322 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan

advertisement
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU TK ABA KECAMATAN KEDUNGKANDANG
DALAM MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN
UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Endang Poerwanti1), Siti Fatimah Soenaryo 2), Diah Karmiyati3) Masduki4)
1
Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, FKIP
Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, FKIP
3
Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, FPsi
4
Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, FKIP
2
Alamat Korespondensi : Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang Telp. 0341-463418
2
E-mail: [email protected] [email protected] [email protected]
1
3
4
[email protected]
Abstract
Kegiatan IbM pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di TK Aisyiah
Kecamatan Kedungkandang " ini mencoba menyelesaikan masalah yang ada di TK Aisyiah dalam
melaksanakan kebijakan pemerintah tentang pendidikan inklusif, kegiatan IbM bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan guru TK dalam mengelola proses belajar mengajar untuk ABK. Dalam
pelaksanaannya, program ini didahului oleh lokakarya pendidikan inklusif, pelaksanaan
pembelajaran untuk ABK, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan intensif dan pendampingan
dalam menggunakan instrumen asesmen dan merancang program pembelajarann individual.
Sesuai dengan hasil yang ditargetkan kegiatan IbM ini dapat mencapai tujuan yaitu penyelesaian 9
PPI (Program Pembelajaran Indovidual yang dikembangkan guru berdasarkan analisis kasus di
kelas. Secara umum pelaksanaan pengabdian tentang pembelajaran ABK dapat dilaksanakan di TK
Aisyiah dapat berjalan dengan baik dan lancar. Guru sudah mulai dapat melakukan asesmen
pengenalan dini dan menyiapkan PPI. Sehingga kegiatan telah dilakukan dan hasil yang dicapai
telah sesuai dengan perencanaan. Pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengelola
pembelajaran untuk ABK, akan sangat berguna dalam mengidentifikasi secara dini perkembangan
abnormal, dan secara umum dapat membantu pemerintah dalam melaksanakan Permendiknas
Nomor 70 tahun 2009 dan departemen kebijakan pendidikan untuk memenuhi program
"Pendidikan untuk semua".
kata kunci; Pembelajaran ABK
1. PENDAHULUAN
Standar kompetensi guru TK / PAUD
menegaskan bahwa guru memenuhi standar
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut
terintegrasi dalam kinerja guru. Kompetensi yang secara riil dapat dintervensi adalah kompetensi
pedagogik yang salah satunya adalah memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik,
moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Termasuk perkembangan abnormal yang dialami
Anak Bekebutuhan Khusus atau ABK.
Perkembangan manusia bersifat progresif dan koheren. Progresif
karena adanya
perubahan yang teratur dan berlangsung secara terus menerus, sedang koheren menunjuk pada
322
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
adanya hubungan antara perubahan yang telah dan sedang terjadi dengan perubahan selanjutnya.
Karenanya perubahan yang terjadi
pada awal perkembangan secara langsung ataupun tidak
langsung akan terus menampakkan pengaruhnya terhadap tahapan perkembangan berikutnya.
Dalam perkembangan anak,
pengalaman baru yang diperoleh tidak sekedar menambah
pengalaman yang sudah ada tetapi menyatu untuk membangun pola perilaku dan penyesuaian diri
yang khas dalam kehidupannya, sehingga pengalaman yang diperoleh anak pada awal
perkembangannya akan berpengaruh terhadap perkembangan pada masa berikutnya. Untuk itulah
perlu perhatian yang lebih intensif terhadap tumbuh kembang anak, termasuk perkembangan Anak
berkebutuhan khusus.
ABK awalnya dikenal dengan istilah anak cacat, anak berkelainan atau anak luar
biasa, yang didefinisikan sebagai anak yang menyimpang dari criteria normal secara signifikan,
baik dari aspek fisik, psikis, emosi dan sosial, sehingga untuk mengembangkan potensinya
diperlukan adanya layanan pendidikan khusus. Selama ini, pendidikan bagi ABK disediakan
dalam tiga lembaga pendidikan, yaitu Sekolah Berkelainan (SLB), Taman Kanak-kanak Luar
Biasa, Sekolah Dasar Luar Biasa (TKLB), dan Pendidikan Terpadu. Perkembangan terbaru
pemerintah menggulirkan program
pendidikan inklusi.
Melalui pendidikan inklusi, anak
berkelainan dididik bersama-sama anak normal untuk mengoptimalkan potensinya. Hal ini
dilandasi kenyataan bahwa dalam masyarakat terdapat anak normal dan ABK yang tidak dapat
dipisahkan sebagai suatu komunitas. Karenanya ABK perlu diberi kesempatan dan peluang yang
sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah (TK) terdekat.
Sudah barang tentu TK yang menerima siswa ABK
perlu dipersiapkan segala sesuatunya.
Pendidikan inklusi diharapkan dapat memecahkan salah satu persoalan dalam penanganan
pendidikan bagi anak berkelainan selama ini. Persoalan yang muncul adalah, guru-guru di sekolah
reguler tidak dididik secara khusus untuk menghadapi siswa berkebutuhan khusus, sehingga
himbauan Dinas Pendidikan agar semua TK menerima siswa ABK menjadi persoalan tersendiri
bagi guru dan sekolah.
Permendiknas nomor 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif,
dalam pasal 10
menegaskan bahwa merupakan tanggung jawab pihak otoritas untuk menyediakan kesempatan bagi
guru menerima pembinaan agar mereka dapat menghadapi situasi yang sulit. Dalam kenyataannya
guru sangat kesulitan ketika di TK menemui anak yang mengalami perkembangan abnormal,
karena pemberian pelayanan kepada siswa ABK harus disesuaiakan dengan kebutuhan peserta
didik secara individual. Layanan pembelajaran ABK akan optimal bila guru dapat mengenali secara
dini jenis dan tingkat kelainan yang dialami dan menerapkan program pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhannya. Dan kemampuan ini yang secara umum belum dimiliki oleh guru TK
umumnya dan guru TK Aisyiah khususnya.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
323
Berbagai permasalahan tentang pembelajaran ABK di Taman kanak-kanak, terungkap
lewat kegiatan diskusi rindak lanjut yang dilakukan di akhir kegiatan pengabdian Kesimpulannya
menyatakan bahwa secara umum guru belum memiliki kompetensi yang memadai dalam
mengelola pembelajaran di sekolah inklusi yang meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang :
(1) pemahaman psikologi anak, psikologi perkembangan, dan psikologi abnormal dan perlunya
pengalaman eksplorasi keunikan ABK (2) Kemampuan asesment
awal, yaitu kemampuan
melakukan diagnosis awal kelainana yang dialami anak, dan (3) bagaimana membelajarkan ABK
baik dalam perencanaan pembelajaran individual maupun pelaksanaannya. Permasalahan umum
tersebut juga dialami oleh sebagian besar guru TK Aisyiah di lima kecamatan yang ada di Kota
Malang.
Dari paparan diatas, tampak jelas bahwa permasalahan yang dialami oleh guru TK
yang di sekolahnya terdapat ABK, sehingga permasalahan dan kebutuhan yang mendesak dalam
menangani permasalahan tersebut yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam
melakukan asesmen untuk mengenali siapa ABK dan jenis kelainan yang dimiliki, serta bagaimana
mengelola pembelajaran untuk ABK mulai dari perencanaan pembelajaran individual pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasinya.
Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu kegiatan yang dapat membantu memecahkan
permasalahan para guru TK untuk menjadi sekolah inklusi dalam rangka menyongsong program
Nasional “Education for All’. Kegiatan yang dimaksud yaitu dengan melaksanakan kegiatan
pengabdian dengan judul Peningkatan Kemampuan Guru TK Aisyiyah Kec. Kedungkandang Kota
Malang Dalam Pembelajaran Untuk ABK. Pmilihan Kecamatan Kedungkandang didasari kenyataan
bahwa dari hasil survey awal kecamatan ini adalah kecamatan paling pinggir dan paling banyak
memiliki TK Aisyiah. Di kecamatan Kedungkandang terdapat 9 TK Aisyiah yang semuanya
membutuhkan peningkatan kemampuan ini, sehingga semuanya dilibatkan, masing masing sekolah
diwakili oleh 1 KS dan 2 guru. Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan harapan yang
tersurat dalam tujuan kegiatan adalah (1) meningkatkan kemampuan guru untuk memahami
perkembangan ABK, dan jenis jenis ABK, karekteristik setiap jenis ABK dan faktor penyebabnya
(2) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru untuk menggunakan instrumen asesmen
sederhana dalam pengenalan awal perkembangan abnormal
siswa ABK, (3) meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan guru untuk mengelola pembelajaran ABK, yang tujuan akhir adalah
meningkatkan kemandirian sekolah untuk menjadi sekolah Inklusi
324
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
2. METODE
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak-anak yang mengalami
perkembangan menyimpang
secara signifikan dari kriteria normal. Rentangan anak dengan perkembangan menyimpang
ditemukan dalam tiga kategori (Impairment, Handicapped dan Disability ). Dilihat dari waktu
dikenali adanya ABK temporer adalah: anak yang mengalami hambatan sementara/ tidak tetap
seperti : trauma akibat bencana atau kerusuhan, kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan
dengan kasar , atau tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, dan ABK permanen
adalah:
anak yang mengalami hambatan tetap seperti akibat dari kecacatan tertentu (anak
penyandang cacat) yang dapat dikategorikan anak yang mengalami hambatan penglihatan,
hambatan pendengaran ,hambatan kecerdasan, hambatan fisik, emosional,social dan atau
dikarenakan kecelakaan sejak dan sesudah lahir sehingga mengalami kecacatan.
Klasifikasi ABK
Dilihat dari kelainan perkembangan yang dialami ABK dapay diklasifikasikan menjadi
1.
Anak dengan gangguan fisik.
Anak dengan gangguan perkembangan phisik bisa dikelompokkan menjadi (1) Anak
Tunanetra, (2)Tunarungu, (3) Tuna Daksa. anak tunadaksa bisa berupa kelainan pada
sistem serebral dan kelainan pada sistem otot dan rangka, (4) Anak dengan gangguan emosi
dan prilaku terbagi atas gangguan emosi dan gangguan sosial.
2. Anak gangguan intelektual terbagi atas anak tunagrahita, anak berbakat, anak lamban belajar,
dan anak yang mengalami kesulitan belajar khusus.
3. Anak Autisme dikelompokkan berdasar klasifikasi berdasarkan interaksi sosial dan klasifikasi
berdasarkan saat muncul kelainannya.
4. ADHD/GPPH (Attention Deficit Hyperactivity Disorder / Gangguan dalam Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas) terbagi menjadi ADHD/GPPH tipe kombinasi, ADHD/GPPH
tipe kurang mampu memperhatikan, dan ADHD/GPPH tipe predominan hiperaktif-impulsif.
Pendidikan Inklusi
Program pendidikan inklusi yang digulirkan pemerintah merupakan salah satu
peningkatan pelayanan pendidikan yang harus mendapatkan respon positif dari semua pihak.
Inovasi dan perubahan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi membuat
lembaga pendidikan merubah paradigma lama menuju paradigma baru. Pendidikan inklusi adalah
mengikut sertakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) untuk belajar bersama-sama dengan anak
normal di kelas dan sekolah reguler. Pendidikan inklusi diharapkan dapat memecahkan salah satu
persoalan dalam penanganan pendidikan bagi anak berkelainan.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
325
Falsafah inklusi memandang manusia sebagai makhluk yang sederajat walaupun
berbeda-beda. Falsafah inklusi mencoba menghargai perbedaan-perbedaan setiap individu. Inklusif
memandang manusia dengan segala karakteristik uniknya, merangkul perbedaan yang ada dan
saling berbagi sesama manuasi. Dalam konteks pendidikan inklusif berarti semua anak, siapapun
mereka, terlepas dari kemampuan maupun ketidakmampuan mereka, latar belakang sosialekonomi, suku, budaya atau bahasa, agama ataupun jender selayaknya menyatu dalam komunitas
sekolah yang sama (Shaeffer, 2005).
3. Implementasi Pendidikan Inklusif
Penempatan ABK di dalam sekolah reguler menuntut adanya beberapa penyesuaian di
sekolah sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus ABK yaitu ;
(1)
Adanya guru yang profesional, ramah dan berwawasan inklusif. Guru diharapkan dapat
menciptakan pembelajaran yang ramah dan merespon berbagai situasi kelas serta adanya perbedaan
setiap anak. (2)ABK berada dalam kelas reguler sepanjang hari. (3) Kurikulum dan pembelajaran
yang fleksibel. Penempatan ABK di dalam sekolah reguler mengharuskan sekolah inklusif perlu
menyusun kurikulum yang fleksibel, (4)
Lingkungan sekolah yang ramah dan mudah diadaptasi
oleh semua anak dan merupakan lingkungan yang dirancang untuk semua anak dan aksesibel
memberikan kenyamanan, kemudahan dan menunjang keefektifan aktifitas dan belajar selama di
sekolah. (5) Adanya guru pendamping khusus bagi ABK yang bertugas yang dapat memberikan
bimbingan dan pelayanan kepada anak kebutuhan khusus yang mengalami kesulitan dalam
mengikuti pendidikan di sekolah reguler. (6) Adanya pusat sumber (Resource Center) sebagai
support system agar proses pendidikan berjalan dengan baik. Salah satu poin penting adalah adanya
pusat sumber. Pusat sumber adalah lembaga yang berperan membantu sekolah-sekolah inklusi yang
terdekat.
Implementasi pendidikan inklusi masih banyak dilema antara dan mendukung dan menolak
kebijakan ini. Namun kebijakan pendidikan inklusi telah digulirkan dengan pertimbangan bahwa
(1) Belum banyak bukti empiris yang mendukung asumsi bahwa layanan pendidikan khusus yang
diberikan di luar kelas reguler menunjukkan hasil yang lebih positif bagi anak; (2) Biaya sekolah
khusus relatif lebih mahal dari pada sekolah umum; (3) Sekolah khusus menggunakan label
berkelainan yang dapat berakibat negatif pada anak; (4) Banyak anak berkelainan tidak mampu
memperoleh pendidikan karena tidak tersedia sekolah khusus yang dekat; (5) Anak berkelainan
harus dibiasakan tinggal dalam masyarakat bersama masyarakat lainnya.
Identifikasi dan Asesmen untuk ABK
Identifkasi ABK merupakan suatu usaha orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan
lainnya untuk mengetahui apakah anak mengalami kelainan/ penyimpangan perkembangan pada
326
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
aspek phisik, intelektual, social, emosional dan / tingkah laku, dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya.
Asesmen
dilakukan
untuk
5
tujuan
yaitu
(1)
penyaringan
(sreening),(2)
pengalihtanganan (referral), (3) klasifikasi(classification),(4) perencana an pembelajaran
(instructional planning), dan (5) pemantauan kemajuan belajar anak (monitoring pupil progress).
Hasil dari assessmen dapat membantu guru
dalam pemecahan permasalahan
dan
pembelajaran siswa secara tepat. Sasaran identifikasi adalah semua siswa untuk dapat menemukan
kasus yang ada di kelas. Identifikasi dapat dilakukan oleh Guru kelas; Orang tua, orang-orang
terdekat ataupun Tenaga professional terkait
Pelaksanaan identifikasi bertujuan untuk menemukan anak-anak yang memerlukan
penanganan secara khusus. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan asesmen untuk dapat
menetapkan secara lebih detail, bentuk prilaku yang muncul dengan melakukan analisis kasus,
tingkat keparahan, analisis penyebab. Hasil asesmen dapat digunakan sebagai dasar penyusunan
Program pembelajaran Individual sebagai bentuk optimalisasi potensi yang dimiliki anak, dan
selanjutnya dilakukan evaluasi proses dan hasil.
Langkah-langkah ini dapat divisuali sasikan dalam bagan sebagai berikut
Screning & Identifikasi
Referal
Assesment formal/ informal
Formal I
Decision Making
l
Program Design
Evaluasi
Annual Review
Sumber : Unesco- 2004
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
327
Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, pada kegiatan ini yang menjadi
sasaran strategis adalah guru-guru TK Aisyiyah di kota Malang. Di Kota Malang ada 26 TK yang
berada di bawah naungan persyarikatan Muhammadiyah, 26 TK tersebut tersebar di 5 kecamatan di
kota Malang, yang sebenarnya semuanya memerlukan pelatihan ini. Dengan mengingat bahwa
permasalahan ini merupakan kebutuhan yang mendesak, dan berdasar pertimbangan PDM dan
PCM, masing masing TK akan melibatkan Kepala Tk dan semua guru maka dalam Rancangan
pelaksanaannya akan diikuti oleh TK ABA se kecamatan Kedungkandang yang terdiri dari 9 TK.
Sasaran/peserta dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah guru TK ABA di
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang sebanyak 30 orang yang berasal dari 9 TK yaitu: (1)
TK ABA 20 di jalan Kyai Sofyan Yusuf 32,
(2) TK ABA 29 di jalan Hasyim Asyhari 23,(3) TK
ABA 26 di jalan Danau Sentani E3-1,(4) TK ABA 7 di jalan Ki Ageng Gribig II/146,(5) TK ABA
4 di jalan Zaenal Zakse IB/1296, (6) TK ABA 27 di jalan Muharto V/B Blok K-C, (7) TK ABA 6
di jalan Kol. Sugiono VII no. 19 (8) TK ABA 35 di jalan Kyai Parseh Jaya, dan (9) TK ABA 34 di
jalan Raya Tutut Arjowinangun
Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini akan diawali dengan lokakarya workshop
pembelajaran pendidikan Inklusi, pengenalan dan pembelajaran ABK, yang kemudian dilanjutkan
dengan pelatihan dan pendampingan secara intensif untuk bersama-sama mengembangkan
instrumen asesmen dan perancangan PPI. Rincian dari metode pelaksanaan pengabdian adalah
sebagai berikut.
1. Melakukan need asesmen untuk melihat kemampuan awal guru, sebagai dasar menyusun
materi pelatihan.
2. Melakukan pelatihan dan Lokakarya dengan materi utama
2.1. Asesmen ABK meliputi
- Memahami Perkembangan anak
- Apa, Siapa dan klasifikasi ABK
- Faktor Penyebab ABK
- Karakteristik tiap jenis klasifikasi ABK,
- Mengembangkan instrument identifikasi ABK
2.2. Bagaimana membelajarkan ABK meliputi
- Asesmen perilaku ABK
- Modifikasi KUrikulum
- Menyusun perencanaan pembelajaran Individual,
- Penyiapan materi pembelajaran,
328
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
- Menyesuaikan metode penyampaian,
3. Pendampingan pengembangan di sekolah. Kegiatan pendampingan dilakukan selama 4 bulan,
untuk menyusun dan menggunakan
instrumen asesmen pengenalan awal perkembangan
abnormal siswa ABK dan perancangan PPI.
5. Evaluasi dari pelaksanaan kegiatan, sehingga ada keyakinan sekolah siap menjadi sekolah
inklusi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan diawali dengan lokakarya mengenai pembelajaran ABK pendidikan Inklusi,
pengenalan dan pembelajaran ABK, kemudian dilanjutkan pelatihan dan pendampingan secara
intensif untuk bersama-sama mengembangkan instrumen asesmen dan perancangan PPI. Target
luaran program IbM ini berupa hasil penggunaan instrumen asesmen pengenalan awal ABK di
sekolah dan Perencanaan Pembelajaran Individual (PPI) yang dikembangkan oleh guru
Aisyiah Kecamatan Kedungkandang.
Metode pelaksanaan kegiatan IbM ini
TK
diawali dengan
analisis kebutuhan untuk menetapkan materi lokakarya dan model pendampingan yang akan
dilakukan. Selanjutnya menyusun materi dan melaksanakan lokakarya/workshop mengenai
pembelajaran dalam sistem pendidikan Inklusi di TK, pengenalan dan pembelajaran ABK, yang
kemudian dilanjutkan dengan pelatihan dan pendampingan secara intensif untuk menggunakan
instrumen asesmen, menemukan Jenis dan studi kasus ABK serta menyusun PPI (Program
Pembelajaran Individual). Rincian dari metode pelaksanaan pengabdian dapat dipaparkan dalam
uraian sebagai berikut.
A. Melakukan need asesmen
Kegiatan need Asesmen dilakukan untuk melihat kemampuan awal guru-guru yang ada di
sekolah sasaran, kemampuan awal ini sangat diperlukan bagi tim untuk dapat menyusun materi
pelatihan secara tepat sesuai kebutuhan lapang. Kegiatan ini dilakukan sejak bulan akhir Januari
2016. Dari beberapa pertemuan dengan guru dan kepala sekolah diketahui bahwa secara umum
pemahaman guru tentang pendidikan inklusi dan pembelajaran ABK masih kurang.
B. Pelatihan dan Lokakarya
Pelaksanaan program pengembangan perangkat pembelajaran bagi guru TK ABA di
Kecamatan Kedungkandang dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah dibuat. Pelaksanaan program
tersebut dijabarkan sebagai berikut.
(1) Pemberian Materi
Pelaksanaan program pemberian materi dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 30
Januari 2016 bertempat di TK ABA 26 Jl. Danau Sentani Sawojajar Kedungkandang, hadir
perwakilan 9 TK dengan jumlah peserta 30 orang. Pertemuan ini dimulai pukul 08.30 WIB
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
329
dan berakhir pada pukul 13.00 WIB. Materi pertama disampaikan oleh ibu Dra. Sri Agustin,
M.Pd. ketua IGTK kecamatan, materi yang disampaikan dalam bentuk sharing pengalaman
tentang pembelajaran di TK masing-masing terutama yang terkait dengan pembelajaran yang
selama ini berlangsung bila di kelasnya ada anak berkebutuhan khusus di TK. Materi ini
sangat diminati peserta karena berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah masingmasing, dengan berbagai pengalaman dan keluhan yang dikemukakan. Materi ini berakhir
pada pukul 09.50 WIB dilanjutkan dengan tanya jawab tentang permasalahan yang berkaitan
dengan perkembangan anak sebagai pemantapan materi.
Materi kedua tentang mengenal lebih jauh pendidikan anak usia dini
disampaikan oleh Dr. Endang Poerwanti, M.Pd. Materi ini membahas tentang pengembangan
keterampilan pada anak usia dini. Semua peserta antusias dalam materi ke 2 ini karena sangat
berkaitan dengan perkembangan anak termasuk perkembangan abnormal dan jenis jenis ABK,
penyebab terjadinya ABK dan pembelajaran ABK yang ada di TK. Pada acara ini hadir pula
pimpinan aisyiah Ranting Kedungkandang.
Adapun penjelasan setiap materi dipaparkan sebagai berikut.
1. Berbagi Pengalaman tentang pembelajaran ABK di TK.
Materi ini disampaikan oleh Dra. Agustin, M.Pd selaku ketua IGTK, yang kebetukan
juga menjadi Kepala Sekolah di TK Negeri, materi yang disampaikan dalam bentuk sharing
pengalaman
tentang pembelajaran di TK masing-masing terutama yang terkait dengan
pembelajaran yang selama ini berlangsung bila di kelasnya ada anak berkebutuhan khusus di
TK. Materi ini sangat diminati peserta karena berkaitan dengan proses pembelajaran di
sekolah masing-masing, dengan berbagai pengalaman dan keluhan yang dikemukakan.
2. Materi tentang pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Materi kedua diberikan oleh Dr. Endang Poerwanti, M.Pd. Materi ini memberikan bekal
tentang apa dan siapa ABK, untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada guru tentang
pendidikan anak berkebutuhan khusus. Ada tiga kelompok materi. Yang pertama terkait
dengan kebijakan pendidikan inklusi. Selama ini, pendidikan bagi
ABK di TK kurang
mendapatkan perhatian. Perkembangan terbaru pemerintah menggulirkan program pendidikan
inklusi. Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersama-sama anak normal
untuk mengoptimalkan potensinya. Persoalan yang muncul adalah, guru-guru di sekolah
reguler tidak dididik dan dipersiapkan secara khusus untuk mengelola pembelajaran bagi
ABK, sehingga kegiatan ini dilakukan. Karena ABK perlu diberi kesempatan dan peluang
yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah.
Pada materi bagian 2, materi diawali dengan diskusi tentang kapan pertumbuhan dan
perkembangan dimulai, apakah semua perkembangan sesuai harapan apa yang harus dilakukan
bila terjadi penyimpangan perkembangan. Dilanjutkan dengan materi pokok apa dan siapa
330
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
yang disebut Anak berkebutuhan khusus, klasifikasi ABK, dan faktor-faktor penyebab yang
dapat menjedikan pertmbuhan dan perkembangan abnormal, serta karakteristik setiap jenis
klasifikasi ABK, dan mengerjakan lembar kerja untuk membayangkan siswa dikelasnya
masing masing yang menunjukkan indikasi penyimpangan perkembangan. Materi ini
memberikan bekal kepada guru bahwa pengenalan ABK sedini mungkin akan sangat
membantu penanganan anak
secara tepat dan
bermanfaat dalam mengoptimalkan
perkembangan anak disesuaikan dengan potensinyanya. Karena yang terpenting dalam
pembelajaran ABK adalah pengenalan dini, optimalisasi potensi dan latihan kemandirian sesuai
dengan potensi yang dimiliki.
Dilanjutkan dengan materi ketiga yaitu pelatihan cara menggunakan instrument
identifikasi ABK di kelas, untuk dapat menemukenali siswa yang ada indikasi mengalami
gangguan perkembangan, kegiatan selanjutnya adalah guru melaksanakan identifikasi /
pengenalan dini untuk siswa masing-masing sekolah. Setelah guru menemukan siswa yang
dianggap berkasus, ditetapkan satu anak setiap kelas untuk dilanjutkan dengan penanganan
khusus.
C.
Pendampingan Menggunakan Instrumen Asesmen
Kegiatan yang selanjutnya dilakukan guru adalah observasi kelas untuk menentukan
langkah penyusunan studi kasus. Pendampingan pertama dilakukan pada hari SEnin tanggal
29 Pebruari 2016.
Pendampingan yang dilakukan diawali dengan review hasil observasi
kelas yang sudah dilakukan oleh 9 orang guru dari 9 TK (hasil terlampir). Pada kegiatan
pendampingan tentang penggunaan instrumen ini diberikan materi tambahan yaitu Teori
perkembangan BALITA, dan Perilaku menyimpang pada anak TK yang disampaikan oleh
Dr. Diah Karmiyati, M.Psi. Kemudian review hasil penggunaan instrument, sehingga setiap
TK sudah menemukan siswa yang menunjukkan indikasi perkembangan abnormal. dan
dilanjutkan dengan pemberian bekal untuk melakukan asesmen perilaku khusus siswa, untuk
dilaporkan sebagai studi kasus yang selanjutnya digunakan sebagai landasan penyusunan
PPI. (Program Pembelajaran Individual). Pada kegiatan ini dihadiri oleh 27 peserta. Langkah
yang dirancang pada saat itu adalah akan dilakukan pendampingan penyusunan PPI yang
waktunya akan menyesuaikan dengan tingkat penyelesaian di setiap sekolah.
D. Pendampingan Menyusun Program Pembelajaran Individual (PPI).
Kegiatan menyusun PPI berdasar Analisis hasil observasi kelas yang telah disusun
sebelumnya. Pendampingan menyusun PPI disepakati dilakukan Jum’at 15 April 2016 diikuti
11 guru dari 4 TK yang telah menyelesaikan studi kasus dan telah membuat draft PPI. Pada
pendampingan ini guru langsung diajak untuk mencermati hasil observasi kelas, mendiskusikan
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
331
kira-kira potensi kedepan. Hal inilah yang kemudian harus dituangkan dalam Perencanaan
Pembelajaran Individual beserta target target capaian pembelajaran individual yang dapat
diberikan kepada ABK untuk mencapai pengembangan potensi secara maksimal.
E. Review dan Evaluasi Hasil penyusunan PPI
Sesuai kesepakatan sebelumnya, pada hari Sabtu 7 Mei 2016 dilakukan pertemuan untuk
melakukan revisi dari PPI yang telah tersusun, dihadiri perwakilan 9 TK. Sesuai janji, hasil
perbaikan dikumpulkan tanggal Jumat 3 Juni 2016 (hasil terlampir). Secara target kegiatan
pengabdian telah mencapai sasaran yang ditergetkan dalam perencanaan.
Pada saat
pengumpulan hasil PPI di dari setiap TK sekolah mulai libur dan memasuki bula puasa, maka
kegiatan pengabdian tidak bisa melakukan peer teaching sebagai implementasi PPI yang
disusun, tetapi dapat dilakukan pada kegiatan pengabdian selanjutnya.
Dari rangkaian kegiatan yang telah dilakukan dan jumlah peserta yang mengikuti kegiatan
pengabdian tentang pembelajaran ABK di TK maupun dalam pelaksanaan program pendampingan
pengembangan pembelajaran untuk ABK bagi guru TK ABA Kecamatan Kedungkandang sudah
mencapai hasil yang diharapkan. Dari antusiasnya peserta kesungguhan melakukan rangkaian
pekerjaan rumah baik dalam menggunakan instrument identifikasi, analisis studi kasus dan
penyusunan PPI, semua berjalan sesua dengan rencana. Bahkan setelah kegiatan berkhir masih
banyak pertanyaan terkait dengan penanganan ABK di sekolah, dan menanyakan apakah kegiatan
ini masih akan dilajutkan di kegiatan berikutnya, agar guru dapat lebih mantab mengelola
pembelajaran untuk ABK.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan paparan di atas disimpulkan bahwa program pendampingan pembelajaran
bagi guru TK ABA Kecamatan Kedungkandang sudah maksimal dilaksanakan dan telah mencapai
hasil yang diharapkan, yaitu peningkatan kompetensi bagi guru dalam mengembangkan
pembelajaran untuk ABK. Produk perangkat pembelajaran untuk ABK tersebut berupa alat
identifikasi ABK, perencanaan pembelajaran individual (PPI).
332
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
DAFTAR PUSTAKA
[1] Mulyono Abdulrahman (2003).Landasan Pendidikan Inklusif dan Implikasinya dalam
Penyelenggaraan LPTK. Makalah disajikan dalam pelatihan penulisan buku ajar bagi
dosen jurusan PLB yang diselenggarakan oleh Ditjen Dikti. Yogyakarta, 26 Agustus 2002.
[2] PERMENDIKNAS nomor 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif
[3] Smith.J David, 2006, Inklusi ; Sekolah Ramah Untuk Semua, PT. Nuansa Bandung
[4] Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
[5] UNESCO CONCEPT PAPER, Sumber: Concept Paper UNESCO, diambil 12 Jan 2007
dari URL: http://portal.unesco.org/education
[6] UNESCO, 2004, Buku Pendidikan Inklusif Jilid 1 -6 ; Direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa, Dit Jen Manjemen DIKDASMEN, Depdiknas, Jakarta
[7]
Vaughn,S., Bos,C.S.& Schumn,J.S.(2000). Teaching Exceptional, Diverse, and at Risk
Students in the General Educational Classroom. Boston: Allyn.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
333
Download