BODY IMAGE AT THE END OF WHICH DOES ADOLESCENT PRINCESS INJECTING THIN. NANI PRATIWI, Dona Eka Putri, S.Psi. M.Psi Undergraduate Program, 2009 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id key words: adolescent ABSTRACT : Adolescence is a time of transition someone from the children become adults. At this time, one starts to realize ourselves and give a big attention to body image. Attention to body image may seem greater in young girls. At present pulled at least one identified body skinny or slim. This resulted in a lot of teenagers who perform weight management efforts. One way to do is inject thin. The purpose of this research is to determine the body image in adolescent girls who have the treatment and thin, how is the body image in adolescent girls who have the treatment skinny. The method used in this research is a qualitative approach and case study. Subjects examined in this study is injecting teenage skinny and have a negative body image. While the research data collection tool used a tape recorder and stationery. Based on research that has been made the subject of a negative body image that this can be seen from the components of the subject's body image. The subject did not feel comfortable on the body fat and thin needle to beautify the body and relieve discomfort. The results showed that the reason the subject did thin needle, in addition to the subject are not satisfied with your weight and body shape as a whole, subjects also were dissatisfied with specific body parts. Dissatisfaction decreased after injecting a subject to thin, but the subject still feels that he has a fat body and wanted to drain his body again. Perceived body image factors individual to certain body parts or accuracy of individual assessments of the size, shape and weight (in addition to not feel satisfied with their body size, the subjects were also not satisfied on the thighs and belly. Interpersonal factors that influence body image The subject is the attitude of mothers towards their own bodies and the body of the Subject, peers such as friends who have a skinny body. strangers (which is often encountered in the crowd of subjects that affect the subject's body image), and newspaper idol, body dissatisfaction Subjects also influenced by the magazine that she read. CITRA TUBUH PADA REMAJA PUTRI MELAKUKAN SUNTIK KURUS NANI PRATIWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAK Masa remaja merupakan masa transisi seseorang dari anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini, seseorang mulai sadar diri dan memberikan perhatian yang besar terhadap citra tubuh. Perhatian terhadap citra tubuh tersebut terlihat lebih besar pada remaja putri. Saat ini menarik tidaknya seseorang diidentikkan tubuh kurus atau langsing. Hal ini mengakibatkan banyak sekali remaja yang melakukan usaha pengurusan berat badan. Salah satu cara yang dilakukan adalah suntik kurus. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui citra tubuh pada remaja putri yang melakukan suntik kurus, bagaimana gambaran citra tubuh pada remaja putri yang melakukan suntik kurus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif berupa studi kasus. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah remaja putri yang melakukan suntik kurus dan memiliki citra tubuh yang negatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah metode wawancara dengan pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara dan observasi nonpartisipan. Sedangkan alat bantu pengumpulan data penelitian menggunakan alat perekam dan alat tulis. Berdasarkan penelitian yang yang telah dilakukan subjek memiliki citra tubuh yang negatif hal ini dapat dilihat dari komponen citra tubuh subjek. Subjek tidak merasa nyaman terhadap tubuhnya yang gemuk dan melakukan suntik kurus untuk memperindah tubuhnya dan menghilangkan rasa ketidaknyamanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan subjek melakukan suntik kurus, selain subjek merasa tidak puas dengan berat badan dan bentuk tubuhnya secara keseluruhan, subjek juga merasa tidak puas dengan bagian tubuh tertentu. Ketidakpuasan tersebut menurun setelah subjek melakukan suntik kurus, akan tetapi subjek masih merasa bahwa dirinya memiliki tubuh yang gemuk dan ingin memperkurus tubuhnya lagi. Gambaran citra tubuh subjek, subjek merasa sangat gemuk dan ingin melakukan suntik kurus terhadap tubuhnya ,faktor ini mengungkapkan pikiran dan perasaan subjek mengenai tubuhnya, perilakunya diarahkan untuk mencapai bentuk tubuh yang lebih ideal seperti diet dan lain-lain (subjek pernah melakukan diet sebelum subjek melakukan suntik kurus). Faktor citra tubuh yang dipersepsi individu terhadap bagian-bagian tubuh tertentu atau akurasi penilaian individu terhadap ukuran, bentuk dan berat (selain tidak merasa puas dengan ukuran tubuhnya, subjek juga tidak merasa puas pada bagian paha dan perutnya. Faktor-faktor interpersonal yang mempengaruhi citra tubuh Subjek adalah sikap ibu terhadap tubuhnya sendiri dan tubuh Subjek, teman sebaya seperti teman-temannya yang mempunyai tubuh yang kurus. orang tak dikenal (yang sering Subjek jumpai di tempat keramaian yang mempengaruhi citra tubuh Subjek), tokoh idola dan media massa, ketidakpuasan terhadap tubuh Subjek juga dipengaruhi oleh majalah yang ia baca. juga mulai sadar diri dan memberikan perhatian yang besar pada citra tubuh (Papalia, 2004) dan perhatian terhadap citra tubuh tersebut terlihat lebih besar pada Kata kunci: Citra Tubuh, Remaja Akhir Putri, Suntik Kurus remaja putri (Attie & Brooks-Gunn, dalam Graber, 1994). Citra tubuh merupakan persepsi, perasaan dan pikiran seseorang mengenai PENDAHULUAN A. tubuhnya, menilai apakah tubuhnya menarik atau tidak dan emosi yang Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi berkaitan dengan bentuk dan ukuran tubuh seseorang dari anak-anak menjadi dewasa. seseorang (Grogan, Muth & Cash, dalam Remaja dihadapkan oleh banyak sekali Grogan 2006). tantangan selama masa transisi ini (Feldman Andri (2008) mengatakan bahwa dkk, dalam Graber, 1994). Perubahan secara gangguan citra tubuh merupakan bagian dari fisik kognisi dan juga sosial merupakan gangguan obsesif kompulsif, di mana suatu tantangan yang dapat mengubah pikiran obsesif tentang penampilan tubuh segala aspek kehidupan remaja (Graber, dibarengi dengan tindakan kompulsif selalu 1994). Secara fisik remaja mengalami melihat ke cermin. Perbedaannya terletak perubahan yang cukup drastis pada tinggi bahwa gangguan citra tubuh berfokus pada dan berat badan, proporsi dan bentuk tubuh penampilan sedangkan gangguan obsesif juga dalam hal kematangan seksual (Papalia, kompulsif 2004). Remaja juga mengalami peningkatan kontaminasi. Hal ini untuk menilai apakah secara kognitif menurut Piaget, yaitu tahap terdapat gangguan citra tubuh pada mereka. konkrit operasional, yang menyebabkan Bila ternyata ada maka segala usaha untuk remaja memperbaiki diri mereka juga tidak akan dapat berpikir Perubahan secara kognisi abstrak remaja juga berhasil berfokus dan membuat pada puas, bahaya karena menyebabkan remaja lebih sadar akan sebenarnya yang menjadi masalah adalah dirinya dibandingkan bukan hasilnya atau bagaimana fisik mereka dengan anak-anak dan lebih memikirkan terlihat, tetapi lebih terhadap pandangan tentang mereka terhadap citra tubuh mereka sendiri. (self-conscious) pemahaman dirinya. Remaja menjadi lebih introspektif, dimana hal ini merupakan bagian dari kesadaran diri Saat ini menarik atau tidaknya mereka dan bagian dari eksplorasi diri seseorang diidentikkan dengan tubuh kurus (Santrock, 2003). Pada masa ini, seseorang atau langsing. Masyarakat menyamakan tubuh kurus dengan cantik dan menarik pada mengkonsumsi berbagai suplemen diet. wanita (Ricciardeli, 2001). Hal tersebut Rasa tidak puas terhadap kasus tertentu diantaranya kontes dapat mendorong seseorang pada gaya kecantikan yang semakin marak diadakan hidup yang sehat misalnya saja dengan mulai dari tingkat daerah hingga tingkat melakukan kegiatan olahraga (Grogan dkk, nasional. Media masa pun semakin berpacu dalam mengadakan kontes yang serupa, kontes tersebut tersebut bahwa menguntungkan jika ketidakpuasan tersebut penampilan fisik bukan penilaian utama, mendorong seseorang untuk menjalani pola namun tetap saja fisik merupakan faktor makan yang sehat (Thompson dkk 1999). dapat dilihat dari mendeklarasikan Grogan, juga 2006). bisa Ketidakpuasan menjadi baik dan penentu yang sangat penting. Misalnya saja salah satu kontes yang diadakan oleh suatu majalah remaja yang sejak seleksi awal mensyaratkan kriteria fisik tertentu seperti tinggi dan berat badan, ukuran pakaian, lingkar pinggang, lingkar dada dan lingkar Salah satu cara yang digunakan untuk meraih gambaran tubuh ideal tersebut adalah suntik kurus. Suntik kurus adalah istilah yang biasa digunakan masyarakat untuk suatu cara yang digunakan untuk menguruskan badan dengan menyuntikkan pinggul. zat tertentu kedalam tubuh. Suntik kurus Thompson dkk (1999) media masa juga turut mempengaruhi remaja putri merupakan metode yang digunakan untuk memperkecil ukuran tubuh dengan memandang tubuhnya dengan membangun menyuntikkan suatu zat yang memiliki efek citra bahwa tubuh yang ideal adalah berkulit sistematis (obat akan beredar keseluruh putih, bertubuh langsing, berpayudara besar. tubuh). Media cetak biasa menampilkan modelmodel yang memiliki kriteria tersebut. Televisi, seperti media cetak, juga turut mempromosikan ide bahwa tubuh ideal adalah tubuh yang kurus baik dari film Departemen Kesehatan Kanada, pada akhir tahun 2004 memerintahkan untuk memberhentikan penggunaan suntik kurus (fat burning injection). Dr.Waiyne Carmen, dokter maupun iklan. bedah plastik di Torronto, mengatakan bahwa belum ada penelitian Cara-cara yang biasa digunakan untuk mendapatkan biasa lipostabil/fat burning injection cukup aman dilakukan antara lain dengan melakukan untuk digunakan. Menurut penelitian medis pengaturan pola makan atau diet, melakukan sebenarnya tidak disarankan melakukan aktivitas suntik kurus, namun penelitian lainnya tubuh fisik ideal seperti yang yang cukup untuk mengatakan bahwa olahraga dan menyatakan bahwa sunik kurus merupakan cara menguruskan tubuh yang cukup aman. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan suntik kurus di Indonesia masih 2. Bagaimana citra tubuh subjek yang melakukan suntik kurus? 3. Mengapa subjek memiliki citra tubuh yang demikian kontroversial. Menurut C. Tujuan Penelitian Toja (2005) semakin banyaknya remaja, khususnya remaja putri, yang merasa tidak puas dengan tubuhnya bahkan hingga melakukan suntik kurus yang keamanannya sedikit dipertanyakan membuat mengetahui lebih banyak peneliti lanjut masih ingin Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan subjek melakukan suntik kurus, gambaran citra tubuh remaja akhir putri yang melakukan suntik kurus dan hal apa yang menyebabkan subjek memilki citra tubuh yang demikian. mengenai D. Manfaat Penelitian bagaimana sebenarnya citra tubuh yang mereka miliki. Penelitian ini berfokus pada Manfaat dalam penelitian ini adalah : remaja putri karena remaja putri memang lebih merasa tidak puas dengan tubuhnya 1. Manfaat Teoritis dibanding remaja putra. Sedangkan remaja Hasil penelitian diharapkan dapat akhir dipilih karena syarat yang biasa memberikan diajukan untuk melakukan suntik kurus masyarakat umumnya pada remaja adalah berusia diatas 18 tahun. Penelitian ini putri yang melakukan suntik kurus dilakukan dan secara kualitatif guna masukan memberikan pada masukan yang mendapatkan gambaran secara nyata dan bermanfaat bagi perkembangan Ilmu menyeluruh mengenai gambaran citra tubuh Psikologi, yang sulit didapatkan jika menggunakan perkembangan dan Psikologi Klinis, metode kuantitatif. serta dapat menggali lebih dalam khusunya Psikologi tentang proses pembentukan citra B. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan subjek melakukan suntik kurus ? tubuh yang lebih khusus pada remaja putri yang melakukan suntik kurus 2. Manfaat Praktis Diharapkan ini memberikan masukan kepada orang tua penelitian untuk lebih memperhatikan bagaimana citra tubuh yang terbentuk atau pada remaja putri, khususnya remaja bagaimana pandangan sendiri untuk tampil putri yang melakukan suntik kurus. terhadap orang lain dan representasi internal Selain itu penelitian ini diharapkan dari tampilan luar, persepsi dari tubuh dan dapat menjadi sumber inspirasi untuk tampilan internal terkait dengan pemikiran mengembangkan dan perasaan dan bisa saja merubah perilaku pengetahuan mengenai pandangan remaja putri bagaimana melihat orang lain, pada situasi tertentu. mengenai tubuhnya. Penelitian ini Garisson (dalam Sihombing, 2003) juga diharapkan dapat memberikan masukan pada remaja, orang tua, guru, psikolog, maupun praktisi pemerhati remaja lainnya mengenai menyatakan bahwa citra tubuh sebagai suatu pengalaman psikologis individu yang berkaitan dengan tubuhnya, yang berfokus pada perasaan dan sikap-sikap individu citra tubuh remaja. tersebut terhadap tubuhnya. TINJAUAN PUSTAKA Citra tubuh juga dapat diartikan A. Citra Tubuh sebagai gambaran mental yang dimiliki 1. Pengertian Citra Tubuh Citra tubuh merupakan bagian seseorang terhadap (Wolman dalam tubuhnya sendiri Sihombing, 2003) dari konsep diri yang berupa gambaran sementara itu Unger dan Crawford (dalam seseorang mengenai tubuhnya (Atwater Sihombing, dan Duffy, 2005). Belakangan ini, istilah tubuh sebagai suatu evaluasi dan penilaian citra individu terhadap tubuhnya tubuh berkembang meliputi 2003) mendefinisikan citra bagaimana perasaan seseorang mengenai Citra tubuh adalah sikap seseorang tubuhnya, dan apakah individu tersebut terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak puas atau tidak dengan tubuhnya. Berikut sadar yang mencakup persepsi dan perasaan ini akan dijabarkan lebih lanjut mengenai tentang ukuran, bentuk, fungsi dan potensi citra tubuh. tubuh saat ini dan masa lalu ( Stuart dan Beberapa pengertian mengenai citra tubuh dipaparkan oleh para ahli, diantaranya: Sundeen ,dalam Kelliat, 1998) 2. Gangguan Citra Tubuh (Body Image Disturbance) Gangguan citra tubuh (body image Thompson dkk, (1999) melihat citra tubuh sebagai penampilan sebenarnya disturbance) didefinisikan bahwa gangguan citra tubuh merupakan pemikiran dan perasaan negatif sesorang mengenai tubuhnya. individu terhdap menyebabkan tubuhnya individu dapat mempunyai harga diri yang rendah atau bahkan Gangguan citra tubuh tidak terbatas pada mereka yang secara klinis terdiagnosa memiliki gangguan makan ( Thompson dalam Botta, 1999). Model depresi, kecemasan sosial dan menarik diri dari situasi sosial ( Cash dkk dalam Sihombing, 2003). kontinum mungkin merupakan cara yang paling tepat Sedangkan menurut Thompson dalam menjelaskan konsep gangguan citra (1980) mendefinisikan gangguan citra tubuh, dari tidak adanya gangguan sama tubuh sebagai suatu penilaian yang sekali hingga gangguan tingkat ekstrim terlalu jauh terhadap bentuk dan ukuran (Thompson, 1999). tubuh yang sebenarnya, yang akan membentuk persepsi yang salah dan Menurut Cash dkk (dalam merendahkan. Sihombing, 2003) bentuk gangguan citra tubuh dapat dibagi dua, berdasarkan komponen citra tubuh yang terganggu yaitu: Terdapat beberapa teori terbentuknya gangguan citra tubuh (Body Image menjelaskan bahwa Distortion) antara lain : a. Body Image Distortion Seperti dijelaskan sebelumnya, apabila komponen yang terganggu adalah komponen persepsi maka 1) Teori Perseptual Teori ini munculnya gangguan citra tubuh terjadi gangguan body image yang dialami karena adalah distorsi body image. Apabila seseorang terhadap ukuran atau bentuk individu body tubuhnya. Hal ini bisa disebabkan mampu karena adanya defisit kortikal yang image mengalami maka ia distorsi tidak kurang akuratnya memperkirakan (mengestimasi) ukuran kemudian tubuhnya secara tepat. perseptual dan visuospasial. Sebab lain yaitu b. Body Image Disatisfaction dilihat dari bagaimana individu menilai tubuhya. Bila individu menyebabkan karena adanya menilai pribadinya, maka ia akan menilai tubuhnya. persepsi diri mereka dalam ukuran maksimum dan minimum (Crisp dan Kalucy dalam Thompson, 1996). penampilan tidak sesuai dengan standar rendah gangguan maladaptif individu mempersepsikan Ketidakpuasaan citra tubuh dapat persepsi Ketidakpuasan 2) Teori Developmental Salah dan mempengaruhi pekembangan tingkah mempengaruhi citra tubuh seseorang laku dan sikap yang berhubungan ialah waktu terjadinya tahap pubertas dengan citra tubuh. pada satu hal remaja. menyebutkan remaja penting Thompson bahwa mengalami bila (1996) seorang semakin besar kecenderungan bahwa ia mendapatkan ejekan atau komentar yang tidak menyenangkan. Satu hal lagi dapat mempengaruhi terbentuknya gangguan citra tubuh ialah Ketidakpuasan Tubuh Ketidakpuasan tubuh merupakan keterlambatan perkembangan dalam masa pubertas, yang 3. pelecehan seksual atau bagian dari gangguan citra tubuh yang terkait pada kognitif, afeksi dan sikap citra tubuh negatif (Bergstrom & Neighbors, 2006). Namun menurut Thompson dkk, (1999) ketidakpuasan tubuh juga terkait dengan perilaku seseorang. Gangguan citra tubuh yang terkait pada afeksi diantaranya adalah pengalaman seksual yang terlalu dini saat seseorang menderita atau tubuhnya. 3) Teori sosiokultural teori yang telah dikemukakan untuk masalah citra tubuh, banyak penelitian yang berpendapat bahwa faktor masyarakat dan budaya memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk, mengembangkan, dan mempertahankan masalah citra tubuh pada masyarakat terganggu, cemas Gangguan terhadap yang terkait dengan aspek kognisi berupa pemikiran Walaupun ada beberapa model menjelaskan merasa barat. Teori ini dan keyakinan negative mengenai tubuhnya, misalnya saja harapan tidak realisitis terhadap Sedangkan penampilannya, gangguan yang terkait dengan aspek perilaku misalnya saja menghindari situasi tertentu yang menyebabkan individu tersebut dapat mengingat tubuhnya (Thompson, (1996) mengatakan 1999). dikenal dengan teori sosiokultural, yang menyebutkan masyarakatlah yang bahwa menentukan Cash berbagai kejadian yang dapat standar sosial mengenai apa yang mengaktivasi ketidakpuasan tersebut cantik dan menarik (Heinberg dalam antara Thompson memperhatikan dkk, 1999). Thompson lain saat seseorang tubuhnya dengan (1996) juga berpendapat bahwa norma seksama budaya seseorang mengamati dengan seksama memiliki peranan dalam (body exposure), saat lingkungan sosialnya (social scrutiny), citra tubuh yang tinggi berhubungan saat seseorang membandingkan dirinya dengan peningkatan konsep diri dan dengan sosialnya, kepercayaan diri individu. beberapa faktor tertentu, yang mempengaruhi kepuasan citra tubuh olahraga adalah : lingkungan mengenakan pakaian bercermin, makan, (exercising), menimbang berat badan atau saat seseorang mengalami suatu perubahan penampilan yang tidak 1) Berat badan, bentuk tubuh, dan tingkat kekurusan atau kegemukan 2) Trend diinginkan yang sedang berlaku di Masyarakat 4. Kepuasan Citra Tubuh Trend yang berlaku di masyarakat sangat Menurut Thompson dkk, (1999) mendefinisikan kepuasan tubuh sebagai mempengaruhi seseorang (Fallon dalam citra tubuh Thompson, 1996). kepuasan dengan salah satu aspek dari tubuh, biasanya skala yang menentukan 3) Media massa situs nilai (misalnya, pinggang, pinggul, paha, payudara rambut dan lain lain). Media massa berperan sangat besar dalam memyebarkan informasi mengenai Menurut Mintz dan Betz (dalam Nirmala, 1996) kepuasan citra tubuh adalah derajat kepuasan seseorang. sementara itu Hill, Oliver, dan (dalam nirmala, 1996) memberikan definisi bahwa kepuasan citra tubuh adalah derajat kepuasan bagian-bagian yang berbeda pada tubuh seseorang. kepuasan Thompson, 1999 ). mengenai berbagai bagian dan karakterstik tubuh Rogers standar tubuh yang ideal ( Mazur dalam citra tubuh merupakan suatu kontinum dimana salah satu ujungnya adalah ketidakpuasan citra tubuh (derajat kepuasan citra tubuh yang 4) Tahap Perkembangan Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja akan berdampak pada kepuasan citra tubuh mereka karena belum tentu perubahan yang terjadi sesuai dengan keinginan mereka yang bahkan bisa menimbulkan rasa malu (Pruzinsky dan Cash dalam Thompson, 1996). 5) Sosialisasi tinggi) Seumur hidupnya manusia tidak Secord dan Jourard (dalam Nirmala, terlepas dari pengaruh orang lain, 1996) menemukan bahwa derajat kepuasan melalui orang tua, teman, kekasih ataupun significant others lainnya, nilai b. Faktor perilaku mementingkan tentang penampilan dan standar fisik tubuh dan perilaku diet (body yang importance dan dieting behavior) berlaku diajarkan disosialisasikan (Fallon dan dalam Faktor ini berfokus pada sejauh Thompson, 1996) mana individu mementingkan citra tubuh dan perilaku diet yang 5. Teori Diskrepansi Diri-Ideal Dalam dilakukan untuk meraih bentuk Tubuh tubuh Kepuasan tubuhnya seseorang sangat terhadap dipengaruhi yang diinginkan dan mempertahankannya. oleh gambaran tubuh ideal, bagian yang c. Faktor citra tubuh yang dipersepsi sangat penting dari keseluruhan citra individu terhadap bagian-bagian tubuh (Atwater dan Duff, 2005). Teori tubuh ini seseorang penilaian mencapai ukuran, bentuk dan berat relatif menjelaskan termotivasi bahwa untuk telah terinternalisasi (Cash dan Syzmanski, 1995). 6. Komponen Citra Tubuh Banfield menyatakan tubuh dan McCabe bahwa terdiri konstrak dari tiga atau individu akurasi terhadap terhadap proporsi aktual. kesepakatan antara konsep diri aktual yang dimilikinya dan konse ideal yang tertentu 7. Perbedaan Individual yang Mempengaruhi Citra Tubuh a. Jenis Kelamin b. Orientasi Seksual c. Efek Etnis dan Budaya (2002) d. citra e. Indeks Masa Tubuh (IMT) f. Kegiatan Kelas Sosial faktor multidimensional, yaitu : atau Profesi yang ditekuni a. Faktor kognisi dan afeksi terhadap tubuh (cognition dan affection regarding body) Faktor ini mengungkapkan pikiran g. Komparasi Sosial yang dilakukan 8. Faktor-Faktor Interpersonal yang Mempengaruhi Citra Tubuh Thompson (1999) menjabarkan dan perasaan individu mengenai bahwa tubuhnya mempengaruhi citra tubuh seseorang faktor-faktor yang dapat dilihat melalui dua cara yaitu secara langsung langsung. maupun Pengaruh tidak interpersonal tubuh dapat menyebabkan mood depresif atau balik penampilan terhadap citra diri depresi. Simptom depresi sendiri seseorang seperti ejekan atau komentar antara lain kehilangan energi, merasa dan kritikan secara langsung hingga sedih, komentar bersalah, ekstrim yang seksual. barbau Sedangkan menarik tidak berharga, sulit diri merasa berkonsentrasi, dari orang lain, pengaruh tidak langsung dari orang lain kehilangan minat serta kesenangan membahas bagaimana dalam melakukan aktifitas sehari- persepsi mereka terhadap penampilan hari, dan berpikir mengenai kematian ideal, kualitas hubungan interpersonal dan bunuh diri. isu seputar yang diindikasikan oleh penerimaan dan penolakan, juga pengaruhnya dengan menjadi role model perilaku yang menunjukkan tubuh. 10. Citra Tubuh Remaja Menurut Brownell & Faust (dalam ketidakpuasan Rosenblum dan Lewis, 1999)selama penelitian- masa remaja, citra tubuh mengalami Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perubahan sering dengan berubahnya pengaruh interpersonal biasanya fisik remaja. Hal tersebut dapat saja didapatkan dari : terjadi melalui proses komparasi antara perubahan yang terjadi pada a. Orangtua tubuh dan standar ideal mengenai b) Teman sebaya (peers) penampilan fisik yang dinginkan c) Pasangan (Romantic Partner) yang relatif stabil. Hal ini juga d) Orang tak dikenal (Perfect Stranger) berhubungan dengan konsep menarik, terlepas dari bagaimana orang lain melihat dirinya. Steward dan Koch Pengaruh Citra Tubuh Menurut Bergstrom dan Neighbors (1983) mengatakan citra tubuh pada (2006) depresi juga dihubungkan remaja akan meningkat saat bentuk dengan tubuhnya sesuai dengan seks dan tubuh hadirnya pada gangguan wanita, citra sedangkan menurut Dimar, Halliwel dan Ive ketidakpuasan secara langsung didapat melalui umpan pelecehan 9. (2006) juga menyebutkan bahwa kultir ideal. f. Menyiapkan diri untuk pernikahan B. Remaja dan kehidupan keluarga 1. Pengertian Remaja Dalam g. Membuat dan melakukan perilaku yang bertanggug jawab secara Mighwar, (2006) istilah sosial adolesence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya , h. Mendapatkan adolescentia yang berarti remaja) yang dan berarti mengembangkan ideologi menjadi “ tumbuh” dewasa”. atau “tumbuh Bangsa primitif demikian pula orang –orang zaman purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan, dewasa anak dan dianggap mampu sudah sistem etika dan a. Aspek fisik b. Aspek kognitif c. Aspek psikososial 4. Ciri – ciri Umum Masa Remaja Setiap periode penting selama rentang kehidupan memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan 2. Tugas Perkembangan Remaja periode sebelum dan sesudahnya. Ciri- Menurut Havighurst (dalam Rice ciri tersebut juga dimiliki oleh remaja, & Dolgin, 2002) menggarisbesarkan sebagaimana delapan tugas besar untuk remaja: (Mighwar, 2006). a. Menerima fisiknya dan a. b. Membuat relasi baru yang lebih paparan Masa yang penting kehidupan memang penting, tetapi ada dewasa dengan teman sebaya baik perbedaan sejenis maupun lawan jenis kepentingannya. c. Menghayati peran sosial maskulin atau feminin kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya e. Mempersiapkan karir berikut Semua periode dalam rentang menggunakan tubuh secara efektif d. Memiliki nilai 3. Karakteristik Remaja mengadakan reproduksi. sekumpulan b. dalam tingkat Masa transisi Transisi peralihan merupakan dari satu tahap tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Maksudnya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan membekas pada apa Mesostabil, Lipostabik, L yang terjadi sekarang dan yang akan Prolene, datang. (laroscorbine), B12, Cellulife, Cellulyse, Riboplavin, Carnitine, Vit.C+Kolagen Phosphaticolidine, procain, prolene, semua c. Masa perubahan Selama diracik dgn campuran dan dosis yg pas utk masa remaja, tingkat perubahan sikap dan perilaku sejajar membakar lemak dengan cepat namun tetap aman bagi tubuh. dengan tingkat perubahan fisik. Syarat-syarat yang diajukan sebelum d. Masa pencarian identitas melakukan suntik kurus ini berbeda-beda di Penyesuaian diri dengan standar setiap dokternya. Ada dokter yang kelompok dianggap jauh lebih penting mengatakan bahwa umur 12 tahun sudah bagi remaja daripada individualitas. dianggap dewasa untuk melakukan suntik kurus. Namun ada juga dokter yang hanya C. Suntik Kurus memperbolehkan pasien di atas 18 tahun. Suntik kurus atau Slimming Injection Selain itu, pasien yang memiliki tekanan menurut pakar ahli kecantikan adalah teknik darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah penyuntikan juga mikro formula farmasetik, homeopatik, asam amino, dan vitamin, secara langsung pada lapisan di bawah kulit (lapisan kulit mesodermis) di tempat yang bermasalah (tempat timbunan lemak berada). Efek dari suntikan ini tergantung dari beberapa campuran yang digunakan. Untuk tujuan pembentuka tubuh, campuran yang biasa digunakan untuk tujuan tidak diperbolehkan melakukan penyuntikan tersebut (Lia, 2006). Lia mengatakan sebenarnya obatobatan tersebut digunakan bukan untuk indikasi menguruskan. Namun karena efek sampingnya metabolisme tersebut adalah tubuh, meningkatkan jadi orang-orang menggunakannya untuk melangsingkan tubuh pembentukan tubuh, campuran yang biasa digunakan antara lain procaine, untuk tujuan Menurut Banfield (2002) karena obat- anestesi, aminofilin yang biasa digunakan obatan yang memiliki efek meningkatkan untuk penderita asma dan isoproteranol metabolisme yang biasa digunakan untuk penderita meningkatkan penyakit jantung. (Andri, 2008) jantung, meningkat atau berdebar, kesulitan tubuh tekanan umumnya darah, dapat denyut tidur, dan lain sebagainya. Resiko terkecil Ada pun zat-zat yang terkandung dalam Slimming injection adalah Siloeg, pada orang yang sensitif dan tidak tahan terhadap efek tersebut diantaranya adalah putri yang melakukan suntik kurus untuk nyeri memperindah tubuh atau mempercantik diri. kepala, mual, gelisah, jantung berdebar-debar hingga resiko kematian Suntik kurus adalah istilah yang biasa D. Citra Tubuh pada Remaja Putri digunakan masyarakat untuk menguruskan yang Melakukan Suntik Kurus badan dengan menyuntikkan zat tertentu ke dalam tubuh. Suntik kurus merupakan Masa remaja adalah masa yang begitu rentan dengan permasalahan-permasalahan, salah satu nya adalah masalah citra tubuh, citra tubuh merupakan bagian dari konsep diri yang berupa gambaran metode yang digunakan untuk memperkecil ukuran tubuh dengan menyuntikkan suatu zat yang memiliki efek sistematis (obat akan beredar ke seluruh tubuh). seseorang mengenai tubuhnya (Atwater & Duffy, METODE PENELITIAN 2005. A. Pendekatan Penelitian Menurut Feingold dan Mazzella Dalam penelitian ini peneliti (1998) ketidakpuasan terhadap satu atau menggunakan lebih anggota tubuh merupakan hal yang Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang normal bagi sebagian besar orang, sehingga menghasilkan dan mengolah data yang tidak sedikit pula para remaja putri yang sifatnya berlomba-lomba untuk menurunkan berat wawancara, catatan laporan dan sebagainya badannya (Poerwandari, 1998) dengan mengikuti program penurunan berat badan berbagai pendekatan deskriptif, kualitatif. seperti transkripsi melalui Menurut suntik kurus. Creswell, penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian Salah satu cara yang digunakan untuk untuk memahami masalah – masalah meraih gambaran tubuh ideal tersebut manusia atau sosial dengan menciptakan adalah dengan cara Slimming injection atau gambaran menyeluruh dan kompleks yang yang sering disebut dengan suntik kurus, disajikan dengan kata – kata, melaporkan suntik kurus adalah suatu cara untuk pandangan melangsingkan tubuh dengan cara yang informasi, serta dilakukan dalam latar lebih (setting) yang alamiah. instan dibanding dengan terinci dari para sumber mengkonsumsi obat-obatan, olahraga secara teratur ataupun diet, oleh karena itu tidak heran jika saat ini semakin banyak remaja Basuki (2006) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapat pemahaman yang mendalam masalah-masalah (dalam Basuki, 2006), dapat dikemukakan manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan ciri-ciri penelitian kualitatif sebagai berikut : bagian tentang permukaan dari suatu realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif dengan positivismenya. menginterpretasikan memperoleh Peneliti bagaimana makna dari 1. tingkah laku (treatment) atau dengan dikontrol konteks dan secara ketat atau memanipulsi variabel. mereka. 2. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan yang alamiah (naturalistic) bukan hasil perlakuan penelitian merupakan bukan melakukan eksperimen yang lingkungan Penelitian dilakukan dalam latar (setting) kualitatif setting apa adanya atau alamiah, subjek sekeliling, dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi Penelitian pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manipulasi manusia variabel yang dilibatkan. dan sosial menginterpretasikan dengan bagaimana Sedangkan menurut Meleong penelitian kualitatif merupakan lingkungan penelitian yang memanfaatkan wawancara bagaimana terbuka untuk menelaah dan memahami mempengaruhi sikap, pandangan, perasaan dan perilaku bukan individu atau sekelompok orang. Penelitian permukaan dari suatu realitas seperti kualitatif juga merupakan penelitian yang yang dilakukan peneliti kuantitatif. (2004), menggunakan pendekatan naturalistik untuk subjek memperoleh makna dari 3. di sekeliling makna dan tersebut perilaku mereka, mendeskripsikan bagian Agar peneliti bisa mendapatkan mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman mendalam bagaimana pemahaman tentang fenomena dalam suatu subjek latar yang berkonteks khusus. Pengertian ini bagaimana hanya mempersoalkan dua aspek yaitu mempengaruhi pendekatan digunakan peneliti perlu melakukan hubungan adalah naturalistik, sedangkan upaya dan yang erat dengan subjek yang tujuannya adalah suatu fenomena dalam diteliti. Untuk itu, bila perlu peneliti suatu konteks khusus. melakukan observasi terlibat. penelitian yang 4. Dari pandangan Creswell, Denzin dan Lincoln, serta pandangan Guba dan Lincoln yang dikemukakan oleh Muluk memaknai realitas makna dan tersebut perilaku subjek, Tidak seperti penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif tidak membuat perlakuan, memanipulasi variabel, dan menyusun definisi operasional variable. Untuk mencapai tujuan kualitatif, teknik peneliti menggunakan pengumpulan terbatas pada wawancara A. Subjek Penelitian 1. Karakteristik Subjek data tidak observasi dan penelitian ini adalah remaja putri yang tetapi juga berusia 22 tahun dan melakukan suntik saja, dokumen, riwayat hidup subjek, Karakteristik subjek dalam kurus karya-karya tulis subjek, publikasi 2. Jumlah Subjek teks dan lain-lain. 5. 6. Tidak seperti kuantitatif yang bebas Menurut Patton (dalam nilai, penelitian kaulitatif justru Poerwandari, 1998), tidak ada aturan menggali nilai yang terkandung dari dalam jumlah sampel yang harus diambil suatu perilaku. Penelitian kualitatif dalam menyakini bahwa perilaku tidak penelitian ini, peneliti mengambil dua mungkin bebas dari nilai yang orang subjek. Hal ini dilakukan agar dihayati individu yang diteliti. mendapatkan subjek yang benar – benar Penelitian bersifat sesuai dengan tujuan untuk mendapatkan fleksibel, tidak terpaku pada konsep, data yang valid dan seakurat mungkin fokus, teknik pengumpulan data sehingga yang menguatkan. kualitatif direncanakan pada awal penelitian hasil kualitatif. penelitian Dalam dapat penelitian, tetapi dapat berubah C.Tahap – tahap Penelitian dilapangan mengikuti situasi dan perkembangan penelitian. 7. 1. Tahap Persiapan Penelitian Tidak seperti penelitian kuantitatif dimana untuk mencapai objektivitas dengan melakukan pengukuran secara kuantitatif, penelitian a. Peneliti membuat pedoman wawancara dan observasi yang didasarkan pada beberapa teori yang relevan dengan masalah. Pedoman wawancara itu kualitatif mendapatkan akurasi data berisi dengan melakukan hubungan yang mendasar yang nantinya akan berkembang dalam erat dengan subjek yang diteliti wawancara. dalam konteks dan setting yang alamiah. pertanyaan b. Pedoman wawancara dan observasi yang telah disusun diajukan pada yang lebih ahli, dalam hal ini pembimbing penelitian untuk mendapatkan masukan mengenai isi pedoman D.Teknik Pengumpulan Data wawancara. 1. Wawancara c. Setelah mendapatkan masukan dan Wawancara percakapan koreksi dari pembimbing penelitian, dengan maksud tertentu. Percakapan itu peneliti membuat perbaikan pedoman dilakukan wawancara pewawancara (interviewer) dan yang tersebut dan oleh mempersiapkan diri untuk melakukan diwawancarai wawancara. (Moleong,1999). d. Peneliti memilih subjek sesuai dengan karakteristik subjek dua pihak, yaitu (interviewee) Menurut Kartono (dalam Basuki, telah 2006) interview atau wawancara adalah ditentukan agar dapat mengungkap suatu percakapan yang diarahkan pada apa yang ingin didapatkan. Selain itu suatu masalah tertentu; ini merupakan peneliti juga menentukan Significant proses tanya jawab lisan, dimana dua Others orang yang yang dapat membantu pencarian data- data. e. adalah atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Peneliti membuat jadwal pertemuan Menurut Veitch dan Arkkelin untuk melakukan wawancara dengan (1995), wawancara adalah dialog yang subjek yang telah ditetapkan. dirancang untuk memperoleh informasi yang dapat dikuantifikasikan. Dalam hal f. Setelah jadwal telah diatur, maka wawancara dapat dilaksanakan. 2. Tahap pelaksanaan penelitian ini, proses wawancara menjadi lebih dari sekedar percakapan sebagaimana disarankan oleh Cannel dan Khan (dalam Veitch dan Arkkelin, 1995) Dalam penelitian, selanjutnya peneliti berencana untuk mengumpulkan melibatkan paling tidak lima langkah yang berbeda, yaitu: data – data yang relevan dengan cara melakukan wawancara, baik secara langsung dengan penelitian, Menciptakan jadwal atau awal menyeleksi wawancara maupun wawancara dengan Significant (seperangkat Others. Selain wawancara, prosedur pernyataan, gambar – gambar, atau lainnya yang akan digunakan oleh stimulus peneliti dalam proses pengambilan data menimbulkan respon) adalah observasi. subjek a. lainnya pertanyaan, yang dapat b. Memimpin (yang c. d. jalannya perlu wawancara diingat adalah berjalan seperti pembicaran biasa dalam kehidupan pengklasifikasikan respon – respon sehari dan peristiwa – peristiwa) pembicaraan berjalan, yang Merekam respon – respon, yaitu diwawancarai mungkin tidak dengan mencatat atau merekam menyadari dengan alat perekam diwawancarai. – hari saja. bahwa Sewaktu ia sedang Menciptakan kode angka (suatu skala atau cara lain yang dapat digunakan untuk merekam respon – respon yang sudah diterjemahkan ke dalam suatu perangkat aturan Mengkoding respon – respon menggunakan pertunjukan umum wawancara Jenis wawancara mengharuskan ini pewawancara Secara pokok- pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara. Penyusun wawancara. umum kita dapat membedakan tiga pendekatan dasar dalam b. Pendekatan membuat kerangka dan garis besar tertentu) e. jawabannya memperoleh data kualitatif melalui wawancara menurut Patton pokok – sebelum pokok wawancara dilakukan dilakukan. Pokok – pokok yang dirumuskan tidak perlu berurutan. (dalam Moleong,1999), yaitu: itu ditanyakan Demikian secara pula penggunaan dan pemilihan kata – a. Wawancara pembicaraan informal Pada jenis ini tertentu tidak perlu dilakukan pertanyaan yang diajukan sangat sebelumnya. Petunjuk wawancara bergantung pada pewawancara itu hanyalah berisi petunjuk secara sendiri, pada garis besar tentang proses dan isi spontanitasnya dalam mengajukan wawancara untuk menjaga agar pertanyaan yang pokok – pokok yang direncanakan diwawancarai. Wawancara dapat tercakup seluruhnya. Petunjuk demikian pada latar itu mendasarkan diri atas anggapan alamiah. Hubungan pewawancara bahwa ada jawaban yang secara dengan yang diwawancarai adalah umum akan sama diberikan oleh dalam jadi bergantung kepada dilakukan suasana sedangkan wawancara kata untuk wawancara dalam hal biasa, wajar, responden, tetapi yang jelas tidak pertanyaan dan ada perangkat pertanyaan baku yang disiapkan terlebih Pelaksanaan dahulu. wawancara wawancara dan dengan menggunakan pendekatan petunjuk umum pengurutan pertanyaan disesuaikan wawancara, yang akan dilakukan dengan keadaan responden dalam dengan konteks wawancara, yang nantinya dapat wawancara yang sebenarnya. membuat diperluas pada berlangsung c. Wawancara baku terbuka pedoman saat untuk wawancara mendapatkan data yang relevan. Jenis wawancara ini adalah wawancara yang seperangkat menggunakan pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata – katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap responden. Keluwesan mengadakan pertanyaan pendalaman (probing) terbatas, dan hal itu bergantung pada situasi wawancara dan kecakapan pewawancara. Wawancara demikian digunakan jika dipandang sangat perlu untuk mengurangi sedapat – dapatnya variasi yang bisa terjadi antara seseorang yang diwawancarai dengan yang lainnya. Maksud pelaksanaan tidak lain merupakan usaha untuk 2. Observasi Observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan keperluan alat standart tersebut lain untuk (Nazir,1998). Lalu menurut Banisten, dkk. (dalam Poerwandari, 2001) observasi adalah kegiatan memperhatikan sacara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut. Observasi selalu menjadi bagian dalam penelitian psikologis, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (ekperimental) maupun dalam konteks alamiah. menghilangkan Moleong (1999) pengamatan dapat terjadinya diklasfikasikan atas pengamatan melalui kemencengan (bias). Wawancara cara peran serta dan tidak peran serta. jenis ini bermanfaat pula dilakukan Buford Junker (dalam Moleong, 1999) apabila pewawancara ada beberapa membagi orang dan yang diwawancarai cukup tersebut menjadi: kemungkinan macam – macam observasi banyak jumlahnya. a. Berperan serta secara lengkap Pada kesempatan ini, peneliti akan menggunakan teknik Pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamatinya. Dengan demikian ia dapat sama sekali tidak mengetahui apakah memperoleh informasi apa saja yang mereka sedang diamati atau tidak. dibutuhkannya, termasuk yang Pengamat dirahasiakan sekalipun. menjdi b. Pemeran serta sebagai pengamat dapat pengamat pula dibagi terbuka dan pengamat tertutup. Yang terbuka dan Peran serta peneliti sebagai pengamat tertutup di sini adalah pengamat dan dalam latar penelitiannya. Pengamat secara hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi masih terbuka melakukan fungsi pengamatan. Ia sedangkan sebaliknya para subjek menjadi sebagai anggota pura – pura dengan jadi arti kesempatan kepada pengamat untuk demikian mengamati peristiwa yang terjadi, dan subjek mereka menyadari bahwa ada orang memberikan yang mengamati hal yang dilakukan tidak melebur sesungguhnya. masih informasi Peranan membatasi menyerahkan dalam dan terutama para yang bersifat rahasia. diketahui sukarela pengamatan diketahui oleh umum bahkan mungkin ia atau mereka disponsori oleh para subjek. Karena itu macam informasi maka segala termasuk yang memberikan adalah pengamatnya dan mengadakan beroperasi Peranan pengamat secara terbuka subjek, oleh mereka. Sebaliknya, pengamat tertutup c. Pengamat sebagai pemeran serta oleh orang tanpa para diketahui subjeknya. oleh Biasanya pengamatan seperti yang terakhir ini dilakukan oleh peneliti pada tempat – tempat umum, atau tempat – tempat hiburan lainnya. rahasia sekalipun dapat dengan mudah diperolehnya. Adapun menurut Nazir (2003) menjelaskan pengamatan melalui dua d. Pengamat penuh Biasanya hal cara, yaitu pengamatan berstruktur ini terjadi pada dan pengamatan tidak berstruktur. pengamatan seseuatu eksperimen di laboratorium yang menggunakan kaca a. Pengamatan – sepihak. Peneliti dengan bebas merupakan mengamati secara jelas subjeknya dari peneliti telah mengetahui aspek apa belakang kaca sedang para subjeknya dari pengamatan aktivitas dengan berstruktur, yang masalah dimana diamatinya serta tujuan penelitian, dengan pengungkapan pengamatan yang pengamatan sistematis untuk menguji hipotesisnya. b. Pengamatan merupakan tersebut tidak dinamakan terstruktur dan pengamatan terstruktur. Latar alamiah tidak berstruktur, pengamatan inilah yang dikehendali dalam dimana penelitian kualitatif, sedang situasi peneliti tidak mengetahui aspek apa yang dibuat atau dikontrol biasanya dari kegiatan – kegiatan yang ingin digunakan diamatinya relevan dengan tujuan eksperimen. untuk keperluan penelitian. Moleong (1999) Peneliti pengamatan dapat diklasfikasikan atas pengamatan melalui cara peran serta dan tidak peran serta. Buford & Junker (dalam Moleong, 1999) membagi macam – macam observasi tersebut menjadi: akan menggunakan teknik pengamatan tanpa berperan serta (non penelitian partisipan), ini, pengamat dimana hanya memiliki satu fungsi yaitu peneliti dapat mengamati data secara langsung dari subjek. a) Pengamatan melalui cara berperan serta (partisipan), dimana dalam penelitian ini, peneliti mempunyai dua fungsi sekaligus. Artinya dapat dengan secara mengamati E. Alat Bantu Pengumpulan Data fenomena yang ada dan masuk ke Alat bantu pengumpulan data yang dalam kelompok subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah diteliti. sebagai berikut: b) Pengamatan tanpa berperan serta (non partisipan), dimana penelitian ini, pengamat hanya memiliki satu fungsi yaitu peneliti dapat mengamati data secara Pengamatan dapat pula dibagi atas pengamatan pada latar belakang alamiah dan buatan. Sering dalam lain kedua Merupakan susunan pertanyaan yang diberikan kepada subjek yang nantinya akan dijadikan oleh peneliti untuk keperluan yang bersangkutan. Pedoman langsung dari subjek. kepustakaan 1. Pedoman wawancara macam wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenal hal – hal yang harus ditanyakan dan dibahas dalam proses wawancara, yang termasuk dalam latar belakang subjek, gambaran citra tubuh subjek, pemahaman subjek tentang F. Keakuratan Penelitian suntik kurus . Hal-hal tersebut akan Menurut Yin (2004), terdapat empat menjadi daftar kontrol apakah aspek – aspek yang akan ditanyakan sudah cukup relevan dengan topik yang akan diteliti dan telah dibahas yaitu mengenai citra tubuh remaja putri yang melakukan suntik kurus kriteria keakuratan yang diperlukan dalam suatu penelitian kualitatif. Keempat hal tersebut adalah: 1. Keakuratan konstruk Keakuratan bentuk batasan berkaitan degan suatu kepastian bahwa yang 2. Pedoman observasi terukur benar – benar merupakan variabel Berisi panduan dalam melakukan yang ingin diukur. Keakuratan ini juga dapat observasi terhadap perilaku yang tampak dicapai dengan proses pengumpulan data dari subjek disaat penelitian berlangsung, yang tepat. Salah satu caranya adalah yang kemudian dimasukkan ke dalam dengan proses trianggulasi, yaitu teknik catatan lapangan. Pedoman observasi pemeriksaan terhadap setting wawancara, gambaran memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data fisik itu. Patton (dalam Poerwandari, 2001) dan penampilan diwawancara. Pedoman subjek ini saat disusun keakuratan mengemukakan empat data cara yang macam berdasarkan topik yang akan diteliti, yaitu trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan mengenai citra tubuh pada remaja putri untuk mencapai keakuratan, yaitu: yang melakukan suntik kurus. a. Triangulasi data 3. Alat perekam menggunakan berbagai sumber data Selain peneliti sendiri, alat bantu yang seperti dokumen, arsip, hasil akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, hasil observasi, atau juga alat tulis dan alat bantu berupa tape dengan mewawancarai lebih dari satu recorder. Alat perekam digunakan untuk subjek yang dianggap memiliki sudut membantu pada saat wawancara, agar tidak pandang yang berbeda. ada informasi yang hilang dan memperoleh data yang lengkap. b. Triangulasi pengamat Adanya pengamat di luar peneliti 4. Kertas dan alat tulis yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, Sebagai alat untuk mencatat hasil wawancara dan observasi. dosen pembimbing bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang 3. Keakuratan eksternal memberikan masukan terhadap hasil masukan terhadap hasil pengumpulan Keakuratan eksternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat data. digeneralisasikan c. Triangulasi teori pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif Yaitu penggunaan berbagai teori memiliki sifat tidak ada kesimpulan yang berlainan dari berbagai tokoh akhir yang pasti, namun penelitian untuk memastikan bahwa data yang kualitatif dikumpulkan sudah memenuhi syarat. keakuratan eksernal terhadap kasus – kasus d. Triangulasi metode dapat lain dikatakan selama memiliki kasus tersebut memiliki konteks yang sama. Yaitu penggunaan berbagai metode 4. Keajegan untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara, metode observasi atau Keajegan merupakan konsep yang metode kualitatif. Dalam penelitian ini, mengacu pada seberapa jauh penelitian peneliti menggunakan metode observasi berikutnya akan mencapai hasil yang dan metode wawancara. sama apabila mengulang penelitian yang sama sekali lagi. Dalam penelitian 2. Keakuratan internal Keakuratan kualitatif, internal merupakan keajegan kemungkinan mengacu penelitian pada selanjutnya konsep yang mengacu keseberapa jauh memperoleh hasil yang sama apabila kesimpulan penelitian peneliti dilakukan sekali lagi dengan yang subjek yang sama. Hal ini menunjukkan hasil menggambarkan keadaan sesungguhnya. Keakuratan ini dapat bahwa dicapai melalui proses analisis dan kualitatif interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam desain melakukan penelitian kualitatif akan pengumpulan data dan pengolahan data. selalu berubah dan tentunya akan konsep keajegan selain penelitian, penelitian menekankan juga pada pada cara G. Teknik Analisis Data mempengaruhi hasil penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji Analisis terhadap data pengamatan keakuratan internal, tetap akan ada sangat dipengaruhi oleh kejelasan mengenai kemungkinan munculnya kesimpulan apa yang ingin diungkap peneliti melalui lain yang berbeda. pengamatan yang dilakukan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini, dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat. mengacu pada pendapat (Strauss, 2001) yaitu: Peneliti wawancara 1. Mengorganisasikan data Peneliti mendapatkan data menganalisis berdasarkan hasil pemahaman terhadap hal – hal yang diungkapkan langsung dari subjek melalui wawancara oleh mendalam yang dimana data direkam dikelompokan tersebut oleh peneliti dengan tape recorder, dibantu alat tulis kemudian dicoba dipahami secara utuh lainnya. Kemudian dibuat transkripnya dan ditemukan tema – tema penting dengan mengubah hasil wawancara dari serta kata kuncinya. Dari sini, peneliti bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis dapat secara verbatim setelah selesai menemui permasalahan dan dinamika yang terjadi subjek pada subjek. 2. Pengelompokanberdasarkan subjek. Data yang mengungkap telah pengalaman, 3. Menuliskan hasil penelitian Menuliskan kategori, tema dan pola jawaban Dalam tahap ini dibuat pengertian dikumpulkan data yang sangatlah berhasil membantu yang mendalam terhadap data, perhatian peneliti untuk sekali lagi memeriksa yang penuh dan keterbukaan terhadap apakah kesimpulan yang ditariknya hal – hal yang muncul di luar apa yang sudah sesuai atau belum. Selain itu, ingin digali berdasarkan kerangka teori hasil penelitian tersebut juga akan dan membantu orang lain dalam memahami pedoman menyusun wawancara. sebuah kerangka Peneliti penelitian. awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan koding. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkrip Dari hasil penelitian di atas dapat wawancara dan melakukan koding, dijelaskan beberapa hal yaitu: melakukan pemilihan data yang relevan 1. dengan pokok pembicaraan. Data yang Alasan subjek melakukan suntik kurus. relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokkan atau Subjek menginginkan tubuh yang kurus karena subjek memiliki tubuh yang gemuk, subjek memilih suntik berolahraga, namun tidak bertahan lama kurus untuk mengecilkan tubuhnya, karena subjek tidak menyukai olahraga. tidak ada orang disekitarnya yang menekan dirinya untuk memperkurus tubuhnya. Akhirnya subjek memilih untuk menjalani berbagai macam program yang diberikan dokter. Subjek terbiasa untuk menguruskan badannya dengan pergi ke dokter karena subjek sejak awal terbiasa mendapatkan umpan balik positif setelah ia pergi ke dokter dan menyimpulkan bahwa untuk menjadi kurus ia harus melakukan hal tersebut. Sejak SMP subjek sudah pergi ke dokter dan menjalani berbagai macam program untuk menguruskan tubuhnya. Mulai dari terapi dengan memakai batu, akupuntur dan balut getar. Ibunya adalah orang yang telah mengenalkan subjek pada program-program tersebut. Subjek merasa metode lain tidak dapat mensugesti subjek untuk mengurangi makannya. Karena dirinya sudah banyak mencoba berbagai macam cara untuk memperkurus tubuhnya, subjek merasa akupuntur tidak memiliki pengaruh terhadap tubuhnya karena tidak ada sesuatu yang masuk kedalam tubuhnya, begitupula dengan metode biji-bijian. Subjek juga pernah mencoba Dari berbagai macam cara yang telah dilakukan, subjek lebih menyukai suntik kurus. Ia melakukan suntik kurus pada tahun 2007 sekitar 2 tahun yang lalu. Subjek memilih metode suntik kurus karena menurutnya metode ini cukup aman dan hasilnya dapat terlihat dalam waktu singkat, merasa sangat tersiksa jika melakukan program diet, ia juga tidak menyukai latihan fisik atau olahraga. Subjek biasa pergi ke dokter untuk melakukan sekali. suntik kurus Sebenarnya mengkonsumsi obat seminggu ia harus yang dapat membantunya menurunkan berat badan setiap pagi, siang dan sore hari untuk mendukung program suntik kurus yang ia jalani. Namun saat ini obat tersebut tidak dikonsumsi oleh subjek karena dapat menghambat Menurutnya obat aktifitasnya. tersebut dapat mempercepat turunnya berat badan, akan tetapi obat tersebut juga dapat menyebabkan kantuk, pusing, badan jadi lemas, tidak bertenaga, keringat dingin, mual dan tidak nafsu makan. Orang-orang disekitar subjek tidak mementingkan citra tubuh dan pernah berkomentar mengenai suntik perilaku diet yang dilakukan untuk kurus yang subjek lakukan. Namun meraih setelah diinginkan suntik kurus disekitar subjek orang-orang mengatakan tubuh subjek bertambah kurus. Umpan balik bentuk tubuh yang dan mempertahankannya. c. faktor citra tubuh yang dipersepsi positif yang subjek dapatkan mengenai individu tubuhnya suntik tubuh tertentu atau akurasi penilaian kurus tersebut membuat dirinya tetap individu terhadap ukuran, bentuk melakukan suntik kurus. Merasa puas dan berat relatif terhadap proporsi dengan hasil suntik kurusnya subjek aktual. setelah melakukan terhadap bagian-bagian sampai saat ini masih pergi ke dokter untuk melakukan suntik kurus. Pada subjek untuk faktor kognisi dan afeksi terhadap tubuh. Subjek memiliki 2. Gambaran Citra Tubuh Subjek ketidakpuasan terhadap tubuhnya jauh Secara umum gambaran citra tubuh sebelum dirinya melakukan suntik subjek dipengaruhi oleh komponen citra kurus. Subjek merasa tidak puas dengan tubuh. Banfield dan McCabe (2002) tubuhnya sejak ia berada di bangku SMP menyatakan bahwa konstrak citra tubuh ketidakpuasan yang subjek rasakan lebih terdiri dari tiga faktor multidimensional, mengarah kepada ukuran dan berat yaitu : badan yang ia miliki. Subjek melihat a. faktor kognisi dan afeksi terhadap tubuh (cognition regarding body). mengungkapkan perasaan dan affection Faktor pikiran individu ini dan mengenai tubuhnya b. faktor perilaku mementingkan tubuh dan perilaku diet (body importance dan dieting behavior). Faktor ini berfokus pada sejauh mana individu dirinya memiliki tubuh yang tergolong gemuk berada dalam kategori obesitas kelas 1 berdasarkan skor Indeks Masa Tubuh . Sebenarnya subjek menyadari bahwa ukuran tubuhnya memang besar, banyak timbunan lemak yang sangat mengganggunya meskipun orang-orang terdekatnya mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki tubuh yang gemuk. Subjek juga bahwa melakukan suntik kurus. Subjek sering sebenarnya orang lain juga melihat merasa kesal pada tubuhnya saat ia bahwa dirinya gemuk. Ia merasa orang memakan makanan yang ia suka. Ia lain berpikiran seperti itu karena dirinya berfikir dengan memiliki karena akan tubuh meyakini yang lebih besar memakan makanan menyebabkan dirinya dibandingkan orang-orang yang dekat bertambah gemuk dan hal tersebut tidak dengannya seperti ibu, adik, teman akan dekatnya teman-teman Disamping perasaan kesal, pernyataan sekelilingnya. Selain subjek memiliki tersebut juga menunjukkan bahwa ia tubuh yang lebih besar dibandingkan merasa dengan penambahan berat badan yang mungkin dan orang-orang yang dekat dengannya, ia juga percaya bahwa orang orang kadang-kadang lain tidak jika tubuhnya sangat kurus. mencemaskan terjadi. lain akan melihat apa yang ia rasakan. Walaupun terjadi Perasaan tersebut muncul ketika komentar subjek berada diantara teman-temannya masalah yang lebih kurus seperti saat ia bersama menjadi baginya. teman-temannya karena pada saat itu Selain tidak puas dengan ukuran subjek merasa berbeda dengan teman- tubuhnya, subjek juga tidak merasa puas temannya. pada bagian paha dan perutnya. Karena mengingatkan subjek bahwa ia memiliki bagian tersebut sangat sulit baginya tubuh yg lebih gemuk dibanding teman- untuk dikecilkan. Subjek mengatakan temannya. Subjek juga bisa menjadi bahwa jika ia memiliki tubuh yang sangat kesal dan panik jika baju yang kurus, ia akan merasa lebih percaya diri ingin dipakainya tidak lagi muat di karena tubuh kurus dapat membuat badannya. penampilan menjadi lebih menarik juga dapat mendukung kegiatan yang dilakukannya. Kejadian Kepuasan tubuhnya seseorang sangat tersebut terhadap dipengaruhi oleh gambaran tubuh ideal, bagian yang Ketidakpuasan terhadap tubuh subjek sangat penting dari keseluruhan citra tersebut seringkali membuat dirinya tubuh (Atwater dan Duff, 2005). Teori merasakan emosi-emosi negatif terhadap ini tubuhnya baik sebelum maupun setelah termotivasi untuk mencapai kesepakatan menjelaskan bahwa seseorang antara konsep diri aktual yang 3. Faktor-faktor yang dimilikinya dan konsep ideal yang telah mempengaruhi Citra tubuh terinternalisasi (Cash dan Syzmanski, Subjek 1995). Evaluasi Dari penjabaran perilaku yang dapat berkaitan dengan citra tubuh biasanya terlihat bahwa diskrepansi antara tubuh muncul dalam konteks sosial. Persepsi ideal yang dimiliki Subjek sangat kecil seseorang sebelum melalui pandangan orang lain dan melakukan tersebut dan suntik kurus. mengenai penampilannya seberapa jauh diskrepansi antara diri evaluasi aktual memang seseorang dalam perbandingan dengan menentukan seberapa puas atau tidaknya penampilan orang lain aspek yang seseorang dengan tubuhya. semakin penting dari tubuh (Davison & McCabe, besar 2006). besar dan diri diskrepansi pula ideal tersebut, ketidakpuasan semakin yang ditimbulkan, semakin dekat seseorang terhadap tubuh idealnya, semakin sedikit tekanan yang dirasakan untuk mengubah tubuhnya (Atwater dan Duffy, 2005) Kesimpulan berdasarkan gambaran mengenai Thompson (1999) penampilan menjabarkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh seseorang dapat dilihat melalui dua cara yaitu secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh interpersonal secara langsung didapat citra tubuh Subjek yang subjek miliki melalui adalah Subjek memiliki Citra tubuh terhadap citra diri seseorang seperti yang negatif karena Subjek merasa tidak ejekan atau komentar dan kritikan secara puas terhadap tubuhnya namun subjek langsung hingga komentar ekstrim yang berusaha keras agar citra tubuh yang barbau pelecehan seksual. Sedangkan dimiliknya menjadi lebih baik. pengaruh tidak langsung dari orang lain membahas umpan isu balik seputar penampilan bagaimana persepsi mereka terhadap penampilan ideal, kualitas hubungan interpersonal yang diindikasikan oleh penerimaan dan penolakan, juga pengaruhnya dengan menjadi role model perilaku yang atas menunjukkan comparison (Morrison & Kalin, 2004). ketidakpuasan tubuh. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, pengaruh interpersonal biasanya teman didapatkan sebaya dari orangtua, (Peers), pasangan (Romantic Partner) dan orang tak dikenal (Perfect Stranger). dibandingkan downward Saat ini, subjek sebenarnya pernah mendapatkan mengenai Subjek umpan balik negatif penampilannya. diterima lingkungannya. dengan Namun baik Subjek oleh memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Faktor-faktor yang mempengaruhi orangtuanya. Subjek juga memiliki citra tubuh subjek antara lain adalah banyak sahabat yang sangat dekat komparasi sosial yang dilakukannya, dengannya. Selain itu sikap ibu terhadap tubuhnya sendiri dan memiliki seorang pacar yang sangat tubuh subjek, sikap teman-temannya menerimanya dengan bentuk tubuhnya tehadap tubuhnya dan orang tak dikenal saat ini. Hal tersebut menunjukkan yang menjadi sosok tubuh ideal bagi bahwa subjek tidak memiliki masalah subjek yang biasa subjek temui di dalam tempat-tempat Orang-orang disekitarnya pun selalu umum seperti pusat perbelanjaan. mengatakan Subjek sangat dipengaruhi oleh komparasi sosial membandingkan dengan tubuhnya dengan orang-orang yang lebih kurus. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wheeler & Miyaki (1992) yang menyatakan bahwa komparasi sosial yang dilakukan dalam dimensi cenderung penampilan berbentuk fisik lebih upward comparison atau membandingkan ke hubungan subjek juga interpersonalnya. bahwa dirinya sudah memiliki tubuh yang cukup kurus. Pendapat dari orang-orang sekitar subjek tersebut membuat subjek merasa lebih percaya diri dengan tubuhnya meskipun ia masih memiliki keinginan untuk memiliki tubuh yang lebih kurus. Sesuai dengan apa yang Thompson dkk, menyatakan bahwa dikatakan oleh (1999) yang sikap yang ditunjukkan oleh orang tua, teman sebaya, dan pasangan dapat mempengaruhi citra tubuh seseorang. Subjek merasa kesal dan tidak puas melalui tokoh idola atau model majalah dengan tubuhnya karena ia tidak mau yang memiliki tubuh kurus dan pakaian- berbeda dengan orang-orang terdekatnya pakaian yang ditampilkan di majalah- yang memiliki tubuh kurus. Hal tersebut majalah. menunjukkan bahwa ketidakpuasaannya dikenakan oleh model-model atau tokoh saat ini lebih dipengaruhi komparasi idola subjek yang memiliki tubuh kurus. sosial Subjek Subjek berpendapat bahwa pakaian- melakukan komparasi secara partikular, pakaian yang dipakai oleh model-model yaitu dengan membandingkan dirinya tersebut hanya pantas dikenakan oleh dengan memiliki orang yang bertubuh kurus seperti model keterikatan atau identitas sama. Target tersebut. Oleh karena itu ia juga harus komparasi sosial yang ia lakukan antara memiliki tubuh yang kurus agar dapat lain adalah ibu dan adiknya, teman- mengenakan pakaian yang ia inginkan. teman dekatnya, dan teman-teman di Subjek juga ingin mempuyai tubuh yang lingkungannya yang memiliki tubuh kurus karena dipengaruhi oleh tokoh yang lebih kurus darinya. Subjek tidak idola subjek, bagi subjek apa yang ia mau dirinya memiliki tubuh yang jauh lakukan untuk sesuatu yang lebih baik berbeda akan subjek lakukan. yang orang ia lakukan. lain dari yang orang-orang di sekelilingnya. Pakaian-pakaian tersebut PENUTUP Ketidakpuasan terhadap tubuh subjek juga dipengaruhi oleh majalah yang biasa ia baca. Majalah sebagian bagian dari media massa turut mempengaruhi ketidakpuasan terhadap tubuh subjek melalui artikel-artikel mengenai gambaran tubuh ideal. Media massa seperti majalah memang dapat mempengaruhi konsep remaja mengenai gambaran tubuh ideal (Slade dalam Botta, 1999). Selain itu majalah juga mempengaruhi ketidakpuasaan subjek A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan hasil dan pembahasan dalam penelitian yang diperoleh dalam penelitian studi kasus ini maka dapat disimpulkan, bahwa : 1. Subjek mempunyai citra tubuh yang negatif hal ini terlihat karena subjek memiliki tubuh yang gemuk dan ingin memperkurus tubuhnya, subjek sudah merasa tidak puas dengan tubuhnya jauh sebelum melakukan yang dibacanya, sikap ibu terhadap suntik tubuhnya sendiri dan tubuh Subjek, kurus. Setelah melakukan suntik kurus, subjek memiliki tubuh sikap yang lebih kurus dan memiliki indeks tubuh mereka, orang tak dikenal masa tubuh yang termasuk dalam yang kategori normal dan subjek merasa memandang tubuhnya. teman dekatnya terhadap mempengaruhi subjek lebih puas. Tapi subjek memiliki ketidakpuasan terhadap bagian tubuh tertentu pada tubuhnya. B. Saran Berikut ini adalah saran-saran yang dapat diajukan peneliti, antara lain 2. Subjek menyadari bahwa ukuran tubuhnya memang sudah sangat sebagai berikut : 1. Saran untuk subjek dan remaja putri berlebih, banyak timbunan lemak yang ingin melakukan atau sudah yang melakukan suntik kurus sangat mengganggunya meskipun orang-orang terdekatnya Dalam kesempatan ini penulis mengatakan bahwa dirinya tidak ingin memberikan saran kepada memiliki tubuh yang gemuk. Selain subjek agar menggali potensi yang tidak puas dengan ukuran tubuhnya, ada dan tetap merasa puas terhadap subjek juga tidak merasa puas pada keadaan tubuh yang dimiliki. bagian paha dan perutnya. Subjek mengatakan bahwa jika ia memiliki 2. Saran untuk peneliti selanjutnya tubuh yang kurus, ia akan merasa Untuk lebih percaya diri karena tubuh kurus disarankan dapat membuat penampilan menjadi penelitian dengan menggali lebih lebih menarik juga dapat mendukung mendalam untuk melihat faktor- kegiatan yang dilakukannya. faktor lainnya seperti gaya hidup dan 3.Subjek juga sangat dipengaruhi oleh komparasi sosial kelas peneliti selanjutnya, agar melakukan sosial yang lebih menyebabkan citra tubuh seseorang yang menjadi positif ataupun negatif yang membandingkan tubuhnya dengan belum diungkap oleh peneliti dan orang lain yang lebih kurus, majalah menambah jumlah subjek penelitian yang mendukung citra tubuh pada Berggstrom, R.L., Clayton, N (2006). body remaja putri yang melakukan suntik image disturbance and the social kurus. norms approach : an integrative review of the literature. Journal of DAFTAR PUSTAKA Social and Clinical Psychology: Andri. (2008). Gangguan citra tubuh. http://psikosomatik- http://www.geocities.com Blyth, D.A., Roberta, G.S, & David F.Z. rsgm.blogspot.com (1985). satisfaction with body image Atwater, Eastwood & Karen, G. D (2005). Psychology for living (adjustment, growth and behaviour today), jilid 8. New Jersey: Pearson Prentice for early adolescent females: the impact of pubertal timing within diferent school enviroments. Journal of Youth and Adolescence: http://proques.umi.com/pqdweb?did Hall Atwater, E (1983). psychology of adjusment personal growth in changing world. Botta, R.A. (1999). Television images and adolescent disturbance. New Jersey: Prentice Hall, inc girls body image International Communication Association Banfield, SS and Mc Cabe, M.P (2002). an evaluation of construct of body image. Adolescence. Roslin Heigths images disturbance: an integrative Guide : http://proquest.umi.com/pqdweb?di for Assesment and Treatment. Washington: American Psychological Association d Basuki, A.M. (2006). Penelitian kualitatif. Depok: Gunadarma Benjet, corina & Laura, H.G (2002). a short term longitudinal study of pubertal change, gender, and psychological well-being Cash, T. (1996). The treatment of body of mexican early Cash,T & Pruzinsky, T. (1994). Body images, development, deviances and changes. The Guilford pres. Departemen KesehataRI. (2007). http://www.depkes.go.id Fausiah, Fitri & Julianti, W. (2005). Psikologi abnormal klinis dewasa. Jakarta: UI-press. adolescent. Journal of Youth and Adolescence: http://proquest.umicom/pqdweb?did Graber, Julia, A,.Jeanne, Roberta,L. (1994). prediction of eating problems. Journal of Psychology Developmental Gowers, S.G. & Alison S.(2001). Development of weight and shape concern in the aetiology of eating disorders. The British Journal of Psychiatry Grogan, Sarah. (1999). Body image. Routledge: Understanding body dissatisfaction in men, women and children Harrison. (1997). Body dissatisfaction. http://www.depkes.go.id image Jones, D.C. (2001). Social comprison and body image. Sex Roles: A Journal of Research Kelliat. (1998). Citra tubuh. Jakarta : Gramedia Ma’shumi, Yahya. (2006). Remaja dan aspek psikososial. http://www.kompas.com/kompascetak McCabe, Marita, P. (2001). Parent, peer and media influences on body image and strategies to both increase and decrease body size among adolescent boys and girls. http//proquest.umi.com McCabe, Marita. P. (2003). Sociokultural Influences on body image and body changes among adolescent boys and girls. USA : The Journal of Social Psychology Mighwar. (2006). Psikologi remaja. Jakarta : Gramedia Moleong, L.J. (2005). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Nasir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Nawawi, H. H. (2005). Metodologi penelitian bidang sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Odang, Siti, S. C. (2005). Pengaruh majalah terhadap bodyiImage dan body dissatisfaction pada remaja putri. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan kualitatif dalam penelitian perilaku manusi. Jakarta: Lembaga pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Papalia, Diane, E.(2003). Human development (9th ed). New York: McGraw-Hill Ricciardeli, L.A & Marita P. M. (2001). A longitudinal analysis of the role of biopsychososial factors in predicting body change strategies among Adolescent Boys. New York : Journal of Research Rice & Dolgin . 2002. Psikologi Remaja. Jakarta : Gramedia Rosenblum, Gianine. D. & Michael. L. (1999). The relation among body image, phisycal attractiveness, and body mass in adolescent. Child Development Santrock, J.W. (1990). Adolescent. Dallas : Wm.C. Brown Publisher Sarwono, Sarlito, W. (2006). Psikologi remaja edisi 10. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sihombing, N. (2003). Studi kasus tentang cinta dan tubuh dan kecemasan tiga orang remaja putri yang mengalami obesitas, skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Yayasan Administrasi Indonesia Steinberg, Laurence. (1999). Adolescent. Boston : McGraw-Hill College Thompson, J. K. (1990). Body image disturbance. New York: Pergamon press inc Thompson, J. K, Leslie J, Heinberg, Altabe & Stacey T. Dunn. (1999). Exacting Beauty. Washington: American Psychological Association Thompson, J.K. (1996). Body image, eating disorders, and obesity. an integrative guide for assesment and treatment. Washington: American Psychological Association Toja. (2005). Hubungan antara kepuasan citra tubuh dan perilaku tidak sehat pada wanita dewasa muda. Depok: Fakultas psikologi Universitas Indonesia WHO. (2007). WHO global data base on body mass Index. http://www.who.int/bmi/index Yin, R. K. (2003). Studi kasus ( desain & metode ) edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada