PERAN PENDIDIKAN DALAM MENYIAPKAN GENERASI EMAS Dr

advertisement
PERAN PENDIDIKAN DALAM MENYIAPKAN
GENERASI EMAS
Dr. Pupu Saeful Rahmat, M.Pd.
FKIP UNIKU
ABSTRAK
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengamanatkan bahwa, penyelenggaraan pendidikan di Indonesia
diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta
didik sebagai generasi penerus, yang diyakini akan menjadi faktor determinan
bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman. Peranan
guru merupakan salah satu penentu keberhasilan pendidikan, diharapkan mampu
menciptakan pembelajaran yang menggairahkan, dan menyenangkan, menuntut
guru lebih kreatif dan profesional.
Tahun 2045 merupakan tepat 100 tahun Indonesia merdeka. Pada tahun
tersebut diperkirakan generasi usia produktifnya, yang selanjutnya dikenal dengan
generasi emas karena bertepatan dengan HUT Emas RI ke-100 akan mampu
menunjukkan siklus kejayaan Bangsa yang unggul peradabannya. Bonus
demografi di tahun 2045 tersebut akan menjadi berkontribusi atau sebaliknya
menjadi bencana menjadi semakin nyata, tergantung bagaimana guru menyiapkan
generasi saat ini, 29 tahun lagi akan menjadi pengisi era itu. Dengan adanya guru
yang profesional dan berkualitas maka akan mampu mencetak anak bangsa yang
berkualitas pula.
Peran Guru yang tidak hanya mengajar, termaktub dalam UU No. 14 tahun
2005, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Sedangkan hakikat guru menurut Ki Hajar Dewantara
adalah ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yakni
di depan menjadi contoh jika di tengah membangkitkan hasrat belajar dan jika di
belakang memberikan dorongan.
Pendidikan memang bukanlah persoalan yang mudah, bila kita tanam
sekarang ia dapat dirasakan hasilnya 20 tahun mendatang. Maka dari itu, kita
harus bersinergi untuk mewujudkan generasi emas 2045 (100 tahun Indonesia
Merdeka). Persoalan-persoalan itu dapat kita pecahkan bersama-sama dengan
bergandengan tangan. Tidak ada lagi yang lalai dalam tugas mendidik, tidak
saling adu jotos, merokok di sekolah, jujur dalam mengelola anggaran pendidikan,
terlebih lagi guru mau menjadi pembelajar sejati dan terus berusaha untuk
meningkatkan kapasitas dirinya sehingga dapat terwujud Guru teladan (good
teachers). Karenanya pendidikan yang bermutu harus terus diupayakan oleh sang
guru. Mereka adalah mutiaranya agent of change, pelaku perubahan agar
menghasilkan manusia Indonesia yang religius, cerdas, produktif, andal dan
komprehensif melalui layanan pembelajaran yang prima terhadap peserta
didiknya, sehingga terwujud generasi emas tahun 2045.
Kata Kunci: pendidikan karakter, generasi berkualitas, generasi emas
387
Pendahuluan
Bangsa Indonesia sesuai
dengan cita-cita besarnya dalam
pembentukan negara seperti yang
termaktub dalam pembukaan UUD
RI tanggal 17 Agustus 1945 adalah
menjadi negara adil dan makmur.
Adil diartikan terselenggaranya
hukum dengan baik dan beradab,
makmur
bearti
tercukupinya
kebutuhan sandang, pangan, papan.
Artinya bahwa sesuai denga cita-cita
pembentukan negara, Indonesia
dicita-citakan menjadi negara besar,
kuat, disegani dan dihormati
keberadaannya di tengah-tengah
bangsa-bangsa di dunia. Setelah 71
tahun Indonesia merdeka pencapaian
cita-cita ini belum sepenuhnya
dipenuhi, meskipun kita sadari telah
terjadi kemajuan dan capaian yang
telah diraih di bidang politik,
keamanan,
ekonomi,
dan
kesejahteraan rakyat. Namun kita
harus tetap sadar dan lebih
meningkatkan
kemauan
dan
kemampuan kita karena ke depan
masih
banyak
persoalan dan
tantangan yang lebih kompleks yang
harus diselesaikan.
Upaya kuat seluruh anak
bangsa
dengan
semangat
nasionalisme dalam mewujudkan
cita-cita harus tetap dilakukan secara
sistematik,
sistemik
dan
berkelanjutan, meskipun dihadapkan
pada
berbagai
tantangan.
Meningkatkan komitmen menjadikan
pendidikan sebagai sarana utama
untuk menuju terwujudnya bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang
mandiri dan berdaya saing tinggi.
Pendidikan
mempunyai
peranan yang sangat penting dan
strategis
dalam
pembangunan
nasional. Oleh karena itu pemerintah
bertekad memberikan perhatian yang
besar pada pembangunan pendidikan.
Sampai saat ini, pemerintah telah
mengambil
berbagai
terobosan
kebijakan pendidikan berskala besar.
Kita semua menyadari, bahwa hanya
melalui pendidikanlah bangsa kita
menjadi maju dan dapat mengejar
ketertinggalan dari bangsa lain,baik
dalam bidang sains dan teknologi
maupun ekonomi. Peran pendidikan
penting juga dalam membangun
peradaban bangsa yang berdasarkan
atas jati diri dan karakter bangsa.
Apapun persoalan bangsa yang
dihadapi komitmen kita untuk
melaksanakan
pembangunan
pendidikan sesuai dengan amanat
konstitusi dan berbagai peraturan
perundangan-undangan yang berlaku
tetap dipegang. Komitmen ini
direalisasikan
dalam
berbagai
kebijakan dan program yang
diarahkan untuk mencapai tujuan
meningkatnya kualitas sumber daya
manusia demi tercapainya kemajuan
bangsa dan negara di masa depan,
sebagaimana yang kita cita-citakan
bersama. Ini menjadi bagian penting
yang menentukan perkembangan
pendidikan di Indonesia.
Pendidikan adalah suatu
proses di mana suatu bangsa
mempersiapkan generasi mudanya
untuk menjalankan kehidupan dan
untuk memenuhi tujuan hidup secara
efektif dan efisien. Pendidikan
adalah suatu proses dimana suatu
bangsa atau negara membina dan
mengembangkan kesadaran diri
diantara
individu-individu.
Di
samping itu pendidikan adalah suatu
hal yang benar-benar ditanamkan
selain menempa fisik, mental dan
moral bagi individu-individu, agar
mereka menjadi manusia yang
388
berbudaya sehingga diharapkan
mampu memenuhi tugasnya sebagai
manusia yang diciptakan Allah SWT
sebagai mahluk yang sempurna dan
terpilih sebagai khalifahNya di muka
bumi ini yang sekaligus menjadi
warga negara yang berarti dan
bermanfaat bagi suatu negara.
Kajian Pustaka
Konsep Dasar Generasi Emas
Apakah generasi emas itu?
Kita
perlu
terlebih
dahulu
mengetahui sehingga memahami,
agar supaya ketika tulisan ini dibaca,
akan dimengerti dengan baik dan
tepat. Ada dua pengertian tentang
generasi emas. Pertama, generasi
emas berkaitan dengan bagaimana
keadaan generasi Indonesia pada
menuju usia bangsa Indonesia yang
ke 100 pada tahun 2045. Kedua
adalah
generasi
emas
dalam
perjabaran kata EMAS.
Generasi EMAS adalah
generasi Energik, Multitalenta, Aktif
dan Spiritual. Jadi, Membangun
generasi EMAS Sentani (Indonesia)
adalah sebuah produk generasi baru
yang Energik, Multitalenta, Aktif
dan Spiritual. Generasi yang cerdas
(smart), generasi yang siap bersaing
diera modern, globaliasi dan penuh
kompetitif. Mereka siap pakai dalam
bidang kerja apapun. Bukan hanya
siap bersaing di tingkat kabupaten,
propinsi tetapi juga pada tingkat
nasional dan internasional.
Jika berbicara tentang emas
lebih jauh, emas adalah permata yang
mahal harganya. Nilainya terus
menerus mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun. Ketika seseorang
memakai emas, perasaannya juga
beda, penampilannya berbeda ketika
tidak memakai emas. Memakai emas
selalu membuat perubahan dalam diri
pemakai khususnya pemilik emas itu.
Semakin banyak emas yang dimiliki
oleh seseorang, orang itu statusnya
akan semakin meningkat. Sebab
emas sudah masuk dalam kategori
benda berharga dan bernilai tinggi.
Emas dapat dipakai sebagai jaminan.
Emas dapat membuat perubahan.
Ketika bangsa Indonesia
memimpikan dan memperjuangkan
membangun generasi emas, dengan
harapan suatu saat bangsa Indonesia
tidak dianggap remeh oleh dunia
luar. Generasi emas adalah generasi
yang membuat perubahan dan
merubah keadaan dan harga diri
bangsa Indonesia semakin berharga
di mata dunia. Sebagai contoh
Ballarat adalah sebuah desa di
Melbourne Australia. Ballarat adalah
sebuah desa yang sepi. Wilayah
perdesaan ini jarang dikunjungi
orang.
Tetapi
begitu
“emas”
ditemukan di Poverty Point pada 21
Agustus 1851, Ballarat menjadi kota
yang booming. Penemuan ini yang
dikenal
dengan Victoria
Gold
Rush. Ballarat, wilayah pedesaan
yang jarang dikunjungi orang, tibatiba saja didatangi 10.000 pendatang
dari berbagai penjuru dunia. Di
tempat inilah penambangan emas
pertama di Australia didirikan pada
tahun 1851.
Status Ballarat dari desa
berubah jadi kota. Ballarat terus
mengalami
perubahan
dan
perkembangan yang luar biasa,
hingga kini menjadi tempat wisata
mendulang emas. Intinya dari kisah
ini adalah ketika tidak ada emas,
Ballarat adalah sebuah desa yang
sepi dan pola kehidupannya biasabiasa saja. Namun ketika, ditemukan
“emas” atau ada emas di desa ini,
389
perubahan besar terjadi. Perubahan
itu masih berpengaruh hingga saat
ini. Kita bisa katakan bahwa dimana
ditemukan
emas,
disitu
ada
perubahan kehidupan yang lebih baik
dibanding sebelumnya.
Generasi Emas Indonesia
Istilah
generasi
emas,
dimunculkan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan pada sambutan
Peringatan Hari Pendidikan Nasional
pada tanggal 2 Mei 2012. Tema Hari
Pendidikan
Nasional
tahun
itu adalah “Bangkitnya Generasi
Emas Indonesia”. Istilah generasi
emas mulai diperkenalkan dan
dijadikan tema Hardiknas. Istilah
generasi emas dimunculkan karena
pada periode tahun 2010 sampai
2035 bangsa kita dikaruniai oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa potensi
sumber daya manusia berupa
populasi usia produktif yang
jumlahnya luar biasa.
Jika kesempatan emas yang
baru pertama kalinya terjadi sejak
Indonesia merdeka tersebut dapat
kita kelola dan manfaatkan dengan
baik, populasi usia produktif yang
jumlahnya luar biasa tersebut insya
Allah akan menjadi bonus demografi
(demographic dividend) yang sangat
berharga. Di sinilah peran strategis
pembangunan bidang pendidikan
untuk mewujudkan hal itu menjadi
sangat penting.
Mengapa dikatakan Generasi
Emas Indonesia? Karena merupakan
generasi penerus bangsa yang pada
periode tersebut adalah sangat
produktif,
sangat berharga
dan
sangat bernilai, sehingga perlu
dikelola dan dimanfaatkan dengan
baik agar berkualitas menjadi insan
yang berkarakter, insan yang cerdas,
dan insan yang kompetitif, serta
menjadi bonus demografi. Mengapa
berkarakter?Karena
karakter
menentukan kulitas moral dan arah
dari setiap generasi muda dalam
mengambil keputusan dan tingkah
laku. Karena karakter merupakan
bagian
integral
yang
harus
dibangun,agar generasi muda sebagai
harapan bangsa,sebagai penerus
bangsa yang akan menentukan masa
depan harus memiliki sikap dan pola
pikir yang berlandaskan moral yang
kokoh dan benar dalam upaya
membangun bangsa.
Mengapa Cerdas? Karena dengan
kecerdasan yang tinggi,akan mampu
memanipulasi unsur-unsur kondisi
yang
dihadapi
untuk
sukses
mencapai tujuan. Kemampuan,yaitu
karakteristik diri individu yang
ditampilkan dalam bentuk perilaku
untuk memenuhi kebutuhan/tuntutan
tertentu. Manipulasi,yaitu perilaku
aktif dan disengaja untuk melihat dan
mengorganisasikan
dalam
membentuk hubungan antar unsur
yang ada dalam suatu kondisi.
Unsur-unsur,yaitu
hasil
pemilahan/pemisahan atas bagianbagian dari suatu kesatuan tertentu.
Tujuan,yaitu
kondisi
yang
diharapkan
terjadi
melalui
penampilan
kemampuan
dalam
bentuk usaha. Sukses adalah kondisi
yang unsur-unsurnya sesuai dengan
kriteria yang diharapkan.
Mengapa
Kompetitif? Karena
dengan kemampuan kompetitif,akan
mampu
mencapai
keunggulan,memiliki daya saing
dengan bangsa-bangsa lain,dan akan
menjunjung tinggi harkat dan
martabat bangsa Indonesia. Akan
menjadi bangsa dan negara yang
besar,kuat,disegani dan dihormati
keberadaannya di tengah-tengah
390
bangsa di dunia. Ini akan menjadi
perwujudan
cita-cita
bangsa
Indonesia setelah 71 tahun merdeka.
Generasi
emas
sebagai
generasi penerus bangsa yang akan
menentukan masa depan Indonesia.
Generasi emas adalah generasi yang
memandang masa depan dan
bangsanya, merupakan hal yang
pertama dan utama. Generasi emas
adalah generasi muda yang penuh
optimisme dan gairah untuk maju
dengan sikap dan pola pikir yang
berlandaskan moral yang kokoh dan
benar.
Generasi
emas
adalah
generasi dengan visi ke depan yang
cemerlang,
kompetensi
yang
memadai, dan dengan karakter yang
kokoh, kecerdasan yang tinggi, dan
kompetitif,
merupakan
produk
pendidikan yang diidam-idamkan.
Peserta didik dalam setiap
jenjang,
jenis,
dan
jalur
pendidikan merupakan
individu
yang sedang dalam masa-masa
pertumbuhan dan perkembangan,
sedang dalam proses pengembangan
dan pembentukan diri secara terus
menerus untuk menjadi generasi
emas yaitu insan yang bekarakter,
cerdas
dan
kompetitif. Proses
pembentukan diri terus-menerus (on
going formation) ini terjadi dalam
kerangka ruang dan waktu, melalui
proses pendidikan bermutu. Generasi
emas merupakan generasi yang
berkarakter.
Insan
Indonesia
berkarakter adalah
insan
yang
memiliki sifat pribadi yang relatif
stabil pada diri individu yang
menjadi landasan bagi penampilan
perilaku dalam standar nilai dan
norma yang tinggi. Insan yang
memiliki sikap dan pola pikir yang
berlandaskan moral yang kokoh dan
benar.
Indikator
karakter yang
terwujud
dalam
perilaku insan
berkarakter adalah iman dan takwa,
pengendalian diri, sabar, disiplin,
kerja keras, ulet, bertanggung jawab,
jujur, membela kebenaran, kepatutan,
kesopanan, kesantunan, taat pada
peraturan, loyal, demokratis, sikap
kebersamaan, musyawarah, gotong
royong, toleran, tertib, damai, anti
kekerasan ,hemat, konsisten. Insan
yang
berperilaku
berkarakter
hendaknya disertai tindakan yang
cerdas
dan
perilaku
cerdas
hendaknya pula diisi upaya yang
cerdas. Karakter dan kecerdasan
dipersatukan dalam perilaku yang
berbudaya.
Kehidupan
yang
berkarakter tanpa disertai kehidupan
yang cerdas akan menimbulkan
berbagai
kesenjangan
dan
penyimpangan
serta
ketidakefisienan. Insan Indonesia
cerdas adalah insan yang cerdas
komprehensif, yaitu cerdas spiritual,
cerdas emosional, cerdas sosial,
cerdas intelektual, dan cerdas
kinestetis. Cerdas spiritual, yaitu
beraktualisasi diri melalui olah
hati/kalbu untuk menumbuhkan dan
memperkuat keimanan, ketakwaan
dan akhlak mulia termasuk budi
pekerti luhur dan kepribadian
unggul. Cerdas emosional, yaitu
beraktualisasi diri melalui olah rasa
untuk meningkatkan sensitivitas dan
apresiativitas akan kehalusan dan
keindahan seni dan budaya, serta
kompetensi
untuk
mengekspresikannya. Cerdas sosial,
yaitu beraktualisasi diri melalui
interaksi sosial yang (i) membina dan
memupuk hubungan timbal balik,(ii)
demokratis, (iii) empatik dan
simpatik, (iv) menjunjung tinggi hak
391
asasi manusia, (v) ceria dan percaya
diri, (vi) menghargai kebhinekaan
dalam bermasyarakat dan bernegara,
(vii) berwawasan kebangsaan dengan
kesadaran akan hak dan kewajiban
warga negara. Cerdas intelektual,
yaitu beraktualisasi diri melalui olah
pikir untuk memperoleh kompetensi
dan kemandirian dalam ilmu
pengetahuan
dan
teknologi;
aktualisasi insan intelektual yang
kritis,
kreatif,
inovatif
dan
imajinatif. Cerdas kinestetik, yaitu
beraktualisasi diri melalui olah raga
untuk mewujudkan insan sehat,
bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil
dan trengginas; serta aktualisasi
insan adiguna.
Insan Indonesia kompetitif, yaitu
insan yang berkepribadian unggul
dan gandrung akan keunggulan,
bersemangat juang tinggi, mandiri,
pantang menyerah, pembangun dan
pembina jejaring, bersahabat dengan
perubahan,inovatif dan menjadi agen
perubahan, produktif, sadar mutu,
berorientasi
global,
pembelajar
sepanjang hayat, dan menjadi rahmat
bagi semesta alam.
Peran Guru dalam dalam
mempersiapkan Generasi Emas
Guru sebagai pendidik tidak
hanya bertugas untuk mengajar,
namanya saja pendidik guru bukan
hanya
bertugas
menyampaikan
materi pelajaran di sekolah tetapi
juga
menanamkan
nilai-nilai
kehidupan. Proses pendidikan anak
pertama kali berlangsung di dalam
lingkungan keluaraga. Selain orang
tua sebagai pendidik utama tentunya
lembaga pendidikan sebagai tempat
belajar siswa memiliki tanggung
jawab untuk mencerdaskan bangsa.
Dalam hal ini guru sebagai subjek
dalam pendidikan yang langsung
berinteraksi dengan siswa memiliki
peran dalam pembentukan karakter
siswa dalam rangka mempersiapkan
generasi emas 2045. Guru sebagai
pendidik di sekolah merupakan suri
tauladan bagi siswa. Selain sebagai
suri tauladan bagi siswa guru
memiliki peranan yang lain yang
sangat penting bagi perkembangan
karakter anak.
Guru merupakan orang tua
kedua bagi anak. Guru merupakan
orang tua ketika di sekolah. Menjadi
pendidik atau guru merupakan tugas
mulia manusia. Pada hakikatnya
semua
manusia
adalah
guru/pendidik. Namun dalam hal ini
pendidik yang dimaksud adalah
pendidik dalam lembaga pendidikan.
Peran guru sangat penting terhadap
perkembangan anak. Karena guru
memiliki tanggungjawab penuh
terhadap perkembangan anak di
sekolah.
Istilah “Guru” dalam bahasa
Sunda
sering
diungkapkan
sebagai“digugu dan ditiru”. Dalam
bahasa
Sunda
tersebut
jika
diterjemahkan
dalam
bahasa
Indonesia profesi seorang guru
adalah identik dengan dipatuhi dan
dicontoh. Maksudnya, “digugu” atau
dipatuhi adalah segala hal perkataan
dan perintah guru harus dipatuhi oleh
peserta
didik.
Sedangkan “ditiru“ memiliki
arti
dicontoh yakni meliputi tindakan dan
perkataan guru dalam kehidupan
sehari-hari.
Anak-anak
sekolah
392
khususnya tingkat dasar lebih
memilih percaya pada perkataan guru
daripada orang tuanya sendiri.
Misalnya dalam hal pelajaran guru
mengajarkan
materi
pelajaran
tentang kesehatan, sedangkan di
rumah ketika siswa belajar dengan
orang tua terkadang dengan materi
yang sama namun isinya sedikit
berbeda siswa. Maka anak tersebut
akan lebih percaya pada jawaban dari
guru ketika di sekolah. Walaupun
siswa tersebut belum tentu mengerti
mana kebenaran yang asli. Selain
dalam hal pembelajaran atau
wawasan, dalam hal tingkah laku
guru ketika di kelas menyampaikan
tindakan yang seharusnya dilakukan
oleh siswa. Namun, ketika di rumah
orang tuanya mengatakan yang
berbeda siswa tersebut biasanya
mengatakan
kepada
orang
tuanya “kata bu guru seperti ini,
bukan kayak gitu”.
Dari pemaparan contoh di
atas, dapat disimpulkan bahwa peran
guru dalam mendidik anak di sekolah
sangat mengena bagi siswa. Terlebih
bagi pendidikan tingkat dasar.
Pendidikan dasar merupakan fondasi
awal dalam proses pendidikan yang
dijalani oleh anak setelah pendidikan
di keluarga. Sebagai pendidik yang
memiliki peran utama mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
sebaiknya
membekali diri agar bisa menjadi
suri tauladan yang baik untuk peserta
didik. Dengan harapan sikap yang
baik dari guru akan berpengaruh dan
ditiru oleh siswa sehingga siswa akan
senantiasa menjadikan kebiasaan
yang nantinya akan melekat di hati
anak.
Sekolah memiliki aturan dan tata
tertib khusus bagi siswa-siswanya.
Tata tertib tersebut dibuat oleh para
guru beserta tenaga pendidik di
sekolah yang disesuaikan dan
dipertimbangkan secara matang. Hal
ini bertujuan agar siswa mampu
berdisiplin dan tertib terhadap aturan
yang berlaku. di dalam sekolah setiap
kelas memiliki tata tertib sendiri
yang
tentunya
lebih
khusus.
Peraturan itu dibuat khusus untuk
ketertiban di kelas. Biasanya pada
tahun ajaran baru sebelum guru kelas
memulai kegiatan pembelajaran guru
membuat tata tertib dan konsekuensi
yang ditetapkan bersama dengan
siswa. siswa diajak untuk membuat
peraturan kelas. Menurut Syamsul
Yusuf (2000) Pada usai sekolah
dasar, anak sudah dapat mengikuti
peraturan dan tuntutan dari orang tua
atau lingkungan sosialnya. Pada
akhir usia ini, anak sudah dapat
memahami alasan yang mendasari
suatu peraturan. Dari pendapat
tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa usia anak sekolah dasar sudah
mampu menyadari akan peraturan
dan
pentingnya
peraturan.
Khususnya di sekolah. Melalui tata
tertib yang dibuat dan disepakati
bersama akan mampu melahirkan
anak-anak yang disiplin, patuh, dan
bertanggung jawab. Anak sekolah
yang mematuhi tata tertib akan
manjadikan kebiasaan bagi mereka.
Sehingga ketika sejak kecil mereka
sudah terbiasa dengan taat pada
393
peraturan
diharapkan
dapat
menjadikan kebiasaan yang tertanam
dalam diri mereka.
Seiring
dengan
perkembangan zaman yang didikuti
dengan
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
membawa perubahan bagi dunia
pendidikan. Pendidikan sebagai suatu
hal yang urgen akan memiliki
dampak terhadap perkembangan
Sumber Daya Manusia suatu negara.
Seiring dengan berkembangnya
kurikulum menuntut para kalangan
akademis
ataupun
ilmuwan
menciptakan strategi, pendekatan,
model, metode, media dan teknik
pembelajaran yang terbaru. Hal
tersebut dilakukan karena mengingat
strategi pembelajaran di sekolah pada
zaman dulu dianggap konvensional
dan kurang memberikan hasil belajar
yang bermakna bagi siswa.
Banyak jenis-jenis strategi
yang muncul yang dikaitkan dengan
aspek-aspek
kehidupan.
Guru
sebagai pendidik tentunya memilki
hak otoritas untuk memilih strategi
mana
yang
tepat.
Namun,
mencuatnya pendidikan karakter
baru-baru ini membuat guru berfikir
keras untuk mengemas suatu
pembelajaran yang bernilai karakter.
Salah satu langkah guru adalah
melalui
pemilihan
strategi
pembelajaran yang tepat. Strategi
pembelajaran yang dipilih hendaknya
yang
secara
tersirat
mampu
membentuk karakter siswa.
Pendidikan
karakter
di
sekolah tidak secara langsung
menjadi suatu bidang studi/mata
pelajaran khusus, tetapi melalui
internalisasi dalam setiap strategi
pembelajaran.
Misalnya
dalam
memilih
model
pembelajaran
cooperative learning yang tujuan
utamanya
meningkatkan
sikap
kerjasama peserta didik, Model
pembelajaran kontekstual dapat
melatih siswa untuk peduli terhadap
lingkungan
sekitar,
Model
pembelajaran discovery
learning
mampu membentuk sikap rasa ingin
tahu dan kreatif bagi peserta didik.
Selain strategi pembelajaran dalam
bentuk model atau metode, nilai-nilai
kearifan lokal atau budaya dapat
diinternalisasikan dalam
proses
pembelajaran. Hal tersebut, sebagai
upaya untuk mengenalkan kepada
peserta didik tentang buaya lokal.
Sehingga karakter cinta budaya akan
senantiasa terbentuk.
Walaupun
pendidikan
karakter tidak secara langsung
diberikan alokasi pembelajaran,
namun melalui strategi pembelajaran
yang tepat akan melahirkan generasi
yang
bukan
hanya
kuat
intelektualnya tetapi kuat moralnya.
Itulah mengapa strategi pembelajaran
sangat
berpengaruh
terhadap
perkembangan karakter anak. Guru
seharusnya memilih-milih stategi
yang menarik dan bernilai karakter.
Sekolah merupakan tempat
pendidikan kedua bagi siswa setelah
pendidikan dalam keluarga. Anak
mulai mendapat pendidikan ketika ia
pertama kali lahir dan dibesarkan di
dalam lingkungan keluarga. Otomatis
394
keluarga memiliki peranan yang
sangat penting bagi pendidikan anak.
Setelah anak memasuki dunia
sekolah
maka
orang
tua
melimpahkan proses pendidikannya
anak kepada guru ketika di sekolah.
Tetapi proses pendidikan dalam
keluarga tetap berlangsung. Pihak
pendidikan yang diberi wewenang
dalam mendidik anak secara tidak
langsung memiliki tanggung jawab
terhadap proses perkembangan anak.
Oleh karena itu, guru tidak mungkin
bisa berjalan sendiri tanpa bantuan
dari orang tua.
Guru harus melakukan kerja
sama dengan orang tua agar visi
dalam mendidik anak dapat searah
dan sejalan. Guru dapat melakukan
komunikasi dengan orang tua dalam
hal perkembangan anak. Agar
pendidikan sikap disekolah dapat
selaras dengan pendidikan di
rumah. 100 tahun
kemerdekaan
Indonesia merupakan karunia Tuhan
yang
terindah.
Melihat
perkembangan bangsa ini sejak
zaman penjajahan hingga bisa
dikatakan
negara
berkembang
dengan
pesat.
100
Tahun
kemerdekaan Indonesia tentunya
menjadikan harapan yang lebih baik
bagi bangsa ini. Perbaikan Sumber
Daya Manusia menjadi salah satu
fokus utama dari bangsa ini agar
mampu
bersaing
di
dunia
internasional.
Melihat
berbagai
fenomena krisis moralitas bangsa ini
menjadikan gagasan pendidikan
karakter
semakin
digalakkan.
Lembaga pendidikan khususnya
pendidik atau guru memiliki peran
utama dalam pembentukan karakter
anak. Semoga dengan adanya
optimalisasi peran guru dalam
mendidik peserta didik dapat
melahirkan generasi bangsa yang
berkarakter agar mampu menuju
indonesia emas 2045.
Paradigma Baru dalam Sistem
Pendidikan
Menyongsong
Generasi Emas
Paradigma
baru
dalam
pendidikan
masa
depan
mengisyaratkan aktualisasi
keunggulan kemampuan
manusia
sebagai generasi emas yang kini
masih tersembunyi dalam dirinya.
Dalam kaitan dengan pengembangan
manusia ada dua pendekatan yang
saling
melengkapi,
yaitu
pengembangan sumber daya manusia
dan pengembangan kemampuan
manusia. Pengembangan sumber
daya manusia atau Human Resource
Development
(HRD),
terutama
terfokus pada keterampilan, sikap
dan
kemampuan
produktif
ketenagakerjaan
sehingga
diperlakukan
manusia
sebagai
“sumber untuk dimanfaatkan” (yaitu
sebagai obyek), dalam mencapai
tujuan ekonomi, terutama dalam
jangka waktu pendek.
Pengembangan itu tidak
terjadi dari dalam, melainkan “diatur
dari atas” sesuai kepentingan
lingkungannya.
Seyogyanya
pendidikan itu teralihkan fokusnya
kepada
perkembangan
dan
keterwujudan kemampuan manusia
atau Human Capacity Development
(HCD) sepanjang hayat yang berhak
dan mampu memilih berbagai peran
dalam meraih berbagai peluang
partisipasi,
sebagai
anggota
395
masyarakat, sebagai orang tua, atau
sebagai pekerja dan konsumen, yaitu
suatu perkembangan yang arah dan
sasarannya terutama terjadi dari
dalam,
namun
disulut
untuk
aktualisasinya.
Karena itu, HCD menunjuk
pada konstelasi keterampilan, sikap
dan perilaku dalam melangsungkan
hidup
mencapai
kemandirian
(Levinger,1996), sekaligus memiliki
daya saing tinggi dan daya tahan
terhadap gejolak ekonomi dunia.
HCD bermutu adalah proses
kontekstual dan futuristik sehingga
HCD melalui upaya pendidikan
bukanlah
sebatas
menyiapkan
manusia menguasai pengetahuan dan
keterampilan yang cocok dengan
tuntutan dunia kerja pada saat ini,
melainkan manusia yang mampu,
mau, dan siap belajar sepanjang
hayat, serta dilandasi sikap, nilai,etik
dan moral. Kebermutuan HCD tidak
hanya terletak pada kecerdasan
intelektual,
tetapi
kecerdasan
emosional,
kecerdasan
sosial,
kecerdasan moral, dan kecerdasan
spiritual.
Di dalam pengembangan
pribadi, individu perlu memperoleh
kesempatan berpikir dan pengalaman
berpikir tentang bagaimana dia
hendak membangun dirinya, apa
yang
sudah
dibangun,
dan
memperhadapkan
diri
dengan
kebermaknaan yang akan menjadi
arah tujuan mengembangkan diri
pada masa yang akan datang. Asumsi
ini mengandung implikasi bahwa
pendidikan yang bersifat umum dan
klasikal, yang dalam banyak hal
lebih banyak peduli terhadap belajar
intelektual, perlu dibarengi dengan
strategi upaya yang secara sistematis
untuk
membantu
individu
mengembangkan
pribadi,
memperhalus dan menginternalisasi
nilai-nilai yang diperoleh di dalam
pendidikan, serta mengembangkan
keterampilan hidup. Pendidikan
adalah
kendaraan
mencapai
keterwujudan unggulan manusia
sebagai generasi emas berdasarkan
motivasi instrinsik, menuju pada
kinerja yang akuntabel, berkualitas
dan otonom sebagai manusia yang
bermartabat, bukan semata sebagai
manusia yang harus mengisi
keseimbanganantara supply dan dem
and.
Dari
sudut
pandang
manajemen, orientasi HCD terfokus
pada brain
power
planning dan
bukan terutama pada man power
planning. Meskipun kedua orientasi
tidak sepenuhnya bertentangan,
namun analisis dari kemengapaan,
terutama HCD akan menampilkan
proses inquiry yang
sifatnya multidimensional.
Selain
itu,orientasi
itu
berdasarkan
perspektif
pengembangan jangka panjang yang
jauh melebihi jangkauan relevansi
dan
efisiensi
semata,
karena
memiliki refleksi terhadap aspek
kompleks kualitatif perkembangan
masyarakat. Sebaliknya, man power
planning yang
dilandasi
oleh
paradigma supply
and
demand,
banyak terhalang oleh berbagai
kendala, antara lain berkenaan
dengan perubahan cepat teknologi
akibat perkembangan iptek yang
merupakan tuntutan pasar dan
mempersyaratkan keterampilan baru
dalam memasuki dunia kerja.
Kesimpulan
Pada tahun 2045, Negara kita
akan genap memperingati 100 tahun
kemerdekaan Indonesia atau yang
396
lebih dikenal dengan Indonesia emas.
Pada
saat
itu
tantangan
perkembangan zaman yang semakin
besar.
Dalam
menyongsong
Indonesia emas 2045 Indonesia harus
mempersiapkan
sumber
daya
manusia yang handal. Telah kita
ketahui berita dari media massa baik
cetak maupun elektronik yang
memberitakan kasus-kasus kejahatan
dan kriminalitas yang melanda
bangsa ini yang semakin merajalela.
Oleh karena itu, tentunya kita tidak
ingin para generasi penerus bangsa
menjadi hancur karena kasus-kasus
tersebut. Banyak dari kalangan
akademis yang tersangkut dalam
kasus korupsi. Padahal dari segi
intelektual mereka tidak diragukan
lagi. Tetapi sayangnya lemahnya
moralitas serta tuntutan perilaku
yang konsumtif dan hedonis
menjadikan
mereka
tersangkut
kasus-kasus tersebut.
Upaya untuk memperbaiki
Sumber Daya Manusia menuju
Indonesia Emas 2045 adalah melalui
upaya pendidikan karakter. Bangsa
ini tidak hanya menginginkan
generasi yang cerdas dari segi
intelektual dan ketrampilan tetapi
yang lebih penting adalah generasi
yang bermoral.
Sesuai dengan UU RI No 20
Tahun
2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik
agar
menjadi
manusia
yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat,
berilmu,
cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung
jawab. Dari kutipan yang terdapat
pada UU RI No 20 tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional
tersebut, jelaslah bahwa pendidikan
bukan
hanya
terfokus
untuk
mencetak generasi yang cerdas tetapi
juga berfokus untuk mencetak
generasi yang berkarakter. Dalam hal
ini pendidikan sebagai sarana untuk
belajar siswa memiliki peran yang
sangat penting dan diharapkan
mampu menjadi lembaga yang
mampu mencetak generasi yang
cerdas dan berkarakter.
Daftar Pustaka
Bukhari,
Mochtar.
(1995). Transformasi
Pendidikan (Jakarta:
Pustaka
Sinar
Harapan.
Delors, Jacques (Editor). (2008).
Education for the Twenty-Firt
Century: Issues and Prospects.
Paris: UNESCO Publishing.
Depdiknas.(2003). Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas.(2013). Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia
Nomor
32
Tahun
2013
Perubahan
atas
Peraturan
Pemerintah No. 32 Tahun 2013
tentang Standar Pendidikan
Nasional. Jakarta: Depdiknas.
397
Depdiknas (2005). Rencana Strategis
Departemen
Pendidikan
Nasional Tahun 2005-2009.
Menuju
Pembangunan
Pendidikan Nasional Jangka
Panjang
2025.
Jakarta:
Depdiknas
Depdiknas (2015). Rencana Strategis
Kementerian
Pendidikan
Nasional 2015-2019. Jakarta:
Kemendikbud.
Gibson,R.Ed. (1977). Rethinking the
Future.
London:Nicholas
Brealy Publishing.
Koesoema, Doni. A. (2007).
Pendidikan Karakter Strategi
Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta:Grasindo.
Megawangi,
Ratna.
2004.
Pendidikan Karakter: Solusi
tepat untuk membangun
bangsa. Jakarta: BP MIGAS.
M. Furqon Hidayatullah (2009).Guru
Sejati Membangun Insan
Berkarakter
Kuat
dan
Cerdas.(Surakarta:Yuma
Pustaka).
398
Download