peraturan pemerintah nomor tahun 2009 tentang

advertisement
PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR ... TAHUN 2009
TENTANG
PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK
DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH (E-GOVERNMENT)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 dan Pasal 40
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah
tentang Penyelenggaraan Sistem Elektronik oleh Instansi
Pemerintah Pusat dan Daerah (E-government).
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58; Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4843);
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007
Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
Halaman 1 dari 19
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
PERATURAN
PEMERINTAH
TENTANG
PENYELENGGARAAN
SISTEM
ELEKTRONIK
DI
INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
(E-GOVERNMENT)
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Penyelenggaraan Sistem Elektronik di lingkungan Instansi Pemerintah
Pusat dan Daerah, selanjutnya disebut e-government, adalah pemanfaatan
Teknologi Informasi untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi,
dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.
2. Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah adalah sekretariat lembaga tinggi
negara (Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Badan Pemeriksa Keuangan,
dan Mahkamah Agung), Kementerian
(Kementerian Koordinator, Kementerian, dan Kementerian Negara),
Setingkat Menteri (Sekretariat Kabinet, Kejaksaan Agung, Tentara Nasional
Indonesia,
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia), Lembaga
Pemerintah Non Departemen, dan Pemerintah Daerah (gubernur, bupati,
atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah).
3. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis,
dan/atau menyebarkan informasi.
4. Infrastruktur Teknologi Informasi, selanjutnya disebut Infrastruktur, adalah
peranti keras, peranti lunak, jaringan komunikasi data dan fasilitas
pendukung lainnya, yang ketika digunakan bersama menjadi pondasi dasar
untuk mendukung penyelenggaraan e-government.
5. Interoperabilitas adalah kemampuan dua sistem atau dua komponen atau
lebih untuk bertukar informasi dan untuk menggunakan informasi yang telah
dipertukarkan.
6. Keamanan Informasi adalah proteksi informasi dan sistem informasi dari
akses, penggunaan, penyebaran, pengubahan, penggangguan, atau
penghancuran oleh pihak yang tidak berwenang.
7. Audit adalah evaluasi terhadap sistem, proses, program, dan produk dalam
rangka untuk memastikan keabsahan, kehandalan, dan kesesuaian dengan
standar yang berlaku.
8. Nama Domain adalah alamat internet seseorang, perkumpulan, organisasi,
badan usaha, atau Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang dapat
Halaman 2 dari 19
digunakan untuk berkomunikasi melalui internet yang berupa kode atau
susunan karakter yang bersifat unik.
9. Aplikasi adalah komponen sistem informasi yang digunakan untuk
menjalankan fungsi, proses, dan mekanisme kerja yang mendukung
pelaksanaan e-government.
10. Aplikasi umum adalah aplikasi e-government yang bersifat umum dan
dapat digunakan oleh seluruh Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah.
11. Aplikasi khusus adalah aplikasi e-government yang khusus digunakan
untuk memenuhi kebutuhan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah tertentu
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
12. Tata Kelola Teknologi Informasi adalah penyusunan spesifikasi kerangka
kerja akuntabilitas untuk mendorong perilaku yang diinginkan dalam
penggunaan Teknologi Informasi, yang melingkupi perencanaan,
manajemen belanja/investasi, realisasi, pengoperasian, dan pemeliharaan
sistem.
13. Rencana Induk adalah dokumen perencanaan yang menjadi acuan
penyelenggaraan e-government.
14. Situs Web adalah kumpulan halaman web yang berisi informasi elektronik
yang dapat diakses.
15. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto,
electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail),
telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode
Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah, yang memiliki arti atau
dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
16. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik
lainnya.
17. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik
yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau
menyebarkan Informasi Elektronik.
18. Akses adalah kegiatan melakukan interaksi dengan Sistem Elektronik yang
berdiri sendiri atau dalam jaringan.
19. Badan Usaha adalah perusahaan perseorangan atau perusahaan
persekutuan, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan
hukum.
20. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
informatika.
Halaman 3 dari 19
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan untuk mengatur secara nasional
penyelenggaraan e-government.
(2) Peraturan Pemerintah ini bertujuan untuk:
a. memberikan acuan pelaksanaan atau pedoman dalam rangka
penyelenggaraan e-government secara nasional;
b. menciptakan sinergi antar-Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah
secara nasional dalam penyelenggaraan e-government;
c. mengoptimalkan penyelenggaraan e-government dalam pelayanan
publik secara nasional; dan
d. mendorong terjadinya tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
dengan memanfaatkan Teknologi Informasi.
BAB III
KEBIJAKAN
Pasal 3
(1) E-government diselenggarakan oleh Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah
sesuai dengan tugas dan fungsinya serta harus dikoordinasikan dengan
Menteri dan pimpinan instansi lain yang terkait.
(2) Dalam penyelenggaraan e-government sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib:
a. menetapkan rencana induk e-government yang mengacu pada rencana
induk e-government nasional yang ditetapkan oleh Menteri;
b. menetapkan sasaran dalam rencana induk e-government yang spesifik,
terukur, dan realistis sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya;
c. menetapkan
peraturan
yang
penyelenggaraan e-government.
Halaman 4 dari 19
diperlukan
untuk
mendukung
Pasal 4
Penyelenggaraan e-government dapat dilakukan melalui kemitraan antarinstansi pemerintah pusat, antara Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah,
Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Badan Usaha atau masyarakat,
antar-instansi pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Pasal 5
(1) Biaya penyelenggaraan e-government dapat diperoleh dari anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD), atau sumber lain sesuai dengan peraturan perundangundangan.
(2) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib mengalokasikan dana
untuk mendukung penyelenggaraan e-government.
Pasal 6
Menteri berwenang melakukan evaluasi penyelenggaraan e-government di
setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dan melaporkan hasilnya kepada
Presiden.
BAB IV
INFRASTRUKTUR
Pasal 7
Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan Infrastruktur
yang diperlukan dalam penyelenggaraan e-government sesuai dengan
Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait.
Pasal 8
(1) Infrastruktur untuk penyelenggaraan e-government pada Instansi
Pemerintah Pusat dan Daerah harus sesuai dengan standar peralatan,
standar interoperabilitas, standar keamanan sistem informasi, dan standar
lainnya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar lainnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
Halaman 5 dari 19
Pasal 9
(1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan fasilitas
pusat data yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
(2) Fasilitas pusat data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa sarana
dan prasarana terpusat untuk pengelolaan data e-government.
(3) Menteri menyediakan fasilitas pusat data nasional yang terintegrasi
dengan seluruh fasilitas pusat data sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Fasilitas pusat data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan fasilitas
pusat data nasional yang terintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
wajib berada di wilayah hukum Republik Indonesia.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pusat data diatur dalam peraturan
Menteri.
Pasal 10
Infrastruktur untuk penyelenggaraan e-government pada Instansi Pemerintah
Pusat dan Daerah harus dapat diperiksa kesesuaian fungsinya melalui proses
audit.
Pasal 11
(1) Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dapat menyediakan media koneksi
yang khusus digunakan untuk penyelenggaraan e-government.
(2) Menteri menyediakan infrastruktur tulang punggung (backbone) jaringan
nasional.
(3) Menteri mengalokasikan frekuensi radio tertentu yang digunakan untuk
penyelenggaraan e-government.
(4) Penggunaan frekuensi radio sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
dikenai biaya.
Pasal 12
(1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus mengadakan,
mengembangkan, dan mengelola Situs Web yang menggunakan Nama
Domain pemerintah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Nama Domain pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.
Halaman 6 dari 19
Pasal 13
(1) Situs Web Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal
12
harus
menginduk
pada
portal
nasional
www.indonesia.go.id.
(2) Portal nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh
Sekretariat Negara.
BAB V
APLIKASI
Pasal 14
(1) Aplikasi e-government terdiri atas aplikasi umum dan aplikasi khusus.
(2) Aplikasi umum disediakan oleh Menteri.
(3) Aplikasi khusus dapat dikembangkan oleh setiap Instansi Pemerintah Pusat
dan Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan persetujuan
Menteri.
(4) Aplikasi e-government sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus bersifat
kode-sumber terbuka (open source).
(5) Aplikasi e-government sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilengkapi:
a. dokumen kebutuhan perangkat lunak;
b. dokumen arsitektur atau desain;
c. dokumen teknis;
d. dokumen manual; dan
e. dokumen lain yang ditentukan oleh instansi yang bersangkutan.
(6) Aplikasi e-government sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi standar interoperabilitas, standar keamanan sistem informasi,
dan standar lain yang ditetapkan oleh Menteri.
(7) Hak cipta atas aplikasi dan kode sumber yang dibangun oleh Instansi
Pemerintah Pusat dan Daerah sebagaimana dimaksud dalam peraturan
pemerintah ini menjadi milik negara.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai aplikasi e-government sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Menteri.
Halaman 7 dari 19
Pasal 15
Pembangunan dan/atau pengembangan aplikasi
melibatkan lebih dari satu Instansi Pemerintah
dikoordinasikan oleh Menteri.
e-government yang
Pusat dan Daerah
Pasal 16
(1) Aplikasi e-government beserta kelengkapannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 wajib diserahkan kepada Menteri untuk disimpan di dalam
repositori.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan repositori diatur dalam
Peraturan Menteri.
Pasal 17
Aplikasi yang digunakan untuk penyelenggaraan e-government harus dapat
diperiksa kesesuaian fungsinya melalui proses audit yang dilakukan oleh
instansi yang ditunjuk Menteri.
BAB VI
DATA DAN INFORMASI
Pasal 18
(1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan data dan
informasi dalam penyelenggaraan e-government untuk keperluan internal
dan eksternal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menjaga keamanan,
kerahasiaan, keterkinian, akurasi, serta keutuhan data dan informasi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar dan prosedur untuk menjaga
keamanan, kerahasiaan, keterkinian, akurasi, serta keutuhan data dan
informasi diatur dalam peraturan Menteri.
Pasal 19
(1) Struktur dan format data yang digunakan harus sesuai dengan standar
interoperabilitas, standar keamanan informasi, dan ketentuan lain yang
diatur dalam peraturan Menteri.
Halaman 8 dari 19
(2) Menteri menetapkan data dan informasi minimal yang wajib disediakan oleh
Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dalam penyelenggaraan
e-government.
Pasal 20
(1) Data dan Informasi Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah ditempatkan
dalam hosting milik Pemerintah Pusat dan Daerah.
(2) Hosting sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dimiliki oleh Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah, baik secara bersama-sama maupun secara
sendiri-sendiri.
(3) Hosting sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditempatkan dalam
wilayah hukum Republik Indonesia.
BAB VII
SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 21
(1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan sumber
daya manusia yang sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan.
(2) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus meningkatkan
kompetensi sumber daya manusia untuk mendukung penyelenggaraan
e-government.
(3) Sumber daya manusia yang melaksanakan penyelenggaraan e-government
pada Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan pegawai negeri
yang mendapatkan tunjangan fungsional dan insentif.
(4) Tunjangan fungsional, insentif, dan gaji pegawai negeri penyelenggara
e-government diatur dalam peraturan Presiden.
BAB VIII
KELEMBAGAAN
Pasal 22
(1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus memiliki lembaga yang
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan e-government.
(2) Lembaga yang bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan
e-government bertanggung jawab langsung kepada pimpinan tertinggi
sesuai dengan tingkatannya.
Halaman 9 dari 19
(3) Lembaga penyelenggara e-government Pemerintah Pusat dipimpin oleh
pejabat eselon I, lembaga penyelenggara e-government pemerintah
provinsi dipimpin oleh pejabat eselon IIa, dan lembaga penyelenggara
e-government pemerintah kabupaten/kota dipimpin oleh pejabat eselon IIb.
(4) Struktur organisasi dan tata kelola lembaga penyelenggara e-government
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara atas usul Menteri.
BAB IX
TATA KELOLA
Pasal 23
(1) Penyelenggaraan e-government harus mengacu pada standar dan
ketentuan tata kelola teknologi informasi yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Pengelolaan teknologi informasi dalam penyelenggaraan e-government
diaudit secara berkala oleh tim auditor yang ditetapkan oleh Menteri.
BAB X
SANKSI
Pasal 24
(1) Pejabat Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang bertanggung jawab
terhadap pelanggaran ketentuan Pasal 3 ayat (2), Pasal 5 ayat (2), Pasal 7,
Pasal 9 ayat (1) dan (4), Pasal 16 ayat (1), Pasal 18 ayat (1) dan (2), Pasal
19 ayat (2), Pasal 20 ayat (3), dan Pasal 21 ayat (1) dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.
(2) Selain sanksi yang dikenakan kepada Pejabat Instansi Pemerintah Pusat
dan Daerah yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan pemerintah
ini, sanksi administratif juga dikenakan kepada Instansi Pemerintah Pusat
dan Daerah yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa peringatan tertulis oleh Presiden atau pejabat yang ditunjuk oleh
Presiden.
(3) Apabila peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
ditindaklanjuti oleh Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, instansi tersebut
dikenai sanksi pengurangan anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN) sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Halaman 10 dari 19
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 25
(1) Pada saat berlakunya peraturan pemerintah ini, semua peraturan
perundang-undangan dan kelembagaan di bidang e-government yang telah
ada yang tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah ini dinyatakan
tetap berlaku.
(2) Semua penyelenggaraan e-government yang telah ada harus disesuaikan
dengan peraturan pemerintah ini dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun
sejak ditetapkannya peraturan pemerintah ini.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
(1) Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(2) Peraturan Menteri dan peraturan lain sebagai pelaksanaan peraturan
pemerintah ini harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun sejak
ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan penempatan Peraturan
Pemerintah ini dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal ... Juni 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Halaman 11 dari 19
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN 2009
TENTANG
PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DI INSTANSI PEMERINTAH
PUSAT DAN DAERAH (E-GOVERNMENT)
I.
UMUM
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam proses
pemerintah untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, tranparansi, dan
akuntabilitas penyelengaraan pemerintah adalah merupakan arti dari
e-government. TIK telah dirasakan manfaatnya di berbagai sektor
kehidupan manusia. Penerapan TIK di beberapa sektor kehidupan telah
memungkinkan transfomasi pemanfaatan TIK yang tadinya hanya
menunjang kegiatan administrasi menuju ke peningkatan kualitas layanan
terhadap pelanggan. Pemanfaatan TIK telah mengubah perilaku
masyarakat ataupun peradaban manusia secara global.
Masyarakat dan dunia usaha memerlukan berbagai layanan, baik layanan
yang bersifat pemberian informasi seperti yang terkait dengan informasi
pajak maupun proses layanan kepemerintahan seperti perizinan usaha.
Selain itu, masyarakat dan dunia usaha juga dapat menyalurkan
partisipasinya dalam bentuk penyampaian saran dan kritik ataupun
pemberian pendapat atas kebijakan yang akan dikeluarkan oleh
pemerintah.
Tanpa bantuan TIK, upaya untuk mendapatkan layanan ataupun pemberian
partisipasi menjadikan masyarakat dan dunia usaha perlu mendatangi
instansi yang bersangkutan. Dalam hal sebuah layanan melibatkan lebih
dari satu instansi, masyarakat dan dunia usaha seringkali harus
meluangkan lebih banyak waktu dan biaya untuk mendatangi satu instansi
ke instansi lainnya. Waktu prosesnya pun dapat menjadi lebih lama jika
semua proses masih dilakukan secara manual.
Keharusan untuk mendatangi satu instansi ke instansi lainnya akan menjadi
berkurang jika tersedia sebuah pusat data terintegrasi yang menyimpan
data yang dibutuhkan untuk menjalankan pelayanan pemerintah sehingga
orang tidak lagi berjalan dari satu instansi ke instansi lain, tetapi orang
cukup menuju pada satu pusat layanan pemerintah untuk mendapatkan
informasi dan berbagai layanan yang diperlukan. Bahkan, orang bisa
memperoleh layanan pemerintah melalui sistem elektronik yang
terintegrasi.
Selain masyarakat dan dunia usaha, implementasi e-government juga
sangat membantu aparatur pemerintah dan instansi dalam proses
administrasi umum, seperti manajemen dokumen elektronik, administrasi
keuangan, dan administrasi kepegawaian. Kumpulan peraturan yang ada
Halaman 12 dari 19
juga dapat dipusatkan di manajemen dokumen elektronik untuk
mempermudah dan mempercepat proses pencarian saat diperlukan.
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam suksesnya
pelaksanaan e-government. Untuk itu, perlu upaya terus-menerus untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia seiring dengan
perubahan yang terjadi.
Upaya pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan dua
strategi yang saling melengkapi, yaitu strategi yang bersifat menguatkan
kekuatan internal dan strategi yang memanfaatkan kekuatan eksternal.
sebagai berikut.
1. Mendorong Kekuatan Sumber Daya Manusia di Pemerintah
Dalam rangka menguatkan kemampuan internal pemerintah untuk
memanfaatkan TIK, perlu disusun standar kompetensi yang terkait dengan
TIK. Kompetensi dasar di bidang TIK perlu dimiliki pada saat penerimaan
staf. Selain itu, pelatihan yang berkesinambungan yang disesuaikan
dengan arahan karier yang bersangkutan juga perlu disediakan.
Pemerintah dapat memberdayakan sumber daya manusia dalam upaya
meningkatkan kemampuan intelektulitas dan kinerja aparatur negara di
bidang TIK melalui proses kerja sama saling menguntungkan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah dan pihak swasta.
Mengingat TIK merupakan komoditas yang sangat laris di semua sektor,
remunerasi, dan evaluasi perlu disesuaikan agar SDM yang ada tetap dapat
dipertahankan dan dikembangkan.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya ialah aspek manajemen perubahan.
TIK merupakan alat bantu untuk memberikan layanan terbaik kepada
masyarakat dan dunia usaha dan untuk mengambil keputusan yang tepat
melalui proses yang lebih cepat. Perubahan budaya kerja sebagai hasil
e-government dapat memberikan berbagai reaksi dari pihak yang terlibat,
baik reaksi yang mendukung maupun reaksi yang menolak. Untuk itu,
manajemen perubahan perlu diterapkan untuk menyiapkan aparatur negara
untuk lebih siap menerima perubahan yang terjadi.
2. Memanfaatkan Pakar TIK di Sektor Non- Pemerintah
Strategi selanjutnya ialah memanfaatkan kekuatan eksternal, yaitu bekerja
sama dengan pakar TIK di sektor swasta. Kerja sama yang dibentuk dapat
berupa kegiatan alih daya (outsourcing) ataupun kerja sama antara
Pemerintah dan swasta (PPP = Public-Private Partnership). Kolaborasi
dengan pihak eksternal dapat mempercepat pelaksanaan e-government
mengingat sumber daya manusia Pemerintah yang jumlah dan
kemampuannya terbatas.
Halaman 13 dari 19
II.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
“Dikoordinasikan dengan Menteri dan pimpinan instansi lain yang terkait”
dilakukan dengan pertimbangan agar Penyelenggaraan e-government
dapat terintegrasi secara lintas sektor yang terkait, misalnya kementerian
dalam negeri untuk sektor kependudukan dan kementerian kesehatan
untuk sektor kesehatan.
Ayat (2)
Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus menetapkan rencana teknis
setelah menetapkan rencana induk.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 4
Yang dimaksud dengan “kemitraan” ialah kerja sama dalam arti luas baik
antar-Instansi Pemerintah maupun antara Instansi Pemerintah dan Badan
Usaha dan masyarakat, misalnya dalam hal penyediaan infrastruktur,
aplikasi, data dan informasi, dan sumber daya manusia.
Yang dimaksud ”sesuai dengan peraturan perundang-undangan”, misalnya
sesuai dengan:
a. peraturan tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah,
sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun
2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dan aturan
turunannya;
b. peraturan tentang kerja sama pemerintah dengan Badan Usaha,
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor [...] Tahun 2007 ;
dan
c. Peraturan tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Pusat dan daerah,
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah.
Halaman 14 dari 19
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Proses audit dilaksanakan oleh
Pemerintah yang berwenang.
instansi yang ditunjuk oleh Instansi
Pasal 11
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “infrastruktur tulang punggung (backbone) jaringan
nasional” ialah mekanisme sambungan primer jaringan terdistribusi
terstruktur hirarki, yang dapat dipastikan bahwa semua sistem yang
memiliki sambungan kesebuah sistem lanjutan pada jaringan backbone,
juga memiliki sambungan kejaringan lainnya.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Yang dimaksud dengan “menginduk pada portal nasional” ialah
menyediakan tautan (link) dan sarana integrasi serta memanfaatkan portal
nasional.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Halaman 15 dari 19
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “ aplikasi bersifat kode sumber terbuka” ialah
aplikasi yang dibangun dengan kode sumber terbuka (open source), yang
seluruh komponen kode sumber aplikasinya tidak bersifat kompilasi.
Ayat (5)
a.
Yang dimaksud dengan “dokumen kebutuhan perangkat lunak” ialah
dokumen yang menyatakan fitur yang harus ada dalam perangkat
lunak.
b.
Yang dimaksud dengan “dokumen arsitektur” berisi desain dari
perangkat lunak, termasuk di dalamnya keterkaitan dengan perangkat
lainnya.
c.
Yang dimaksud dengan “dokumen teknis” ialah dokumentasi kode,
algoritma, antarmuka, dan API.
d.
Yang dimaksud dengan “dokumen manual” ialah panduan bagi
pengguna akhir, sistem administrator, dan staf pendukung.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan “Hak Cipta” ialah hak eksklusif bagi pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasanpembatasan menurut peraturan perundang-undangan, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang tentang Hak Cipta.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 15
Yang dimaksud dengan “pembangunan dan/atau pengembangan aplikasi
e-government yang melibatkan lebih dari satu Instansi Pemerintah Pusat
dan Daerah” ialah pembangunan dan/atau pengembangan aplikasi egovernment, baik yang dilakukan antar-instansi Pemerintah Pusat, antarinstansi Pemerintah Daerah maupun antara Instansi Pemerintah Pusat dan
Daerah.
Pasal 16
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “repositori” ialah fasilitas untuk menyimpan
informasi elektronik secara terpusat, seperti dokumen elektronik, perangkat
Halaman 16 dari 19
lunak, kode sumber, dan pedoman dengan tujuan untuk memudahkan
penyimpanan, pengaksesan, pemeliharaan, dan pendistribusian.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
“Data dan informasi minimal” yang harus disediakan antara lain :
a. Jenis data dan informasi yang harus disediakan;
b. Klasifikasi data dan informasi, seperti data dan informasi yang
diberikan kepada masyakarat, pelaku usaha dan Instansi Pemerintah.
Dalam hal ini Menteri juga dapat menetapkan ketentuan mengenai
adanya pembatasan akses terhadap data dan Informasi;
c. Jangka waktu perbaruan data dan informasi, baik secara periodik
maupun secara real-time;
Pasal 20
Ayat (1)
“Hosting” ialah jasa layanan internet yang menyediakan sumber daya
server yang digunakan oleh organisasi atau individu untuk menempatkan
informasi di internet.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Halaman 17 dari 19
Pasal 21
Ayat (1)
Bahwa standar kompetensi dalam penyelenggaraan e-government
ditetapkan oleh instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai dengan
kebutuhan dan peraturan perundang-undangan.
Ayat (2)
Peningkatan kompetensi dapat dilakukan oleh:
a. Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah;
b. Kerja sama antar-instansi Pemerintah Pusat dan daerah;
c. Kerja sama antara Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dan pihak
lain.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Pemberian tunjangan fungsional, insentif, dan gaji bertujuan untuk
meningkatkan kinerja pegawai negeri sebagai apresiasi terhadap
penyelenggaraan e-government yang memerlukan pengetahuan dan
keterampilan khusus serta tanggung jawab yang besar.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pimpinan tertinggi sesuai dengan tingkatannya,
antara lain, bupati pada tingkat kabupaten, walikota pada tingkat kota,
gubernur
pada
tingkat
provinsi,
menteri
pada
tingkat
departemen/kementerian, jaksa agung, panglima Tentara Nasional
Indonesia, kepala Kepolisian Republik Indonesia.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4) :
Cukup jelas.
Halaman 18 dari 19
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Halaman 19 dari 19
Download