munggur mencapai 49,39% bk, dan angka tersebut cukup tinggi dibandingkan jenis kacang-kacangan lain. Meskipun demikian, pemanfaatan dan pengolahan biji munggur sebagai bahan pangan masih terbatas dan sangat minim dilakukan oleh masyarakat. 1 Biji munggur (Enterolobium saman) oleh sebagian masyarakat baru dimanfaatkan sebagai makanan ringan yang dibuat dengan cara disangrai (godril goreng) dan sebagian dibuat menjadi tempe munggur. Masih minimnya informasi tentang nilai gizi biji munggur menyebabkan komoditi tersebut belum banyak dikenal luas dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan sumber protein. Kacang-kacangan di Indonesia pada umumnya selain dikonsumsi dalam bentuk biji utuh juga diolah menjadi produk pangan olahan seperti tahu, tempe, kecap, dan tepung. Selain itu sebagian jenis kacang-kacangan juga banyak dikonsumsi dalam bentuk kecambah. Kecambah yang sudah lazim dikenal dimasyarakat adalah kecambah kacang hijau dan kecambah kedelai. Perkecambahan dapat menjadi salah satu alternatif cara pengolahan biji kacangkacangan secara alami yang diharapkan dapat meningkatkan kecernaannya agar mudah diserap oleh bagian saluran pencernaan (Winarno,1980). Selanjutnya peneliti yang sama mengemukakan bahwa perkecambahan dapat meningkatkan kandungan mineral seperti kalsium dan zat besi, vitamin B 1 dan vitamin E. Purba (1996) menyatakan pula bahwa perkecambahan beberapa jenis kacang-kacangan telah dapat meningkatkan kadar vitamin B 1 dan tokoferol kecambah. Sedangkan, Sodiq (1997) menyatakan bahwa perkecambahan beberapa jenis kacang-kacangan dapat meningkatkan kandungan mineral kecambah seperti kalsium, fospor dan zat besi. Secara umum jenis kacang-kacangan telah banyak diketahui mengandung protein cukup tinggi, akan tetapi informasi tentang kandungan asam amino dalam biji terutama biji munggur belum diketahui. Oleh sebab itu, penelitian ini 2 bertujuan untuk mengetahui komposisi asam amino biji munggur yang dimungkinkan dapat menjadi sumber asam amino baik esensial maupun nonesensial. 1.2. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui jenis dan kadar asam amino biji munggur kering, biji hasil perendaman dan kecambahnya. 2. Menentukan waktu optimum perkecambahan saat kadar asam amino berada pada kadar tertinggi. 1.3. Manfaat Penelitian 1. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat tentang potensi biji munggur dan kecambah biji munggur sebagai sumber protein khususnya sumber asam amino. 2. Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan bidang pengolahan pangan berbasis pada sumber pangan lokal. 3