A. Konsep Dasar Bimbingan

advertisement
BAB II
BIMBINGAN DAN KONSELING PERKEMBANGAN UNTUK SISWA
RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)
A. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling Perkembangan
1.
Pengertian Bimbingan dan Konseling Perkembangan
Bimbingan dan konseling perkembangan merupakan orientasi baru
layanan bimbingan dan konseling yang didasarkan pada fungsi pengembangan.
Selain berfungsi sebagai pemecahan masalah/penyembuhan, bimbingan dan
konseling perkembangan juga berfungsi sebagai pencegahan, pendidikan dan
pengembangan.
Menurut Blocher (dalam Soeharto, 1998:23), asumsi dasar bimbingan dan
konseling perkembangan adalah bahwa kepribadian manusia berkembang secara
optimal dengan melalui interaksi yang sehat antara organisme yang sedang dalam
perkembangan tersebut dengan lingkungan atau budayanya. Kekuatan sosial dan
budaya diketahui secara jelas sebagai sesuatu yang berpengaruh sangat kuat
terhadap individu dan perkembangannya.
Bimbingan
dan
konseling
perkembangan
merupakan
suatu
upaya
mengoptimalkan perkembangan dan belajar individu melalui penyediaan
perlakuan
dan
lingkungan
pendidikan
yang
sesuai
dengan
kebutuhan
perkembangan individu serta dengan tuntutan nilai-nilai keagamaan dan kultural
yang dianut. Pengembangan cara pemahaman dan sikap belajar yang sehat dan
14
positif. Serta pengembangan berbagai kemampuan dan keterampilan hidup yang
diperlukan individu (Solehudin, 2004).
Bimbingan dan konseling perkembangan yang dirumuskan oleh The
American School Counselor Association yaitu sebagai komponen dari semua
usaha bimbingan yang memelihara intervensi-intervensi terencana dalam
rangkaian program pendidikan dan layanan kemanusiaan lainnya pada semua hal
dalam siklus kehidupan manusia untuk secara sungguh-sungguh mendorong dan
secara aktif memfasilitasi pekembangan individu secara total dalam semua bidang
(yang mencakup aspek personal, sosial, emosi, karir, moral-etika, kognitif dan
estetik) serta meningkatkan integrasi beberapa komponen ke dalam suatu gaya
hidup individu.
Hakikat bimbingan dan konseling perkembangan ditinjau dari prinsip dan
definisinya adalah suatu rangkaian bimbingan yang dilakukan secara bertanggung
jawab dalam memfasilitasi perkembangan
individu pada semua aspek
kehidupannya serta membantu individu untuk menguasai dan mengembangkan
potensi / keterampilan hidup. Sehingga mereka dapat berperan dan berfungsi
secara efektif selama siklus kehidupannya, terutama menjamin eksistensi dirinya
sebagai individu atau anggota masyarakat yang bermartabat.
Dinkmeyer (dalam Savitri, 2008:12) mengungkapkan bahwa bimbingan
perkembangan tidak selalu berorientasi pada masalah. Sebaliknya tujuan
bimbingan perkembangan adalah untuk mengembangkan pemahaman diri,
kesadaran akan potensi diri, dan metode untuk memberdayakan kapasitas
individu.
15
Uman Suherman (2007:24-25) mengemukakan bahwa bimbingan dan
konseling perkembangan diartikan sebagai sebuah program yang mengandung
prinsip-prinsip: (1) bimbingan dan konseling dibutuhkan oleh semua peserta
didik; (2) bimbingan dan konseling mempunyai fokus pada kegiatan belajar
peserta didik; (3) di dalam program bimbingan dan konseling perkembangan,
konselor dan guru merupakan fungsionaris yang bekerja sama; (4) kurikulum
yang terorganisir dan terencana merupakan bagian vital dari bimbingan
perkembangan; (5) bimbingan dan konseling perkembangan peduli kepada
penerimaan diri, pemahaman diri, dan peningkatan diri; (6) bimbingan dan
konseling perkembangan memfokuskan pada proses mendorong perkembangan
peserta didik; (7) bimbingan dan konseling perkembangan lebih berorientasi
kepada perkembangan yang terarah daripada tujuan yang definitif; (8) bimbingan
dan konseling perkembangan berorientasi tim dan mensyaratkan pelayanan dari
konselor profesional yang terlatih; (9) bimbingan dan konseling perkembangan
peduli pada kebutuhan khusus peserta didik; (10) bimbingan dan konseling
perkembangan berkenaan dengan psikologi terapan; (11) bimbingan dan
konseling perkembangan memiliki dasar-dasar di dalam psikologi anak,
perkembangan anak, dan teori belajar; (12) bimbingan dan konseling
perkembangan bersifat fleksibel dan sekuensial.
Perbedaan antara bimbingan konseling konvensional dengan bimbingan
dan konseling perkembangan terdapat pada layanan dan prinsip yang
mengembangkan secara menyeluruh dan kolektif dan tidak bersifat kasuistis dan
secara pasif. Bimbingan dan konseling perkembangan bersifat responsif dan
16
proaktif dengan asumsi bahwa individu mempunyai keunikan dan cenderung
untuk berkembang.
Bimbingan dan konseling perkembangan mengubah paradigma akan
bimbingan konseling atau mengkoreksi gaya layanan bimbingan konseling yang
konvensional yang bersifat kuratif menjadi layanan yang bersifat responsif dan
ditujukan oleh semua dengan mempertimbangkan keunikan dan dasar dari
individu, dan mengembangkan potensi individu secara menyeluruh yang selaras
dengan tugas pekembangan serta penyesuaian terhadap lingkungannya. Fokus dari
bimbingan dan konseling perkembangan yaitu bertitik tolak kepada potensi
manusia. Bimbingan dan konseling perkembangan sangat mempertimbangkan
kompleksitas elemen kehidupan yang meliputi potensi biologis, psikologis,
kognitif, relationship dan potensi lainnya yang dimiliki oleh manusia yang sangat
unik atau beragam yang berbeda dengan yang lainnya.
Berdasarkan prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas, Uman Suherman
(2007: 25) mendefinisikan bimbingan dan konseling perkembangan sebagai suatu
rangkaian
bimbingan
dan
konseling
secara
bertanggung
jawab
dalam
memfasilitasi perkembangan peserta didik pada semua aspek kehidupannya,
sehingga mereka dapat berfungsi dan berperan aktif selama siklus kehidupannya,
terutama menjamin eksistensi dirinya sebagai individu atau anggota masyarakat
yang bermartabat. Karena itu, bimbingan dan konseling perkembangan sering
disebut juga bimbingan dan konseling komprehensif karena menggarap semua
kehidupan peserta didik (konseli).
17
Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan
konseling perkembangan adalah suatu proses memfasilitasi perkembangan siswa
yang lebih menekannya kepada upaya membantu siswa dalam semua fase
perkembangannya.
2. Visi Misi Bimbingan dan Konseling Perkembangan
Juntika Nurihsan (2006:42) menjelaskan berdasarkan pendapat dan
harapan akan bimbingan dan konseling di sekolah, pertimbangan tuntutan,
perkembangan dan tantangan lingkungan masa depan yang lebih kompetitif, maka
visi bimbingan dan konseling adalah upaya pengembangan seluruh aspek
kepribadian siswa, pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan
menghambat perkembangan siswa, dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
oleh siswa baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Sehubungan dengan
target populasi layanan bimbingan dan konseling , layanan bimbingan dan
konseling tidak terbatas kepada siswa yang bermasalah, tetapi meliputi semua
siswa. Maka dari itu, program bimbingan harus berdiferensiasi baik dari segi
teknik, kegiatan, sumber, maupun pihak-pihak yang terlibat.
Sejalan dengan visi bimbingan, maka misi bimbingan harus dapat
membantu memudahkan siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya
seoptimal mungkin sehingga terwujud siswa yang tangguh menghadapi masa kini
dan masa yang akan datang, yaitu siswa yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang tinggi, sehat jawamani dan rohani, mempunyai kepribadian
18
yang mantap, mandiri serta mempunyai tanggung jawab terhadap diri sendiri,
masyarakat, dan bangsanya.
3. Tujuan Bimbingan dan Konseling Perkembangan
Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih mutakhir
dan proaktif. Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari
pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan siswa
untuk mencapai keberhasilan sekolah dan dalam kehidupan. Pendekatan
perkembangan ini dipandang sebagai pendekatan yang tepat digunakan dalam
tatanan pendidikan sekolah karena pendekatan perkembangan memberikan
perhatian kepada tahap-tahap perkembangan siswa, kebutuhan dan minat serta
membantu siswa mempelajari keterampilan hidup (Myrick:1993 dalam Muro &
Kottman,1995:25).
Secara rinci, tujuan dari bimbingan dan konseling perkembangan ialah:
a.
Memahami, menerima, mengarahkan dan mengembangkan minat, bakat dan
kemampuan seoptimal mungkin.
b.
Menyesuaikan diri dengan keadaan di lingkungan dimana ia hidup
(keluarga, sekolah/ masyarakat).
c.
Merencanakan kehidupan masa depan individu sesuai dengan tuntutan dunia
saat ini dan masa depan.
d.
Membantu anak dalam mengembangkan cara pemahaman dan sikap hidup
yang sehat baik terhadap diri sendiri/ lingkungannya.
e.
Menguasai keterampilan sosial-pribadi dan belajar yang diperlukan sesuai
taraf dan kebutuhan perkembangan.
19
f.
Mengekspresikan diri baik pikiran/ perasaan secara tepat dan bertanggung
jawab tanpa merasa terancam atau tertekan.
g.
Mengendalikan dan menyalurkan dorongan-dorongan dan keinginannya
secara wajar.
h.
Membantu mengatasi masalah dan kesulitan dalam perkembangan.
Dalam pendekatan perkembangan, perilaku yang diharapkan dimiliki
individu menjadi dasar bagi pengembangan program bimbingan. Esensi strategi
untuk membantu siswa mengembangkan dan menguasai perilaku yang diharapkan
terletak pada lingkungan belajar, yaitu lingkungan yang memungkinkan siswa
memperoleh perilaku baru yang lebih efektif (Sunaryo Kartadinata, 1988:19). Dari
pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa tujuan dari layanan bimbingan dan
konseling perkembangan seharusnya ditujukan untuk membantu individu
mengembagkan dan menguasai perilaku yang diharapkan terletak pada
lingkungannya, yaitu lingkungan yang memungkinkan individu tersebut
memperoleh perilaku baru yang lebih efektif.
4. Fungsi Bimbingan dan Konseling Perkembangan
Adapun fungsi dari bimbingan dan konseling perkembangan menurut Siti
Sir’atun (2005:25) antara lain:
a. Pemahaman, yaitu memahami setiap individu adalah unik yang terus menerus
berkembang kondisi psikologisnya dan mampu memahami keadaan diri
maupun lingkungannya.
20
b. Pengembangan, yaitu mengembangkan minat, potensi dan kondisi psikologis
individu
serta
mengakselerasikan
perkembangan
melalui
pemberian
pengalaman belajar yang kaya dan tepat.
c. Pencegahan, yaitu memberi kekuatan pada individu untuk tidak terpengaruh
oleh hal-hal buruk yang dapat menggangu atau menghambat proses
perkembangan dan lebih lanjut agar individu memiliki keyakinan yang kuat
berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan dan kemasyarakatan.
d. Kuratif, yaitu memberikan intervensi-intervensi yang diperlukan individu
sesuai dengan kesulitan perkembangan yang dihadapinya.
5. Struktur Layanan Bimbingan dan Konseling Perkembangan
Menurut Gysbers&Henderson (Muro &Kottman,1995:5), Bimbingan dan
konseling perkembangan memiliki empat komponen program yaitu kurikulum
bimbingan, layanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem.
Adapun penjelasan dari keempat komponen layanan bimbingan dan konseling
adalah sebagai berikut:
a. Layanan Dasar
Layanan dasar bimbingan merupakan layanan bantuan bagi peserta didik
(siswa) melalui kegiatan-kegiatan kelas atau diluar kelas yang disajikan secara
sistematis, dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensinya secara
optimal ( Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, 2005:26).
Layanan dasar bimbingan bertujuan membantu semua siswa mencapai
tugar-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan dasar bimbingan
dirumuskan agar individu atau peserta didik: (1) memiliki kesadaran atau
21
pemahaman tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosialbudaya, dan agama); (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk
mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi
penyesuaian diri dengan lingkungannya; (3) mampu menangani dan memenuhi
kebutuhannya; (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai
tujuan hidupnya (Uman Suherman,2007:28-29).
Layanan dasar bimbingan dapat diberikan melalui jenis-jenis layanan
pemberian informasi, diskusi atau sharing pendapat (brain storming).
Pelaksanaan pemberian layanan informasi mengacu kepada panduan atau paket
bimbingan atau bahan-bahan lain yang relevan. Layanan informasi merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dengan
berbagai jenis aspek kehidupan yang berguna bagi pengembangan diri,
penyesuaian diri, dan pengambilan keputusan. Sementara itu, layanan diskusi
atau sharing pendapat dapat memfasilitasi siswa untuk belajar menghargai
pendapat orang lain dan membantu mengembangkan kepercayaan diri siswa.
Strategi pelaksanaan layanan dasar bimbingan dapat juga dilakukan
dengan melaui kontak langsung ataupun tidak langsung. strategi ini dapat
dilakukan melalui pelayanan klasikal, orientasi, informasi, bimbingan kelompok,
dan pelayanan pengumpulan data.
Materi yang dapat diberikan dalam layanan dasar bimbingan disesuaikan
berdasarkan hasil analisis kebutuhan, karakteristik kebutuhan konseli, dan
dikemas atas dasar standar kompetensi kemandirian peserta didik mencakup: (1)
self-esteem; (2) motivasi berprestasi; (3) keterampilan pengambilan keputusan;
22
(4) keterampilan pemecahan masalah; (5) keterampilan hubungan antar pribadi
atau berkomunikasi; (6) kesadaran keragaman budaya; (7) perilaku bertanggung
jawab.
Hal-hal
yang
terkait
dengan
perkembangan
karier
mencakup
pengembangan: (1) pemantapan pilihan program studi; (2) keterampilan kerja
professional; (3) kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah, rohaniah) dalam
menghadapi dunia kerja; (4) perkembangan dunia kerja; (5) iklim kehidupan
dunia kerja; (6) cara melamar pekerjaan.
b. Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan layanan bantuan yang diberikan kepada
siswa yang memiliki masalah atau kebutuhan khusus yang memerlukan
pertolongan konselor dengan segera. Juntika Nurihsan (2005: 33) mendefinisikan
layanan responsif sebagai layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu
memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini.
Tujuan layanan responsif yaitu membantu siswa memenuhi kebutuhannya
dan membantu memenuhi masalahnya baik berupa hambatan atau kegagalan
dalam memenuhi tugas-tugas perkembangannya.
Materi bimbingan dan konseling tergantung pada masalah atau kebutuhan
siswa. Kebutuhan siswa berkaitan dengan keinginan siswa untuk memahami
sesuatu hal yang dipandang penting bagi perkembangan diri siswa yang positif.
Strategi pelaksanaan layanan responsif dapat dilaksanakan melalui
konseling individual, konseling kelompok, referal, kolaborasi, bimbingan teman
sebaya, konferensi kasus, dan kunjungan rumah.
23
Prediksi kebutuhan meliputi kebutuhan atau masalah yang dihadapi
konseli baik berkenaan dengan aspek pribadi, sosial, karir, maupun masalah
pengembangan pendidikan.
c. Layanan Perencanaan Individual
Menurut Muro & Kottman (1995:6), layanan perencanaan individual
adalah membantu anak untuk merancang implementasi personal, pendidikan dan
perencanaan karier. Tujuannya membantu anak-anak mampu memantau/melihat
dan memahami pertumbuhan dan perkembangannya serta berperan aktif melalui
informasi diri.
Tujuan layanan perencanaan individual adalah membantu siswa agar (1)
memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya; (2) mampu merumuskan
tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik
menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir; dan (3) dapat melakukan
kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan,dan rencana yang telah dirumuskan.
Dalam pelaksanaannya, layanan perencanaan individual dapat ditempuh
melalui layanan bimbingan kelompok (diskusi, karyawisata, atau kunjungan ke
dunia industri perusahaan), pelayanan penempatan (penjurusan dan penyaluran),
dan kegiatan career day.
Kebutuhan akan layanan perencanaan individual yang efektif pada
dasarnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di tiap satuan pendidikan
berdasarkan hasil analisis pencapaian tugas perkembangan. Prinsip dasarnya,
layanan perencanaan harus memenuhi aspek –aspek perkembangan peserta didik
baik dalam bidang pribadi, sosial, belajar, maupun karier.
24
d. Layanan Dukungan Sistem
Dukungan
sistem
adalah
kegiatan
manajemen
yang
bertujuan
memantapkan, memelihara dan meningkatkan program bimbingan secara
menyeluruh melalui pengembangan professional, penasehat, masyarakat, staff,
konsultasi dengan guru maupun konselor, staff ahli / penasehat, masyarakat yang
lebih luas, manajemen program dan pengembangan.
Dukungan sistem merupakan layanan yang tidak langsung. kegiatan
layanan dukungan sistem meliputi (1) pemberian layanan yang meliputi konsultasi
dengan guru, konsultasi/kerjasama dengan orang tua/masyarakat, berpartisipasi
dalam merencanakan kegiatan-kegiatan sekolah, dan melakukan penelitian; (2)
kegiatan manajemen yang berkaitan dengan berbagai upaya untuk memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan mutu program dan pelaksanaan bimbingan dan
konseling melalui pengembangan program dan staf, pemanfaatan sumber daya
masyarakat dan pengembangan penataan kebijakan.
Kegiatan utama layanan dasar bimbingan, layanan responsif, perencanaan
individual, dan dukungan sistem dalam implementasinya didukung dengan
beberapa jenis layanan bimbingan dan konseling seperti: (1) layanan
pengumpulan data; (2) layanan informasi; (3) layanan penempatan; (4) layanan
konseling; (5) layanan referal; (6) layanan penilaian dan tindak lanjut.
Menurut rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam
jalur pendidikan formal (Depdiknas:2007), keempat komponen yang telah
dijabarkan dapat digambarkan sebagai berikut:
25
Pelayanan
Dasar
Peserta
Didik
Pelayanan
Responsif
Komponen
Program BK
Perkembangan
Pelayanan
Per.Indiv.
Pengembang
an Profesional
Konsultasi,
Kolaborasi,
dan kegiatan
manajemen
Dukungan
Sistem
Gambar 2.1
Komponen Program Bimbingan dan Konseling Perkembangan
B. Program Bimbingan dan Konseling Perkembangan
1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling Perkembangan
Program layanan bimbingan dan konseling merupakan serangkaian
rencana aktivitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang selanjutnya
akan
menjadi
pedoman
bagi
setiap
personil
dalam
pelaksanaan
dan
pertanggungjawabannya (Uman Suherman, 2007:59).
Secara mendasar bimbingan dan konseling sekolah direkomendasikan
sebagai upaya pemberian layanan langsung bagi seluruh siswa. Jadi seluruh siswa
menerima manfaat di sekolah. Kenyataan yang sering muncul yaitu aktivitas
konselor yang menghabiskan banyak waktu untuk memenuhi kebutuhan sebagian
26
kecil siswa (secara khusus hanya mengurus kebutuhan siswa berprestasi rendah
dan bermasalah) tidak terjadi lagi. Maka dari itu, diperlukan perencanaan dalam
pemberian layanan bimbingan dan konseling melalui program bimbingan dan
konseling.
Juntika
Nurihsan
(2005:40)
menjelaskan
manfaat
dilakukannya
perencanaan program secara matang yaitu: (1) adanya kejelasan arah pelaksanaan
program bimbingan; (2) adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi
kegiatan-kegiatan bimbingan yang dilakukan; (3) terlaksananya program kegiatan
secara lancar, efisien dan efektif.
Program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya menyediakan
sistem layanan yang bermanfaat bagi kemajuan akademik, karir, dan
perkembangan pribadi atau sosial para siswa dalam menyiapkan dan menghadapi
tantangan masa depan dalam kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsanya di
masa depan.
Sehubungan dengan sifat bimbingan dan konseling komprehensif, ada tiga
hal yang secara mendasar perlu diperhatikan dalam penyusunan program
bimbingan dan konseling di sekolah yaitu: (1) ruang lingkup yang menyeluruh
yang tidak saja berfokus pada layanan bagi seluruh siswa tetapi juga pada seluruh
aspek kehidupan siswa; (2) dirancang lebih berorientasi pencegahan, tugas
konselor tidak dibatasi sebagai penasihat dan pencari solusi tentang permasalahan
yang dihadapi para siswa tetapi melalui pelaksanaan program bimbingan dan
konseling, konselor lebih mengarahkan aktivitasnya pada pencegahan resiko yang
mungkin dihadapi para siswa; (3) pengembangan potensi siswa, program
27
bimbingan dan konseling yang komprehensif dirancang tidak hanya untuk
pencegahan permasalahan siswa, tetapi disusun sebagai pelayanan untuk
menemukan karakteristik dan kebutuhan siswa pada berbagai jenis dan tahapan
perkembangan.
Secara khusus, Uman Suherman (2007:61) menyatakan program
bimbingan dan konseling sekolah yang komprehensif harus memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Program bimbingan dan konseling sekolah merupakan kesatuan komponen
tujuan institusi sekolah.
b. Program bimbingan dan konseling sekolah memberikan kesempatan
pelayanan kepada semua siswa.
c. Program bimbingan dan konseling ditunjang dengan keberadaan konselor
yang professional (keahlian, komitmen, pengembangan diri).
d. Memastikan bahwa program konseling sekolah merupakan rancangan yang
dapat dilaksanakan dalam sebuah gaya yang sistematik untuk semua siswa.
e. Program bimbingan dan konseling mampu menghasilkan pengetahuan, sikap,
dan kemampuan-kemampuan siswa lainnya yang dapat didemontrasikan
sebagai sebuah hasil dari keikutsertaan mereka dalam sebuah program
bimbingan dan konseling sekolah.
2. Orang Yang Terlibat Dalam Program Bimbingan
Orang yang terlibat dalam bimbingan dan konseling adalah konselor, guru,
kepala sekolah, orang tua siswa, siswa, anggota masyarakat, pengusaha, karyawan
perusahaan, semuanya berperan sebagai narasumber dalam program bimbingan.
28
Konselor bertugas memberikan berbagai layanan dan mengoordinasikan program
bimbingan , bekerjasama, serta mendukung para guru dan administrator sekolah
agar program bimbingan tersebut berhasil.
Adapun orang tua siswa, anggota masyarakat, pengusaha, dan karyawan
perusahaan dilibatkan dalam program bimbingan dan konseling. Mereka masuk
dalam
komite/dewan
penasihat
masyarakat
yang
bertugas
memberikan
rekomendasi, serta layanan dukungan terhadap konselor dan orang-orang yang
terlibat dalam program bimbingan.
Keterlibatan staf pengajar/guru adalah sangat penting. Oleh sebab itu guru
harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan dan
implementasi program. Konselor dan guru harus bekerja sama dalam pelaksanaan
program bimbingan. Kegiatan-kegiatan bimbingan disajikan dalam bidang materi
yang tepat sehingga posisi guru tidak diganti oleh konselor dalam kelas.
Dalam penelitian ini, yang akan dilibatkan dalam penyusunan program
bimbingan dan konseling perkembangan untuk siswa RSBI yaitu guru bimbingan
dan konseling, siswa, orang tua siswa, guru mata pelajaran dan kepala sekolah.
3. Manfaat Program Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan dan konseling yang baik, mestinya mempunyai
dampak positif pada siswa, orang tua, guru mata pelajaran, pimpinan sekolah,
bahkan konselornya. Manfaat program bimbingan dan konseling untuk masingmasing personil sekolah diuraikan sebagai berikut:
29
a. Manfaat bagi siswa
Manfaat bagi program bimbingan dan konseling bagi siswa diantaranya
adalah: (1) memonitor data atau informasi pengembangan potensi siswa; (2)
menyediakan strategi untuk prestasi rendah; (3) meningkatkan kurikulum bagi
setiap siswa; (4) meningkatkan kesepakatan untuk meningkatkan strategi belajar;
(5) memastikan siswa untuk mengikuti layanan program bimbingan dan
konseling; (6) memastikan jalan yang tepat untuk memperoleh kesempatan
pendidikan lanjutan; (7) membantu meningkatkan dukungan bagi siswa; (8)
memajukan teman sebaya dengan memfasilitasi kemampuannya; (9) membantu
siswa supaya bertambah sukses.
b. Manfaat bagi orang tua atau wali
Manfaat program bimbingan dan konseling bagi orang tua atau wali siswa
diantaranya: (1) memberikan dorongan dalam mendukung kemampuan
akademik, karier, dan pribadi atau perkembangan sosial para siswa; (2)
membantu dalam kegiatan belajar dan perencanaan karier siswa; (3) memajukan
hubungan antara orang tua dengan sekolah dalam perencanaan akademik, karir,
dan sosial siswa; (4) mengembangkan jaringan kerja sama dengan berbagai
sumber; (5) memberikan pelatihan dan workshop yang bersifat pemberian
informasi; (6) memberikan data kemajuan siswa.
c. Manfaat bagi guru
Manfaat program bimbingan dan konseling bagi guru diantaranya adalah:
(1) mengembangkan pendekatan untuk memenuhi kebutuhan siswa dan tujuan
pendidikan; (2) meningkatkan kerjasama antar konselor sekolah dan guru; (3)
30
mengembangkan kemampuan untuk mengelola kelas; (4) memberikan sistem
penyediaan
fasilitas
bagi
pembimbingan
pembelajaran
di
kelas;
(5)
meningkatkan kerja kelompok dalam meningkatkan prestasi siswa; (6)
menganalisa data untuk memperbaiki suasana sekolah dan prestasi belajar siswa.
d. Manfaat bagi kepala sekolah
Adapun manfaat program bimbingan dan konseling di sekolah adalah: (1)
meluruskan program bimbingan dan konseling dengan misi akademik sekolah;
(2) meningkatkan keberhasilan siswa; (3) sebagai monitor data tentang kemajuan
sekolah; (4) proses artikulasi untuk mengevaluasi program bimbingan dan
konseling sekolah; (5) menggunakan data untuk bersama-sama mengembangkan
tujuan bimbingan dan konseling sekolah dan responsibilitas konselor sekolah;
(6) menentukan besar anggaran dan besar pembiayaan; (7) memberikan
kurikulum
bimbingan
dan
konseling
sekolah
yang
proaktif
dengan
mencantumkan kebutuhan siswa dan suasana sekolah.
e. Manfaat bagi konselor sekolah
Manfaat program bimbingan dan konseling bagi konselor adalah: (1)
menegaskan tanggung jawab dalam konteks program bimbingan dan konseling
di sekolah; (2) memfokuskan pekerjaan professional pada kegiatan bimbingan
dan konseling di sekolah; (3) mendorong bagi setiap siswa untuk memanfaatkan
program bimbingan dan konseling; (4) memberikan kemudahan untuk
menentukan program, melaksanakan, dan mengevaluasinya; (5) mengenalkan
konselor sekolah sebagai pemimpin, penyokong, dan agen perubahan; (6)
31
memastikan kontribusi program bimbingan dan konseling terhadapvisi dan misi
sekolah.
Proses penyusunan program dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:
a. Mengkaji kebijakan dan produk hukum yang relevan
b. Menganalisis harapan dan kondisi sekolah
c. Menganalisis karakteristik dan kebutuhan siswa
d. Menganalisis program, pelaksanaan, hasil, dukungan serta faktor-faktor
penghambat sebelumnya.
e. Merumuskan tujuan program baik umum maupun khusus.
f. Merumuskan alternatif konponen dan isi kegiatan.
g. Menetapkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan program
h. Merumuskan rencana evaluasi pelaksanaan keberhasilan program. (Uman
Suherman, 2007:69).
4. Studi-Studi Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengembangan
program bimbingan dan konseling perkembangan adalah sebagai berikut:
1. Soeharto (1998) melakukan penelitian tentang “model bimbingan dan
konseling perkembangan di sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP)”.
Secara keseluruhan, penelitian ini telah menghasilkan model bimbingan dan
konseling perkembangan di SLTP yang menunjukkan peningkatan pada
kualitas layanan dan sistem manajemennya.
2. Ida Ningrum (2005) melakukan penelitian
tentang “program bimbingan
perkembangan yang terintegrasi dalam pembelajaran di taman kanak-kanak” .
32
Hasil penelitian ini mengajukan rekomendasi berupa rancangan program
bimbingan perkembangan yang diintegrasikan dalam proses pembelajaran di
TK.
3. Yayah Haryawati (2007) melakukan penelitian tentang “program bimbingan
dan konseling perkembangan untuk pengembangan emosi anak usia dini”.
Penelitian ini bertujuan merumuskan program bimbingan dan konseling
perkembangan untuk pengembangan emosi anak usia dini. Sehingga tercipta
suasana yang kondusif bagi pengembangan emosi anak, dan dengan adanya
program tersebut anak-anak dapat memiliki kualitas emosi yang baik sebagai
landasan perkembangan pada periode selanjutnya.
4. Agus Rusli (2005) melakukan penelitian tentang “program bimbingan
perkembangan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia dini.”
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan layanan bimbingan di
kelompok bermain yang berkenaan dengan pengembangan bahasa anak.
5. Tine Nugrehentine (2008) melakukan penelitian tentang “program bimbingan
dan konseling komprehensif berbasis tugas perkembangan moral di TK AlJannah kota Bandung”. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
merancang program bimbingan dan konseling yang dapat mengoptimalkan
pencapaian tugas perkembangan moral di taman kanak-kanak.
Penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas, mengembangkan
program bimbingan dan konseling perkembangan walaupun berbeda tujuan
penelitian. Berbeda tujuan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebagaimana disebutkan diatas, penelitian ini berupaya merumuskan program
33
bimbingan dan konseling perkembangan yang sesuai bagi siswa rintisan sekolah
bertaraf internasional SMP Negeri 1 Lembang.
C. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
1. Konsep Dasar RSBI Pada Jenjang Pendidikan SMP
a. Latar Belakang
Dalam UUD 1945 pada pasal 31 dinyatakan bahwa: (1) Setiap warga
Negara berhak mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga Negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; serta (3)
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah telah menetapkan tiga rencana
strategis dalam jangka menengah, yaitu: (1) peningkatan akses dan pemerataan
dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar, (2) peningkatan mutu,
efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya saing, dan (3) peningkatan manajemen,
akuntabilitas, dan pencitraan publik.
Dalam upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya
saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah, maka telah ditetapkan pentingnya penyelenggaraan pendidikan
bertaraf internasional, baik untuk sekolah negeri maupun swasta. Berkaitan
dengan penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf internasional ini, maka: (1)
pendidikan bertaraf internasional yang bermutu (berkualitas) adalah pendidikan
yang mampu mencapai standar mutu nasional dan internasional, (2) pendidikan
34
bertaraf internasional yang efisien adalah pendidikan yang menghasilkan standar
mutu lulusan optimal (berstandar nasional dan internasional) dengan pembiayaan
yang minimal, (3) pendidikan bertaraf internasional juga harus relevan, yaitu
bahwa penyelenggaraan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik, orang tua, masyarakat, kondisi lingkungan, kondisi sekolah, dan
kemampuan pemerintah daerahnya (kabupaten/kota dan propinsi); (4) pendidikan
bertaraf internasional harus memiliki daya saing yang tinggi dalam hal hasil-hasil
pendidikan (output dan outcomes), proses, dan input sekolah baik secara nasional
maupun internasional.
Penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf internasional pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, yang selanjutnya disebut dengan Sekolah
Bertaraf Internasional (disingkat dengan SBI) dilatarbelakangi oleh alasan-alasan
berikut:
1) Era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi,
manajemen dan sumber daya manusia. Keunggulan teknologi akan
menurunkan biaya produksi, meningkatkan kandungan nilai tambah,
memperluas keragaman produk, dan meningkatkan mutu produk. Keunggulan
manajemen dapat mempengaruhi dan menentukan bagus tidaknya kinerja
sekolah, dan kenggulan sumber daya manusia yang memiliki daya saing
tinggi pada tingkat internasional, akan menjadi daya tawar tersendiri dalam
era globalisasi.
2) Dalam upaya peningkatan mutu, efisien, relevan, dan memiliki daya saing
kuat, maka dalam penyelenggaraan SBI pemerintah memberikan beberapa
35
landasan yang kuat yaitu: (a) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN 20/2003) Pasal 50 ayat (3)
dinyatakan
bahwa
“pemerintah
dan/atau
pemerintah
daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua
jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf
internasional”; (b) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan (disingkat SNP); (c) UU Nomor 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
menetapkan tahapan skala prioritas utama dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan kualitas dan
akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan.
3) Penyelenggaraan SBI didasari oleh filosofi eksistensialisme dan esensialisme
(fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan
harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal
mungkin melalui fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang
bermartabat,
pro-perubahan
(kreatif,
inovatif
dan
eksperimentatif),
menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta
didik. Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus
menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal
mungkin melalui fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang
bermartabat,
pro-perubahan
(kreatif,
inovatif
dan
eksperimentatif),
menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta
didik. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia harus memperhatikan
36
perbedaan kecerdasan, kecakapan, bakat dan minat peserta didik. Jadi,
peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan
potensi intelektual, emosional, dan spriritualnya. Para peserta didik tersebut
merupakan aset bangsa yang sangat berharga dan merupakan salah satu faktor
daya saing yang kuat, yang secara potensial mampu merespon tantangan
globalisasi. Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus
berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga,
maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal,
nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi,
pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu
bersaing secara internasional.
4) Dalam mengaktualisasikan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan
yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, and learning
to be merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, guru, proses
belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai penilaiannya.
Makdusnya adalah pembelajaran tidaklah sekedar memperkenalkan nilai-nilai
(learning to know), tetapi juga harus bisa membangkitkan penghayatan dan
mendorong menerapkan nilai-nilai tersebut (learning to do) yang dilakukan
secara kolaboratif (learning to live together) dan menjadikan peserta didik
percaya diri dan menghargai dirinya (learning to be). Dalam rangka
mengemban amanat Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah dan dengan
mempertimbangkan berbagai alasan sebagaimana dijelaskan di atas, maka
37
Direktorat Pembinaan SMP Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2007 telah merintis
100 SMP Negeri di Indonesia menjadi SBI.
Berdasarkan
berbagai
peraturan
perundangan
dan
beberapa
pertimbangan/alasan di atas, maka penting kiranya pemerintah (Departemen
Pendidikan Nasional) berkewajiban untuk memberikan arahan, bimbingan dan
pengaturan terhadap sekolah-sekolah yang telah dan akan merintis SBI, baik
untuk sekolah negeri maupun swasta supaya kedepan pengembangannya lebih
terarah,
terencana,
dan
sistematis,
serta
diharapkan
di
setiap
daerah
Kbupaten/Kota di Indonesia terdapat minimal satu satuan dan jenis pendidikan
yang bertaraf internasional, baik yang diselenggarakan sebagai rintisan oleh
pemerintah, masyarakat secara mandiri atau secara swadana bagi sekolah yang
didukung oleh dana yang kuat dari pemerintah daerah atau yayasan. (www.forumrsbi.net: 27 November 2009)
b. Indikator Kelas RSBI
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan dijabarkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 bahwa sekolah harus memenuhi
delapan unsur Standar Nasional Pendidikan terdiri dari: standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian,
dimana
semuanya
itu
merupakan
obyek
penjaminan
mutu
pendidikan/sekolah. Tolok ukur atau karakteristik SBI adalah sekolah harus
mampu memenuhi delapan obyek atau unsur pendidikan tersebut yang secara rinci
38
dijabarkan dalam standar indikator-indikator kinerja kunci minimal sebagai
jaminan akan mutu pendidikannya yang telah berstandar nasional.
Di samping itu, sekolah juga harus mampu memenuhi indikator-indikator
kinerja kunci tambahan sebagai plus-nya, yaitu indikator-indikator kinerja sekolah
yang berstandar internasional dari salah satu negara OECD dan atau dari negara
maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
Adapun berbagai indikator kinerja kunci minimal dan indikator-indikator kinerja
kunci tambahan yang esensial harus mampu dipenuhi dan ditunjukkan sekolah
dalam penjaminan mutu pendidikan bertaraf internasional dapat dilihat pada tabel
2.2 (www.forum-rsbi.net: 27 November 2009).
39
Tabel 2.2
Indikator Kinerja Kunci Minimal dan
Indikator-Indikator Kinerja Kunci Tambahan
No.
I
II
Objek
Penjaminan
Mutu (Unsur
Pend. dlm
SNP)
Akreditasi
Kurikulum
(Standar Isi) dan
Standar
Kompetensi
Lulusan
Indikator
Kinerja Kunci
Minimal
(dalam SNP)
Indikator Kinerja Kunci
Tambahan sebagai (X-nya)
Berakreditasi A
dari BANSekolah dan
Madrasah
a. Berakreditasi tambahan dari
badan akreditasi sekolah pada
salah satu Lembaga akreditasi
pada salah satu negara anggota
OECD dan negara maju lainnya
yang mempunyai keunggulan
tertentu dalam bidang
pendidikan.
a. Sekolah telah menerapkan sistem
administrasi akademik berbasis
Teknologi Informasi dan
Komunikasi dimana setiap siswa
dapat mengakses transkripnya
masing-masing.
a. Muatan pelajaran (isi) dalam
kurikulum telah setara atau lebih
tinggi dari muatan pelajaran
yang sama pada sekolah unggul
dari salah negara diantara 30
negara anggota Organization for
Economic Co-operation and
Development (OECD) dan dari
negara maju lainnya.
a. Penerapan standar kelulusan
yang setara atau lebih tinggi
dari SNP.
b. Meraih medali tingkat
internasional pada berbagai
kompetisi sains, matematika,
teknologi, seni dan olah raga
Menerapkan
KTSP
Memenuhi
Standar Isi
Memenuhi SKL
40
No.
III
Objek
Penjaminan
Mutu (Unsur
Pend. dlm
SNP)
Proses
Pembelajaran.
Indikator
Kinerja Kunci
Minimal (dalam
SNP)
Memenuhi
Standar Proses.
IV
Penilaian.
Memenuhi
Standar
Penilaian.
V
Pendidik.
Memenuhi
Standar
Pendidik.
41
Indikator Kinerja Kunci
Tambahan sebagai (X-nya)
a. Proses pembelajaran pada semua
mata pelajaran telah menjadi
teladan atau rujukan bagi sekolah
lainnya dalam pengembangan
akhlak mulia, budi pekerti luhur,
kepribadian unggul, kepemimpi an, jiwa kewirausahaan, jiwa
patriot, dan jiwa inovator .
b. Proses pembelajaran telah
diperkaya dengan model-model
proses pembelajaran sekolah
unggul dari salah negara diantara
30 negara anggota Organization
for Economic Co-operation and
Development (OECD) dan dari
negara maju lainnya .
c. Penerapan proses pembelajaran
berbasis TIK pada semua mapel
d. Pembelajaran pada mapel IPA,
Matematika, dan lainnya dengan
bahasa Inggris, kecuali mapel
Bahasa Indonesia.
a. Sistem/model penilaian telah
diperkaya dengan sistem/model
penilaian dari sekolah unggul
diantara salah negara diantara 30
negara anggota Organization for
Economic Co-operation and
Development (OECD) dan/atau
dari negara maju lainnya.
a. Guru Sains, matematika, dan
teknonogi mampu mengajar
dengan bahasa Inggris .
b. Semua guru mampu
memfasilitasi pembelajaran
berbasis TIK .
c. Minimal 20% guru
berpendidikan S2/S3 dari
perguruan tinggi yang program
studinya terakreditasi A.
No.
VI
Objek
Penjaminan
Mutu (Unsur
Pend. dlm
SNP)
Tenaga
Kependidikan.
Indikator
Kinerja Kunci
Minimal (dalam
SNP)
Memenuhi
Standar
Kependidikan.
VII
Sarana dan
Prasarana.
Memenuhi
Standar Sarana
dan Prasarana.
VIII
Pengelolaan.
Memenuhi
Standar
Pengelolaan.
Indikator Kinerja Kunci
Tambahan sebagai (X-nya)
a. Kepala sekolah berpendidikan
minimal S2 dari perguruan tinggi
yang program studinya
terakreditasi A .
b. Kepala sekolah telah menempuh
pelatihan kepala sekolah dari
lembaga pelatihan kepala sekolah
yang diakui oleh pemerintah.
c. Kepala sekolah mampu
berbahasa Inggris secara aktif.
d. Kepala sekolah memiliki visi
internasional, mampu
membangun jejaring
internasional, memiliki
kompetensi manajerial, serta jiwa
kepemimpinan dan entreprenual
yang kuat.
a. Setiap ruang kelas dilengkapi
sarana pembelajaran berbasis
TIK.
b. Sarana perpustakaan telah
dilengkapi dengan sarana digital
yang memberikan akses ke
sumber pembelajaran berbasis
TIK di seluruh dunia.
c. Dilengkapi dengan ruang multi
media, ruang unjuk seni budaya,
fasilitas olah raga, klinik, dll.
a. Sekolah meraih sertifikasi ISO
9001 VERSI 2000 atau
sesudahnya (2001, dst) dan ISO
14000.
b. Merupakan sekolah multi
kultural.
c. Sekolah telah menjalin hubungan
“sister school” dengan sekolah
bertaraf/berstandar internasional
di luar negeri.
42
No.
VIII
Objek
Penjaminan
Mutu (Unsur
Pend. dlm
SNP)
Pengelolaan.
IX
Pembiayaan.
Indikator
Kinerja Kunci
Minimal (dalam
SNP)
Indikator Kinerja Kunci
Tambahan sebagai (X-nya)
Memenuhi
Standar
Pengelolaan.
d. Sekolah terbebas dari rokok,
narkoba, kekerasan, kriminal,
pelecehan seksual, dll.
e. Sekolah menerapkan prinsip
kesetaraan gender dalam semua
aspek pengelolaan sekolah.
Memenuhi
Standar
Pembiayaan.
a. Menerapkan model pembiayaan
yang efisien untuk mencapai
berbagai target indikator kunci
tambahan.
2.
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMP Negeri 1 Lembang
a.
Pendahuluan
Rintisan sekolah bertaraf internasional adalah sekolah standar nasional
(SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan
(SNP) Indonesia, yang sedang dirintis untuk menjadi Sekolah Berstandar
Internasional (SBI). Dengan dibentuk kelas Bilingual (bahasa pengantar dalam
pembelajaran menggunakan dua bahasa, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia)
diharapkan lulusan siswa rintisan sekolah bertaraf internasional memiliki
kemampuan daya saing bukan hanya di tingkat nasional tapi juga ditingkat
internasional.
Berdasarkan surat keputusan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat nomor
978/20637-Pendas/tahun 2008, bahwa Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
43
Lembang ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang
pertama di Kabupaten Bandung Barat.
b. Visi dan Misi RSBI SMPN 1 Lembang
Visi rintisan sekolah bertaraf internasional SMPN 1 Lembang adalah
menjadi sekolah paling unggul bertaraf internasional dan masuk nominasi 10
besar tingkat propinsi Jawa Barat yang berwawasan lingkungan dan budaya.
Adapun misi rintisan sekolah bertaraf internasional SMPN 1 Lembang
yaitu: (1) mengembangkan kurikulum sesuai dengan kurikulum nasional yang
mengacu kepada tuntutan global; (2) meningkatkan professional dan kompetensi
pendidik dan tenaga kependidikan; (3) mengembangkan standar proses
pembelajaran; (4) mengembangkan sarana dan prasarana sesuai dengan
kebutuhan; (5) mengembangkan mutu akademik dan non akademik; (6)
meningkatkan standar pengelolaan; (7) mengembangkan standar pembiayaan
pendidikan; (8) mengembangkan standar penilaian; (9) mengimplementasikan
sekolah berbudaya lingkungan.
c.
Sarana dan Prasarana di RSBI SMPN 1 Lembang
Sarana dan prasarana diperlukan untuk menunjang keberhasilan kelas
rintisan sekolah bertaraf internasional baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Fasilitas belajar di kelas rintisan sekolah bertaraf internasional SMPN 1 Lembang
meliputi: (1) Laboratorium IPA Fisika; (2) Laboratorium IPA Biologi dan Kimia;
(3) Laboratorium Komputer; (4) Ruang Multimedia; (5) Perpustakaan
/Perpustakaan online; (6) Akses internet 24 jam; (7) Lapangan bola basket/Voli;
(8) Mesjid 2 lantai; (9) Ruang kesenian/Aula; (10) Ruang mesin fotocopy.
44
Sedangkan fasilitas yang terdapat di kelas bilingual meliputi: (1) Ruang kelas
yang bersih dan asri; (2) Meja dan kusri sendiri-sendiri; (3) locker pribadi; (4)
Komputer di dalam kelas; (5) Laptop kelas; (6) Infocus/Projector di dalam kelas;
(7) Stereo system di dalam kelas; (8) DVD player di dalam kelas; (9) internet
online setiap saat.
d. Seleksi Siswa RSBI
Sebelum menjadi siswa rintisan sekolah bertaraf internasional, calon siswa
diseleksi baik dalam kemampuan akademis ataupun non-akademis. Tahapan
seleksi atau penjaringan
secara akademik pada calon siswa rintisan sekolah
bertaraf internasional dilakukan dengan beberapa tes, yaitu:
1) Tes tulis (matematika, IPA, bahasa Indonesia, bahasa inggris, dan
pengetahuan umum).
2) Tes lisan bahasa inggris.
3) Tes praktik komputer.
4) Tes IQ/Psikotes.
5) Wawancara (dengan calon siswa rintisan sekolah bertaraf internasional dan
orang tua siswa).
e.
Kurikulum dan Pelaksanaan Pembelajaran Siswa Kelas RSBI
Kurikulum yang digunakan di kelas rintisan sekolah bertaraf internasional
SMPN 1 Lembang pada umumnya sama dengan kurikulum kelas regular yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan penambahan jam pelajaran
pada mata pelajaran tertentu. Penjabaran mengenai struktur kurikulum rintisan
sekolah bertaraf internasional dijelaskan pada tabel 2.3 berikut:
45
Tabel 2.3
Struktur Kurikulum kelas RSBI
Kelas dan Alokasi
Waktu
VII
VIII
IX
Komponen
A. MATA PELAJARAN
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
8. Seni Budaya
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
10. Teknologi Informasi dan Komunikasi
B. MUATAN LOKAL
1. Muatan Lokal 1
2. Muatan Lokal 2
C. PENGEMBANGAN
DIRI
DIBAWAH
KOORDINASI
BIMBINGAN
DAN
KONSELING
Kegiatan Umum:
Pramuka, PMR, PKS, Bripera, Iksiroh, KIR,
Binavokalia,
BIMBINGAN
DAN
KONSELINGC, Taekwondo, PLH, Bola Basket,
Voly Ball, Seni Tari, Mading, Keputrian.
Berdasarkan Prestasi:
Atletik, MIPA, Bahasa Inggris, Siswa
Berprestasi.
Jumlah
2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran.
2
2
4
8
6
8
4
2
2
2
2
2
4
8
6
8
4
2
2
2
2
2
4
8
6
8
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2*)
2*)
2*)
45
45
45
Secara singkat, pembelajaran di rintisan sekolah bertaraf internasional
yang membedakan dengan pembelajaran di kelas regular adalah sebagai berikut:
1. Penambahan waktu belajar di sekolah.
2. Penambahan jam mata pelajaran bahasa inggris.
3. Penambahan jam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
4. Penambahan jam mata pelajaran matematika.
46
5. Proses pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
6. Pembelajaran menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris.
7. Pembelajaran bersifat PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan).
D. Kebutuhan Siswa RSBI SMP Negeri 1 Lembang Kaitannya Dengan
Program Bimbingan Dan Konseling Perkembangan
Dalam layanan bimbingan dan konseling kebutuhan siswa harus mendapat
prioritas dan perhatian, karena kebutuhan yang dirasakan siswa sangat erat
kaitannya dengan masalah yang dihadapi siswa itu sendiri. Bahkan dapat
dikatakan, munculnya berbagai persoalan remaja sebagai siswa di sekolah, di
keluarga, dan di masyarakat, lebih banyak oleh karena tidak terpenuhinya
kebutuhan yang dirasakan siswa.
Oleh karena pemenuhan kebutuhan berkaitan dengan persoalan yang
dihadapi siswa, maka layanan bimbingan dan konseling menjadi sangat penting
untuk menjembatani kesenjangan kebutuhan remaja tersebut. untuk dapat
memberikan layanan yang relevan dengan kebutuhan siswa, maka terlebih dahulu
perlu diidentifikasi kebutuhan yang dirasakan siswa.
Pengukuran kebutuhan merupakan kegiatan penting dalam penyusunan
program bimbingan dan konseling di sekolah, seperti yang dikemukakan Klein
(dalam Atikah, 2007:58) bahwa pengukuran kebutuhan perlu dilakukan dalam
penyusunan program, karena (1) akan memfokuskan perhatian pembuat program
pada masalah penting, (2) memberikan dasar pengesahan perhatian program
47
hanya pada kebutuhan, dan (3) memberikan informasi dasar untuk mengukur
perubahan performans siswa.
Kebutuhan dalam penelitian ini, dimaksudkan kepada kebutuhan yang
dirasakan siswa atas tuntutan sekolah di rintisan sekolah bertaraf internasional.
siswa rintisan sekolah bertaraf internasional pembelajarannya dibedakan dengan
siswa kelas regular. Harapan dan tuntutan yang ditujukan guru, kepala, sekolah,
orang tua siswa pun berbeda. Siswa rintisan sekolah bertaraf internasional
diharapkan mampu memiliki kepribadian yang unggul, mahir dalam penggunaan
bahasa Inggris, bermotivasi belajar tinggi dan mampu bersaing dengan siswa yang
lain baik tingkat nasional maupun internasional serta rintisan sekolah bertaraf
internasional SMP negeri 1 Lembang mengharapkan siswa mampu mengenal dan
menjaga budaya dan memperkenalkan budayanya kepada dunia internasional.
Kesenjangan antara tuntutan pembelajaran dan harapan lingkungan dengan
siswa rintisan sekolah bertaraf internasional dapat menimbulkan masalah.
Kesenjangan-kesenjangan tersebut harus diidentifikasi terlebih dahulu sebagai
kebutuhan siswa rintisan sekolah bertaraf internasional serta dijadikan salah satu
dasar penyusunan program bimbingan dan konseling yang sesuai untuk siswa
RSBI.
48
Download