PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU TK ABA KECAMATAN KEDUNGKANDANG DALAM MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Endang Poerwanti1), Siti Fatimah Soenaryo 2), Diah Karmiyati3) Masduki4) 1 Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, FKIP 3 Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, FPsi 4 Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, FKIP 2 Alamat Korespondensi : Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang Telp. 0341-463418 2 E-mail: [email protected] [email protected] [email protected] 1 3 4 [email protected] Abstract Kegiatan IbM pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di TK Aisyiah Kecamatan Kedungkandang " ini mencoba menyelesaikan masalah yang ada di TK Aisyiah dalam melaksanakan kebijakan pemerintah tentang pendidikan inklusif, kegiatan IbM bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru TK dalam mengelola proses belajar mengajar untuk ABK. Dalam pelaksanaannya, program ini didahului oleh lokakarya pendidikan inklusif, pelaksanaan pembelajaran untuk ABK, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan intensif dan pendampingan dalam menggunakan instrumen asesmen dan merancang program pembelajarann individual. Sesuai dengan hasil yang ditargetkan kegiatan IbM ini dapat mencapai tujuan yaitu penyelesaian 9 PPI (Program Pembelajaran Indovidual yang dikembangkan guru berdasarkan analisis kasus di kelas. Secara umum pelaksanaan pengabdian tentang pembelajaran ABK dapat dilaksanakan di TK Aisyiah dapat berjalan dengan baik dan lancar. Guru sudah mulai dapat melakukan asesmen pengenalan dini dan menyiapkan PPI. Sehingga kegiatan telah dilakukan dan hasil yang dicapai telah sesuai dengan perencanaan. Pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran untuk ABK, akan sangat berguna dalam mengidentifikasi secara dini perkembangan abnormal, dan secara umum dapat membantu pemerintah dalam melaksanakan Permendiknas Nomor 70 tahun 2009 dan departemen kebijakan pendidikan untuk memenuhi program "Pendidikan untuk semua". kata kunci; Pembelajaran ABK 1. PENDAHULUAN Standar kompetensi guru TK / PAUD menegaskan bahwa guru memenuhi standar kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Kompetensi yang secara riil dapat dintervensi adalah kompetensi pedagogik yang salah satunya adalah memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Termasuk perkembangan abnormal yang dialami Anak Bekebutuhan Khusus atau ABK. Perkembangan manusia bersifat progresif dan koheren. Progresif karena adanya perubahan yang teratur dan berlangsung secara terus menerus, sedang koheren menunjuk pada 322 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk adanya hubungan antara perubahan yang telah dan sedang terjadi dengan perubahan selanjutnya. Karenanya perubahan yang terjadi pada awal perkembangan secara langsung ataupun tidak langsung akan terus menampakkan pengaruhnya terhadap tahapan perkembangan berikutnya. Dalam perkembangan anak, pengalaman baru yang diperoleh tidak sekedar menambah pengalaman yang sudah ada tetapi menyatu untuk membangun pola perilaku dan penyesuaian diri yang khas dalam kehidupannya, sehingga pengalaman yang diperoleh anak pada awal perkembangannya akan berpengaruh terhadap perkembangan pada masa berikutnya. Untuk itulah perlu perhatian yang lebih intensif terhadap tumbuh kembang anak, termasuk perkembangan Anak berkebutuhan khusus. ABK awalnya dikenal dengan istilah anak cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa, yang didefinisikan sebagai anak yang menyimpang dari criteria normal secara signifikan, baik dari aspek fisik, psikis, emosi dan sosial, sehingga untuk mengembangkan potensinya diperlukan adanya layanan pendidikan khusus. Selama ini, pendidikan bagi ABK disediakan dalam tiga lembaga pendidikan, yaitu Sekolah Berkelainan (SLB), Taman Kanak-kanak Luar Biasa, Sekolah Dasar Luar Biasa (TKLB), dan Pendidikan Terpadu. Perkembangan terbaru pemerintah menggulirkan program pendidikan inklusi. Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersama-sama anak normal untuk mengoptimalkan potensinya. Hal ini dilandasi kenyataan bahwa dalam masyarakat terdapat anak normal dan ABK yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas. Karenanya ABK perlu diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah (TK) terdekat. Sudah barang tentu TK yang menerima siswa ABK perlu dipersiapkan segala sesuatunya. Pendidikan inklusi diharapkan dapat memecahkan salah satu persoalan dalam penanganan pendidikan bagi anak berkelainan selama ini. Persoalan yang muncul adalah, guru-guru di sekolah reguler tidak dididik secara khusus untuk menghadapi siswa berkebutuhan khusus, sehingga himbauan Dinas Pendidikan agar semua TK menerima siswa ABK menjadi persoalan tersendiri bagi guru dan sekolah. Permendiknas nomor 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif, dalam pasal 10 menegaskan bahwa merupakan tanggung jawab pihak otoritas untuk menyediakan kesempatan bagi guru menerima pembinaan agar mereka dapat menghadapi situasi yang sulit. Dalam kenyataannya guru sangat kesulitan ketika di TK menemui anak yang mengalami perkembangan abnormal, karena pemberian pelayanan kepada siswa ABK harus disesuaiakan dengan kebutuhan peserta didik secara individual. Layanan pembelajaran ABK akan optimal bila guru dapat mengenali secara dini jenis dan tingkat kelainan yang dialami dan menerapkan program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Dan kemampuan ini yang secara umum belum dimiliki oleh guru TK umumnya dan guru TK Aisyiah khususnya. Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 323 Berbagai permasalahan tentang pembelajaran ABK di Taman kanak-kanak, terungkap lewat kegiatan diskusi rindak lanjut yang dilakukan di akhir kegiatan pengabdian Kesimpulannya menyatakan bahwa secara umum guru belum memiliki kompetensi yang memadai dalam mengelola pembelajaran di sekolah inklusi yang meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang : (1) pemahaman psikologi anak, psikologi perkembangan, dan psikologi abnormal dan perlunya pengalaman eksplorasi keunikan ABK (2) Kemampuan asesment awal, yaitu kemampuan melakukan diagnosis awal kelainana yang dialami anak, dan (3) bagaimana membelajarkan ABK baik dalam perencanaan pembelajaran individual maupun pelaksanaannya. Permasalahan umum tersebut juga dialami oleh sebagian besar guru TK Aisyiah di lima kecamatan yang ada di Kota Malang. Dari paparan diatas, tampak jelas bahwa permasalahan yang dialami oleh guru TK yang di sekolahnya terdapat ABK, sehingga permasalahan dan kebutuhan yang mendesak dalam menangani permasalahan tersebut yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam melakukan asesmen untuk mengenali siapa ABK dan jenis kelainan yang dimiliki, serta bagaimana mengelola pembelajaran untuk ABK mulai dari perencanaan pembelajaran individual pelaksanaan pembelajaran dan evaluasinya. Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu kegiatan yang dapat membantu memecahkan permasalahan para guru TK untuk menjadi sekolah inklusi dalam rangka menyongsong program Nasional “Education for All’. Kegiatan yang dimaksud yaitu dengan melaksanakan kegiatan pengabdian dengan judul Peningkatan Kemampuan Guru TK Aisyiyah Kec. Kedungkandang Kota Malang Dalam Pembelajaran Untuk ABK. Pmilihan Kecamatan Kedungkandang didasari kenyataan bahwa dari hasil survey awal kecamatan ini adalah kecamatan paling pinggir dan paling banyak memiliki TK Aisyiah. Di kecamatan Kedungkandang terdapat 9 TK Aisyiah yang semuanya membutuhkan peningkatan kemampuan ini, sehingga semuanya dilibatkan, masing masing sekolah diwakili oleh 1 KS dan 2 guru. Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan harapan yang tersurat dalam tujuan kegiatan adalah (1) meningkatkan kemampuan guru untuk memahami perkembangan ABK, dan jenis jenis ABK, karekteristik setiap jenis ABK dan faktor penyebabnya (2) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru untuk menggunakan instrumen asesmen sederhana dalam pengenalan awal perkembangan abnormal siswa ABK, (3) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru untuk mengelola pembelajaran ABK, yang tujuan akhir adalah meningkatkan kemandirian sekolah untuk menjadi sekolah Inklusi 324 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk 2. METODE Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak-anak yang mengalami perkembangan menyimpang secara signifikan dari kriteria normal. Rentangan anak dengan perkembangan menyimpang ditemukan dalam tiga kategori (Impairment, Handicapped dan Disability ). Dilihat dari waktu dikenali adanya ABK temporer adalah: anak yang mengalami hambatan sementara/ tidak tetap seperti : trauma akibat bencana atau kerusuhan, kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar , atau tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, dan ABK permanen adalah: anak yang mengalami hambatan tetap seperti akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat) yang dapat dikategorikan anak yang mengalami hambatan penglihatan, hambatan pendengaran ,hambatan kecerdasan, hambatan fisik, emosional,social dan atau dikarenakan kecelakaan sejak dan sesudah lahir sehingga mengalami kecacatan. Klasifikasi ABK Dilihat dari kelainan perkembangan yang dialami ABK dapay diklasifikasikan menjadi 1. Anak dengan gangguan fisik. Anak dengan gangguan perkembangan phisik bisa dikelompokkan menjadi (1) Anak Tunanetra, (2)Tunarungu, (3) Tuna Daksa. anak tunadaksa bisa berupa kelainan pada sistem serebral dan kelainan pada sistem otot dan rangka, (4) Anak dengan gangguan emosi dan prilaku terbagi atas gangguan emosi dan gangguan sosial. 2. Anak gangguan intelektual terbagi atas anak tunagrahita, anak berbakat, anak lamban belajar, dan anak yang mengalami kesulitan belajar khusus. 3. Anak Autisme dikelompokkan berdasar klasifikasi berdasarkan interaksi sosial dan klasifikasi berdasarkan saat muncul kelainannya. 4. ADHD/GPPH (Attention Deficit Hyperactivity Disorder / Gangguan dalam Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) terbagi menjadi ADHD/GPPH tipe kombinasi, ADHD/GPPH tipe kurang mampu memperhatikan, dan ADHD/GPPH tipe predominan hiperaktif-impulsif. Pendidikan Inklusi Program pendidikan inklusi yang digulirkan pemerintah merupakan salah satu peningkatan pelayanan pendidikan yang harus mendapatkan respon positif dari semua pihak. Inovasi dan perubahan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi membuat lembaga pendidikan merubah paradigma lama menuju paradigma baru. Pendidikan inklusi adalah mengikut sertakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) untuk belajar bersama-sama dengan anak normal di kelas dan sekolah reguler. Pendidikan inklusi diharapkan dapat memecahkan salah satu persoalan dalam penanganan pendidikan bagi anak berkelainan. Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 325 Falsafah inklusi memandang manusia sebagai makhluk yang sederajat walaupun berbeda-beda. Falsafah inklusi mencoba menghargai perbedaan-perbedaan setiap individu. Inklusif memandang manusia dengan segala karakteristik uniknya, merangkul perbedaan yang ada dan saling berbagi sesama manuasi. Dalam konteks pendidikan inklusif berarti semua anak, siapapun mereka, terlepas dari kemampuan maupun ketidakmampuan mereka, latar belakang sosialekonomi, suku, budaya atau bahasa, agama ataupun jender selayaknya menyatu dalam komunitas sekolah yang sama (Shaeffer, 2005). 3. Implementasi Pendidikan Inklusif Penempatan ABK di dalam sekolah reguler menuntut adanya beberapa penyesuaian di sekolah sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus ABK yaitu ; (1) Adanya guru yang profesional, ramah dan berwawasan inklusif. Guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang ramah dan merespon berbagai situasi kelas serta adanya perbedaan setiap anak. (2)ABK berada dalam kelas reguler sepanjang hari. (3) Kurikulum dan pembelajaran yang fleksibel. Penempatan ABK di dalam sekolah reguler mengharuskan sekolah inklusif perlu menyusun kurikulum yang fleksibel, (4) Lingkungan sekolah yang ramah dan mudah diadaptasi oleh semua anak dan merupakan lingkungan yang dirancang untuk semua anak dan aksesibel memberikan kenyamanan, kemudahan dan menunjang keefektifan aktifitas dan belajar selama di sekolah. (5) Adanya guru pendamping khusus bagi ABK yang bertugas yang dapat memberikan bimbingan dan pelayanan kepada anak kebutuhan khusus yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pendidikan di sekolah reguler. (6) Adanya pusat sumber (Resource Center) sebagai support system agar proses pendidikan berjalan dengan baik. Salah satu poin penting adalah adanya pusat sumber. Pusat sumber adalah lembaga yang berperan membantu sekolah-sekolah inklusi yang terdekat. Implementasi pendidikan inklusi masih banyak dilema antara dan mendukung dan menolak kebijakan ini. Namun kebijakan pendidikan inklusi telah digulirkan dengan pertimbangan bahwa (1) Belum banyak bukti empiris yang mendukung asumsi bahwa layanan pendidikan khusus yang diberikan di luar kelas reguler menunjukkan hasil yang lebih positif bagi anak; (2) Biaya sekolah khusus relatif lebih mahal dari pada sekolah umum; (3) Sekolah khusus menggunakan label berkelainan yang dapat berakibat negatif pada anak; (4) Banyak anak berkelainan tidak mampu memperoleh pendidikan karena tidak tersedia sekolah khusus yang dekat; (5) Anak berkelainan harus dibiasakan tinggal dalam masyarakat bersama masyarakat lainnya. Identifikasi dan Asesmen untuk ABK Identifkasi ABK merupakan suatu usaha orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya untuk mengetahui apakah anak mengalami kelainan/ penyimpangan perkembangan pada 326 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk aspek phisik, intelektual, social, emosional dan / tingkah laku, dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Asesmen dilakukan untuk 5 tujuan yaitu (1) penyaringan (sreening),(2) pengalihtanganan (referral), (3) klasifikasi(classification),(4) perencana an pembelajaran (instructional planning), dan (5) pemantauan kemajuan belajar anak (monitoring pupil progress). Hasil dari assessmen dapat membantu guru dalam pemecahan permasalahan dan pembelajaran siswa secara tepat. Sasaran identifikasi adalah semua siswa untuk dapat menemukan kasus yang ada di kelas. Identifikasi dapat dilakukan oleh Guru kelas; Orang tua, orang-orang terdekat ataupun Tenaga professional terkait Pelaksanaan identifikasi bertujuan untuk menemukan anak-anak yang memerlukan penanganan secara khusus. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan asesmen untuk dapat menetapkan secara lebih detail, bentuk prilaku yang muncul dengan melakukan analisis kasus, tingkat keparahan, analisis penyebab. Hasil asesmen dapat digunakan sebagai dasar penyusunan Program pembelajaran Individual sebagai bentuk optimalisasi potensi yang dimiliki anak, dan selanjutnya dilakukan evaluasi proses dan hasil. Langkah-langkah ini dapat divisuali sasikan dalam bagan sebagai berikut Screning & Identifikasi Referal Assesment formal/ informal Formal I Decision Making l Program Design Evaluasi Annual Review Sumber : Unesco- 2004 Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 327 Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, pada kegiatan ini yang menjadi sasaran strategis adalah guru-guru TK Aisyiyah di kota Malang. Di Kota Malang ada 26 TK yang berada di bawah naungan persyarikatan Muhammadiyah, 26 TK tersebut tersebar di 5 kecamatan di kota Malang, yang sebenarnya semuanya memerlukan pelatihan ini. Dengan mengingat bahwa permasalahan ini merupakan kebutuhan yang mendesak, dan berdasar pertimbangan PDM dan PCM, masing masing TK akan melibatkan Kepala Tk dan semua guru maka dalam Rancangan pelaksanaannya akan diikuti oleh TK ABA se kecamatan Kedungkandang yang terdiri dari 9 TK. Sasaran/peserta dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah guru TK ABA di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang sebanyak 30 orang yang berasal dari 9 TK yaitu: (1) TK ABA 20 di jalan Kyai Sofyan Yusuf 32, (2) TK ABA 29 di jalan Hasyim Asyhari 23,(3) TK ABA 26 di jalan Danau Sentani E3-1,(4) TK ABA 7 di jalan Ki Ageng Gribig II/146,(5) TK ABA 4 di jalan Zaenal Zakse IB/1296, (6) TK ABA 27 di jalan Muharto V/B Blok K-C, (7) TK ABA 6 di jalan Kol. Sugiono VII no. 19 (8) TK ABA 35 di jalan Kyai Parseh Jaya, dan (9) TK ABA 34 di jalan Raya Tutut Arjowinangun Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini akan diawali dengan lokakarya workshop pembelajaran pendidikan Inklusi, pengenalan dan pembelajaran ABK, yang kemudian dilanjutkan dengan pelatihan dan pendampingan secara intensif untuk bersama-sama mengembangkan instrumen asesmen dan perancangan PPI. Rincian dari metode pelaksanaan pengabdian adalah sebagai berikut. 1. Melakukan need asesmen untuk melihat kemampuan awal guru, sebagai dasar menyusun materi pelatihan. 2. Melakukan pelatihan dan Lokakarya dengan materi utama 2.1. Asesmen ABK meliputi - Memahami Perkembangan anak - Apa, Siapa dan klasifikasi ABK - Faktor Penyebab ABK - Karakteristik tiap jenis klasifikasi ABK, - Mengembangkan instrument identifikasi ABK 2.2. Bagaimana membelajarkan ABK meliputi - Asesmen perilaku ABK - Modifikasi KUrikulum - Menyusun perencanaan pembelajaran Individual, - Penyiapan materi pembelajaran, 328 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk - Menyesuaikan metode penyampaian, 3. Pendampingan pengembangan di sekolah. Kegiatan pendampingan dilakukan selama 4 bulan, untuk menyusun dan menggunakan instrumen asesmen pengenalan awal perkembangan abnormal siswa ABK dan perancangan PPI. 5. Evaluasi dari pelaksanaan kegiatan, sehingga ada keyakinan sekolah siap menjadi sekolah inklusi 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan diawali dengan lokakarya mengenai pembelajaran ABK pendidikan Inklusi, pengenalan dan pembelajaran ABK, kemudian dilanjutkan pelatihan dan pendampingan secara intensif untuk bersama-sama mengembangkan instrumen asesmen dan perancangan PPI. Target luaran program IbM ini berupa hasil penggunaan instrumen asesmen pengenalan awal ABK di sekolah dan Perencanaan Pembelajaran Individual (PPI) yang dikembangkan oleh guru Aisyiah Kecamatan Kedungkandang. Metode pelaksanaan kegiatan IbM ini TK diawali dengan analisis kebutuhan untuk menetapkan materi lokakarya dan model pendampingan yang akan dilakukan. Selanjutnya menyusun materi dan melaksanakan lokakarya/workshop mengenai pembelajaran dalam sistem pendidikan Inklusi di TK, pengenalan dan pembelajaran ABK, yang kemudian dilanjutkan dengan pelatihan dan pendampingan secara intensif untuk menggunakan instrumen asesmen, menemukan Jenis dan studi kasus ABK serta menyusun PPI (Program Pembelajaran Individual). Rincian dari metode pelaksanaan pengabdian dapat dipaparkan dalam uraian sebagai berikut. A. Melakukan need asesmen Kegiatan need Asesmen dilakukan untuk melihat kemampuan awal guru-guru yang ada di sekolah sasaran, kemampuan awal ini sangat diperlukan bagi tim untuk dapat menyusun materi pelatihan secara tepat sesuai kebutuhan lapang. Kegiatan ini dilakukan sejak bulan akhir Januari 2016. Dari beberapa pertemuan dengan guru dan kepala sekolah diketahui bahwa secara umum pemahaman guru tentang pendidikan inklusi dan pembelajaran ABK masih kurang. B. Pelatihan dan Lokakarya Pelaksanaan program pengembangan perangkat pembelajaran bagi guru TK ABA di Kecamatan Kedungkandang dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah dibuat. Pelaksanaan program tersebut dijabarkan sebagai berikut. (1) Pemberian Materi Pelaksanaan program pemberian materi dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 30 Januari 2016 bertempat di TK ABA 26 Jl. Danau Sentani Sawojajar Kedungkandang, hadir perwakilan 9 TK dengan jumlah peserta 30 orang. Pertemuan ini dimulai pukul 08.30 WIB Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 329 dan berakhir pada pukul 13.00 WIB. Materi pertama disampaikan oleh ibu Dra. Sri Agustin, M.Pd. ketua IGTK kecamatan, materi yang disampaikan dalam bentuk sharing pengalaman tentang pembelajaran di TK masing-masing terutama yang terkait dengan pembelajaran yang selama ini berlangsung bila di kelasnya ada anak berkebutuhan khusus di TK. Materi ini sangat diminati peserta karena berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah masingmasing, dengan berbagai pengalaman dan keluhan yang dikemukakan. Materi ini berakhir pada pukul 09.50 WIB dilanjutkan dengan tanya jawab tentang permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan anak sebagai pemantapan materi. Materi kedua tentang mengenal lebih jauh pendidikan anak usia dini disampaikan oleh Dr. Endang Poerwanti, M.Pd. Materi ini membahas tentang pengembangan keterampilan pada anak usia dini. Semua peserta antusias dalam materi ke 2 ini karena sangat berkaitan dengan perkembangan anak termasuk perkembangan abnormal dan jenis jenis ABK, penyebab terjadinya ABK dan pembelajaran ABK yang ada di TK. Pada acara ini hadir pula pimpinan aisyiah Ranting Kedungkandang. Adapun penjelasan setiap materi dipaparkan sebagai berikut. 1. Berbagi Pengalaman tentang pembelajaran ABK di TK. Materi ini disampaikan oleh Dra. Agustin, M.Pd selaku ketua IGTK, yang kebetukan juga menjadi Kepala Sekolah di TK Negeri, materi yang disampaikan dalam bentuk sharing pengalaman tentang pembelajaran di TK masing-masing terutama yang terkait dengan pembelajaran yang selama ini berlangsung bila di kelasnya ada anak berkebutuhan khusus di TK. Materi ini sangat diminati peserta karena berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah masing-masing, dengan berbagai pengalaman dan keluhan yang dikemukakan. 2. Materi tentang pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Materi kedua diberikan oleh Dr. Endang Poerwanti, M.Pd. Materi ini memberikan bekal tentang apa dan siapa ABK, untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada guru tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus. Ada tiga kelompok materi. Yang pertama terkait dengan kebijakan pendidikan inklusi. Selama ini, pendidikan bagi ABK di TK kurang mendapatkan perhatian. Perkembangan terbaru pemerintah menggulirkan program pendidikan inklusi. Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersama-sama anak normal untuk mengoptimalkan potensinya. Persoalan yang muncul adalah, guru-guru di sekolah reguler tidak dididik dan dipersiapkan secara khusus untuk mengelola pembelajaran bagi ABK, sehingga kegiatan ini dilakukan. Karena ABK perlu diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah. Pada materi bagian 2, materi diawali dengan diskusi tentang kapan pertumbuhan dan perkembangan dimulai, apakah semua perkembangan sesuai harapan apa yang harus dilakukan bila terjadi penyimpangan perkembangan. Dilanjutkan dengan materi pokok apa dan siapa 330 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk yang disebut Anak berkebutuhan khusus, klasifikasi ABK, dan faktor-faktor penyebab yang dapat menjedikan pertmbuhan dan perkembangan abnormal, serta karakteristik setiap jenis klasifikasi ABK, dan mengerjakan lembar kerja untuk membayangkan siswa dikelasnya masing masing yang menunjukkan indikasi penyimpangan perkembangan. Materi ini memberikan bekal kepada guru bahwa pengenalan ABK sedini mungkin akan sangat membantu penanganan anak secara tepat dan bermanfaat dalam mengoptimalkan perkembangan anak disesuaikan dengan potensinyanya. Karena yang terpenting dalam pembelajaran ABK adalah pengenalan dini, optimalisasi potensi dan latihan kemandirian sesuai dengan potensi yang dimiliki. Dilanjutkan dengan materi ketiga yaitu pelatihan cara menggunakan instrument identifikasi ABK di kelas, untuk dapat menemukenali siswa yang ada indikasi mengalami gangguan perkembangan, kegiatan selanjutnya adalah guru melaksanakan identifikasi / pengenalan dini untuk siswa masing-masing sekolah. Setelah guru menemukan siswa yang dianggap berkasus, ditetapkan satu anak setiap kelas untuk dilanjutkan dengan penanganan khusus. C. Pendampingan Menggunakan Instrumen Asesmen Kegiatan yang selanjutnya dilakukan guru adalah observasi kelas untuk menentukan langkah penyusunan studi kasus. Pendampingan pertama dilakukan pada hari SEnin tanggal 29 Pebruari 2016. Pendampingan yang dilakukan diawali dengan review hasil observasi kelas yang sudah dilakukan oleh 9 orang guru dari 9 TK (hasil terlampir). Pada kegiatan pendampingan tentang penggunaan instrumen ini diberikan materi tambahan yaitu Teori perkembangan BALITA, dan Perilaku menyimpang pada anak TK yang disampaikan oleh Dr. Diah Karmiyati, M.Psi. Kemudian review hasil penggunaan instrument, sehingga setiap TK sudah menemukan siswa yang menunjukkan indikasi perkembangan abnormal. dan dilanjutkan dengan pemberian bekal untuk melakukan asesmen perilaku khusus siswa, untuk dilaporkan sebagai studi kasus yang selanjutnya digunakan sebagai landasan penyusunan PPI. (Program Pembelajaran Individual). Pada kegiatan ini dihadiri oleh 27 peserta. Langkah yang dirancang pada saat itu adalah akan dilakukan pendampingan penyusunan PPI yang waktunya akan menyesuaikan dengan tingkat penyelesaian di setiap sekolah. D. Pendampingan Menyusun Program Pembelajaran Individual (PPI). Kegiatan menyusun PPI berdasar Analisis hasil observasi kelas yang telah disusun sebelumnya. Pendampingan menyusun PPI disepakati dilakukan Jum’at 15 April 2016 diikuti 11 guru dari 4 TK yang telah menyelesaikan studi kasus dan telah membuat draft PPI. Pada pendampingan ini guru langsung diajak untuk mencermati hasil observasi kelas, mendiskusikan Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 331 kira-kira potensi kedepan. Hal inilah yang kemudian harus dituangkan dalam Perencanaan Pembelajaran Individual beserta target target capaian pembelajaran individual yang dapat diberikan kepada ABK untuk mencapai pengembangan potensi secara maksimal. E. Review dan Evaluasi Hasil penyusunan PPI Sesuai kesepakatan sebelumnya, pada hari Sabtu 7 Mei 2016 dilakukan pertemuan untuk melakukan revisi dari PPI yang telah tersusun, dihadiri perwakilan 9 TK. Sesuai janji, hasil perbaikan dikumpulkan tanggal Jumat 3 Juni 2016 (hasil terlampir). Secara target kegiatan pengabdian telah mencapai sasaran yang ditergetkan dalam perencanaan. Pada saat pengumpulan hasil PPI di dari setiap TK sekolah mulai libur dan memasuki bula puasa, maka kegiatan pengabdian tidak bisa melakukan peer teaching sebagai implementasi PPI yang disusun, tetapi dapat dilakukan pada kegiatan pengabdian selanjutnya. Dari rangkaian kegiatan yang telah dilakukan dan jumlah peserta yang mengikuti kegiatan pengabdian tentang pembelajaran ABK di TK maupun dalam pelaksanaan program pendampingan pengembangan pembelajaran untuk ABK bagi guru TK ABA Kecamatan Kedungkandang sudah mencapai hasil yang diharapkan. Dari antusiasnya peserta kesungguhan melakukan rangkaian pekerjaan rumah baik dalam menggunakan instrument identifikasi, analisis studi kasus dan penyusunan PPI, semua berjalan sesua dengan rencana. Bahkan setelah kegiatan berkhir masih banyak pertanyaan terkait dengan penanganan ABK di sekolah, dan menanyakan apakah kegiatan ini masih akan dilajutkan di kegiatan berikutnya, agar guru dapat lebih mantab mengelola pembelajaran untuk ABK. 4. KESIMPULAN Berdasarkan paparan di atas disimpulkan bahwa program pendampingan pembelajaran bagi guru TK ABA Kecamatan Kedungkandang sudah maksimal dilaksanakan dan telah mencapai hasil yang diharapkan, yaitu peningkatan kompetensi bagi guru dalam mengembangkan pembelajaran untuk ABK. Produk perangkat pembelajaran untuk ABK tersebut berupa alat identifikasi ABK, perencanaan pembelajaran individual (PPI). 332 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk DAFTAR PUSTAKA [1] Mulyono Abdulrahman (2003).Landasan Pendidikan Inklusif dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan LPTK. Makalah disajikan dalam pelatihan penulisan buku ajar bagi dosen jurusan PLB yang diselenggarakan oleh Ditjen Dikti. Yogyakarta, 26 Agustus 2002. [2] PERMENDIKNAS nomor 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif [3] Smith.J David, 2006, Inklusi ; Sekolah Ramah Untuk Semua, PT. Nuansa Bandung [4] Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. [5] UNESCO CONCEPT PAPER, Sumber: Concept Paper UNESCO, diambil 12 Jan 2007 dari URL: http://portal.unesco.org/education [6] UNESCO, 2004, Buku Pendidikan Inklusif Jilid 1 -6 ; Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Dit Jen Manjemen DIKDASMEN, Depdiknas, Jakarta [7] Vaughn,S., Bos,C.S.& Schumn,J.S.(2000). Teaching Exceptional, Diverse, and at Risk Students in the General Educational Classroom. Boston: Allyn. Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 333