BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau Taksonomi tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.)Rukmana (2006) sebagai berikut : Kingdom : Plantae Devisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospremae Kelas : Dicotylodenae Ordo : Polypetalae Familia : Papilionacaea Genus : Vigna Species : Vigna radiata L. (Wilczeck) Koleksi plasma nutfahkacang hijau di Indonesia diperkirakan lebih dari 2000 varietas unggul yang sudah dilepas masih sedikit. Tanaman kacang hijau merupakan tanaman semusim yang berumur pendek (60 hari).Kerabat dekat kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk familia polong-polong (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi (Rukmana, 2006). Tanaman kacang hijau memilik batang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60 cm tergantung varietasnya,pada cabang kacang hijau menyamping pada batang utama terbentuk bulat dan berbulu, warna batang, cabangnya ada yang berwarna hijau dan ungu,biji kacang hijau merupakan lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Biji kacang hijau terdiri dari tiga bagian utama yaitu kulit biji (10%), kotiledon (88%) dan lembaga (2%). Bagian kulit biji kacang hijau mengadung mineral antara lain fosfor (P), kalsium (Ca), dan besi (Fe). Kotiledonbanyak mengandung pati dan serat, sedangkan lembaga merupakan sumber protein dan lemak (Purnomo, 2006). Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan dan bunga kacang hijau berwarna kuning tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang dan dapat menyerbuk sendiri (Tjitrosoepomo, 2000;Irawan, 2001). 2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Hijau 2.2.1 Iklim Rukmana (2006) menyatakan bahwa untuk dapat tumbuh dan berkembang kacang hijau menghendaki curah hujan yang optimal 50-200 mm/bln dengan temperatur 25-270C, kelembaban udara berkisar 50-80% dan cukup mendapatkan sinar matahari. Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki suasana panas selama hidupnya. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah hingga tinggi 500m di atas pemukan laut (dpl), tanaman kacang hijau dapat hidup didaerah curah hujan rendah dengan memanfaatkan sisa-sisa kelembaban bekas tanaman yang diairi sepenuhnya, misalnya padi, kacang hijau dapat tumbuh di segala macam tipe tanah, namun pertumbuhan terbaik pada tanah lempung dengan bahan organik tinggi (Rukmana, 2006). 2.2.2 Tanah Tanah yang disesuaikan tanaman kacang hijau adalah tanah yang liat berlempung, berdrainase baikdan cukup unsur hara N, P, K, Cadan unsur mikro, tanah yang terlalu subur dengan kandungan N-total (0.51-0,75 %) dan K-tersedia (0,61-1,00 C mol, kg-1) yang tinggi kurang baik untuk kacang hijau karena akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dan pembentukan polong berkurang (Sumarno, 2003). Tingkat keasaman tanah yang optimum untuk pertumbuhan kacang hijau antara pH 6,5 (Andrianto dan Indrianto, 2004). Kacang hijau dapat tumbuh pada semua jenis tanah sepanjang kelembaban dan tersedianya unsur hara yang cukup. Itu lahan yang akan dipergunakan harus dipersiapkan sebaik-baiknya. Lahan sawah setelah panen padi, tidak perlu dilakukan pengolahan tanah. Menurut Sunantara (2000) penyediaan lahan berupa dengan pemotongan jerami padi sesuai untuk budidaya kacang hijau setelah tanaman padi. Sementara itu pada lahan sawah yang agak lama tidak ditanami perlu dilakukan pengelohan tanah secara sempurna, untuk menghindari air tergenang pada musim hujan serta perlu dibuat saluran drainase dengan lebar dan kedalaman 20-30 cm dan jarak antara saluran maksimum 4 m (Atman, 2007). 2.3 Varietas Kacang Hijau Kutilang Kacang hijau varietas kutilangtipe determinet; produktivitas rata-rata mencapai 2,0 t ha-1 biji berwarna hijau mengkilat; ukuran biji besar (6 g/100 biji); tahan terhadap penyakit embung tepung; umur panen 60-67 hari. Kenari Tipe tegak; determinet; produktivitas rata-rata 1,64 t ha-1 (rentang hasil 0,8-2,4 t ha-1) (Balitkabi, 2012). Menurut Hapsari et al.(2015) sejak tahun 1945-2013 sebanyak 13 varietas kacang hijau yang dihasilkan berasal dari pemurnian atau seleksi galur introduksi (Bhakti, No.129, Merak, Nuri, Manyar, Walet, Gelatik, Merpati, Sriti, Kenari, Murai, Perkutut, dan Kutilang). Varietas unggulan mempunyai sifat berproduksi tinggi bila ditanam pada lingkungan yang optimal, umur pendek tahan serangan penyakit dan sifatmenguntungkan lainnya, varietas yang polongnya masak serempak adalah varietas kutilang. Hasil penelitian Raihana dan Wiliam (2006) menyebutkan bahwa penggunaan varietas kutilang dengan pemberian mulsa memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya. 2.4 Masalah Budidaya Kacang Hijau di Lahan Kering Lahan kering merupakan lahan dengan tingkat kesuburan dan produktivitas yang sangat rendah dan khusus pada lahan berlerang atau bergelombang berpotensi erosi tanah cukup besar. Suprapto et al., (2000) menyatakan bahwa usahatani di lahan kering masih banyak dihadapkan pada berbagai permasalahan seperti masalah air pengairan, tingkat kesuburan tanah, dan produktivitas lahan yang rendah, sehingga perlu diupayakan untuk meningkatkan produktivitas dari lahan kering tersebut melalui pemupukan baik pupuk anorganik maupun organik. Permasalahan dalam pengelolaan tanaman kacang hijau di lahan kering adalah masih rendahnya produktivitas hasil, rendahnya unsur hara dilahan kering dan air yang tersedia sangat kurang, kekeringan merupakan salah satu faktor penting yang berengaruh terhadap rendah dan tidak stabilnya tanaman kacang hijau, ketersedian air tanah yang sangat terbatas mengakibatkan pertumbuhan tanman terhambat dan dapat menyebabkan hasil tanaman rendah, kekeringan berat yang sebabkan rendahnya curah hujan serta distribusinya yang tidak merata di daerah beriklim kering menyebabkan kandungan air tanah cenderung berfluktuasi, karena terhambatnya pertumbuhan tanaman (Seopandie, 1996). Periode kritis tanaman merupakan periode pada saat itu tanaman sangat peka terhadap faktor lingkungan, dan diluar periode tersebut relatif berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun hasil tanaman (Moenandir, 2010). Adisarwanto et al., (1993) menyatakan bahwa pada stadia kritis tersebut terjadi kekurang air akan berpengaruh terhadap hasil dan akhir tanaman, stadia kritis pada tanaman kacang hijau merupakan: (1)perkecambahan, (2) pembungaan, (3) pembentukan polong, (4) pengisian biji. 2.5 Sifat Kimia Tanah 2.5.1 pH Tanah Keasaman tanah atau pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral dan alkalin, suatu tanah disebut masam apabila pH nya kurang dari 7, netral bila sama dengan 7 dan basa bila lebih dari 7 (Hakim et al., 1986). Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen (H+) di dalam tanah, makin tinggi kadar ion H+di dalam tanahsemakin masam tanah tersebut di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya sebanding dengan banyaknya H+. Tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-. Tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+ bila kandungan H+sama dengan OH-maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH 7, didalam tanah pH sangat penting dalam menentukan aktivitas dan dominasi mikroorganisme dalam hubungannya dengan proses-proses sangat erat hubungannya dengan mikroorganisme seperti siklus hara (nitrifikasi, denitrifikasi, dll), penyakit tanaman, dekomposisi dan sintesa kimia organik dan transport gas ke atmosfer mikrobia seperti metan, CH4 (Hakim et al., 1986). 2.5.2 Nitrogen (N) Nitrogen tanah sebagaian besar berada dalam bentuk N organik maka pelapukan N organik merupakan proses yang menjadikan N tersedia bagi tanaman. Nitrogen dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila keadaan baik ammonium dioksidasikan menjadi nitrit kemudian nitrat (Hrdjowigeno, 2007). Tanaman mengambil nitrogen terutama dalam bentuk NH4+ dan NO3-. Ion-ion di dalam tanah pertanian berasal dari pupuk-pupuk N yang diberikan serta bahan organik tanah. Jumlahnya tergantung dari jumlah pupuk yang diberikan dan kecepatan perombakan dari bahan-bahan organik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). 2.5.3 Phospor (P) Unsur Phospor berperan dalam proses pemecahan karbohidrat untuk energi. Penyimpanan dan peredarannya keseluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP. Unsur P berperan dalam pembelahan sel melalui peranan nukleoprotein yang ada dalam inti sel, selanjutnya berperan dalam menentukan sifat-sifat kebakaan dari generasi ke generasi melalui peranan DNA (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). 2.5.4 K-tersedia Jumlah Kalium dalam tanah jauh lebih banyak daripada phospor. Ketersediaan Kalium di dalam tanah cendrung tidak stabil karena Kalium diikat dalam bentuk-bentuk yang kurang tersedia, jumlah Kalium yang dapatdipertukarkan atau tersedia bagi tanaman tidak melebihi 1 % dari seluruh Kalium tanah (Foth, 1985). 2.6 Peranan Pupuk Dolomit untuk Perkembangan Kacang Hijau Derajat keasaman tanah pH sangat menentukan tingkat ketersediaan unsur hara bagi tanaman dan perkembangan bakteri Rhizobuim dalam tanah. Derajat pH yang baik untuk pertumbuhan kacang hijau adalah 6 sampai 6,5.Tanaman kacang hijau masih dapat tumbuh dengan pH 5,8 tetapi hasilnya rendah bila dibandingkan dengan pH tanah 6 sampai 6,5 (Sumarno, 2003). Penanaman yang di lakukan pada tanah pH rendah perlu dilakukan peningkatan pH dengan cara pengapuran, pengapuran dapat diberikan kapur pertanian atau dolomit. Dolomit juga sebagai sumber unsur hara Ca dan Mg masing-masing sebesar 30% dan 19% (Winarso, 2005). Pemberian dolomit pada tanah asam bermanfaat terhadap pertumbuhan kacang hijau, hal ini disebabkan karena kacang hijau memerlukan Ca dan Mg untuk pembentukan polong dan dolomit juga bisa meningkatkan kandungan Mg dalam tanah sehingga proses fotosintesis bisa berjalan dengan baik. Dolomit umumnya diberikan dengan dosisi 200-400 kg ha-1 dan diberikan dalam tanah. Kuswandi (1993) menyatakan bahwa dolomit lebih baik karena tidak hanya mengandung unsur Ca tetapi juga mengandung unsur Magnesium. Jumlah dolomit yang diberikan tergantung pada pH tanah awal, pH yang diinginkan, jenis tanah dan jenis tanaman. Tanah pH 4,0 dibutuhkan dolomit 10,25 t ha-1 untuk tanaman jangung, tanah pH 4,2 dibutuhkan dolomit 9,28 t ha-1 untuk tanaman kacang tanah, sedangkan pH tanah 5,2 dibutuhkan 4,54 t ha-1 untuk tanaman kedelei (Gunawan, 2006). Adyono (2005) menyatakan bahwa pengaruh pemberian kapur dolomit dan Ca pada tanaman kacang hijau tidak memperlihatkan perbedaan pada komponen hasil yang diamati yaitu pada pemberian dolomit 2-4 t ha-1. Perlakuan dolomit berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah cabang primer, umur tanaman berbunga, perlakuan terbaik yaitu 15 g (2 t ha-1). Hasil penelitian Gunawan (2006) dolomit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat 100 biji, berat biji kering perplot dan berat kering tanaman. Berat biji kering pada perlakuan tanpa dolomit hanya menghasilkan 11,03 g yang berbeda nyata dengan perlakuan dolomit 445 g (9,28 t ha-1) dengan hasil 16,20 g. 2.7 Peranan Pupuk Organik terhadap Sifat Kimia Tanah Kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2%, agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka seolah pengelohan tanah penambahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun agar kandungan bahan organik sangat erat kaitannya dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah (Mustofa, 2007; Anonim 2008). Pupuk kandang sapi adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak sapi, baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kecing (urine), kualitas pupuk kandang beragam, tergantung pada jenis umur, kesehatan ternak dan kadar air serta jumlah pakan yang dikonsumsi (Soepandi 1983). Pupukkandang sapi mempunyai kadar K-tersedia 1,03%, N-total 0,92%, P-tersedia 0,23%, Ca-tanah 0,38%, Mg 0,38%, yang akan dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Unsur hara yang dilepaskan seperti Kalium mempunya fungsi seperti translokasi gula pada pembentukan pati dan protein, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa generatif (Novizan, 2001). Kualitas pupuk kandang ditentukan oleh beberapa faktor seperti jenisternak, umur dan keadaan hewan, sifat dan jumlah amparan, serta cara penyimpanan pupuk sebelum dipakai. Padatan yang terdapat dalam pupuk kandang terdiri dari senyawa organik serupa dengan bahan makanannya, antara lain selulosa, pati dan gula, hemiselulosa dan lignin seperti yang kita jumpai dalam humus ligno-protein.(Brady, 1990 dalam Suntoro, 2003). Hasil penelitian Suntoro (2003) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang dengan dosis 9,5 t ha-1, mampu meningkatkan hasil biji kacang tanah 38,72% dengan hasil 2,13 t ha-1, dan efek residunya untuk musim tanam berikutnya, mampu memberikan hasil lebih tinggi yaitu sebesar 2,6 t ha-1. Peneliti yang lain melaporkan penambahan dengan dosis 30 t ha-1 mampu memberikan hasil padi gogo 5,93 t ha-1 (Mertikawati et al.,1999). Tanaman kedelai dilaporkan pengunaan pupuk kandang sapi 20 t ha-1 mampu memberikan hasil biji 1,21 t ha-1 (Wiskandar, 2002). BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPDAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Kacang hijau merupakan tanaman palawija yang sangat penting dikalangan petani, perdaganganya sangat meluas dan telah menjangkau berbagai belahan dunia. Rukmana (2006) menyatakan bila dibandingkan dengan kacangkacang lain, kacang hijau memiliki kelebihan antara lain, berumur genjah, lebih toleran kekeringan, dapat ditanaman dilahan yang kurang subur, serta mudah untuk dibudidayakan. Permintaan kacang hijau yang tinggi menyebabkanpetani lebih intensif dalam membudidayakan tanaman tersebut. Permasalahan seperti lahan yang kurang subur, pH tanah yang rendah serta lahan yang relatif sempit membuat hasil tanaman cenderung menurun, yang terjadi pada varietas kacang hijau lokal Timor Leste. Sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan lahan pertanian dan menemukan varietas yang mampu beradaptasi dan mempunyai produksi tinggi. Budidaya kacang hijau terkendala oleh pH tanah di lokasi penelitian 5,7 yang tergolong pada kategori rendah, sesuai dengan hasil analisis tanah dari Laboratorium Tanah Universitas Udayana (Lampiran 1) yang menunjukkan bahwa Phospor berada pada kategori yang sangat rendah sebagai akibat dari rendahnya pH tanah sehinga sebagian unsur hara Phospor diikat oleh unsur Al dan Fe. Memperhatikan kondisi tersebut maka upaya yang dilakukan yaitu berusaha meningkatkan pH tanah dengan menggunakan kapur dolomit, yang komposisinya mengandung Ca sekitar 30% dan Mg 19%, dengan peningkatan pH maka diharapkan akanada pelepasan unsur hara Phospor. Phospor sangat berperan dalam proses pembungaan serta berfungsi untuk mencegah terjadinya perontokan bunga. Penggunaan pupuk dolomit tanpa diimbangi dengan perbaikan sifat kimia tanah maka tidak akan memberikan dampak yang sempurna, sehingga bisa dipadukan dengan penggunaan pupuk organik berupa pupuk kandang sapi. Pupuk kandang sapi juga dapat meningkatkan unsur hara serta perbaikan sifat kimia berupa kandunganN, P, K dan kemampunya menyimpan air tanah. Salah satu peran pupuk organik seperti pupuk kandang sapi yaitu berupa buffer (penyangga) sehingga pH tanah tetap terkontrol dengan pelepasan asam-asam organik hasil dekomposisi dari pupuk organik secara perlahan. Penggunaan pupuk kandang sapi dan kapur dolomit diharapkan mampu meningkatkan pH tanah serta memberikan pupuk kandang sapi dapat memberikan pengaruh terhadap perbaikan kimia, yang akan ditunjukkan dengan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau yang diteliti. Lebih lanjut hasil penelitian tidak hanya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kacang hijau namun dapat menjadi sesuai untuk semua tanaman yang akan dibudidayakan. Secara lengkap kerangka berpikir disajikan pada Gambar 3.1 berikut : Kesuburankimia tanah yang rendah Hasil kacang hijau rendah Upaya peningakatan menggunakan pupuk dolomit dan pupuk kadang sapi Pupuk dolomit dari batu kapur (karena dolomit bisa menetralkan pH tanah dan pupuk kandang sapi sumber bahan organik, rasio C/N yang rendah, serta mudah dan murah diaplikasikan Pemberian dosis yang sesuai akan meningkatkan nilai efisiensi dari pupuk dolomit dan pupuk kandang sapi baik untuk tujuan perbaikan kimia tanah kualitas tanah maupun peningkatan hasil tanaman. Pemberian dosis sangat menentukan pelepasan hara oleh pupuk ke dalam tanah, beberapa hasil penelitian membuktikan pemberian dosis yangberbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula untuk tanah dan tanaman, hal ini erat berkaitannya dengan cepat atau lambatnya dekomposisi. Pengaruh pemberian dosis pupuk dolomit dan pupuk kandang sapi diharapkan mampu memperbaiki sifat kimia tanah dan hasil tanaman kacang hijau yang akan ditunjukkan dengan : Perbaikan sifatkimia tanah : yaitu memperbaiki, peningkatan N, P, K, dan C-organik dalam tanah. Adanya pengaruh yang ditunjukkan terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau (tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun) serta peningkatan produksi tanaman kacang hijau (berat kering tanaman, jumlah polong tanaman, jumlah biji, bobot biji, bobot biji kering) Gambar 3.1 Kerangka Berpikir 3.2 Konsep Penelitian Perbaikan kesuburan tanah dan upaya peningkatan produksi kacang hijau Menggunakan pupuk dolomit dan pupuk kandang sapi pada dosis yang berbeda Dolomit mengandung Mg dan Ca yang banyak digunakan sebagai bahan pengapur pada tanahtanah masam untuk menaikkan pH tanah serta penggunaan pupuk kandang sapi untuk perbaikan sifat kimia tanah \ Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari dosis pupuk dolomit dan pupuk kandang sapi dengan 3 ulangan. Dosis pupuk dolomit : 1. D0 = 0 kg ha-1(0 g petak-1) 2. D1 = 160 kg ha-1(0,12 kg petak-1) 3. D2 = 320 kg ha-1(0,24 kg petak-1) 4. D3 = 480 kg ha-1(0,36 kg petak-1) Dosis pupuk kandang sapi : P0= 0 t ha-1(0 kg petak-1) P1 = 10 t ha-1(7,5 kg petak-1) P2 = 20 t ha-1(15 kg petak-1) P3 = 30 t ha-1(22,5 kg petak-1) Tahapan Penelitian Persiapan Lahan Persiapan pupuk dolomit dan kandang sapi Penanaman Pemeliharaan Panen Gambar 3.2 Konsep Penelitian 3.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah serta kerangka konsep penelitian maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: 1. Terjadi interaksi antara pupuk dolomit dan pupuk kandang sapi terhadap perbaikan sifat kimia tanah dan hasil tanaman kacang hijau. 2. Diperoleh dosis pupukdolomite yang terbaik untuk perbaikan sifat kimia tanah dan peningkatan hasil tanaman kacang hijau. 3. Diperoleh dosis pupuk kadang sapi yang terbaik untuk perbaikan sifat kimia tanah dan peningkatan hasil tanaman kacang hijau. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Percobaan Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor yang disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah dosis dolomit dengan 4 taraf dan faktor kedua adalah dosis pupuk kandang sapi dengan 4 taraf. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut: Dosis dolomit terdiri dari: D0 = 0 kg ha-1 (0 g petak) D1 = 160 kg ha-1 (0,12 kg petak) D2 = 320 kg ha-1 (0,24 kg petak) D3 = 480 kg ha-1 (0,36 kg petak) Dosis pupuk kandang sapi (P): P0= 0 t ha-1 (0 kg petak) P1 = 10 t ha-1 (7,5 kg petak) P2 = 20 t ha-1 (15 kg petak) P3 = 30 t ha-1 (22,5 kg petak) Percobaan ini terdiri atas 16 kombinasi perlakuan dan masing-masing diulang tiga kali, sehingga terdapat 48 petak percobaan. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Percobaan ini merupakan percoban lapangan yang dilaksanakandi lahan kering di Distritu Baucau, mulai bulan Januari 2016 sampai dengan bulan Maret 2016. Ketinggian tempat percoban 750 m di atas permukan laut (dpl). Analisis tanah pada lokasi percobaan dilakukan dilaboratorium Ilmu Tanah, Prodi Agroekoteknoologi Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar-Bali. 4.3 Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan benih kacang hijau varietas kutilang, kapur dolomit, pupuk kandang sapi dan bahan analisis laboratorium. Alat yang digunakan dalam pelaksanaan percobaan ini meliputi:bor tanah, cangkul sekop, meteran, penggaris, ajir, papan naman perlakuan, tugal, timbangan analitik, handspryer, spidol, alat tulis, kertas label, gunting, papan nama perlakuan, tali rafiah dan plastik serta alat-alat analisis di laboratorium. 4.4 Pelaksanaan Percobaan 4.4.1 Persiapan Lahan Persiapan lahan meliputi pengolahan tanah dicangkul sebanyak dua kali agar menjadi gembur, kemudian diratakan, selanjutnya dibagi menjadi empat blok sesuai dengan ulangan, masing-masing perlakuan dibuatsebanyak 3 ulangan, sehingga terdapat 48 petak percobaan sesuai dengan rancangan yang telah di tentukan, masing-masing petak berukuran 3 m x 2,5 m dengan jarak antara petakan dalam satu ulangan 20 cm serta jarak antara blok 1 m. 4.4.2 Pemupukan Pemupukan dengan pupuk dolomit, diawali dengan persiapan yaitu menimbang pupuk dolomit dengan dosis yang telah diterapkan terlebih dahulu, tanah yang sudah diolah diberikan dolomit dengan dosis D0 = 0 kg ha-1 (0 g petak1 ), D1 = 160 kg ha-1 (0,2 kg petak-1), D2 = 320 kg ha-1 0,24 kg petak-1), D3 = 480 kg ha-1 (0,36 kg petak-1), sesuai dengan perlakuan yang ditetapkan, kemudian dicampur hingga rata dan didiamkan selama 2 minggu. Kemudianpupuk dolomit di taburkan ke atas tanah yang telah dipersiapkan (petakan) dengan cara disebarkan secara merata, kemudian dipupuk dengan pupuk kandang sapi dengan dosis P0= 0 t ha-1 (0 kg petak-1), P1 = 10 t ha-1 (7,5 kg petak-1), P2 = 20 t ha-1 (15 kg petak-1), P3=30 t ha-1 (22,5 kg petak-1). Sesuai dengan petakan perlakuan yang ditetapkan, ditempatkan antara baris tanaman dengan jarak 5 cm dari lubang tanam, yang diberikan pada saat tanam (Adisarwanto, 2000). . II I 0,5m III 3m 1m D3P3 D1P3 D3P1 D1P1 D1P2 D3P1 D1P2 D2P3 D1P3 D1P2 D1P1 D2P2 D3P2 D2P1 D0P0 D2P0 D1P0 D3P2 D0P1 D2P0 D1P2 D3P2 D2P0 D0P1 D2P2 D1P1 D0P3 D1P0 D1P3 D2P3 D0P3 D0P2 D0P1 D2P1 D0P0 D0P3 D0P0 D1P0 D2P2 D2P3 D2P1 D3P3 D3P1 D3P0 D3P3 D3P0 D3P0 D0P2 Keterangan: I, II, III D0 D1 D2 D3 : Ulangan : 0 kg ha-1 (tanpa dolomit) : 160 kg ha-1 :320 kg ha-1 : 480 kg ha-1 P0 P1 P2 P3 : 0 t ha-1(tanpa kadang sapi) : 10 t ha-1 : 20 t ha-1 : 30 t ha-1 Gambar 4.1 Denah tata letak petak percobaan 2,5 m 3m X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 20 cm X 2,5 m 40 cm X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 7,5 cm 20 cm Keterangan: Ukurang Petak : 3 m x 2,5 m Jarak Tanam : 40 cm x 20 cm X : Tanaman kacang hijau X : Tanaman sampel : Ukuran ubinan 1 m x 1,6 m Gambar 4.2 Tata Letak Tanaman dalam Petakan Percobaan 4.4.3 Penanaman Penanaman dilakukan dengan cara tugal dengan menempatkan 2 benih per lubang. Penanaman dilakukan setelah tanah diolah dan diberi pupk dolomit dan pupuk kandang sapi, benih kacang hijau akan ditanam terlebih dahulu direndam selama 3 hari dengan air sampai benih kacang hijau berkecambah. Kemudian dikeringkandengan diangin-anginkan kurang lebih 1-4 jam dan benih siap ditanam, jumlah biji yang ditanam sebanyak 2 biji per lubang dan setelah umur 14 hari tanaman diperjarang dan dipertahankan tumbuh 1 tanaman per lubang, kacang hijau ditanam dengan jarak 40 cm x 20 cm, populasi tanaman kacang hijau per petak adalah 48 tanaman.Penanaman benih dengan cara tugal kedalam permukanan tanah, kemudian ditimbun rapat agar benih tidak rusakpenyulaman dapat dilakukan sebelum tanaman berumur 17 hari, jika terdapat tanaman yang mati 4.4.4 Penyiraman Penyiraman dilakukan sebelum tanam dengan tujuan membasahi dan menggemburkan tanah dan selanjutnya disirami setiap dua hari pada bulan pertama (fase vegetatif).Setelah tanaman melewati masa vegetatife tanaman pada 1 bulan setalah tanam dan memasuki masa generatife, fase berbunga jumlah air yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. 4.4.5 Panen Panen dilakukan saat polong berwarna coklat kehitaman, Pemanenan dilakukan dengan cara dipetik, kemudian polong segera dijemur selama 2-3 hari hingga kulit mudah terbuka. Biji dikeluarkan dari kulitnya dengan cara dipukul yang dilakukan dalam kantong kain untuk menghindari kehilangan hasil. 4.5 Variabel Pengamatan 4.5.1 Variabel pertumbuhan dan Komponen Hasil 1. Tinggi Tanaman (cm) Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari permukaan tanah sampai titik tumbuh batang utama. Pengamatan dilakukan 2 kali pada saat tanaman kacang hijau umur 30 hst dan pada saat berbunga. 2. Jumlah daun (helai/pertanaman) Pengamatan jumlah daun tanaman dilakukan pada saat tanaman kacang hijau umur 30 hst dan pada saat berbunga.Daun yang dihitung adalah daun trifoliat. 3. Indeks luas daun (ILD) Pengamatan indeks laus daun dilakukan pada saat tanaman kacang hijau berbunga. Indeks luas daun diperoleh dengan membagi luas daun per tanaman dibagi dengan luas areal yang diduduki oleh tanaman tersebut. Luas daun adalah panjang x lebar daun maksimal x konstanta. Untuk mencari konstanta harus menggunakan kertas millimeter blok dibagi dengan panjang x lebar daun maksimal (Gomez, 1972). ILD = panjang x lebar daun maksimal x konstanta .............................(1) jarak tanam 4. Berat Basah Brangkasan (pertanaman) Pengamatan berat segarbrangkasan/tanaman (g)diperoleh dengan cara menimbang seluruh bagian tanaman di atas tanah, kecuali biji tanaman dalam ubinan dibagi dengan jumlah tanaman dalam ubinan. Berat segar brangkasan/tanaman(g) beratsegar brangkasan / ubinan (g) = …………………………(2) jumlahtanaman /ubinan 5. Bobot Kering Oven Brangkasan (pertanaman) Berat kering oven brangkasan/tanaman dicari dengan cara menimbangsampel brangkasan segar sebanyak 100 g kemudian ° dikeringkan dalam oven pada suhu 80 C sampai beratnya konstan. Beratsampel tersebut kemudiandikonversi menjadi berat kering oven/tanaman, BKO brangkasan/tanaman(g). = brangkasan/tanaman (kg) BKO sampel (g) …….....……(3) x 100 g sampel (g) jumlah tanaman/ ubinan 6. Jumlah Polong (g/tanaman) Jumlah polong per tanaman diperoleh dengan menghitung semua polong isi pada ubinan saat panen dibagi dengan jumlah tanaman dalam ubinan. polong isi dihitung apabila dari 50% polong terisi biji. Jumlah polong/tanaman = jumlah polong / ubinan .........................(4) jumlah tanaman / ubinan 7. BeratKering Jemur Biji Kering (g/tanaman) Berat kering jemur biji diperolah dengan cara menjemur biji kacang hijau dari ubinan lalu di timbang, sehingga dibagi dengan jumlah populasi ubianan kemudian dikonversikan ke berat biji kering jemur. 8. BeratKering Oven Biji (g/tanaman) Berat biji kering oven/tanaman diperoleh dengan cara menimbang berat bijihasil ubinan dibagi jumlah populasi ubinan kemudian dikonversi ke berat bijikering oven dengan formula: Berat biji kering oven/tanaman = b. basah biji/tanam an xbko 100 biji (g) …………………..(5) b. basah 100 biji (g) 9. Berat Kering Jemur 100 biji Unutuk mendapatkan berat kering 100 biji tanaman kacang hijau dipanen terus dijemur sampe kering kemudiandikupas lalu dihitung biji kacang hijau sampe dengan 100 bijidari hasil populasi ubinan, terus ditimbang untuk mendapatkan hasil dari berat kering 100 biji. 10. Berat Kering Oven 100 biji Berat 100 biji kering oven diperoleh dengan cara menimbang 100 biji hasilubinan yang telah dikering oven pada suhu 800C sampai beratnya konstan. 4.5.3 Variabel tanah yang diamati 1. Ca-tersedia Pengamatan Ca-tersedia setelah panen. Sempel tanah diambil pada kedalam 0-20 cm tiap petak percobaan dan dianalisis di laboratorium. 2. N-total tanah (%), C-organik (%) dan pH N-total (%), C-organik tanah (%) dan pH tanah diamati pada saat panen. Penentuan N-total dan C-organik tanah dilakukan dengan mengambil sampel tanah dari masing-masing petak perlakuan sebanyak 500 g kemudian dikeringkan, diayak halus dan dilakukan analisis di laboratorium. Metode yang digunakan untuk penepatan N-total yaitu metode Kjeldah, sedangkan C-organik dengan metode Walkey and Black. 4.6 Analisis Data Data yang dikumpulkan dianalisis secara statistika dengan menggunakan metode analisis sidik ragam, terdapat pengaruh perlakuan yang nyata terhadap variabel yang diamati, maka analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995).