Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonorni I Volu~neI No. 2, September 20 1 5 PENGARUH PENDAPATAN ASLl DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL Jouzar Farouq lshak [email protected] I08562250432 Universitas Widyatama - Jalan Cikutra No. 204A Bandung ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh secara signifikan pendapatan asli daerah dan pertumbuhan ekonomi terhadap belanja modal pada Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat baik secara parsial maupun secara simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat. Data yang diperoleh adalah kombinasi antara data time series dan data cross-section atau yang biasa disebut dengan data panel. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling. Peneliti menggunakan analisis regresi yang dilakukan untuk melacak antar variabel yang berurutan sebagai akibat dari variabel terikat dengan variabel independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat. Pendapatan asli daerah dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat. Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Modal PENDAHULUAN Sistem pemerintahan di lndonesia mengalami berbagai dinamika, salah satunya adalah dengan ditandainya perubahan sistem pemerintahan yang semula bersifat sentralisasi, kini bersifat desentralisasi yang dikenal dengan istilah Otonomi Daerah. Salah satu Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Tap MPR Nomor XVlMPRl1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik lndonesia merupakan landasan hukum bagi dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Desentralisasi diharapkan akan menghasilkan dua manfaat nyata, yaitu: pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa, dan @'~atrra 4 rcrta.u\'nlrr,rc I Jouzar Farouq lshak Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi Volume I No. 2. Septembttl. 201 5 kreativitas masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan (keadilan) di seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia di masing-masing daerah. Kedua, memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintah yang paling rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap (Mardiasmo, 2010: 25). Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mengharapkan pemerintah daerah memiliki kemandirian yang lebih besar dalam keuangan daerah. Oleh karena itu, peranan pendapatan asli daerah sangat menentukan kinerja keuangan daerah. Dengan potensi yang dimiliki oleh daerah diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan penerimaan daerah yang dapat digunakan untuk membiayai segala kewajiban dari pemerintah daerah dalam menjalankan kegiatan pemerintahan daerah, termasuk untuk digunakan dalam meningkatkan infrastruktur daerah (Kusnandar & Dodik Siswantoro, 2012). Salah satu sumber dari pendanaan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yaitu pendapatan asli daerah. Dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2011 bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah yaitu Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari provinsi atau dari Pemerintah Daerah lainnya, Lain-Lain Penerimaan dan Dana lnsentif Daerah. Pendapatan Asli Daerah dalam APBD Provinsi Jawa Barat pada Tahun Anggaran 2012 sejumlah Rp8.176.352.694.291,OO. Hal ini dapat dilihat bahwa pendapatan asli daerah Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan sekitar 29,44 persen dari APBD tahun 2011 yang berjumlah Rp6.316.400.000.000,00. Peningkatan PAD sebenamya merupakan ekses dari pertumbuhan ekonomi (Juli Panglima Saragih, 2003). Daerah yang pertumbuhan ekonominya positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD. Dari perspektif ini seharusnya pemda lebih berkonsentrasi pada pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi daripada sekedar mengeluarkan produk perundangan terkait dengan pajak ataupun retribusi. Menurut Darwanto dan Yulia Yustikasari (2007) bahwa kebijakan otonomi daerah merupakan pendelegasian kewenangan yang disertai dengan penyerahan dan pengalihan pendanaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dalam kerangka desentralisasi fiskal. Dalam menghadapi desentralisasi fiskal menunjukkan bahwa potensi fiskal pemerintah daerah antara satu dengan daerah yang lain bisa jadi sangat beragam. Perbedaan ini pada gilirannnya dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang beragam pula. Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah hendaknya mampu mengubah Jumal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi -.--. Volume I No. 2, September 201 5 + proporsi belanja yang dialokasikan untuk tujuan dan hal-ha1 yang positif, sebagai contoh melakukan aktivitas pembangunan yang berkaitan dengan program-program untuk kepentingan publik (Lilis Setyowati & Yohana Kus Supatwati, 2012). Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2012 dialokasikan Belanja Daerah sebesar Rp15.804.296.979.395,OO. Sekitar 78,52 persen dari Belanja Daerah tersebut yaitu sejumlah Rp12.410.127.669.229,OO dialokasikan untuk Belanja Tidak Langsung. Belanja tidak langsung terdiri dari Belanja Pegawai berupa gaji & tunjangan yang telah ditetapkan UU, Belanja Bunga, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota & Desa, Belanja Bantuan Keuangan, serta Belanja Tidak Terduga. Sedangkan Belanja Modal pada APBD Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2012 hanya sebesar Rp1.284.574.197.469,OO atau sekitar 8,13 persen dari jumlah Belanja Daerah yang dianggarkan pada tahun anggaran tersebut. Akan tetapi, Belanja Modal tersebut mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun anggaran sebelumnya. Pada APBD Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 201 1 Belanja Modal dianggarkan sebesar Rp765.273.000.000,00. Belanja Modal sendiri dan juga Belanja Barang dan Jasa termasuk ke dalam Belanja Langsung yaitu bagian belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan pelaksanaan program. Berdasarkan data dari Analisa Realisasi APBD Tahun Anggaran 2012 dapat diketahui bahwa rata-rata realisasi Belanja Modal per kapita secara nasional adalah sebesar Rp953.567,00, sedangkan Provinsi Jawa Barat Belanja Modal per kapita lebih rendah di bawah rata-rata nasional yaitu belanja per kapita sebesar Rp239.585,OO. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut: 1) Seberapa besar pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal pada Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat? 2) Seberapa besar pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal pada Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat? 3) Seberapa besar pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal pada Pemerintah KabupatenlKota di Provinsi Jawa Barat? KAJIAN PUSTAKA Menurut Freeman, et a/. (2006: 170) definisi dari pendapatan dalam pemerintahan secara umum sama dengan pendapatan pada organisasi bisnis. Akan tetapi, pendapatan dalam pemerintahan harus dibedakan antara arus masuk penghasilan yang bebas dan pedoman akuntansi yang sudah didasarkan pada waktu pengakuan pendapatan. Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi Volu~neI No. 2. Septcnibel. 201 5 Granof (2007) menyatakan bahwa pendapatan dalam pemerintahan harus tersedia untuk membayar kewajiban dari periode saat ini yang sedang berlangsung sebelum dapat diakui. Fokus dalam pengukuran pendapatan tersebut diantaranya sumber-sumber keuangan saat ini seperti kas, piutang, surat berharga, dan persediaan serta aset modal seperti tanah, gedung, dan peralatan tidak diperhitungkan dalam pemerintahan melainkan dalam aktivitas pemerintahan. Menurut Abdul Halim (2007: 96), pengertian pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan daerah memegang peranan yang. penting karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah daerah. Melalui otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintahan daerah memiliki wewenang untuk menggali pendapatan dan melakukan peran alokasi secara mandiri dalam menetapkan prioritas pembangunan. Diharapkan dengan adanya otonomi dan desentralisasi fiskal dapat lebih memeratakan pembangunan sesuai dengan aspirasi lokal untuk mengembangkan wilayah menurut potensi daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Hadi Sasana, 2009). Pendapatan menurut basis kas diakui pada saat diterima di rekening umum Negara atau daerah atau oleh entitas pelaporan. Pendapatan menurut basis akrual diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pernbiayaan dalam laporan realisasi anggaran dan basis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca (Abdul Hafiz Tanjung, 2008: 40). Menurut Mawarni, Darwanis & Syukriy Abdullah (2013) produk domestik bruto merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang pada umumnya digunakan untuk mengukur kineja ekonomi di suatu negara. Sedangkan untuk tingkat wilayah, Provinsi maupun KabupatenIKota, digunakan produk domestik regional bruto. Secara teori dapat dijelaskan bahwa produk domestik regional bruto merupakan bagian dari produk domestik bruto, sehingga dengan demikian perubahan yang terjadi di tingkat regional akan berpengaruh terhadap produk domestik bruto atau sebaliknya. Menurut Freeman, et a/. (2006: 217) belanja, konsep yang yang berbeda daripada beban, adalah sebuah ukuran dari dana kewajiban yang dikeluarkan selama periode dari operasional pemerintahan, pengeluaran modal, dan hutang. Belanja pemerintah dapat didefinisikan sebagai akuntansi dana di mana semua penurunan dana aset bersih untuk kegiatan rutin operasional pemerintah, pengeluaran modal, dan hutang kecuali yang terjadi dari transfer ke dana lainnya. Belanja merupakan penurunan aset dana aset bersih yang tidak dihasilkan dari transfer dan pengembalian transaksi. Ukuran dari suatu Jouzar Farouq lshak I @ klr$8ma \J t.,>,".<r,~%,t,,.,<\t\ Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi Volume 1 No. 2. Se~tember201 5 belanja adalah dana kewajiban yang cepat cair dengan sumber daya saat ini (Granof, 2007). Menurut Abdul Halim (2007: 100) belanja daerah terdiri dari belanja operasi, belanja modal, belanja tidak terduga, dan transfer. Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal sendiri masuk ke dalam belanja langsung yaitu bagian belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan pelaksanaan program yang dilaksanakan oleh pemerintah. Hipotesis penelitian yang diajukan peneliti dapat dirumuskan sebagai berikut: Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Modal. HI: Hz: Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap Belanja Modal. HJ: Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi secara bersama-sama berpengaruh terhadap Belanja Modal. METODE PENELlTlAN Objek dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Modal. Penelitian ini dilakukan pada Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Pemilihan Provinsi Jawa Barat dikarenakan rasio realisasi belanja per kapita lebih rendah di bawah rata-rata nasional. Selain itu, diberlakukannya Peraturan Menteri Dalam Negeri pada tahun 2007 tentang Belanja Modal menjadi dasar pemilihan data dimulai dari tahun 2008. Menurut Abdul Halim (2007: 96), pengertian pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. lndikator untuk variabel pendapatan asli daerah adalah nilai realisasi pendapatan asli daerah pada anggaran pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Pendapatan Asli Daerah = Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah .yang Dipisahkan + Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Menurut Sadono Sukirno (2006: 423), pengertian pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai suatu ungkapan umum yang menggambarkan tingkat perkembangan sesuatu negara ataupun daerah, yang diukur melalui persentasi pertambahan pendapatan nasional riil. Formula rasio pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut: Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi Volutne 1 No. 2, September 20 1 5 PDRBt - PDRBt-1 Pertumbuhan Ekonomi = x I00 % Keterangan: PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto pada tahun t PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto pada satu tahun sebelum tahun t Menurut Abdul Halim (2007: loo), pengertian belanja modal merupakan merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. lndikator untuk variabel belanja modal adalah nilai realisasi belanja modal anggaran belanja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. lndikator belanja modal diukur dengan: Belanja Modal Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin + Belanja Modal Gedung dan Bangunan + Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan + Belanja Aset Tetap Lainnya + Belanja Aset Lainnya. Kerangka penelitian ini disusun berdasarkan landasan teori yang dihubungkan dengan fenomena yang menjadi fokus penelitian. Kerangka penelitian akan menjelaskan tentang variabel-variabel yang dapat diukur dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut: 1) Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi pada Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat. 2) Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Belanja Modal pada Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini -adalah Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 27 Pemerintah KabupatenIKota dan populasi sasarannya adalah 25 Pemerintah KabupatenIKota. Data yang diperoleh adalah kombinasi antara data time series dan data cross section atau yang biasa disebut dengan pooled data atau data panel. Data time series adalah data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu dan data cross section yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik tertentu (Mudrajad Kuncoro, 2003). Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu dengan menggunakan purposive sampling. Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonorni --aE " " Volume I No. 2, September 20 15 "- Pengertian nonprobability sampling menurut Sugiyono (2010: 218) adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan pengertian purposive sampling menurut Sugiyono (2010: 218) yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah serta Belanja Modal periode 2008 sampai dengan 201 2 dan data Pertumbuhan Ekonomi periode 2008 sampai dengan 2012 pada 25 Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat yang berasal dari Badan Pusat Statistik beserta dokumendokumen lainnya yang dipublikasikan oleh Pemerintah. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regression analysis merupakan suatu bentuk regresi yang dirancang secara hierarki untuk menetukan hubungan antara dua variabel dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi antara dua atau lebih variabel independen (Imam Ghozali, 2005). Pendapatan Asli Daerah (XI) Belanja Modal (Y) Pertumbuhan Ekonomi (X2) Gambar 1. Hubungan Struktur XI, X2 terhadap Y Persamaan regresi untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = ~+PIXI+P~X~+ E Keterangan: Y = Belanja Modal XI = Pendapatan Asli Daerah X2 = Pertumbuhan Ekonomi E = Error HASlL DAN PEMBAHASAN Pengujian hipotesis menggunakan analisis data panel (pooled data). Hasil model analisis data ini telah 1010s telah melewati uji asumsi klasik standar yang sudah umum dilakukan dalam pemodelan. Uji asumsi @ wama '.,,,".,,~',.,,,,,,,,,. \&J I Jouzar Farouq lshak Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi Vol~une1 No. 2, September 201 5 -- - klasik yang telah dilakukan adalah uji normalitas data, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Hasil uji asumsi klasik dapat dilihat dalam appendik tulisan ini. Pengujian hipotesis menggunakan data panel bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Oleh karena itu pengujian dikelompokkan menjadi pengujian secara parsial dan simultan. Besarnya pengaruh variabel X j dan X2 terhadap Y ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Model 1 (Constant) Pendapatan Asli Daerah Pert urnbuhan Ekonomi Unstandardized Coefficients B Std. Error 1E+Ol I 3E+010 .068 1.381 -1E+010 7E+009 Standardized Coefficients Beta ,934 -.096 t 3.232 20.421 -2.090 Sig. .002 .OOO .039 a. Dependent Variable: Belanja Modal Nilai ttabeldilihat pada taraf signifikansi 0,05 di mana df = jumlah sampel - variabel bebas = 125 - 2 = 123. Oleh karena itu, nilai ttabel pada df = 123 adalah 1,657. Nilai thfiungdiperoleh pada tabel di atas yaitu 20,421 yang berarti thitung > ftabel (20,421 > 1,657). Dengan demikian, HOditolak dan Ha diterima yang memberikan kesimpulan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap variabel Belanja Modal. Dari tabel di atas juga diketahui bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah mempunyai nilai Sig. 0,000. Jika dibandingkan dengan a = 0,05, nilai Sig. lebih kecil daripada nilai a (0,000 < 0,05). Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima yang memberikan kesimpulan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah berpenga'ruh terhadap variabel Belanja Modal. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Darwanto & Yulia Yustikasari (2007) serta Kusnandar & Dodik Siswantoro (2012) menemukan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal. PAD akan mempengaruhi pembangunan di daerah yang direalisasikan dalam bentuk pengadaan fasilitas dan infrastruktur yang ditujukan untuk kepentingan publik, sehingga ha1 ini akan meningkatkan alokasi belanja modal. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mengharapkan pemerintah daerah memiliki kemandirian yang lebih besar dalam keuangan daerah. Oleh karena itu, peranan pendapatan asli daerah sangat menentukan kinerja keuangan daerah. Dengan potensi yang dimiliki oleh daerah diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan penerimaan daerah yang dapat digunakan untuk membiayai segala Jouzar Farouq lshak I @ ~, 8 ""m a %J' .V,?,,5T, >.>, . , , % , , Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi Volu~nrI No. 2. September 201 5 - ** kewajiban dari pemerintah daerah dalam menjalankan kegiatan pemerintahan daerah, termasuk untuk digunakan dalam meningkatkan infrastruktur daerah (Kusnandar & Dodik Siswantoro, 201 2). Nilai ttabel dilihat pada taraf signifikansi 0,05 di mana df = jumlah sampel - variabel bebas = 125 - 2 = 123. Oleh karena itu, nilai ttabel pada df = 123 adalah -1,657. Nilai thitung diperoleh pada tabel di atas yaitu 2,090 yang berarti -thitung < -ttabel (-2,090 < -1,657). Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima yang memberikan kesimpulan bahwa variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap variabel Belanja Modal. Dari tabel di atas juga diketahui bahwa variabel' Pertumbuhan Ekonomi mempunyai nilai Sig. 0,039. Jika dibandingkan dengan a = 0,05, nilai Sig. lebih kecil daripada nilai a (0,039 < 0,05). Dengan demikian, HO ditolak dan Ha diterima yang memberikan kesimpulan bahwa variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap variabel Belanja Modal. Hadi Sasana (2012) menyatakan bahwa pengeluaran daerah sekarang ini terbagi atas belanja langsung dan belanja tidak langsung. Dalam bentuk belanja langsung pengeluaran dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana umum atau programprogram langsung yang dapat merangsang produktivitas yang lebih besar bagi masyarakat serta pelaku usaha di daerah. Selain itu belanja pemerintah daerah juga diperuntukan bagi layanan dasar yang harus diperoleh masyarakat, yaitu pendidikan dan kesehatan. Dengan alokasi belanja langsung yang tepat maka pembenahan infrastruktur daerah serta fasilitas umum akan tetap baik, sehingga meningkatkan kualitas dan kuantitasnya serta meningkatkan produktivitas daerah dan pendapatan masyarakat. Belanja modal tidak hanya ditujukan untuk pengembangan infrastruktur industri, tetapi juga ditujukan untuk berbagai infrastruktur jasa yang langsung terkait dengan pemberian layanan kepada publik. Upaya peningkatan pendapatan asli daerah harus diimbangi dengan kesungguhan pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas layanan publik (Priyo Hari Adi; 2006). Variabel pertumbuhan ekonomi memiliki korelasi negatif namun signifikan terhadap variabel belanja modal. Artinya, pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang nyata terhadap belanja modal. Hal ini sangat berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darwanto & Yulia Yustikasari (2007) yang menemukan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi memiliki korelasi positif namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel belanja modal. Pengujian secara simultan bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian simultan ini menggunakan uji F, yaitu dengan membandingkan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. I Jouzar Farouq lshak Jumal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi Volu~nt:I No. 2, September 20 15 Tabel 2. ANOVAb IW Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 4E+024 9E+023 5E+024 OVA^ df 2 122 124 Mean Square 1.872E+024 7.726E+021 F 242.297 Sig. .OOOa a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Ekonomi, Perdapatan Asli Daerah b. Dependent Variable: Belanja Mcdal Tabel di atas menunjukkan hasil perhitungan statistik uji F dengan hasil nilai signifikansi F sebesar 0,000 di bawah 0,05 yang berarti secara simultan seluruh variabel independen yaitu pendapatan asli daerah dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap variabel belanja modal. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis mengenai Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal pada Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pendapatan Asli Daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat. 2. Pertumbuhan Ekonomi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat. 3. Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis mengenai Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal pada Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat sehingga generalisasi hasil penelitian dan pembahasan kurang dapat diberlakukan bagi provinsi yang lain di Indonesia. Diharapkan untuk penelitian yang akan datang agar dapat memperluas serta menambah sampel penelitian dengan periode pengamatan yang lebih Jouzar Farouq lshak I 9Kema Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi -* 1 Volu~neI No. 2, September 201 5 panjang agar dapat menghasilkan data yang lebih komprehensif dan akurat. 2. Dalam penelitian ini tidak memberikan secara rinci dan detail alokasi penggunaan Pendapatan Asli Daerah yang memberikan kontribusi yang besar terhadap Belanja Modal. 3. Kepada Pemerintah KabupatenIKota di Provinsi Jawa Barat agar meningkatkan sisi Belanja Modal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan tujuan menciptakan kesejahteraan masyarakat menjadi meningkat. DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Abdul Hafiz Tanjung. 2008. Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah. Bandung: Penerbit Alfabeta. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2014. Jawa Barat Dalam Angka. Bandung. Darwanto & Yulia Yustikasari. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Simposium Nasional Akuntansi X Makassar: 26 s.d 28 Juli 2007. Freeman, Robert J., Shoulders, Craig D., & Allison, Gregory S. 2006. Governmental and Nonprofit Accounting. Prentice Hall: Pearson. Granof, Michael H. 2007. Government & Non Profit Accounting. New York: John Wley & Sons. Hadi Sasana. 20 12. Pengaruh Belanja Pemerintah Daerah dan Pendapatan Petkapita Terhadap lndeks Pembangunan Manusia. Media Ekonomi Manajemen Vol. 25 No. 1 Januari 2012. Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Juli Panglima Saragih. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Penerbit Ghalia Indonesia. Kusnandar & Dodik Siswantoro. 2012. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah terhadap Belanja Modal. Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin: 20 s.d 23 September 2012. Lilis Setyowati & Yohana Kus Supawati. 2012. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, DAU, DAK, PAD Terhadap lndeks Pembangunan Manusia dengan Pengalokasian Anggaran Belanja Modal sebagai Variabel Ineten~ening.Prestasi Vol. 9 No. 1 - Juni 2012. Mardiasmo. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi. Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi Volu~ne1 No. 2, September 20 1 5 Mawarni, Darwanis, & Syukriy Abdullah. 201 3. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal Serta Dampaknya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Banda Aceh: Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Volume 2, No.2, Mei 2013. Mudrajad Kuncoro. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Penerbit Erlangga. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Priyo Hari Adi. 2006. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan, dan Pendapatan Asli Daerah. Sirnposiurn Nasional Akuntansi IX Padang, 23 s.d 26 Agustus 2006. Sadono Sukirno. 2006. Ekonomi Pembangunan Proses masalah dan Dasar Kebijakan, cetakan ketiga. Jakarta: Penerbit Kencana. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Undang-Undang Republik lndonesia Nornor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Republik lndonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.