PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER: SUATU KEHARUSAN MENUJU MASYARAKAT ISLAMI MADANI Zaitun UIN Sultan Syarif Kasim Riau E-mail: [email protected] Abstrak: Pendidikan karakter adalah proses yang senantiasa mengarah pada penyempurnaan diri individu tanpa henti, terutama dalam membentuk masyarakat Islami madani. Keluarga dan sekolah merupakan wadah pendidikan karakter tidak sedetikpun bisa terlepas dari usaha moral sebagai proses pengembangan dan pemberdayaan fitrah peserta didik. Kata kunci: Pendidikan karakter, sekolah berkarakter, Islami madani kesetaraan, Pendahuluan Sektor pendidikan memiliki peran yang strategis dalam membangun penegakan kemajemukan hukum, (pluralisme) serta perlindungan terhadap kaum minoritas. masyarakat madani. Pendidikan senantiasa Kondisi kehidupan seperti ini terlihat berusaha untuk menjawab kebutuhan dan dalam konsep masyarakat madani yang ada tantangan yang muncul dalam masyarakat. pada zaman Rasulullah SAW. Hal ini juga Oleh karena itu, peran pendidikan sangat merupakan sebuah tuntutan dalam al- diperlukan untuk mempersiapkan individu Qur’an kepada manusia, untuk memikirkan dan merekonstruksi suatu masyarakat ideal masyarakat, kemampuan sehingga dan memiliki motivasi serta berdasarkan petunjuk al-Qur’an. berpartisipasi secara aktif dalam meng aktualisasikan masyarakat madani. suatu madani sehingga perlu adaptasi dan dalam disosialisasikan apabila konsep ini akan semua aspek kehidupan, yakni kehidupan diwujudkan. Hal ini terjadi karena konsep yang masyarakat memiliki perubahan masyarakat merupakan konsep yang bersifat universal, Pada saat ini banyak masyarakat yang menginginkan Konsep suatu komunitas aktivitas warga belakang sosial budaya yang berbeda. masyarakatnya, yang berkembang sesuai Apabila konsep ini akan diaktualisasikan dengan potensi budaya, adat istiadat, dan maka agama. dan kehidupan. Langkah yang kontiniu dan keadilan, sistematis yang dapat merubah paradigma kemandirian Dengan memperlakukan mewujudkan nilai-nilai madani diperlukan memiliki suatu latar perubahan 198 Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter kebiasaan dan pola hidup masyarakat, kenamaan, Robert N. Bellah (1976). Bellah untuk itu diperlukan berbagai terobosan mengakui dan penyusunan konsep serta paradigma dipimpin baru dalam menghadapi tuntutan baru. masyarakat yang sangat modern untuk bahwa masyarakat Rasulullah itu yang merupakan zaman dan tempatnya. Masyarakat ini telah melakukan lompatan jauh ke depan dalam Apa Itu Masyarakat Madani? Beberapa ahli memberi batasan pengertian di antaranya, Nurcholis Madjid kecanggihan tata sosial dan pembangunan sistem politiknya. mengartikan masyarakat madani sebagai masyarakat yang berperadaban Upaya Ahmad Hatta merujuk pada (ber- komunitas zaman Nabi itu tentu bukan “madaniyyah”) karena tunduk dan patuh sekadar mengada-ada serta bukan sebuah (dana-yadinu) kepada ajaran kepatuhan sikap pembelaan yang tanpa alasan. Sebab (din) yang dinyatakan dalam supremasi kecanggihan hukum dan peraturan. Ia pada hakikatnya dibangun Nabi itu juga masih bisa dirunut adalah reformasi total terhadap masyarakat jejaknya melalui sebuah piagam tertulis tak kenal hukum (lawless), Arab jahiliyah, yang disebut dengan Piagam Madinah dan terhadap supremasi kekuasaan pribadi (Mitsaqul seorang penguasa seperti yang selama ini penting yang membuktikan betapa sangat menjadi pengertian umum tentang negara. majunya masyarakat yang dibangun kala Namun bagi Ahmad Hatta, secara itu, di masyarakat Inilah Madinah). samping yang juga pernah dokumen memberikan terminologis, masyarakat madani adalah penegasan mengenai kejelasan hukum dan komunitas konstitusi sebuah masyarakat. muslim pertama di kota Madinah yang dipimpin langsung oleh Secara formal Piagam Madinah Rasulullah SAW dan diikuti oleh keempat mengatur hubungan sosial antar komponen Khulafaur-Rasyidin. masyarakat. Masyarakat yang Pertama, antar sesama dibangun pada zaman Rasul tersebut muslim, bahwa sesama muslim adalah satu identik dengan civil society, karena secara ummat walaupun mereka berbeda suku. sosio-kultural substansi Kedua, hubungan antara komunitas muslim keadaban (civility). Karena itu model dengan non muslim didasarkan pada prinsp masyarakat ini sering dijadikan model bertetangga baik, saling membantu dalam sebuah masyarakat modern, sebagaimana menghadapi musuh bersama, membela yang juga diakui oleh seorang sosiolog mereka yang teraniaya, saling menasihati 199 mengandung Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014 dan menghormati kebebasan beragama. berdimensi akidah, ibadah, dan akhlak. Akan tetapi secara umum, sebagaimana "Karena itu iman dan moralitas menjadi terbaca dalam teks, Piagam Madinah landasan mengatur penduduk paparnya. Semua prinsip dan nilai di atas Madinah secara lebih luas. Ada dua nilai menjadi dasar semua aspek kehidupan, dasar baik politik, ekonomi, dan hukum masa itu, kehidupan yang Madinah, sosial tertuang yang dalam menjadi Piagam dasar bagi pendirian sebuah negara Madinah kala itu. Pertama, prinsip kesederajatan keadilan (al-musawwah dan wal-'adalah). dasar Piagam sehingga masyarakat diidealkan itu secara Madinah," madani yang empiris pernah terwujud di muka bumi ini, bukan sekedar sebuah impian. Kedua, inklusivisme atau keterbukaan. Terminologi masyarakat madani Oleh sebab itu, dalam negeri Madinah saat pertama itu, walaupun penduduknya heterogen Muhammad (baik dalam arti agama, ras, suku dan mujtamak madani yang secara etimologi golongan-golongan) kedudukannya sama, mempunyai dua arti: pertama, masyarakat masing-masing memiliki kebebasan untuk kota. Kedua, masyarakat yang beradap memeluk (masyarakat tamaddun). Dalam bahasa agama dan melaksanakan kali dipopulerkan Nuqaib al-Attas, oleh yaitu aktivitas dalam bidang sosial ekonomi. Inggris Setiap pihak mempunyai kebebasan yang civilation, dalam makna ini masyarakat sama untuk membela Madinah tempat madani dapat berarti dengan Civil Society, tinggal mereka. yaitu Mungkin yang menjadi pertanyaan, bagaimana Rasulullah masyarakat dengan yang civilty atau menjunjung peradaban. bisa Hal di atas bukan berarti antara civil membangun sebuah masyarakat modern di society dan masyarkat madani memiliki tengah padang gersang dan dalam sebuah makna yang sama karena civil society lingkungan yang dicitrakan tak beradab merupakan perkembangan pemikiran yang itu? Menurut Ahmad Hatta, masyarakat ada di dunia Barat, yang tentu berbeda Madinah bernilai peradaban itu dapat dengan budaya sosial masyarakat Islam. dibangun Dalam perspektif Islam, social society hanya SAW dikenal setelah Rasulullah melakukan reformasi dan transformasi ke lebih dalam and peradaban. Berkaitan mengenai makna yang Tamaddun yang berarti peradaban dengan (inner transformation) reformation pada individu mengacu kepada penciptaan 200 Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter al-Madinah yang berati kota, maka civil of 1. Memperkokoh hubungan kaum muslim society diterjemahkan sebagai masyarakat dengan Tuhannya dengan membangun madani yang mengandung tiga hal, yaitu: masjid. agama yang peradaban merupakan adalah sumbernya, prosesnya, serta masyarakat kota adalah hasilnya. 2. Memperkokoh hubungan intern umat Islam dengan mempersaudarakan kaum pendatang Muhajirin dari Mekah dengan penduduk asli Madinah, yaitu Bagaimana Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Madani? kaum Anshor. 3. Mengatur hubungan umat Islam dengan Rasulullah mencanangkan empat sendi. Pertama, akidah Islam sebagai titik tolak menuju tersebarnya Islam ke seluruh dunia. Kedua, masyarakat Islam sebagai orang-orang di luar Islam, baik yang ada di dalam maupun di sekitar kota dengan cara mengadakan perjanjian perdamaian. titik tolak menuju terciptanya masyarakat terbaik dan moderat. Ketiga, perundangundangan Islam sebagai awal perubahan menuju kehidupan sejahtera masa kini dan mendatang. Keempat, kekuatan Islam sebagai titik tolak menuju perdamaian Karakteristik Masyarakat Madani 1. Masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, yang memiliki pemahaman agama secara internasional. mendalam serta hidup berdampingan Sendi kedua, yakni masyarakat Islam, merupakan sendi terpenting dalam melakukan perubahan. Akidah, bila tidak ada masyarakat yang mengamalkannya, akan menjadi barang mati. Masyarakat dan menghargai 2. Masyarakat beriman dan 3. Persatuan dan kesatuan umat, tidak Mekah dan diteruskan di Madinah. kesukuan. masyarakat baru di Yatsrib, yaitu: yang berakhlak. fanatis hal yang menjadi tonggak pembentukan agama masing-masing. inilah yang dibangun Rasulullah sejak di Rasulullah saw telah meletakkan tiga perbedaan terhadap ikatan-ikatan 4. Tegaknya hak-hak asasi manusia dan tidak adanya kesewenang-wenangan. 5. Egaliterisme, anti-feodalistik, anti- otoriterisme, ruang publik yang luas, 201 Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014 dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kekuasaan. tatanan masyarakat di atas, maka banyak 6. Masyarakat yang memiliki hukum dan taat hukum, tidak barbarian, dan tegaknya supremasi hukum. 7. Masyarakat yang Untuk dapat merealisasikan sebuah pemikir Islam yang menyatakan perlu adanya tingkat pendidikan yang memadai dan berkualitas dalam membangun sumber inklusif, toleran daya manusia. Pendidikan memiliki peran dalam perbedaan, dan kemampuan yang untuk bekerjasama dalam menggapai masyarakat madani, terutama pendidikan tujuan bersama yang dicita-citakan. Islam. strategis Oleh dalam karena membangun itu, diperlukan 8. Keadilan sosial bagi seluruh umat. terobosan pemikiran kembali suatu konsep 9. Masyarakat kota yang berperadaban pendidikan Islam yang disesuaikan dengan dan mampu menciptakan peradaban. fungsinya untuk memberdayakan manusia 10. Masyarakat yang memiliki pola kehidupan yang benar. dan masyarakat. Pendidikan Islam perlu melakukan perubahan untuk mewujudkan 11. Masyarakat yang terbuka, pluralistik misi baru yang sesuai dengan tuntutan menjamin kebebasan beragama, jujur, perubahan dalam mewujudkan masyarakat adil, mandiri, dan menghormati hak madani. asasi manusia. 12. Masyarakat demokratis dan beradab yang menghargai perbedaan pendapat. Pembaharuan Paradigma Pendidikan Islam 13. Masyarakat yang menghargai hak asasi manusia dan sadar akan hukum. 14. Masyarakat yang kreatif, Perubahan mandiri, pada pendidikan pertengahan) kuat berorientasi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. kompetitif persaudaraan disertai universal. dengan semangat dan bangsa masa ke ke lalu (abad paradigma yang masa depan. Seperti paradigma dualisme pendidikan Islam, 15. Masyarakat yang memiliki suasana yang pendidikan Islam dari peradigma yang berorientasi percaya diri untuk memiliki orientasi dalam paradigma yaitu adanya dikotomi ilmu yang menjadi penuh bidang garapan pendidikan Islam yakni lain ilmu agama dan ilmu umum. Paradigma kemanusiaan yang mengawetkan paradigma yang kemajuan merintis ke kemajuan, paradigma yang sentralistik ke paradigma 202 Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter yang desentralistik, proses pendidikan yang berorientasi teacher center ke student center, pendidikan yang selama ini a. Konsep Pendidikan Integralistik. Pendidikan diorientasikan pada komponen kehidupan meliputi difokuskan dengan pengajaran (teaching) orientasi harus difokuskan ke pendidikan (learning). insaniyyah Dengan adanya perubahan paradigma yang (ketuhanan), rabbaniyyah (kemanusiaan), Sebagai alamiyah. sesuatu dan yang di atas diharapkan dapat memberikan integralistik rekonstruksi terhadap asas yang mendasar kehidupan yang baik serta pendidikan atau arah pendidikan di dalam usaha yang menganggap manusia sebagai meletakkan dasar yang paling rasional pribadi jasmani, rohani, intelektual, untuk mengubah praksis pendidikan di perasaan, dan individu sosial yang akan dalam rangka membangun masyarkat yang menghasilkn manusia yang memiliki demokratis, integritas yang tinggi. religius, dan tangguh menghadapi tantangan internal maupun global menuju masyarakat madani (An Sanaqi, 2003: 30). bagi perwujudan b. Konsep Pendidikan Humanistik. Pendidikan yagn berorientasi dengan memandang manusia sebagai manusia yakni makhluk ciptaan Tuhan Konsep Pendidikan Islam dalam Membangun Masyarakat Madani dengan fitrahnya, manusia makhluk Konsep pendidikan adalah sebuah melangsungkan dan mempertahankan pemikiran yang akan menjadi dasar hidup yang hidupnya. harus Posisi mampu pendidikan dapat manusia yang mengembangkan dan pengaplikasian kegiatan pendidikan atau menghasilkan model desain suatu lembaga pendidikan. manusiawi, Sebagai konsep pendidikan Islam yang membentuk manusia yang berpikir, telah ditawarkan oleh Hasyim Amir yang berasa, dikutip bertindak sesuai dengan nilai luhur oleh A.Malik Fajar, untuk menghadapi perubahan pendidikan dalam masyarakat madani adalah pendidikan yang idealistik, yaitu suatu konsep dan berkemauan untuk kemanusiaan. c. Konsep Pendidikan Pragmatik. Pendidikan yang memandang pendidikan yang integralistik, humanistik, manusia sebagai makhluk hidup yang pragmatik yang berdasarkan pada budaya selalu membutuhkan sesuatu untuk yang kuat. melangsungkan dan mengembangkan 203 Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014 hidupnya baik bersifat maupun rohani. b. Model pendidikan Islam yang tetap Dengan demikian, model pendidikan mengkhususkan ini diharapkan dapat mencetak manusia pendidikan keagamaan, yaitu benar- pragmatik yang sadar akan kebutuhan benar sesuai dengan konsep-konsep hidupnya dan peka terhadap masalah Islam. sosial kemanusiaan. pada desain c. Model pendidikan agama Islam tidak d. Pendidikan yang Berakar dari Budaya Pendidikan yang tidak hanya dilaksanakan di sekolah formal, tetapi juga di luar sekolah seperti di meninggalkan akar sejarah baik secara lingkungan kemanusiaan maupun sehingga bangsa. ditanamkan dan disosialisasikan yang sejarah umumnya kebudayaan Pendidikan ini suatu diharapkan keluarga pendidikan masyarakat agama dapat dapat menjadi kebutuhan membentuk manusia yang mempunyai akhirnya pendidikan kepribadian, harga diri dan percaya bukan lagi berupa pengetahuan yang di pada diri sendiri untuk membangun hafal tetapi menjadi kebutuhan dan peradaban berdasarkan budaya. perilaku aktual. peserta didik, agama Islam d. Desain pendidikan diarahkan pada dua Dengan konsep pendidikan di atas dimensi. Dimensi itu meliputi: a) akhirnya dapat dijadikan desain model dimensi pendidikan pendidikan masyarakat Islam untuk madani. membangun Dalam bentuk dialektika (horisontal) hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang operasionalnya sebagai berukut: kehidupan a. Mendesain model pendidikan umum hubungannya dengan alam/lingkungan Islami yang handal dan mampu manusia dalam sosialnya, akhirnya manusia mempu bersaing dengan lembaga pendidikan mengatasi yang lain. Dengan demikian, visi misi melalui dan tujuan pendidikan, kurikulum, dimensi vertikal, hal ini pendidikan materi metode sebagai jembatan dalam memahami pembelajaran, manajemen pendidikan fenomena dan misteri kehidupan yang harus disesuaikan dengan tuntutan abadi. pembelajaran, tantangan dan pengembangan kendala iptek. b) zaman. 204 Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter Keempat model pendidikan Islam di potensi dirinya untuk memiliki kekuatan atas perlu diupayakan untuk membangun spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat madani. Dengan demikian, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia apapun model pendidikan Islam yang serta keterampilan yang diperlukan dirinya, ditawarkan untuk membangun masyarakat masyarakat bangsa dan Negara. madani pada dasarnya harus berfungsi Menjawab UU di atas, jelas bahwa untuk memberi kaitan antara peserta didik pendidikan sesungguhnya adalah proses dengan nilai-nilai ilahiyah, pengetahuan, yang dan keterampilan. Nilai-nilai demokrasi penyempurnaan tiada henti. Sebagaimana dan sosial kultural harus berfungsi untuk dikemukakan oleh Muhammad Fadhil al- memberi kaitan secara operasional antara Jamaly, peserta didik dengan masyarakatnya. berupaya mengembangkan, mendorong, senantiasa serta Pendidikan Keniscayaan Karakter: Suatu pendidikan mengajak berlandaskan kehidupan Pendidikan pada hakikatnya pribadi mengarah Islam manusia nilai-nilai mulia, yang terutama lebih maju tinggi dan sehingga sempurna, pada terbentuk baik yang merupakan usaha sadar yang dilakukan berkaitan dengan akal, perasaan maupun secara sistematis, terencana, dan bertujuan perbuatan (Ismail SM, 2009: 35). yakni meningkatkan kualitas sumber daya Al-Ghazali juga mengemukakan manusia, baik intelektual, sosial, maupun bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu spiritual. yang tercapainya kesempurnaan insani yang berkuliatas secara intelek mutlak harus bermuara pada kebahagiaan dunia dan diiringi dengan upaya peningkatan kualitas akhirat. keimanan sebagai salah satu komitmen pendidikan secara umum diindikasikan jika bangsa sistem mampu membentuk pola tingkah laku Sebagaimana peserta didik. Pola tingkah laku tersebut termaktub dalam UU Sisdiknaas No.20 dapat dibentuk dengan cara penanaman tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari. pendidikan dan Pendidikan karakter menurut Zainal Aqib suasana dan Sujak (2011: 3) adalah suatu sistem belajar dan proses pembelajaran agar penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik secara aktif mengembangkan warga Pembentukan yang pendidikan terencana 205 tertuang manusia dalam nasional. adalah untuk usaha sadar mewujudkan Keberhasilan sekolah penyelenggaraan meliputi komponen Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014 pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan umatnya. Akhlak merupakan salah satu tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai dari tiga kerangka dasar disamping aqidah tersebut. Pendidikan memiliki esensi dan dan syariah. Nabi Muhammad SAW makna yang sama dengan pendidikan kehadirannya moral membawa dan pendidikan akhlak yang di permukaan bumi misi pokok untuk bertujuan untuk membentuk pribadi anak menyempurnakan akhlak manusia yang supaya baik, tercermin melalui pengamalan al-Qur`an sebagai masyarakat dan warga negara yang dan hadist. Seperti yang termaktub dalam baik. firman Allah SWT dalam Q.S. Al- menjadi manusia yang Pada hakikatnya pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan Ahzab:21: ⎯yϑÏj9 ×πuΖ|¡ym îοuθó™é& «!$# ÉΑθß™u‘ ’Îû öΝä3s9 tβ%x. ô‰s)©9 nilai-nilai luhur yang bersumber dari ∩⊄⊇∪ #ZÏVx. ©!$# tx.sŒuρ tÅzFψ$# tΠöθu‹ø9$#uρ ©!$# (#θã_ötƒ tβ%x. budaya bangsa Indonesia, dalam rangka "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah". membina kepribadian generasi bangsa (Sri Narwanti, 2011: 14). Daniel Goleman menyatakan bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80% dipengaruhi Begitu pentingnya akhlak dalam oleh kecerdasan emosi dan hanya 20% Islam, karena Islam adalah rahmatan lil ditentukan oleh IQ. Anak-anak yang alamin. mempunyai masalah dalam kecerdasan manifestasi dari ibadah dan keimanan, emosinya merupakan sikap yang mendalam dalam akan mengalami kesulitan Akhlak (karakter) adalah dapat jiwa yang menimbulkan perbuatan secara mengontrol emosinya terlihat sejak dini mudah, bisa diubah, dan diperkuat melalui sampai usia dewasa (Sofyan Amri, dkk, pendidikan dan latihan. Akhlak dalam 2011: 54). Untuk itu perlu ditangani Islam telah dicantumkan dan diarahkan dengan baik oleh semua pihak termasuk oleh syariat Islam yang dicontohkan oleh keluarga, sekolah maupun masyarakat. nabi dan rasul serta orang-orang shaleh Pendidikan karakter tidak saja merupakan yang bisa diteladani. Karakter bersifat tuntutan undang-undang dan peraturan universal, seimbang, sederhana, realistis, pemerintah, tetapi juga oleh agama. Islam mudah, namun tidak memudahkan urusan mengajarkan karakter atau akhlak pada agama dan mengangap remeh syariat yang belajar, bergaul, dan tidak 206 Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter telah ditetapkan, sesuai antara perkataan manusia Indonesia dan perbuatan (Said Aqil al-Munawwar, martabat manusia 2005: 4). mewujudkan Nabi Muhammad SAW sebagai suri dan Indonesia tujuan manusia-manuisa meningkatkan nasional Indonesia. serta melalui Upaya tauladan, tidak menghilangkan semua pencapaian tujuan nasional tersebut adalah budaya dan tradisi secara dengan menciptakan masyarakat madani lama keseluruhan, namun hanya mengganti dan menyempurnakan. Islam (Muhyi Batubara, 2004: 116). menginginkan Masyarakat madani, suatu umatnya mempunyai hubungan vertikal masyarakat yang baik dalam wujud habl min Allah menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang melahirkan kesalehan individual dan yang sadar akan hak dan kewajibannya, diikuti oleh hubungan horizontal yang baik demokratis, terhadap sesama manusia dalam rangka berdisiplin, menguasai sumber informasi habl min al-nas yang melahirkan kesalihan dalam bidang IPTEK, seni, budaya, dan sosial dalam bermuamalah. agama (H.A.R. Tilaar, 2000). Dengan yang berperadaban bertanggung yang jawab, Undang-undang Sisdiknas No.20 demikian, proses pendidikan yang harus tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa menciptakan arah yang segaris dengan pendidikan upaya Nasional mengembangkan berfungsi kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencapaian masyarakat madani tersebut. Realitas menyentuh pendidikan penanaman kita belum berdimensi mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan karakter, belum menghargai fitrah anak. mengembangkan potensi peserta didik agar Sekolah misalnya banyak terjadi perilaku menjadi dan bullying, baik dari guru, teman sebaya bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, maupun karyawan sekolah. Banyak lagi berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, penyimpangan perilaku yang terjadi di kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara mana pelakunya adalah pihak-pihak yang yang demokratis serta bertanggung jawab. terkait dengan sekolah sebagai lembaga manusia yang beriman Jelaslah bahwa pendidikan Indonesia diselenggarakan mengembangkan adalah kemampuan untuk manusia Indonesia, meningkatkan mutu kehidupan 207 pendidikan nota bene salah satu wadah membentuk karakter atau akhlak tersebut. Anak dalam perkembangan sosialnya, akan selalu berinteraksi dengan Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014 masyarakat, mereka perlu belajar dengan anggota keluarga lainnya dan juga menyesuaikan diri dan mengadopsi nilai, masyarakat norma, mengatakan sebagai berikut: perilaku, akhlak yang sesuai dengan harapan masyarakat. Fenomena yang ada anak terombang ambing dan terbawa arus perkembangan global sehinga ada indikasi bahwa anak tidak mampu merencanakan masa depan mereka dengan baik menjadi abdun dan khalifah fi al-ardh sebagaimana tujuan pendidikan Islam. Hal tersebut mendasari dan suatu keniscayaan penanaman karakter yang dimulai dari keluarga sebagai lembaga pendidikan primer hingga sekolah sebagai satuan pendidikan formal pelanjut pendidikan yang telah ditanamkan keluarga. pendidikan merupakan informal. Ibnu Kaldun “Barangsiapa tidak terdidik oleh orang tuanya, maka akan terdidik oleh zaman. Sehingga mereka mampu dan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademik" (Masnur Muclich: 30). Keluarga, yang dalam hal ini orang tua, merupakan wadah primer dalam membentuk karakter (akhlak) anak. Orang tua memberikan pendidikan iman yang mengikat anak dengan dasar-dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar syariah, sejak anak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu (Ulwan, 1981: 151). Para ahli pendidikan dan akhlak meyakini bahwa Keluarga Sebagai Basis Pendidikan Karakter Bagi Anak Keluarga sekitarnya. Awal berdasarkan fitrah tauhid. Hakekat fitrah lingkungan Sebagai sejak anak dilahirkan, ia telah dilahirkan institusi keimanan ini telah ditetapkan dalam alQur’an surat al-Rum ayat 30: informal, dituntut mampu membentuk segala perilaku dan pola asuh yang tsÜsù ©ÉL©9$# «!$# |NtôÜÏù 4 $Z‹ÏΖym È⎦⎪Ïe$#Ï9 y7yγô_uρ óΟÏ%r'sù diterapkan šÏ9≡sŒ 4 «!$# È,ù=y⇐Ï9 Ÿ≅ƒÏ‰ö7s? Ÿω 4 $pκön=tæ }¨$¨Ζ9$# berpengarauh dalam keluarga dalam pasti pembentukan kepribadian atau karakter anak (Ratna Ÿω Ĩ$¨Ζ9$# usYò2r& ∅Å3≈s9uρ ÞΟÍhŠs)ø9$# Ú⎥⎪Ïe$!$# Megawangi: 95). Keluarga dalam hal ini ∩⊂⊃∪ tβθßϑn=ôètƒ orang tua, menurut Ibnu Khaldun memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan pendidikan terhadap anakanaknya. Dalam keluarga mestinya anak mendapat pengarahan bagaimana “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” berperilaku, bertutur kata, dan bersikap 208 Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter Yang dimaksud fitrah di sini adalah fitrah tauhid, akidah iman kepada Allah SWT. Hal ini dikuatkan oleh hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: أو, ﻓﺄﺑﻮاﻩ ﻳﻬﻮداﻧﻪ,آﻞ ﻣﻮﻟﻮد ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﻄﺮة ini ditegaskan dalam al-Qur’an surat alTahrim ayat 6: #Y‘$tΡ ö/ä3‹Î=÷δr&uρ ö/ä3|¡àΡr& (#þθè% (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ ÔâŸξÏî îπs3Íׯ≈n=tΒ $pκön=tæ äοu‘$yfÏtø:$#uρ â¨$¨Ζ9$# $yδߊθè%uρ $tΒ tβθè=yèøtƒuρ öΝèδttΒr& $! tΒ ©!$# tβθÝÁ÷ètƒ ω ׊#y‰Ï© ∩∉∪ tβρâsΔ÷σムﻳﻨﺼﺮاﻧﻪ أو ﻳﻤﺠﺴﺎﻧﻪ “Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani ataupun Majusi” Dari hadis di atas dapat dipahami “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” bahwa tanggung jawab menjadikan fitrah tauhid tetap pada anak adalah orang tua. Al-Ghazali dalam Abdullah Nashih Ulwan (1981: 157) mengatakan bahwa anak adalah amanat bagi kedua orang tuanya. Dan hatinya yang suci itu adalah permata yang mahal. Apabila ia diajar dan dibiasakan pada kebaikan, maka ia akan tumbuh pada kebaikan itu dan akan mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Tetapi apabila ia dibiasakan untuk melakukan kejahatan dan dibiarkan seperti binatang-binatang, maka ia akan sengsara dan binasa. Dan untuk memeliharanya adalah dengan mendidik dan mengajarkan akhlak-akhlak yang mulia kepadanya. Kewajiban menjaga anak agar tetap pada fitrahnya terletak pada orang tua. Hal 209 Oleh karena itu, kedua orang tua hendaklah menjaga anaknya agar tetap pada agama Allah dengan memberikan kebiasaan-kebiasaan baik, yaitu kebiasaan yang membawa anak pada amalan-amalan kebaikan, iman kepada Allah dan RasulNya. Dan tentunya kebiasaan ini harus dimulai sejak kelahiran anak. Bahkan Abdullah Nashih Ulwan menganggap bahwa pendidikan terhadap anak sudah dimulai sejak masa memilih jodoh dan meminang calon istri. Yaitu dengan memilih wanita shalehah dan laki-laki yang shaleh. Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014 Sekolah: Pondasi Kedua Penanaman Karakter Dalam gagal dalam melakukannya. Untuk itu Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, pelanjut menjadi sangat pendidikan penting diharapkan, bahkan ada orang tua yang keluarga peran dan fungsinya. Salah satu fungsi sekolah adalah sekolah sangat berperan penting dalam membantu karakter pada kualitas keimanan, karena pendidikan sekolah merupakan miniatur kehidupan masyarakat. wadah transmisi Afektif (attitude) yang tercermin menanamkan Ada 3 proses yang dialami oleh anak disekolah, yaitu sosialisasi, akulturasi dan ketakwaan, akhlak, dan kepribadian yang enkulturisasi unggul dan kompetensi estetis; Kognitif Sosialisasi; proses membimbing individu (pengetahuan) tercermin pada kapasitas memasuki berpikir dan daya intelektualitas untuk berperilaku, berinteraksi sesuai dengan menggali standar norma yang ada dalam masyarakat dan mengembangkan serta (Masnur dunia Muclich: sosial, anak 44). dapat penguasaan IPTEK; dan Psikomotorik tertentu. (keterampilan) budaya yang lahir dari proses sosialisasi yang tercermin pada Akulturasi; proses perubahan kemampuan mengembangkan kemampuan yang teknis, kecakapan praktis, dan kemampuan pengadopsian kinestetis. Proses tersebut terselenggara berkonsekuensi hilangnya kekhasan melalui proses budaya terdahulu, sedangkan semua enkulturisasi, pembiasaan pembelajaran, komponen melalui keteladanan sekolah terutama pendidik ditandai sebagai dengan kebudayaan anak proses makhluk penyerapan, baru sosial bernalar yang manusia dan (guru). Pendidik adalah ujung tombak berkemampuan reflektif serta intelegenci dalam mencapaikan penanaman karakter hingga mampu memahami, mengadopsi pada peserta didik disamping komponen pola pikir, pengetahuan, dan kebudayaan lain seperti kepala sekolah dan staf orang lain. sekolah. Ketiga proses tersebut berlangsung Pendidikan karakter di sekolah secara dinamis dan bersenyawa sangat diperlukan, walaupun dasar dari diberlakukan dalam wadah pendidikan di pendidikan keluarga. sekolah sebagai lembaga yang tidak berada Namun, orang tua juga tidak serta merta dalam ruang hampa, saling berinteraksi, mampu mengantarkan anak-anak mereka dan saling menyerap budaya dan nilai-nilai kepada yang beragam serta beradaptasi secara karakter pembentukan adalah karakter yang 210 Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter sosial. Pendidikan karakter pada tingkatan mental institusi pada sehingga tercipta kegiatan pembelajaran pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai- yang efektif, nyaman, dan aman. Terdapat nilai yang melandasi perilaku, tradisi, dua keseharian pendidikan yaitu suasana keislaman dan sekolah dan mengarah simbol-simbol yang psikologis, aspek maupun kultur dan spiritual lingkungan dipraktikkan oleh semua warga sekolah, suasana dan masyarakat sekitar sekolah. Penciptaan Suasana budaya sekolah islami merupakan ciri pembentukan karakter keislaman terhadap khas, karakter atau watak, dan citra sekolah siswa baik secara fisik maupun dalam tersebut dimata masyarakat luas. Kultur bentuk kegiatan yang bernuansa keislaman. (budaya) sekolah didefenisikan sebagai Sedangkan suasana sosial, yaitu suatu suatu manifestasi nilai-nilai dan keyakinan usaha menjalin hubungan antara sekolah yang dimiliki bersama anggota-anggota dengan masyarakat, hubungan sekolah organisasi tersebut. dengan lembaga pendidikan lain dan peran keyakinan yang Nilai-nilai melandasi dan kultur sosial (Supiana, keislaman 2008: adalah 66). kondisi komite sekolah. organisasi merupakan landasan-landasan Sebuah lembaga pendidikan baik yang tak tampak, sedangkan manifestasi dari segi kerangka sistem maupun dari segi yang kerangka budaya selalu memiliki hubungan tampak digunakan, adalah prilaku kata-kata yang yang dijalankan, interaktif dengan lingkungan. Sebagai bangunan-bangunan serta fasilitas yang suatu sistem yang saling mempengaruhi diadakan proses bermuara pada tujuan yang dicita-citakan. organisasi Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari dilakukan dengan menetapkan norma dan nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri. Oleh nilai-nilai, mengartikulasi filosofi-filosofi, karena itu, pada hakikatnya realisasi nilai- menciptakan upacara- nilai ajaran Islam itulah tujuan akhir intaraksi pendidikan Islam. Sedangkan nilai-nilai komunitas dan parenthal yang mendukung Islam bukan saja mengandung aspek ritual pencapaian dan sosial, tetapi juga aspek sains dan (Caldwell, penciptaan upacara, kultur 1992) dalam simbol-simbol, ritual-ritual; serta tujuan-tujuan sekolah (Leitwood & D. Janzi, 1997: 35). Kultur dan lingkungan adalah situasi kondusif teknologi yang dijiwai dengan ajaran Islam sekolah (Supiana, 2008: 74). untuk kegiatan Lingkungan yang baik (biah solihah) pembelajaran baik secara fisik, sosial, juga merupakan salah satu kriteria penting 211 Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014 bagi sekolah Islam. Lingkungan yang sejak bersih, rapi, sehat, dan nyaman merupakan membangun tatanan syarat mutlak bagi sekolah Islam dan bermasyarakat yang senantiasa diberi petunjuk (hidayah) Allah terdapat entitas sosial. SWT. Sejalan dengan dengan Firman Allah SWT yang berbunyi: dini mengenai pentingnya hidup didalamnya 3. Pendidikan merupakan wahana efektif untuk memperkuat integrasi sosial ⎯tΒ “ωöκu‰ ©!$# £⎯Å3≈s9uρ |Mö6t7ômr& ô⎯tΒ “ωöκsE Ÿω y7¨ΡÎ) š⎥⎪ωtFôγßϑø9$$Î/ ãΝn=÷ær& uθèδuρ 4 â™!$t±o„ "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk" (QS. al-Qashash: 56). politik (Doni Koesoema, 2010: 45-46). Penanaman karakter pada peserta didik, dilakukan dengan cara memberi keteladanan yang nyata, guru menampilkan diri dengan nilai-nilai tertentu sebagai role model bagi peserta didik. Selain pendidik, sekolah perlu melibatkan pendayagunaan kurikulum holistik berbasis karakter, yaitu sekolah mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk kreativitas, spiritual, dan intelektual siswa membentuk peserta didik memiliki moral secara optimal, serta membentuk manusia yang luhur, berakhlak mulia, agar kelak yang long life learning. Hal ini akan berguna bagi bangsa dan negara. Program mendorong peserta didik menjadi diri pendidikan diwujudkan sendiri, mampu berbuat keputusan terbaik, terintegrasi dalam semua mata pelajaran belajar mandiri, mempunyai kecakapan yang ada. sosial, Pendidikan karakter karakter di Ada tiga alasan sekolah dipandang tepat sebagai wahana transformasi nilaipendidikan, dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Sudarwan Danim dan Khairil, 2010: 98). Ada empat pilar penting sekolah nilai budaya, yaitu: 1. Melalui serta kemampuan yang telah memiliki komitmen kognitif dan daya intelektual individu melaksanakan pendidikan karakter, yaitu: dapat ditumbuhkembangkan dengan 1) kegaiatan belajar mengajar di kelas, 2) baik. kegiatan keseharian dalam bentuk budaya 2. Melalui sistem pendidikan persekolahan setiap anak diperkenalkan satuan kegiatan pendidikan ko-kurikuler (school dan/atau nature); ekstra 212 Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter kurikuler, 3) kegiatan keseharian dirumah, dan 4) dalam masyarakat (Direktorat Pendidikan Dasar, 2011: 13-14). Daftar Kepustakaan Caldwell, B.J., Spinks, M. (1992). Leading the Self Managing School. London: The Falmer Press. Direktorat Pendidikan Dasar. (2011). Policy Brief: Pendidikan Karakter untuk Membangun Karakter Bangsa. Edisi 4. Jakarta: Kemdiknas. Doni Koesoema A. (2010). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Muhyi Batubara. (2004). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Ciputat Press. Ratna Megawangi. Pendidikan Karakter: Solusi yang tepat untuk Membangun Bangsa. Indonesia Heritage Foundation. Said Aqil Husin al-Munawar. (2005). Aktualisasi Nilai-nilai Qur`aniy dalam system Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. Sofan Amri dkk. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Sri Narwanti. (2011). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia, Group Relasi Inti Media. Sudarwan Danim dan Khairil. (2010). Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Bandung: Alfabeta. H.A.R Tilaar. (2000). Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya. Supiana. (2008). Sistem Pendidikan Madrasah Unggulan. Jakarta: Badan Litbang & Diklat Depag RI. Ismail SM. (2009). Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Cet.IV. Semarang: Rasail Media Group. Ulwan, Abdullah Nashih. (1981). Tarbiyah al-aulad fi al-Islam. Diterjemahkan oleh Saifullah Kamalie dan Hery Noer Ali. cet. 3. jld. 1. Semarang: Asy-Syifa. Leitwood, K & Janzi, D. (1997). "Explaining Variation in teachers’ Perception of Principal Laedership: A Replication". Journal of Education Administration. Masnur Muclich. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Multi Dimensional. Jakarta: Bumi Aksara. 213 UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. (2008). Jakarta: Visi Media. Zainal Aqib dan Sujak. (2011). Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya.