9 BAB 2 Kajian Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan beberapa acuan dari penelitian sebelumnya, yaitu: 2.1.1 Jurnal Internasional Nama Tahun Judul Hasil Sumber Peneliti Penelitia Penelitia Penelitian n n Perbanding an dengan Penelitian sekarang Knowledg Rianne AppelMeulenbroek, (MB Eindhoven, Eindhoven, The Netherlands) 2010 e sharing through copresence: added value of facilities Previous studies not Emerald do Insight Penelitian yang define ISSN: 0263- dilakukan openness in 2772 saat such a way membahas Research that paper different open plan ini mengenai interaksi yang terjadi layouts can dalam be assessed ruang kantor and terbuka serta compared. hasil This is necessary for facility managers to make interaksi tersebut. tata dari 10 grounded decisions. This paper applies a new methodolog y for these types of studies. Also it studies the effect of facilities on actual knowledgesharing activities, and not just on interactions between people. Stryker, James B.; Santoro, Michael D January- Facilitati Februar ng Faceto-Face y 2012 Communi cation in HighTech Teams This paper Industrial Interaksi reports the Research yang terjadi results of a Institute, melalui field komunikasi study Inc. conducted at two R&D face to face Research dinilai akan sites of a Article lebih bisa large memperkuat U.S. high hubungan technology interpersonal 11 and life karyawan sciences melalui company; ruang kantor the terbuka. results suggest that the typical space planning solution of simply moving people from closed offices to open cubicles does not in and of itself increase F2F communicat ion. Rather, the level of F2F communicat ion depends on the location of team members’ workstation s within the overall tata 12 configuratio n of the space and the amount of space provided to support collaboratio n opportunitie s, including both formal and informal spaces. Based the on results of the study, we offer suggestions for the layout and design of R&D workstation s to foster productive F2F encounters. Amina Impact of The Office objective of journals (Research Design this study is Jurnal Associate), on to find out Public Hameed 2009 main Scientific Penelitian mengenai of office layout dan 13 Shehla Amjad Employee the Affairs, (Professor) s’ relationship Administrati interpersonal Productiv between on ity: office Managemen mengindikasi A Case design and t kan study of productivity hubungan Banking . For this interpersonal Organizat purpose, 31 yang terjalin ions of bank dapat Abbottab branches of membuat ad, 13 kerjasama Pakistan were tim contacted baik. banks and studied. The findings of this study show that office design is very vital in terms of increasing employees’ productivity . Comfortabl e and ergonomic office design motivates the employees hubungan and karyawan bahwa yang 14 and increases their performanc e substantiall y. Kerstin Sailer, Ian McCulloh January 2012 Social networks and spatial configura tion— How office layouts drive social interactio n This paper Science Tata analyzes the direct kantor spatial terbuka dimensions seperti yang of diungkapkan office layouts in dan ruang diteliti diverse dalam knowledge- penelitian ini intensive sangat workplace mempengaru environmen hi ts based on interaksi the yang theoretical digunakan and dalam methodolog pemanfaatan ical tata proposition kantor s of Space terbuka. Syntax, and brings this together with the analysis of intraorganizatio jenis ruang 15 nal interaction networks. Physical distances between agents are modeled in different ways and used as explanatory variables in exponential random graph modeling. The paper shows that spatial configuratio n in offices can be considered an important but not sole rationale for tie formation. Furthermor e, it is shown that 16 spatial distance measures based on detailed configuratio nal analysis outperform simple Euclidean distance metrics in predicting social ties. A Study The aim of KYOTO Hubungan of this study is INSTITUT interpersonal KATO, Yuji Relations to define the E MATSUMOT between indexes O, Ryusuke Office evaluate the OGY ruang kantor NAKA, Layout activating terbuka akan Shigeyuki and communicat ONLINE dikategorika YAMAGUC Communi ions in the Research n ke dalam HI cations office space Paper beberapa and to find tolak the keberhasilan relations sebuah between hubungan office layout interpersonal, and yaitu : Harga communicat menghargai, ions. At Loyal first, the Masahiro SAJI, Kyoko 2006 authors OF yang terjalin to TECHNOL LIBRARY melalui toleran, Sikap tata ukur dan 17 have terbuka, dan defined ten Adanya evaluation keakraban. indexes through a research for the office layout trend and a case study. And then, an experiment to compare two different offices was carried out. The authors focus on “quantity” and “diversity” of communicat ions so that the activating communicat ions is evaluated quantitative ly. The relations 18 between office layout and communicat ion took place in the office was discussed with the result of the experiment in our conclusion. Tabel 2.1 Jurnal Internasional 2.1.2 Jurnal Lokal Nama Tahun Judul Hasil Peneliti Peneliti Penelitia Penelitian an n Sumber Bandingannya dengan Penelitian sekarang J.A.A. Rumeser October 2010 Interpers Dari Library BINUS onal pembahasa kami Hubungan interpersonal ejournal Relation n Sebagai mengusulk faktor Variabel an terpenting Yang yang dalam Menentu menggabun menentukan kan gkan kedua kinerja, Kinerja hal penelitian model dapat Unit Atau tersebut, yang Organisas yaitu, adalah menjadi dalam ini diteliti 19 i kinerja (K) bagaimana = melakukan sumber daya komunikasi dan individual berinteraksi saat (SDI) + kerjasama tim. efektivitas interaksi (EI) Teknik Syarnubi Som August 28th, 2012 Penataan Ruang Kantor Pemerint ah Yang Baik Penataan Kementrian Sesuai ruang Agama kebutuhan bukan Palembang Kolibriium hanya menata Artikel Ilmiah dengan PT Kreasi Media untuk dapat ruang, berkomunikasi tetapi juga untuk termasuk berdiskusi hal-hal untuk yang melakukan berkaitan pengawasan dengan langsung penataan terhadap kinerja ruang, karyawan, maka antara lain ruang kantor konsep dan ditata menjadi bentuk tata tata ruang yang kantor terbuka. diinginkan, standarstandar yang harus dipenuhi untuk dan ruang 20 sebuah ruangan kantor. Tabel 2.2 Jurnal Lokal 2.2 Landasan Teori dan Konseptual Dalam menyusun penelitian ini, penulis mengadopsi dari beberapa teori, diantaranya: 2.2.1 Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang berlangsung antara individu dengan individu lainnya. “Interpersonal Communication is the verbal and nonverbal interaction between two (or sometimes more than two) interdependent people. This relatively simple definition implies a variety of characteristics.”(DeVito, 2009 : h4) Interpersonal Communication Involves Interdependent Individuals Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang saling memiliki hubungan. Dengan demikian, komunikasi interpersonal mencakup segala sesuatu yang terjadi antara hubungan ayah dan anak, atasan dan bawahan, kakak beradik, guru dan murid, sebuah pasangan, pertemanan, dan sebagainya. Meskipun pada umumnya merupakan hubungan diadik (dua orang), komunikasi interpersonal sering diperluas untuk mencakup kelompok-kelompok kecil yang intim seperti keluarga. Bukan hanya sekedar memiliki hubungan antar individu, tetapi juga memiliki kebergantungan: apa yang diperoleh seseorang merupakan dampak yang berasal dari orang lain. Segala aktivitas seseorang pasti memiliki konsekuensi dampak bagi orang lain. Interpersonal Communication Is Inherently Relational Komunikasi interpersonal secara alami terjadi melalui proses hubungan, dampak dari sebuah hubungan, dan dapat mendefinisikan sebuah hubungan. Itulah sebabnya, cara berkomunikasi ditentukan dari posisi yang terdapat pada sebuah hubungan. Terdapat perbedaan dalam berinteraksi 21 ketika berkomunikasi dengan atasan, sahabat, tetangga, saudara, rekan kerja, atau dengan seorang kenalan baru. Tetapi sekali lagi diingatkan bahwa cara berinteraksi akan mempengaruhi jenis hubungan yang sedang dibangun. Jika berinteraksi seperti cara berkomunikasi dengan teman, maka akan memunculkan hubungan pertemanan. Jika berinteraksi dengan menyampaikan pesan yang menyakitkan, maka akan memunculkan hubungan permusuhan. Jika berinteraksi dengan mengekspresikan perhatian dan dukungan, maka akan memunculkan hubungan berupa perhatian dan dukungan. Hal-hal seperti diatas merupakan poin penting dalam pengamatan mengenai komuikasi interpersonal. Namun, kebanyakan orang tidak menyetujui tentang apa yang mereka katakan dan hubungan yang dikembangkan. Interpersonal Communication Involves Verbal and Nonverbal Messages Interaksi yang bersifat interpersonal melibatkan pertukaran pesan verbal maupun nonverbal. Kontak mata dan gerakan tubuh dapat mengekspresikan kata-kata melalui pesan interpersonal. Begitu pula pesan interpersonal yang diterima melalui indera pendengaran akan sama hasilnya bila diterima melalui indera lainnya, khususnya indera penglihatan dan sentuhan. Walaupun keadaannya diam, maka itu juga merupakan pesan interpersonal. Pesan interpersonal akan terlihat berbeda dalam penyampaiannya bergantung pada faktor-faktor yang terlibat dalam interaksi. Interpersonal Communication Exists in Varied Forms Komunikasi interpersonal seringkali diartikan hanya terjadi secara tatap muka langsung. Di jaman yang serba online, komunikasi interpersonal bisa terjadi secara online bahkan komunikasi secara langsung melalui media online sudah sering dilakukan. Komunikasi online, atau Computer-Mediated Communication (CMC) sudah menjadi bagian penting yang mendukung orang-orang untuk mencari pengetahuan mengenai dunia luas. Komunikasi interpersonal dapat berkembang karena sifat komunikasi itu sendiri pribadi, penting, sosial, dan profesional. Orang-orang akan menggunakan berbagai 22 media online yang telah disediakan untuk mendukung kebutuhan dalam berkomunikasi, misalnya melalui email dan Instant Messaging. Interpersonal Communication Varies in Effectiveness Seperti layaknya semua jenis komunikasi, komunikasi interpersonal memiliki efektivitas dan kepuasan yang bervariasi. Beberapa interaksi (dan hubungan) memiliki tingkat sukses yang tinggi dan beberapa diantaranya memiliki kegagalan. Didalam kehidupan ini, interaksi interpersonal disajikan dalam beberapa pilihan, yaitu pada saat memilih kepada siapa akan berkomunikasi, apa yang dikatakan, apa yang tidak boleh dikatakan, bagaimana cara mengungkapkannya, dan lain sebagainya. 2.2.2 Teori Interaksi Aubrey Fisher dan Leonard Hawes dalam buku Teori Komunikasi Organisasi (2009 : h125), mengajukan model sistem interaksi (interact system model) yang tidak memfokuskan pada tindakan individu, tetapi lebih kepada interaksi. Menurut Fisher dan rekannya dalam Theories of Human Communication (2008 : h232) mengatakan bahwa, “Suatu interaksi adalah tindakan oleh seseorang yang diikuti oleh tindakan orang lain, misalnya pertanyaan-jawaban, pernyataan-pernyataan, sapaansapaan. Disini, unit analisis yang digunakan bukanlah suatu pesan individu, seperti mengemukakan saran, tetapi sepasang tindakan yang berdekatan (contiguous pair of acts), seperti menyampaikan saran dan memberikan tanggapan terhadap saran itu. Menurut Fisher, suatu interaksi dapat dilihat dalam dua dimensi, yaitu dimensi isi (content dimension) dan dimensi hubungan (relationship dimension). Dimensi isi merupakan respon dari tindakan yang diberikan orang lain, bisa berupa jawaban, pertanyaan, maupun sapaan. Sedangkan dimensi hubungan disini merupakan cara atau kesan yang timbul dalam merespon suatu tindakan orang lain. Misalnya, ketika seseorang bertanya sesuatu, dan Anda menjawab dengan memberi kesan bahwa pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan bodoh, maka dapat disimpulkan bahwa jawaban anda adalah dimensi isi dan cara menjawab adalah dimensi hubungan.” 2.2.3 Teori Interaksional Simbolik Heath dalam buku Metodologi Penelitian Untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif (2011:h159) menyatakan, 23 “Teori interaksional simbolik mengemukakan bahwa setiap orang dari orangorang ini atau orang-orang membuat makna melalui sebuah proses yang dipertajam oleh pemaknaan orang lain dan proses pembuatan makna. Asumsi teori ini adalah orang-orang memiliki cara tertentu dalam melakukan pemaknaan, interpretatif (penafsiran), tindakan-tindakan.” Dalam penelitian disimpulkan bahwa, “Mind (pikiran), self (diri sendiri), dan society (masyarakat) bekerja bersamasama memengaruhi bagaimana orang-orang melakukan pemaknaan. Esensi teori interaksional simbolik memperlihatkan tiga tema besar, yaitu: (a) pentingnya makna bagi perilaku manusia; (b) pentingnya konsep mengenai diri; (c) hubungan antara individu dan masyarakat. Relevansi dan urgensi makna memiliki asumsi bahwa: (a) manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka, (b) makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia, (c) makna dimodifikasi dalam proses interpretatif” (Santoso dan Setiansah, 2010:20-21). Berdasarkan uraian diatas, teori interaksionisme simbolik menekankan pada bagaimana sebuah makna tidak terbentuk secara langsung, melainkan melalu proses penerimaan, pemrosesan, dan dihasilkan. Pemaknaan sebuah symbol interaksi dipengaruhi oleh 3 hal yaitu Mind (pikiran), Self (diri sendiri), dan Society (masyarakat) yang akan merubah atau menghasilkan sebuah makna akan interaksi yang muncul. Teori Interaksionisme Simbolik sangat dibutuhkan keberadaannya dalam penelitian ini untuk mengukur bagaimana interaksi dimaknai oleh setiap subjek dalam penelitian melalui sudut pandang yang berbeda-beda. 2.2.4 Teori Hubungan Interpersonal Robbins (2006) mengatakan bahwa “Hubungan interpersonal adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam situasi kerja dan dalam organisasi sebagai motivasi untuk bekerjasama secara produktif, sehingga dicapai kepuasan ekonomi, psikologis, dan sosial”. Rakhmat (2005 : h126) mengatakan, hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, perubahan memerlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor yang amat penting dalam memelihara keseimbangan ini, antara lain : keakraban, kontrol, respon yang tepat, dan nada emosional yang tepat. 24 Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor yang kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Faktor yang ketiga adalah ketetapan respon, artinya respon A harus diikuti oleh respon B yang sesuai. Faktor keempat adalah keserasian suasana emosional ketika berlangsungnya komunikasi. Bila terjadi interaksi dengan suasana emosional yang berbeda, interaksi tersebut tidak akan stabil. Dengan begitu, emosional yang terjadi dalam hubungan interpersonal haruslah serasi dan sesuai. Berdasarkan teori yang sudah dipaparkan, maka yang menjadi tolak ukur sebuah hubungan interpersonal yang harmonis adalah: 1) Harga menghargai 2) Loyal dan toleran antara satu dengan yang lainnya 3) Sikap terbuka 4) Adanya keakraban 2.2.5 Komunikasi Organisasi Menurut Wiryanto (2004 : h54) yang dikutip dalam bukunya dengan judul Pengantar Ilmu Komunikasi, “Komunikasi organisasi adalah pengiriman berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasinya itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang sudah disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual”. Menurut pandangan Goldhaber yang dikutip oleh Ramli (2011 : h13), “Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah”. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi baik secara formal maupun non formal yang terjadi untuk mengatasi lingkungan yang selalu berubah-ubah. 25 Berdasarkan sifatnya yang selalu berubah-ubah, maka komunikasi organisasi dibedakan menurut arah aliran informasinya, yaitu komunikasi ke bawah, ke atas, dan ke samping. Komunikasi ke Bawah, ke Atas, dan ke Samping Penggolongan komunikasi ke bawah, ke atas, dan ke samping (lateral) ini didasarkan pada arah aliran pesan-pesan dan informasi di dalam suatu organisasi. Pertukaran informasi yang berpindah dari bagian yang memiliki otoritas tinggi kepada bagian yang otoritasnya lebih rendah disebut komunikasi ke bawah; perpindahan informasi dari bagian yang memiliki otoritas rendah kepada bagian yang otoritasnya lebih tinggi disebut komunikasi ke atas; dan perpindahan informasi diantara orang-orang yang memiliki otoritas yang sama disebut komunikasi ke samping. Untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam, maka berikut ini akan diuraikan ketiga jenis komunikasi tersebut sebagai berikut (Masmuh, 2010 : h10-14): Komunikasi ke Bawah Aliran informasi dalam komunikasi ke bawah mengalir dari tingkatan manajemen puncak ke manajemen menengah, manajemen yang lebih rendah, dan akhirnya sampai kepada karyawan operasional. Komunikasi ke bawah pada umumnya sangat cocok digunakan jika manajemen hanya ingin menyampaikan informasi faktual dan nonkontroversional (tidak menjadi pokok pertentangan), dan tujuannya hanya semata-mata memberikan informasi, bukan membujuk (persuasive). Komunikasi ke bawah mempunyai fungsi pengarahan, perintah, indoktrinasi, insprasi, dan evaluasi. Pertemuan tatap muka langusng, pembicaraan lewat telephone, memo dan instruksi tertulis merupakan media atau saluran yang banyak digunakan dalam komunikasi ke bawah. Berdasarkan uraian diatas, komunikasi ke bawah dapat disimpulkan merupakan komunikasi yang bersifat satu arah, dimana informasi hanya berupa perintah, pengarahan, dan sebagainya tanpa memerlukan feedback. Hal ini terjadi dikarenakan komunikasi ke bawah berlangsung antara orang yang 26 memiliki otoritas lebih rendah dengan orang yang memiliki otoritas yang lebih tinggi. Komunikasi ke Atas Aliran komunikasi ke atas dari hierarki wewenang yang lebih rendah ke yang lebih tinggi biasanya mengalir di sepanjang rantai komando. Fungsi utamanya adalah untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan, keputusan, dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Komunikasi ke atas dapat berupa laporan prestasi kerja (performance report), saran-saran dan rekomendasi, usulan anggaran, pendapat atau opini, keluhan, permohonan bantuan, atau instruksi. Dilihat dari jenis informasi yang mengalir dalam komunikasi ke atas, maka disimpulkan bahwa komunikasi ke atas sudah menunjukkan adanya komunikasi dua arah. Komunikasi ke atas dapat meningkatkan hubungan ke atasan seperti dengan memberikan saran-saran juga keluhan. Komunikasi ke Samping Komunikasi ke samping (lateral communication) terjadi antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hierarki wewenang yang sama (komunikasi horizontal). Komunikasi kesamping juga dapat terjadi antara orang atau pihak pada tingkatan yang berbeda yang tidak mempunyai wewenang langsung terhadap pihak lainnya (komunikasi diagonal). Media komunikasi yang banyak digunakan dalam komunikasi ke samping ini adalah pertemuan tatap muka langsung (panitia dan konferensi), pembicaraan lewat telepon, memo tertulis, perintah kerja dalam bentuksurat tugas, dan formulir permohonan (requisition form). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi ke samping memungkinkan terjalin antara orang yang memiliki otoritas lebih tinggi dengan orang yang memiliki otoritas yang lebih rendah, namun dalam hal ini kedua belah pihak tidak mempunyai hubungan pekerjaan secara langsung. 2.2.6 Komunikasi Verbal dan Nonverbal 27 Komunikasi Verbal Dalam berkomunikasi, manusia menggunakan dua sistem komunikasi sekaligus, yaitu verbal dan nonverbal. Pesan verbal merupakan pesan yang menggunakan kata-kata. Kalimat verbal ditandai dengan kata-kata, bukan gerakan; pesan verbal terdiri dari kata-kata secara lisan maupun tulisan. Yang tidak termasuk pesan verbal antara lain tertawa, jeda suara yang dibuat-buat ketika berbicara seperti “er”, “um”, dan “ah”; atau respon lainnya yang tidak melibatkan kata-kata seperti “ha-ha”, “aha”, dan “uh!”. Untuk dapat menguraikan lebih dalam mengenai pesan verbal dan makna yang telah dibentuk ke dalam pikiran pendengarnya, maka diperlukan pembahasan mengenai beberapa prinsip pesan verbal secara spesifik, yaitu : messages are packaged, meanings are in people, meanings are denotative and connotative, messages vary in politeness, messages can criticize and praise, messages vary in assertiveness, and messages can confirm and disconfirm. Dengan demikian, melalui uraian dibawah ini akan diberikan petunjuk mengenai komunikasi interpersonal yang efektif. Berikut ini akan diuraikan mengenai prinsip-prinsip pesan verbal yang terdapat dalam buku The Interpersonal Communication Book (DeVito, 2009 : h99) : Messages Are Packaged Perilaku verbal dan nonverbal saling mendukung satu sama lain secara alami. Sebagai contoh, ketika seseorang mengatakan bahwa dia sedang merasa senang, maka pipinya akan mengembang disertai senyuman. Namun terkadang perilaku verbal tidak disertai perilaku nonverbal yang sesuai, hal ini mengakibatkan kontradiktif dalam penginterpretasian pesan. Contoh kontradiktif dalam pengintrepretasian pesan yaitu ketika seseorang mengatakan bahwa dia terkejut tapi tidak disertai perilaku mata yang membulat atau alis yang terangkat sebagaimana seharusnya. Mengartikan atau mengidentifikasikan sebuah perilaku, sebaiknya pahami terlebih dahulu pengemasannya dengan memperhatikan perilaku verbal atau nonverbal yang mendukungnya. Message Meanings Are in People 28 Pemaknaan tidak hanya bergantung pada pengemasan pesan (kombinasi dari elemen verbal dan nonverbal) tetapi juga bergantung pada interaksi pesan dan pemikiran serta perasaan penerima pesan. Maksudnya disini adalah makna pesan “tidak” diterima melainkan makna tersebut “dibuat” oleh masing-masing penerima pesan. Dikarenakan pemaknaan terdapat pada masing-masing individu, dan karena setiap individu memiliki perbedaan dan keunikannya masing-masing, sebuah pesan tidak akan memiliki makna yang sama bila disampaikan pada dua individu yang berbeda. Meanings Are Denotative and Connotative Makna denotatif dalam sebuah kata merupakan definisi dari objek itu sendiri; sedangkan makna konotatif merupakan makna yang bersifat emosional dan subjektif. Pemahaman pesan denotatif bersifat universal; kebanyakan orang-orang setuju dengan makna denotasi karena makna denotasi bersifat umum. Pemahaman pesan konotasi dapat dikatakan bersifat sangat personal, dan hanya segelintir orang yang akan mengerti makna konotasi yang sebenarnya bila dilakukan melalui kata-kata maupun perilaku nonverbal. Message Vary in Politeness Dalam komunikasi interpersonal, pesan dapat dikemas dalam berbagai bentuk kesopan-santunan yang terdapat dalam istilah kesopan-santunan positif dan negative. Kesopansantunan dalam komunikasi interpersonal melibatkan perilaku yang memungkinkan untuk mengelola respon positif maupun negatif. Berdasarkan kedua bentuk kesopan-santunan tersebut, ditemukan dua kebutuhan manusia, antara lain : 1. Masing-masing orang ingin terlihat baik dimata orang lain, menjadi orang yang dianggap menyenangkan; hal tersebut termasuk sebagai pengelolaan respon positif. 29 2. Masing-masing orang memiliki ambisinya masing-masing untuk melakukan yang terbaik dan sesuai harapan; hal tersebut termasuk sebagai pengelolaan respon negatif. Untuk lebih spesifik lagi, agar orang lain memberikan respon positif, yang bisa dilakukan adalah memberikan perhatian secara penuh kepada seseorang melalui pembicaraan yang berlangsung; dan mengucapkan “maaf” bila ada sesuatu yang tidak sesuai. Dalam arti sempit, perlakukan setiap orang seperti apa yang kita inginkan dari orang lain. Uraian diatas telah menunjukkan kesopan-santunan positif. Sedangkan respon negatif dapat terjadi secara otomatis ketika merespon seseorang tanpa mempertimbangkannya. Respon negatif biasanya terjadi saat mengkritisi sesuatu atau mempertahankan otonominya. Uraian di atas menunjukkan kesopan-santunan negatif yang biasa terdapat dalam variasi pesan. Messages Can Criticize and Praise Dalam berkomunikasi, komunikator diharapkan bisa memberikan kritik, evaluasi, dan lain sebagainya dalam memberikan penilaian kepada beberapa orang atau beberapa pekerjaan yang telah dilakukan. Dalam cakupan profesional seperti mengajar, merawat, dan memberikan konseling, kemampuan untuk memberikan kritik dengan baik menjadi faktor penting. Kritikan akan muncul menjadi masalah apabila digunakan diluar dari fungsinya ketika diucapkan berlebihan serta menggunakan kalimat yang tidak pantas. Kemampuan interpersonal yang terpenting adalah bisa memfasilitasi dalam mengembangkan penalaran ketika seseorang benar-benar meminta kritik dan ketika seseorang meminta kritik yang sebenarnya menginginkan pujian. Sebagai contoh, ketika seseorang bertanya tentang penampilannya dengan menanyakan “Apa aku terlihat cantik memakai pakaian ini?” maka sebenarnya wanita itu menginginkan pujian dari orang yang ditanyakan, dalam hal ini wanita tersebut tidak benar-benar menginginkan kritik. Messages Vary in Assertiveness Orang yang memiliki ketegasan memiliki asumsi bahwa dari interaksi interpersonal yang dilakukan oleh dua belah pihak akan mendapatkan 30 sesuatu hasil, meskipun berasal dari konfrontasi (dua pandangan yang berlawanan). Ketegasan bukan merupakan respon yang selalu diinginkan. Hal ini dikarenakan pada situasi tertentu, sebuah ketegasan bahkan bisa menyakiti emosional orang lain. Sebagai contoh, ketika ada orang yang berbicara saat sedang menonton film di bioskop dan kita merasa terganggu oleh suaranya, sikap tegas yang akan ditunjukkan adalah menyuruh orang tersebut untuk diam. Dalam menerapkan prinsip ketegasan dalam berkomunikasi, sebaiknya berhati-hati agar kamu selalu berada pada jalur yang bisa kamu tangani, jangan sampai akibatnya akan memperburuk suasana. Messages Can Confirm and Disconfirm Sommer, Williams, Ciarocco, & Badmeister dalam buku The Interpersonal Communication Book (2009 : h112) menerangkan, “Disconfirmation is a communication pattern in which you ignore a person’s presence as well as the person’s communications”. Intinya adalah diskonfirmasi merupakan pola komunikasi dimana salah satu pihak mengacuhkan keberadaan dan pesan yang disampaikan oleh pihak lain dalam suatu jaringan komunikasi. Perlu dicatat, diskonfirmasi tidak sama dengan penolakan (rejection). Dalam penolakan, salah satu pihak dalam jaringan komunikasi menunjukkan keengganan untuk menerima sesuatu pendapat atau hasil kerja dari seseorang. Pada diskonfirmasi, segala sesuatu yang dikatakan oleh salah satu pihak tersebut sama sekali tidak diperhitungkan. Ellis dalam DeVito (2009 : h112) menyatakan, “Confirmation is the opposite communication pattern. In Confirmation, you not only acknowledge the presence of the other person but also indicate your acceptance of this person, of this person’s definition of self, and of your relationship as defined or viewed by this other person. Confirming responses often lead to gain in self-esteem and have been shown to reduce student apprehension in the classroom and indirectly to increase motivation and learning. Pada intinya, Ellis menjelaskan bahwa pada konfirmasi (Confirmation), pihak-pihak dalam jaringan komunikasi bukan hanya mengakui kehadiran seseorang, melainkan juga mengidentifikasi penerimaannya, mendefinisikan personal maupun hubungan yang tercipta sebagaimana menurut pandangan individu tersebut. 31 Komunikasi Nonverbal Komunikasi nonverbal merupakan komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata. Aspek yang paling penting disini adalah dalam komunikasi nonverbal, pesan yang dikirimkan memungkinkan untuk diinterpretasikan oleh lebih dari satu orang. Yang termasuk ke dalam komunikasi nonverbal, antara lain : gerakan tubuh, senyuman, gerakan mata, memindahkan kursi mendekati seseorang, menggunakan perhiasan, sentuhan, volume suara, bentuk ruangan, dekorasi ruangan, atau bahkan saat suasana hening juga merupakan kategori komunikasi nonverbal. Berikut ini merupakan fungsi dari komunikasi nonverbal (Afifi, 2007), yaitu : • Forming and Managing Impressions Melalui komunikasi nonverbal, sebuah kesan dapat dibentuk melalui cara berjalan, berpakaian, kontak mata, dan ekspresi lainnya. Dalam hal ini, kepribadian seseorang dapat dibentuk dan dikemas sebagaimana nilai yang ingin disampaikan kepada penilai. Disamping itu, kesan yang telah terbentuk harus dikelola agar kesan yang telah terbentuk tersebut tidak berubah. • Forming and Defining Relationships Floyd & Mikkelson dalam DeVito (2009 : h152) mengatakan, “You communicate affection, support, and love, in part at least, nonverbally”. Dikatakan bahwa pada saat bersamaan, ketidaksenangan, kemarahan, kebencian dikomunikasikan melalui sinyal nonverbal. Sinyal nonverbal mengkomunikasikan status hubungan yang dikenal sebagai “tie signs” : Mereka menunjukkan bagaimana cara hubungan terikat bersama-sama. (Afifi & Johnson, 2005). Tie signs (ikatan) sering digunakan untuk menjelaskan bahwa dua orang tersebut sedang dalam ikatan bersama. • Structuring Conversation and Social Interaction 32 Ketika sedang melakukan perbincangan, maka isyarat untuk berbicara, siap mendengarkan dan member komentar secara alami akan muncul melalui syarat nonverbal. Sebagai contoh, ketika seseorang berbicara dan terdengar bahwa intonasi suaranya merendah, maka hal itu menandakan bahwa ia mengijinkan orang lain untuk mengatakan sesuatu. Sedangkan ketika seseorang dengan wajah serius melihat ke satu arah yaitu ke arah pembicara, maka diartikan bahwa ia menginginkan perbincangan tersebut tetap berlangsung. • Influencing and Deceiving Mempengaruhi bukan hanya bisa dilakukan melalui ucapan melainkan melalui tindakan nonverbal. Dengan kemampuan untuk mempengaruhi, tentunya, muncul kemampuan untuk menipu, menyesatkan pikiran orang dengan mengatakan sesuatu benar ketika sebenarnya salah, mengatakan sesuatu salah ketika yang sebenarnya adalah benar. Tidak mengherankan bila belakangan ini setiap orang mengamati tindakan nonverbal seseorang untuk mendeteksi kebenaran. Sebagai contoh, bila ingin mengetahui apakah yang dikatakan itu benar, maka bisa diamati melalui kontak mata, apakah kontak mata terhubung atau tidak dan bisa juga melalui gerakan tubuh lainnya. • Expressing Emotions Walaupun banyak orang yang meluapkan emosinya melalui kata-kata, tindakan nonverbal juga bisa mengkomunikasikan emosional secara benar. Pada waktu yang bersamaan pula, sebuah emosi dapat terlihat disembunyikan, dan hal tersebut terlihat melalui tindakan nonverbal. Misalnya, untuk menyembunyikan kesedihannya terkadang seseorang memperlihatkan senyumannya, dan bagaimanapun senyuman untuk sebuah kesedihan dapat terlihat jelas. 2.2.7 Tata Ruang Kantor 33 Menurut Quible dalam Sukoco (2007:189), “Tata ruang kantor (layout) adalah penggunaan ruang secara efektif serta mampu memberikan kepuasan kepada pegawai terhadap pekerjaan yang dilakukan, maupun memberikan kesan yang mendalam bagi pegawai”. Sedangkan menurut Littlefield dan Peterson (Sukoco, 2007:189), “Tata ruang kantor merupakan penyusunan perabotan dan perlengkapan kantor pada luas lantai yang tersedia”. Terry dalam Sedarmayanti (2009:101) memaparkan, “Office lay out is the determination of space requirement and the detailed utilization of this space in order to provide a practical arrangement of the physical factors considered necessary for the execution of the officework within reasonable costs”. Berdasarkan beberapa definisi diatas mengenai tata ruang kantor, penulis menyimpulkan bahwa tata ruang kantor merupakan penataan atau pengaturan suatu ruangan dengan luas tertentu dimanfaatkan sebagai tempat bagi karyawan berbagi informasi baik secara lengsung maupun melalui media komunikasi. Tujuan dan Manfaat Tata Ruang Kantor Menurut Sedarmayanti (2009:102) tata ruang kantor dapat dirinci berdasarkan tujuannya, antara lain: - Mencegah penghamburan tenaga dan waktu pegawai karena prosedur kerja dipersingkat - Menjamin kelancaran proses pekerjaan - Memungkinkan pemakaian ruang kerja agar lebih efisien - Mencegah pegawai di bagian lain terganggu oleh publik yang akan menemui bagian tertentu, atau mencegah terganggu oleh suara bising dan lainnya - Menciptakan kenyamanan kerja pegawai - Memberi kesan yang baik terhadap para pengunjung di kantor - Mengusahakan adanya keleluasan bagi: 34 a. Gerakan pegawai yang sedang bekerja b. Kemungkinan untuk pegawai memanfaatkan ruangan bagi keperluan lain pada waktu tertentu c. Perkembangan dan perluasan kegiatan kantor di kemudian hari (bila mungkin) Menurut Sukoco (2007:189) tata ruang yang efektif akan memberikan manfaat sebagai berikut : 1) Mengoptimalkan penggunaan ruang yang ada secara efektif. 2) Mengembangkan lingkungan kerja yang nyaman bagi pegawai. 3) Memberikan kesan yang positif terhadap pelanggan perusahaan. 4) Menjamin efisiensi dari arus kerja yang ada. 5) Meningkatkan produktifitas kerja pegawai. 6) Mengantisipasi pengembangan organisasi di masa depan dengan melakukan perencanaan tata ruang yang fleksibel. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dan manfaat dari tata ruang kantor adalah sebagai pemanfaatan ruangan kantor agar lebih efisien sehingga memudahkan dalam pengawasan pekerjaan dan mencapai efektivitas kerja. Macam-macam Tata Ruang Kantor Menurut Sedarmayanti (2009:104) pada dasarnya terdapat empat macam tata ruang kantor, yaitu : 1. Tata ruang kantor berkamar/tertutup (cubicel type offices) Tata ruang kantor berkamar adalah ruangan untuk bekerja yang dipisah atau dibagi dalam kamar atau ruang kerja. Penerapan tata ruang kantor berkamar/tertutup dapat berfungsi agar konsentrasi kerja tetap 35 terjaga dan terfokus. Berikut ini akan diperjelas lebih dalam lagi mengenai penerapan tata ruang kantor berkamar/tertutup : a. Keuntungan tata ruang kantor berkamar adalah : - Menjamin konsentrasi kerja. - Menjamin pekerjaan yang bersifat rahasia. - Menambah atau menjaga, status pimpinan sehingga selalu terpelihara adanya kewibawaan pimpinan. - Menjamin kebersihan kerja dan merasa iokut bertanggung jawab serta merasa ikut memiliki b. Kerugian tata ruang kantor berkamar adalah : - Komunikasi langsung antar pegawai tidak dapat lancar, sehingga kesempatan untuk mengadakan komunikasi menjadi berkurang. - Diperlukan biaya yang lebih besar untuk biaya pemeliharaan ruangan, pengaturan penerangan, dan biaya peralatan lainnya. - Pemakaian ruangan kurang luwes apabila ada perubahan dan perkembangan organisasi. 2. - Mempersulit pengawasan. - Memerlukan banyak luas lantai. Tata ruang kantor terbuka (open plan offices) Tata ruang kantor terbuka adalah ruang kerja yang cukup luas, ditempati oleh beberapa pegawai untuk bekerja bersama di ruang termaksud tanpa dipisah oleh penyekat atau pembatas yang permanen. Tata ruang kantor terbuka biasanya diterapkan agar tidak terjadi gap antar karyawan dan memudahkan kontrol/pengawasan. Berikut ini akan diperjelas lebih dalam lagi mengenai penerapan tata ruang kantor terbuka : 36 a. Keuntungan tata ruang kantor terbuka adalah: - Mudah dalam pengawasan, pengaturan cahaya, udara, warna, dan dekorasi. - Luwes/fleksibel apabila diperlukan perubahan ruangan dan tidak memerlukan biaya tinggi. - Mudah untuk mengadakan hubungan langsung, pengawasan, penyeragaman kerja, dan pembagian peralatan kerja. - Biaya lebih hemat untuk pemeliharaan ruang kerja, penggunaan kelengkapan ruangan dan peralatan, penggunaan telepon, dan lain-lain. b. Kerugian tata ruang kantor terbuka adalah : - Kemungkinan timbul atau terjadi kegaduhan atau kebisingan karena pegawai bersenda gurau, ngobrol, dan lain-lain. - Pegawai sulit untuk melakukan pekerjaan dengan penuh konsentrasi. - Batas kedudukan antara pimpinan dan bawahan tidak jelas. - Pekerjaan yang bersifat rahasia sulit dilakukan. - Kemungkinan nampak adanya tumpukan berkas/kertas dan peralatan kerja yang berserakan, sehingga pemandangan kurang baik. Gambar 2.1. Tata ruang kantor berkamar/tertutup (cubicel type offices) 37 Gambar 2.2 Tata ruang kantor terbuka (open plan offices) 2.3 KERANGKA PEMIKIRAN INTERAKSI TATA RUANG KANTOR TERBUKA TERBUKA KOMUNIKASI INTERPERSONAL HUBUNGAN INTERPERSONAL Harga Menghargai Loyal dan Toleran Sikap Terbuka Adanya Keakraban Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Bagan diatas merupakan kerangka pemikiran yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian yang berjudul, “Analisis Hubungan Interpersonal Karyawan PT KOLIBRIIUM KREASI MEDIA Melalui Tata Ruang Kantor Terbuka”. Penelitian tersebut akan menjelaskan kaitan antara tata ruang kantor terbuka dan macam-macam interaksi yang berlangsung didalamnya serta menguraikan bagaimana hubungan interpersonal yang dihasilkan. Hubungan interpersonal tersebut nantinya akan dinilai melalui tolak ukur dari keberhasilan sebuah hubungan interpersonal, 38 yaitu adanya sikap harga menghargai, loyal dan toleran, sikap terbuka, adanya keakraban.