PERAN PENDIDIKAN DALAM MENYIAPKAN GENERASI EMAS Dr. Pupu Saeful Rahmat, M.Pd. FKIP UNIKU ABSTRAK Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa, penyelenggaraan pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman. Peranan guru merupakan salah satu penentu keberhasilan pendidikan, diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang menggairahkan, dan menyenangkan, menuntut guru lebih kreatif dan profesional. Tahun 2045 merupakan tepat 100 tahun Indonesia merdeka. Pada tahun tersebut diperkirakan generasi usia produktifnya, yang selanjutnya dikenal dengan generasi emas karena bertepatan dengan HUT Emas RI ke-100 akan mampu menunjukkan siklus kejayaan Bangsa yang unggul peradabannya. Bonus demografi di tahun 2045 tersebut akan menjadi berkontribusi atau sebaliknya menjadi bencana menjadi semakin nyata, tergantung bagaimana guru menyiapkan generasi saat ini, 29 tahun lagi akan menjadi pengisi era itu. Dengan adanya guru yang profesional dan berkualitas maka akan mampu mencetak anak bangsa yang berkualitas pula. Peran Guru yang tidak hanya mengajar, termaktub dalam UU No. 14 tahun 2005, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sedangkan hakikat guru menurut Ki Hajar Dewantara adalah ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yakni di depan menjadi contoh jika di tengah membangkitkan hasrat belajar dan jika di belakang memberikan dorongan. Pendidikan memang bukanlah persoalan yang mudah, bila kita tanam sekarang ia dapat dirasakan hasilnya 20 tahun mendatang. Maka dari itu, kita harus bersinergi untuk mewujudkan generasi emas 2045 (100 tahun Indonesia Merdeka). Persoalan-persoalan itu dapat kita pecahkan bersama-sama dengan bergandengan tangan. Tidak ada lagi yang lalai dalam tugas mendidik, tidak saling adu jotos, merokok di sekolah, jujur dalam mengelola anggaran pendidikan, terlebih lagi guru mau menjadi pembelajar sejati dan terus berusaha untuk meningkatkan kapasitas dirinya sehingga dapat terwujud Guru teladan (good teachers). Karenanya pendidikan yang bermutu harus terus diupayakan oleh sang guru. Mereka adalah mutiaranya agent of change, pelaku perubahan agar menghasilkan manusia Indonesia yang religius, cerdas, produktif, andal dan komprehensif melalui layanan pembelajaran yang prima terhadap peserta didiknya, sehingga terwujud generasi emas tahun 2045. Kata Kunci: pendidikan karakter, generasi berkualitas, generasi emas 387 Pendahuluan Bangsa Indonesia sesuai dengan cita-cita besarnya dalam pembentukan negara seperti yang termaktub dalam pembukaan UUD RI tanggal 17 Agustus 1945 adalah menjadi negara adil dan makmur. Adil diartikan terselenggaranya hukum dengan baik dan beradab, makmur bearti tercukupinya kebutuhan sandang, pangan, papan. Artinya bahwa sesuai denga cita-cita pembentukan negara, Indonesia dicita-citakan menjadi negara besar, kuat, disegani dan dihormati keberadaannya di tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia. Setelah 71 tahun Indonesia merdeka pencapaian cita-cita ini belum sepenuhnya dipenuhi, meskipun kita sadari telah terjadi kemajuan dan capaian yang telah diraih di bidang politik, keamanan, ekonomi, dan kesejahteraan rakyat. Namun kita harus tetap sadar dan lebih meningkatkan kemauan dan kemampuan kita karena ke depan masih banyak persoalan dan tantangan yang lebih kompleks yang harus diselesaikan. Upaya kuat seluruh anak bangsa dengan semangat nasionalisme dalam mewujudkan cita-cita harus tetap dilakukan secara sistematik, sistemik dan berkelanjutan, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan. Meningkatkan komitmen menjadikan pendidikan sebagai sarana utama untuk menuju terwujudnya bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu pemerintah bertekad memberikan perhatian yang besar pada pembangunan pendidikan. Sampai saat ini, pemerintah telah mengambil berbagai terobosan kebijakan pendidikan berskala besar. Kita semua menyadari, bahwa hanya melalui pendidikanlah bangsa kita menjadi maju dan dapat mengejar ketertinggalan dari bangsa lain,baik dalam bidang sains dan teknologi maupun ekonomi. Peran pendidikan penting juga dalam membangun peradaban bangsa yang berdasarkan atas jati diri dan karakter bangsa. Apapun persoalan bangsa yang dihadapi komitmen kita untuk melaksanakan pembangunan pendidikan sesuai dengan amanat konstitusi dan berbagai peraturan perundangan-undangan yang berlaku tetap dipegang. Komitmen ini direalisasikan dalam berbagai kebijakan dan program yang diarahkan untuk mencapai tujuan meningkatnya kualitas sumber daya manusia demi tercapainya kemajuan bangsa dan negara di masa depan, sebagaimana yang kita cita-citakan bersama. Ini menjadi bagian penting yang menentukan perkembangan pendidikan di Indonesia. Pendidikan adalah suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu. Di samping itu pendidikan adalah suatu hal yang benar-benar ditanamkan selain menempa fisik, mental dan moral bagi individu-individu, agar mereka menjadi manusia yang 388 berbudaya sehingga diharapkan mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah SWT sebagai mahluk yang sempurna dan terpilih sebagai khalifahNya di muka bumi ini yang sekaligus menjadi warga negara yang berarti dan bermanfaat bagi suatu negara. Kajian Pustaka Konsep Dasar Generasi Emas Apakah generasi emas itu? Kita perlu terlebih dahulu mengetahui sehingga memahami, agar supaya ketika tulisan ini dibaca, akan dimengerti dengan baik dan tepat. Ada dua pengertian tentang generasi emas. Pertama, generasi emas berkaitan dengan bagaimana keadaan generasi Indonesia pada menuju usia bangsa Indonesia yang ke 100 pada tahun 2045. Kedua adalah generasi emas dalam perjabaran kata EMAS. Generasi EMAS adalah generasi Energik, Multitalenta, Aktif dan Spiritual. Jadi, Membangun generasi EMAS Sentani (Indonesia) adalah sebuah produk generasi baru yang Energik, Multitalenta, Aktif dan Spiritual. Generasi yang cerdas (smart), generasi yang siap bersaing diera modern, globaliasi dan penuh kompetitif. Mereka siap pakai dalam bidang kerja apapun. Bukan hanya siap bersaing di tingkat kabupaten, propinsi tetapi juga pada tingkat nasional dan internasional. Jika berbicara tentang emas lebih jauh, emas adalah permata yang mahal harganya. Nilainya terus menerus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Ketika seseorang memakai emas, perasaannya juga beda, penampilannya berbeda ketika tidak memakai emas. Memakai emas selalu membuat perubahan dalam diri pemakai khususnya pemilik emas itu. Semakin banyak emas yang dimiliki oleh seseorang, orang itu statusnya akan semakin meningkat. Sebab emas sudah masuk dalam kategori benda berharga dan bernilai tinggi. Emas dapat dipakai sebagai jaminan. Emas dapat membuat perubahan. Ketika bangsa Indonesia memimpikan dan memperjuangkan membangun generasi emas, dengan harapan suatu saat bangsa Indonesia tidak dianggap remeh oleh dunia luar. Generasi emas adalah generasi yang membuat perubahan dan merubah keadaan dan harga diri bangsa Indonesia semakin berharga di mata dunia. Sebagai contoh Ballarat adalah sebuah desa di Melbourne Australia. Ballarat adalah sebuah desa yang sepi. Wilayah perdesaan ini jarang dikunjungi orang. Tetapi begitu “emas” ditemukan di Poverty Point pada 21 Agustus 1851, Ballarat menjadi kota yang booming. Penemuan ini yang dikenal dengan Victoria Gold Rush. Ballarat, wilayah pedesaan yang jarang dikunjungi orang, tibatiba saja didatangi 10.000 pendatang dari berbagai penjuru dunia. Di tempat inilah penambangan emas pertama di Australia didirikan pada tahun 1851. Status Ballarat dari desa berubah jadi kota. Ballarat terus mengalami perubahan dan perkembangan yang luar biasa, hingga kini menjadi tempat wisata mendulang emas. Intinya dari kisah ini adalah ketika tidak ada emas, Ballarat adalah sebuah desa yang sepi dan pola kehidupannya biasabiasa saja. Namun ketika, ditemukan “emas” atau ada emas di desa ini, 389 perubahan besar terjadi. Perubahan itu masih berpengaruh hingga saat ini. Kita bisa katakan bahwa dimana ditemukan emas, disitu ada perubahan kehidupan yang lebih baik dibanding sebelumnya. Generasi Emas Indonesia Istilah generasi emas, dimunculkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada sambutan Peringatan Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei 2012. Tema Hari Pendidikan Nasional tahun itu adalah “Bangkitnya Generasi Emas Indonesia”. Istilah generasi emas mulai diperkenalkan dan dijadikan tema Hardiknas. Istilah generasi emas dimunculkan karena pada periode tahun 2010 sampai 2035 bangsa kita dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Kuasa potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa. Jika kesempatan emas yang baru pertama kalinya terjadi sejak Indonesia merdeka tersebut dapat kita kelola dan manfaatkan dengan baik, populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa tersebut insya Allah akan menjadi bonus demografi (demographic dividend) yang sangat berharga. Di sinilah peran strategis pembangunan bidang pendidikan untuk mewujudkan hal itu menjadi sangat penting. Mengapa dikatakan Generasi Emas Indonesia? Karena merupakan generasi penerus bangsa yang pada periode tersebut adalah sangat produktif, sangat berharga dan sangat bernilai, sehingga perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik agar berkualitas menjadi insan yang berkarakter, insan yang cerdas, dan insan yang kompetitif, serta menjadi bonus demografi. Mengapa berkarakter?Karena karakter menentukan kulitas moral dan arah dari setiap generasi muda dalam mengambil keputusan dan tingkah laku. Karena karakter merupakan bagian integral yang harus dibangun,agar generasi muda sebagai harapan bangsa,sebagai penerus bangsa yang akan menentukan masa depan harus memiliki sikap dan pola pikir yang berlandaskan moral yang kokoh dan benar dalam upaya membangun bangsa. Mengapa Cerdas? Karena dengan kecerdasan yang tinggi,akan mampu memanipulasi unsur-unsur kondisi yang dihadapi untuk sukses mencapai tujuan. Kemampuan,yaitu karakteristik diri individu yang ditampilkan dalam bentuk perilaku untuk memenuhi kebutuhan/tuntutan tertentu. Manipulasi,yaitu perilaku aktif dan disengaja untuk melihat dan mengorganisasikan dalam membentuk hubungan antar unsur yang ada dalam suatu kondisi. Unsur-unsur,yaitu hasil pemilahan/pemisahan atas bagianbagian dari suatu kesatuan tertentu. Tujuan,yaitu kondisi yang diharapkan terjadi melalui penampilan kemampuan dalam bentuk usaha. Sukses adalah kondisi yang unsur-unsurnya sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Mengapa Kompetitif? Karena dengan kemampuan kompetitif,akan mampu mencapai keunggulan,memiliki daya saing dengan bangsa-bangsa lain,dan akan menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa Indonesia. Akan menjadi bangsa dan negara yang besar,kuat,disegani dan dihormati keberadaannya di tengah-tengah 390 bangsa di dunia. Ini akan menjadi perwujudan cita-cita bangsa Indonesia setelah 71 tahun merdeka. Generasi emas sebagai generasi penerus bangsa yang akan menentukan masa depan Indonesia. Generasi emas adalah generasi yang memandang masa depan dan bangsanya, merupakan hal yang pertama dan utama. Generasi emas adalah generasi muda yang penuh optimisme dan gairah untuk maju dengan sikap dan pola pikir yang berlandaskan moral yang kokoh dan benar. Generasi emas adalah generasi dengan visi ke depan yang cemerlang, kompetensi yang memadai, dan dengan karakter yang kokoh, kecerdasan yang tinggi, dan kompetitif, merupakan produk pendidikan yang diidam-idamkan. Peserta didik dalam setiap jenjang, jenis, dan jalur pendidikan merupakan individu yang sedang dalam masa-masa pertumbuhan dan perkembangan, sedang dalam proses pengembangan dan pembentukan diri secara terus menerus untuk menjadi generasi emas yaitu insan yang bekarakter, cerdas dan kompetitif. Proses pembentukan diri terus-menerus (on going formation) ini terjadi dalam kerangka ruang dan waktu, melalui proses pendidikan bermutu. Generasi emas merupakan generasi yang berkarakter. Insan Indonesia berkarakter adalah insan yang memiliki sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi. Insan yang memiliki sikap dan pola pikir yang berlandaskan moral yang kokoh dan benar. Indikator karakter yang terwujud dalam perilaku insan berkarakter adalah iman dan takwa, pengendalian diri, sabar, disiplin, kerja keras, ulet, bertanggung jawab, jujur, membela kebenaran, kepatutan, kesopanan, kesantunan, taat pada peraturan, loyal, demokratis, sikap kebersamaan, musyawarah, gotong royong, toleran, tertib, damai, anti kekerasan ,hemat, konsisten. Insan yang berperilaku berkarakter hendaknya disertai tindakan yang cerdas dan perilaku cerdas hendaknya pula diisi upaya yang cerdas. Karakter dan kecerdasan dipersatukan dalam perilaku yang berbudaya. Kehidupan yang berkarakter tanpa disertai kehidupan yang cerdas akan menimbulkan berbagai kesenjangan dan penyimpangan serta ketidakefisienan. Insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis. Cerdas spiritual, yaitu beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. Cerdas emosional, yaitu beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiativitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikannya. Cerdas sosial, yaitu beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang (i) membina dan memupuk hubungan timbal balik,(ii) demokratis, (iii) empatik dan simpatik, (iv) menjunjung tinggi hak 391 asasi manusia, (v) ceria dan percaya diri, (vi) menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara, (vii) berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara. Cerdas intelektual, yaitu beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif, inovatif dan imajinatif. Cerdas kinestetik, yaitu beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan sehat, bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil dan trengginas; serta aktualisasi insan adiguna. Insan Indonesia kompetitif, yaitu insan yang berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan, bersemangat juang tinggi, mandiri, pantang menyerah, pembangun dan pembina jejaring, bersahabat dengan perubahan,inovatif dan menjadi agen perubahan, produktif, sadar mutu, berorientasi global, pembelajar sepanjang hayat, dan menjadi rahmat bagi semesta alam. Peran Guru dalam dalam mempersiapkan Generasi Emas Guru sebagai pendidik tidak hanya bertugas untuk mengajar, namanya saja pendidik guru bukan hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran di sekolah tetapi juga menanamkan nilai-nilai kehidupan. Proses pendidikan anak pertama kali berlangsung di dalam lingkungan keluaraga. Selain orang tua sebagai pendidik utama tentunya lembaga pendidikan sebagai tempat belajar siswa memiliki tanggung jawab untuk mencerdaskan bangsa. Dalam hal ini guru sebagai subjek dalam pendidikan yang langsung berinteraksi dengan siswa memiliki peran dalam pembentukan karakter siswa dalam rangka mempersiapkan generasi emas 2045. Guru sebagai pendidik di sekolah merupakan suri tauladan bagi siswa. Selain sebagai suri tauladan bagi siswa guru memiliki peranan yang lain yang sangat penting bagi perkembangan karakter anak. Guru merupakan orang tua kedua bagi anak. Guru merupakan orang tua ketika di sekolah. Menjadi pendidik atau guru merupakan tugas mulia manusia. Pada hakikatnya semua manusia adalah guru/pendidik. Namun dalam hal ini pendidik yang dimaksud adalah pendidik dalam lembaga pendidikan. Peran guru sangat penting terhadap perkembangan anak. Karena guru memiliki tanggungjawab penuh terhadap perkembangan anak di sekolah. Istilah “Guru” dalam bahasa Sunda sering diungkapkan sebagai“digugu dan ditiru”. Dalam bahasa Sunda tersebut jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia profesi seorang guru adalah identik dengan dipatuhi dan dicontoh. Maksudnya, “digugu” atau dipatuhi adalah segala hal perkataan dan perintah guru harus dipatuhi oleh peserta didik. Sedangkan “ditiru“ memiliki arti dicontoh yakni meliputi tindakan dan perkataan guru dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak sekolah 392 khususnya tingkat dasar lebih memilih percaya pada perkataan guru daripada orang tuanya sendiri. Misalnya dalam hal pelajaran guru mengajarkan materi pelajaran tentang kesehatan, sedangkan di rumah ketika siswa belajar dengan orang tua terkadang dengan materi yang sama namun isinya sedikit berbeda siswa. Maka anak tersebut akan lebih percaya pada jawaban dari guru ketika di sekolah. Walaupun siswa tersebut belum tentu mengerti mana kebenaran yang asli. Selain dalam hal pembelajaran atau wawasan, dalam hal tingkah laku guru ketika di kelas menyampaikan tindakan yang seharusnya dilakukan oleh siswa. Namun, ketika di rumah orang tuanya mengatakan yang berbeda siswa tersebut biasanya mengatakan kepada orang tuanya “kata bu guru seperti ini, bukan kayak gitu”. Dari pemaparan contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam mendidik anak di sekolah sangat mengena bagi siswa. Terlebih bagi pendidikan tingkat dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi awal dalam proses pendidikan yang dijalani oleh anak setelah pendidikan di keluarga. Sebagai pendidik yang memiliki peran utama mencerdaskan kehidupan bangsa, sebaiknya membekali diri agar bisa menjadi suri tauladan yang baik untuk peserta didik. Dengan harapan sikap yang baik dari guru akan berpengaruh dan ditiru oleh siswa sehingga siswa akan senantiasa menjadikan kebiasaan yang nantinya akan melekat di hati anak. Sekolah memiliki aturan dan tata tertib khusus bagi siswa-siswanya. Tata tertib tersebut dibuat oleh para guru beserta tenaga pendidik di sekolah yang disesuaikan dan dipertimbangkan secara matang. Hal ini bertujuan agar siswa mampu berdisiplin dan tertib terhadap aturan yang berlaku. di dalam sekolah setiap kelas memiliki tata tertib sendiri yang tentunya lebih khusus. Peraturan itu dibuat khusus untuk ketertiban di kelas. Biasanya pada tahun ajaran baru sebelum guru kelas memulai kegiatan pembelajaran guru membuat tata tertib dan konsekuensi yang ditetapkan bersama dengan siswa. siswa diajak untuk membuat peraturan kelas. Menurut Syamsul Yusuf (2000) Pada usai sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan dan tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa usia anak sekolah dasar sudah mampu menyadari akan peraturan dan pentingnya peraturan. Khususnya di sekolah. Melalui tata tertib yang dibuat dan disepakati bersama akan mampu melahirkan anak-anak yang disiplin, patuh, dan bertanggung jawab. Anak sekolah yang mematuhi tata tertib akan manjadikan kebiasaan bagi mereka. Sehingga ketika sejak kecil mereka sudah terbiasa dengan taat pada 393 peraturan diharapkan dapat menjadikan kebiasaan yang tertanam dalam diri mereka. Seiring dengan perkembangan zaman yang didikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan bagi dunia pendidikan. Pendidikan sebagai suatu hal yang urgen akan memiliki dampak terhadap perkembangan Sumber Daya Manusia suatu negara. Seiring dengan berkembangnya kurikulum menuntut para kalangan akademis ataupun ilmuwan menciptakan strategi, pendekatan, model, metode, media dan teknik pembelajaran yang terbaru. Hal tersebut dilakukan karena mengingat strategi pembelajaran di sekolah pada zaman dulu dianggap konvensional dan kurang memberikan hasil belajar yang bermakna bagi siswa. Banyak jenis-jenis strategi yang muncul yang dikaitkan dengan aspek-aspek kehidupan. Guru sebagai pendidik tentunya memilki hak otoritas untuk memilih strategi mana yang tepat. Namun, mencuatnya pendidikan karakter baru-baru ini membuat guru berfikir keras untuk mengemas suatu pembelajaran yang bernilai karakter. Salah satu langkah guru adalah melalui pemilihan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran yang dipilih hendaknya yang secara tersirat mampu membentuk karakter siswa. Pendidikan karakter di sekolah tidak secara langsung menjadi suatu bidang studi/mata pelajaran khusus, tetapi melalui internalisasi dalam setiap strategi pembelajaran. Misalnya dalam memilih model pembelajaran cooperative learning yang tujuan utamanya meningkatkan sikap kerjasama peserta didik, Model pembelajaran kontekstual dapat melatih siswa untuk peduli terhadap lingkungan sekitar, Model pembelajaran discovery learning mampu membentuk sikap rasa ingin tahu dan kreatif bagi peserta didik. Selain strategi pembelajaran dalam bentuk model atau metode, nilai-nilai kearifan lokal atau budaya dapat diinternalisasikan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut, sebagai upaya untuk mengenalkan kepada peserta didik tentang buaya lokal. Sehingga karakter cinta budaya akan senantiasa terbentuk. Walaupun pendidikan karakter tidak secara langsung diberikan alokasi pembelajaran, namun melalui strategi pembelajaran yang tepat akan melahirkan generasi yang bukan hanya kuat intelektualnya tetapi kuat moralnya. Itulah mengapa strategi pembelajaran sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Guru seharusnya memilih-milih stategi yang menarik dan bernilai karakter. Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua bagi siswa setelah pendidikan dalam keluarga. Anak mulai mendapat pendidikan ketika ia pertama kali lahir dan dibesarkan di dalam lingkungan keluarga. Otomatis 394 keluarga memiliki peranan yang sangat penting bagi pendidikan anak. Setelah anak memasuki dunia sekolah maka orang tua melimpahkan proses pendidikannya anak kepada guru ketika di sekolah. Tetapi proses pendidikan dalam keluarga tetap berlangsung. Pihak pendidikan yang diberi wewenang dalam mendidik anak secara tidak langsung memiliki tanggung jawab terhadap proses perkembangan anak. Oleh karena itu, guru tidak mungkin bisa berjalan sendiri tanpa bantuan dari orang tua. Guru harus melakukan kerja sama dengan orang tua agar visi dalam mendidik anak dapat searah dan sejalan. Guru dapat melakukan komunikasi dengan orang tua dalam hal perkembangan anak. Agar pendidikan sikap disekolah dapat selaras dengan pendidikan di rumah. 100 tahun kemerdekaan Indonesia merupakan karunia Tuhan yang terindah. Melihat perkembangan bangsa ini sejak zaman penjajahan hingga bisa dikatakan negara berkembang dengan pesat. 100 Tahun kemerdekaan Indonesia tentunya menjadikan harapan yang lebih baik bagi bangsa ini. Perbaikan Sumber Daya Manusia menjadi salah satu fokus utama dari bangsa ini agar mampu bersaing di dunia internasional. Melihat berbagai fenomena krisis moralitas bangsa ini menjadikan gagasan pendidikan karakter semakin digalakkan. Lembaga pendidikan khususnya pendidik atau guru memiliki peran utama dalam pembentukan karakter anak. Semoga dengan adanya optimalisasi peran guru dalam mendidik peserta didik dapat melahirkan generasi bangsa yang berkarakter agar mampu menuju indonesia emas 2045. Paradigma Baru dalam Sistem Pendidikan Menyongsong Generasi Emas Paradigma baru dalam pendidikan masa depan mengisyaratkan aktualisasi keunggulan kemampuan manusia sebagai generasi emas yang kini masih tersembunyi dalam dirinya. Dalam kaitan dengan pengembangan manusia ada dua pendekatan yang saling melengkapi, yaitu pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan kemampuan manusia. Pengembangan sumber daya manusia atau Human Resource Development (HRD), terutama terfokus pada keterampilan, sikap dan kemampuan produktif ketenagakerjaan sehingga diperlakukan manusia sebagai “sumber untuk dimanfaatkan” (yaitu sebagai obyek), dalam mencapai tujuan ekonomi, terutama dalam jangka waktu pendek. Pengembangan itu tidak terjadi dari dalam, melainkan “diatur dari atas” sesuai kepentingan lingkungannya. Seyogyanya pendidikan itu teralihkan fokusnya kepada perkembangan dan keterwujudan kemampuan manusia atau Human Capacity Development (HCD) sepanjang hayat yang berhak dan mampu memilih berbagai peran dalam meraih berbagai peluang partisipasi, sebagai anggota 395 masyarakat, sebagai orang tua, atau sebagai pekerja dan konsumen, yaitu suatu perkembangan yang arah dan sasarannya terutama terjadi dari dalam, namun disulut untuk aktualisasinya. Karena itu, HCD menunjuk pada konstelasi keterampilan, sikap dan perilaku dalam melangsungkan hidup mencapai kemandirian (Levinger,1996), sekaligus memiliki daya saing tinggi dan daya tahan terhadap gejolak ekonomi dunia. HCD bermutu adalah proses kontekstual dan futuristik sehingga HCD melalui upaya pendidikan bukanlah sebatas menyiapkan manusia menguasai pengetahuan dan keterampilan yang cocok dengan tuntutan dunia kerja pada saat ini, melainkan manusia yang mampu, mau, dan siap belajar sepanjang hayat, serta dilandasi sikap, nilai,etik dan moral. Kebermutuan HCD tidak hanya terletak pada kecerdasan intelektual, tetapi kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, kecerdasan moral, dan kecerdasan spiritual. Di dalam pengembangan pribadi, individu perlu memperoleh kesempatan berpikir dan pengalaman berpikir tentang bagaimana dia hendak membangun dirinya, apa yang sudah dibangun, dan memperhadapkan diri dengan kebermaknaan yang akan menjadi arah tujuan mengembangkan diri pada masa yang akan datang. Asumsi ini mengandung implikasi bahwa pendidikan yang bersifat umum dan klasikal, yang dalam banyak hal lebih banyak peduli terhadap belajar intelektual, perlu dibarengi dengan strategi upaya yang secara sistematis untuk membantu individu mengembangkan pribadi, memperhalus dan menginternalisasi nilai-nilai yang diperoleh di dalam pendidikan, serta mengembangkan keterampilan hidup. Pendidikan adalah kendaraan mencapai keterwujudan unggulan manusia sebagai generasi emas berdasarkan motivasi instrinsik, menuju pada kinerja yang akuntabel, berkualitas dan otonom sebagai manusia yang bermartabat, bukan semata sebagai manusia yang harus mengisi keseimbanganantara supply dan dem and. Dari sudut pandang manajemen, orientasi HCD terfokus pada brain power planning dan bukan terutama pada man power planning. Meskipun kedua orientasi tidak sepenuhnya bertentangan, namun analisis dari kemengapaan, terutama HCD akan menampilkan proses inquiry yang sifatnya multidimensional. Selain itu,orientasi itu berdasarkan perspektif pengembangan jangka panjang yang jauh melebihi jangkauan relevansi dan efisiensi semata, karena memiliki refleksi terhadap aspek kompleks kualitatif perkembangan masyarakat. Sebaliknya, man power planning yang dilandasi oleh paradigma supply and demand, banyak terhalang oleh berbagai kendala, antara lain berkenaan dengan perubahan cepat teknologi akibat perkembangan iptek yang merupakan tuntutan pasar dan mempersyaratkan keterampilan baru dalam memasuki dunia kerja. Kesimpulan Pada tahun 2045, Negara kita akan genap memperingati 100 tahun kemerdekaan Indonesia atau yang 396 lebih dikenal dengan Indonesia emas. Pada saat itu tantangan perkembangan zaman yang semakin besar. Dalam menyongsong Indonesia emas 2045 Indonesia harus mempersiapkan sumber daya manusia yang handal. Telah kita ketahui berita dari media massa baik cetak maupun elektronik yang memberitakan kasus-kasus kejahatan dan kriminalitas yang melanda bangsa ini yang semakin merajalela. Oleh karena itu, tentunya kita tidak ingin para generasi penerus bangsa menjadi hancur karena kasus-kasus tersebut. Banyak dari kalangan akademis yang tersangkut dalam kasus korupsi. Padahal dari segi intelektual mereka tidak diragukan lagi. Tetapi sayangnya lemahnya moralitas serta tuntutan perilaku yang konsumtif dan hedonis menjadikan mereka tersangkut kasus-kasus tersebut. Upaya untuk memperbaiki Sumber Daya Manusia menuju Indonesia Emas 2045 adalah melalui upaya pendidikan karakter. Bangsa ini tidak hanya menginginkan generasi yang cerdas dari segi intelektual dan ketrampilan tetapi yang lebih penting adalah generasi yang bermoral. Sesuai dengan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari kutipan yang terdapat pada UU RI No 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional tersebut, jelaslah bahwa pendidikan bukan hanya terfokus untuk mencetak generasi yang cerdas tetapi juga berfokus untuk mencetak generasi yang berkarakter. Dalam hal ini pendidikan sebagai sarana untuk belajar siswa memiliki peran yang sangat penting dan diharapkan mampu menjadi lembaga yang mampu mencetak generasi yang cerdas dan berkarakter. Daftar Pustaka Bukhari, Mochtar. (1995). Transformasi Pendidikan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Delors, Jacques (Editor). (2008). Education for the Twenty-Firt Century: Issues and Prospects. Paris: UNESCO Publishing. Depdiknas.(2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas.(2013). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. 397 Depdiknas (2005). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang 2025. Jakarta: Depdiknas Depdiknas (2015). Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2015-2019. Jakarta: Kemendikbud. Gibson,R.Ed. (1977). Rethinking the Future. London:Nicholas Brealy Publishing. Koesoema, Doni. A. (2007). Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta:Grasindo. Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter: Solusi tepat untuk membangun bangsa. Jakarta: BP MIGAS. M. Furqon Hidayatullah (2009).Guru Sejati Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas.(Surakarta:Yuma Pustaka). 398