laporan kinerja dja 2014 - Direktorat Jenderal Anggaran

advertisement
LAPORAN KINERJA DJA 2014 1
Daftar Isi
Kata Pengantar ..............................................................................................................
2
Ringkasan Eksekutif .......................................................................................................
3
BAB I
A.
B.
C.
(Pendahuluan) ...................................................................................................
Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi ................................................................
Peran Strategis ...................................................................................................
Sistematika Laporan ............................................................................................
4
4
5
5
BAB II (Perencanaan Kinerja) .......................................................................................
A. Visi dan Misi ........................................................................................................
B. Perencanaan Kinerja ............................................................................................
6
6
6
BAB III (Akuntabilitas Kinerja) .......................................................................................
A. Capaian Kinerja Organisasi ...................................................................................
B. Capaian Kinerja Lainnya ......................................................................................
1. Sistem Informasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Online ............................
2. Penggunaan Konsep Logic Model Dalam Penyusunan Anggaran ....................
3. Putusan Mahkamah Konstitusi dan Proses Perencanaan Penganggaran .........
4. Wilayah Bebas Korupsi ...............................................................................
C. Realisasi Anggaran ...............................................................................................
8
8
29
29
30
31
32
34
BAB IV (Penutup) ..........................................................................................................
35
LAMPIRAN
1. Formulir Pengukuran Kinerja 2014
2. Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Anggaran Tahun 2014, Sasaran Kinerja Pegawai, beserta
Rincian Target Capaian Kinerja dan Inisiatif Strategis
3. Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Anggaran Tahun 2015, Perjanjian Kinerja, beserta Rincian
Target Capaian Kinerja dan Inisiatif Strategis, Sasaran Kerja Pegawai
4. Rencana Kinerja Tahunan 2015
2
LAPORAN KINERJA DJA 2014
LAPORAN KINERJA DJA 2014 3
Ringkasan Eksekutif
Dalam rangka mewujudkan visi
Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) guna
memacu pengelolaan APBN yang berkualitas
untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan dan berkeadilan, setiap tahun
disusun peta strategis. Sasaran strategis
tersebut mencerminkan hal-hal strategis yang
ingin dicapai DJA dalam tahun tertentu.
Sasaran strategis yang ingin dicapai
DJA pada tahun 2014 sebanyak 10 (sepuluh)
sasaran strategis. Meliputi Kebijakan
Penganggaran yang Berkualitas, Pemenuhan
Layanan Publik, Kepatuhan Pengguna Layanan
yang Tinggi, Perencanaan APBN yang
Berkualitas, Sistem dan Proses Penganggaran
yang Optimal, Monitoring dan Evaluasi yang
Efektif, SDM yang Kompetitif, Organisasi Sehat
yang Berkinerja Tinggi, TIK yang Terintegrasi,
dan Pelaksanaan Anggaran yang Optimal.
Dalam rangka mendukung
pencapaian sasaran strategis tersebut DJA
menyusun 14 (empat belas) Indikator Kinerja
Utama (IKU). Melalui IKU dimaksud diharapkan
dapat memberikan informasi kepada pimpinan
Kementerian Keuangan sejauh mana masingmasing unit kerja berhasil mewujudkan
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan realisasi capaian kinerja
DJA tahun 2014 terdapat 3 IKU yang tidak
memenuhi target dan 11 IKU yang sesuai/
melebihi target yang telah ditetapkan. IKU
yang tidak memenuhi target adalah Indeks
Kepuasan Pengguna Layanan (indeks capaian
99,25%), Indeks Kesehatan Organisasi (indeks
capaian 98,5%) dan Persentase Penyerapan
Anggaran dan Pencapaian Output Belanja
(indeks capaian 93,04%).
Selanjutnya, pengelompokkan
berdasarkan perspective pada peta strategi
dibagi menjadi 4 (empat) layer. Pada
4
LAPORAN KINERJA DJA 2014
Stakeholder Perspective seluruh target dalam
sasaran strategis dan IKU seluruhnya dapat
tercapai, yaitu IKU Akurasi Perencanaan APBN
(indeks capaian 106,4%), dan IKU Jumlah
Penerimaan PNBP (indeks capaian 100,11%).
Hal tersebut menunjukkan bahwa beberapa
indikator yang menjadi ukuran keberhasilan
yang diberikan DJA kepada stakeholder
memberikan nilai positif dan sesuai ekspektasi
stakeholder.
Selanjutnya, pada Customer
Perspective terdapat IKU yang tidak mencapai
target, yaitu Indeks Kepuasan Pengguna
Layanan (indeks capaian 3,97 dari yang
ditargetkan sebesar 4). Artinya, ke depannya
membutuhkan upaya yang lebih serius seluruh
pegawai DJA untuk meningkatkan pelayanan
kepada customer DJA.
Sedangkan pada Internal Process
Perspective semua IKU memenuhi target yang
ditetapkan. Adapun untuk Learning and Growth
Perspective terdapat 2 (dua) IKU yang tidak
mencapai target yaitu IKU Indeks Kesehatan
Organisasi dan IKU Persentase Penyerapan
Anggaran dan Pencapaian Output Belanja.
Disamping memfokuskan pencapaian
target-target kinerja, DJA juga melaksanakan
target-target pekerjaan lain di luar IKU. Selama
tahun 2014 terdapat beberapa keberhasilan
pelaksanaan tusi (diluar IKU) yang cukup
menonjol, antara lain pencapaian
penganugerahan Wilayah Bebas Korupsi
(WBK), penggunaan logic model (ADIK) dalam
penyusunan penganggaran, penelaahan RKAKL Online, implementasi Sistem Penerimaan
PNBP Online (SIMPONI), dan tindak lanjut
keputusan Mahkamah Konstitusi atas
pembahasan anggaran di DPR RI.
BAB I
Pendahuluan
A.
Tugas, Fungsi dan Struktur
Organisasi
pengingkatan penerimaan negara dan
efisiensi belanja negara, serta dengan
tetap mengupayakan penurunan defisit
anggaran.
Dalam melaksanakan tugas tersebut
di atas, DJA menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang
penganggaran;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang
penganggaran;
c. penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria di bidang penganggaran;
d. pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang penganggaran; dan
e. pelaksanaan administrasi DJA.
Adapun struktur organisasi DJA terdiri
atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
c. Direktorat Anggaran I;
d. Direktorat Anggaran II;
e. Direktorat Anggaran III;
f. Direktorat Penerimaan Negara Bukan
Pajak;
g. Direktorat Sistem Penganggaran; dan
h. Direktorat Harmonisasi Peraturan
Penganggaran.
Direktorat Jenderal Anggaran (DJA)
dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan
Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara.
Selanjutnya, berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan, dinyatakan bahwa
DJA adalah salah satu unit eselon I yang
melaksanakan sebagian fungsi dari
Kementerian Keuangan. Sentral dari peran
DJA tersebut terletak pada tugasnya untuk
merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang penganggaran.
Sesuai dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM),
kebijakan di bidang fiskal diarahkan pada
keseimbangan. Maksudnya seimbang
antara peningkatan alokasi anggaran
dengan upaya untuk memantapkan
kesinambungan fiskal melalui
Gambar 01
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Anggaran
Dirjen Anggaran
Tenaga Pengkaji PNBP
Direktorat
Anggaran I
Direktorat
Anggaran II
Direktorat
Anggaran III
Direktorat
Penyusunan
APBN
Sekretaris Ditjen
Direktorat
Sistem
Penganggaran
Direktorat
PNBP
Direktorat HPP
LAPORAN KINERJA DJA 2014 5
B. Peran Strategis
DJA dalam menjalankan tugas dan
fungsinya, mempunyai peran utama:
a. Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), termasuk
perubahannya;
b. Pengalokasian anggaran Kementerian/
Lembaga;
c. Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP);
d. Penghitungan resource envelope untuk
penetapan pagu anggaran;
e. Penetapan Pagu Indikatif, Pagu Sementara
dan Pagu Definitif;
f. Penetapan perubahan pagu anggaran bagi
K/L terkait;
g. Penyusunan dan harmonisasi kebijakan
penganggaran.
C. Sistematika Laporan
Laporan Kinerja (LAKIN) DJA 2014
disusun dengan sistematika sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan
2. Bab II Perencanaan Kinerja
3. Bab III Akuntabilitas Kinerja
4. Bab IV Penutup
6
LAPORAN KINERJA DJA 2014
BAB II
Perencanaan Kinerja
A. Visi dan Misi
VISI
Dalam mengemban tugas dan fungsi, DJA
mempunyai visi sebagai berikut:
Memacu pengelolaan APBN yang
berkualitas untuk mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan dan
berkeadilan.
MISI
Dalam rangka mewujudkan visi yang telah
ditetapkan tersebut, DJA mempunyai misi
sebagai berikut :
1. Memacu kualitas pengelolaan APBN dari
perencanaan, penyusunan, hingga
pelaporan;
2. Menggunakan monitoring dan evaluasi
secara efektif untuk meningkatkan kualitas
perencanaan;
3. Mendorong kerjasama dengan
stakeholders dalam rangka pemberdayaan
di keseluruhan proses;
4. Terus-menerus meningkatkan kualitas
sistem dan proses penganggaran;
5. Membangun kapabilitas SDM dan
organisasi internal.
B. Perencanaan Kinerja
Dalam kontrak kinerja Direktur Jenderal
Anggaran yang ditetapkan Menteri Keuangan
terdapat 10 Sasaran Strategis (SS) dan
Indikator Kinerja Utama (IKU) sebanyak 14
IKU.
Selanjutnya, dalam kontrak kinerja tersebut
terdapat 5 IKU merupakan cascading dari IKU
Kemenkeu Wide yang tergambar dalam Peta
Strategi DJA sebagai berikut:
Gambar 02
Peta Strategi Direktorat Jenderal Anggaran
LAPORAN KINERJA DJA 2014 7
Kemudian dari 14 IKU, ditetapkan pula target masing-masing IKU selama 2014 dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 01
Target Indikator Kinerja Utama (IKU) Kemenkeu One Direktorat Jenderal Anggaran
No
Kode
IKU
IKU
Target
Stakeholder Perspective
1
Kebijakan penganggaran yang berkualitas
1a-N
Akurasi perencanaan APBN
90%
1b-N
Jumlah Penerimaan PNBP *
385,4T
Customer Perspective
2
Pemenuhan Layanan Publik
2a-CP
3
Indeks kepuasan pengguna layanan *
4
Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi
3a-N
Persentase penyusunan KPJM oleh Penanggung
Jawab Program
90%
Internal Process Perspective
4
Perencanaan APBN yang berkualitas
4a-CP
5
20%
Sistem dan proses penganggaran yang optimal
5a-N
5b-CP
5c-N
6
Deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan
anggaran K/L *
Penerapan sistem PBK
Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN (999.07
dan 999.08) *
Penyelesaian revisi anggaran yang tepat waktu
100%
4
100%
Monitoring dan evaluasi yang efektif
6a-N
Penyempurnaan sistem reward dan punishment
100%
Learning & Growth Perspective
7
SDM yang kompetitif
7a-CP
8
9
8a-CP
Indeks Kesehatan Organisasi *
8b-CP
Persentase implementasi inisiatif Transformasi
Kelembagaan *
68
100%
TIK yang terintegrasi
Implementasi penelaahan RKA-K/L online
50%
Pelaksanaan anggaran yang optimal
10a-CP
Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian
output belanja *
*) IKU Kemenkeu-Wide
8
97%
Organisasi sehat yang berkinerja tinggi
9a-N
10
Persentase pejabat yang telah memenuhi standar
kompetensi jabatan *
LAPORAN KINERJA DJA 2014
95%
BAB III
Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
1.
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
2.
Evaluasi dan Analisis Kinerja
Sebagaimana disebutkan pada Bab II, Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) pada tahun 2014
menetapkan 10 (sepuluh) Sasaran Strategis yang terdiri dari 14 Indikator Kinerja Utama.
Pelaksanaan evaluasi dan analisis kinerja dilakukan melalui pengukuran kinerja dengan menggunakan
formulir pengukuran kinerja mengacu Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
kegiatan program sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan
misi DJA. Pengukuran kinerja dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang didasarkan pada
Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah diidentifikasi agar sasaran-sasaran strategis dan tujuan
strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam Peta Strategi DJA yang menjadi kontrak kinerja dapat
tercapai.
Secara umum ikhtisar capaian IKU DJA selama 2014 adalah sebagai berikut:
Gambar 03
Ikhtisar Capaian IKU DJA Tahun 2014
3 IKU
21%
11 IKU
79%
Dari 14 IKU DJA tahun 2014, 11 telah tercapai (79%), sedangkan 3 IKU tidak tercapai yaitu :
a. IKU Indeks kepuasan pengguna layanan,
b. IKU Indeks Kesehatan Organisasi, dan
c. IKU Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja.
LAPORAN KINERJA DJA 2014 9
Adapun rincian capaian masing-masing IKU sebagaimana tabel dibawah ini:
Tabel 02
Capaian IKU Kemenkeu One Direktorat Jenderal Anggaran Tahun 2014
No. Kode IKU
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
Stakeholders Perspective (25%)
1
103,68
Kebijakan penganggaran yang berkualitas
103,68
1a-N
Akurasi perencanaan APBN
90,00%
95,70%
106,39
1b-N
Jumlah Penerimaan PNBP
386,94T
390,70
100,97
Customer Perspective (15%)
2
105,14
Pemenuhan Layanan Publik
2a-CP
3
Indeks kepuasan pengguna layanan
99,17
4,00
3,97
Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi
3a-N
Persentase penyusunan KPJM oleh
Penanggung Jawab Program
90,00%
100,00%
5
120,00
20,00%
11,30%
Sistem dan proses penganggaran yang optimal
5a-N
5b-CP
5c-N
6
Deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan
anggaran K/L *
Penerapan sistem PBK
Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN
(999.07 dan 999.08)
Penyelesaian revisi anggaran yang tepat waktu
Penyempurnaan sistem reward dan punishment
100,00%
100,00%
100,00
4,00
4,00
120,00
100,00%
107,65
107,65
120,00
100,00%
100,00%
Learning & Growth Perspective (30%)
7
8
9
10
100,10
Persentase pejabat yang telah memenuhi
standar kompetensi jabatan *
8a-CP
Indeks Kesehatan Organisasi *
8b-CP
Persentase implementasi inisiatif Transformasi
Kelembagaan
97,10%
100,10
99,07
68,00
67,00
98,52
100,00%
100,00%
100,00
TIK yang terintegrasi
100,00
Implementasi penelaahan RKA-K/L online
50,00%
50%
Pelaksanaan anggaran yang optimal
10a-CP
Persentase penyerapan anggaran dan
pencapaian output belanja *
Nilai Kinerja Organisasi (NKO)
10
97,00%
Organisasi sehat yang berkinerja tinggi
9a-N
120,00
98,05
SDM yang kompetitif
7a-CP
120,00
109,22
Monitoring dan evaluasi yang efektif
6a-N
111,11
116,41
Perencanaan APBN yang berkualitas
4a-CP
99,17
111,11
Internal Process Perspective (30%)
4
Nilai
LAPORAN KINERJA DJA 2014
100,00
93,04
95,00%
88,40%
93,04
106,03
Berikut ini penjelasan capaian masing-masing IKU di atas
Sasaran Strategis : Kebijakan Penganggaran yang Berkualitas
Kebijakan penganggaran merupakan kebijakan ekonomi yang ditempuh pemerintah dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik melalui aspek penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan tersebut ditujukan untuk mewujudkan kebijakan penganggaran yang berkualitas yang
menerapkan prinsip kehati-hatian. Artinya, kebijakan yang diterbitkan konsisten sesuai peraturan perundangundangan berdasarkan profesionalisme dan itikad baik mengacu kondisi perekonomian terkini guna
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Sasaran ini menterjemahkan indikator yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian
Keuangan berupa:
a. Tersusunnya draft Nota Keuangan, RAPBN, dan RUU APBN (APBN-P) dengan besaran yang akurat dan
tepat waktu;
b. Tercapainya target penerimaan SDA Migas dan Laba BUMN dalam APBN atau APBN-P.
Sasaran Strategis ini terdiri atas IKU Akurasi Perencanaan APBN dan IKU Jumlah Penerimaan PNBP dengan
rincian target dan realisasi masing-masing IKU sebagai berikut:
Tabel 03
Capaian Sasaran Strategis Kebijakan Penganggaran yang Berkualitas
No. Kode IKU
1
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
Kebijakan penganggaran yang berkualitas
Nilai
103,68
1a-N
Akurasi perencanaan APBN
90,00%
95,70%
106,39
1b-N
Jumlah Penerimaan PNBP
386,94T
390,70
100,97
a. Akurasi Perencanaan APBN
Setiap tahun DJA menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang merupakan
proyeksi rencana keuangan tahunan pemerintah dalam satu tahun ke depan yang telah disetujui Dewan
Perwakilan Rakyat. Dalam pelaksanaannya, realisasi APBN tidak selalu sama dengan apa yang
direncanakan. Selama tahun berjalan, dimungkinkan adanya perbedaan baik dari sisi pendapatan maupun
dari sisi belanja yang disebabkan faktor eksternal dan internal.
Penganggaran yang berkualitas bisa dilihat dengan tingkat akurasi antara perencanaan dan
realisasi. Tingkat akurasi perencanaan APBN adalah kesesuaian atau ketepatan antara angka exercise DJA
yang disusun berdasarkan formula yang ditetapkan dan masukan-masukan dari stakeholders terkait,
dengan angka realisasi
IKU ini mengukur akurasi perencanaan APBN yang terdiri atas:
1. Perencanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
2. Perencanaan Belanja Pusat
3. Perencanaan Pembiayaan
IKU ini diukur dengan formula sebagai berikut:
Perencanaan PNBP
Perencanaan Belanja Pusat
Perencanaan Pembiayaan
[(
) x 25%] + [(
) x 50%] + [(
) x 25%]
Realisasi PNBP
Realisasi Belanja Pusat
Realisasi Pembiayaan
Dalam rangka mencapai IKU ini dalam DIPA DJA Tahun 2014 telah dialokasi pembahasaan
penyusunan RAPBN dan RAPBN-P, serta Laporan Semesteran sebesar Rp2.774.952.000,-. Namun realisasi
atas pencapaian IKU ini sebesar Rp2.695.772.220,- (97,15%).
LAPORAN KINERJA DJA 2014 11
Selanjutnya, realisasi capaian IKU Akurasi Perencanaan APBN ini disampaikan pada konferensi
pers realisasi APBN-P 2014 yang dipimpinan oleh Menteri Keuangan pada tanggal 5 Januari 2015, dengan
capaian sebagai berikut :
Tabel 04
Capaian IKU Akurasi Perencanaan APBN
PNBP
BELANJA
PEMBIAYAAN
1. Realisasi Press Conference
390,70
1.190,80
246,40
2. APBN-P
386,90
1.280,40
241,50
3. Deviasi
0,98%
7,00%
2,03%
99,02%
93,00%
97,97%
Tingkat Akurasi
sehingga IKU Akurasi Perencanaan APBN
= (99,02 x 25%) + (93,00 x 50%) + (97,97 x 25%)
= 95,75%
Dalam rangka meningkatkan akurasi ini, DJA pada tahun mendatang akan meningkatkan kualitas
perhitungan exercise perencanaan APBN/APBN-P dan meningkatkan koordinasi dengan Badan Kebijakan
Fiskal (BKF) khususnya dalam melakukan exercise penyusunan asumsi hingga batas akhir jadwal yang
sepakati antara pemerintah dengan DPR. DJA akan menjajagi kemungkinan pendekatan konservatif dalam
melakukan forecast sehingga hasilnya lebih realistis. Selanjutnya, forecast tersebut akan dilakukan
simulasi mengacu perubahan yang paling terkini.
b. Jumlah Penerimaan PNBP
Kebijakan penganggaran adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik melalui aspek penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Untuk itu,
pemerintah menerbitan kebijakan penganggaran yang berkualitas yaitu kebijakan penganggaran yang
ditetapkan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Setiap kebijakan ditetapkan secara konsisten sesuai
peraturan perundang-undangan berdasarkan profesionalisme dan itikad baik, dengan tujuan mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Untuk mendukung tujuan tersebut, diupayakan pembiayaan untuk pembangunan yang salah
satunya berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). PNBP merupakan seluruh penerimaan
Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Jumlah target PNBP adalah jumlah
PNBP secara nasional sebagaimana tercantum dalam APBN atau APBN-P sesuai UU Nomor 23 Tahun 2013
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014.
Mengingat porsi PNBP yang signifikan dalam menyumbang penerimaan negara, maka diperlukan
ukuran kinerja guna mengukur capaian perolehannya. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut
ditetapkanlah IKU Jumlah Penerimaan PNBP dengan pemilik IKU ( Unit in Charge) adalah DJA. Adanya
ukuran jumlah PNBP nasional ini diharapkan dapat menjamin upaya pencapaian jumlah PNBP dengan cara
sebagai berikut :
1. Mengamankan pendapatan negara dari PNBP melalui optimalisasi pendapatan negara;
2. Memantau tingkat pencapaian penerimaan PNBP agar sesuai dengan tingkat pencapaian pada tiap
tahapannya.
DJA telah mengalokasi dana dalam DIPA untuk mengamankan pencapaian penerimaan PNBP
sebagaimana yang tertuang dalam APBN-P dalam bentuk beberapa kegiatan dengan dana sebesar
Rp939.030.000,-. Realisasi atas pencapaian IKU ini sebesar Rp768.359.000,- (81,82%).
Selanjutnya, untuk menghitung IKU ini ditetapkan formula jumlah PNBP secara nasional yang
diperoleh dari buku merah yang diterbitkan Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan. Pada tahun
2014 ditetapkan target dan realisasi sebagai berikut :
12
LAPORAN KINERJA DJA 2014
Tabel 05
Perbandingan Target dan Capaian IKU Jumlah Penerimaan PNBP
Target/ Realisasi
Q1
Q2
Q3
Q4
Y-2014
a. Target
60 T
100 T
75 T
150,4 T
386,94 T
42,2 T
130 T
100 T
114,9 T
390,7 T
70,3
130
133
76
100,98
b. Realisasi
Indeks
Adapun detil dari realisasi capaian IKU dirinci sebagai berikut :
Tabel 06
Capaian PNBP Berdasarkan Jenis
Realisasi
Uraian
APBN-P
Real Q1
Real
Q2
Real
Q3
Real
Q4
Real s.d. 31
Des
241,1
22,8
77,7
62,8
79,4
242,9
100,74
1. Migas
211,7
15,4
71,8
58,6
71,1
216,9
102,46
2. Non Migas
29,4
7,4
5,9
4,3
8,3
26,1
88,77
B. Bagian Laba BUMN
40,0
2,7
28,0
3,3
6,3
40,3
100,75
C. PNBP Lainnya
85,0
14,3
17,9
24,6
25,4
85,4
100,47
D. Pendapatan BLU
20,9
2,4
6,5
9,5
3,7
22,1
105,74
TOTAL
386,9
42,2
130,0
100,3
114,9
390,7
100,98
70,3%
130%
133%
76%
100,98%
A. Penerimaan SDA
% Capaian per Triwulan
% thd
APBN
Atas capaian sebesar 100,11% di atas diketahui bahwa target jumlah PNBP nasional pada tahun
2014 dapat dicapai. Dalam hal ini, seluruh target PNBP terlampauai, kecuali penerimaan SDA nonmigas
yang berasal dari mineral dan batubara (minerba) serta kehutanan. Tidak tercapainya penerimaan SDA
nonmigas minerba tersebut disebabkan oleh turunnya harga komoditas batubara di pasar internasional.
Sementara itu, kondisi pasar usaha sektor kehutanan yang kurang kondusif (biaya tinggi dan harga jual
rendah) menjadi penyebab rendahnya penerimaan dari sektor kehutanan.
Apabila dilihat tren sejak 2012-2014, jumlah penerimaan PNBP selalu mencapai target (sebesar
100% sebagaimana tertuang dalam Renstra DJA 2010-2014) dan mengalami kenaikan tiap tahun. Pada
tahun 2012 realisasi jumlah penerimaan PNBP nasional mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp345T
(tercapai sebesar 124% dari target), sedangkan realisasi tahun 2013 menghasilkan penerimaan sebesar
Rp349,94T (tercapai sebesar 100% dari target). Grafik perkembangan penerimaan PNBP dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
LAPORAN KINERJA DJA 2014 13
Realisasi dalam Triliun
Gambar 04
Perkembangan Target dan Realisasi Jumlah PNBP Nasional
410.0
390.0
370.0
Target
350.0
330.0
310.0
Realisasi
290.0
270.0
250.0
2012
2013
Tahun
2014
Beberapa kebijakan yang akan digulirkan DJA pada tahun mendatang untuk mendongkrak
penerimaan jumlah PNBP nasional, antara lain :
1. Meningkatkan koordinasi dengan Ditjen Perbendaharaan terkait monitoring realisasi PNBP dengan
melaksanakan rapat pimpinan gabungan Ditjen Anggaran dan Ditjen Perbendaharaan.
2. Mengintensifkan koordinasi dengan instansi terkait dalam hal penagihan piutang migas.
3. Mempercepat proses penyusunan RPP Tarif PNBP.
4. Mengintensifkan koordinasi dengan Kementerian BUMN dalam pencapaian target PNBP Bagian Laba
BUMN.
Sasaran Strategis : Pemenuhan Layanan Publik
Layanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Pemenuhan layanan publik diukur berdasarkan hasil survei kepuasan pelanggan oleh lembaga
independen berdasarkan pemenuhan atas asas penyelenggaraan pelayanan publik sesuai Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yaitu: (a) kepentingan umum; (b) kepastian hukum; (c)
kesamaan hak; (d) keseimbangan hak dan kewajiban; (e) keprofesionalan; (f) partisipatif; (g) persarnaan
perlakuan/ tidak diskriminatif; (h) keterbukaan; (i) akuntabilitas; (j) fasilitas dan perlakuan khusus bagi
kelompok rentan; (k) ketepatan waktu; dan (l) kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Adanya Sasaran Pemenuhan Layanan Publik ini menjabarkan Rencana Strategis Kementerian
Keuangan yang mengukur indikator sebagai berikut:
a. Pengalokasi belanja pemerintah pusat yang tepat waktu dan efisien;
b. Penyelesaian DIPA tepat waktu;
c. Tersusunnya target dan pagu penggunaan PNBP untuk APBN dan atau APBN-P;
d. Tersedianya norma penganggaran berbasis kinerja dan penerapan MTEF yang kredibel dan tepat waktu.
Dalam rangka untuk mendukung terpenuhinya kepuasan pengguna layanan DJA, maka dalam DIPA
DJA telah dialokasikan dalam sebesar Rp11.227.830.000,-. Realisasi atas pencapaian IKU ini sebesar
Rp7.394.871.404,- (65,86%). Dana tersebut ditujukan agar penyelesaian 4 (empat) layanan unggulan DJA
dapat diterbitkan benar-benar sesuai ketentuan yang berlaku, tepat waktu, dan memenuhi kebutuhan
stakeholders (K/L).
Sasaran Strategis ini terdiri dari satu Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu IKU Indeks Kepuasan
Pengguna Layanan dengan rincian target dan realisasi sebagai berikut:
14
LAPORAN KINERJA DJA 2014
Tabel 07
Capaian Sasaran Strategis Pemenuhan Layanan Publik
No. Kode IKU
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
Customer Perspective (15%)
2
105,14
Pemenuhan Layanan Publik
2a-CP
Nilai
99,17
Indeks kepuasan pengguna layanan
4,00
3,97
99,17
Indeks kepuasan pengguna layanan merupakan nilai kepuasan pelanggan atas layanan unggulan
Kemenkeu terhadap pihak eksternal. Data capaian untuk unit Eselon I diperoleh dari survei independen yang
dikoordinasikan oleh Biro Organta. Lingkup survei adalah pelanggan atas seluruh layanan unggulan Ditjen
Anggaran kepada pihak eksternal.
Dari hasil survey kepuasan pengguna layanan Ditjen Anggaran tahun 2014 yang dilakukan Institut
Pertanian Bogor (IPB) dapat diinformasikan bahwa indeks kepuasan pengguna layanan DJA pada tahun 2014
memperoleh skor 3,97 (skala 5). Adapun jenis layanan yang disurvey untuk DJA tahun 2014 sebanyak 4
(empat) layanan unggulan dengan indeks kepuasan masing-masing sebagai berikut:
Tabel 08
Skor Kepuasan Pengguna Layanan DJA Menurut Jenis Layanan
Jenis Layanan
Skor
a. Layanan penyelesaian usulan SBK
3,92
b. Layanan penyusunan RPP tentang jenis dan tarif atas PNBP atau revisi yang berlaku bagi K/L
3,96
c. Layanan pengesahan DIPA
4,14
d. Layanan penyelesaian revisi DIPA (Non-APBNP)
3,81
TOTAL
3,97
Skor layanan penyelesaian revisi DIPA (Non-APBNP) menempati skor terendah. Hal tersebut
dimungkinkan mengingat kepuasan penyelesaian revisi DIPA dipengaruhi adanya kebijakan pemerintah di
bidang penghematan yang berdampak pada bertambahnya frekuensi pengajuan revisi DIPA dan perbedaan
persepsi jumlah waktu penyelesaian revisi DIPA antara K/L dengan DJA.
Skor keseluruhan kepuasan pengguna layanan DJA di atas naik secara signifikan bila dibanding nilai
tahun 2013. Perubahan skor tingkat kepuasan pengguna layanan DJA dalam 4 tahun terakhir dapat dilihat
pada gambar dibawah. Secara umum dapat terlihat bahwa tingkat kepuasan terhadap layanan DJA memiliki
tren yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Skor kepuasan DJA mengalami peningkatan yang sangat besar pada tahun ini dimana dari 3.88 pada
tahun 2013 meningkat menjadi 3.97 pada tahun 2014. Hal tersebut menunjukkan bahwa DJA masih terus
berupaya untuk terus mempertahankan pelayanannya dan melakukan perbaikan yang kontinyu. Kondisi ini
harus terus dipertahankan dan akan lebih baik jika dapat lebih ditingkatkan kembali sehingga pengguna jasa
pun akan merasakan hasil dari perbaikan tersebut.
Atas penilaian indeks tersebut, pada tahun mendatang DJA akan melakukan serangkaian kegiatan
perbaikan antara lain :
1. Melakukan reviu atas PMK yang mengatur 4 (empat) layanan unggulan DJA;
2. Melakukan reviu SOP dan perbaikan proses bisnis mengacu PMK yang ada;
3. Mengoptimalkan fungsi Pusat Layanan DJA sebagai one stop service.
LAPORAN KINERJA DJA 2014 15
Gambar 05
Perkembangan Indeks Kepuasan Pengguna Layanan terhadap Kinerja Layanan DJA
4
3.97
3.95
Skor
3.9
3.87
3.88
3.85
3.79
3.8
3.81
3.75
3.7
2010
2011
2012
2013
2014
Sasaran Strategis: Kepatuhan Pengguna Layanan yang Tinggi
Sebagai pengelola anggaran negara, DJA memiliki ekspektasi terhadap pengguna layanan agar patuh
terhadap berbagai peraturan dan kebijakan yang ditetapkan dalam bidang penganggaran. Untuk itu, DJA
berkepentingan agar setiap peraturan dan kebijakan di bidang penganggaran yang diinisiasi langsung DJA
dapat dipatuhi dan diimplementasikan Kementerian Negara/Lembaga.
Dalam rangka mewujudkan hal di atas, disusunlah Sasaran Strategis yang dimaksudkan untuk
memenuhi keinginan tersebut. Sasaran Strategis itu diterjemahkan dalam IKU Persentase Penyusunan KPJM
oleh Penanggung Jawab Program. Sasaran Strategis tersebut merupakan penjabaran dari Rencana Strategis
Kementerian Keuangan sebagai berikut:
a. Pengalokasian belanja pemerintah pusat yang tepat waktu dan efisien;
b. Tersedianya norma penganggaran berbasis kinerja dan penerapan MTEF (KPJM) yang kredibel dan tepat
waktu.
Selanjutnya, dalam DIPA DJA telah dialokasikan dana untuk mendukung terpenuhinya sasaran
strategis ini dengan dukungan dana sebesar Rp1.115.302.000,- untuk keperluan bimbingan teknis ke seluruh
satuan kerja, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Realisasi atas pencapaian IKU ini sebesar
Rp936.740.050,- (83,99%).
Pada penetapan kontrak kinerja ditargetkan selama tahun 2014 sebesar 90,00%. Pada tahun 2014,
realiasi atas capaian IKU ini tercapai 100%, dengan gambaran sebagai berikut:
Tabel 08
Capaian Sasaran Strategis Kepatuhan Pengguna Layanan yang Tinggi
No. Kode IKU
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
Customer Perspective (15%)
3
105,14
Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi
3a-N
Nilai
111,11
Persentase penyusunan KPJM oleh
Penanggung Jawab Program
90,00%
100,00%
111,11
Gambar 06
Perkembangan Indeks Persentase penyusunan KPJM oleh Penanggung Jawab Program
(dalam %)
100
95
90
85
80
100
92.77
90
87
82.5
2012
2013
Target Realisasi
16
100
LAPORAN KINERJA DJA 2014
2014
Realisasi
Sesuai amanat paket perundang-undangan di bidang keuangan negara (UU Nomor 17 Tahun 2003,
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004, dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004) pengelolaan keuangan
negara sejak tahun 2005 mengalami perubahan yang cukup mendasar. Terutama di sisi pendekatan
penganggarannya yaitu penerapan anggaran terpadu, pendekatan penyusunan kerangka pengeluaran jangka
menengah (KPJM), dan pendekatan penyusunan penganggaran berbasis kinerja. Pembaharuan sistem
penganggaran ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas belanja negara menjadi lebih efektif, efisien,
transparan, dan akuntabel.
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) adalah pendekatan penyusunan anggaran
berdasarkan kebijakan. Pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih
dari satu tahun anggaran. Hal tersebut ditempuh dengan mempertimbangkan implikasi biaya keputusan yang
bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalm sebuah prakiraan maju. Dalam prakteknya, KPJM
berisi proyeksi pengeluaran untuk tahun berikutnya, sebagai bentuk penuangan rencana fiskal tahunan, yang
disertai dengan prakiraan maju tiga tahun berikutnya (sebagai dasar proyeksi jangka menengah).
Dalam rangka mengimplementasikan harapan tersebut, IKU Persentase Penyusunan KPJM oleh
Penanggung Jawab Program dimaksudkan dapat mengawal maksud reformasi di bidang penganggaran. IKU
ini disusun untuk mengukur kepatuhan penanggungjawab program dalam menyusun rencana kerja
pemerintah jangka menengah (KPJM) sebagaimana yang dituangkan ke dalam aplikasi RKAKL.
Realisasi IKU ini pada tahun 2014 yaitu 100,00% dengan target 90,00% sehingga diperoleh indeks
capaian sebesar 111,11% dengan rincian masing-masing persentase capaian per unit adalah sebagai berikut:
Tabel 09
Capaian IKU Persentase Penyusunan KPJM Per Direktorat
No
Unit
Penanggung jawab Program yang telah mengisi KPJM
1
Direktorat Anggaran I
100%
2
Direktorat Anggaran II
100%
3
Direktorat Anggaran III
100%
Total
100%
Kebenaran penyusunan KPJM sangat menentukan kualitas perencanaan penganggaran. Angka yang
dituangkan sebagai KPJM tersebut menjadi salah satu bahan dalam penyusunan ancar-ancar pengeluaran
sehingga dapat disusun indikasi pendanaan yang realistis guna kesinambungan pembiayaan pembangunan.
Selanjutnya, dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kualitas penyusunan KPJM ini, DJA pada
masa mendatang akan menempuh upaya sebagai berikut:
a. Melakukan bimbingan teknis terkait pencantuman/penuangan KPJM di RKAKL kepada para penanggung
jawab program DIPA (Biro/Unit Perencana) di masing-masing K/L;
b. Melakukan evaluasi dan perbaikan KPJM sebagai bagian dari informasi di bidang penganggaran.
Sasaran Strategis : Perencanaan APBN yang Berkualitas
APBN adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh DPR. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang
memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari sampai dengan
31 Desember).
Perencanaan APBN yang berkualitas merupakan tujuan utama dari siklus penganggaran yang berawal
dari perencanaan hingga pertanggungjawaban. Kualitas pengelolaan anggaran negara dapat diukur salah
satunya melalui tingkat deviasi antara rencana pembelanjaan pemerintah yang ditetapkan dengan realisasinya
pada waktu tertentu. Berkenaan dengan hal tersebut, pada Sasaran Strategis ini disusun IKU yang diharapkan
bisa indikator untuk mengukur perencanaan APBN yang berkualitas yaitu IKU Deviasi antara Rencana dan
Realisasi Penyerapan Anggaran K/L.
LAPORAN KINERJA DJA 2014 17
Selanjutnya, dalam DIPA DJA telah dialokasikan dana untuk mendukung terpenuhinya sasaran
strategis ini dengan dukungan dana sebesar Rp174.580.000,- untuk keperluan bimbingan teknis ke seluruh
satuan kerja, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Dalam bimbingan teknis tersebut menghadirkan
beberapa narasumber serta dipaparkan beberapa materi yang perlu dipahami seluruh satuan kerja antara lain
KPJM, revisi anggaran, kualitas perencanaan, dan percepatan penyerapan anggaran. Realisasi atas
pencapaian IKU ini sebesar Rp169.415.975,- (97,04%). Sedangkan target dan capaian IKU ini digambarkan
sebagai berikut:
Tabel 10
Capaian Sasaran Strategis Perencanaan APBN yang Berkualitas
No. Kode IKU
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
Internal Process Perspective (30%)
4
116,41
Perencanaan APBN yang berkualitas
4a-CP
Nilai
120,00
Deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan
anggaran K/L *
20,00%
11,30%
120,00
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L), terutama
rencana penyerapan dana setiap bulan oleh seluruh K/L (yang nantinya dituangkan ke dalam DIPA), menjadi
indikator seberapa jauh K/L menyusun rencana kegiatan dan penganggaran yang benar-benar berkualitas
sesuai ketentuan yang berlaku.
Adapun yang diukur oleh IKU ini adalah deviasi antara rencana penyerapan dana yang akan
dibelanjakan seluruh K/L sebagaimana yang tertuang pada halaman III DIPA (berdasarkan pagu APBN-P)
pada setiap bulan dengan realisasi penyerapan belanja negara dalam DIPA K/L (sesuai SP2D yang telah
diterbitkan oleh KPPN). Mengingat IKU ini mengukur perencanaan anggaran dan realisasi penyerapan dana,
maka Ditjen Anggaran dan Ditjen Anggaran ditunjuk menjadi Unit in Charge (UIC) atas tercapainya target
yang dicanangkan untuk IKU tersebut. Adapun formula perhitungan IKU ditetapkan sebagai berikut :
12
Rencana penyerapan anggaran i  Realisasi penyerapan anggaran i
i 1
Rencana penyerapan anggaran i

x 100%
Untuk tahun 2014 ditetapkan target deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran K/L
sebesar 20%. Selanjutnya, berdasarkan realisasi pengeluaran SP2D hingga 31 Desember 2014 yang
diterbitkan Ditjen Perbendaharaan diperoleh capaian deviasi selama tahun 2014 sebesar 11,3% sehingga
indeks capaian IKU sebesar 143,5. Adapun rincian detil target dan realisasi per triwulan sebagai berikut :
Tabel 11
Perbandingan Target dan Capaian IKU Deviasi antara Rencana dan Realisasi Penyerapan Anggaran K/L
Target/ Realisasi
Q1
Q2
Q3
Q4
Y-2014
a. Target
20,0%
10,0%
20,0%
30,0%
20,0%
b. Realisasi
4,5%
7,7%
18,8%
14,0%
11,3%
Indeks
177,4
122,4
105,6
246,7
143,5
Atas capaian sebesar 11,3% tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan APBN yang dilakukan
seluruh K/L dapat dipertanggungjawabkan kualitas penyusunannya dengan deviasi masih dibawah target
18
LAPORAN KINERJA DJA 2014
yang ditetapkan. Beberapa kebijakan dan kegiatan yang dilakukan ke depan oleh Ditjen Anggaran dan Ditjen
Perbendaharaan adalah melakukan bimbingan teknis kepada satuan-satuan kerja, baik di tingkat pusat
maupun di daerah, agar mempertajam penuangan rencana penyerapan anggaran per bulan sebagaimana
yang tercantum dalam halaman III DIPA dengan memperhatikan realisasi pada tahun anggaran sebelumnya,
serta antisipasi kondisi internal dan eksternal satuan kerja yang bersangkutan. Namun demikian, dukungan
atas tercapainya IKU ini di kemudian hari perlu ditingkatkan melalui penyediaan data realisasi per K/L secara
cepat dan akurat.
Sasaran Strategis : Sistem dan Proses Penganggaran yang Optimal
Proses penganggaran dimulai dari tahap penyusunan anggaran, pengesahan, pelaksanaan hingga
pengesahan perhitungan anggaran harus menggunakan mekanisme pendekatan penganggaran berbasis
kinerja, sehingga pengelolaan penganggaran menjadi efisien, transparan, fleksibel, dan akuntabel. Sasaran
Strategis ini merupakan penjabaran dari indikator yang harus dicapai dalam Rencana Strategis Kementerian
Keuangan sebagai berikut:
a. Tersedianya norma penganggaran berbasis kinerja dan penerapan MTEF yang kredibel dan tepat waktu;
b. Laporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (BSBL) yang lengkap dan tepat waktu;
c. Penyelesaian DIPA tepat waktu.
Untuk mendukung terpenuhinya Sasaran Strategis tersebut, DJA memberikan dukungan dana yang
dialokasikan dalam DIPA DJA TA 2014 sebesar Rp2.203.220.000,-. Realisasi atas pencapaian IKU ini sebesar
Rp1.419.930.975,- (64,45%).
Sasaran Strategis ini terdiri atas IKU Penerapan Sistem Penganggaran Berbasis Kinerja, IKU Opini BPK
atas Laporan Keuangan BA BUN (999.07 dan 999.08), dan IKU Penyelesaian Revisi Anggaran yang Tepat
Waktu dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 12
Capaian Sasaran Strategis Sistem dan Proses Penganggaran yang Optimal
No. Kode IKU
5
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
Sistem dan proses penganggaran yang optimal
5a-N
5b-CP
5c-N
Penerapan sistem PBK
Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN
(999.07 dan 999.08)
Penyelesaian revisi anggaran yang tepat waktu
Nilai
109,22
100,00%
100,00%
100,00
4,00
4,00
120,00
100,00%
107,65
107,65
a. Penerapan Sistem Penganggaran Berbasis Kinerja
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) adalah penganggaran yang disusun dengan orientasi
output. Sistem ini menitikberatkan pada segi penatalaksanaan sehingga selain efisiensi penggunaan dana
juga hasil kerjanya diperiksa. Jadi, tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau
prestasi dari tujuan atau hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun
suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan
terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan.
IKU Persentase penerapan sistem PBK mengukur tahapan proses penyusunan Arsitektur dan
Kinerja Anggaran berbasis logic model dengan target pada tahun 2014 sebagai berikut:
1. Finalisasi Buku Panduan , dengan output berupa Buku Panduan;
2. Launching, dengan output Surat Edaran Bersama (Dirjen Anggaran dan Deputi Pendanaan);
3. Penyelenggaraan training K/L (dengan minimal peserta 200 orang);
4. Penerapan PBK minimal pada 10 program pada 10 K/L piloting (ditargetkan selesai pada akhir tahun
2014).
LAPORAN KINERJA DJA 2014 19
Dalam realisasinya IKU ini tercapai 100,0% dengan gambaran sebagai berikut :
Tabel 13
Perbandingan Target dan Capaian IKU Penerapan Sistem PBK
Target/ Realisasi
Q1
Q2
Q3
Q4
Y-2014
a. Target
25,0%
50,0%
75,0%
100,0%
100,0%
b. Realisasi
15,0%
50,0%
75,0%
100,0%
100,0%
60,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Indeks
Adapun uraian atas IKU tersebut dijabarkan ke dalam beberapa kegiatan yang dilaksanakan
untuk memenuhi target penerapan sistem PBK ini antara lain:
a. Pedoman Arsitektur dan Informasi Kinerja RKA-K/L (ADIK) telah ditetapkan dan tercantum dalam
Lampiran V PMK Nomor 136/PMK.02/2014 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L.
b. Pelatihan bagi Petugas Pendampingan DJA sebanyak 60 orang yang akan diproyeksikan sebagai
pendamping K/L pada saat diseminasi dan penyusunan ADIK mitra kerjanya yang dilaksanakan pada
tanggl 8-9 Agustus 2014 di Bogor.
c. Diseminasi kepada pegawai internal (seluruh pegawai Direktorat Anggaran I, II, dan III) yang
dilaksanakan pada tanggal 18-20 Agustus 2014 di Jakarta.
d. Pelatihan Penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja dalam RKA-K/L kepada perwakilan seluruh K/L
dengan jumlah peserta sebanyak 334 (tiga ratus tiga puluh empat) dilaksanakan pada tanggal 15-19
September di Jakarta.
e. Menindaklanjuti Pelatihan Penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja dalam RKA-K/L pada tanggal 1519 September, telah dibuatkan surat dari Dirjen Anggaran kepada K/L untuk menyusun informasi
kinerja yang akan digunakan pada saat penyusunan RKA-K/L 2016 sesuai dengan arsitektur baru.
f. Pelatihan ADIK yang kedua telah dilaksanakan pada tanggal 20 November 2014 di Ballroom
Dhanapala diikuti oleh 109 (seratus sembilan) peserta internal DJA dan 429 (empat ratus dua puluh
sembilan) peserta perwakilan seluruh K/L.
Berdasarkan evaluasi atas implementasi ADIK tahun 2014 disimpulkan bahwa kendala terbesar
implementasi ADIK ini adalah belum adanya kesamaan pemahaman terhadap rumusan konsep ADIK.
Untuk mengatasi kendala tersebut, DJA pada masa mendatang akan melaksanakan kegiatan sebagai
berikut:
a. Membangun pemahaman terus menerus kepada internal DJA dan K/L atas penyempurnaan
implementasi ADIK;
b. Melakukan reviu secara detil terhadap implementasi hasil penataan ADIK yang telah dikirim oleh
seluruh K/L.
b. Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN 999.07 dan 999.08
Opini Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) merupakan pernyataan profesional pemeriksa
mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Pernyataan tersebut
didasarkan pada 4 (empat) kriteria yaitu kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintah, kecukupan
pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan terhadap perundang-undangan, dan efektivitas sistem
pengendalian intern.
BPK memberikan opini atas laporan keuangan dengan penilaian tidak menyatakan pendapat
(disclaimer of opinion) sebagai opini paling rendah, tidak wajar (adversed opinion), wajar dengan
pengecualian (qualified opinion), dan wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) sebagai opini paling
tinggi.
Badan Pemeriksa Keuangan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 dan UndangUndang Nomor 15 Tahun 2004, telah melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Bendahara Umum
Negara (LK BUN) Tahun 2013, yang terdiri dari Laporan Arus Kas (LAK), Neraca, Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
20
LAPORAN KINERJA DJA 2014
Pemeriksaan ini ditujukan untuk memberikan opini atas kewajaran penyajian angka dalam
LKBUN Tahun 2013 dengan memperhatikan kesesuaian penyajian laporan keuangan dengan Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP), kecukupan pengungkapan informasi keuangan dalam laporan keuangan
sesuai dengan pengungkapan yang diatur dalam SAP, efektivitas sistem pengendalian intern, dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Ditjen Anggaran sebagai salah satu Pembantu Pengguna Anggaran (PPA) Bendahara Umum
Negara (BUN) memiliki kontribusi untuk memberikan penyajian laporan keuangan BA 999.07 (Belanja
Subsidi) dan BA 999.08 (Belanja Lain-lain) sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk itu, terdapat target IKU
Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN 999.07 dan 999.08 yang capaiannya menjadi tanggung jawab
Ditjen Anggaran. IKU ini untuk mengukur kualitas laporan keuangan khususnya BA Bendahara Umum
Negara 999.07 dan 999.08. Adapun formula perhitungan IKU ditetapkan sebagai berikut :
Indeks Opini BA 999.07  Indeks Opini BA 999.08
2
Adapun pada tahun 2014 ditetapkan target dan realisasi sebagai berikut :
Tabel 14
Perbandingan Target dan Capaian IKU Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN (999.07 dan 999.08)
Laporan Keuangan
Target
Capaian
Indeks
BA 999.07 (Belanja Subsidi)
4
4
120
BA 999.08 (Belanja Lain-lain)
4
4
120
Capaian di atas mengacu penerbitan opini BPK atas Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara
(LK BUN) Tahun Anggaran 2013 sesuai Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI Nomor 67a/LHP/XV/ 05/2014
tanggal 26 Mei 2014. Selanjutnya, perkembangan opini BPK atas pengelolaan LK BUN dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 07
Perkembangan Opini BPK atas LK BUN 999.07 dan 999.08
4
3.5
3
2.5
BA 999.07
2
BA 999.08
1.5
1
0.5
0
2010
2011
2012
2013
Dalam rangka mempertahankan nilai Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN tersebut, DJA
akan meningkatkan koordinasi dengan para Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) BUN BA 999.07 (Belanja
Subsidi) dan BA 999.08 (Belanja Lain-lain) atas penyusunan pertanggungjawaban pengelolaan anggaran
dan penyusunan laporan keuangannya pada satuan kerja terkait. Upaya tersebut ditempuh melalui
bimbingan teknis aplikasi, sistem akuntansi, dll. Disamping itu, juga tetap melakukan monitoring dan
evaluasi (monev) kepada para KPA.
LAPORAN KINERJA DJA 2014 21
c. Penyelesaian Revisi Anggaran yang Tepat Waktu
Revisi DIPA dimaksudkan untuk melakukan perubahan dan/atau pergeseran rincian anggaran
pada DIPA tahun berjalan. Perubahan-perubahan tersebut dapat berupa perubahan pagu, perubahan
kegiatan, output, sub output, komponen, sub komponen, akun dan informasi lain dalam format DIPA.
Revisi anggaran dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai tata cara revisi anggaran
sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 7/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Revisi DIPA Tahun 2014.
Sesuai standar pelayanan penyelesaian revisi anggaran Non APBN-P pada DJA, yang ditetapkan
melalui Keputusan Dirjen Anggaran Nomor KEP-28/AG/2014, jangka waktu penyelesaian usulan revisi
ditetapkan 5 (lima) hari kerja setelah dokumen diterima lengkap (untuk usulan revisi anggaran yang
memerlukan penelaahan). Namun demikian, penyelesaian revisi DIPA ini tidak memperhitungkan revisi
yang diakibatkan adanya kebijakan pemotongan APBN. Hal tersebut disebabkan persetujuan dari DPR
yang serta lama diterima DJA, penyusunan konsep nota dinas yang cukup memakan waktu
(mencantumkan alasan pemotongan), masih adanya perbedaan persepsi antar kanwil DJPB dalam
menyikapi revisi DIPA yang diakibatkan pemotongan anggaran. Adapun target dan capaian IKU ini pada
setiap triwulan digambarkan sebagai berikut:
Tabel 15
Perbandingan Target dan Capaian IKU Penyelesaian Reviai Anggaran yang Tepat Waktu
Target/ Realisasi
Q1
Q2
Q3
Q4
Y-2014
a. Target
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
b. Realisasi
116,0%
99,6%
105,5%
109,5%
107,6%
116,0
99,6
105,5
109,5
107,6
Indeks
Detil dari progress penyelesaian pada masing-masing direktorat dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 16
Capaian IKU Penyelesaian Reviai Anggaran yang Tepat Waktu Per Direktorat
Revisi
Tepat
Waktu
Revisi < 5 hari kerja
Unit Eselon II
Jumlah
Revisi
4 hari 3 hari 2 hari 1 hari Total
Revisi > 5 hari kerja
(5 hari
6 hari 7 hari
kerja)
>7
hari
Total
Dit. Anggaran I
281
38
56
95
36
225
22
16
8
10
34
Dit. Anggaran II
218
34
70
43
41
188
24
1
3
2
6
Dit. Anggaran III
170
25
25
33
43
126
39
1
1
3
5
Total
669
97
151
171
120
539
85
18
12
15
45
Kendala yang dialami dalam memroses revisi anggaran terutama disebabkan kompleksitas dalam
penyelesaian usulan revisi DIPA. Untuk itu, DJA dalam tahun mendatang merencanakan melakukan upaya
sebagai berikut:
a. Melakukan kajian atas penerapan PMK revisi DIPA;
b. Melakukan perbaian proses bisnis penyelesaian revisi dan reviu/perbaikan SOP terkait.
22
LAPORAN KINERJA DJA 2014
Sasaran Strategis : Monitoring dan Evaluasi yang Efektif
Konsep penganggaran berbasis kinerja yang diterapkan secara penuh mulai tahun anggaran 2011
tercermin dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang disusun oleh K/L. Dalam penyusunan RKA-K/L,
digunakan tiga instrumen yaitu indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja (pasal 5 Peraturan
Presiden Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan RKA-K/L). Monitoring dan evaluasi (monev) yang efektif
dapat dilakukan dengan mengamati, mengecek dengan cermat, memantau pekerjaan maupun laporan agar
pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku. Salah satu monev tersebut
adalah melakukan evaluasi atas kinerja suatu satuan kerja.
Evaluasi kinerja merupakan hal yang penting dalam siklus penganggaran. Pasal 20 PP Nomor 90
tahun 2010 menyatakan bahwa hasil pemantauan dan evaluasi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
penerapan ganjaran dan sanksi dalam penetapan Pagu Anggaran K/L. Penerapan sistem penghargaan
(reward) dan sanksi (punishment) bertujuan untuk mendorong K/L agar meningkatkan kualitas belanjanya.
Memperhatikan hal tersebut, Sasaran Strategis ini dituangkan ke dalam IKU Penyempurnaan Sistem Reward
dan Punishment. Sasaran Strategis tersebut dimaksudkan untuk mendukung tercapainya indikator dalam
Rencana Strategis Kementerian Keuangan berupa tersedianya norma penganggaran berbasis kinerja dan
penerapan MTEF yang kredibel dan tepat waktu. Untuk mendukung tercapainya Sasaran Strategis ini
dialokasikan dana sebesar Rp54.750.000,- dalam DIPA DJA Tahun 2014. Realisasi atas pencapaian IKU ini
sebesar Rp54.750.000,- (100%).
Tabel 17
Capaian Sasaran Strategis Monitoring dan Evaluasi yang Efektif
No. Kode IKU
6
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
Monitoring dan evaluasi yang efektif
6a-N
Penyempurnaan sistem reward dan punishment
Nilai
120,00
100,00%
100,00%
120,00
Tahun 2014 merupakan tahun keempat implementasi sistem reward dan punishment atas
pelaksanaan anggaran belanja K/L. Sesuai dengan amanat Pasal 16 UU Nomor 23 Tahun 2013 tentang APBN
Tahun Anggaran 2014, pemerintah perlu menerapkan sistem reward dan punishment atas pelaksanaan
anggaran belanja K/L Tahun Anggaran 2013 dan hasilnya diperhitungkan dalam penetapan alokasi anggaran
belanja K/L tahun anggaran 2015. Amanat tersebut selaras dengan Peraturan Presiden nomor 89 Tahun 2013
tentang Pemberian Penghargaan dan Pengenaan Sanksi Atas Pelaksanaan Anggaran Belanja K/L.
Dalam rangka penerapan sistem penghargaan dan sanksi atas pelaksanaan anggaran belanja K/L
tahun 2014, DJA telah melakukan kajian atas implementasi sistem tersebut selama tiga tahun sebelumnya
(2011-2013). Hasil kajian menunjukkan sistem tersebut tidak efektif dalam mendorong kinerja penganggaran
K/L. Menindaklanjuti amanat UU APBN tahun 2014 serta mempertimbangan hasil kajian tersebut, DJA
melakukan revisi atas PMK nomor 89 tahun 2013. Penyempurnaan sistem reward dan punishment melalui
tahapan:
1. Melakukan kajian;
2. Penyelesaian peraturan perundang-undangan terkait reward dan punishment (PMK Revisi tentang reward
dan punishment (31 Desember 2014).
Dalam memenuhi IKU tersebut telah dilaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Telah ditetapkan PMK Nomor 158/PMK.02/2014 pada tanggal 5 Agustus 2014 tentang Tata Cara
Pemberian Penghargaan dan Pengenaan Sanksi atas Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian
Negara/Lembaga;
b. Telah ditetapkan KMK Nomor 575/KMK.02/2014 pada tanggal 27 November 2014 tentang Penetapan
Pemberian Penghargaan dan Pengenaan Sanksi atas Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2013.
LAPORAN KINERJA DJA 2014 23
Sasaran Strategis: SDM yang kompetitif
SDM yang Kompetitif adalah SDM yang mampu membangun organisasi untuk mencapai keunggulan
kompetitif, yaitu memiliki kepemimpinan yang tepat, memanfaatkan semua informasi yang diterima dengan
tepat dan memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk keberhasilan organisasi. Sasaran Strategis ini terdiri
atas IKU Persentase Pejabat yang Telah Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan.
Sasaran Strategis tersebut merupakan penjabaran indikator Rencana Strategis Kementerian Keuangan
berupa persentase jumlah pegawai yang memenuhi standar jam latihan. Alokasi dalam DIPA DJA Tahun 2015
yang dialokasikan untuk mendukung tercapainya Sasaran Strategis ini sebesar Rp5.613.080.000,-. Realisasi
belanja dalam rangka pencapaian IKU ini sebesar Rp4.941.068.342,- (88,03%).
Pada penetapan kontrak kinerja ditargetkan selama tahun 2014 sebesar 97,00%. Target ini lebih tinggi dari
tahun 2013 sebesar 87%. Pada tahun 2013, realisasi atas capaian IKU ini 97,50 %. Pada tahun 2014, realiasi
atas capaian IKU ini tercapai 97,10%, dengan gambaran sebagai berikut:
Tabel 18
Capaian Sasaran Strategis SDM yang Kompetitif
No. Kode IKU
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
Nilai
Learning & Growth Perspective (30%)
7
98,05
SDM yang kompetitif
100,10
Persentase pejabat yang telah memenuhi
standar kompetensi jabatan *
7a-CP
97,00%
97,10%
100,10
Gambar 08
Perkembangan Indeks Persentase penyusunan KPJM oleh Penanggung Jawab Program
(dalam %)
100
95
90
85
80
93
90
93
90
94.4
97.1
97
82.5
2010
2011
Target Realisasi
2012
2014
Realisasi
Dalam rangka mendorong peningkatan kualitas manajemen pemerintahan dan peningkatan kualitas
layanan publik, maka pemetaan kompetensi yang dibutuhkan setiap jabatan untuk mencapai standar yang
ditetapkan merupakan suatu keniscayaan.
Manfaat penyusunan standar kompetensi bagi organisasi adalah :
a. Pemetaan yang akurat mengenai kompetensi angkatan kerja yang ada yang dibutuhkan
b. Meningkatnya efektifitas rekrutmen dengan cara menyesuaikan kompetensi yang diperlukan dalam
pekerjaan dengan yang dimiliki pelamar
c. Pendidikan dan Pelatihan difokuskan pada kesenjangan ketrampilan dan persyaratan ketrampilan dan
persyaratan ketrampilan perusahaan yang lebih khusus
d. Akses pada Pendidikan dan Pelatihan yang lebih efektif dari segi biaya berbasis kebutuhan organisasi dan
identifikasi penyedia Pendidikan dan Pelatihan internal dan eksternal berbasis kompetensi yang diketahui
e. Pengambil keputusan dalam organisasi akan lebih percaya diri karena karyawan telah memiliki
ketrampilan yang akan diperoleh dalam Pendidikan dan Pelatihan
f. Penilaian pada pembelajaran sebelumnya dan penilaian hasil Pendidikan dan Pelatihan akan lebih reliable
dan konsisten
g. Mempermudah terjadinya perubahan melalui identifikasi kompetensi yang diperlukan untuk mengelola
perubahan.
24
LAPORAN KINERJA DJA 2014
Capaian kinerja IKU ini s.d. 31 Desember 2014 sebesar 97,1%, yang berasal dari pengukuran standar
kompetensi jabatan pejabat eselon II, III, IV dengan JPM > 72,0% dibandingkan dengan jumlah pejabat
eselon II, III, dan IV yang telah mengikuti assesment center , dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 19
Rekapitulasi Jumlah Pejabat yang Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan Per Eselon
Level
Eselon
No
Jumlah Pejabat DJA yang telah
mengikuti assesment centre
Jumlah Pejabat yang
memenuhi SKJ
Jumlah
Persentase
1.
Eselon II
8
8
100,0%
2.
Eselon III
43
42
97,6%
3.
Eselon IV
160
155
96,9%
Total
211
205
97,1%
Dari tabel di atas terlihat bahwa hampir semua (97,1%) pejabat DJA telah memenuhi SKJ. Sedangkan
terhadap pejabat yang memiliki gap kompetensi, maka akan ditugaskan untuk mengikuti diklat/training
berbasis kompetensi terkait.
Sasaran Strategis: Organisasi Sehat yang Berkinerja Tinggi
Organisasi yang sehat adalah organisasi yang memenuhi kriteria kondisi internal mencakup unsur
yaitu arahan, akuntabilitas, koordinasi dan kendali, orientasi eksternal, kepemimpinan, inovasi dan
pembelajaran, kemampuan, motivasi, budaya dan iklim. Kesehatan organisasi sangat menentukan perjalanan
roda organisasi mencapai visi dan misi yang telah dicanangkan. Untuk itu, keberadaan implementasi program
transformasi kelembagaan yang digulirkan Kementerian Keuangan sejak tahun 2014 harus didukung oleh
seluruh pegawai DJA. Untuk mensuksesnya program transformasi kelembagaan ini dalam DIPA DJA Tahun
2014 telah dialokasikan dana sebesar Rp501.556.000,-. Realisasi atas pencapaian IKU ini sebesar
Rp395.208.991,- (78,80%). Selanjutnya, Sasaran Strategis ini terdiri atas IKU Indeks Kesehatan Organisasi
dan IKU Persentase Implementasi Inisiatif Transformasi Kelembagaan dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 20
Capaian Sasaran Strategis Organisasi Sehat yang Berkinerja Tinggi
No. Kode IKU
8
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
Organisasi sehat yang berkinerja tinggi
8a-CP
Indeks Kesehatan Organisasi *
8b-CP
Persentase implementasi inisiatif Transformasi
Kelembagaan *
Nilai
99,07
68,00
67,00
98,52
100,00%
100,00%
100,00
a. Indeks Kesehatan Organisasi
Dalam rangka mencapai organisasi Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang sehat dan
berkinerja tinggi, maka Kemenkeu setiap tahun melakukan Survei Penilaian Kesehatan Organisasi
Kementerian Keuangan (Ministry of Finance Organizational Fitness Index/MOFIN). Survei penilaian
kesehatan organisasi dikembangkan untuk memberikan pemahaman dan diagnostik awal atas kondisi
aspek-aspek organisasi yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi tersebut dalam jangka panjang.
Metode pengukuran indeks kesehatan organisasi (Organizational Health Index atau OHI) dikembangkan
oleh Keller dan Price (2011), dimana menurut teori ini kinerja tinggi yang berkesinambungan ditentukan
oleh tingkat kesehatan sebuah organisasi.
Survei kesehatan organisasi telah dilakukan di Kementerian Keuangan pada tahun 2014.
Selanjutnya, dengan mengevaluasi pelaksanaan survei tersebut, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
LAPORAN KINERJA DJA 2014 25
bersama para tenaga ahli mengembangkan sebuah survei, yaitu Survei Penilaian Kesehatan Organisasi
Kementerian Keuangan, untuk mengukur Indeks Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan ( Ministry of
Finance Organizational Fitness Index atau MOFIN). Survei ini dikembangkan berdasarkan teori dari Keller
dan Price (2011) dan disesuaikan dengan kondisi Kementerian Keuangan sebagai sebuah institusi sektor
publik.
Di tahun 2014, survey MOFIN dilaksanakan secara online pada tanggal 3 s.d. 16 November 2014.
Hasil survei tersebut didapat Indeks Kesehatan Organisasi DJA mendapat skor 67, meningkat tajam
dibanding tahun lalu dengan skor 54. Adapun detil penilaian masing-masing unsur sebagai berikut:
26
LAPORAN KINERJA DJA 2014
Gambar 09
Penilaian Masing-masing Unsur Penyumbang Indeks Kesehatan Organisasi DJA
75
80
70
60
50
75
72
68
59
48
51
50
62
71
67
64
60
52
52
51
61
44
40
30
20
10
-
ARAHAN
LEADERSHIP
BUDAYA & IKLIM AKUNTABILITAS KOORDINASI &
KENDALI
2013
KAPABILITAS
MOTIVASI
ORIENTASI
EKSTERNAL
INOVASI &
PEMBELAJARAN
2014
Aspek motivasi perlu menjadi salah satu unsur yang harus mendapat perhatian terutama
pengaruh insentif yang diterima tidak sebanding dengan beban kerja dan tanggung jawab/risiko atas
pekerjaan bagi pegawai. DJA pada tahun mendatang merencanakan beberapa kegiatan dalam rangka
meningkatkan indeks ini, yaitu:
1. Mengidentifikasi unsur unsur yang menyumbang tidak maksimalnya skor pada masing-masing aspek
2. Menyusun rencana aksi yang mendukung peningkatan Indeks Kesehatan Organisasi
b. Persentase Implementasi Inisiatif Transformasi Kelembagaan
Dalam rangka meningkatkan kinerja secara signifikan, pelayanan kepada stakeholder, dan
sebagai upaya perwujudan good governance serta kelanjutan program reformasi birokrasi, Kementerian
Keuangan mencanangkan program transformasi kelembagaan. Program ini bertujuan untuk mengatasi
berbagai tantangan dan mengupayakan terbentuknya organisasi yang efektif dan efisien dalam
menyelaraskan visi, misi dan mengintegrasikan rencana strategi organisasi untuk mencapai sasaran
strategis. Kementerian Keuangan harus bertransformasi untuk meninggalkan sekat-sekat sektoral dan
harus lebih berorientasi pada proses bisnis yang terintegrasi, berbasis pada teknologi informasi dan
sumber daya manusia yang unggul. Perbaikan internal organisasi Direktorat Jenderal Anggaran
menghasilkan blueprint TK yang didalamnya berisi 6 inisiatif yang diimplementasikan pada tahun 2014 dan
seterusnya.
IKU ini mengukur pelaksanaan inisiatif yang akan jatuh tempo pada tahun 2014 sesuai jadwal
yang telah ditetapkan. Berdasarkan WBS (Work Breakdown Structure) CTO Kementerian Keuangan sampai
dengan 31 Desember 2014 diperoleh rata-rata capaian output adalah 100% dengan rincian sebagai
berikut:
LAPORAN KINERJA DJA 2014 27
Tabel 21
Capaian IKU Persentase Implementasi Inisiatif Transformasi Kelembagaan
Inisiatif/Bidang
Insiatif
Insiatif
Insiatif
Insiatif
Insiatif
Insiatif
I
II
III
IV
V
VI
Jumlah
Output
Persentase Capaian Masing-Masing
Inisiatif
Persentase
Capaian
Output
5
7
7
6
8
13
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Adapun capaian masing-masing inisiatif sebagai berikut:
a. Inisiatif I telah menyelesaian pedoman ADIK, persiapan dalam implementasi ADIK, dan penyesuaian
format baru dokumen anggaran.
b. Inisiatif II telah menyelesaikan pengembangan sistem IT untuk mendukung Single Point of Contact.
c. Inisiatif III telah menyelesaikan langkah-langkah perbaikan penyusunan reviu baseline.
d. Inisiatif IV telah menyelesaikan data warehouse tunggal penganggaran dan standardisasi usulan
format persetujuan DPR.
e. Inisiatif V telah menyelesaikan penyiapan task force penganggaran ke K/L.
f. Inisiatif VI telah menyelesaikan pengembangan program pelatihan untuk kemampuan baru terkait
dengan analis anggaran di DJA
Dalam rangka mempertahankan capaian masing-masing inisitaif ini, DJA akan melakukan
monitoring dan evaluasi secara berkala atas implementasi rencana pada masing-masing inisiatif
Transformasi Kelembagaan DJA.
Sasaran Strategis : TIK yang Terintegrasi
Sistem informasi dikoordinir secara terpusat untuk menjamin bahwa data yang diproses dapat
dioperasikan secara terencana dan terkoordinasi. Semuanya untuk menjamin bahwa informasi melewati dan
menuju subsistem yang diperlukan serta menjamin bahwa sistem informasi bekerja secara efisien. Sasaran
Strategis berupa Teknologi Informasi dan Komputer yang Terintegrasi merupakan suatu kebutuhan organisasi
yang memiliki proses bisnis skala nasional. Untuk mendukung Sasaran Strategis ini dalam DIPA DJA Tahun
2014 telah dialokasi dana sebesar Rp961.495.000,-. Realisasi atas pencapaian IKU ini sebesar
Rp881.805.109,- (91,71%). Prioritas Sasaran Strategis ini dijabarkan dalam IKU Implementasi Penelaahan
RKA-K/L Online dengan realisasi 100%, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 22
Capaian Sasaran Strategis TIK yang Terintegrasi
No. Kode IKU
9
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
TIK yang terintegrasi
9a-N
Implementasi penelaahan RKA-K/L online
Nilai
100,00
50,00%
50%
100,00
Penelaahan RKA-K/L merupakan forum penelaahan RKA-K/L antara kementerian/lembaga dengan
Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan. Dokumen RKA-K/L yang ditelaah dalam forum
penelaahan merupakan dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisikan program dan kegiatan
suatu Kementerian Negara/Lembaga (K/L) yang disusun sesuai dengan amanat dalam PP Nomor 90 Tahun
2010. Penelaahan dokumen RKA-K/L tersebut dimaksudkan untuk memastikan hal-hal sebagai berikut (1).
Rencana kinerja yang dituangkan dalam RKA-K/L konsisten dengan yang tertuang dalam RKP, (2). Untuk
mencapai rencana kinerja tersebut dialokasikan dana yang efisien dalam tataran perencanaan; dan
28
LAPORAN KINERJA DJA 2014
(3). Dalam pengalokasiannya telah mengikuti ketentuan penerapan penganggaran terpadu, penganggaran
berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah.
Dalam pelaksanaannya, penelaahan RKA-K/L dilakukan dengan Penelaahan Tatap Muka oleh pihakpihak terkait yang melaksanakan penelaahan pada suatu tempat di Direktorat Jenderal Anggaran ( face to
face). Sesuai tuntutan reformasi birokrasi, sejak tahun 2013 diperkenalkan Penelaahan Online (ujicoba pada
Komisi Pemberantasan Korupsi dan Mahkamah Konstitusi). Penelaahan RKA-K/L Online tersebut
menggunakan fasilitas komputer dan internet yang melibatkan peserta penelaahan melalui interaksi pada
sebuah aplikasi berbasis web sehingga terbentuk sebuah forum online. Perubahan metode penelaahan ini
menjadikan pihak-pihak terkait melaksanakan penelaahan berada di tempat tugasnya masing-masing.
Pada tahun 2014, jumlah K/L yang menggunakan Penelaahan Online dalam penelaahan RKA-K/L
terus diperbanyak. Penggunaan Penelaahan Online telah diterapkan kepada 43 K/L tambahan atau sekitar
50% dari jumlah keseluruhan K/L yang ada. Terobosan melalui pemanfaatan teknologi ini telah memotong
jalur birokrasi dan efisiensi pengeluaran negara.
DJA pada tahun depan bermaksud melakukan evaluasi atas perjalanan implementasi penelaahan
RKA-K/L online di 43 K/L, serta melakukan persiapan pengembangan implementasi pada K/L yang tersisa.
Sasaran Strategis: Pelaksanaan Anggaran yang Optimal
Dana yang tersedia dalam dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA), harus dikelola sesuai rencana
yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan anggaran menggunakan prinsip
hemat, efisien, dan tidak mewah dengan tetap memenuhi output sebagaimana telah direncanakan dalam
DIPA. Untuk mendukung Sasaran Strategis ini dalam DIPA DJA Tahun 2014 telah dialokasi dana sebesar
Rp278.896.000,-. Realisasi atas pencapaian IKU ini sebesar Rp223.336.000,- (80,08%)
Tabel 23
Capaian Sasaran Strategis Pelaksanaan Anggaran yang Optimal
No. Kode IKU
10
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
Pelaksanaan anggaran yang optimal
10a-CP
Nilai
93,04
Persentase penyerapan anggaran dan
pencapaian output belanja *
95,00%
88,40%
93,04
Implementasi pengelolaan anggaran diukur atas 2 (dua) komponen, yaitu:
penyerapan anggaran;
Komponen ini mengukur kesesuaian realisasi belanja Belanja Barang dan Belanja Modal yang
dilaksanakan dibandingkan pagu Belanja Barang dan Belanja Modal yang telah ditetapkan di
lingkungan Kementerian Keuangan (BA 015). Belanja pegawai tidak diukur karena penyerapannya
relatif mudah tercapai.
b. pencapaian output:
Komponen ini mengukur pencapaian keluaran dibandingkan dengan rencana keluaran baik dalam
bentuk volume maupun indikator yang perhitungannya menggunakan Surat Edaran Menteri Keuangan
Nomor 07/MK/2014.
Berdasarkan pengukuran tersebut, diperoleh capaian realisasi anggaran dan output sebagai berikut:
Tabel 24
Capaian IKU Persentase Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja
a.
Rincian
Target
Realisasi
Realisasi Anggaran
95%
84,7%
Realisasi Output
95%
92,0%
Capaian IKU
95%
88,4%
LAPORAN KINERJA DJA 2014 29
Alasan tidak tercapainya target IKU Persentase Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output
tersebut disebabkan:
a. Perubahan kebijakan penggunaan anggaran pada triwulan IV berupa larangan konsinyering di hotel dan
pembatasan perjalanan dinas yang berpengaruh pada pencapaian output (beberapa kegiatan yang telah
dijadwalkan pada triwulan IV tidak dapat direalisasikan misalnya penyusunan laporan keuangan).
b. Perbedaan perhitungan capaian output antara SE-07/MK/2014 dengan output yang telah direalisasikan
oleh unit kerja. Meskipun output telah direalisasikan tanpa melakukan konsinyering dan perjalanan dinas.
c. Efisiensi atas realisasi belanja modal sebesar 2,8% (pada saat negoisasi).
Khusus untuk perhitungan realisasi penyerapan anggaran DIPA DJA Tahun 2014 sebagai berikut:
Tabel 25
Penyerapan DIPA DJA untuk Belanja Barang dan Belanja Modal
No
Belanja
Pagu DIPA
Realisasi
(SP2D)
% realisasi
s.d. 31 Des
1
Barang
Rp71,3M
Rp59,9M
84,1%
2
Modal
Rp3,4M
Rp3,3M
97,1%
Rp74,6M
Rp63,2M
84,7%
Jumlah
Tabel 25
Capaian Output Per Kegiatan pada DIPA DJA
Output Proses
No.
Kegiatan/Output
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
Target 2014 Realisasi
(%)
s.d.Des
95%
92,06%
1 Pengelolaan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (ABPP)
100,00%
2 Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan
Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (BSBL)
69,64%
3 Penyusunan Rancangan APBN
100,00%
4 Pengelolaan PNBP dan Subsidi
87,40%
5 Pengembangan Sistem Penganggaran
100,00%
6 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
Direktorat Jenderal Anggaran
100,00%
7 Harmonisasi Peraturan Penganggaran
87,37%
Untuk mengantisipasi tidak terpenuhinya IKU yang sama pada tahun mendatang, DJA akan
melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Melakukan penajaman atas rencana kegiatan dan pembiayaan yang tercantum dalam DIPA TA 2015
tanpa menghilangkan efektivitas pencapaian outcome;
2. Meningkatan evaluasi dan monitoring penyerapan anggaran dan pencapaian output
30
LAPORAN KINERJA DJA 2014
B. Capaian Kinerja Lainnya
1. Sistem Informasi Penerimaan Negara
Bukan Pajak Online (SIMPONI)
Dalam rangka mewujudkan
penatausahaan penerimaan negara yang lebih
mudah, aman, cepat, akurat, dan efisien,
Kementerian Keuangan membuat sistem
penerimaan negara yang terintegrasi dengan
menggunakan single database melalui Modul
Penerimaan Negara (MPN). Saat ini sedang
dijalankan MPN Generasi 2 (MPN G2).
Selaras dengan program Kementerian
Keuangan tersebut, Ditjen Anggaran
berkomitmen untuk mewujudkan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) yang optimal
dengan tetap menjaga pelayanan kepada
masyarakat. Salah satu perwujudan misi
tersebut adalah dengan membangun sistem
billing penerimaan negara yang terintegrasi
dengan MPN G2 melalui Sistem Informasi
Penerimaan Negara Bukan Pajak Online
(SIMPONI).
Penggunaan SIMPONI yang relatif
sederhana (simple), mudah digunakan (user
friendly), aman (safe) dan mudah diakses
(accessible), membawa dampak positif bagi
penerimaan negara. Implementasi SIMPONI
dapat membantu pencapaian target PNBP.
Berdasarkan data realisasi PNBP, diketahui
bahwa pembayaran PNBP via SIMPONI di
tahun 2014 mencapai Rp199,32 Triliun (51%
dari total target PNBP sebesar Rp386,95
Triliun). Sedangkan 49% lainnya adalah
pembayaran PNBP melalui channel non
SIMPONI, seperti Surat Setoran Bukan Pajak
(SSBP) dan Real Time Gross Settlemen (RTGS).
Fakta ini menandakan bahwa
penggunaan SIMPONI diterima oleh
Kementerian/Lembaga, perusahaan, maupun
masyarakat yang bertindak sebagai Wajib
Bayar/Wajib Setor PNBP. Tersedianya fasilitas
pembayaran 24 jam dan fasilitas penyetoran
yang disediakan oleh collecting agents, antara
lain ATM, internet banking, Electronic Data
Capture (EDC), teller dan Kantor Pos
membuktikan bahwa SIMPONI meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat. Hingga saat ini
telah ada 48 K/L yang telah
mengimplementasikan SIMPONI.
Sebagai sistem pembayaran PNBP,
SIMPONI juga mengakomodasi integrasi
dengan berbagai sistem pembayaran/
penyetoran PNBP yang telah dibangun K/L
melalui fasilitas web service.
Dengan integrasi ini, data yang ada di
K/L dapat dialirkan ke SIMPONI (dan
sebaliknya) sehingga tidak terjadi duplikasi
pekerjaan (entry data). Saat ini sedang
dijalankan proses integrasi antara SIMPONI
dengan sistem pembayaran yang ada di
beberapa K/L, seperti Kementerian Pertanian,
Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian
Kesehatan, serta Kementerian ESDM.
Proses integrasi ini akan terus dilakukan
pada tahun mendatang bersama dengan K/L
lainnya. Pada pengembangan selanjutnya,
implementasi SIMPONI diharapkan dapat
berperan dalam memaksimalkan penerimaan
mineral dan batubara (minerba). Melalui
integrasi antara sistem SIMPONI, Kementerian
Keuangan dengan sistem Minerba One Map
Indonesia (MOMI), Kementerian ESDM,
diharapkan tersusun data potensi dan realisasi
penerimaan sektor pertambangan umum.
Dengan database tersebut, dapat
diketahui selisih antara potensi penerimaan dan
realisasi penerimaan sektor minerba sehingga
dapat diformulasikan langkah-langkah lebih
lanjut untuk meminimalkan kerugian
penerimaan minerba. Dengan demikian,
SIMPONI membantu meningkatkan kualitas
penatausahaan data PNBP dan peningkatan
penerimaan negara, dan secara tidak langsung
berperan aktif dalam menjaga sumberdaya
alam Indonesia.
Melalui akses database history yang
disediakan oleh SIMPONI diharapkan K/L dapat
memetakan jenis/tarif PNBP yang idle dan
LAPORAN KINERJA DJA 2014 31
jenis/tarif PNBP yang berpotensi untuk
ditingkatkan penerimaannya. Tarif yang terlalu
kecil dibandingkan dengan biaya operasional
satker dalam memberikan pelayanan bisa
diusulkan untuk segera dilakukan perubahan.
Hasil analisa juga dapat digunakan oleh K/L
dalam menyusun regulasi PNBP yang lebih up
to date, sehingga mampu menyumbang
penerimaan negara yang lebih besar. Artinya,
secara tidak langsung akan terbangun
bersama-sama database target dan realisasi
PNBP yang komprehensif sehingga kualitas
perencanaan dan perumusan kebijakan PNBP
semakin meningkat.
2. PENGGUNAAN KONSEP LOGIC MODEL
DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN
Sejalan dengan peningkatan realisasi
belanja negara, mulai tahun 2007 Pemerintah
menerapkan Penganggaran Berbasis Kinerja
(PBK) untuk melihat keterkaitan antara input
dengan output-nya. Dalam rangka penerapan
Penganggaran Berbasis Kinerja dan memenuhi
amanat PP 90 tahun 2010, Menteri Keuangan
menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No.
249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan
Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan RKA-K/L
yang mengatur sistem evaluasi program
seluruh K/L.
Selanjutnya, pada tahun 2012 dilakukan
evaluasi program dengan pendekatan selfevaluation atas program yang dilakukan oleh
masing-masing K/L. Pengukuran kinerja
dilakukan terhadap informasi referensi
Outcome-Output pada masing-masing program
K/L.
Hasil analisis terhadap informasi referensi
Output dan Outcome secara keseluruhan
mengindikasikan bahwa ternyata capaian
kinerja bagus belum sepenuhnya
32
LAPORAN KINERJA DJA 2014
mencerminkan bagusnya kualitas belanja K/L.
Berdasarkan temuan pada analisis Output
tersebut kemudian dikembangkan kajian dan
analisis untuk melihat isi program secara
keseluruhan dan ditemukan hasil sebagai
berikut (1). Tidak jelas yang mana merupakan
input, output, dan outcome, (2). Outcome
kurang jelas dan terlalu normatif, (3). Sulit
melihat relevansi antara input-output-outcome,
dan (5). Relevansi outcome terhadap need or
problem tidak terlihat karena informasi tersebut
di dalam RKA-K/L tidak ada.
Hasil analisis dan evaluasi mencerminkan
indikasi lemahnya arsitektur dan informasi
kinerja dalam RKA-K/L. Untuk itu, perlu
dilakukan penataan arsitektur dan informasi
kinerja dengan menggunakan pendekatan logic
model (LM) sehingga informasi kinerja dan
capaian program dari masing-masing K/L dapat
terukur, relevan dan lebih jelas.
Dalam konteks implementasi konsep logic
model dalam penataan Arsitektur Dan
Informasi Kinerja pada RKA-K/L TA 2016, halhal yang telah dilakukan pada tahun 2014
sebagai berikut.
Pertama, disiapkan landasan hukum
sebagai langkah awal penerapan penyusunan
anggaran berbasis logic model yang dituangkan
dalam PMK Nomor 136/PMK.02/2014 tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L.
Kedua, membekali para stakeholder dan
pihak-pihak terkait lainnya dalam proses
perencanaan penganggaran, telah dilakukan
pelatihan/workshop terkait dengan penataan
Arsitektur dan Informasi Kinerja.
Ketiga, menyampaikan surat ke seluruh
K/L agar menyampaikan rumusan logic model
masing-masing K/L. Berdasarkan reviu
sementara dari rumusan logic model yang
disampaikan ke DJA disimpulkan bahwa
sebagian sudah sesuai dengan konsep
penataan ADIK.
Keempat, melakukan proses developing
tabel-tabel referensi terkait penataan arsitektur
dan informasi kinerja yang diperlukan untuk
disesuaikan dengan aplikasi RKA-K/L DIPA
(software). Melalui tabel-tabel tersebut, K/L
diharapkan dapat melakukan simulasi terhadap
program dan informasi kinerjanya masingmasing sebelum di-input kedalam aplikasi RKAK/L DIPA. Diharapkan pada akhir Februari
2015, seluruh K/L telah menyampaikan
rumusan kinerja yang baru (Output dan
Outcome) agar dapat digunakan dalam
penyusunan RKA-K/L TA 2016.
3. PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI (MK)
NOMOR 35/PUU-XI/2013 DAN PROSES
PERENCANAAN-PENGANGGARAN
Melalui putusan Nomor 35/PUU-XI/2013,
tanggal 22 Mei 2014, Mahkamah Konstitusi
memangkas sebagian kewenangan Badan
Anggaran (Banggar) DPR RI. Lembaga tinggi
tersebut telah mengabulkan sebagian
permohonan pengujian Undang-Undang Nomor
27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan
DPRD (MD3) serta Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Berdasarkan putusan dimaksud, Banggar
DPR RI tidak lagi membahas mata anggaran
K/L secara teknis bersama Pemerintah sampai
satuan tiga (termasuk rincian kegiatan dan
jenis belanja). Melainkan, DPR RI hanya
membahas rincian sampai dengan unit
organisasi, fungsi, dan program. Fungsi
anggaran sebagai kewenangan DPR RI terkait
APBN adalah membahas dan menyetujui
RAPBN yang diajukan oleh Presiden. Selain itu,
DPR juga berwenang untuk mengawasi
pelaksanaan APBN yang sudah disetujui
bersama.
Mahkamah Konstitusi juga menghapus
kewenangan Banggar DPR RI dalam melakukan
pemblokiran anggaran (pemberian tanda
bintang) pada anggaran K/L yang dianggap
belum memenuhi syarat/kelengkapan
dokumen. Banggar sebagai salah satu alat
kelengkapan DPR RI hanya dapat menyatakan
setuju atau tidak setuju terhadap suatu mata
anggaran tanpa ada persyaratan tertentu.
Kondisi sebelum adanya putusan
Mahkamah Konstitusi, apabila persyaratan
belum terpenuhi, langkah yang biasa diambil
oleh DPR RI adalah pemblokiran anggaran.
Pemblokiran ini mengakibatkan suatu mata
anggaran tidak mendapat otorisasi untuk
digunakan pada saat pelaksanaan APBN yang
telah ditetapkan bersama. Disamping itu,
pemblokiran anggaran bukan termasuk pada
salah satu fungsi pengawasan DPR RI dan
dikhawatirkan menimbulkan penyalahgunaan
wewenang.
Secara garis besar, putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 35/PUU-XI/2013
menimbulkan beberapa implikasi.
Pertama, peran Pemerintah sebagai
lembaga eksekutif dalam penyusunan APBN
menjadi lebih besar. Hal tersebut membuat
Pemerintah lebih leluasa dalam memilih
kebijakan dan program yang akan
dilaksanakan. Hal ini berarti, kontrol anggaran
berada di Pemerintah, dalam hal ini oleh
Kementerian Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara.
Kedua, putusan Mahkamah Konstitusi
tersebut secara teknis akan berpengaruh
terhadap format dan struktur Nota Keuangan.
Hal ini dikarenakan, rincian sampai dengan
kegiatan dan jenis belanja tidak lagi
disampaikan ke DPR RI. Oleh karena itu,
format dan struktur NK dan RUU APBN beserta
dokumen pendukungnya perlu disesuaikan
dengan putusan Mahkamah Konstitusi
dimaksud. NK dengan format dan struktur baru
diusulkan hanya menguraikan rincian belanja
APBN sampai dengan fungsi dan program.
Mengacu pada amar putusan Mahkamah
Konstitusi tersebut, DJA telah menyesuaikan
format Nota Keuangan, RAPBN serta RUU APBN
Tahun 2015 sebagai APBN pertama yang
terdampak putusan Mahkamah Konstitusi.
Ketiga, DPR RI tidak lagi mempunyai
kewenangan untuk melakukan penundaan
persetujuan RKAKL (pemberian tanda
bintang/blokir). Oleh karena itu, seluruh
pembahasan/persetujuan oleh Komisi DPR RI
harus diberikan dalam batas waktu
penyelesaian (sebelum UU APBN disahkan).
Artinya, tidak ada lagi pembahasan anggaran
antara Pemerintah dengan DPR RI setelah RUU
APBN ditetapkan menjadi UU APBN. Berkenaan
dengan hal tersebut, K/L harus mempersiapkan
data dukung/dokumen tertulis antara lain:
Rencana Kerja Pemerintah, arah kebijakan,
hasil evaluasi program dan kinerja/capaian
output tahun anggaran sebelumnya, data
realisasi anggaran (per fungsi, program, dan
unit organisasi), kegiatan-kegiatan utama
(tanpa menyebut anggaran).
LAPORAN KINERJA DJA 2014 33
Dengan adanya kelengkapan data dukung
tersebut, jalannya pembahasan antara
Pemerintah dan DPR RI (diharapkan) menjadi
semakin berkualitas mengingat pembahasan
difokuskan pada hal-hal yang strategis di
tingkat program yaitu target, sasaran, dan
indikator kinerja. Tidak ada lagi pembahasan
yang berfokus pada suatu kegiatan/proyek
tertentu beserta anggarannya.
Selain itu, putusan Mahkamah Konstitusi
tersebut semakin memperkuat upaya
Pemerintah untuk memperbaiki kualitas
belanja. Salah satunya adalah melalui
penerapan anggaran berbasis kinerja. K/L
harus merumuskan output dan indikatorindikator kinerja program pada tingkatan yang
strategis, bukan lagi pada tataran input (alokasi
perjalanan dinas, jumlah gedung, atau
pengadaan mobil).
4. Wilayah Bebas Korupsi
Mewujudkan lingkungan pemerintahan
yang bebas dari korupsi merupakan dambaan
kita semua, berbagai upaya dilakukan oleh
negara untuk memberantas korupsi.
Pemberantasan korupsi dilakukan melalui
penindakan dan pencegahan. Penindakan
menghasilkan efek jera (deterrence effect )
tetapi berdampak kecil dan bersifat jangka
pendek, sedangkan pencegahan menghasilkan
dampak yang besar dan bersifat jangka
panjang. Sinergi kedua upaya tersebut, akan
menghasilkan deterrence effect dan dampak
yang besar/jangka panjang.
34
LAPORAN KINERJA DJA 2014
Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara-Reformasi Birokrasi (KemenpanRB)
sangat berkepentingan dan berusaha keras
dalam mewujudkan wilayah bebas korupsi
tersebut salah satunya dengan menerbitkan
Peraturan Menteri PANRB Nomor 60 Tahun
2012 tentang Pedoman Pembangunan Zona
Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi
dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di
Lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemda.
Sesuai Lampiran Permen PANRB tersebut ada 2
Indikator dalam Penilaian Wilayah Bebas
Korupsi masing masing indikator tersebut
terdiri dari beberapa poin sebagai berikut:
a. Indikator Hasil
Indikator Hasil adalah indikator yang
digunakan untuk mengukur efektifitas
pencegahan korupsi melalui pelaksanaan
20 kegiatan.
b. Indikator Proses
Indikator Proses adalah indikator yang
digunakan untuk mengukur tingkat
penerapan 20 kegiatan dalam rangka
pencegahan korupsi.
Pada Tahun 2014, Direktorat Anggaran III
Direktorat Jenderal Anggaran telah ditetapkan
sebagai salah satu unit berpredikat Wilayah
Bebas Korupsi (WBK) oleh Tim Penilaian,
Sesuai Permen PANRB di atas penilaiannya
dibagi menjadi 2 Indikator sebagai berikut:
1. Indikator Hasil
Dari hasil penelitian dokumen, penelaahan
peraturan, konfirmasi, serta wawancara
dengan pegawai/pejabat terkait
pemenuhan Indikator Hasil sebagaimana
dimaksud dalam Permenpan RB Nomor 60
Tahun 2012 menunjukkan bahwa
pemenuhan nilai Indikator Hasil
WBK/WBBM pada DA-III DJA. Indikator
hasil terdiri dari Subkomponen sebagai
berikut:
1) Nilai Indeks Integritas
Saat ini belum dilakukan penilaian,
penerapannya berdasarkan instrumen
dan menunggu persetujuan dari KPK.
2) Nilai Kinerja Unit Pelayanan Publik
Berdasarkan hasil penilaian yang
dilakukan oleh Biro Organta Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan terkait
kinerja unit pelayanan publik pada DAIII DJA diperoleh nilai sebesar 940
dengan skala 0-1000. Standar nilai
untuk WBK terkait indikator ini adalah
≥ 550, dan untuk WBBM adalah ≥750.
3) Presentase kerugian negara yang
belum Diselesaikan
Berdasarkan hasil penelitian dokumen
Laporan Keuangan Direktorat Jenderal
Anggaran Tahun 2013 (audited) dan
2014 (unaudited) serta Surat
Pernyataan Direktur Anggaran III
nomor KET-3/AG.5/2014 yang
menyatakan bahwa tidak ada
pejabat/pegawai pada DA-III DJA yang
terkena tuntutan ganti rugi selama
periode Januari 2013 s.d. April 2014.
Dengan demikian, tidak terdapat
kerugian Negara yang belum
diselesaikan, sehingga persentase
kerugian negara yang belum
diselesaikan adalah 0%, atau sesuai
dengan standar WBK/WBBM terkait
indikator ini.
4) Presentase Temuan In-efektif
Berdasarkan Laporan Hasil Audit
Nomor LHA-09/IJ.6/2014 tanggal 27
Juni 2014 terkait audit atas
pengelolaan kegiatan dan anggaran
(Belanja Barang) TA 2013 dan TA 2014
(s.d. Maret 2014/Triwulan I) pada DAIII DJA (dengan total pagu belanja
barang sebesar Rp5.665.320.000),
menunjukkan bahwa tidak terdapat
temuan hasil audit yang bersifat inefektif; sehingga nilai persentase
temuan in-efektif adalah 0%. Standar
nilai untuk WBK terkait indikator ini
adalah 3%, dan untuk WBBM adalah
2%.
5) Presentase Temuan In-efisien
Berdasarkan Laporan Hasil Audit
Nomor LHA-09/IJ.6/2014 tanggal 27
Juni 2014 terkait audit atas
pengelolaan kegiatan dan anggaran
(Belanja Barang) TA 2013 dan TA 2014
(s.d. Maret 2014/Triwulan I) pada DAIII DJA (dengan total pagu belanja
barang sebesar Rp5.665.320.000),
menunjukkan bahwa nilai temuan yang
bersifat in-efisiensi adalah sebesar
Rp24.387.500 atau 0,43% dari
anggaran TA 2013 dan TA 2014 (s.d.
Triwulan I). Standar nilai untuk WBK
terkait indikator ini adalah 5%, dan
untuk WBBM adalah 3%.
6) Presentase Pegawai yang dijatuhi
Hukuman Disiplin
Berdasarkan hasil konfirmasi dari
Inspektorat Bidang Investigasi Itjen
Kemenkeu melalui surat nomor SR27/IJ.9/2014 tanggal 7 Maret 2014 dan
pernyataan Direktur Anggaran III DJA
nomor KET-5/AG.5/2014, serta hasil
wawancara dengan Kepala Bagian
Kepatuhan dan Bantuan Hukum DJA,
menunjukkan bahwa untuk periode
Januari 2013 s.d. April 2014 tidak
ditemukan adanya pegawai/pejabat
pada DA-III DJA yang dijatuhi
hukuman disiplin karena
penyalahgunaan pengelolaan
keuangan, sehingga nilai persentase
pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin
karena penyalahgunaan keuangan
adalah 0%. Standar nilai untuk WBK
terkait indikator ini adalah 1%, dan
untuk WBBM adalah 0%.
7) Persentase Pengaduan Masyarakat
yang belum diselesaikan
Berdasarkan Laporan Pelaksanaan
Pengaduan dan hasil wawancara
dengan Kepala Bagian Kepatuhan dan
Bantuan Hukum DJA, menunjukkan
bahwa untuk periode Januari 2013 s.d.
April 2014 tidak ditemukan adanya
pengaduan masyarakat pada DA-III
DJA yang belum diselesaikan, sehingga
nilai persentase pengaduan masyarakat
yang belum diselesaikan adalah 0%.
Standar nilai untuk WBK terkait
indikator ini adalah 5%, dan untuk
WBBM adalah 0%.
8) Persentase Pegawai yang dijatuhi
Hukuman karena KKN
LAPORAN KINERJA DJA 2014 35
Berdasarkan hasil konfirmasi dari
Inspektorat Bidang Investigasi Itjen
Kemenkeu melalui surat nomor SR27/IJ.9/2014 tanggal 7 Maret 2014,
serta hasil wawancara dengan Kepala
Bagian Kepatuhan dan Bantuan Hukum
DJA, menunjukkan bahwa untuk
periode Januari 2013 s.d. April 2014
tidak terdapat pegawai/pejabat pada
DA-III DJA yang dijatuhi hukuman
karena Tindak Pidana Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN) berdasarkan
putusan yang tetap (incracht),
sehingga nilai persentase pegawai
yang dijatuhi hukuman karena tindak
pidana korupsi adalah 0% atau sesuai
dengan standar WBK/WBBM terkait
indikator ini.
2. Indikator Proses
Indikator Proses adalah indikator yang
digunakan untuk mengukur tingkat
penerapan 20 kegiatan dalam rangka
pencegahan korupsi. Dari hasil penelitian
dokumen, penelaahan peraturan,
konfirmasi, serta wawancara dengan
pegawai/pejabat terkait pemenuhan
Indikator Proses sebagaimana dimaksud
dalam Permenpan RB Nomor 60 Tahun
2012, menunjukkan bahwa pemenuhan
nilai Indikator Proses WBK/WBBM pada DAIII DJA adalah sebesar 94
C. Realisasi Anggaran
Realisasi belanja DJA Tahun 2014 sebesar Rp114.666.989.987,- (sebesar 87,79%) dari pagu
DIPA DJA sebesar Rp130.618.343.000,- dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 26
Pagu dan Realisasi DIPA DJA Tahun 2014 Per Kegiatan
NO.
1
2
KODE
1649
1650
URAIAN
Pengelolaan Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat
Penyusunan dan Penyampaian Laporan
Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja
Lain-lain
PAGU
REALISASI
%
5.532.576.000
4.972.999.795
89,89%
518.060.000
376.425.000
72,66%
3
1651
Penyusunan Rancangan APBN
4.883.007.000
4.547.353.996
93,13%
4
1652
Pengelolaan PNBP dan Subsidi
4.643.897.000
3.955.234.963
85,17%
5
1653
Pengembangan Sistem Penganggaran
9.148.735.000
7.679.428.087
83,94%
6
1654
Dukungan Manajemen dan Dukungan
Teknis Lainnya
103.038.248.000
90.882.581.474
88,20%
7
5095
Harmonisasi Peraturan Penganggaran
2.853.820.000
2.252.966.672
78,95%
130.618.343.000
114.666.989.987
87,79%
Total
36
LAPORAN KINERJA DJA 2014
BAB IV
Penutup
A. Keberhasilan dan Kegagalan
1. Keberhasilan
Kinerja DJA tahun 2014 yang dapat dinilai sebagai sebuah prestasi, antara lain:
a) Nilai Kinerja Organisasi DJA pada tahun 2014 yang diukur berdasarkan pengelolaan kinerja berbasis
balanced scorecard (BSC) mencapai 106,03%. Dari total 14 IKU, hanya terdapat 3 (tiga) IKU yang
tidak mencapai target yang telah ditetapkan.
b) Disamping itu, terdapat pula keberhasilan dan terobosan yang cukup signifikan dilakukan DJA pada
tahun 2014, yaitu:
(1). Implementasi Sistem Informasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Online (SIMPONI) sehingga
pentausahaan penerimaan negara menjadi lebih mudah, aman, cepat, akurat, dan efisien;
(2). Penggunaan konsep logic model dalam penyusunan anggaran sebagai langkah maju penerapan
penganggaran berbasis kinerja untuk melihat keterkaitan antara input dengan output;
(3). Tindak lanjut Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-XI/2013 yang memangkas sebagian
kewenangan Badan Anggaran DPR RI sehingga semakin memperk uat upaya pemerintah untuk
memperbaiki kualitas belanja;
(4). Terpilihnya DJA (yang diwakili Direktorat Anggaran III) menjadi salah satu unit berpredikat
Wilayah Bebas Korupsi (WBK) .
2. Kegagalan
Pada tahun 2014, terdapat 3 (tiga) IKU yang tidak dapat memenuhi target yang telah ditetapkan,
yaitu:
a) IKU Indeks Kepuasan Pengguna Layanan;
b) IKU Indeks Kesehatan Organisasi;
c) IKU Persentase Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja.
B. Strategi
Strategi yang akan ditempuh oleh DJA sebagai pemecahan masalah yang terkait dengan pencapaian
target IKU, antara lain:
1. Indeks Kepuasan Pengguna Layanan
a. Melakukan reviu atas PMK yang mengatur 4 (empat) layanan unggulan DJA;
b. Melakukan reviu SOP dan perbaikan proses bisnis mengacu PMK yang ada;
c. Mengoptimalkan fungsi Pusat Layanan DJA sebagai one stop service.
2. Indeks Kesehatan Organisasi
a. Mengidentifikasi unsur unsur yang menyumbang tidak maksimalnya skor pada masing-masing
aspek
b. Menyusun rencana aksi yang mendukung peningkatan Indeks Kesehatan Organisasi
3. Persentase Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja
a. Melakukan penajaman atas rencana kegiatan dan pembiayaan yang tercantum dalam DIPA TA
2015 tanpa menghilangkan efektivitas pencapaian outcome;
b. Meningkatan evaluasi dan monitoring penyerapan anggaran dan pencapaian output
LAPORAN KINERJA DJA 2014 37
Download