BAB 2 Kajian Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

advertisement
9
BAB 2
Kajian Pustaka
2.1 Penelitian Sebelumnya
Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan beberapa acuan dari
penelitian sebelumnya, yaitu:
2.1.1 Jurnal Internasional
Nama
Tahun
Judul
Hasil
Sumber
Peneliti
Penelitia
Penelitia
Penelitian
n
n
Perbanding
an dengan
Penelitian
sekarang
Knowledg
Rianne
AppelMeulenbroek,
(MB
Eindhoven,
Eindhoven,
The
Netherlands)
2010
e sharing
through
copresence:
added
value of
facilities
Previous
studies
not
Emerald
do Insight
Penelitian
yang
define ISSN: 0263- dilakukan
openness in 2772
saat
such a way
membahas
Research
that
paper
different
open
plan
ini
mengenai
interaksi
yang terjadi
layouts can
dalam
be assessed
ruang kantor
and
terbuka serta
compared.
hasil
This
is
necessary
for
facility
managers to
make
interaksi
tersebut.
tata
dari
10
grounded
decisions.
This paper
applies
a
new
methodolog
y for these
types
of
studies.
Also
it
studies the
effect
of
facilities on
actual
knowledgesharing
activities,
and not just
on
interactions
between
people.
Stryker,
James
B.; Santoro,
Michael D
January- Facilitati
Februar ng Faceto-Face
y 2012
Communi
cation in
HighTech
Teams
This paper Industrial
Interaksi
reports the Research
yang terjadi
results of a Institute,
melalui
field
komunikasi
study Inc.
conducted
at two R&D
face to face
Research
dinilai
akan
sites of a Article
lebih
bisa
large
memperkuat
U.S.
high
hubungan
technology
interpersonal
11
and
life
karyawan
sciences
melalui
company;
ruang kantor
the
terbuka.
results
suggest that
the
typical
space
planning
solution of
simply
moving
people from
closed
offices
to
open
cubicles
does not in
and of itself
increase
F2F
communicat
ion. Rather,
the level of
F2F
communicat
ion depends
on
the
location of
team
members’
workstation
s within the
overall
tata
12
configuratio
n
of
the
space
and
the amount
of
space
provided to
support
collaboratio
n
opportunitie
s, including
both formal
and
informal
spaces.
Based
the
on
results
of the study,
we
offer
suggestions
for
the
layout and
design
of
R&D
workstation
s to foster
productive
F2F
encounters.
Amina
Impact of
The
Office
objective of journals
(Research
Design
this study is Jurnal
Associate),
on
to find out Public
Hameed
2009
main Scientific
Penelitian
mengenai
of office layout
dan
13
Shehla Amjad
Employee
the
Affairs,
(Professor)
s’
relationship
Administrati interpersonal
Productiv
between
on
ity:
office
Managemen
mengindikasi
A Case
design and
t
kan
study of
productivity
hubungan
Banking
. For this
interpersonal
Organizat purpose, 31
yang terjalin
ions of
bank
dapat
Abbottab
branches of
membuat
ad,
13
kerjasama
Pakistan
were
tim
contacted
baik.
banks
and studied.
The findings
of this study
show
that
office
design
is
very vital in
terms
of
increasing
employees’
productivity
.
Comfortabl
e
and
ergonomic
office
design
motivates
the
employees
hubungan
and karyawan
bahwa
yang
14
and
increases
their
performanc
e
substantiall
y.
Kerstin
Sailer,
Ian McCulloh
January
2012
Social
networks
and
spatial
configura
tion—
How
office
layouts
drive
social
interactio
n
This paper Science
Tata
analyzes the direct
kantor
spatial
terbuka
dimensions
seperti yang
of
diungkapkan
office
layouts
in
dan
ruang
diteliti
diverse
dalam
knowledge-
penelitian ini
intensive
sangat
workplace
mempengaru
environmen
hi
ts based on
interaksi
the
yang
theoretical
digunakan
and
dalam
methodolog
pemanfaatan
ical
tata
proposition
kantor
s of Space
terbuka.
Syntax, and
brings this
together
with
the
analysis of
intraorganizatio
jenis
ruang
15
nal
interaction
networks.
Physical
distances
between
agents
are
modeled in
different
ways
and
used
as
explanatory
variables in
exponential
random
graph
modeling.
The
paper
shows that
spatial
configuratio
n in offices
can
be
considered
an
important
but not sole
rationale
for
tie
formation.
Furthermor
e,
it
is
shown that
16
spatial
distance
measures
based
on
detailed
configuratio
nal analysis
outperform
simple
Euclidean
distance
metrics
in
predicting
social ties.
A Study
The aim of KYOTO
Hubungan
of
this study is INSTITUT
interpersonal
KATO, Yuji
Relations
to define the E
MATSUMOT
between
indexes
O, Ryusuke
Office
evaluate the OGY
ruang kantor
NAKA,
Layout
activating
terbuka akan
Shigeyuki
and
communicat ONLINE
dikategorika
YAMAGUC
Communi
ions in the Research
n ke dalam
HI
cations
office space Paper
beberapa
and to find
tolak
the
keberhasilan
relations
sebuah
between
hubungan
office layout
interpersonal,
and
yaitu : Harga
communicat
menghargai,
ions.
At
Loyal
first,
the
Masahiro
SAJI, Kyoko
2006
authors
OF yang terjalin
to TECHNOL
LIBRARY
melalui
toleran,
Sikap
tata
ukur
dan
17
have
terbuka, dan
defined ten
Adanya
evaluation
keakraban.
indexes
through
a
research for
the
office
layout trend
and a case
study.
And
then,
an
experiment
to compare
two
different
offices was
carried out.
The authors
focus
on
“quantity”
and
“diversity”
of
communicat
ions so that
the
activating
communicat
ions
is
evaluated
quantitative
ly.
The
relations
18
between
office layout
and
communicat
ion
took
place in the
office
was
discussed
with
the
result of the
experiment
in
our
conclusion.
Tabel 2.1 Jurnal Internasional
2.1.2 Jurnal Lokal
Nama
Tahun
Judul
Hasil
Peneliti
Peneliti
Penelitia
Penelitian
an
n
Sumber
Bandingannya
dengan
Penelitian
sekarang
J.A.A.
Rumeser
October
2010
Interpers
Dari
Library BINUS
onal
pembahasa
kami
Hubungan
interpersonal
ejournal
Relation
n
Sebagai
mengusulk
faktor
Variabel
an
terpenting
Yang
yang
dalam
Menentu
menggabun
menentukan
kan
gkan kedua
kinerja,
Kinerja
hal
penelitian
model
dapat
Unit Atau tersebut,
yang
Organisas yaitu,
adalah
menjadi
dalam
ini
diteliti
19
i
kinerja (K)
bagaimana
=
melakukan
sumber
daya
komunikasi dan
individual
berinteraksi saat
(SDI)
+
kerjasama tim.
efektivitas
interaksi
(EI)
Teknik
Syarnubi
Som
August
28th,
2012
Penataan
Ruang
Kantor
Pemerint
ah Yang
Baik
Penataan
Kementrian
Sesuai
ruang
Agama
kebutuhan
bukan
Palembang
Kolibriium
hanya
menata
Artikel Ilmiah
dengan
PT
Kreasi
Media
untuk
dapat
ruang,
berkomunikasi
tetapi juga
untuk
termasuk
berdiskusi
hal-hal
untuk
yang
melakukan
berkaitan
pengawasan
dengan
langsung
penataan
terhadap kinerja
ruang,
karyawan, maka
antara lain
ruang
kantor
konsep dan
ditata
menjadi
bentuk tata
tata
ruang yang
kantor terbuka.
diinginkan,
standarstandar
yang harus
dipenuhi
untuk
dan
ruang
20
sebuah
ruangan
kantor.
Tabel 2.2 Jurnal Lokal
2.2 Landasan Teori dan Konseptual
Dalam menyusun penelitian ini, penulis mengadopsi dari beberapa
teori, diantaranya:
2.2.1 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang berlangsung
antara individu dengan individu lainnya. “Interpersonal Communication is
the verbal and nonverbal interaction between two (or sometimes more than
two) interdependent people. This relatively simple definition implies a variety
of characteristics.”(DeVito, 2009 : h4)
Interpersonal Communication Involves Interdependent Individuals
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara
orang-orang yang saling memiliki hubungan. Dengan demikian, komunikasi
interpersonal mencakup segala sesuatu yang terjadi antara hubungan ayah dan
anak, atasan dan bawahan, kakak beradik, guru dan murid, sebuah pasangan,
pertemanan, dan sebagainya. Meskipun pada umumnya merupakan hubungan
diadik (dua orang), komunikasi interpersonal sering diperluas untuk
mencakup kelompok-kelompok kecil yang intim seperti keluarga. Bukan
hanya sekedar memiliki hubungan antar individu, tetapi juga memiliki
kebergantungan: apa yang diperoleh seseorang merupakan dampak yang
berasal dari orang lain. Segala aktivitas seseorang pasti memiliki konsekuensi
dampak bagi orang lain.
Interpersonal Communication Is Inherently Relational
Komunikasi interpersonal secara alami terjadi melalui proses
hubungan, dampak dari sebuah hubungan, dan dapat mendefinisikan sebuah
hubungan. Itulah sebabnya, cara berkomunikasi ditentukan dari posisi yang
terdapat pada sebuah hubungan. Terdapat perbedaan dalam berinteraksi
21
ketika berkomunikasi dengan atasan, sahabat, tetangga, saudara, rekan kerja,
atau dengan seorang kenalan baru.
Tetapi sekali lagi diingatkan bahwa cara berinteraksi akan
mempengaruhi jenis hubungan yang sedang dibangun. Jika berinteraksi
seperti cara berkomunikasi dengan teman, maka akan memunculkan
hubungan pertemanan. Jika berinteraksi dengan menyampaikan pesan yang
menyakitkan, maka akan memunculkan hubungan permusuhan. Jika
berinteraksi dengan mengekspresikan perhatian dan dukungan, maka akan
memunculkan hubungan berupa perhatian dan dukungan. Hal-hal seperti
diatas merupakan poin penting dalam pengamatan mengenai komuikasi
interpersonal. Namun, kebanyakan orang tidak menyetujui tentang apa yang
mereka katakan dan hubungan yang dikembangkan.
Interpersonal Communication Involves Verbal and Nonverbal Messages
Interaksi yang bersifat interpersonal melibatkan pertukaran pesan verbal
maupun nonverbal. Kontak mata dan gerakan tubuh dapat mengekspresikan
kata-kata melalui pesan interpersonal. Begitu pula pesan interpersonal yang
diterima melalui indera pendengaran akan sama hasilnya bila diterima
melalui indera lainnya, khususnya indera penglihatan dan sentuhan.
Walaupun keadaannya diam, maka itu juga merupakan pesan interpersonal.
Pesan interpersonal akan terlihat berbeda dalam penyampaiannya bergantung
pada faktor-faktor yang terlibat dalam interaksi.
Interpersonal Communication Exists in Varied Forms
Komunikasi interpersonal seringkali diartikan hanya terjadi secara tatap
muka langsung. Di jaman yang serba online, komunikasi interpersonal bisa
terjadi secara online bahkan komunikasi secara langsung melalui media
online sudah sering dilakukan. Komunikasi online, atau Computer-Mediated
Communication (CMC) sudah menjadi bagian penting yang mendukung
orang-orang untuk mencari pengetahuan mengenai dunia luas. Komunikasi
interpersonal dapat berkembang karena sifat komunikasi itu sendiri pribadi,
penting, sosial, dan profesional. Orang-orang akan menggunakan berbagai
22
media online yang telah disediakan untuk mendukung kebutuhan dalam
berkomunikasi, misalnya melalui email dan Instant Messaging.
Interpersonal Communication Varies in Effectiveness
Seperti layaknya semua jenis komunikasi, komunikasi interpersonal
memiliki efektivitas dan kepuasan yang bervariasi. Beberapa interaksi (dan
hubungan) memiliki tingkat sukses yang tinggi dan beberapa diantaranya
memiliki kegagalan. Didalam kehidupan ini, interaksi interpersonal disajikan
dalam beberapa pilihan, yaitu pada saat memilih kepada siapa akan
berkomunikasi, apa yang dikatakan, apa yang tidak boleh dikatakan,
bagaimana cara mengungkapkannya, dan lain sebagainya.
2.2.2 Teori Interaksi
Aubrey Fisher dan Leonard Hawes dalam buku Teori Komunikasi
Organisasi (2009 : h125), mengajukan model sistem interaksi (interact
system model) yang tidak memfokuskan pada tindakan individu, tetapi lebih
kepada interaksi. Menurut Fisher dan rekannya dalam Theories of Human
Communication (2008 : h232) mengatakan bahwa,
“Suatu interaksi adalah tindakan oleh seseorang yang diikuti oleh tindakan
orang lain, misalnya pertanyaan-jawaban, pernyataan-pernyataan, sapaansapaan. Disini, unit analisis yang digunakan bukanlah suatu pesan individu,
seperti mengemukakan saran, tetapi sepasang tindakan yang berdekatan
(contiguous pair of acts), seperti menyampaikan saran dan memberikan
tanggapan terhadap saran itu.
Menurut Fisher, suatu interaksi dapat dilihat dalam dua dimensi, yaitu
dimensi isi (content dimension) dan dimensi hubungan (relationship
dimension). Dimensi isi merupakan respon dari tindakan yang diberikan
orang lain, bisa berupa jawaban, pertanyaan, maupun sapaan. Sedangkan
dimensi hubungan disini merupakan cara atau kesan yang timbul dalam
merespon suatu tindakan orang lain. Misalnya, ketika seseorang bertanya
sesuatu, dan Anda menjawab dengan memberi kesan bahwa pertanyaan yang
diajukan adalah pertanyaan bodoh, maka dapat disimpulkan bahwa jawaban
anda adalah dimensi isi dan cara menjawab adalah dimensi hubungan.”
2.2.3 Teori Interaksional Simbolik
Heath dalam buku Metodologi Penelitian Untuk Public Relations
Kuantitatif dan Kualitatif (2011:h159) menyatakan,
23
“Teori interaksional simbolik mengemukakan bahwa setiap orang dari orangorang ini atau orang-orang membuat makna melalui sebuah proses yang
dipertajam oleh pemaknaan orang lain dan proses pembuatan makna. Asumsi
teori ini adalah orang-orang memiliki cara tertentu dalam melakukan
pemaknaan, interpretatif (penafsiran), tindakan-tindakan.”
Dalam penelitian disimpulkan bahwa,
“Mind (pikiran), self (diri sendiri), dan society (masyarakat) bekerja bersamasama memengaruhi bagaimana orang-orang melakukan pemaknaan. Esensi
teori interaksional simbolik memperlihatkan tiga tema besar, yaitu: (a)
pentingnya makna bagi perilaku manusia; (b) pentingnya konsep mengenai
diri; (c) hubungan antara individu dan masyarakat. Relevansi dan urgensi
makna memiliki asumsi bahwa: (a) manusia bertindak terhadap manusia
lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka, (b)
makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia, (c) makna dimodifikasi
dalam proses interpretatif” (Santoso dan Setiansah, 2010:20-21).
Berdasarkan
uraian
diatas,
teori
interaksionisme
simbolik
menekankan pada bagaimana sebuah makna tidak terbentuk secara langsung,
melainkan
melalu
proses
penerimaan,
pemrosesan,
dan
dihasilkan.
Pemaknaan sebuah symbol interaksi dipengaruhi oleh 3 hal yaitu Mind
(pikiran), Self (diri sendiri), dan Society (masyarakat) yang akan merubah
atau menghasilkan sebuah makna akan interaksi yang muncul. Teori
Interaksionisme Simbolik sangat dibutuhkan keberadaannya dalam penelitian
ini untuk mengukur bagaimana interaksi dimaknai oleh setiap subjek dalam
penelitian melalui sudut pandang yang berbeda-beda.
2.2.4 Teori Hubungan Interpersonal
Robbins (2006) mengatakan bahwa “Hubungan interpersonal adalah
interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam situasi kerja dan dalam
organisasi sebagai motivasi untuk bekerjasama secara produktif, sehingga
dicapai kepuasan ekonomi, psikologis, dan sosial”.
Rakhmat (2005 : h126) mengatakan, hubungan interpersonal tidaklah
bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh
hubungan interpersonal, perubahan memerlukan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor yang amat penting
dalam memelihara keseimbangan ini, antara lain : keakraban, kontrol, respon
yang tepat, dan nada emosional yang tepat.
24
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang.
Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat
tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor yang kedua adalah
kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Faktor
yang ketiga adalah ketetapan respon, artinya respon A harus diikuti oleh
respon B yang sesuai. Faktor keempat adalah keserasian suasana emosional
ketika berlangsungnya komunikasi.
Bila terjadi interaksi dengan suasana emosional yang berbeda,
interaksi tersebut tidak akan stabil. Dengan begitu, emosional yang terjadi
dalam hubungan interpersonal haruslah serasi dan sesuai. Berdasarkan teori
yang sudah dipaparkan, maka yang menjadi tolak ukur sebuah hubungan
interpersonal yang harmonis adalah:
1) Harga menghargai
2) Loyal dan toleran antara satu dengan yang lainnya
3) Sikap terbuka
4) Adanya keakraban
2.2.5 Komunikasi Organisasi
Menurut Wiryanto (2004 : h54) yang dikutip dalam bukunya dengan
judul Pengantar Ilmu Komunikasi, “Komunikasi organisasi adalah
pengiriman berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun
informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang
disetujui oleh organisasinya itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan
organisasi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang sudah
disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih
kepada anggotanya secara individual”.
Menurut pandangan Goldhaber yang dikutip oleh Ramli (2011 : h13),
“Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar
pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain
untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah”.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi baik secara formal maupun non formal
yang terjadi untuk mengatasi lingkungan yang selalu berubah-ubah.
25
Berdasarkan sifatnya yang selalu berubah-ubah, maka komunikasi organisasi
dibedakan menurut arah aliran informasinya, yaitu komunikasi ke bawah, ke
atas, dan ke samping.
Komunikasi ke Bawah, ke Atas, dan ke Samping
Penggolongan komunikasi ke bawah, ke atas, dan ke samping
(lateral) ini didasarkan pada arah aliran pesan-pesan dan informasi di dalam
suatu organisasi. Pertukaran informasi yang berpindah dari bagian yang
memiliki otoritas tinggi kepada bagian yang otoritasnya lebih rendah disebut
komunikasi ke bawah; perpindahan informasi dari bagian yang memiliki
otoritas rendah kepada bagian yang otoritasnya lebih tinggi disebut
komunikasi ke atas; dan perpindahan informasi diantara orang-orang yang
memiliki otoritas yang sama disebut komunikasi ke samping. Untuk
memperoleh pengertian yang lebih mendalam, maka berikut ini akan
diuraikan ketiga jenis komunikasi tersebut sebagai berikut (Masmuh, 2010 :
h10-14):
Komunikasi ke Bawah
Aliran informasi dalam komunikasi ke bawah mengalir dari tingkatan
manajemen puncak ke manajemen menengah, manajemen yang lebih
rendah, dan akhirnya sampai kepada karyawan operasional. Komunikasi
ke bawah pada umumnya sangat cocok digunakan jika manajemen hanya
ingin menyampaikan informasi faktual dan nonkontroversional (tidak
menjadi pokok pertentangan), dan tujuannya hanya semata-mata
memberikan informasi, bukan membujuk (persuasive). Komunikasi ke
bawah mempunyai fungsi pengarahan, perintah, indoktrinasi, insprasi,
dan evaluasi. Pertemuan tatap muka langusng, pembicaraan lewat
telephone, memo dan instruksi tertulis merupakan media atau saluran
yang banyak digunakan dalam komunikasi ke bawah. Berdasarkan uraian
diatas, komunikasi ke bawah dapat disimpulkan merupakan komunikasi
yang bersifat satu arah, dimana informasi hanya berupa perintah,
pengarahan, dan sebagainya tanpa memerlukan feedback. Hal ini terjadi
dikarenakan komunikasi ke bawah berlangsung antara orang yang
26
memiliki otoritas lebih rendah dengan orang yang memiliki otoritas yang
lebih tinggi.
Komunikasi ke Atas
Aliran komunikasi ke atas dari hierarki wewenang yang lebih rendah
ke yang lebih tinggi biasanya mengalir di sepanjang rantai komando.
Fungsi utamanya adalah untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan,
keputusan, dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih
rendah. Komunikasi ke atas dapat berupa laporan prestasi kerja
(performance report), saran-saran dan rekomendasi, usulan anggaran,
pendapat atau opini, keluhan, permohonan bantuan, atau instruksi. Dilihat
dari jenis informasi yang mengalir dalam komunikasi ke atas, maka
disimpulkan bahwa komunikasi ke atas sudah menunjukkan adanya
komunikasi dua arah. Komunikasi ke atas dapat meningkatkan hubungan
ke atasan seperti dengan memberikan saran-saran juga keluhan.
Komunikasi ke Samping
Komunikasi ke samping (lateral communication) terjadi antara dua
pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hierarki wewenang yang
sama (komunikasi horizontal). Komunikasi kesamping juga dapat terjadi
antara orang atau pihak pada tingkatan yang berbeda yang tidak
mempunyai wewenang langsung terhadap pihak lainnya (komunikasi
diagonal). Media komunikasi yang banyak digunakan dalam komunikasi
ke samping ini adalah pertemuan tatap muka langsung (panitia dan
konferensi), pembicaraan lewat telepon, memo tertulis, perintah kerja
dalam bentuksurat tugas, dan formulir permohonan (requisition form).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi ke samping
memungkinkan terjalin antara orang yang memiliki otoritas lebih tinggi
dengan orang yang memiliki otoritas yang lebih rendah, namun dalam hal
ini kedua belah pihak tidak mempunyai hubungan pekerjaan secara
langsung.
2.2.6 Komunikasi Verbal dan Nonverbal
27
Komunikasi Verbal
Dalam berkomunikasi, manusia menggunakan dua sistem komunikasi
sekaligus, yaitu verbal dan nonverbal. Pesan verbal merupakan pesan yang
menggunakan kata-kata. Kalimat verbal ditandai dengan kata-kata, bukan
gerakan; pesan verbal terdiri dari kata-kata secara lisan maupun tulisan. Yang
tidak termasuk pesan verbal antara lain tertawa, jeda suara yang dibuat-buat
ketika berbicara seperti “er”, “um”, dan “ah”; atau respon lainnya yang tidak
melibatkan kata-kata seperti “ha-ha”, “aha”, dan “uh!”.
Untuk dapat menguraikan lebih dalam mengenai pesan verbal dan
makna yang telah dibentuk ke dalam pikiran pendengarnya, maka diperlukan
pembahasan mengenai beberapa prinsip pesan verbal secara spesifik, yaitu :
messages are packaged, meanings are in people, meanings are denotative
and connotative, messages vary in politeness, messages can criticize and
praise, messages vary in assertiveness, and messages can confirm and
disconfirm. Dengan demikian, melalui uraian dibawah ini akan diberikan
petunjuk mengenai komunikasi interpersonal yang efektif. Berikut ini akan
diuraikan mengenai prinsip-prinsip pesan verbal yang terdapat dalam buku
The Interpersonal Communication Book (DeVito, 2009 : h99) :
Messages Are Packaged
Perilaku verbal dan nonverbal saling mendukung satu sama lain
secara alami. Sebagai contoh, ketika seseorang mengatakan bahwa dia sedang
merasa senang, maka pipinya akan mengembang disertai senyuman. Namun
terkadang perilaku verbal tidak disertai perilaku nonverbal yang sesuai, hal
ini mengakibatkan kontradiktif dalam penginterpretasian pesan. Contoh
kontradiktif
dalam
pengintrepretasian
pesan
yaitu
ketika
seseorang
mengatakan bahwa dia terkejut tapi tidak disertai perilaku mata yang
membulat atau alis yang terangkat sebagaimana seharusnya. Mengartikan
atau mengidentifikasikan sebuah perilaku, sebaiknya pahami terlebih dahulu
pengemasannya dengan memperhatikan perilaku verbal atau nonverbal yang
mendukungnya.
Message Meanings Are in People
28
Pemaknaan tidak hanya bergantung pada pengemasan pesan
(kombinasi dari elemen verbal dan nonverbal) tetapi juga bergantung pada
interaksi pesan dan pemikiran serta perasaan penerima pesan. Maksudnya
disini adalah makna pesan “tidak” diterima melainkan makna tersebut
“dibuat” oleh masing-masing penerima pesan. Dikarenakan pemaknaan
terdapat pada masing-masing individu, dan karena setiap individu memiliki
perbedaan dan keunikannya masing-masing, sebuah pesan tidak akan
memiliki makna yang sama bila disampaikan pada dua individu yang
berbeda.
Meanings Are Denotative and Connotative
Makna denotatif dalam sebuah kata merupakan definisi dari objek itu
sendiri; sedangkan makna konotatif merupakan makna yang bersifat
emosional dan subjektif. Pemahaman pesan denotatif bersifat universal;
kebanyakan orang-orang setuju dengan makna denotasi karena makna
denotasi bersifat umum. Pemahaman pesan konotasi dapat dikatakan bersifat
sangat personal, dan hanya segelintir orang yang akan mengerti makna
konotasi yang sebenarnya bila dilakukan melalui kata-kata maupun perilaku
nonverbal.
Message Vary in Politeness
Dalam komunikasi interpersonal, pesan dapat dikemas dalam berbagai
bentuk kesopan-santunan yang terdapat dalam istilah kesopan-santunan
positif dan negative. Kesopansantunan dalam komunikasi interpersonal
melibatkan perilaku yang memungkinkan untuk mengelola respon positif
maupun negatif. Berdasarkan kedua bentuk kesopan-santunan tersebut,
ditemukan dua kebutuhan manusia, antara lain :
1. Masing-masing orang ingin terlihat baik dimata orang lain, menjadi orang
yang dianggap menyenangkan; hal tersebut termasuk sebagai pengelolaan
respon positif.
29
2. Masing-masing
orang
memiliki
ambisinya
masing-masing
untuk
melakukan yang terbaik dan sesuai harapan; hal tersebut termasuk sebagai
pengelolaan respon negatif.
Untuk lebih spesifik lagi, agar orang lain memberikan respon positif,
yang bisa dilakukan adalah memberikan perhatian secara penuh kepada
seseorang melalui pembicaraan yang berlangsung; dan mengucapkan “maaf”
bila ada sesuatu yang tidak sesuai. Dalam arti sempit, perlakukan setiap orang
seperti apa yang kita inginkan dari orang lain. Uraian diatas telah
menunjukkan kesopan-santunan positif. Sedangkan respon negatif dapat
terjadi
secara
otomatis
ketika
merespon
seseorang
tanpa
mempertimbangkannya. Respon negatif biasanya terjadi saat mengkritisi
sesuatu atau mempertahankan otonominya. Uraian di atas menunjukkan
kesopan-santunan negatif yang biasa terdapat dalam variasi pesan.
Messages Can Criticize and Praise
Dalam berkomunikasi, komunikator diharapkan bisa memberikan
kritik, evaluasi, dan lain sebagainya dalam memberikan penilaian kepada
beberapa orang atau beberapa pekerjaan yang telah dilakukan. Dalam
cakupan profesional seperti mengajar, merawat, dan memberikan konseling,
kemampuan untuk memberikan kritik dengan baik menjadi faktor penting.
Kritikan akan muncul menjadi masalah apabila digunakan diluar dari
fungsinya ketika diucapkan berlebihan serta menggunakan kalimat yang tidak
pantas. Kemampuan interpersonal yang terpenting adalah bisa memfasilitasi
dalam mengembangkan penalaran ketika seseorang benar-benar meminta
kritik dan ketika seseorang meminta kritik yang sebenarnya menginginkan
pujian. Sebagai contoh, ketika seseorang bertanya tentang penampilannya
dengan menanyakan “Apa aku terlihat cantik memakai pakaian ini?” maka
sebenarnya wanita itu menginginkan pujian dari orang yang ditanyakan,
dalam hal ini wanita tersebut tidak benar-benar menginginkan kritik.
Messages Vary in Assertiveness
Orang yang memiliki ketegasan memiliki asumsi bahwa dari interaksi
interpersonal yang dilakukan oleh dua belah pihak akan mendapatkan
30
sesuatu hasil, meskipun berasal dari konfrontasi (dua pandangan yang
berlawanan). Ketegasan bukan merupakan respon yang selalu diinginkan. Hal
ini dikarenakan pada situasi tertentu, sebuah ketegasan bahkan bisa menyakiti
emosional orang lain. Sebagai contoh, ketika ada orang yang berbicara saat
sedang menonton film di bioskop dan kita merasa terganggu oleh suaranya,
sikap tegas yang akan ditunjukkan adalah menyuruh orang tersebut untuk
diam. Dalam menerapkan prinsip ketegasan dalam berkomunikasi, sebaiknya
berhati-hati agar kamu selalu berada pada jalur yang bisa kamu tangani,
jangan sampai akibatnya akan memperburuk suasana.
Messages Can Confirm and Disconfirm
Sommer, Williams, Ciarocco, & Badmeister dalam buku The
Interpersonal
Communication
Book
(2009
:
h112)
menerangkan,
“Disconfirmation is a communication pattern in which you ignore a person’s
presence as well as the person’s communications”. Intinya adalah
diskonfirmasi merupakan pola komunikasi dimana salah satu pihak
mengacuhkan keberadaan dan pesan yang disampaikan oleh pihak lain dalam
suatu jaringan komunikasi. Perlu dicatat, diskonfirmasi tidak sama dengan
penolakan (rejection). Dalam penolakan, salah satu pihak dalam jaringan
komunikasi menunjukkan keengganan untuk menerima sesuatu pendapat atau
hasil kerja dari seseorang. Pada diskonfirmasi, segala sesuatu yang dikatakan
oleh salah satu pihak tersebut sama sekali tidak diperhitungkan.
Ellis dalam DeVito (2009 : h112) menyatakan, “Confirmation is the
opposite communication pattern. In Confirmation, you not only acknowledge
the presence of the other person but also indicate your acceptance of this
person, of this person’s definition of self, and of your relationship as defined
or viewed by this other person. Confirming responses often lead to gain in
self-esteem and have been shown to reduce student apprehension in the
classroom and indirectly to increase motivation and learning.
Pada intinya, Ellis menjelaskan bahwa pada konfirmasi (Confirmation),
pihak-pihak dalam jaringan komunikasi bukan hanya mengakui kehadiran
seseorang, melainkan juga mengidentifikasi penerimaannya, mendefinisikan
personal maupun hubungan yang tercipta sebagaimana menurut pandangan
individu tersebut.
31
Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal merupakan komunikasi yang tidak menggunakan
kata-kata. Aspek yang paling penting disini adalah dalam komunikasi
nonverbal, pesan yang dikirimkan memungkinkan untuk diinterpretasikan
oleh lebih dari satu orang. Yang termasuk ke dalam komunikasi nonverbal,
antara lain : gerakan tubuh, senyuman, gerakan mata, memindahkan kursi
mendekati seseorang, menggunakan perhiasan, sentuhan, volume suara,
bentuk ruangan, dekorasi ruangan, atau bahkan saat suasana hening juga
merupakan kategori komunikasi nonverbal. Berikut ini merupakan fungsi dari
komunikasi nonverbal (Afifi, 2007), yaitu :
•
Forming and Managing Impressions
Melalui komunikasi nonverbal, sebuah kesan dapat dibentuk
melalui cara berjalan, berpakaian, kontak mata, dan ekspresi lainnya.
Dalam hal ini, kepribadian seseorang dapat dibentuk dan dikemas
sebagaimana nilai yang ingin disampaikan kepada penilai. Disamping
itu, kesan yang telah terbentuk harus dikelola agar kesan yang telah
terbentuk tersebut tidak berubah.
•
Forming and Defining Relationships
Floyd & Mikkelson dalam DeVito (2009 : h152) mengatakan,
“You communicate affection, support, and love, in part at least,
nonverbally”.
Dikatakan
bahwa
pada
saat
bersamaan,
ketidaksenangan, kemarahan, kebencian dikomunikasikan melalui
sinyal nonverbal. Sinyal nonverbal mengkomunikasikan status
hubungan yang dikenal sebagai “tie signs” : Mereka menunjukkan
bagaimana cara hubungan terikat bersama-sama. (Afifi & Johnson,
2005). Tie signs (ikatan) sering digunakan untuk menjelaskan bahwa
dua orang tersebut sedang dalam ikatan bersama.
•
Structuring Conversation and Social Interaction
32
Ketika sedang melakukan perbincangan, maka isyarat untuk
berbicara, siap mendengarkan dan member komentar secara alami
akan muncul melalui syarat nonverbal. Sebagai contoh, ketika
seseorang berbicara dan terdengar bahwa intonasi suaranya merendah,
maka hal itu menandakan bahwa ia mengijinkan orang lain untuk
mengatakan sesuatu. Sedangkan ketika seseorang dengan wajah serius
melihat ke satu arah yaitu ke arah pembicara, maka diartikan bahwa ia
menginginkan perbincangan tersebut tetap berlangsung.
•
Influencing and Deceiving
Mempengaruhi bukan hanya bisa dilakukan melalui ucapan
melainkan melalui tindakan nonverbal. Dengan kemampuan untuk
mempengaruhi, tentunya, muncul kemampuan untuk menipu,
menyesatkan pikiran orang dengan mengatakan sesuatu benar ketika
sebenarnya salah, mengatakan sesuatu salah ketika yang sebenarnya
adalah benar. Tidak mengherankan bila belakangan ini setiap orang
mengamati
tindakan
nonverbal
seseorang
untuk
mendeteksi
kebenaran. Sebagai contoh, bila ingin mengetahui apakah yang
dikatakan itu benar, maka bisa diamati melalui kontak mata, apakah
kontak mata terhubung atau tidak dan bisa juga melalui gerakan tubuh
lainnya.
•
Expressing Emotions
Walaupun banyak orang yang meluapkan emosinya melalui
kata-kata,
tindakan
nonverbal
juga
bisa
mengkomunikasikan
emosional secara benar. Pada waktu yang bersamaan pula, sebuah
emosi dapat terlihat disembunyikan, dan hal tersebut terlihat melalui
tindakan nonverbal. Misalnya, untuk menyembunyikan kesedihannya
terkadang
seseorang
memperlihatkan
senyumannya,
dan
bagaimanapun senyuman untuk sebuah kesedihan dapat terlihat jelas.
2.2.7 Tata Ruang Kantor
33
Menurut Quible dalam Sukoco (2007:189), “Tata ruang kantor
(layout) adalah penggunaan ruang secara efektif serta mampu memberikan
kepuasan kepada pegawai terhadap pekerjaan yang dilakukan, maupun
memberikan kesan yang mendalam bagi pegawai”. Sedangkan menurut
Littlefield dan Peterson (Sukoco, 2007:189), “Tata ruang kantor merupakan
penyusunan perabotan dan perlengkapan kantor pada luas lantai yang
tersedia”. Terry dalam Sedarmayanti (2009:101) memaparkan, “Office lay
out is the determination of space requirement and the detailed utilization of
this space in order to provide a practical arrangement of the physical factors
considered necessary for the execution of the officework within reasonable
costs”. Berdasarkan beberapa definisi diatas mengenai tata ruang kantor,
penulis menyimpulkan bahwa tata ruang kantor merupakan penataan atau
pengaturan suatu ruangan dengan luas tertentu dimanfaatkan sebagai tempat
bagi karyawan berbagi informasi baik secara lengsung maupun melalui media
komunikasi.
Tujuan dan Manfaat Tata Ruang Kantor
Menurut Sedarmayanti (2009:102) tata ruang kantor dapat dirinci
berdasarkan tujuannya, antara lain:
-
Mencegah penghamburan tenaga dan waktu pegawai karena prosedur
kerja dipersingkat
-
Menjamin kelancaran proses pekerjaan
-
Memungkinkan pemakaian ruang kerja agar lebih efisien
-
Mencegah pegawai di bagian lain terganggu oleh publik yang akan
menemui bagian tertentu, atau mencegah terganggu oleh suara bising dan
lainnya
-
Menciptakan kenyamanan kerja pegawai
-
Memberi kesan yang baik terhadap para pengunjung di kantor
-
Mengusahakan adanya keleluasan bagi:
34
a. Gerakan pegawai yang sedang bekerja
b. Kemungkinan untuk pegawai memanfaatkan ruangan bagi keperluan
lain pada waktu tertentu
c. Perkembangan dan perluasan kegiatan kantor di kemudian hari (bila
mungkin)
Menurut Sukoco (2007:189) tata ruang yang efektif akan memberikan
manfaat sebagai berikut :
1) Mengoptimalkan penggunaan ruang yang ada secara efektif.
2) Mengembangkan lingkungan kerja yang nyaman bagi pegawai.
3) Memberikan kesan yang positif terhadap pelanggan perusahaan.
4) Menjamin efisiensi dari arus kerja yang ada.
5) Meningkatkan produktifitas kerja pegawai.
6) Mengantisipasi pengembangan organisasi di masa depan dengan
melakukan perencanaan tata ruang yang fleksibel.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dan manfaat dari tata ruang
kantor adalah sebagai pemanfaatan ruangan kantor agar lebih efisien
sehingga memudahkan dalam pengawasan pekerjaan dan mencapai
efektivitas kerja.
Macam-macam Tata Ruang Kantor
Menurut Sedarmayanti (2009:104) pada dasarnya terdapat empat macam
tata ruang kantor, yaitu :
1. Tata ruang kantor berkamar/tertutup (cubicel type offices)
Tata ruang kantor berkamar adalah ruangan untuk bekerja yang
dipisah atau dibagi dalam kamar atau ruang kerja. Penerapan tata ruang
kantor berkamar/tertutup dapat berfungsi agar konsentrasi kerja tetap
35
terjaga dan terfokus. Berikut ini akan diperjelas lebih dalam lagi
mengenai penerapan tata ruang kantor berkamar/tertutup :
a. Keuntungan tata ruang kantor berkamar adalah :
-
Menjamin konsentrasi kerja.
-
Menjamin pekerjaan yang bersifat rahasia.
-
Menambah atau menjaga, status pimpinan sehingga selalu
terpelihara adanya kewibawaan pimpinan.
-
Menjamin kebersihan kerja dan merasa iokut bertanggung jawab
serta merasa ikut memiliki
b. Kerugian tata ruang kantor berkamar adalah :
-
Komunikasi langsung antar pegawai tidak dapat lancar, sehingga
kesempatan untuk mengadakan komunikasi menjadi berkurang.
-
Diperlukan biaya yang lebih besar untuk biaya pemeliharaan
ruangan, pengaturan penerangan, dan biaya peralatan lainnya.
-
Pemakaian ruangan kurang luwes apabila ada perubahan dan
perkembangan organisasi.
2.
-
Mempersulit pengawasan.
-
Memerlukan banyak luas lantai.
Tata ruang kantor terbuka (open plan offices)
Tata ruang kantor terbuka adalah ruang kerja yang cukup luas,
ditempati oleh beberapa pegawai untuk bekerja bersama di ruang
termaksud tanpa dipisah oleh penyekat atau pembatas yang permanen.
Tata ruang kantor terbuka biasanya diterapkan agar tidak terjadi gap antar
karyawan dan memudahkan kontrol/pengawasan. Berikut ini akan
diperjelas lebih dalam lagi mengenai penerapan tata ruang kantor terbuka
:
36
a. Keuntungan tata ruang kantor terbuka adalah:
-
Mudah dalam pengawasan, pengaturan cahaya, udara, warna,
dan dekorasi.
-
Luwes/fleksibel apabila diperlukan perubahan ruangan dan
tidak memerlukan biaya tinggi.
-
Mudah untuk mengadakan hubungan langsung, pengawasan,
penyeragaman kerja, dan pembagian peralatan kerja.
-
Biaya
lebih
hemat
untuk
pemeliharaan
ruang
kerja,
penggunaan kelengkapan ruangan dan peralatan, penggunaan
telepon, dan lain-lain.
b. Kerugian tata ruang kantor terbuka adalah :
-
Kemungkinan timbul atau terjadi kegaduhan atau kebisingan
karena pegawai bersenda gurau, ngobrol, dan lain-lain.
-
Pegawai sulit untuk melakukan pekerjaan dengan penuh
konsentrasi.
-
Batas kedudukan antara pimpinan dan bawahan tidak jelas.
-
Pekerjaan yang bersifat rahasia sulit dilakukan.
-
Kemungkinan nampak adanya tumpukan berkas/kertas dan
peralatan kerja yang berserakan, sehingga pemandangan kurang
baik.
Gambar 2.1. Tata ruang kantor berkamar/tertutup (cubicel type offices)
37
Gambar 2.2 Tata ruang kantor terbuka (open plan offices)
2.3 KERANGKA PEMIKIRAN
INTERAKSI TATA RUANG KANTOR TERBUKA
TERBUKA
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
HUBUNGAN INTERPERSONAL
Harga
Menghargai
Loyal
dan
Toleran
Sikap
Terbuka
Adanya
Keakraban
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Bagan diatas merupakan kerangka pemikiran yang digunakan penulis dalam
melakukan penelitian yang berjudul, “Analisis Hubungan Interpersonal Karyawan
PT KOLIBRIIUM KREASI MEDIA Melalui Tata Ruang Kantor Terbuka”.
Penelitian tersebut akan menjelaskan kaitan antara tata ruang kantor terbuka dan
macam-macam interaksi yang berlangsung didalamnya serta menguraikan bagaimana
hubungan interpersonal yang dihasilkan. Hubungan interpersonal tersebut nantinya
akan dinilai melalui tolak ukur dari keberhasilan sebuah hubungan interpersonal,
38
yaitu adanya sikap harga menghargai, loyal dan toleran, sikap terbuka, adanya
keakraban.
Download