body image at the end of which does adolescent princess injecting

advertisement
 BODY IMAGE AT THE END OF WHICH DOES
ADOLESCENT PRINCESS INJECTING THIN.
NANI PRATIWI, Dona Eka Putri, S.Psi. M.Psi
Undergraduate Program, 2009
Gunadarma University
http://www.gunadarma.ac.id
key words: adolescent
ABSTRACT :
Adolescence is a time of transition someone from the children become adults. At this time, one
starts to realize ourselves and give a big attention to body image. Attention to body image may
seem greater in young girls. At present pulled at least one identified body skinny or slim. This
resulted in a lot of teenagers who perform weight management efforts. One way to do is inject
thin. The purpose of this research is to determine the body image in adolescent girls who have
the treatment and thin, how is the body image in adolescent girls who have the treatment skinny.
The method used in this research is a qualitative approach and case study. Subjects examined in
this study is injecting teenage skinny and have a negative body image. While the research data
collection tool used a tape recorder and stationery. Based on research that has been made the
subject of a negative body image that this can be seen from the components of the subject's body
image. The subject did not feel comfortable on the body fat and thin needle to beautify the body
and relieve discomfort. The results showed that the reason the subject did thin needle, in addition
to the subject are not satisfied with your weight and body shape as a whole, subjects also were
dissatisfied with specific body parts. Dissatisfaction decreased after injecting a subject to thin,
but the subject still feels that he has a fat body and wanted to drain his body again. Perceived
body image factors individual to certain body parts or accuracy of individual assessments of the
size, shape and weight (in addition to not feel satisfied with their body size, the subjects were
also not satisfied on the thighs and belly. Interpersonal factors that influence body image The
subject is the attitude of mothers towards their own bodies and the body of the Subject, peers
such as friends who have a skinny body. strangers (which is often encountered in the crowd of
subjects that affect the subject's body image), and newspaper idol, body dissatisfaction Subjects
also influenced by the magazine that she read.
CITRA TUBUH
PADA REMAJA PUTRI
MELAKUKAN SUNTIK KURUS
NANI PRATIWI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa
transisi seseorang dari anak-anak
menjadi dewasa. Pada masa ini,
seseorang mulai sadar diri dan
memberikan perhatian yang besar
terhadap citra tubuh. Perhatian
terhadap citra tubuh tersebut terlihat
lebih besar pada remaja putri. Saat ini
menarik
tidaknya
seseorang
diidentikkan tubuh kurus atau langsing.
Hal ini mengakibatkan banyak sekali
remaja
yang
melakukan
usaha
pengurusan berat badan. Salah satu
cara yang dilakukan adalah suntik
kurus.
Tujuan dilakukan penelitian ini
adalah untuk mengetahui citra tubuh
pada remaja putri yang melakukan
suntik kurus, bagaimana gambaran citra
tubuh pada remaja putri yang
melakukan suntik kurus. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pendekatan kualitatif berupa
studi kasus. Subjek yang diteliti dalam
penelitian ini adalah remaja putri yang
melakukan suntik kurus dan memiliki
citra tubuh yang negatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti adalah metode wawancara
dengan
pendekatan
menggunakan
petunjuk umum wawancara dan
observasi nonpartisipan. Sedangkan alat
bantu pengumpulan data penelitian
menggunakan alat perekam dan alat
tulis.
Berdasarkan penelitian yang
yang telah dilakukan subjek memiliki
citra tubuh yang negatif hal ini dapat
dilihat dari komponen
citra tubuh
subjek. Subjek tidak merasa nyaman
terhadap tubuhnya yang gemuk dan
melakukan
suntik
kurus
untuk
memperindah
tubuhnya
dan
menghilangkan rasa ketidaknyamanan.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa alasan subjek melakukan suntik
kurus, selain subjek merasa tidak puas
dengan berat badan dan bentuk
tubuhnya secara keseluruhan, subjek
juga merasa tidak puas dengan bagian
tubuh tertentu. Ketidakpuasan tersebut
menurun setelah subjek melakukan
suntik kurus, akan tetapi subjek masih
merasa bahwa dirinya memiliki tubuh
yang gemuk dan ingin memperkurus
tubuhnya lagi.
Gambaran citra tubuh subjek,
subjek merasa sangat gemuk dan ingin
melakukan suntik kurus terhadap
tubuhnya ,faktor ini mengungkapkan
pikiran dan perasaan subjek mengenai
tubuhnya, perilakunya diarahkan untuk
mencapai bentuk tubuh yang lebih ideal
seperti diet dan lain-lain (subjek pernah
melakukan diet sebelum
subjek
melakukan suntik kurus). Faktor citra
tubuh yang dipersepsi individu terhadap
bagian-bagian tubuh tertentu atau
akurasi penilaian individu terhadap
ukuran, bentuk dan berat (selain tidak
merasa puas dengan ukuran tubuhnya,
subjek juga tidak merasa puas pada
bagian paha dan perutnya.
Faktor-faktor interpersonal yang
mempengaruhi citra tubuh Subjek
adalah sikap ibu terhadap tubuhnya
sendiri dan tubuh Subjek, teman sebaya
seperti
teman-temannya
yang
mempunyai tubuh yang kurus. orang tak
dikenal (yang sering Subjek jumpai di
tempat keramaian yang mempengaruhi
citra tubuh Subjek), tokoh idola dan
media massa, ketidakpuasan terhadap
tubuh Subjek juga dipengaruhi oleh
majalah yang ia baca.
juga mulai sadar diri dan memberikan
perhatian yang besar pada citra tubuh
(Papalia, 2004) dan perhatian terhadap citra
tubuh tersebut terlihat lebih besar pada
Kata kunci: Citra Tubuh,
Remaja Akhir Putri, Suntik Kurus
remaja putri (Attie & Brooks-Gunn, dalam
Graber, 1994). Citra tubuh merupakan
persepsi, perasaan dan pikiran seseorang
mengenai
PENDAHULUAN
A.
tubuhnya,
menilai
apakah
tubuhnya menarik atau tidak dan emosi yang
Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa transisi
berkaitan dengan bentuk dan ukuran tubuh
seseorang dari anak-anak menjadi dewasa.
seseorang (Grogan, Muth & Cash, dalam
Remaja dihadapkan oleh banyak sekali
Grogan 2006).
tantangan selama masa transisi ini (Feldman
Andri (2008)
mengatakan bahwa
dkk, dalam Graber, 1994). Perubahan secara
gangguan citra tubuh merupakan bagian dari
fisik
kognisi dan juga sosial merupakan
gangguan obsesif kompulsif, di mana
suatu tantangan yang dapat mengubah
pikiran obsesif tentang penampilan tubuh
segala aspek kehidupan remaja (Graber,
dibarengi dengan tindakan kompulsif selalu
1994). Secara fisik remaja mengalami
melihat ke cermin. Perbedaannya terletak
perubahan yang cukup drastis pada tinggi
bahwa gangguan citra tubuh berfokus pada
dan berat badan, proporsi dan bentuk tubuh
penampilan sedangkan gangguan obsesif
juga dalam hal kematangan seksual (Papalia,
kompulsif
2004). Remaja juga mengalami peningkatan
kontaminasi. Hal ini untuk menilai apakah
secara kognitif menurut Piaget, yaitu tahap
terdapat gangguan citra tubuh pada mereka.
konkrit operasional, yang menyebabkan
Bila ternyata ada maka segala usaha untuk
remaja
memperbaiki diri mereka juga tidak akan
dapat
berpikir
Perubahan
secara
kognisi
abstrak
remaja
juga
berhasil
berfokus
dan
membuat
pada
puas,
bahaya
karena
menyebabkan remaja lebih sadar akan
sebenarnya yang menjadi masalah adalah
dirinya
dibandingkan
bukan hasilnya atau bagaimana fisik mereka
dengan anak-anak dan lebih memikirkan
terlihat, tetapi lebih terhadap pandangan
tentang
mereka terhadap citra tubuh mereka sendiri.
(self-conscious)
pemahaman
dirinya.
Remaja
menjadi lebih introspektif, dimana hal ini
merupakan bagian dari kesadaran diri
Saat
ini
menarik
atau
tidaknya
mereka dan bagian dari eksplorasi diri
seseorang diidentikkan dengan tubuh kurus
(Santrock, 2003). Pada masa ini, seseorang
atau langsing. Masyarakat menyamakan
tubuh kurus dengan cantik dan menarik pada
mengkonsumsi berbagai suplemen diet.
wanita (Ricciardeli, 2001). Hal tersebut
Rasa tidak puas terhadap kasus tertentu
diantaranya
kontes
dapat mendorong seseorang pada gaya
kecantikan yang semakin marak diadakan
hidup yang sehat misalnya saja dengan
mulai dari tingkat daerah hingga tingkat
melakukan kegiatan olahraga (Grogan dkk,
nasional. Media masa pun semakin berpacu
dalam
mengadakan kontes yang serupa, kontes
tersebut
tersebut
bahwa
menguntungkan jika ketidakpuasan tersebut
penampilan fisik bukan penilaian utama,
mendorong seseorang untuk menjalani pola
namun tetap saja fisik merupakan faktor
makan yang sehat (Thompson dkk 1999).
dapat
dilihat
dari
mendeklarasikan
Grogan,
juga
2006).
bisa
Ketidakpuasan
menjadi
baik
dan
penentu yang sangat penting. Misalnya saja
salah satu kontes yang diadakan oleh suatu
majalah remaja yang sejak seleksi awal
mensyaratkan kriteria fisik tertentu seperti
tinggi dan berat badan, ukuran pakaian,
lingkar pinggang, lingkar dada dan lingkar
Salah satu cara yang digunakan untuk
meraih gambaran tubuh ideal tersebut
adalah suntik kurus. Suntik kurus adalah
istilah yang biasa digunakan masyarakat
untuk suatu cara yang digunakan untuk
menguruskan badan dengan menyuntikkan
pinggul.
zat tertentu kedalam tubuh. Suntik kurus
Thompson dkk (1999) media masa juga
turut
mempengaruhi
remaja
putri
merupakan metode yang digunakan untuk
memperkecil
ukuran
tubuh
dengan
memandang tubuhnya dengan membangun
menyuntikkan suatu zat yang memiliki efek
citra bahwa tubuh yang ideal adalah berkulit
sistematis (obat akan beredar keseluruh
putih, bertubuh langsing, berpayudara besar.
tubuh).
Media cetak biasa menampilkan modelmodel yang memiliki kriteria tersebut.
Televisi, seperti media cetak, juga turut
mempromosikan ide bahwa tubuh ideal
adalah tubuh yang kurus baik dari film
Departemen Kesehatan Kanada, pada
akhir tahun 2004 memerintahkan untuk
memberhentikan penggunaan suntik kurus
(fat burning injection). Dr.Waiyne Carmen,
dokter
maupun iklan.
bedah
plastik
di
Torronto,
mengatakan bahwa belum ada penelitian
Cara-cara yang biasa digunakan untuk
mendapatkan
biasa
lipostabil/fat burning injection cukup aman
dilakukan antara lain dengan melakukan
untuk digunakan. Menurut penelitian medis
pengaturan pola makan atau diet, melakukan
sebenarnya tidak disarankan melakukan
aktivitas
suntik kurus, namun penelitian lainnya
tubuh
fisik
ideal
seperti
yang
yang cukup untuk mengatakan bahwa
olahraga
dan
menyatakan bahwa sunik kurus merupakan
cara menguruskan tubuh yang cukup aman.
Hal
tersebut
menunjukkan
bahwa
keberadaan suntik kurus di Indonesia masih
2. Bagaimana citra tubuh subjek yang
melakukan suntik kurus?
3. Mengapa subjek memiliki citra
tubuh yang demikian
kontroversial.
Menurut
C. Tujuan Penelitian
Toja
(2005)
semakin
banyaknya remaja, khususnya remaja putri,
yang merasa tidak puas dengan tubuhnya
bahkan hingga melakukan suntik kurus yang
keamanannya
sedikit
dipertanyakan
membuat
mengetahui
lebih
banyak
peneliti
lanjut
masih
ingin
Tujuan diadakannya penelitian ini
adalah untuk mengetahui alasan subjek
melakukan suntik kurus, gambaran citra
tubuh remaja akhir putri yang melakukan
suntik kurus dan hal apa yang menyebabkan
subjek memilki citra tubuh yang demikian.
mengenai
D. Manfaat Penelitian
bagaimana sebenarnya citra tubuh yang
mereka miliki. Penelitian ini berfokus pada
Manfaat dalam penelitian ini adalah :
remaja putri karena remaja putri memang
lebih merasa tidak puas dengan tubuhnya
1. Manfaat Teoritis
dibanding remaja putra. Sedangkan remaja
Hasil penelitian diharapkan dapat
akhir dipilih karena syarat yang biasa
memberikan
diajukan untuk melakukan suntik kurus
masyarakat umumnya pada remaja
adalah berusia diatas 18 tahun. Penelitian ini
putri yang melakukan suntik kurus
dilakukan
dan
secara
kualitatif
guna
masukan
memberikan
pada
masukan
yang
mendapatkan gambaran secara nyata dan
bermanfaat bagi perkembangan Ilmu
menyeluruh mengenai gambaran citra tubuh
Psikologi,
yang sulit didapatkan jika menggunakan
perkembangan dan Psikologi Klinis,
metode kuantitatif.
serta dapat menggali lebih dalam
khusunya
Psikologi
tentang proses pembentukan citra
B. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor apa yang
menyebabkan subjek melakukan
suntik kurus ?
tubuh yang lebih khusus pada remaja
putri yang melakukan suntik kurus
2. Manfaat Praktis
Diharapkan
ini
memberikan masukan kepada orang
tua
penelitian
untuk
lebih
memperhatikan
bagaimana citra tubuh yang terbentuk
atau
pada remaja putri, khususnya remaja
bagaimana pandangan sendiri untuk tampil
putri yang melakukan suntik kurus.
terhadap orang lain dan representasi internal
Selain itu penelitian ini diharapkan
dari tampilan luar, persepsi dari tubuh dan
dapat menjadi sumber inspirasi untuk
tampilan internal terkait dengan pemikiran
mengembangkan
dan perasaan dan bisa saja merubah perilaku
pengetahuan
mengenai pandangan remaja putri
bagaimana
melihat
orang
lain,
pada situasi tertentu.
mengenai tubuhnya. Penelitian ini
Garisson (dalam Sihombing, 2003)
juga diharapkan dapat memberikan
masukan pada remaja, orang tua,
guru,
psikolog,
maupun
praktisi
pemerhati remaja lainnya mengenai
menyatakan bahwa citra tubuh sebagai suatu
pengalaman
psikologis
individu
yang
berkaitan dengan tubuhnya, yang berfokus
pada perasaan dan sikap-sikap individu
citra tubuh remaja.
tersebut terhadap tubuhnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Citra tubuh juga dapat diartikan
A. Citra Tubuh
sebagai gambaran mental yang dimiliki
1.
Pengertian Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan bagian
seseorang
terhadap
(Wolman
dalam
tubuhnya
sendiri
Sihombing,
2003)
dari konsep diri yang berupa gambaran
sementara itu Unger dan Crawford (dalam
seseorang mengenai tubuhnya (Atwater
Sihombing,
dan Duffy, 2005). Belakangan ini, istilah
tubuh sebagai suatu evaluasi dan penilaian
citra
individu terhadap tubuhnya
tubuh
berkembang
meliputi
2003)
mendefinisikan
citra
bagaimana perasaan seseorang mengenai
Citra tubuh adalah sikap seseorang
tubuhnya, dan apakah individu tersebut
terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak
puas atau tidak dengan tubuhnya. Berikut
sadar yang mencakup persepsi dan perasaan
ini akan dijabarkan lebih lanjut mengenai
tentang ukuran, bentuk, fungsi dan potensi
citra tubuh.
tubuh saat ini dan masa lalu ( Stuart dan
Beberapa pengertian mengenai
citra tubuh dipaparkan oleh para ahli,
diantaranya:
Sundeen ,dalam Kelliat, 1998)
2.
Gangguan Citra Tubuh (Body Image
Disturbance)
Gangguan citra tubuh (body image
Thompson dkk, (1999) melihat
citra tubuh sebagai penampilan sebenarnya
disturbance) didefinisikan bahwa gangguan
citra tubuh merupakan pemikiran
dan
perasaan
negatif
sesorang
mengenai
tubuhnya.
individu
terhdap
menyebabkan
tubuhnya
individu
dapat
mempunyai
harga diri yang rendah atau bahkan
Gangguan citra tubuh tidak terbatas
pada mereka yang secara klinis terdiagnosa
memiliki gangguan makan ( Thompson
dalam
Botta,
1999).
Model
depresi, kecemasan sosial dan menarik
diri dari situasi sosial ( Cash dkk dalam
Sihombing, 2003).
kontinum
mungkin merupakan cara yang paling tepat
Sedangkan
menurut
Thompson
dalam menjelaskan konsep gangguan citra
(1980) mendefinisikan gangguan citra
tubuh, dari tidak adanya gangguan sama
tubuh sebagai suatu penilaian yang
sekali hingga gangguan tingkat ekstrim
terlalu jauh terhadap bentuk dan ukuran
(Thompson, 1999).
tubuh yang sebenarnya, yang akan
membentuk persepsi yang salah dan
Menurut
Cash
dkk
(dalam
merendahkan.
Sihombing, 2003) bentuk gangguan citra
tubuh
dapat
dibagi
dua,
berdasarkan
komponen citra tubuh yang terganggu yaitu:
Terdapat beberapa teori terbentuknya
gangguan
citra
tubuh
(Body
Image
menjelaskan
bahwa
Distortion) antara lain :
a. Body Image Distortion
Seperti
dijelaskan
sebelumnya,
apabila komponen yang terganggu
adalah
komponen
persepsi
maka
1) Teori Perseptual
Teori
ini
munculnya gangguan citra tubuh terjadi
gangguan body image yang dialami
karena
adalah distorsi body image. Apabila
seseorang terhadap ukuran atau bentuk
individu
body
tubuhnya. Hal ini bisa disebabkan
mampu
karena adanya defisit kortikal yang
image
mengalami
maka
ia
distorsi
tidak
kurang
akuratnya
memperkirakan (mengestimasi) ukuran
kemudian
tubuhnya secara tepat.
perseptual dan visuospasial. Sebab lain
yaitu
b. Body Image Disatisfaction
dilihat dari bagaimana individu menilai
tubuhya.
Bila
individu
menyebabkan
karena
adanya
menilai
pribadinya, maka ia akan menilai
tubuhnya.
persepsi
diri mereka dalam ukuran maksimum
dan minimum (Crisp dan Kalucy dalam
Thompson, 1996).
penampilan tidak sesuai dengan standar
rendah
gangguan
maladaptif individu mempersepsikan
Ketidakpuasaan citra tubuh dapat
persepsi
Ketidakpuasan
2) Teori Developmental
Salah
dan
mempengaruhi pekembangan tingkah
mempengaruhi citra tubuh seseorang
laku dan sikap yang berhubungan
ialah waktu terjadinya tahap pubertas
dengan citra tubuh.
pada
satu
hal
remaja.
menyebutkan
remaja
penting
Thompson
bahwa
mengalami
bila
(1996)
seorang
semakin besar kecenderungan bahwa ia
mendapatkan ejekan atau komentar
yang tidak menyenangkan. Satu hal lagi
dapat
mempengaruhi
terbentuknya gangguan citra tubuh
ialah
Ketidakpuasan Tubuh
Ketidakpuasan tubuh merupakan
keterlambatan
perkembangan dalam masa pubertas,
yang
3.
pelecehan
seksual
atau
bagian dari gangguan citra tubuh yang
terkait pada kognitif, afeksi dan sikap
citra tubuh negatif (Bergstrom &
Neighbors, 2006). Namun menurut
Thompson dkk, (1999) ketidakpuasan
tubuh juga terkait dengan perilaku
seseorang. Gangguan citra tubuh yang
terkait pada afeksi diantaranya adalah
pengalaman seksual yang terlalu dini
saat
seseorang
menderita
atau
tubuhnya.
3) Teori sosiokultural
teori yang telah dikemukakan untuk
masalah
citra
tubuh,
banyak penelitian yang berpendapat
bahwa faktor masyarakat dan budaya
memiliki pengaruh yang kuat dalam
membentuk,
mengembangkan,
dan
mempertahankan masalah citra tubuh
pada
masyarakat
terganggu,
cemas
Gangguan
terhadap
yang
terkait
dengan aspek kognisi berupa pemikiran
Walaupun ada beberapa model
menjelaskan
merasa
barat.
Teori
ini
dan
keyakinan
negative
mengenai
tubuhnya, misalnya saja harapan tidak
realisitis
terhadap
Sedangkan
penampilannya,
gangguan
yang
terkait
dengan aspek perilaku misalnya saja
menghindari
situasi
tertentu
yang
menyebabkan individu tersebut dapat
mengingat
tubuhnya
(Thompson,
(1996)
mengatakan
1999).
dikenal dengan teori sosiokultural,
yang
menyebutkan
masyarakatlah
yang
bahwa
menentukan
Cash
berbagai
kejadian
yang
dapat
standar sosial mengenai apa yang
mengaktivasi ketidakpuasan tersebut
cantik dan menarik (Heinberg dalam
antara
Thompson
memperhatikan
dkk,
1999).
Thompson
lain
saat
seseorang
tubuhnya
dengan
(1996) juga berpendapat bahwa norma
seksama
budaya
seseorang mengamati dengan seksama
memiliki
peranan
dalam
(body
exposure),
saat
lingkungan sosialnya (social scrutiny),
citra tubuh yang tinggi berhubungan
saat seseorang membandingkan dirinya
dengan peningkatan konsep diri dan
dengan
sosialnya,
kepercayaan diri individu. beberapa faktor
tertentu,
yang mempengaruhi kepuasan citra tubuh
olahraga
adalah :
lingkungan
mengenakan
pakaian
bercermin,
makan,
(exercising), menimbang berat badan
atau saat seseorang mengalami suatu
perubahan
penampilan
yang
tidak
1) Berat badan, bentuk tubuh, dan tingkat
kekurusan atau kegemukan
2) Trend
diinginkan
yang
sedang
berlaku
di
Masyarakat
4. Kepuasan Citra Tubuh
Trend yang berlaku di masyarakat
sangat
Menurut Thompson dkk, (1999)
mendefinisikan kepuasan tubuh sebagai
mempengaruhi
seseorang
(Fallon
dalam
citra
tubuh
Thompson,
1996).
kepuasan dengan salah satu aspek dari
tubuh, biasanya skala yang menentukan
3) Media massa
situs nilai (misalnya, pinggang, pinggul,
paha, payudara rambut dan lain lain).
Media massa berperan sangat besar
dalam memyebarkan informasi mengenai
Menurut Mintz dan Betz (dalam
Nirmala, 1996) kepuasan citra tubuh
adalah
derajat
kepuasan
seseorang. sementara itu Hill, Oliver, dan
(dalam
nirmala,
1996)
memberikan definisi bahwa kepuasan
citra tubuh adalah derajat kepuasan
bagian-bagian yang berbeda pada tubuh
seseorang.
kepuasan
Thompson, 1999 ).
mengenai
berbagai bagian dan karakterstik tubuh
Rogers
standar tubuh yang ideal ( Mazur dalam
citra
tubuh
merupakan suatu kontinum dimana salah
satu ujungnya adalah ketidakpuasan citra
tubuh (derajat kepuasan citra tubuh yang
4) Tahap Perkembangan
Perubahan fisik yang terjadi pada
masa remaja akan berdampak pada
kepuasan citra tubuh mereka karena
belum tentu perubahan yang terjadi
sesuai dengan keinginan mereka yang
bahkan bisa menimbulkan rasa malu
(Pruzinsky dan Cash dalam Thompson,
1996).
5) Sosialisasi
tinggi)
Seumur hidupnya manusia tidak
Secord dan Jourard (dalam Nirmala,
terlepas dari pengaruh orang lain,
1996) menemukan bahwa derajat kepuasan
melalui orang tua, teman, kekasih
ataupun significant others lainnya, nilai
b.
Faktor
perilaku
mementingkan
tentang penampilan dan standar fisik
tubuh dan perilaku diet (body
yang
importance dan dieting behavior)
berlaku
diajarkan
disosialisasikan
(Fallon
dan
dalam
Faktor ini berfokus pada sejauh
Thompson, 1996)
mana individu mementingkan citra
tubuh dan perilaku diet yang
5. Teori Diskrepansi Diri-Ideal Dalam
dilakukan untuk meraih bentuk
Tubuh
tubuh
Kepuasan
tubuhnya
seseorang
sangat
terhadap
dipengaruhi
yang
diinginkan
dan
mempertahankannya.
oleh
gambaran tubuh ideal, bagian yang
c.
Faktor citra tubuh yang dipersepsi
sangat penting dari keseluruhan citra
individu terhadap bagian-bagian
tubuh (Atwater dan Duff, 2005). Teori
tubuh
ini
seseorang
penilaian
mencapai
ukuran, bentuk dan berat relatif
menjelaskan
termotivasi
bahwa
untuk
telah
terinternalisasi
(Cash
dan
Syzmanski, 1995).
6. Komponen Citra Tubuh
Banfield
menyatakan
tubuh
dan
McCabe
bahwa
terdiri
konstrak
dari
tiga
atau
individu
akurasi
terhadap
terhadap proporsi aktual.
kesepakatan antara konsep diri aktual
yang dimilikinya dan konse ideal yang
tertentu
7. Perbedaan
Individual
yang
Mempengaruhi Citra Tubuh
a.
Jenis Kelamin
b.
Orientasi Seksual
c.
Efek Etnis dan Budaya
(2002)
d.
citra
e.
Indeks Masa Tubuh (IMT)
f.
Kegiatan
Kelas Sosial
faktor
multidimensional, yaitu :
atau
Profesi
yang
ditekuni
a.
Faktor kognisi dan afeksi terhadap
tubuh (cognition dan affection
regarding body)
Faktor ini mengungkapkan pikiran
g.
Komparasi Sosial yang dilakukan
8. Faktor-Faktor Interpersonal yang
Mempengaruhi Citra Tubuh
Thompson
(1999)
menjabarkan
dan perasaan individu mengenai
bahwa
tubuhnya
mempengaruhi citra tubuh seseorang
faktor-faktor
yang
dapat dilihat melalui dua cara yaitu
secara
langsung
langsung.
maupun
Pengaruh
tidak
interpersonal
tubuh
dapat
menyebabkan mood depresif atau
balik penampilan terhadap citra diri
depresi. Simptom depresi sendiri
seseorang seperti ejekan atau komentar
antara lain kehilangan energi, merasa
dan kritikan secara langsung hingga
sedih,
komentar
bersalah,
ekstrim
yang
seksual.
barbau
Sedangkan
menarik
tidak
berharga,
sulit
diri
merasa
berkonsentrasi,
dari
orang
lain,
pengaruh tidak langsung dari orang lain
kehilangan minat serta kesenangan
membahas
bagaimana
dalam melakukan aktifitas sehari-
persepsi mereka terhadap penampilan
hari, dan berpikir mengenai kematian
ideal, kualitas hubungan interpersonal
dan bunuh diri.
isu
seputar
yang diindikasikan oleh penerimaan
dan
penolakan,
juga
pengaruhnya
dengan menjadi role model perilaku
yang
menunjukkan
tubuh.
10. Citra Tubuh Remaja
Menurut Brownell & Faust (dalam
ketidakpuasan
Rosenblum dan Lewis, 1999)selama
penelitian-
masa remaja, citra tubuh mengalami
Berdasarkan
penelitian
yang
telah
dilakukan,
perubahan sering dengan berubahnya
pengaruh
interpersonal
biasanya
fisik remaja. Hal tersebut dapat saja
didapatkan dari :
terjadi
melalui
proses
komparasi
antara perubahan yang terjadi pada
a. Orangtua
tubuh dan standar ideal mengenai
b) Teman sebaya (peers)
penampilan fisik yang dinginkan
c) Pasangan (Romantic Partner)
yang relatif stabil. Hal ini juga
d) Orang tak dikenal (Perfect Stranger)
berhubungan dengan konsep menarik,
terlepas dari bagaimana orang lain
melihat dirinya. Steward dan Koch
Pengaruh Citra Tubuh
Menurut Bergstrom dan Neighbors
(1983) mengatakan citra tubuh pada
(2006) depresi juga dihubungkan
remaja akan meningkat saat bentuk
dengan
tubuhnya sesuai dengan seks dan
tubuh
hadirnya
pada
gangguan
wanita,
citra
sedangkan
menurut Dimar, Halliwel dan Ive
ketidakpuasan
secara langsung didapat melalui umpan
pelecehan
9.
(2006) juga menyebutkan bahwa
kultir ideal.
f. Menyiapkan diri untuk pernikahan
B. Remaja
dan kehidupan keluarga
1. Pengertian Remaja
Dalam
g. Membuat dan melakukan perilaku
yang bertanggug jawab secara
Mighwar, (2006) istilah
sosial
adolesence atau remaja berasal dari
kata Latin adolescere (kata bendanya ,
h. Mendapatkan
adolescentia yang berarti remaja) yang
dan
berarti
mengembangkan ideologi
menjadi
“
tumbuh”
dewasa”.
atau
“tumbuh
Bangsa
primitif
demikian pula orang –orang zaman
purbakala memandang masa puber dan
masa remaja tidak berbeda dengan
periode-periode lain dalam rentang
kehidupan,
dewasa
anak
dan
dianggap
mampu
sudah
sistem
etika
dan
a.
Aspek fisik
b.
Aspek kognitif
c.
Aspek psikososial
4. Ciri – ciri Umum Masa Remaja
Setiap periode penting selama
rentang kehidupan memiliki ciri-ciri
tertentu yang membedakannya dengan
2. Tugas Perkembangan Remaja
periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-
Menurut Havighurst (dalam Rice
ciri tersebut juga dimiliki oleh remaja,
& Dolgin, 2002) menggarisbesarkan
sebagaimana
delapan tugas besar untuk remaja:
(Mighwar, 2006).
a. Menerima
fisiknya
dan
a.
b. Membuat relasi baru yang lebih
paparan
Masa yang penting
kehidupan memang penting, tetapi ada
dewasa dengan teman sebaya baik
perbedaan
sejenis maupun lawan jenis
kepentingannya.
c. Menghayati peran sosial maskulin
atau feminin
kebebasan
emosional
dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
e. Mempersiapkan karir
berikut
Semua periode dalam rentang
menggunakan tubuh secara efektif
d. Memiliki
nilai
3. Karakteristik Remaja
mengadakan
reproduksi.
sekumpulan
b.
dalam
tingkat
Masa transisi
Transisi
peralihan
merupakan
dari
satu
tahap
tahap
perkembangan ke tahap berikutnya.
Maksudnya, apa yang telah terjadi
sebelumnya akan membekas pada apa
Mesostabil,
Lipostabik,
L
yang terjadi sekarang dan yang akan
Prolene,
datang.
(laroscorbine), B12, Cellulife, Cellulyse,
Riboplavin,
Carnitine,
Vit.C+Kolagen
Phosphaticolidine, procain, prolene, semua
c.
Masa perubahan
Selama
diracik dgn campuran dan dosis yg pas utk
masa
remaja,
tingkat
perubahan sikap dan perilaku sejajar
membakar lemak dengan cepat namun tetap
aman bagi tubuh.
dengan tingkat perubahan fisik.
Syarat-syarat yang diajukan sebelum
d.
Masa pencarian identitas
melakukan suntik kurus ini berbeda-beda di
Penyesuaian diri dengan standar
setiap
dokternya.
Ada
dokter
yang
kelompok dianggap jauh lebih penting
mengatakan bahwa umur 12 tahun sudah
bagi remaja daripada individualitas.
dianggap dewasa untuk melakukan suntik
kurus. Namun ada juga dokter yang hanya
C. Suntik Kurus
memperbolehkan pasien di atas 18 tahun.
Suntik kurus atau Slimming Injection
Selain itu, pasien yang memiliki tekanan
menurut pakar ahli kecantikan adalah teknik
darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
penyuntikan
juga
mikro formula farmasetik,
homeopatik, asam amino, dan vitamin,
secara langsung pada lapisan di bawah kulit
(lapisan kulit mesodermis) di tempat yang
bermasalah
(tempat
timbunan
lemak
berada). Efek dari suntikan ini tergantung
dari beberapa campuran yang digunakan.
Untuk tujuan pembentuka tubuh, campuran
yang
biasa
digunakan
untuk
tujuan
tidak
diperbolehkan
melakukan
penyuntikan tersebut (Lia, 2006).
Lia mengatakan sebenarnya obatobatan tersebut digunakan bukan untuk
indikasi menguruskan. Namun karena efek
sampingnya
metabolisme
tersebut
adalah
tubuh,
meningkatkan
jadi
orang-orang
menggunakannya
untuk
melangsingkan tubuh
pembentukan tubuh, campuran yang biasa
digunakan antara lain procaine, untuk tujuan
Menurut Banfield (2002) karena obat-
anestesi, aminofilin yang biasa digunakan
obatan yang memiliki efek meningkatkan
untuk penderita asma dan isoproteranol
metabolisme
yang biasa digunakan untuk penderita
meningkatkan
penyakit jantung. (Andri, 2008)
jantung, meningkat atau berdebar, kesulitan
tubuh
tekanan
umumnya
darah,
dapat
denyut
tidur, dan lain sebagainya. Resiko terkecil
Ada pun zat-zat yang terkandung
dalam Slimming injection adalah Siloeg,
pada orang yang sensitif dan tidak tahan
terhadap efek tersebut diantaranya adalah
putri yang melakukan suntik kurus untuk
nyeri
memperindah tubuh atau mempercantik diri.
kepala,
mual,
gelisah,
jantung
berdebar-debar hingga resiko kematian
Suntik kurus adalah istilah yang biasa
D. Citra Tubuh pada Remaja Putri
digunakan masyarakat untuk menguruskan
yang Melakukan Suntik Kurus
badan dengan menyuntikkan zat tertentu ke
dalam tubuh. Suntik kurus merupakan
Masa remaja adalah masa yang begitu
rentan dengan permasalahan-permasalahan,
salah satu nya adalah masalah citra tubuh,
citra tubuh merupakan bagian dari konsep
diri
yang
berupa gambaran
metode yang digunakan untuk memperkecil
ukuran tubuh dengan menyuntikkan suatu
zat yang memiliki efek sistematis (obat akan
beredar ke seluruh tubuh).
seseorang
mengenai tubuhnya (Atwater & Duffy,
METODE PENELITIAN
2005.
A. Pendekatan Penelitian
Menurut
Feingold
dan
Mazzella
Dalam
penelitian
ini
peneliti
(1998) ketidakpuasan terhadap satu atau
menggunakan
lebih anggota tubuh merupakan hal yang
Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang
normal bagi sebagian besar orang, sehingga
menghasilkan dan mengolah data yang
tidak sedikit pula para remaja putri yang
sifatnya
berlomba-lomba untuk menurunkan berat
wawancara, catatan laporan dan sebagainya
badannya
(Poerwandari, 1998)
dengan
mengikuti
program penurunan berat badan
berbagai
pendekatan
deskriptif,
kualitatif.
seperti
transkripsi
melalui
Menurut
suntik kurus.
Creswell,
penelitian
kualitatif adalah suatu proses penelitian
Salah satu cara yang digunakan untuk
untuk
memahami
masalah
–
masalah
meraih gambaran tubuh ideal tersebut
manusia atau sosial dengan menciptakan
adalah dengan cara Slimming injection atau
gambaran menyeluruh dan kompleks yang
yang sering disebut dengan suntik kurus,
disajikan dengan kata – kata, melaporkan
suntik kurus adalah suatu cara untuk
pandangan
melangsingkan tubuh dengan cara yang
informasi, serta dilakukan dalam latar
lebih
(setting) yang alamiah.
instan
dibanding
dengan
terinci
dari
para
sumber
mengkonsumsi obat-obatan, olahraga secara
teratur ataupun diet, oleh karena itu tidak
heran jika saat ini semakin banyak remaja
Basuki (2006) mengatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bertujuan untuk mendapat pemahaman yang
mendalam
masalah-masalah
(dalam Basuki, 2006), dapat dikemukakan
manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan
ciri-ciri penelitian kualitatif sebagai berikut :
bagian
tentang
permukaan
dari
suatu
realitas
sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif
dengan
positivismenya.
menginterpretasikan
memperoleh
Peneliti
bagaimana
makna
dari
1.
tingkah
laku
(treatment)
atau
dengan
dikontrol
konteks
dan
secara
ketat
atau
memanipulsi variabel.
mereka.
2.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk
mendapatkan
yang alamiah (naturalistic) bukan hasil
perlakuan
penelitian
merupakan
bukan melakukan eksperimen yang
lingkungan
Penelitian dilakukan dalam latar (setting)
kualitatif
setting apa adanya atau alamiah,
subjek
sekeliling, dan bagaimana makna tersebut
mempengaruhi
Penelitian
pemahaman
yang
mendalam tentang masalah-masalah
manipulasi
manusia
variabel yang dilibatkan.
dan
sosial
menginterpretasikan
dengan
bagaimana
Sedangkan
menurut
Meleong
penelitian
kualitatif
merupakan
lingkungan
penelitian yang memanfaatkan wawancara
bagaimana
terbuka untuk menelaah dan memahami
mempengaruhi
sikap, pandangan, perasaan dan perilaku
bukan
individu atau sekelompok orang. Penelitian
permukaan dari suatu realitas seperti
kualitatif juga merupakan penelitian yang
yang dilakukan peneliti kuantitatif.
(2004),
menggunakan pendekatan naturalistik untuk
subjek memperoleh makna dari
3.
di
sekeliling
makna
dan
tersebut
perilaku
mereka,
mendeskripsikan
bagian
Agar peneliti bisa mendapatkan
mencari dan menemukan pengertian atau
pemahaman mendalam bagaimana
pemahaman tentang fenomena dalam suatu
subjek
latar yang berkonteks khusus. Pengertian ini
bagaimana
hanya mempersoalkan dua aspek yaitu
mempengaruhi
pendekatan
digunakan
peneliti perlu melakukan hubungan
adalah naturalistik, sedangkan upaya dan
yang erat dengan subjek yang
tujuannya adalah suatu fenomena dalam
diteliti. Untuk itu, bila perlu peneliti
suatu konteks khusus.
melakukan observasi terlibat.
penelitian
yang
4.
Dari pandangan Creswell, Denzin
dan Lincoln, serta pandangan Guba dan
Lincoln yang dikemukakan oleh Muluk
memaknai
realitas
makna
dan
tersebut
perilaku
subjek,
Tidak seperti penelitian kuantitatif,
penelitian kualitatif tidak membuat
perlakuan, memanipulasi variabel,
dan menyusun definisi operasional
variable. Untuk mencapai tujuan
kualitatif,
teknik
peneliti
menggunakan
pengumpulan
terbatas
pada
wawancara
A.
Subjek Penelitian
1. Karakteristik Subjek
data
tidak
observasi
dan
penelitian ini adalah remaja putri yang
tetapi
juga
berusia 22 tahun dan melakukan suntik
saja,
dokumen, riwayat hidup subjek,
Karakteristik
subjek
dalam
kurus
karya-karya tulis subjek, publikasi
2. Jumlah Subjek
teks dan lain-lain.
5.
6.
Tidak seperti kuantitatif yang bebas
Menurut
Patton
(dalam
nilai, penelitian kaulitatif justru
Poerwandari, 1998), tidak ada aturan
menggali nilai yang terkandung dari
dalam jumlah sampel yang harus diambil
suatu perilaku. Penelitian kualitatif
dalam
menyakini bahwa perilaku tidak
penelitian ini, peneliti mengambil dua
mungkin bebas dari nilai yang
orang subjek. Hal ini dilakukan agar
dihayati individu yang diteliti.
mendapatkan subjek yang benar – benar
Penelitian
bersifat
sesuai dengan tujuan untuk mendapatkan
fleksibel, tidak terpaku pada konsep,
data yang valid dan seakurat mungkin
fokus, teknik pengumpulan data
sehingga
yang
menguatkan.
kualitatif
direncanakan
pada
awal
penelitian
hasil
kualitatif.
penelitian
Dalam
dapat
penelitian, tetapi dapat berubah
C.Tahap – tahap Penelitian
dilapangan mengikuti situasi dan
perkembangan penelitian.
7.
1. Tahap Persiapan Penelitian
Tidak seperti penelitian kuantitatif
dimana untuk mencapai objektivitas
dengan
melakukan
pengukuran
secara
kuantitatif,
penelitian
a. Peneliti membuat pedoman wawancara
dan observasi yang didasarkan pada
beberapa teori yang relevan dengan
masalah. Pedoman wawancara itu
kualitatif mendapatkan akurasi data
berisi
dengan melakukan hubungan yang
mendasar
yang
nantinya akan berkembang dalam
erat dengan subjek yang diteliti
wawancara.
dalam konteks dan setting yang
alamiah.
pertanyaan
b.
Pedoman wawancara dan observasi
yang telah disusun diajukan pada yang
lebih ahli, dalam hal ini pembimbing
penelitian
untuk
mendapatkan
masukan
mengenai
isi
pedoman
D.Teknik Pengumpulan Data
wawancara.
1. Wawancara
c.
Setelah mendapatkan masukan dan
Wawancara
percakapan
koreksi dari pembimbing penelitian,
dengan maksud tertentu. Percakapan itu
peneliti membuat perbaikan pedoman
dilakukan
wawancara
pewawancara (interviewer) dan yang
tersebut
dan
oleh
mempersiapkan diri untuk melakukan
diwawancarai
wawancara.
(Moleong,1999).
d. Peneliti memilih subjek sesuai dengan
karakteristik
subjek
dua
pihak,
yaitu
(interviewee)
Menurut Kartono (dalam Basuki,
telah
2006) interview atau wawancara adalah
ditentukan agar dapat mengungkap
suatu percakapan yang diarahkan pada
apa yang ingin didapatkan. Selain itu
suatu masalah tertentu; ini merupakan
peneliti juga menentukan Significant
proses tanya jawab lisan, dimana dua
Others
orang
yang
yang
dapat
membantu
pencarian data- data.
e.
adalah
atau
lebih
berhadap-hadapan
secara fisik.
Peneliti membuat jadwal pertemuan
Menurut Veitch dan Arkkelin
untuk melakukan wawancara dengan
(1995), wawancara adalah dialog yang
subjek yang telah ditetapkan.
dirancang untuk memperoleh informasi
yang dapat dikuantifikasikan. Dalam hal
f. Setelah jadwal telah diatur, maka
wawancara dapat dilaksanakan.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
ini, proses wawancara menjadi lebih
dari sekedar percakapan sebagaimana
disarankan oleh Cannel dan Khan
(dalam Veitch dan Arkkelin, 1995)
Dalam
penelitian,
selanjutnya
peneliti berencana untuk mengumpulkan
melibatkan paling tidak lima langkah
yang berbeda, yaitu:
data – data yang relevan dengan cara
melakukan wawancara, baik secara
langsung
dengan
penelitian,
Menciptakan
jadwal
atau
awal
menyeleksi
wawancara
maupun wawancara dengan Significant
(seperangkat
Others. Selain wawancara, prosedur
pernyataan, gambar – gambar, atau
lainnya yang akan digunakan oleh
stimulus
peneliti dalam proses pengambilan data
menimbulkan respon)
adalah observasi.
subjek
a.
lainnya
pertanyaan,
yang
dapat
b.
Memimpin
(yang
c.
d.
jalannya
perlu
wawancara
diingat
adalah
berjalan
seperti
pembicaran biasa dalam kehidupan
pengklasifikasikan respon – respon
sehari
dan peristiwa – peristiwa)
pembicaraan
berjalan,
yang
Merekam respon – respon, yaitu
diwawancarai
mungkin
tidak
dengan mencatat atau merekam
menyadari
dengan alat perekam
diwawancarai.
–
hari
saja.
bahwa
Sewaktu
ia
sedang
Menciptakan kode angka (suatu
skala atau cara lain yang dapat
digunakan untuk merekam respon –
respon yang sudah diterjemahkan ke
dalam
suatu
perangkat
aturan
Mengkoding
respon
–
respon
menggunakan
pertunjukan umum wawancara
Jenis
wawancara
mengharuskan
ini
pewawancara
Secara
pokok-
pokok
yang
ditanyakan
dalam proses wawancara. Penyusun
wawancara.
umum
kita
dapat
membedakan tiga pendekatan dasar
dalam
b. Pendekatan
membuat kerangka dan garis besar
tertentu)
e.
jawabannya
memperoleh
data
kualitatif
melalui wawancara menurut Patton
pokok
–
sebelum
pokok
wawancara
dilakukan
dilakukan.
Pokok – pokok yang dirumuskan
tidak
perlu
berurutan.
(dalam Moleong,1999), yaitu:
itu
ditanyakan
Demikian
secara
pula
penggunaan dan pemilihan kata –
a. Wawancara pembicaraan informal
Pada
jenis
ini
tertentu
tidak
perlu
dilakukan
pertanyaan yang diajukan sangat
sebelumnya. Petunjuk wawancara
bergantung pada pewawancara itu
hanyalah berisi petunjuk secara
sendiri,
pada
garis besar tentang proses dan isi
spontanitasnya dalam mengajukan
wawancara untuk menjaga agar
pertanyaan
yang
pokok – pokok yang direncanakan
diwawancarai.
Wawancara
dapat tercakup seluruhnya. Petunjuk
demikian
pada
latar
itu mendasarkan diri atas anggapan
alamiah. Hubungan pewawancara
bahwa ada jawaban yang secara
dengan yang diwawancarai adalah
umum akan sama diberikan oleh
dalam
jadi
bergantung
kepada
dilakukan
suasana
sedangkan
wawancara
kata untuk wawancara dalam hal
biasa,
wajar,
responden, tetapi yang jelas tidak
pertanyaan
dan
ada perangkat pertanyaan baku yang
disiapkan
terlebih
Pelaksanaan
dahulu.
wawancara
wawancara
dan
dengan
menggunakan
pendekatan
petunjuk
umum
pengurutan pertanyaan disesuaikan
wawancara, yang akan dilakukan
dengan keadaan responden dalam
dengan
konteks
wawancara, yang nantinya dapat
wawancara
yang
sebenarnya.
membuat
diperluas
pada
berlangsung
c. Wawancara baku terbuka
pedoman
saat
untuk
wawancara
mendapatkan
data yang relevan.
Jenis wawancara ini adalah
wawancara
yang
seperangkat
menggunakan
pertanyaan
baku.
Urutan pertanyaan, kata – katanya,
dan cara penyajiannya pun sama
untuk setiap responden. Keluwesan
mengadakan
pertanyaan
pendalaman (probing) terbatas, dan
hal itu bergantung pada situasi
wawancara
dan
kecakapan
pewawancara. Wawancara demikian
digunakan jika dipandang sangat
perlu untuk mengurangi sedapat –
dapatnya variasi yang bisa terjadi
antara seseorang yang diwawancarai
dengan
yang
lainnya.
Maksud
pelaksanaan tidak lain merupakan
usaha
untuk
2. Observasi
Observasi adalah cara pengambilan
data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan
keperluan
alat
standart
tersebut
lain
untuk
(Nazir,1998).
Lalu
menurut Banisten, dkk. (dalam Poerwandari,
2001)
observasi
adalah
kegiatan
memperhatikan sacara akurat, mencatat
fenomena
yang
muncul,
dan
mempertimbangkan hubungan antara aspek
dalam fenomena tersebut. Observasi selalu
menjadi bagian dalam penelitian psikologis,
dapat
berlangsung
dalam
konteks
laboratorium (ekperimental) maupun dalam
konteks alamiah.
menghilangkan
Moleong (1999) pengamatan dapat
terjadinya
diklasfikasikan atas pengamatan melalui
kemencengan (bias). Wawancara
cara peran serta dan tidak peran serta.
jenis ini bermanfaat pula dilakukan
Buford Junker (dalam Moleong, 1999)
apabila pewawancara ada beberapa
membagi
orang dan yang diwawancarai cukup
tersebut menjadi:
kemungkinan
macam
–
macam
observasi
banyak jumlahnya.
a. Berperan serta secara lengkap
Pada kesempatan ini, peneliti
akan
menggunakan
teknik
Pengamat dalam hal ini menjadi
anggota penuh dari kelompok yang
diamatinya. Dengan demikian ia dapat
sama sekali tidak mengetahui apakah
memperoleh informasi apa saja yang
mereka sedang diamati atau tidak.
dibutuhkannya,
termasuk
yang
Pengamat
dirahasiakan sekalipun.
menjdi
b. Pemeran serta sebagai pengamat
dapat
pengamat
pula
dibagi
terbuka
dan
pengamat tertutup. Yang terbuka dan
Peran serta peneliti sebagai pengamat
tertutup di sini adalah pengamat dan
dalam
latar penelitiannya. Pengamat secara
hal
ini
tidak
sepenuhnya
sebagai pemeranserta tetapi masih
terbuka
melakukan fungsi pengamatan. Ia
sedangkan sebaliknya para subjek
menjadi sebagai anggota pura – pura
dengan
jadi
arti
kesempatan kepada pengamat untuk
demikian
mengamati peristiwa yang terjadi, dan
subjek
mereka menyadari bahwa ada orang
memberikan
yang mengamati hal yang dilakukan
tidak
melebur
sesungguhnya.
masih
informasi
Peranan
membatasi
menyerahkan
dalam
dan
terutama
para
yang
bersifat
rahasia.
diketahui
sukarela
pengamatan
diketahui oleh umum bahkan mungkin
ia atau mereka disponsori oleh para
subjek.
Karena
itu
macam
informasi
maka
segala
termasuk
yang
memberikan
adalah
pengamatnya
dan
mengadakan
beroperasi
Peranan pengamat secara terbuka
subjek,
oleh mereka. Sebaliknya, pengamat
tertutup
c. Pengamat sebagai pemeran serta
oleh
orang
tanpa
para
diketahui
subjeknya.
oleh
Biasanya
pengamatan seperti yang terakhir ini
dilakukan oleh peneliti pada tempat –
tempat umum, atau tempat – tempat
hiburan lainnya.
rahasia sekalipun dapat dengan mudah
diperolehnya.
Adapun menurut Nazir (2003)
menjelaskan pengamatan melalui dua
d. Pengamat penuh
Biasanya
hal
cara, yaitu pengamatan berstruktur
ini
terjadi
pada
dan pengamatan tidak berstruktur.
pengamatan seseuatu eksperimen di
laboratorium yang menggunakan kaca
a. Pengamatan
– sepihak. Peneliti dengan bebas
merupakan
mengamati secara jelas subjeknya dari
peneliti telah mengetahui aspek apa
belakang kaca sedang para subjeknya
dari
pengamatan
aktivitas
dengan
berstruktur,
yang
masalah
dimana
diamatinya
serta
tujuan
penelitian, dengan pengungkapan
pengamatan
yang
pengamatan
sistematis
untuk
menguji
hipotesisnya.
b. Pengamatan
merupakan
tersebut
tidak
dinamakan
terstruktur
dan
pengamatan terstruktur. Latar alamiah
tidak
berstruktur,
pengamatan
inilah
yang
dikehendali
dalam
dimana
penelitian kualitatif, sedang situasi
peneliti tidak mengetahui aspek apa
yang dibuat atau dikontrol biasanya
dari kegiatan – kegiatan yang ingin
digunakan
diamatinya relevan dengan tujuan
eksperimen.
untuk
keperluan
penelitian.
Moleong
(1999)
Peneliti
pengamatan
dapat diklasfikasikan atas pengamatan
melalui cara peran serta dan tidak
peran serta. Buford & Junker (dalam
Moleong, 1999) membagi macam –
macam observasi tersebut menjadi:
akan
menggunakan
teknik pengamatan tanpa berperan
serta
(non
penelitian
partisipan),
ini,
pengamat
dimana
hanya
memiliki satu fungsi yaitu peneliti
dapat mengamati data secara langsung
dari subjek.
a) Pengamatan melalui cara berperan
serta (partisipan), dimana dalam
penelitian ini, peneliti mempunyai
dua fungsi sekaligus. Artinya
dapat dengan secara mengamati
E. Alat Bantu Pengumpulan Data
fenomena yang ada dan masuk ke
Alat bantu pengumpulan data yang
dalam kelompok subjek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
diteliti.
sebagai berikut:
b) Pengamatan tanpa berperan serta
(non
partisipan),
dimana
penelitian ini, pengamat hanya
memiliki satu fungsi yaitu peneliti
dapat
mengamati
data
secara
Pengamatan dapat pula dibagi
atas pengamatan pada latar belakang
alamiah dan buatan. Sering dalam
lain
kedua
Merupakan susunan pertanyaan yang
diberikan kepada subjek yang nantinya
akan
dijadikan
oleh
peneliti
untuk
keperluan yang bersangkutan. Pedoman
langsung dari subjek.
kepustakaan
1. Pedoman wawancara
macam
wawancara
digunakan
untuk
mengingatkan peneliti mengenal hal – hal
yang harus ditanyakan dan dibahas dalam
proses wawancara, yang termasuk dalam
latar belakang subjek, gambaran citra
tubuh subjek, pemahaman subjek tentang
F. Keakuratan Penelitian
suntik kurus . Hal-hal tersebut akan
Menurut Yin (2004), terdapat empat
menjadi daftar kontrol apakah aspek –
aspek yang akan ditanyakan sudah cukup
relevan dengan topik yang akan diteliti
dan telah dibahas yaitu mengenai citra
tubuh remaja putri yang melakukan suntik
kurus
kriteria keakuratan yang diperlukan dalam
suatu penelitian kualitatif. Keempat hal
tersebut adalah:
1.
Keakuratan konstruk
Keakuratan
bentuk
batasan
berkaitan degan suatu kepastian bahwa yang
2. Pedoman observasi
terukur benar – benar merupakan variabel
Berisi panduan dalam melakukan
yang ingin diukur. Keakuratan ini juga dapat
observasi terhadap perilaku yang tampak
dicapai dengan proses pengumpulan data
dari subjek disaat penelitian berlangsung,
yang tepat. Salah satu caranya adalah
yang kemudian dimasukkan ke dalam
dengan proses trianggulasi, yaitu teknik
catatan lapangan. Pedoman observasi
pemeriksaan
terhadap setting wawancara, gambaran
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
fisik
itu. Patton (dalam Poerwandari, 2001)
dan
penampilan
diwawancara.
Pedoman
subjek
ini
saat
disusun
keakuratan
mengemukakan
empat
data
cara
yang
macam
berdasarkan topik yang akan diteliti, yaitu
trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan
mengenai citra tubuh pada remaja putri
untuk mencapai keakuratan, yaitu:
yang melakukan suntik kurus.
a. Triangulasi data
3. Alat perekam
menggunakan berbagai sumber data
Selain peneliti sendiri, alat bantu yang
seperti
dokumen,
arsip,
hasil
akan digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara, hasil observasi, atau juga
alat tulis dan alat bantu berupa tape
dengan mewawancarai lebih dari satu
recorder. Alat perekam digunakan untuk
subjek yang dianggap memiliki sudut
membantu pada saat wawancara, agar tidak
pandang yang berbeda.
ada informasi yang hilang dan memperoleh
data yang lengkap.
b. Triangulasi pengamat
Adanya pengamat di luar peneliti
4. Kertas dan alat tulis
yang
turut
memeriksa
hasil
pengumpulan data. Dalam penelitian ini,
Sebagai alat untuk mencatat hasil
wawancara dan observasi.
dosen pembimbing bertindak sebagai
pengamat
(expert
judgement)
yang
3. Keakuratan eksternal
memberikan masukan terhadap hasil
masukan terhadap hasil pengumpulan
Keakuratan eksternal mengacu pada
seberapa jauh hasil penelitian dapat
data.
digeneralisasikan
c.
Triangulasi teori
pada
kasus
lain.
Walaupun dalam penelitian kualitatif
Yaitu penggunaan berbagai teori
memiliki sifat tidak ada kesimpulan
yang berlainan dari berbagai tokoh
akhir yang pasti, namun penelitian
untuk memastikan bahwa data yang
kualitatif
dikumpulkan sudah memenuhi syarat.
keakuratan eksernal terhadap kasus –
kasus
d. Triangulasi metode
dapat
lain
dikatakan
selama
memiliki
kasus
tersebut
memiliki konteks yang sama.
Yaitu penggunaan berbagai metode
4. Keajegan
untuk meneliti suatu hal, seperti metode
wawancara,
metode
observasi
atau
Keajegan merupakan konsep yang
metode kualitatif. Dalam penelitian ini,
mengacu pada seberapa jauh penelitian
peneliti menggunakan metode observasi
berikutnya akan mencapai hasil yang
dan metode wawancara.
sama apabila mengulang penelitian yang
sama sekali lagi. Dalam penelitian
2. Keakuratan internal
Keakuratan
kualitatif,
internal
merupakan
keajegan
kemungkinan
mengacu
penelitian
pada
selanjutnya
konsep yang mengacu keseberapa jauh
memperoleh hasil yang sama apabila
kesimpulan
penelitian
peneliti dilakukan sekali lagi dengan
yang
subjek yang sama. Hal ini menunjukkan
hasil
menggambarkan
keadaan
sesungguhnya. Keakuratan ini dapat
bahwa
dicapai melalui proses analisis dan
kualitatif
interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam
desain
melakukan penelitian kualitatif akan
pengumpulan data dan pengolahan data.
selalu berubah
dan tentunya akan
konsep
keajegan
selain
penelitian,
penelitian
menekankan
juga
pada
pada
cara
G. Teknik Analisis Data
mempengaruhi hasil penelitian tersebut.
Walaupun
telah
dilakukan
uji
Analisis terhadap data pengamatan
keakuratan internal, tetap akan ada
sangat dipengaruhi oleh kejelasan mengenai
kemungkinan munculnya kesimpulan
apa yang ingin diungkap peneliti melalui
lain yang berbeda.
pengamatan yang dilakukan. Teknik analisis
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini,
dikategorikan
berdasarkan
kerangka
analisis yang telah dibuat.
mengacu pada pendapat (Strauss, 2001)
yaitu:
Peneliti
wawancara
1. Mengorganisasikan data
Peneliti
mendapatkan
data
menganalisis
berdasarkan
hasil
pemahaman
terhadap hal – hal yang diungkapkan
langsung dari subjek melalui wawancara
oleh
mendalam yang dimana data direkam
dikelompokan tersebut oleh peneliti
dengan tape recorder, dibantu alat tulis
kemudian dicoba dipahami secara utuh
lainnya. Kemudian dibuat transkripnya
dan ditemukan tema – tema penting
dengan mengubah hasil wawancara dari
serta kata kuncinya. Dari sini, peneliti
bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis
dapat
secara verbatim setelah selesai menemui
permasalahan dan dinamika yang terjadi
subjek
pada subjek.
2. Pengelompokanberdasarkan
subjek.
Data
yang
mengungkap
telah
pengalaman,
3. Menuliskan hasil penelitian
Menuliskan
kategori, tema dan pola jawaban
Dalam tahap ini dibuat pengertian
dikumpulkan
data
yang
sangatlah
berhasil
membantu
yang mendalam terhadap data, perhatian
peneliti untuk sekali lagi memeriksa
yang penuh dan keterbukaan terhadap
apakah kesimpulan yang ditariknya
hal – hal yang muncul di luar apa yang
sudah sesuai atau belum. Selain itu,
ingin digali berdasarkan kerangka teori
hasil penelitian tersebut juga akan
dan
membantu orang lain dalam memahami
pedoman
menyusun
wawancara.
sebuah
kerangka
Peneliti
penelitian.
awal
analisis sebagai acuan dan pedoman
dalam melakukan koding.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dengan
pedoman
ini,
peneliti
kemudian kembali membaca transkrip
Dari hasil penelitian di atas dapat
wawancara dan melakukan koding,
dijelaskan beberapa hal yaitu:
melakukan pemilihan data yang relevan
1.
dengan pokok pembicaraan. Data yang
Alasan subjek melakukan suntik
kurus.
relevan diberi kode dan penjelasan
singkat, kemudian dikelompokkan atau
Subjek menginginkan tubuh yang
kurus karena subjek memiliki tubuh
yang gemuk, subjek memilih suntik
berolahraga, namun tidak bertahan lama
kurus untuk mengecilkan tubuhnya,
karena subjek tidak menyukai olahraga.
tidak ada orang disekitarnya yang
menekan dirinya untuk memperkurus
tubuhnya. Akhirnya subjek memilih
untuk
menjalani
berbagai
macam
program yang diberikan dokter. Subjek
terbiasa untuk menguruskan badannya
dengan pergi ke dokter karena subjek
sejak awal terbiasa mendapatkan umpan
balik positif setelah ia pergi ke dokter
dan
menyimpulkan
bahwa
untuk
menjadi kurus ia harus melakukan hal
tersebut.
Sejak SMP subjek sudah pergi ke
dokter dan menjalani berbagai macam
program untuk menguruskan tubuhnya.
Mulai dari terapi dengan memakai batu,
akupuntur dan balut getar. Ibunya adalah
orang yang telah mengenalkan subjek
pada program-program tersebut. Subjek
merasa
metode
lain
tidak
dapat
mensugesti subjek untuk mengurangi
makannya. Karena dirinya sudah banyak
mencoba berbagai macam cara untuk
memperkurus tubuhnya, subjek merasa
akupuntur
tidak
memiliki
pengaruh
terhadap tubuhnya karena tidak ada
sesuatu yang masuk kedalam tubuhnya,
begitupula dengan metode biji-bijian.
Subjek
juga
pernah
mencoba
Dari berbagai macam cara yang
telah dilakukan, subjek lebih menyukai
suntik kurus. Ia melakukan suntik kurus
pada tahun 2007 sekitar 2 tahun yang
lalu. Subjek memilih metode suntik
kurus karena menurutnya metode ini
cukup aman dan hasilnya dapat terlihat
dalam waktu singkat, merasa sangat
tersiksa jika melakukan program diet, ia
juga tidak menyukai latihan fisik atau
olahraga.
Subjek biasa pergi ke dokter untuk
melakukan
sekali.
suntik
kurus
Sebenarnya
mengkonsumsi
obat
seminggu
ia
harus
yang
dapat
membantunya menurunkan berat badan
setiap pagi, siang dan sore hari untuk
mendukung program suntik kurus yang
ia jalani. Namun saat ini obat tersebut
tidak dikonsumsi oleh subjek karena
dapat
menghambat
Menurutnya
obat
aktifitasnya.
tersebut
dapat
mempercepat turunnya berat badan,
akan tetapi obat tersebut juga dapat
menyebabkan kantuk, pusing, badan jadi
lemas, tidak bertenaga, keringat dingin,
mual dan tidak nafsu makan.
Orang-orang disekitar subjek tidak
mementingkan
citra
tubuh
dan
pernah berkomentar mengenai suntik
perilaku diet yang dilakukan untuk
kurus yang subjek lakukan. Namun
meraih
setelah
diinginkan
suntik
kurus
disekitar subjek
orang-orang
mengatakan tubuh
subjek bertambah kurus. Umpan balik
bentuk
tubuh
yang
dan
mempertahankannya.
c. faktor citra tubuh yang dipersepsi
positif yang subjek dapatkan mengenai
individu
tubuhnya
suntik
tubuh tertentu atau akurasi penilaian
kurus tersebut membuat dirinya tetap
individu terhadap ukuran, bentuk
melakukan suntik kurus. Merasa puas
dan berat relatif terhadap proporsi
dengan hasil suntik kurusnya subjek
aktual.
setelah
melakukan
terhadap
bagian-bagian
sampai saat ini masih pergi ke dokter
untuk melakukan suntik kurus.
Pada subjek untuk faktor kognisi dan
afeksi terhadap tubuh. Subjek memiliki
2. Gambaran Citra Tubuh Subjek
ketidakpuasan terhadap tubuhnya jauh
Secara umum gambaran citra tubuh
sebelum
dirinya
melakukan
suntik
subjek dipengaruhi oleh komponen citra
kurus. Subjek merasa tidak puas dengan
tubuh. Banfield dan McCabe (2002)
tubuhnya sejak ia berada di bangku SMP
menyatakan bahwa konstrak citra tubuh
ketidakpuasan yang subjek rasakan lebih
terdiri dari tiga faktor multidimensional,
mengarah kepada ukuran dan berat
yaitu :
badan yang ia miliki. Subjek melihat
a. faktor kognisi dan afeksi terhadap
tubuh
(cognition
regarding
body).
mengungkapkan
perasaan
dan
affection
Faktor
pikiran
individu
ini
dan
mengenai
tubuhnya
b. faktor perilaku mementingkan tubuh
dan perilaku diet (body importance
dan dieting behavior). Faktor ini
berfokus pada sejauh mana individu
dirinya memiliki tubuh yang tergolong
gemuk berada dalam kategori obesitas
kelas 1 berdasarkan skor Indeks Masa
Tubuh . Sebenarnya subjek menyadari
bahwa ukuran tubuhnya memang besar,
banyak timbunan lemak yang sangat
mengganggunya meskipun orang-orang
terdekatnya mengatakan bahwa dirinya
tidak memiliki tubuh yang gemuk.
Subjek
juga
bahwa
melakukan suntik kurus. Subjek sering
sebenarnya orang lain juga melihat
merasa kesal pada tubuhnya saat ia
bahwa dirinya gemuk. Ia merasa orang
memakan makanan yang ia suka. Ia
lain berpikiran seperti itu karena dirinya
berfikir
dengan
memiliki
karena
akan
tubuh
meyakini
yang
lebih
besar
memakan
makanan
menyebabkan
dirinya
dibandingkan orang-orang yang dekat
bertambah gemuk dan hal tersebut tidak
dengannya seperti ibu, adik, teman
akan
dekatnya
teman-teman
Disamping perasaan kesal, pernyataan
sekelilingnya. Selain subjek memiliki
tersebut juga menunjukkan bahwa ia
tubuh yang lebih besar dibandingkan
merasa
dengan
penambahan berat badan yang mungkin
dan
orang-orang
yang
dekat
dengannya, ia juga percaya bahwa orang
orang
kadang-kadang
lain
tidak
jika
tubuhnya
sangat
kurus.
mencemaskan
terjadi.
lain akan melihat apa yang ia rasakan.
Walaupun
terjadi
Perasaan tersebut muncul ketika
komentar
subjek berada diantara teman-temannya
masalah
yang lebih kurus seperti saat ia bersama
menjadi
baginya.
teman-temannya karena pada saat itu
Selain tidak puas dengan ukuran
subjek merasa berbeda dengan teman-
tubuhnya, subjek juga tidak merasa puas
temannya.
pada bagian paha dan perutnya. Karena
mengingatkan subjek bahwa ia memiliki
bagian tersebut sangat sulit baginya
tubuh yg lebih gemuk dibanding teman-
untuk dikecilkan. Subjek mengatakan
temannya. Subjek juga bisa menjadi
bahwa jika ia memiliki tubuh yang
sangat kesal dan panik jika baju yang
kurus, ia akan merasa lebih percaya diri
ingin dipakainya tidak lagi muat di
karena tubuh kurus dapat membuat
badannya.
penampilan menjadi lebih menarik juga
dapat
mendukung
kegiatan
yang
dilakukannya.
Kejadian
Kepuasan
tubuhnya
seseorang
sangat
tersebut
terhadap
dipengaruhi
oleh
gambaran tubuh ideal, bagian yang
Ketidakpuasan terhadap tubuh subjek
sangat penting dari keseluruhan citra
tersebut seringkali membuat dirinya
tubuh (Atwater dan Duff, 2005). Teori
merasakan emosi-emosi negatif terhadap
ini
tubuhnya baik sebelum maupun setelah
termotivasi untuk mencapai kesepakatan
menjelaskan
bahwa
seseorang
antara
konsep
diri
aktual
yang
3.
Faktor-faktor yang
dimilikinya dan konsep ideal yang telah
mempengaruhi Citra tubuh
terinternalisasi (Cash dan Syzmanski,
Subjek
1995).
Evaluasi
Dari
penjabaran
perilaku
yang
dapat
berkaitan dengan citra tubuh biasanya
terlihat bahwa diskrepansi antara tubuh
muncul dalam konteks sosial. Persepsi
ideal yang dimiliki Subjek sangat kecil
seseorang
sebelum
melalui pandangan orang lain dan
melakukan
tersebut
dan
suntik
kurus.
mengenai
penampilannya
seberapa jauh diskrepansi antara diri
evaluasi
aktual
memang
seseorang dalam perbandingan dengan
menentukan seberapa puas atau tidaknya
penampilan orang lain aspek yang
seseorang dengan tubuhya. semakin
penting dari tubuh (Davison & McCabe,
besar
2006).
besar
dan
diri
diskrepansi
pula
ideal
tersebut,
ketidakpuasan
semakin
yang
ditimbulkan, semakin dekat seseorang
terhadap tubuh idealnya, semakin sedikit
tekanan yang dirasakan untuk mengubah
tubuhnya (Atwater dan Duffy, 2005)
Kesimpulan berdasarkan gambaran
mengenai
Thompson
(1999)
penampilan
menjabarkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
citra tubuh seseorang dapat dilihat
melalui dua cara yaitu secara langsung
maupun
tidak
langsung.
Pengaruh
interpersonal secara langsung didapat
citra tubuh Subjek yang subjek miliki
melalui
adalah Subjek memiliki Citra tubuh
terhadap citra diri seseorang seperti
yang negatif karena Subjek merasa tidak
ejekan atau komentar dan kritikan secara
puas terhadap tubuhnya namun subjek
langsung hingga komentar ekstrim yang
berusaha keras agar citra tubuh yang
barbau pelecehan seksual. Sedangkan
dimiliknya menjadi lebih baik.
pengaruh tidak langsung dari orang lain
membahas
umpan
isu
balik
seputar
penampilan
bagaimana
persepsi mereka terhadap penampilan
ideal, kualitas hubungan interpersonal
yang diindikasikan oleh penerimaan dan
penolakan, juga pengaruhnya dengan
menjadi role model perilaku yang
atas
menunjukkan
comparison (Morrison & Kalin, 2004).
ketidakpuasan
tubuh.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang
telah dilakukan, pengaruh interpersonal
biasanya
teman
didapatkan
sebaya
dari
orangtua,
(Peers),
pasangan
(Romantic Partner) dan orang tak
dikenal (Perfect Stranger).
dibandingkan
downward
Saat ini, subjek sebenarnya pernah
mendapatkan
mengenai
Subjek
umpan
balik
negatif
penampilannya.
diterima
lingkungannya.
dengan
Namun
baik
Subjek
oleh
memiliki
hubungan yang sangat dekat dengan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
orangtuanya.
Subjek
juga
memiliki
citra tubuh subjek antara lain adalah
banyak sahabat yang sangat dekat
komparasi sosial yang dilakukannya,
dengannya. Selain itu
sikap ibu terhadap tubuhnya sendiri dan
memiliki seorang pacar yang sangat
tubuh subjek,
sikap teman-temannya
menerimanya dengan bentuk tubuhnya
tehadap tubuhnya dan orang tak dikenal
saat ini. Hal tersebut menunjukkan
yang menjadi sosok tubuh ideal bagi
bahwa subjek tidak memiliki masalah
subjek yang biasa subjek temui di
dalam
tempat-tempat
Orang-orang disekitarnya pun selalu
umum
seperti
pusat
perbelanjaan.
mengatakan
Subjek sangat dipengaruhi oleh
komparasi
sosial
membandingkan
dengan
tubuhnya
dengan
orang-orang yang lebih kurus. Hal
tersebut
sesuai
dengan
apa
yang
diungkapkan oleh Wheeler & Miyaki
(1992)
yang
menyatakan
bahwa
komparasi sosial yang dilakukan dalam
dimensi
cenderung
penampilan
berbentuk
fisik
lebih
upward
comparison atau membandingkan ke
hubungan
subjek juga
interpersonalnya.
bahwa
dirinya
sudah
memiliki tubuh yang cukup kurus.
Pendapat dari orang-orang sekitar subjek
tersebut membuat subjek merasa lebih
percaya diri dengan tubuhnya meskipun
ia masih memiliki keinginan untuk
memiliki tubuh yang lebih kurus. Sesuai
dengan
apa
yang
Thompson
dkk,
menyatakan
bahwa
dikatakan
oleh
(1999)
yang
sikap
yang
ditunjukkan oleh orang tua, teman
sebaya,
dan
pasangan
dapat
mempengaruhi citra tubuh seseorang.
Subjek merasa kesal dan tidak puas
melalui tokoh idola atau model majalah
dengan tubuhnya karena ia tidak mau
yang memiliki tubuh kurus dan pakaian-
berbeda dengan orang-orang terdekatnya
pakaian yang ditampilkan di majalah-
yang memiliki tubuh kurus. Hal tersebut
majalah.
menunjukkan bahwa ketidakpuasaannya
dikenakan oleh model-model atau tokoh
saat ini lebih dipengaruhi komparasi
idola subjek yang memiliki tubuh kurus.
sosial
Subjek
Subjek berpendapat bahwa pakaian-
melakukan komparasi secara partikular,
pakaian yang dipakai oleh model-model
yaitu dengan membandingkan dirinya
tersebut hanya pantas dikenakan oleh
dengan
memiliki
orang yang bertubuh kurus seperti model
keterikatan atau identitas sama. Target
tersebut. Oleh karena itu ia juga harus
komparasi sosial yang ia lakukan antara
memiliki tubuh yang kurus agar dapat
lain adalah ibu dan adiknya, teman-
mengenakan pakaian yang ia inginkan.
teman dekatnya, dan teman-teman di
Subjek juga ingin mempuyai tubuh yang
lingkungannya yang memiliki tubuh
kurus karena dipengaruhi oleh tokoh
yang lebih kurus darinya. Subjek tidak
idola subjek, bagi subjek apa yang ia
mau dirinya memiliki tubuh yang jauh
lakukan untuk sesuatu yang lebih baik
berbeda
akan subjek lakukan.
yang
orang
ia
lakukan.
lain
dari
yang
orang-orang
di
sekelilingnya.
Pakaian-pakaian
tersebut
PENUTUP
Ketidakpuasan terhadap tubuh subjek
juga dipengaruhi oleh majalah yang
biasa ia baca. Majalah sebagian bagian
dari media massa turut mempengaruhi
ketidakpuasan terhadap tubuh subjek
melalui
artikel-artikel
mengenai
gambaran tubuh ideal. Media massa
seperti
majalah
memang
dapat
mempengaruhi konsep remaja mengenai
gambaran tubuh ideal (Slade dalam
Botta, 1999). Selain itu majalah juga
mempengaruhi ketidakpuasaan subjek
A. Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan hasil dan
pembahasan
dalam
penelitian
yang
diperoleh dalam penelitian studi kasus
ini maka dapat disimpulkan, bahwa :
1. Subjek mempunyai citra tubuh yang
negatif hal ini terlihat karena subjek
memiliki tubuh yang gemuk dan
ingin memperkurus tubuhnya, subjek
sudah merasa tidak puas dengan
tubuhnya jauh sebelum melakukan
yang dibacanya, sikap ibu terhadap
suntik
tubuhnya sendiri dan tubuh Subjek,
kurus.
Setelah
melakukan
suntik kurus, subjek memiliki tubuh
sikap
yang lebih kurus dan memiliki indeks
tubuh mereka, orang tak dikenal
masa tubuh yang termasuk dalam
yang
kategori normal dan subjek merasa
memandang tubuhnya.
teman
dekatnya
terhadap
mempengaruhi
subjek
lebih puas. Tapi subjek memiliki
ketidakpuasan terhadap bagian tubuh
tertentu pada tubuhnya.
B. Saran
Berikut ini adalah saran-saran yang
dapat diajukan peneliti, antara lain
2. Subjek menyadari bahwa ukuran
tubuhnya
memang
sudah
sangat
sebagai berikut :
1. Saran untuk subjek dan remaja putri
berlebih, banyak timbunan lemak
yang ingin melakukan atau sudah
yang
melakukan suntik kurus
sangat
mengganggunya
meskipun orang-orang terdekatnya
Dalam kesempatan ini penulis
mengatakan bahwa dirinya tidak
ingin memberikan saran kepada
memiliki tubuh yang gemuk. Selain
subjek agar menggali potensi yang
tidak puas dengan ukuran tubuhnya,
ada dan tetap merasa puas terhadap
subjek juga tidak merasa puas pada
keadaan tubuh yang dimiliki.
bagian paha dan perutnya. Subjek
mengatakan bahwa jika ia memiliki
2. Saran untuk peneliti selanjutnya
tubuh yang kurus, ia akan merasa
Untuk
lebih percaya diri karena tubuh kurus
disarankan
dapat membuat penampilan menjadi
penelitian dengan menggali lebih
lebih menarik juga dapat mendukung
mendalam untuk melihat faktor-
kegiatan yang dilakukannya.
faktor lainnya seperti gaya hidup
dan
3.Subjek juga sangat dipengaruhi oleh
komparasi
sosial
kelas
peneliti
selanjutnya,
agar
melakukan
sosial
yang
lebih
menyebabkan citra tubuh seseorang
yang
menjadi positif ataupun negatif yang
membandingkan tubuhnya dengan
belum diungkap oleh peneliti dan
orang lain yang lebih kurus, majalah
menambah jumlah subjek penelitian
yang mendukung citra tubuh pada
Berggstrom, R.L., Clayton, N (2006). body
remaja putri yang melakukan suntik
image disturbance and the social
kurus.
norms approach : an integrative
review of the literature. Journal of
DAFTAR PUSTAKA
Social and Clinical Psychology:
Andri. (2008). Gangguan citra tubuh.
http://psikosomatik-
http://www.geocities.com
Blyth, D.A., Roberta, G.S, & David F.Z.
rsgm.blogspot.com
(1985). satisfaction with body image
Atwater, Eastwood & Karen, G. D (2005).
Psychology for living (adjustment,
growth and behaviour today), jilid
8. New Jersey: Pearson Prentice
for early adolescent females: the
impact of pubertal timing within
diferent school enviroments.
Journal of Youth and Adolescence:
http://proques.umi.com/pqdweb?did
Hall
Atwater, E (1983). psychology of adjusment
personal growth in changing world.
Botta, R.A. (1999). Television images and
adolescent
disturbance.
New Jersey: Prentice Hall, inc
girls
body
image
International
Communication Association
Banfield, SS and Mc Cabe, M.P (2002). an
evaluation of construct of
body
image. Adolescence. Roslin Heigths
images disturbance: an integrative
Guide
:
http://proquest.umi.com/pqdweb?di
for
Assesment
and
Treatment. Washington: American
Psychological Association
d
Basuki, A.M. (2006). Penelitian kualitatif.
Depok: Gunadarma
Benjet, corina & Laura, H.G (2002). a short
term longitudinal study of pubertal
change, gender, and psychological
well-being
Cash, T. (1996). The treatment of body
of
mexican
early
Cash,T & Pruzinsky, T. (1994). Body
images, development, deviances and
changes. The Guilford pres.
Departemen KesehataRI. (2007).
http://www.depkes.go.id
Fausiah, Fitri & Julianti, W. (2005).
Psikologi abnormal klinis dewasa.
Jakarta: UI-press.
adolescent. Journal of Youth and
Adolescence:
http://proquest.umicom/pqdweb?did
Graber, Julia, A,.Jeanne, Roberta,L. (1994).
prediction of
eating problems.
Journal
of
Psychology
Developmental
Gowers, S.G. & Alison S.(2001).
Development of weight and shape
concern in the aetiology of eating
disorders. The British Journal of
Psychiatry
Grogan,
Sarah. (1999). Body image.
Routledge: Understanding body
dissatisfaction in men, women and
children
Harrison.
(1997).
Body
dissatisfaction.
http://www.depkes.go.id
image
Jones, D.C. (2001). Social comprison and
body image. Sex Roles: A Journal
of Research
Kelliat. (1998). Citra tubuh. Jakarta :
Gramedia
Ma’shumi, Yahya. (2006). Remaja dan
aspek psikososial.
http://www.kompas.com/kompascetak
McCabe, Marita, P. (2001). Parent, peer
and media influences on body image
and strategies to both increase and
decrease
body
size
among
adolescent
boys
and
girls.
http//proquest.umi.com
McCabe, Marita. P. (2003). Sociokultural
Influences on body image and body
changes among adolescent boys and
girls. USA : The Journal of Social
Psychology
Mighwar. (2006). Psikologi remaja. Jakarta
: Gramedia
Moleong, L.J. (2005). Metodologi penelitian
kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Nasir,
M. (2003). Metode Penelitian.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Nawawi, H. H. (2005). Metodologi
penelitian
bidang
sosial.
Yogyakarta
:
Gadjah
Mada
University Press
Odang, Siti, S. C. (2005). Pengaruh majalah
terhadap bodyiImage dan body
dissatisfaction pada remaja putri.
Depok
:
Fakultas
Psikologi
Universitas Indonesia
Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan
kualitatif
dalam
penelitian
psikologi.
Jakarta:
Lembaga
pengembangan sarana pengukuran
dan pendidikan
Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan
kualitatif dalam penelitian perilaku
manusi.
Jakarta:
Lembaga
pengembangan Sarana Pengukuran
dan Pendidikan
Papalia,
Diane,
E.(2003).
Human
development (9th ed). New York:
McGraw-Hill
Ricciardeli, L.A & Marita P. M. (2001). A
longitudinal analysis of the role of
biopsychososial
factors
in
predicting body change strategies
among Adolescent Boys. New York
: Journal of Research
Rice & Dolgin . 2002. Psikologi Remaja.
Jakarta : Gramedia
Rosenblum, Gianine. D. & Michael. L.
(1999). The relation among body
image, phisycal attractiveness, and
body mass in adolescent. Child
Development
Santrock, J.W. (1990). Adolescent. Dallas :
Wm.C. Brown Publisher
Sarwono, Sarlito, W. (2006). Psikologi
remaja edisi 10. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Sihombing, N. (2003). Studi kasus tentang
cinta dan tubuh dan kecemasan tiga
orang remaja putri yang mengalami
obesitas, skripsi (tidak diterbitkan).
Jakarta: Yayasan Administrasi
Indonesia
Steinberg, Laurence. (1999). Adolescent.
Boston : McGraw-Hill College
Thompson, J. K. (1990). Body image
disturbance. New York: Pergamon
press inc
Thompson, J. K, Leslie J, Heinberg, Altabe
& Stacey T. Dunn. (1999). Exacting
Beauty. Washington: American
Psychological Association
Thompson, J.K. (1996). Body image, eating
disorders,
and
obesity.
an
integrative guide for assesment and
treatment. Washington: American
Psychological Association
Toja. (2005). Hubungan antara kepuasan
citra tubuh dan perilaku tidak sehat
pada wanita dewasa muda. Depok:
Fakultas
psikologi
Universitas
Indonesia
WHO. (2007). WHO global data base on
body mass Index.
http://www.who.int/bmi/index
Yin, R. K. (2003). Studi kasus ( desain &
metode ) edisi Revisi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Download