Kearifan Cinta Sang Guru

advertisement
Juz Satu
SYAHADAT
CINTA
1
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Ashadu An Laa Ilaha Ilallah
Waashadu Anna Muhammadan Rasulullah
Dengan menyebut nama Allah,
Dan limpahan rahmat-Nya senantiasa tercurah
pada Nabi Muhammad SAW.
Cinta adalah hadiah untuk sang hati,
anugerah yang kekal abadi dari TUHAN.
Barang siapa yang mencari ilmu untuk
mengalahkan para ulama berarti ia ingin menjadi
Tuhan pada hal tiada Tuhan selain Allah
Barang siapa yang mencari ilmu untuk
mengakali orang bodoh berarti ia ingin
menjadi Tuhan pada hal tiada Tuhan selain Allah
Barang siapa yang ingin merendahkan orang lain
berarti ia ingin menjadi Tuhan Padahal tiada Tuhan
selain Allah
Barang siapa yang ingin menjadi Tiran berarti ia
ingin menjadi Tuhan padahal tiada Tuhan selain
Allah
Seorang guru yang menindas siswanya berarti ia
ingin menjadi Tuhan padahal tiada Tuhan selain
Allah
Siapapun dia dari manapun asalnya
asal bisa menjadi saudara bagi sesama
Hiduplah Bersama Kearifan Cintaku dan Berikanlah
Kebahagiaan Kita untuk Dunia ini
2
Kearifan Cinta Sang Guru
Oase Keabadian
Berbicara tentang guru di Indonesia diberikan sebuah julukan
yang sangat bombastis, yaitu pahlawan tanpa tanda jasa.
Sungguh julukan ini begitu besar dan memang kenyataannya
seperti itulah seseorang yang berprofesi sebagai guru. Bagi
masyarakat, eksistensi guru sedemikian rupa sehingga selalu
ada hal positif yang diinginkan untuk sang guru. Guru adalah
sosok yang digugu dan ditiru dalam setiap kata dan
perbuatannya.
Ada pepatah klasik Cina: “Yi ri wei shi, zhong sheng
wei fu” (sehari menjadi guru, seumur hidup menjadi orang
tua). Ada pesan moral yang lebih agung dan mulia di balik
adagium Cina klasik itu. Guru bukan semata-mata sebuah
profesi, melainkan status; sebagai Shi Fu; guru yang sekaligus
berstatus sebagai orang tua. Alangkah luhur dan mulianya
status yang disandang oleh para guru. Mereka tak sekadar
mentransfer ilmu pengetahuan an-sich, melainkan juga
membangun karakter. Mereka tak hanya pintar memberikan
punishment, tetapi juga bijak memberikan reward.
Ada sentuhan tangan sang guru yang lembut, penuh
perhatian dan sarat nilai kasih kita kepada para murid ketika
sedang bergulat di tengah rimba belantara dunia pendidikan.
Ada simpul-simpul syaraf kemanusiaan yang dengan amat
sadar dialirkan ke ruang-ruang kelas, sehingga atmosfer yang
terbangun menjadi lebih beradab dan berbudaya.
Selama ini kita merasa cukup bangga disebut sebagai
guru profesional. Betapa tidak dengan wibawanya kita di
depan siswa didik kita yang dengan otoritas yang kita miliki,
kita bisa menjadi “aktor” tunggal yang diperhatikan dengan
puluhan sorot mata penuh ketakutan. Betapa bangganya kita
bisa menakut-nakuti murid dengan ancaman tidak naik kelas
atau gagal lulus, bahkan mengeluarkan mereka dari sekolah
SYAHADAT CINTA
3
apabila mereka mau main-main dengan peraturan dan tata
tertib sekolah.
Cobalah kita tengok sebentar suasana ruang-ruang kelas
yang berlangsung selama ini. Para murid bagaikan objek mati
yang gampang dikebiri melalui otoritas sang guru. Para murid
hanya jadi robot. Sang gurulah pengendalinya. Para murid
sekadar mengikuti sinyal “remote control” yang disetir sang
guru. Robot-robot yang sedang “error” tak segan-segan
dibuang dan disingkirkan. Ancaman menjadi senjata ampuh
bagi sang guru dalam menegakkan wibawa dan kharismanya.
Tak heran, selepas dari ruang kelas yang angker bak
kerangkeng penjara, para murid seperti terbebas dari sekapan
medan karantina berbau busuk. Lantas, mereka mencari
pelampiasan dengan melakukan aksi yang sesuai dengan
naluri agresivitasnya. Tawuran, pesta pil setan, pergaulan
bebas, dan perilaku tak terpuji lainnya gampang sekali
membius mereka.
Betapa naifnya kita setelah pantulan dari cermin
kehidupan itu menampar wajah kita yang penuh bopeng
dan dosa. Kita telah berlaku biadab dan kejam terhadap anakanak bangsa negeri ini. Mereka kita perlakukan semau gue,
sesuka gaya kita. Kapan pun mau, kita bisa meminta mereka
untuk menjilati tembok dinding ruang kelas yang kasar
dengan lidah mereka apabila mereka nyata-nyata melanggar
aturan. Kita bisa menghakimi siswa didik kita untuk menguras
WC yang berbulan-bulan lamanya lupa dikuras oleh petugas
sekolah. Bahkan, kita sering mempermalukan murid-murid
kita dengan cara menggantung kaki sebelah ketika mereka
terlambat masuk kelas. Kita jarang tersenyum karena takut
kehilangan wibawa. Kita harus lebih banyak menciptakan
ketegangan di ruang kelas, agar mereka memusatkan
perhatian pada materi ajar yang kita sajikan. Kalau ada murid
yang berotak pas-pasan, tak segan-segan kita memvonis
4
Kearifan Cinta Sang Guru
mereka dengan label “bodoh atau tolol”. Celakanya, kita
beranggapan, mereka hanyalah anak orang lain yang
dititipkan ke sekolah, sekadar untuk cari selembar ijazah.
Selama ini ternyata kita bukanlah seorang guru. Kita
hanya menjadi tukang ajar. Kita sering mengatakan, “Kita
punya ilmu, kamu punya uang!” Jadilah transaksi. Sekolah
jadi ladang bisnis. Tak ada nilai karakter dan budi pekerti
yang kita tanamkan kepada murid-murid kita. Tugas kita
semata-mata hanya mengantarkan anak-anak negeri ini bisa
memperoleh ijazah. Titik. Tak ada pertautan nilai
kemanusiaan yang tersalur ke dalam gendang nurani siswa
didik kita. Kalau ada siswa yang berotak pas-pasan, sering
kita tinggalkan begitu saja. Kita tak peduli, toh anak orang
lain, salahnya sendiri bodoh! Selama ini ternyata darah yang
mengalir dalam tubuh kita bukanlah darah seorang guru,
melainkan darah seorang pekerja dan pencari penghasilan.
Bertahun-tahun lamanya, kita terpasung dalam suasana
semacam itu. Idiom klasik Cina itu telah mengingatkan kita
agar menjadi seorang shi fu; menjadi guru sekaligus orang
tua. Guru tak hanya sebatas memainkan peran sebagai tukang
ajar, tetapi juga sekaligus sebagai orang tua yang mengemban
misi mendidik. Kalau ada anak yang berotak pas-pasan, sudah
seharusnya diajak untuk mengembangkan potensi
kecerdasannya; dibimbing dan dilatih dengan penuh sentuhan
perhatian dan kasih sayang; tak ubahnya kasih sayang orang
tua kepada anak-anaknya. Kalau ada murid yang melanggar
aturan, mereka perlu diajak dan dilibatkan untuk membuat
“kontrak sosial” agar mereka patuh terhadap aturan main
yang telah disepakati.
Guru juga tak hanya mengemban misi mencerdaskan
otak siswa, melainkan juga membangun pilar-pilar karakter
yang kuat agar kelak anak-anak negeri ini juga cerdas secara
emosional, spiritual dan sosial. Sungguh, betapa dalam dan
SYAHADAT CINTA
5
luasnya makna shi fu itu ketika kita silau oleh predikat sebagai
guru profesional. Semoga, negeri ini akan bermunculan shi
fu-shi fu baru yang benar-benar memiliki darah “guru sejati”
yang memperlakukan siswa didiknya tak ubahnya seperti
anak-anak kandungnya. Hanya dengan sentuhan tangan yang
lembut, bijak, penuh perhatian dan sarat belaian kasih sayang,
anak-anak negeri ini akan menemukan dunianya yang
beradab dan berbudaya. Kearifan cinta adalah keniscayaan.
Guru sebagai Puisi Hidup
Keberadaan guru di dalam kehidupan memang sebagaimana
sebuah puisi. Puisi yang mencoba menggambarkan
kehidupan guru secara implisit. Karenanya berbagai sajak
guru tertuangkan dalam kehidupan ini sebagai bentuk
penghargaan yang tulus bagi seorang guru. Tidak ada yang
dapat diberikan kepada guru sebab dia memang tidak ingin
diberi sesuatu. Bagi seorang guru, ketika melihat anak
didiknya berhasil, itu merupakan sesuatu yang paling
membahagiakan hidupnya.
Guru tidak berharap anak didiknya membalas segala
pembelajarannya secara finansial. Mereka hanya berharap
agar anak didiknya mampu menuangkan semua ilmu dan
pengetahuan yang diberikannya dalam kehidupan. Guru
tidak perlu penghargaan, tanda jasa dan sebagainya. Jadilah
manusia yang berguna bagi kehidupan, maka guru akan
merasa bahagia sekali. Sajak guru dalam kehidupan akan
tertuang terus selama kehidupan ini.
Guru adalah profesi yang menggarap bidang sumber
daya manusia sehingga mereka dapat menjadi manusia
berguna bagi kehidupan. Setiap saat guru terus berusaha agar
anak didiknya mendapatkan hal terbaik dari proses
pendidikan dan pembelajaran. Bagi anak didik kehidupan
6
Kearifan Cinta Sang Guru
guru adalah sebuah sajak yang tiada pernah habis untuk
dikupas. Sajak-sajak guru tersebut terus tercipta dari
perjalanan hidup sang guru. Guru tidak perlu menulis
kehidupannya sebab kehidupannya telah tertulis secara
otomatis dalam buku harian kehidupan.
Dalam perjalanan hidupnya, guru adalah sosok-sosok
dengan tingkat fleksibilitas tinggi. Dimanapun dan dengan
siapapun guru mampu segera mengadaptasikan diri. Hal ini
memberikan gambaran bahwa seorang guru adalah
kehidupan ini sendiri. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa
jika di suatu tempat ada seorang guru, maka kehidupan
masyarakatnya akan tertata. Masyarakat yang ada guru di
dalamnya adalah masyarakat yang ada sajak gurunya, maka
kehidupan selalu bernilai positif.
Anda harus mengakui bahwa eksistensi guru di dalam
masyarakat adalah sebagai resistensi atas segala nilai negatif
yang muncul atas pola kehidupan. Hal ini karena adanya
kecenderungan bahwa manusia selalu ingin memuaskan diri
dengan hal-hal negatif. Namun, dengan adanya guru, maka
setidaknya ada semacam lingkaran cahaya yang menerangi
orang-orang tersesat sehingga tidak meneruskan kehidupan
sesatnya. Ini adalah sebuah sajak tentang pengaruh guru
terhadap kelakuan negatif orang-orang yang tersesat dalam
hidupnya.
Guru tidak membedakan dengan siapa mereka bergaul.
Guru tidak membatasi dengan siapa mereka harus
berkomunikasi. Bagi guru setiap orang merupakan sosok
spesifik yang perlu diselami kedalaman dirinya. Proses
penyelaman ini membawa serta seluruh jiwa sang guru.
Hidup ini adalah puisi yang ditulis Tuhan untuk ditelaah
agar kehidupan menjadi lebih baik dan guru adalah sosok
yang dipilih Tuhan untuk menyampaikan puisi hidup
tersebut. Oleh karena itu, siapa yang mampu menangkap
SYAHADAT CINTA
7
dan menerjemahkan, maka mereka mendapatkan pencerahan
hidup. Jadi, dekatkanlah hidupmu pada guru agar dapat
pencerahan itu.
8
Kearifan Cinta Sang Guru
Juz Dua
“KECANDUAN”
JADI GURU
9
Jika Anda ingin berbahagia selama satu jam,
silakan tidur siang. Jika Anda ingin
berbahagia selama satu hari, pergilah
berpiknik. Bila Anda ingin berbahagia
seminggu, pergilah berlibur. Bila Anda ingin
berbahagia selama sebulan, menikahlah. Bila
Anda ingin berbahagia selama setahun,
warisilah kekayaan. Jika Anda ingin
berbahagia seumur hidup, Jadilah Guru
dan cintailah pekerjaan Anda.
Promod Brata
10
Kearifan Cinta Sang Guru
Sentuhan Masa Depan
Lihatlah...seharian, aku telah diminta menjadi seorang aktor,
teman, penemu barang hilang, psikologi, pengganti orang
tua, penasihat, hakim, pengarah, motivator, dan pembimbing
ruhani murid-muridku. Meski tersedia peta, grafik, formula,
kata kerja, cerita dan buku. Aku sebenarnya tidak punya apaapa untuk diajarkan, karena murid-muridku sebenarnya
hanya mempunyai diri mereka sendiri untuk belajar.
Aku sebuah paradoks. Aku paling keras berbicara dan
aku paling banyak mendengar. Karunia terbesarku terdapat
dalam apa yang bersedia aku terima dari murid-muridku
dengan sikap menghargai. Kekayaan materi bukanlah salah
satu tujuanku, tapi aku seorang pencari harta karun, yang
selalu mencari peluang baru bagi murid-muridku—peluang
untuk menggunakan bakat-bakat mereka dan yang selalu
mencari bakat-bakat yang kadang tersembunyi dibalik sikap
menyerah.
Dulu..aku bercita menjadi seorang dokter…namun
sekarang dengan aku menjadi seorang guru, aku marasa
bahwa akulah yang paling beruntung diantara semua pekerja.
Karena seorang dokter diijinkan untuk mengantarkan
kehidupan dunia dalam satu saat ajaib. Aku diijinkan melihat
kehidupan itu dilahirkan kembali setiap hari dengan
pertanyaan baru, gagasan baru dan persahabatan baru dari
semua muridku.
Ketika seorang arsitek tahu bahwa jika ia membangun
dengan teliti, bangunannya mungkin akan berdiri berabadabad. Namun seorang guru tahu bahwa jika ia membangun
dengan cinta dan kebenaran, apa yang ia bangun akan abadi.
Aku tidak membutuhkan tempat rekreasi atau hiburan untuk
meredakan rasa sedih yang terkadang datang bersama
masalah-masalah, karena disini ketika didepan gerbang
sekolahku, semua itu akan larut bersama senyuman, ketulusan
“KECANDUAN” JADI GURU
11
dan cinta tulus murid-muridku yang terpancar dari mata,
senyuman, harapan dan sambutan hangat mereka setiap pagi.
Aku seorang pejuang, setiap hari bertempur melawan
sikap negatif, rasa takut, cara berpikir seragam, prasangka,
kebodohan dan kelesuan. Tapi aku mempunyai sekutu-sekutu
hebat : kecerdasan, rasa ingin tahu, dukungan orang tua,
kreatifitas, cinta, tawa—semua bergegas menghampiriku
dengan dukungan luar biasa.
Kepada siapa lagi aku berterimakasih atas hidup indah
yang begitu beruntung bisa kujalani ini selain kepada kalian
; masyarakat dan para orang tua. Karena kalian telah
memberiku kehormatan besar dengan mempercayaiku untuk
mendidik sumbangan terbesar kalian bagi keabadian –anakanak kalian. Demikian aku mempunyai sebuah masa depan
yang menantang, penuh petualangan dan yang
menyenangkan karena aku diijinkan melewati hari-hariku
dengan masa depan.
Kubuka mata dipagi hari, aku ingat bahwa hari ini aku
akan bertemu dengan banyak kebahagiaan dengan muridmuridku … ya aku seorang guru … dan untuk itu aku
bersyukur pada Allah setiap pagi ... setiap hari.
Aku menyentuh masa
depan…
karenanya aku menjadi
guru !
* Diadaptasi dari
John Wayne Schlatter
dalam Chicken Soup
For Teacher Sou l
12
Kearifan Cinta Sang Guru
One Is Never Too Old To Learn
SUASANA 1:
Guru Bahasa Inggris tak berkutik. Ia memandang putus
asa pada siswa di kelasnya yang sama sekali tidak
memperhatikannya. Sejumlah siswa bermain kartu,
sejumlah siswa lain mengobrol atau bergurau, ada juga
yang menempelkan kepala di bangku dan yang lainnya
membuat coret-coretan gambar pengalih bosan.
SUASANA 2:
Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan di sebuah SMP
masuk kelas. Ia berkata, “Anak-anak, hari ini Pak Eddy
tidak masuk karena sakit. Pak Eddy akan digantikan Pak
Johan untuk pelajaran matematika”. “Hore! Pak Johan,
asyiiik!” anak-anak bersorak hirang.
SUASANA 3:
Terdengar obrolan sejumlah siswa di kantin. “Sepagian
sebel banget, pelajaran Bahasa Indonesia. Pak B
ngajarnya gak enak, selalu gak enak, ngantuk aku,” kata
salah satu siswa.
Siswa lain menimpali, “Iya, aku tadi twitter-an selama
pelajaran Bahasa Indonesia”
SUASANA 4:
Di sebuah SMA, istirahat kedua, disiang terik. Seorang
siswa berkata, “rasanya males masuk, ya, pelajaran
biologi. Gurunya gak kreatif, ngajar cuma duduk, lalu
ngomong gak jelas, nadanya datar”. Anak lain
menjawab, “Habis ini kelasku pelajaran geografi. Nggak
sabar aku pingin segera masuk. Pak Andi selalu hadir di
kelas dengan cara baru dan kegiatan kelas baru. Minggu
lalu kami main quiz geografi. Kapan hari itu malah kita
belajar browsing Google Map. Keren abis!”
“KECANDUAN” JADI GURU
13
Suasana-suasana di atas memang fakta. Proses belajar
mengajar di dalam kelas tidak selalu indah dan
menyenangkan dari satu kelas ke kelas lain, dari satu guru ke
guru lain, dari satu tindakan kelas ke tindakan kelas lain.
Yang membedakan kualitas belajar mengajar, kalau kita
simpulkan secara sederhana adalah: metode atau cara
mengajar dan materi belajar/mengajar.
Saya tidak memahami berbagai teori yang tersedia untuk
dua hal tersebut, namun yang saya selama ini simak adalah
bahwa proses belajar-mengajar senantiasa menuntut para
guru untuk lebih aktif, proaktif dan produktif dalam
menyampaikan pelajaran, menyiapkan bahan ajar dan
mengelola suasana pembelajaran di dalam kelas. Selain
dituntut untuk meningkatkan pengetahuan mengajar, guru
juga kini diharapkan untuk lebih mampu tampil lebih kreatif
ketika mengajar agar tercipta suasana belajar yang lebih
menyenangkan dan melebarkan peluang siswa menangkap
ilmu yang diajarkan.
Pada suasana 1 dan 3, guru adalah pengajar yang sudah
berumur, yang boleh jadi memandang upaya tambah ilmu
mengajar sebagai hal yang sudah terlalu terlambat baginya
yang sebentar lagi masuk masa pensiun. Mereka umumnya
skeptis, tertutup terhadap gagasan-gagasan baru dan melihat
pekerjaan mengajar sehari-hari sudah terlalu membebani.
Namun demikian, ada saja guru berumur yang berpendapat
sebaliknya. Guru muda usia yang masuk kategori Suasana 1
dan 3 juga banyak, yang enggan menimba ilmu lebih banyak
dan lebih suka meluangkan waktunya untuk kegiatan di luar
mengajar.
Guru yang tergolong pencipta Suasana 2 dan 4 juga
banyak, baik buru berumur atau muda usia. Biasanya guru
yang demikian ini adalah pengajar yang tidak berhenti
menimba ilmu, selalu haus inovasi mengajar, selalu ingin
14
Kearifan Cinta Sang Guru
memberikan yang terbaik untuk siswa dan terbuka terhadap
ide-ide baru.
Proses pembelajaran dengan creative teaching dan
joyful learning akan tercipta bila guru menguasai cara-cara
baru di luar cara konvensional. Ini juga dengan pembekalan
tambahan berupa ketrampilan guru untuk mengubah
kebiasaan-kebiasaan belajar siswa, dan ketrampilanketerampilan meningkatkan konsentrasi belajar siswa, yang
saat ini menjadi masalah krusial yang perlu mendapatkan
perhatian guru dan para pendidik lainnya. Konsentrasi belajar
kini diperlukan karena proses belajar di dalam kelas
cenderung tidak menyediakan atmosfir fun dan relaks
sebagaimana ditawarkan aktivitas-aktivitas sosial siswa di luar
kelas.
Saya percaya para guru akan terus terbuka dengan ideide baru di bidang proses belajar mengajar demi suksesnya
anak didik. Generasi penerus bangsa ini sangat bergantung
pada Bapak/Ibu Guru sekalian dan mohon jangan lupa
pepatah ini, “one is never too old to learn”, kita tidak pernah
terlalu tua untuk belajar. Walau besok waktunya pensiun
sekalipun. Pembelajaran dapat dikatakan atraktif apabila
memenuhi 3 persyaratan yang disebut sebagai 3 pilar utama.
Pilar pertama: Penataan lingkungan, baik di dalam
maupun di luar kelas. Segi penataan lingkungan di dalam
kelas, setiap ruangan, mulai dari lantai, dinding, rak buku,
jendela, sampai langit-langit dapat dibuat menjadi atraktif.
Begitu juga segi penataan lingkungan di luar kelas, mulai
dari pintu gerbang, jalan menuju kelas, tanaman hias, apotik
hidup, kandang binatang ternak, saluran air, tempat sampah,
papan pengumuman, ayunan, jungkitan, papan luncur
sampai terowongan semuanya bisa dirancang atraktif.
“KECANDUAN” JADI GURU
15
Pilar kedua: Kegiatan bermain dan alat permainan
edukatif, Merancang, dan mengembangkan berbagai jenis
alat permainan edukatif, bagi guru yang kreatif akan
menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan
sekitar anak, misalnya terbuat dari koran, kardus, biji kacang
hijau, batang korek api, lilin, gelas aqua dan sebagainya.
Demikian pula pada kegiatan pengembangan kemampuan
anak, akan dikemas oleh guru menjadi kegiatan yang menarik.
dalam suatu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), contohnya
dalam pembukaan ada kegiatan brainstorming, dalam proses
permainan ada kegiatan fun cooking, sandal making, story
reading atau story telling.
Pilar ketiga: Ada interaksi edukatif yang ditunjukkan guru.
Guru harus memahami dan melaksanakan tindakan edukatif
yang sesuai dengan usia perkembangan anak. Mulai dari.
pembukaan kegiatan proses KBM sampai penutup kegiatan.
Tindakan guru dapat dimulai dengan memberikan teladan,
misalnya cara duduk, membuang sampah etika makan,
berpakaian, berbicara dan sebagainya.
16
Kearifan Cinta Sang Guru
Juz Tiga
MUNAJAT CINTA
UNTUK
SANG GURU
17
Jasad seorang guru mungkin saja bisa busuk lalu
lenyap. Tapi apa yang diajarkannya tetap
tertinggal abadi. Bahkan bertumbuh, berkembang
dan memberi inspirasi kepada generasi di masa
yang akan datang.
Guru tidak bisa mati selama ada cinta.
Cinta adalah Muraqobah Kearifan
Cinta merupakan urusan yang paling penting dalam
kehidupan manusia. Tidak ada urusan lain yang lebih menyita
perhatian manusia selain urusan cinta. Tanpa cinta manusia
memang tak dapat menjadi manusia seutuhnya. Sejak zaman
kuno hingga zaman modem-kontemporer, cinta mempunyai
tempat yang sangat istimewa dalam kehidupan manusia.
Hanya dengan cintalah manusia dapat membangun
kehidupan bersama. Cinta merupakan sikap dasar ideal yang
memungkinkan dimensi sosial manusia menemukan
bentuknya yang khas manusia. Cinta adalah energi penyatu,
daya dinamis yang terus-menerus mendorong setiap pribadi
untuk membuka diri dan menjalin komunikasi yang
konstruktif dengan pribadi yang lain.
Tidak hanya itu. Cinta jualah yang memungkinkan
manusia untuk terbuka dan menjalin komunikasi dengan
Tuhan. Di dalam cinta terjadi perjumpaan yang sangat khas
18
Kearifan Cinta Sang Guru
antar manusia. Di dalam cinta manusia menghormati dan
menghargai keaslian diri pribadi orang lain.
Di dalam cinta terjadi perjumpaan yang sangat khas
antara manusia dengan Tuhannya. Perjumpaan-perjumpaan
yang dilandasi cinta inilah yang memungkinkan manusia
terus bertumbuh, berkembang, menjadi manusia sejati. Tak
ada manusia yang bisa hidup sendirian tanpa orang lain.
Adanya manusia berarti ada bersama dengan orang lain.
Orang lain ada dan hadir bersama-sama dengan saya dalam
kehidupan ini. Seperti saya, sesama pun hadir sebagai subjek
yang unik dan khas. Kehadiran orang lain bukan sebagai
objek bagi kehadiranku, melainkan sebagai subjek seperti
halnya diriku.
Kekuatan yang menyatukan manusia dan yang
memungkinkan manusia membangun kehidupan bersama
ialah cinta. Relasi antar manusia tak akan berarti jika tidak
didasarkan atas cinta. Cinta membuat “Aku” dan “Engkau”
menjadi “Kita”.
Maka dasar cinta ialah menghormati eksistensi dan
hidup sesama manusia. Sikap hormat terhadap eksistensi dan
hidup sesama ini didasarkan pada kenyataan bahwa eksistensi
dan hidupku hanya mungkin terjadi bersama orang lain,
sesamaku.
Menjadi jelas bahwa cinta merupakan kebutuhan dasar
bagi perkembangan hidup manusia. Jika kebutuhan ini tidak
terpenuhi, maka orang akan mengalami gangguan serius.
Seperti dikatakan oleh Abraham Maslow, tanpa cinta
pertumbuhan dan perkembangan kemampuan orang akan
terhambat. Setiap orang membutuhkan cinta.
Manusia membutuhkan cinta seperti halnya ia
membutuhkan makanan dan minuman. Karena itu, apa yang
disebut cinta itu harus terus menerus diupayakan terwujud
MUNAJAT CINTA
SANG GURU
19
agar manusia tidak kekurangan “gizi” rohani. Bagaimanapun
kerajaan cinta harus ditegakkan agar manusia dapat
berkembang menjadi manusia seutuhnya. Untuk itu orang
harus saling memberikan cinta. Harus terus menerus
diupayakan agar tercipta suatu situasi di mana orang dapat
saling mengerti secara mendalam, saling mengakui dan
menerima eksistensi masing-masing dengan sepenuh hati,
tanpa syarat apa pun.
Sama seperti minyak terdapat dalam setiap bagian
zaitun, demikian juga cinta meresap pada semua bagian
ciptaan. Tetapi sangat sulit menggambarkan cinta, sama
halnya seperti kata-kata tidak sepenuhnya dapat
menggambarkan seperti apa rasa jeruk. Anda harus merasakan
sendiri buah itu agar dapat mengetahui rasanya.
Demikian juga dengan cinta. Anda semua pasti sudah
merasakan berbagai jenis rasa cinta dalam sanubari anda,
karena itu anda tahu sedikit apa itu cinta. Tetapi anda tidak
mengetahui bagaimana cara mengembangkan cinta,
bagaimana cara memurnikan dan meningkatkannya menjadi
cinta Ilahi.
Sepercik cinta Ilahi ini ada hampir di setiap sanubari di
awal setiap kehidupan, tetapi biasanya kemudian hilang,
karena manusia tidak tahu bagaimana memupuknya. Banyak
orang tidak menyadari betapa pentingnya menganalisa cinta.
Mereka menyadari cinta hanya sebagai perasaan yang mereka
miliki terhadap keluarga, teman dan orang lain yang
kepadanya dia tertarik. Tetapi sebenarnya cinta lebih dari
sekedar itu.
Satu-satunya cara agar saya dapat menggambarkan cinta
sejati kepada anda adalah dengan menjelaskan pengaruhnya.
Kalau anda dapat merasakan sepercik saja cinta Ilahi, akan
20
Kearifan Cinta Sang Guru
sedemikian besar kegembiraan anda sedemikian sangat
memberdayakan anda tidak akan mampu menampungnya.
Kepuasan akan cinta tidak pada perasaan itu sendiri, tetapi
pada kegembiraan yang dibawa oleh perasaan itu.
Ekspresi Cinta yang Hakiki
Hubungan antara guru dan murid adalah ekspresi cinta dalam
persahabatan yang terbesar, ini adalah persahabatan ilahi
tanpa syarat, berdasarkan pada tujuan yang satu, keinginan
untuk mencintai Tuhan lebih dari segala sesuatu yang lain.
Si murid membuka jiwanya kepada gurunya, dan guru
membuka hatinya pada si murid.
Di antara mereka tidak ada yang disembunyikan.
Bahkan pada bentuk persahabatan lain yang lebih mulia,
kadang-kadang masih terdapat diplomasi. Tetapi persahabatan
antara guru dan murid bersih dari noda.
Saya tak dapat memikirkan hubungan lain di dunia ini
yang lebih besar dari hubungan yang ada antara saya dan
guru saya. Hubungan antara guru dan murid adalah cinta
dalam bentuk yang tertinggi. Saya pernah meninggalkan
pondoknya, mengira bahwa saya akan lebih berhasil mencari
Tuhan di dunia luar. Ternyata saya keliru, segera saya
menyadari kalau saya telah membuat kesalahan. Namun
ketika saya kembali, dia memperlakukan saya seolah saya
tidak pernah meninggalkannya. Sapaannya demikian biasa,
bukannya marah, dengan tenang dia berkata: “Mari kita lihat
apa yang dapat kita makan pagi ini”.
“Tapi guru,” kataku, “apakah guru tidak marah karena
aku pergi?”
“Kenapa aku harus marah?” dia berujar “aku tidak
mengharapkan apapun dari orang lain, maka perbuatannya
tidak mungkin bertentangan dengan harapanku. Aku tak akan
MUNAJAT CINTA
SANG GURU
21
memanfaatkan kamu untuk kepentinganku; aku bahagia
hanya dalam kebahagianmu yang sejati.”
Ketika dia mengatakan itu, aku jatuh di kakinya dan
menangis tersedu, untuk pertama kalinya ada orang yang
benar-benar mencintaiku! Dia mencintaiku demi aku. Dia
menginginkan kesempurnaan diriku, dia ingin agar aku
menjadi sangat bahagia. Itu adalah kebahagiannya. Dia ingin
agar aku mengenal Tuhan dan kepadanyalah kerinduan
hatiku. Bukankah yang dilakukannya itu adalah cinta Ilahi?
terus menerus berharap membimbingku di jalur kebaikan
dan cinta?
Bila cinta seperti itu tumbuh di antar guru dan murid, si
murid tidak akan punya niat untuk memanipulasi sang guru,
demikian juga sang guru tidak berusaha menguasai muridnya.
Alasan dan penilaian yang tinggi menguasai hubungan
mereka, tidak ada cinta lain yang seperti ini. Saya telah
merasakan cinta itu dari guruku.
Dia mencintaiku demi aku. Dia menginginkan
kesempurnaan diriku, dia ingin agar aku menjadi
sangat bahagia. Itu adalah kebahagiannya. Dia
ingin agar aku mengenal Tuhan dan
kepadanyalah kerinduan hatiku.
Bukankah yang dilakukannya itu
adalah cinta Ilahi? terus menerus
berharap membimbingku
di jalur kebaikan
dan cinta?
22
Kearifan Cinta Sang Guru
Juz Empat
AJARAN GURU
JALALUDDIN RUMI
23
Semua orang
mendambakan cinta yang
terjalin akan indah berseri
sepanjang masa. Namun
kehangatan api cinta bisa
padam, keindahan pesona
cinta bisa memudar dan
hilang. Oleh karena itu
diperlukan pemahaman
dan usaha untuk
menyalakan api cinta dan
mempertahankan
keindahan cinta.
Sang Pencerah
Jalaluddin Rumi dilahirkan di Balkh, tapi keluarganya
kemudian hijrah ke Konya di Rum. Jalaluddin Rumi
melakukan studi menyeluruh tentang sufisme dan
mengabdikan diri dalam paru usia, sepenuhnya kepada
mistisisme. Dia menciptakan tarian-tarian mistis dan mungkin
merupakan awal dari tarekat Darwis-darwis yang Menari,
yang dikenal sebagai The Brethren of Love (Persaudaraan
Cinta), karena suluruh basis jalan hidup mereka adalah
kecintaan kepada Tuhan.
Karya-karya Rumi yang paling dikenal adalah Diwan-i
Shams-i Tabriz dan Matsnawi, puisi dalam untaian-untaian
yang bersajak, sebuah puisi mistis yang agung, yang disebutsebut telah mengbiskan waktu empat puluh tahun untuk
menyelesaikannya.
24
Kearifan Cinta Sang Guru
Rihlatul Wujud
Setiap bentuk yang kau lihat memiliki muasal dalam dunia
Ilahiah, yang tiada bertempat. Jika bentuk berlalu, seandainya
tiada akibat, karena muasalnya. Janganlah berdukan kalaukalau setiap bentuk yang kau lihat, setiap perkataan mistis
yang telah kau dengar telah berlalu, karena tidaklah
demikian. Karena sumber asli tak kunjung lekang, salurannya
selalu memancarkan air. Sebab tak pernah berhenti, mengapa
harus kau keluhkan? Anggaplah ruh sebagai sebuah sumber
dan makhluk-makhluk ini sebagai sunga-sungai: sepanjang
sumber abadi, sungai-sungai mengalir darinya. Lepaskan
kekecewaan dari pikiranmu dan tetaplah minum dari anak
sungai. Jangan takut bahwa air sungai akan berhenti
mengalir, karena air ini tak terbatas.
Ketika kau masuk ke dunia makhluk-makhluk ciptaan,
sebuah tangga telah dipersiapkan untukmu, agar kau
mendakinya. Awalnya kau barang mati, kemudian kau
menjadi tetumbuhan, setelah itu kau berubah menjadi
hewan, mengapa ini tersembunyi darimu? Akhirnya kau
menjadi manusia, yang memiliki ilmu, kecerdasan dan
keyakinan. Lihat bagaimana tubuh ini telah menjadi
sempurna, yang awalnya sebuah atom dari tumpukan debu.
Ketika kau telah melakukan perjalananmu dari manusia,
tanpa bertanya kau akan menjadi seorang malaikat. Kemudian
kau akan selesai dengan dunia ini dan tempatmu adalah di
langit-langit. Kau pun berubah dari malaikat: masuklah ke
kedalaman yang besar: agar satu tetes, yakni dirimu sendiri,
bisa menjadi lautan yang akan menggenggam ratusan lautan
‘Uman. Lepaskan penyekutuan diri, katakan, “Tuhan adalah
Esa” dengan sepenuh kalbu dan jiwa. Jika tubuhmu telah
menjadi tua, mengapa berduka ketika ruhmu tetap muda?
Cinta membuat pahit menjadi manis, tembaga beralih
jadi emas. Oleh cinta, yang keruh jadi jernih. Oleh cinta,
AJARAN GURU
JALALUDDIN RUMI
25
derita terlepas. Oleh cinta, yang mati jadi hidup. Oleh cinta,
raja beralih jadi budak. Cintalah buah pengetahuan: kapan
duduk dengan bodoh di atas tahta seperti ini? Keyakinan
adalah cinta yang terpisah dari semua agama: bagi pecinta
keyakinan dan agama adalah Tuhan. Oh ruh, dalam berjuang
dan mencari, jadilah seperti air yang mengalir. Oh akal,
siaplah sepanjang masa untuk menyerahkan kefanaan demi
keabadian. Ingatlah Tuhan selalu, bahwa keakuan harus
dilupakan, agar dirimu diperlihatkan dalam Dia Yang
kepada-Nya kau berdoa, tanpa peduli pada siapa yang berdoa
atau doa itu.
Setiap saat suara cinta berkumandang dari kiri ke kanan;
kami sedang melakukan perjalanan di atas jalan kami menuju
langit, yang penuh harap untuk memandang apa pun di jalan
itu? Seketika rumah kami berada di langit, di sana kami
berkerumun dengan para malaikat. Ayo, kembali ke
kediaman itu, oh Tuhan, karena itulah tempat tinggal kami.
Kami berada di atas langit-langit dan lebih besar dari
malaikat-malaikat; mengapa kami tidak berada di atas
keduanya? Perjalanan kami adalah penglihatan keagungan
Tuhan. Dari mana dunia kefanaan, dari mana permata tulen?
Meskipun kami telah melintasinya, biarkan kami cepat-cepat
kembali, karena tempat apakah ini? Kekayaan anak muda
yang baik adalah sarana kekuatan kami, memasrahkan hidup
kami adalah urusan kami.
Gelombang “Tidakkah Aku Tuhanmu?” muncul dan
menghancurkan saluran tubuh. Ketika saluran lebur lagi, di
situlah kesempatan untuk mencapai kesatuan. Makhluk hidup
seperti burung-burung air, dilahirkan dari lautan ruh:
mengapa harus seekor burung yang lahir dari lautan
membangun kediamannya di tempat ini? Tetapi kami adalah
batu-batu permata di kedalaman laut ini, kami semua
26
Kearifan Cinta Sang Guru
memiliki tempat di sini, kalau tidak mengapa harus
gelombang demi gelombang muncul dari lautan ruh?
Ini kesempatan bagi kami untuk mencapai kesatuan,
waktunya tiba untuk meraih keindahan keabadian, waktunya
untuk makin mendekat dan menerima berkah-berkah, inilah
lautan kemurnian yang sempurna. Gelombang berkah telah
muncul, Singgasana Tuhan telah terbit dari laut, fajar
kebahagiaan telah menyingsing: Inikah sang fajar? Bukan,
cahaya Tuhan. Cahaya Tuhan memancarkan sinarnya ke
cahaya indera: itulah makna Cahaya atas Cahaya. Cahaya
inderawi menarik kita menuju bumi: Cahaya Tuhan menarik
ke atas langit.
Oh para pecinta, waktunya telah tiba untuk lepas dari
dunia. Genderang berkumandang di telinga ruhku, yang
menyerukan kita untuk melakukan perjalanan. Tataplah,
penunggang unta itu telah bertindak sendiri menyiapkan untauntanya dan menginginkan kita memulai perjalanan.
Mengapa kau masih terlelap, oh para pegembara? Suarasuara yang kita dengar ini dari depan dan belakang
mengisyaratkan perjalanan, sebab mereka adalah bel-bel
unta. Setiap saat berlalu, sebuah jiwa berlalu dari kehidupan
dan mulai beranjak menuju dunia Ilahi. Dari sini bintangbintang yang berkilauan dan dari sini tirai-tirai biru langit,
mendatangi orang-orang yang menakjubkan, agar ketakjuban
misteri terungkap. Dari sini bulatan-bulatan yang berevolusi
mendatangkan kantuk yang berat kepadamu. Berhati-hatilah
dengan kehidupan dunia yang sementara, perhatikanlah
kantuk yang berat ini. Oh kalbu, berangkatlah menuju Sang
Kekasih. Oh teman, pergilah ke Sahabatmu. Wahai penjaga,
terjagalah, karena tidur tidak menjadikanmu seorang penjaga.
AJARAN GURU
JALALUDDIN RUMI
27
Warisan Sang Murabbi
IBDA‘ BINAFSIK! Bahwasanya contoh perbuatan itu terbukti
lebih berkesan ketimbang hanya sekedar anjuran atau
himbauan memanglah telah kita maklumi bersama.
Betapa tidak, seseorang yang menganjurkan sesuatu hal
akan tetapi dirinya sendiri tidak melakukannya tentu
membuat kita jengkel. Alangkah menyebalkannya
orang yang hanya mampu mengatakan namun tidak
mampu melakukannya! Seyogayanya kita jangan hanya
menjadi penganjur kebajikan saja akan tetapi harus
sekaligus juga menjadi orang yang melakukannya,
bahkan yang paling dahulu dan terdepan dalam
melaksanakan kebajikan tersebut.
KASIH SAYANG adalah esensi dari cinta yang murni.
Idealnya adalah keseimbangan dalam memberi dan
menerima kasih sayang. Belajarlah untuk menyayangi
kekasihmu seperti kamu menyayangi dirimu sendiri.
Nyatakanlah kasih sayangmu padanya dengan
perhatian, bersikap pengertian, bicara dengan kata-kata
yang manis, menghidangkan makanan atau minuman
kesukaannya. Jangan sedih dan kecewa kalo’ kekasihmu
tampak belum sungguh-sungguh menyayangimu.
Jangan berhenti menyayanginya, karena cepat atau
lambat dia akan merespon kasih sayangmu dengan kasih
sayangnya yang murni.
KEPERCAYAAN adalah ungkapan cinta yang mendalam.
Rasa saling percaya adalah iklim yang ideal bagi
tumbuhnya benih-benih cinta. Sebaliknya, kurangnya
rasa percaya merupakan hama yang bisa merusak
bunga-bunga cinta dengan kesalahpahaman,
kecemburuan dan kekhawatiran. Tambahkanlah terus
28
Kearifan Cinta Sang Guru
kepercayaanmu padanya dan berusahalah agar
kepercayaannya padamu juga semakin bulat.
KETULUSAN cinta keluar dari hati nurani yang bersih.
Hubungan cinta yang tulus akan ditandai dengan
keterus-terangan, keterbukaan dan kejujuran. Tidak ada
yang ditutup-tutupi, tidak ada kepura-puraan, tidak ada
rekayasa dan tidak ada maksud-maksud terselubung.
Betapa rapuhnya cinta yang terjalin tanpa ketulusan.
PERSAHABATAN adalah kebutuhan mutlak dalam suatu
jalinan cinta. Cinta bukanlah cinta bila tanpa
persahabatan. Sebagai sahabat yang baik, kamu akan
menjadi teman bicara, teman bercanda, teman
bermain, teman diskusi, teman dikala suka dan duka.
Sebagai sahabat, kamu tidak akan menggurui, mengatur,
mengekang dan membuatnya takut. Berusahalah untuk
menjadi sahabat yang baik dan menyenangkan agar dia
merasa lebih nyaman dan bahagia.
KOMUNIKASI adalah jembatan yang bisa menyatukan dua
hati dan dua pikiran. Komunikasi yang baik harus
bersifat dua arah, tidak ada yang terlalu banyak bicara
dan tidak ada yang terlalu banyak diam. Komunikasi
yang baik tidak hanya sekedar bicara, tapi juga
mendengar dengan telinga dan hati. Komunikasi yang
terbuka akan membuat hubungan lebih akrab, dapat
mencegah kesalahpahaman dan memudahkan
penyelesaian konflik Tanpa komunikasi yang baik, sulit
untuk mempertahankan keindahan suatu jalinan cinta.
Jadi, peliharalah jalur komunikasi yang lancar dan
jangan biarkan tersumbat.
KESETIAAN mencerminkan kekuatan karakter. Mudah sekali
mengucapkan janji setia, namun terkadang sulit untuk
menjalaninya karena banyak sekali godaan yang bisa
AJARAN GURU
JALALUDDIN RUMI
29
menggoyahkan kesetiaan. Tapi dalam keadaan apapun
kesetiaan harus dijaga, sebab tidak mungkin
mempertahankan keindahan cinta tanpa kesetiaan.
Manusiawi sekali waktu kamu mengagumi dan
menyukai orang lain yang sangat menarik, namun
kesetiaan akan mencegah kamu mengkhianati
kekasihmu dengan cara apapun. Kesetiaan juga akan
diuji oleh situasi dan kondisi yang buruk. Kesetiaan akan
memilih untuk tetap mencintainya ketika dia sakit, ketika
dia tidak berdaya atau ketika dia tidak menarik lagi
secara fisik.
RASA HORMAT adalah bagian yang tak terpisahkan dari
kasih sayang. Kalo’ kamu saling menyayangi, maka kamu
akan saling menghormati. Rasa hormat akan memagari
keakraban dan keintimanmu agar tidak melanggar hak
pribadi yang masih dimiliki oleh sepasang kekasih. Rasa
hormat akan membuat kamu menghargai privasinya,
menghargai pendapatnya, menghargai keyakinannya
dan manghargai dirinya sebagai seorang pribadi yang
penting. Kalo kamu menghormati kekasihmu, kamu
akan menjaga kehormatan dan harga dirinya.
30
Kearifan Cinta Sang Guru
Juz Lima
KEIKHLASAN
ADALAH
CAHAYA
31
Cinta adalah ketika kamu menitikkan air mata,
tetapi masih peduli terhadapnya.
Cinta adalah ketika dia tidak mempedulikanmu,
kamu masih menunggunya dengan setia
Cinta adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
dan kamu masih bisa tersenyum sambil berkata ,
“Aku turut berbahagia untukmu“.
Kasih Sayang Tanpa Sayap
Bagi murid, keikhlasan guru adalah cahaya, cintanya adalah
oase dan pengabdiannya adalah motivasi mereka untuk
berjuang mengubah nasib. Seperti itu kira-kira sosok Ibu
Muslimah, tokoh inspiratif gambaran Andrea Hirata. Dari
kisah yang fenomenal ini, sejenak kemudian kita tersentak
akan apa dan bagaimana makna guru sebenarnya. Beginikah
seharusnya konsep seorang guru? Tentu, begitulah seharusnya.
Guru itu tidak hanya bertugas mentransfer ilmu, tapi juga
memberi cinta dan kedamaian. Pertanyaannya, sulitkah ini
dilakukan? Selain sebagai homo sapiens (manusia berpikir),
anak merupakan homo volens (manusia berkeinginan) dan
homo ludens (manusia bermain).
Tiga unsur ini melakonkan perannya secara bersamaan
di sekolah. Sama kuatnya dengan yang diperankan di rumah.
Sosok yang mampu menjembatani ketiganya secara seimbang
dan terarah tak lain adalah guru. Dia berperan bukan hanya
sebagai mentor semata, tapi juga sebagai teman.
32
Kearifan Cinta Sang Guru
Dari hubungan ini akan muncul satu kedekatan dan
murid, yang di situ mereka menemukan tempat berlindung
dan berbagi. Ini sangat memungkinkan siswa merasakan
sekolah adalah tempat yang nyaman seperti rumahnya
sendiri. Tak berlebihan jika guru kemudian dianggap sebagai
orang tua kedua di sekolah. Kasih sayang tanpa sayap.
Yusuf Al Qordhawi menyebut bahwa guru yang baik ialah
guru yang menganggap semua murid sebagai anak-anaknya
sendiri. Guru yang baik menurutnya adalah yang mampu
memberikan pencerahan masa depan dengan membekali anak
didik dengan visi yang tajam dan ilmu yang menjanjikan.
Kita mengenal istilah pedagogik dalam dunia
pendidikan. Dalam pengertian Yunani, kata ini dimaknai
sebagai ilmu menuntun anak. Masalahnya, tidak semua guru
mempunyai ilmu menuntun anak dengan baik dan memadai.
Diperlukan rasa cinta bagi guru untuk memiliki ilmu tersebut.
Cinta yang tulus tentunya.
Filsuf Brazil, Paolo Freire, mengungkapkan, ‘’Education
is an act of love, and thus of an act courage...’’ (1973: 17).
Dalam pandangannya, cinta adalah salah satu prasyarat
penting dalam proses mendidik dan mengajar. Sedangkan
dua yang lain adalah kepercayaan dan kewibawaan.
Hakikatnya, anak belajar dari apa yang dilihat dan dirasa,
yang nanti berpengaruh besar pada perkembangan mentalnya
dan berimplikasi pada tingkah laku dan bahkan orientasi
hidupnya di masa datang.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana...
Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada
api yang menjadikannya abu...
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana...
seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada...
KEIKHLASAN
ADALAH CAHAYA
33
Pada konsep belajar sosial yang dicetuskan, Bandura
menyebutkan bahwa belajar terjadi karena peniruan.
Penyebab utamanya, misalnya, dengan meniru bunyi yang
sering didengar (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2000: 25).
Sebagai tokoh sentral di sekolah, apa pun yang ada pada
guru menjadi fokus perhatian siswa: sikap, tingkah laku, tutur
kata, cara berpakaian dan tak kecuali ekspresi wajah.
‘’Your face.
is a book where men
may read strange matters’’.
Begitu tulis penyair Inggris, Shakespeare. Jika siswa bisa
menangkap hal yang baik dari gurunya, kecemasan pada
diri mereka tentu tidak perlu ada. Kecemasan adalah salah
satu faktor penghambat belajar dan mengganggu kinerja
fungsi-fungsi kognitif anak.
Jika siswa menerima cinta dari gurunya, dia akan melihat
itu sebagai wujud cinta orang tuanya, yang selanjutnya dia
lukiskan sebagai suatu keindahan. Bak keindahan sebuah
puisi. Istilah guru bisa diartikan digugu dan ditiru (dipercaya
dan diteladani). Artinya, sosok guru sangat dipercaya oleh
siswa dan segala perilaku guru dicontoh anak didiknya.
Dalam pengertian itu, seorang siswa selayaknya mematuhi
apa yang dikatakan dan diperintah guru.
Gelar Masih Ada
Keniscayaan kita harus mendidik anak (murid) dengan hati?
Bukankah hati tidak pernah berdusta dan penuh cinta serta
kasih sayang? Hati kita selalu jujur. Hati kita selalu lemah
lembut penuh kasih. Tidakkah bahagia yang terasa bila kita
mendidik anak (murid) dengan penuh cinta dan kasih sayang?
34
Kearifan Cinta Sang Guru
Selama ini, kita bangga bila anak (murid) takut kepada
kita. Padahal, kepatuhan dan ketaatan yang mereka tunjukkan
hanyalah fatamorgana. Mereka menuruti keinginan kita, tetapi
bertolak belakang dengan apa yang ada dalam hati mereka.
Siksaan batin yang mereka rasakan lebih perih dan sakit
ketimbang kekerasan yang kita lakukan. Bahkan, mungkin
tidak akan pernah mereka lupakan sepanjang hayat.
Betapa nikmat bila anak (murid) menghormati kita
sebagai orang tua atau pendidik tanpa ada paksaan. Betapa
indah bila benak anak (murid) menggambar sosok kita sebagai
sosok bijak, demokratis, menghargai anak (murid).
Kita bukan momok yang menakutkan bagi anak
(murid). Kita adalah teman, kakak, adik, orang yang dapat
memberikan inspirasi dan support, serta panutan (teladan)
di kehidupan mereka. Menanamkan disiplin kepada anak
memang tidak mudah. Namun, itu dapat kita terapkan, asal
sesuai dengan karakter dan kepribadian anak (murid).
Disiplin tidak selalu identik dengan kekerasan. Kata-kata
tegas sudah cukup. Tidak perlu membentak-bentak, apalagi
main tangan. Bahkan, dengan kata-kata lembut pun kita dapat
menerapkan disiplin kepada anak.
Biarkanlah hati kita yang bicara dan menuntun kita.
Percayalah, hati tidak akan pernah berbohong. Jadikanlah
anak kita anak-anak yang penuh cinta dan kasih sayang.
Ajarkan kepadanya bahwa kekerasan bukanlah solusi dalam
menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi. Didiklah
anak (murid) kita dengan penuh cinta dan hati tulus tanpa
pamrih.
KEIKHLASAN
ADALAH CAHAYA
35
Boost Your Potential
Terdapat dua faktor penting pada diri guru, yakni kepercayan
pada guru dan daya tarik guru. Kedua hal ini berdasarkan
posisi siswa yang akan menerima pesan:
♦ Hasrat seseorang untuk memperoleh suatu
pernyataan yang benar; jadi guru mendapat
kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas
sampai di mana ia memperoleh kepercayaan dari
siswa, dan apa yang dinyatakannya.
♦
Hasrat sesorang untuk menyamakan dirinya
dengan guru atau bentuk hubungan lainnya
dengan guru yang secara emosional memuaskan;
jadi guru akan sukses dalam komunikasinya, bila
berhasil memikat perhatian siswa.
Kepercayaan kepada guru . Kepercayaan kepada guru
ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya.
Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan
meningkatkan daya perubahan sikap, sedang kepercayaan
yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang
menyenangkan. Lebih dikenal dan disenanginya guru oleh
siswa, lebih cenderung untuk mengubah kepercayaannya
ke arah yang dikehendaki guru.
Kepercayaan kepada guru mencerminkan bahwa pesan
yang diterima siswa dianggap benar dan sesuai dengan
kenyataan empiris. Pada umumnya diakui bahwa pesan yang
dikomunikasikan mempunyai daya pengaruh yang lebih
besar, apabila guru dianggap sebagai seorang ahli. Apakah
keahliannya itu khas atau bersifat umum seperti yang timbul
dari pendidikan yang lebih baik atau status sosial atau jabatan
profesi yang lebih tinggi.
36
Kearifan Cinta Sang Guru
Selain itu, untuk memperoleh kepercayaan sebesarbesarnya, guru bukan saja harus mempunyai keahlian,
mengetahui kebenaran, tetapi juga cukup objektif dalam
memotivasikan apa yang diketahuinya.
Daya tarik guru. Seorang guru akan mempunyai
kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui
mekanisme daya tarik, jika pihak siswa merasa bahwa guru
ikut serta dengan mereka dalam hubungannya dengan opini
secara memuaskan. Misalnya guru dapat disenangi atau
dikagumi sedemikian rupa, sehingga pihak siswa akan
menerima kepuasan dari usaha menyamakan diri dengannya
melalui kepercayaan yang diberikan. Atau guru dapat
dianggap mempunyai persamaan dengan siswa, sehingga
siswa bersedia untuk tunduk kepada pesan yang
dikomunikasikan guru.
Byrne telah melakukan demonstrasi bahwa siswa
menyenangi guru, apabila ia merasa adanya kesamaan antara
guru dengannya. Khususnya kesamaan ideologi lebih penting
daripada kesamaan demograpi. Tampaknya ada
kecenderungan yang kuat pada orang-orang untuk menyukai
orang lain. Kalau mereka merasa, bahwa orang lain tadi
mengambil bagian dalam kepercayaannya.
Adalah faktor perasaan yang sama dengan guru yang
terdapat pada siswa yang akan menyebabkan komunikasi
sukses. Sikap guru yang berusaha menyamakan diri dengan
siswa, akan menimbulkan simpati siswa pada guru.
KEIKHLASAN
ADALAH CAHAYA
37
s abook
i
e
c
a
f
Your
n may
e
m
e
r
whe
range
read st s
matter
TIPS..!!
1.
38
Cinta itu KOMITMEN
Cinta, tidak boleh main-main karena cinta perlu
komitmen. Cinta bukan habis manis sepah dibuang.
Cinta perlu dirancang dan dilaksanakan sebaik
mungkin. Tidak boleh bertengkar, memaksakan
kehendak, dan mengabaikan tanggung jawab pada
pasangan. Bagi mereka yang sudah menikah, nafkah
lahir dan batin wajib dipenuhi. Amanah sebagai suami
istri harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Suami
harus berkomitmen menjadi suami saleh, demikian
pula istri harus menjadi istri yang salehah sehingga
dapat melahirkan anak-anak yang afiq, arif, anis, dan
santun. Kerja sama yang baik antara suami dan istri
akan menjadikan rumah tangga dipenuhi mahabbah,
mawaddah, dan sakinah. Inilah arti cinta tanpa tinta.
Kearifan Cinta Sang Guru
2.
Cinta itu intuitif: NALURI
Cinta itu sifatnya naluri. Cinta ada di hati. Cinta yang
tulus adalah ketika kita dapat merasakan apa yang
dirasakan oleh orang yang kita sayangi. Jika kita tidak
mau disakiti, kita tidak boleh menyakiti hati orang lain.
Jika ingin disayang, kita harus memberi kasih sayang
terlebih dahulu. Jika ada rasa bimbang pada orang
yang kita cintai, kita akan dapat merasakannya.
Sebagaimana cinta ibu pada anak-anaknya. Ibu
seringkali dapat merasakan apa yang anak-anak
mereka lakukan baik itu perbuatan baik atau
perbuatan buruk.
3.
Cinta itu sifat bawaan: FITRAH
Cinta itu fitrah. Betul. Ketika Nabi Adam diciptakan
sendirian, dia merasakan kesunyian. Karena itu, Allah
menciptakan Hawa sebagai pendampingnya. Rasa
ingin disayangi dan menyayangi adalah fitrah manusia.
Wanita menyukai pria dan pria jatuh cinta kepada
seorang wanita. Cinta itu benar dan suci, demikian
arti cinta tanpa tinta.
4.
Cinta sering terletak di puncak: TOP
5.
Bila ada rasa cinta, kita akan sama-sama bekerja sama,
saling mengasihi. Itulah nilai yang mengikat kita semua
untuk terus bersatu. Sekuat cinta Tuhan yang
memberikan pelbagai nikmat hidup, cinta itu di
puncak kehidupan.
Cinta itu sifatnya ALTRUISTIK
Altruistik bermakna melebihkan orang lain dari diri
sendiri. Dalam lughah disebut al-itsar yang bermakna
pengorbanan. Makna hidup pada memberi. Cinta
sanggup membuat kita berkorban untuk yang kita cinta
dan kasihi sesuai arti cinta tanpa tinta.
KEIKHLASAN
ADALAH CAHAYA
39
Indahnya…Kearifan Cinta
Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan,
dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk
mendengar dan dua mata untuk melihat.
Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan
sekeping hati pada kita?
Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati
pada seseorang untuk kita mencarinya.
Itulah Cinta ...
Jika kita mencintai, cinta dapat mengubah pahit
menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi
bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi
telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan
menjadi rahmat.
40
Kearifan Cinta Sang Guru
Juz Enam
IBDA BINNAFSIK
41
Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.
(QS. Al Ahzab (33): 21)
42
Kearifan Cinta Sang Guru
Lobang Cermin
Keteladanan adalah tanggung jawab bagi kesinambungan
generasi demi generasi. Itulah yang kita maknai dari
penjelasan rasulullah SAW. Mengapa setiap bayi tergantung
orang tuanya. Orang tuanya yang menjadikan bayi itu sebagai
Yahudi atau Nasrani atau Majusi. Karena bayi itu lahir dalam
keadaan suci. Menurut istilah John Locke (tabularasa), bayi
itu dilahirkan bagaikan papan kosong ia akan meniru atau
belajar apa yang ditanamkan kedua orang tuanya atau
lingkungannya. Keteladanan tidak berhenti pada areal
tanggung jawab orang tua kepada anak. Dalam hubungan
atasan-bawahan atau guru-murid keteladanan adalah sebuah
keharusan. Maka seorang pemimpin harus menjadi teladan
bagi pengikutnya. Seorang atasan harus menjadi teladan bagi
seluruh bawahannya. Seorang guru harus menjadi teladan
bagi anak didiknya dan seterusnya, pihak yang dijadikan
teladan dan akan ditiru sudah selayaknya tampil yang baik.
Perbuatan vs Ucapan.
Keteladanan mengajarkan banyak hal tanpa banyak
berbicara. Perbuatan jauh lebih memberikan arti dan
pengaruh dari pada bahasa lisan. Dengan contoh, orang
dengan mudah mengikuti dan meniru secara benar. Apalah
artinya melarang siswa merokok jika para gurunya sendiri
masih merokok di hadapan anak didiknya.
Untuk mensukseskan pembangunan sumber daya
manusia, berbagai bentuk sikap keteladanan harus
dipraktekkan sedini mungkin. Sekolah bersama seluruh
lingkungan dan masyarakat yang luas harus menunjukan
bentuk sikap keteladanan yang positif. Jika prilaku sebagian
orang tua ataupun dari kalangan pendidikan, jauh dari nilainilai normative dan banyak melakukan tindakan tidak terpuji
maka hal ini akan menjadi pembelajaran yang negatif bagi
peserta didik.
IBDA BINNAFSIK
43
Idealnya, peserta didik di sekolah menerima bentukbentuk contoh prilaku positif yang dijadikan keteladanan.
Bersamaan dengan itu pula, masyarakat luas diharapkan
dapat berpartisipasi agar benih-benih moralitas positif peserta
tumbuh subur. Itulah yang sangat diharapkan agar benih yang
ada didalam jiwa peserta didik dapat tumbuh subur sesuai
dengan iklim yang ada disekitarnya.
Betapa banyak dan susah payahnya para pendidik di
lingkungan pendidikan atau sekolah mengupayakan berbagai
bentuk keteladanan, tetapi hal itu terbatas hanya sebatas pagar
sekolah. Artinya, berbagai bentuk keteladanan positif yang
akan disaksikan peserta didik tidak ada lagi diluar sekolah.
Bentuk keteladan tersebut hadir dan disaksikan secara
kontinyu. Dengan disaksikan secara kontinyu maka akan
terjadi pembiasaan yang positif. Biasanya masyarakat akan
menyalahkan guru atau pihak sekolah bila moralitas anak
didik mengalami penurunan. Rasanya hal itu tidak adil karena
dizaman modern ini pengaruh lingkungan dan keluarga lebih
besar perananya dalam membentuk kepribadian anak dari
pada sekolah. Dengan pembiasaan yang berkelanjutan, baik
di sekolah di rumah maupun di masyarakat luas, maka sifat
positif itu akan tumbuh dan menjadi bagian dari diri sendiri
yang akan mengubah jiwa muda tersebut menjadi lebih baik.
Pemahaman ini perlu diyakinkan pada seluruh pihak bahwa
tanggung jawab moralitas anak didik bukan sekedar menjadi
tanggung jawab para pendidik ataupun warga sekolah
masyarakat luas juga bertanggung jawab terhadap perbaikan
moralitas geberasi muda. Sayangnya justru lingkungan
masyarakat tidak dapat sepenuhnya menciptakan lingkungan
yang selalu member keteladanan.
44
Kearifan Cinta Sang Guru
Segalanya harus dimulai dari diri sendiri, banyak cara
untuk bisa menjadi teladan. Tetapi menjadi teladan tidak
sama dengan ingin menjadi segala-galanya. Menjadi teladan,
artinya seseorang berusahan untuk memberikan contoh yang
baik dalam berbagai sisi kehidupan. Dengan tetap menjaga
kehormatan diri tanpa menyombongkan dan merendahkan
diri. Teladan yang baik tidak akan pernah bosan untuk
membaca dan mengaca ke dalam dirinya sendiri. Bercermin
pada hati nuraninya, sebagai cermin yang paling jujur serta
memohon ridha dan taufik kepada ALLAH SWT.
Keteladanan seorang guru tercermin dari kepribadiannya dalam bersikap dan berbuat. Tidak saja ketika disekolah,
tetapi juga di luar sekolah. Guru harus menyadari bahwa
dirinya adalah figure yang diperhatikan oleh semua pihak.
Keteladanannya sebenarnya bukan hanya untuk anak
didiknya, tetapi juga bagi masyarakat.
Guru adalah bapak rohani bagi anak didiknya. Dosa
besar kalau guru justru meracuni rohani anak didinya.
Kebaikan rohani anak didik tergantung dari binaan dan
bimbingan guru. Tanggung jawab guru dalam mendidik
adalah meluruskan tingkah laku dan perbuatan anak didik
yang kurang baik yang dibawanya dari lingkungan keluarga
dan masyarakat. Bukan sebaliknya membawa penyakit
masyarakat kesekolah. Kalau hal ini yang terjadi, maka jangan
heran kalau murid kencing berlari karena gurunya kencing
sambil berdiri.
“Barang siapa yang memberikan contoh yang baik
dalam islam maka baginya pahala atas perbuatan baiknya
dan pahala orang-orang yang mengikutinya hingga hari
kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orangorang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian
itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang
mengikutinya” (HR Muslim).
IBDA BINNAFSIK
45
Mata Pelajaran Hidup
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullullah itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
ia banyak menyebut Allah (Al-Ahzad/33:21)
Jika keteladanan Rasulullah sebagai Al-Quran hidup
diterapkan pada guru, maka seharusnya guru sebagai “Mata
pelajaran hidup”: “Geografi hidup, Matematika hidup, Fisika
hidup, dan sebagainya”. Artinya kedalaman dan keluasan
ilmu (bidang studi) guru betul-betul terandalkan.
Faktor keteladanan yang seharusnya ada pada diri
seorang guru;
1. Kesiapan untuk dinilai dan dievaluasi. Ini akan
berdampak pada kehidupan sosial di masyarakat,
karena ucapan, sikap dan prilakunya menjadi
sorotan dan teladan.
2. Memiliki kompetensi Minimal. Maksudnya
kompetensi ini bisa dijadikan cermin bagi dirinya
maupun orang lain, dapat menumbuhkan dan
menciptakan keteladan, terutama bagi peserta
didiknya.
3. Memiliki Integritas. Integritas adalah adanya
kesamaan antara ucapan dan tindakan atau satu
kata satu perbuatan. Letaknya pada kualitas
istiqomah yang berupa komitmen dan konsistensi
terhadap profesi yang diembannya.
Orang mu’min adalah cermin bagi orang mu’min (yang
lain). Jika ia melihat cela padanya maka diperbaikinya
(HR.Bukhari). Cermin secara filosofi memiliki makna sebagai
berikut:
46
Kearifan Cinta Sang Guru
1.
2.
3.
4.
5.
Tempat yang tepat untuk intropeksi.
Menerima dan menampakkan apa adanya
Menerima kapan pun dan dalam keadaan apa pun.
Tidak pilih kasih atau tidak deskriminatif
Pandai menyimpan rahasia.
Mendidik dengan Keteladanan
1.
2.
3.
4.
Kesederhanaan. Guru harus pandai membawakan diri
sehingga terkesan sederhana dan bersahaja tetapi punya
kepiawaian dalam mengajar.
Kedekatan. Kedekatan hubungan guru dengan siswa
sangat ini hampir tidak ada. Padahal dengan kedekatan
ikatan antara guru dan murid dapat terjalin.
Suasana silahturahim. Fungsi silahturahim antara lain
adalah menumbuhkan rasa kecintaan dan rasa saling
peduli. Jika silahturahim diterapkan dalam suasana
pembelajaran tentu akan kondusif baik antara guru
dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa.
Pelayanan Maksimal. Maksudnya tugas utama guru
adalah menfasilitasi murid, atau guru sebagai fasilitator.
Memfasilitasi yang dimaksud pada hakikatnya sebagai
perwujudan bentuk pelayanan guru kepada murid
(guru sebagai pelayan)Guru dapat mengadopsi filosofi
jawa dalam menerima, menghormati, dan melayani
tamu dalam suatu perjamuan dengan empat sikap dan
prilaku “4-uh”, yaitu: (1) aruh (tegur sapa) murid harus
disambut ramah oleh guru; (2)gupuh (sibuk-repot) guru
penuh perhatian dan melayani murid dengan sungguhsungguh; (3) lungguh (duduk-tempat) Guru menyiapkan
pembelajaran dalam suasana yang kondusif; (4)suguh
(hidangan-sajian) Murid dapat menikmati pembelajaran
yang menarik dari guru bagaikan mendapat hidangan
yang lezat dalam suatu perjamuan.
IBDA BINNAFSIK
47
Uswatun Hasanah
Guru merupakan warisatul ambiya dan sekaligus teladan
kehidupan dalam lingkup yang luas dan menyeluruh. Inilah
tugas guru yang amat strategis dan mulia. Guru sebagai uswah
atau teladan harus memiliki modal dan sifat-sifat tertentu,
diantaranya:
Pertama, Guru harus meneladani Rasulullah Saw
sebagai teladan seluruh alam. Sebagaimana termaktub dalam
Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah”.
Kedua, guru harus benar-benar memahami prinsipprinsip keteladanan. Mulailah dengan ibda’ binafsikh, yaitu
dari diri sendiri. Dengan demikian guru tidak hanya pandai
bicara dan mengkritik tanpa pernah menilai dirinya sendiri.
Bercermin pada filosofi “gayung mandi”, dalam mendidik
karakter guru jangan seperti gayung mandi. Gayung
digunakan untuk mandi bertujuan membersihkan, tapi ia
sendiri tidak pernah mandi atau membersihkan dirinya
sendiri. Artinya guru harus mempraktikkannya terlebih dahulu
sebelum mengajarkan karakter kepada peserta didiknya.
Ketiga, guru harus mengetahui tahapan mendidik
karakter. Sekurang-kurangnya melalui tiga tahapan
pembelajaran yang penulis istilahkan dengan 3P yaitu:
pemikiran, perasaan dan perbuatan. Tahapan pertama
pemikiran; merupakan tahap memberikan pengetahuan
tentang karakter. Pada tahapan ini guru berusaha mengisi
akal, rasio dan logika siswa sehingga siswa mampu
membedakan karakter positif (baik) dengan karakter negatif
(tidak baik). Siswa mampu memahami secara logis dan
48
Kearifan Cinta Sang Guru
rasional pentingnya karakter positif dan bahaya yang
ditimbulkan karakter negatif.
Dalam mendidik karakter ini diistilahkan dengan
perasaan; merupakan tahap mencintai dan membutuhkan
karakter positif. Pada tahapan ini guru berusaha menyentuh
hati dan jiwa siswa bukan lagi akal, rasio dan logika.
Diharapkan pada tahapan ini akan muncul kesadaran dari
hati yang paling dalam akan pentingnya karakter positif, yang
pada akhirnya akan melahirkan dorongan atau keinginan
yang kuat dari dalam diri untuk mempraktikkan karakter
tersebut dalam kesehariannya. Disinilah tahap ketiga
perbuatan berperan; pada tahapan ini dorongan atau
keinginan yang kuat pada diri siswa untuk mempraktikkan
karakter positif diwujudkan dalam kehidupannya sehari-hari.
Siswa menjadi lebih santun, ramah, penyayang, rajin, jujur
dan semakin menyenangkan, menyejukkan pandangan serta
hati siapapun yang melihat dan berinteraksi dengannya.
Keempat, Guru harus mengetahui bagaimana
mengimplementasikan pendidikan karakter kepada siswa.
Tanamkan pengertian betapa pentingnya “cinta” dalam
melakukan sesuatu, tidak semata-mata karena prinsip timbal
balik. Ciptakan hubungan yang mesra, agar siswa peduli
terhadap keinginan dan harapan-harapan kita serta
tumbuhkan rasa sayang terhadap sesama. Dan kelima, guru
harus menyadari arti kehadirannya di tengah siswa, mengajar
dengan ikhlas, memiliki kesadaran dan tanggungjawab
sebagai pendidik untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran.
Mengajar bukan untuk sekadar melepaskan tugas, mengajar
karena panggilan jiwa, mengajar dengan cinta, merasa
bertanggung jawab terhadap keberhasilan siswa dunia
akhirat, dan mampu mengarahkan siswa tentang arti hidup.
IBDA BINNAFSIK
49
Karakteristik Guru Teladan
Untuk bisa menjadi teladan, maka ada beberapa karakteristik
yang perlu diperhatikan sebagaimana diungkap oleh
Mahmud Samir al-Munir dalam bukunya al-Mu’allimur
Rabbany-Guru Teladan.
Pertama, Karakteristik Akidah, Akhlak dan Prilaku, yaitu:
Guru harus mempunyai akidah yang bersih dari hal-hal yang
bertentangan dengannya. Senantiasa merasa diawasi oleh
Allah swt. (muraqabah) di manapun berada, melakukan
koreksi diri (muhasabah) atas kelalaian dan kesalahan.
Menanamkan sikap tawadhu’ (rendah hati), jangan sampai
timbul perasaan ujub dan ghurur, karena orang yang
tawadhu’ akan diangkatkan derajatnya oleh Allah Swt. Guru
harus berakhlak mulia, berkelakuan baik dan menjauhi halhal yang bertentangan dengan hal itu, baik di dalam maupun
di luar kelas. Mampu mengatur waktu dengan baik, sehingga
tidak ada waktu yag terlewatkan tanpa mendatangkan
manfaat duniawi dan ukhrawi.
Senantiasa melandaskan niat ibadah kepada Allah ketika
mengajarkan ilmu. Tidak semata-mata mengandalkan
kemampuan dan usaha belaka dalam mengajar, tetapi juga
berdo’a meminta taufiq serta pertolongan dari Allah Swt.
Guru harus menjadi teladan siswa-siswa dalam segala
perkataan, perbuatan dan prilaku. Guru harus selalu jujur,
adil, berkata yang baik dan memberi nasihat serta pengarahan
kepada anak didik. Umar bin Utbah, berpesan kepada
pendidik anaknya: “Hendaknya dalam memperbaiki anakku,
kamu perbaiki dirimu dahulu. Mata mereka mengikutimu.
Yang baik menurut mereka adalah apa yang kamu perbuat
dan yang buruk menurut mereka adalah apa yang kamu
tinggalkan.”
50
Kearifan Cinta Sang Guru
Kedua, Karakteristik Profesional. Profesi guru adalah
profesi yang sangat mulia. Risalah yang diemban guru sangat
agung. Seorang guru harus memiliki bekal dan persiapan
agar dapat menjalankan profesi dan risalahnya. Ada beberapa
hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru dan
dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, yakni sebagai
berikut: Menguasai materi pelajaran dengan matang melebihi
siswa-siswanya dan mampu memberikan pemahaman
kepada mereka secara baik. Guru harus memiliki kesiapan
alami (fitrah) untuk menjalani proses mengajar, seperti
pemikiran yang lurus, bashirah yang jernih, tidak melamun,
berpandangan jauh ke depan, cepat tanggap dan dapat
mengambil tindakan yang tepat pada saat-saat kritis.
Guru harus menguasai cara-cara mengajar dan
menjelaskan. Dia mesti menelaah buku-buku yang berkaitan
dengan bidang studi yang diajarkannya. Sebelum memasuki
pelajaran, guru harus siap secara mental, fisik, waktu dan
ilmu (materi). Maksud kesiapan mental dan fisik adalah tidak
mengisi pelajaran dalam keadaan perasaan yang kacau, malas
ataupun lapar.
Kesiapan waktu adalah ketika dia mengisi pelajaran itu
dengan jiwa yang tenang, tidak menghitung tiap detik yang
berlalu, tidak menanti-nanti waktu usainya atau
menginginkan para siswa membaca sendiri tanpa diterangkan
maksudnya atau menghabiskan jam pelajaran dengan halhal yang tidak ada gunanya bagi siswa. Sedangkan maksud
kesiapan ilmu adalah dia menyiapkan materi pelajaran
sebelum masuk kelas. Dia menyiapkan apa yang
dikatakannya. Sebisa mungkin, dia menghindari spontanitas
dalam mengajar jika tidak menguasai materinya.
Inilah garis besar yang diberikan oleh Mahmud Samir
al-Munir, saya kemukakan kembali karakteristik ini adalah
IBDA BINNAFSIK
51
sebagai wahana refleksi (renungan) buat kita semua para guru.
Untuk bisa sempurna 100 % memenuhi karakteristik, saya
pikir hal yang mustahil, sebab manusia jauh dari
kesempurnaan. Namun, paling tidak ini menjadi tolok ukur
untuk terus melakukan yang terbaik buat murid-murid kita
ke depan.
Masyarakat secara umum juga harus bijaksana dalam
menilai guru, jangan dianggap bahwa guru itu adalah
makhluk sacral (tidak pernah berdosa). Untuk itu kesalahan
dari seorang guru bukan berarti karirnya yang terakhir sebagai
seorang pendidik, guru juga butuh nasehat, kritik yang
konstruktif sehingga kesempatan yang ada bisa menjadi
wahana perubahan menjadi lebih baik. Wallahu a’lamu.
52
Kearifan Cinta Sang Guru
Juz Tujuh
SIFAT-SIFAT
GURU
53
Guru dan Dokter itu Sama
Bersabar engkau atas sakitmu
jika saran dokter tidak engkau turuti
Dan Terimalah Kebodohan mu
jika Saran gurumu tidak engkau
indahkan
Dikutip dari Syair dalam kitab Ta’lim Muta’allim
54
Kearifan Cinta Sang Guru
Syakhshiyah: Aqliyah + Nafsiyah
Tulisan ini dikutip dari Mardias Gufron yang menjelaskan
bahwa seorang guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah
“orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing”.
Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu
hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid.
Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang
pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami
dan menguasai materi pengajaran yang diajarkan kepadanya.
Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab
menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi
juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai
tinggi.
Untuk menjadi seorang pendidik yang baik, Imam AlGhazali dalam kitab Ihyaa Ulumuddin menetapkan beberapa
kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang guru.
Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi
tugas mendidik adalah guru yang selain cerdas dan sempurna
akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya
dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu
pengetahuan secara mendalam dan dengan akhlaknya yang
baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya
serta dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas
mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.
Selain sifat-sifat umum yang harus dimiliki guru sebagaimana
disebutkan di atas, seorang guru juga harus memiliki sifatsifat khusus atau tugas-tugas tertentu sebagai berikut :
Pertama, Jika praktek mengajar merupakan keahlian dan
profesi dari seorang guru, maka sifat terpenting yang
harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang. Sifat ini
dinilai penting karena akan dapat menimbulkan rasa
percaya diri dan rasa tenteram pada diri murid terhadap
SIFAT-SIFAT GURU
55
gurunya. Hal ini pada gilirannya dapat menciptakan
situasi yang mendorong murid untuk menguasai ilmu
yang diajarkan oleh seorang guru.
Kedua, karena mengajarkan ilmu merupakan kewajiban
agama bagi setiap orang alim (berilmu), maka seorang
guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya
mengajarnya itu. Seorang guru harus meniru Rasulullah
SAW, yang mengajar ilmu hanya karena Allah, sehingga
dengan mengajar itu ia dapat bertaqarrub kepada Allah.
Demikian pula seorang guru tidak dibenarkan minta
dikasihani oleh muridnya, melainkan sebaliknya ia harus
berterima kasih kepada muridnya atau memberi
imbalan kepada muridnya apabila ia berhasil membina
mental dan jiwa. Murid telah memberi peluang kepada
guru untuk dekat pada Allah SWT. Namun hal ini bisa
terjadi jika antara guru dan murid berada dalam satu
tempat, ilmu yang diajarkan terbatas pada ilmu-ilmu
yang sederhana, tanpa memerlukan tempat khusus,
sarana dan lain sebagainya. Namun jika guru yang
mengajar harus datang dari tempat yang jauh, segala
sarana yang mendukung pengajaran harus diberi
dengan dana yang besar, serta faktor-faktor lainnya harus
diupayakan dengan dana yang tidak sedikit, maka akan
sulit dilakukan kegiatan pengajaran apabila gurunya
tidak diberikan imbalan kesejahteraan yang memadai.
Ketiga, seorang guru yang baik hendaknya berfungsi juga
sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar
di hadapan murid-muridnya. Ia tidak boleh
membiarkan muridnya mempelajari pelajaran yang
lebih tinggi sebelum menguasai pelajaran yang
sebelumnya. Ia juga tidak boleh membiarkan waktu
berlalu tanpa peringatan kepada muridnya bahwa
tujuan pengajaran itu adalah mendekatkan diri kepada
56
Kearifan Cinta Sang Guru
Allah SWT, dan bukan untuk mengejar pangkat, status
dan hal-hal yang bersifat keduniaan
Keempat, dalam kegiatan mengajar seorang guru hendaknya
menggunakan cara yang simpatik, halus dan tidak
menggunakan kekerasan, cacian, makian dan
sebagainya. Dalam hubungan ini seorang guru
hendaknya jangan mengekspose atau menyebarluaskan
kesalahan muridnya di depan umum, karena cara itu
dapat menyebabkan anak murid yang memiliki jiwa
yang keras, menentang, membangkang dan memusuhi
gurunya dan jika keadaan ini terjadi dapat menimbulkan
situasi yang tidak mendukung bagi terlaksananya
pengajaran yang baik.
Kelima, seorang guru yang baik juga harus tampil sebagai
teladan atau panutan yang baik di hadapan muridmuridnya. Dalam hubungan ini seorang guru harus
bersikap toleran dan mau menghargai keahlian orang
lain. Seorang guru hendaknya tidak mencela ilmu-ilmu
yang bukan keahliannnya atau spesialisasinya. Kebiasaan
seorang guru yang mencela guru ilmu fiqih dan guru
ilmu fiqih mencela guru hadis dan tafsir, adalah guru
yang tidak baik. (Al-Ghazali, t.th:50)
Keenam, seorang guru yang baik juga harus memiliki prinsip
mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki murid
secara individual dan memperlakukannya sesuai dengan
tingkat perbedaan yang dimiliki muridnya itu. Dalam
hubungan ini, Al-Ghazali menasehatkan agar guru
membatasi diri dalam mengajar sesuai dengan batas
kemampuan pemahaman muridnya dan ia sepantasnya
tidak memberikan pelajaran yang tidak dapat dijangkau
oleh akal muridnya, karena hal itu dapat menimbulkan
SIFAT-SIFAT GURU
57
rasa antipati atau merusak akal muridnya. (Al-Ghazali,
t.th:51)
Ketujuh, seorang guru yang baik menurut Al-Ghazali adalah
guru yang di samping memahami perbedaan tingkat
kemampuan dan kecerdasan muridnya, juga memahami
bakat, tabiat dan kejiawaannya muridnya sesuai dengan
tingkat perbedaan usianya. Kepada murid yang
kemampuannya kurang, hendaknya seorang guru
jangan mengajarkan hal-hal yang rumit sekalipun guru
itu menguasainya. Jika hal ini tidak dilakukan oleh guru,
maka dapat menimbulkan rasa kurang senang kepada
guru, gelisah dan ragu-ragu.
Kedelapan, seorang guru yang baik adalah guru yang
berpegang teguh kepada prinsip yang diucapkannya,
serta berupaya untuk merealisasikannya sedemikian
rupa. Dalam hubungan ini Al-Ghazali mengingatkan
agar seorang guru jangan sekali-kali melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan prinsip yang
dikemukakannya. Sebaliknya jika hal itu dilakukan akan
menyebabkan seorang guru kehilangan wibawanya. Ia
akan menjadi sasaran penghinaan dan ejekan yang
pada gilirannya akan menyebabkan ia kehilangan
kemampuan dalam mengatur murid-muridnya.
Dari delapan sifat guru yang baik sebagaimana
dikemukakan di atas, tampak bahwa sebagiannya masih ada
yang sejalan dengan tuntutan masyarakat modern. Sifat guru
yang mengajarkan pelajaran secara sistematik, yaitu tidak
mengajarkan bagian berikutnya sebelum bagian terdahulu
dikuasai, memahami tingkat perbedaan usia, kejiwaan dan
kemampuan intelektual siswa, bersikap simpatik, tidak
menggunakan cara-cara kekerasan, serta menjadi pribadi
58
Kearifan Cinta Sang Guru
panutan dan teladan adalah sifat-sifat yang tetap sejalan
dengan tuntutan masyarakat modern.
Sifat-Sifat Guru yang Diharapkan
Dalam Islam, kedudukan seorang guru sangatlah mulia, oleh
karena itu pula sudah selayaknya seorang guru juga menjaga
kemuliaan dirinya. Ada beberapa sifat yang harapannya bisa
menjadi sifat bagi semua guru.
1. Zuhud dalam arti tidak mengutamakan materi dan
mengajar karena mencari keridhaan Allah semata.
Berkaitan dengan inilah maka kewajiban negara untuk
memberikan penghidupan yang layak bagi para guru
dengan seluruh fasilitas kehidupan yang memadai.
2.
Kebersihan guru harus senantiasa dijaga. Artinya seorang
guru harus bersih tubuhnya, jauh dari perbuatan
maksiat, dosa dan kesalahan. Bersih jiwanya, terhindar
dari dosa besar, sifat riya’, dengki, permusuhan,
perselisihan dan sifat-sifat lain yang tercela. Rasulullah
saw. bersabda: “Rusaknya umatku karena dua macam
manusia, yaitu seorang alim yang durjana dan seorang
shaleh yang jahil, orang yang paling baik adalah ulama
yang baik dan orang yang paling jahat adalah orangorang yang bodoh”
3.
Ikhlash dalam pekerjaan. Keikhlasan dan kejujuran
merupakan kunci bagi keberhasilan seorang guru dalam
menjalankan tuganya. Ikhlas artinya sesuai antara
perkataan dan perbuatan, melakukan apa yang ia
katakan dan tidak malu untuk menyatakan
ketidaktahuan. Seorang alim adalah orang yang selalu
merasa harus menambah ilmunya dan menempatkan
dirinya sebagai pelajar untuk mencari hakikat, di
samping itu ia ikhlas terhadap murid dan menjaga
SIFAT-SIFAT GURU
59
waktunya. Tidak ada halangan seorang guru belajar dari
muridnya, karena seorang guru dalam pendidikan Islam
adalah seorang yang rendah hati, bijaksana, tegas dalam
kata dan perbuatan, lemah lembut tanpa memperlihatkan kelemahan, keras tanpa memperlihatkan kekasaran.
4.
Pemaaf. Ia sanggup untuk menahan kemarahan,
menahan diri, lapang hati, sabar dan tidak pemarah.
5.
Seorang guru merupakan bapak/ibu, saudara dan
sahabat sebelum ia menjadi guru
6.
Seorang guru harus mengetahui tabiat murid
7.
Menguasai materi pelajarannya.
8.
Kreatif dalam memberikan pengajaran kepada
siswanya, sehingga siswa mudah dalam menerima
transfer pemikiran yang diberikan.
9.
Harus menaruh kasih sayang terhadap murid dan
memperhatikan mereka seperti terhadap anak sendiri.
10. Memberikan nasihat kepada murid dalam setiap
kesempatan.
11. Mencegah murid dari akhlak yang tidak baik dengan
jalan sindiran, terus terang, halus dengan tidak mencela.
12. Guru harus memperhatikan tingkat kecerdasan
muridnya dan berbicara dengan mereka dengan kadar
akalnya, termasuk di dalamnya berbicara dengan bahasa
mereka.
13. Tidak menimbulkan kebencian pada murid terhadap
suatu cabang ilmu yang lain.
14. Guru harus mengamalkan ilmu dan selarasnya kata
dengan perilaku.
60
Kearifan Cinta Sang Guru
Juz Delapan
LOBANG KUNCI
KEARIFAN
61
Jika hari ini seorang Perdana Menteri berkuasa
Jika hari ini seorang Raja menaiki takhta
Jika hari ini seorang Presiden sebuah negara
Jika hari ini seorang ulama yang mulia
Jika hari ini seorang peguam menang bicara
Jika hari ini seorang penulis terkemuka
Jika hari ini siapa saja menjadi dewasa;
Sejarahnya dimulakan oleh seorang guru biasa
Dengan lembut sabarnya mengajar tulis-baca.
USMAN AWANG 1979
Mujahadah
Mujahadah bisa kita rumuskan sebagai kunci untuk
memahami proses motivasi yang terletak pada makna dan
hubungan antar unsur di atas. W. Huitt (1999:76)
mendefinisikan istilah mujahadah (motivasi) adalah keadaan
internal atau kondisi berupa kebutuhan, hasrat atau keinginan
yang menggerakkan, menggiatkan dan mengarahkan
perilaku. (1998:1).
Menurut Richard M. Steers and Lyman W. Porter
(1999:87) bahwa motivasi yang terdapat dalam diri seseorang
mempunyai tiga karakteristik, yakni:
♦ Apa yang menggerakkan perilaku seseorang?
♦ Apa yang mengarahkan perilaku? dan
♦ Bagaimana perilaku tersebut dapat dipertahankan?
62
Kearifan Cinta Sang Guru
Ketiga komponen di atas sangat penting dan merupakan
faktor penentu bagi perilaku seseorang dalam belajar.
Pertama, pengertian ini menitikberatkan kekuatan yang
terdapat pada diri seseorang sehingga terdorong untuk
berprilaku dengan cara-cara yang sesuai dengan
lingkungan tertentu.
Kedua, sebagian orang berprilaku beroroentasi tujuan untuk
prilakunya diarahkan kepada sesuatu tujuan.
Ketiga, ada anggapan bahwa motivasi merupakan orientasi
sistem di mana kekuatan pada diri seseorang dan
lingkunganya memberikan umpan balik untuk
memperkuat insentitas dorongan dan tujuannya
maupun untuk tidak melaksanakan aksinya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Stephen P. Robbins
dan Marry Coulter (2000:89), bahwa motivasi adalah
kemauan dengan usaha yang sekuatnya-kuatnya untuk
mencapai tujuan organisasi dan disesuaikan dengan
kemampuan untuk memuaskan beberapa kebutuhan diri.
Di sini ada tiga kunci yang berhubungan dengan motivasi
yaitu usaha, tujuan organisasi dan kebutuhan.
Lebih lanjut dikemukakan juga bahwa proses motivasi
itu dimulai dari kebutuhan yang tidak terpuaskan, kemudian
timbul ketegangan yang merupakan dorongan untuk
berprilaku tertentu. Setelah kebutuhan itu terpenuhi maka
ketegangan tersebut akan menurun.
Sementara itu Cascio (1999:56) menuliskan bahwa Teori
Motivasi diklasifikasikan menjadi empat bagian, yaitu: teori
kebutuhan, teori penguat, teori harapan dan penetapan
tujuan. Dalam teori kebutuhan (needs theories) motivasi
dipandang sebagai kekuatan berupa hasrat seseoranh
memuaskan kebutuhanya. Teori ini memusatkan perhatian
pada faktor-faktor dalam diri seseorang yang menguatkan,
LOBANG KUNCI KEARIFAN
63
mendukung dan menghentikan perilaku seseorang tersebut.
Seorang melakukan sesuatu pebelajaran adalah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun
nonmateril. Bila kebutuhanya sudah terpenuhi akan timbul
kepuasan yang akan mempertinggi semangat belajarnya.
Pada teori kebutuhan diasumsikan bahwa tindakan
manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi
kebutuhanya. Oleh karena itu apabila pimpinan akan
memotivasi bawahanya haruslah mengetahui apa yang
menjadi keburuhan bawahanya tersebut.
Berelson dan Steiner, sebagaimana dikutip oleh Koonz,
Donell dan Weihrich (1984:478) menjelaskan bahwa motif
sebagai keadaan dari dalam yang menggiatkan, menggerakkan
atau memindahkan dan secara langsung berhubungan dengan
perilaku yang mengarah pada tujuan.
Dalam hal motif sebenarnya merupakan pendorong
yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melaksanakan
aktivitas-aktivitas yang dapat megarah pada sasaran tertentu.
Dengan adanya motif seseorang dapat tergerak untuk
bertingkah laku dan berbuat dengan tujuan tertentu.
Sementara motivasi adalah istilah umum yang berlaku pada
seluruh kelompok dari dorongan hasrat, kebutuhan, harapan
dan kekuatan lain serupa.
Pada teori penguatan yang disebut juga teori intensif
didasarkan pada prinsip pembelajaran yaitu prilaku yang
dihargai cenderung diulang dan yang tidak dihargai cenderung
tidak diulangi. Teori ini tidak menggunakan konsep suatu motif
atau proses motivasi. Sebaliknya pada teori ini dijelaskan
bagaimana konsekuensi perilaku seseorang di masa lalu akan
mempengaruhi tindakannya dimasa akan datang dalam suatu
siklus proses belajar.
Menurut Hasibuan (2000:77), teori ini menyatakan
bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk belajar
64
Kearifan Cinta Sang Guru
tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang
diinginkan dengan hasil siswaan itu. Seseorang akan belajar
untuk merealisasikan harapan-harapannya.
Bila seseorang merasa yakin bahwa sesuatu yang
diharapkan akan terpenuhi maka ia akan mau belajar keras
dan sebaliknya.(1996:116). Harapan adalah suatu
kesempatan yang berikan akan terjadi karena perilaku.
Seseorang akan mengharapkan suatu konsekuensi tertentu
dari tingkah lakunya. Harapan ini mempengaruhi
keputusanya bagaimana seharusnya bertingkah laku. Misalnya
seorang manajer pemasaran akan berpikir melampaui target
penjualan mungkin karena mengharapkan bonus, pujian
atau promosi jabatan. Besarnya harapan berkisar antara “nol”
sampai “positif satu”. Harapan dinyatakan dalam
kemungkinan atau probabilitas. Sedangkan nilai adalah akibat
dari perilaku tertentu bagi setiap individu yang bersangkutan.
Hasil dari tingkah laku tertentu mempunyai valensi khusus,
atau kekuatan untuk memotivasi yang bervariasi dari satu
individu ke individu lainnya.
Sebagai contoh seorang guru yang berorientasi kepada
uang dan prestasi, peralihan jabatan dengan gaji lebih besar
di kota lain akan mempunyai valensi lebih besar dari pada
seorang manajer yang menghargai ketenangan berkeluarga
dengan berkumpul bersama anak istri, pemindahan yang
sama akan mempunyai valensi lebih rendah.
Sementara yang disebut pertautan adalah persepsi dari
individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan
dengan hasil tingkat kedua. Pertautan juga dapat diartikan
besarnya probabilitas artinya seberapa besar kemungkinan
terpenuhinya keinginan dan kebutuhannya bila siswaannya
dilakukan dengan efektif.
Dalam teori penetapan tujuan dinyatakan bahwa
perilaku seseorang terkait erat dengan tujuannya. (Wayne.F.
LOBANG KUNCI KEARIFAN
65
Cascio. 1995:416 ). Dalam teori penetapan tujuan dinyatakan
bahwa tujuan-tujuan yang spesifik dan sukar tetapi diterima
oleh yang bersangkutan dapat menjurus kepada prestasi
belajar yang lebih tinggi. Kecendurungan seseorang untuk
belajar demi tercapinya tujuan, dapat merupakan sumber
motivasi yang besar.
Tujuan dan target akan memberitahukan kepada siswa
tentang kebutuhan apa yang harus dipenuhi dan seberapa
jauh usaha yang diperlukan untuk itu. Bukti-bukti telah
mendukung secara kuat, tujuan-tujuan yang sukar sekalipun
bila sudah diterima akan memberikan hasil yang lebih baik
daripada tujuan yang kelihatannya mudah tetapi tidak jelas.
Jika para siswa diberikan kesempatan untuk terlibat
dalam penetapan tujuan, hal ini pada umumnya dapat
meningkatkan prestasi, mengingat tujuan tersebut sudah
diterima sejak ditetapkan. Meskipun tujuan tersebut terasa
sukar tetapi karena para siswa
sudah terlibat sejak awal dan menerimanya maka
motivasi untuk melaksanakan dan menyelesaikannya akan
meningkat. Hal ini dapat dimengerti karena siswa telah
memiliki komitmen yang tinggi dengan tujan yang ditetapkan
dan memiliki efektivitas diri yang baik.
Dengan memiliki komitmen yang tinggi terhadap tujuan,
siswa tidak akan meremehkan dan meninggalkan tujuan
tersebut, bahkan tujuan yang ditetapkan oleh dan untuk siswa
dan tidak dipaksakan itu akan dihargai dan siswa tersebut
berusaha mencapai tujuan tersebut. Sedangkan yang dinamakan
efektivitas diri adalah kepercayaan seseorang bahwa dia memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan tugas dengan baik.
Makin besar pula rasa percaya dirinya terhadap
kemampuan untuk mensukseskan tugas. (Makmuri Muchlas.
1999: 145). Masih berkaitan dengan teori penetapan tujuan,
66
Kearifan Cinta Sang Guru
dalam hal ini menurut ahli psikologi Edwin Locke menyatakan
bahwa kecenderungan sifat manusia untuk menentukan
sasaran dan berjuang keras untuk mencapainya hanya
bermanfaat bila orang tersebut memahami dan menerima
sasaran tersebut.
Seorang melakukan sesuatu pembelajaran adalah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun
nonmateril. Bila kebutuhanya sudah terpenuhi akan timbul
kepuasan yang akan mempertinggi semangat belajarnya.
Orang akan termotivasi kalau mereka bertingkah laku dalam
cara yang menggerakkan mereka ke sasaran yang jelas, yang
mereka terima dan terhadapat harapan yang cukup besar
untuk dicapainya.
Earley dan Shalley seperti yang dikutip oleh Stoner,
Freeman dan Gilbert J.R. menguraikan bahwa proses penentuan
sasaran terbagi dalam empat tahap kesimpulan seseorang.
Pertama, penetapan standar apa yang hendak dicapai.
Artinya sebelum seseorang beraktivitas dengan
perilaku tertentu ia akan berfikir kemungkinankemungkinan dan alternatif mengenai standar apa
yang akan dicapai, untuk itu harus ditetapkan
terlebih dahulu.
Kedua, adanya evaluasi apakah standar tersebut dapat
dicapai. Dalam tahap ini seseorang sudah
memetakan kemungkinan-kemungkinan dan
melakukan perhitungan mengenai kekuatan dan
kelemahan dirinya untuk mencapai standar yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Ketiga, pada tahap ini evaluasi dilakukan sekali lagi,
yaitu evaluasi menyangkut apakah standar yang
sudah ditetapkan tersebut sesuai dengan sasaran
pribadinya.
LOBANG KUNCI KEARIFAN
67
Keempat, bila ketiga tahap sebelumnya sudah tidak ada
masalah artinya standar yang ditetapkan dapat
dicapai dan sesuai dengan sasaran pribadi maka
seseorang baru akan muncul tingkah laku kearah
sasaran. (James A.F. Stoner, R. Edward Freman and
Daniel R. Gilbert J.R. 1996:148 ).
Dalam pandangan Chung dan Megginson seperti yang
dikutip oleh Gomes motivasi dirumuskan sebagai perilaku
yang ditujukan pada sasaran. Motivasi terkait erat dengan
tingkat usaha yang dilakukan seseorang dalam mengejar
tujuan. Kaitannya dengan motivasi seseorang untuk belajar
biasanya ditujukan dengan usaha yang terus menerus dan
berorientasi pada tujuan, dan tidak mudah terganggu halhal kecil. Motivasi sesorang siswa melibatkan faktor-faktor
individual dan faktor-faktor organisasional.
Faktor-faktor individual seperti:
♦ Kebutuhan-kebutuhan
♦ Tujuan-tujuan
♦ Sikap dan
♦ Kemampuan-kemampuan
Sedangkan yang tergolong faktor organisasional meliputi:
♦ Pembayaran
♦ Keamanan siswaan sesama siswa
♦ Pengawasan
♦ Pujian
♦ Siswaan itu sendiri
Motivasi kearifan akan mempengaruhi perilaku seseorang
dan perilaku manusia termotivasi dengan adanya keinginan
untuk mencapai tujuan, dengan kata lain perilaku manusia selalu
berorientasi pada tujuan tertentu. (Paul Hersei dan Kenneth H.
68
Kearifan Cinta Sang Guru
Blancard, 1998:18). Pendapat senada juga menyebutkan bahwa
motivasi adalah berbagai pengaruh yang menyebabkan,
menghubungkan dan mendukung perilaku siswa.
Seseorang akan berperilaku tertentu tekait erat dengan
keinginan-keinginannya. (Don Hellriegel dan John. W
Slocum, 1989:424). Hal ini sesuai dengan apa dikemukakan
Gibson, Ivancevich dan Donnelly bahwa motivasi adalah
pengertian yang menggambarkan kekuatan tindakan dari
pegawai dalam memulai dan menggerakkan perilaku. Siswa
yang dimotivasi oleh pimpinannya akan menemukan cara
terbaik dalam melakukan pembelajaran dan akan
menghasilkan kualitas tinggi. (James L. Gibson, John M.
Ivoncevich dan James H. Donnelly, 1991: 99).
Pada dasarnya perilaku manusia berorientasi pada tujuan
serta digerakkan oleh keinginan mencapai tujuan tertentu.
Wujud dari setiap perilaku adalah tindakan, artinya bentuk
perilaku yang paling nyata adalah tindakan atau aktivitas.
Dapat dikatakan bahwa setiap perilaku seseorang adalah
serangkaian tindakan atau aktivitas. Perilaku seseorang tidak
dapat dilepaskan dari dua unsur utama yaitu motivasi dan
tujuan yang saling tergantung satu dengan lainnya.
Motivasi kearifan merupakan kekuatan dari dalam diri
seseorang, sedangkan tujuan adalah sesuatu yang hendak
dicapai yang berada di luar diri seseorang. Dalam kaitan ini
kadang-kadang istilah motivasi dipakai silih berganti dengan
istilah lainnya seperti:
♦ kebutuhan
♦ keinginan
♦ dorongan atau impulsa.
(Miftah Thoha, 1994:200-202).
Motivasi sangat berpengaruh pada intensitas tindakan dan
belajar seseorang seperti yang diungkapkan oleh Mejia, Balbin
LOBANG KUNCI KEARIFAN
69
dan Cardy bahwa motivasi merupakan hasrat seseorang untuk
melakukan pembelajaran paling baik atau menggunakan
usaha maksimum dalam mengerjakan tugas yang ditetapkan.
Seseorang yang memiliki motivasi tinggi akan belajar sebaikbaiknya disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh demi
hasil yang memuaskan. (Luis R. Gomes-Mejia, David B, Balkin
dan Robert L. Cardy, 1998: 16).
Motivasi juga mendorong manusia untuk belajar. Dalam
hal ini Panoraga mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu
yang menimbulkan semangat atau dorongan belajar.
Dorongan dan semangat ialah yang membuat seseorang tidak
mudah menyerah dan tetap bertahan pada perilaku tertentu
untuk mencapai sesuau yang diinginkan. (Panji Anoraga,
1992: 35). Menurut pandangan Amstrong motivasi
merupakan sesuatu yang mampu menggerakkan seseorang
untuk bertindak atau berperilaku menurut cara-cara tertentu.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua bentuk yakni
motivasi hakiki (intrinsic) dan motivasi (extrinsic). Motivasi
intrinsic adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu
itu sendiri yang merupakan faktor-faktor dari dalam dan dapat
mempengaruhi seseorang untuk berperilaku tertentu.
Sementara motivasi extrinsic adalah motivasi yang
didapatkan dari orang lain bukan berasal dari dalam diri orang
itu sendiri. Seseorang yang memotivasi orang lain, maka
motivasi yang diperolehnya berupa motivasi extrinsik. (Michael
Amstrong, 1999: 65). Pendapat senada dikemukakan Nawawi
di mana funsi motivasi dibagi dalam tiga macam yaitu:
♦ motivasi sebagai penggerak bagi manusia
sebagaimana bahan bakar pada kenderaan
♦
70
motivasi merupakan pengatur dalam memilih alternatif
di antara dua atau lebih kegiatan dengan memperkuat
suatu motivasi atau memperlemah motivasi yang lain,
Kearifan Cinta Sang Guru
sehingga seseorang akan melakukan aktivitasatau
meninggalkan aktivitas yang lain.
♦
motivasi merupakan pengatur arah atau tujuan dalam
melakukan aktivitas. Dengan perkataan lain
seseorang akan memilih dan berusaha untk mencapai
tujuan pada sistem yang memberikan motivasi tinggi
bukan mewujudkan tujuan pada sistem dengan
motivasi lemah. (Hadari Nawawi, 1997: 351).
Berkaitan dengan fungsi menggerakkan, motivasi akan
menjadi sumber kekuatan bagi manusia sebagai makhluk
hidup yang memiliki daya gerak yang mencakup seluruh
aktivitas mental yang dirasakan atau dialami dan memberikan
kondisi sehingga terjadi perilaku tertentu. Sebagai fungsi
pengatur motivasi memiliki peran ganda yakni pengatur
dalam memilih alternatif kegiatan dan pengatur dalam
memilih tujuan. Peran sebagai pengatur alternatif diwujudkan
dalam bentuk memilih aktivitas mana yang memiliki motivasi
yang lebih besar dari berbagai alternatif aktivitas yang ada
secara bersamaan.
Sedangkan hubungannya dengan peran motivasi sebagai
pengatur memilih tujuan dimanifestasikan dalam bentuk
memilih aktivitas mana yang sesuai dengan tujuan pribadi
seseorang. Motivasi merupakan pendorong bagi seseorang
sehingga orang tersebut dapat melakukan suatu kegiatan.
Suatu siswaan yang dilakukan atas dasar motivasi akan terasa
lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Motivasi akan memberikan kekuatan bagi seseorang
sehingga orang tersebut mampu belajar dengan giat dan
bertahan dalam waktu relatif cukup lama serta tidak mudah
menyerah menghadapi berbagai kesulitan dalam mencapai
suatu tujuan. Sebaliknya orang yang tidak memiliki motivasi
LOBANG KUNCI KEARIFAN
71
akan cepat menyerah menghadapi siswaan yang mudah
sekalipun. Oleh karena itu motivasi bagi seseorang
merupakan hal yang penting dan modal utama dalam meraih
suatu keberhasilan.
Dalam suatu organisasi di mana di dalamnya berkumpul
orang-orang dengan berbagai latar belakang ekonomi,
pendidikan, sosial budaya dan politik serta perbedaan
kepentingan maka orang satu dengan lainnya akan berbeda
dalam hal memandang dan mempersepsikan sesuatu hal yang
sama sekalipun. Sebagai konsekuensinya masalah motivasi
menjadi hal yang rumit dan harus mendapatkan perhatian
yang serius dari para guru mengingat di satu sisi adanya
kepentingan pribadi-pribadi yang beragam dan di pihak lain
kepentingan pembelajaran harus pula diperhatikan.
Pemberian motivasi harus dilakukan dengan
memperhatikan kepentingan individual siswa yang kadangkadang tidak sejalan dengan kepentingan pendidikani.
Dalam hal ini Hasibuan memerinci tujuan pemberian
motivasi sebagai berikut: (Hasibuan, 97-98).
♦ Mendorong gairah dan semangat belajar siswa
♦ Meningkatkan moral dan kepuasan belajar siswa
♦ Meningkatkan produktivitas belajar siswa;
♦ Mempertahankan loyalitas dan kestabilan siswa
perusahaan
♦ Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan
tingkat absensi siswa
♦ Mengefektifkan pengadaan siswa
♦ Menciptakan suasana dan hubungan belajar yang
baik
♦ Meningkatkan kreativitas dan partisipasi siswa
♦ Meningkatkan kesejahteraan siswa
♦ Mempertinggi rasa tanggung jawab siswa terhadap
tugas-tugasnya
72
Kearifan Cinta Sang Guru
♦
Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan
bahan baku
Muhimmatunnusur
Secara umum muhimmah dapat diartikan sebagai kekuatan yang
mendorong atau mempengaruhi seseorang untuk berpartisipasi
dalam suatu aktifitas yang lebih dalam dari aktifitas lain. Untuk
mengetahui muhimmah seseorang diperlukan waktu yang cukup
lama, muhimmah membuat seseorang lebih tertarik pada salah
satu objek atau situasi. Muhimmah tumbuh dan berkembang
sesuai dengan pengetahuan dan pengertian akan hal tertentu.
Muhimmah tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat usia
dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, tapi menginjak masa
dewasa, muhimmah relatif menetap dan menjadi sempit serta
lebih tajam dan terarah. Hurlock (1991;217).
Arti muhimmah atau minat menurut Crow (1984;351)
menunjukkan kemampuan memberi stimulus yang
mendorong untuk memperhatikan suatu objek atau situasi
yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang
telah terstimulus oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain
muhimmah dapat menjadi sebab suatu kegiatan dan hasil
dari turut sertanya kegiatan itu.
Menurut Kartono (1979;78) muhimmah merupakan
momen dari kecenderungan-kecenderungan yang terarah
secara intensif kepada satu objek yang dianggap penting. Pada
muhimmah ini selalu terdapat elemen-elemen afeklif
(perasaan, emosionil) yang kuat.
Muhimmah juga berkaitan erat sekali dengan
kepribadian kita. Muhimmah juga menampilkan sikap dari
pribadi, yang muncul langsung dari aku-nya seseorang. Jadi
muhimmah terdapat unsur pengenalan (kognitif), emosi-emosi
atau unsur afektif dan kemauan atau unsur konatif untuk
mencapai suatu objek. Selanjutnya menurut As’ad (2000; 6)
LOBANG KUNCI KEARIFAN
73
muhimmah adalah sikap yang membuat seseorang senang
akan objek situasi atau ide-ide tertentu. Hal ini diikuti oleh
perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek
yang disenangi itu. Sedangkan dalam buku The American
Dictionary (1982;669) muhimmah diartikan sebagai: “suatu
yang menimbulkan keinginan terhadap sesuatu karena
dianggap menguntungkan baginya”.
Muhimmah adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh Slameto (1982;182). Muhimmah pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar muhimmah. Suatu
muhimmah dapat diekspresikan melalui suatu hal daripada
hal lainnya Muhimmah dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas. Secara sederhana
muhimmah (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu Syah
(1982;136). Sedangkan Effendi dan Praja (1993;69)
mengemukakan bahwa: “Muhimmah yaitu memusatkan
kegiatan mental dan perhiatian terhadap sesuatu objek, yang
banyak sangkut pautnya dengan keadaan diri individu”.
Muhimmah didorong oleh motivasi. Motivasi adalah
tenaga yang mendorong seorang individu bertindak atau berbuat
untuk tujuan tertentu, Muhimmah dimanifestasikan berdasarkan
komponen dorongan yang mendorongnya, antara lain.
♦ Dorongan untuk memperhatikan hidup
♦ Kegiatan mencapai tujuan. Komponen ini dilandasi
oleh komponen dorongan detemuhimmah dan
dorongan keadaan. Jika tujuan dicapai berarti
dorongan pertama dan kedua diatas terpenuhi.
♦ Tercapainya tujuan oleh individu.
74
Kearifan Cinta Sang Guru
♦
♦
Mengendurnya dorongan karena tujuan telah
dicapai, serta keinginan dan kebutuhan (needs and
wants) telah terpenuhi.
Efek mengendornya dorongan semula karena
munculnya dorongan lain yang baru, menghendaki
pemuasannya.
Komponen itu bekerja berhubungan atau berkelanjutan
dari yang pertama hingga yang terakhir, sebagai landasan
tumbuhnya muhimmah seseorang untuk bertindak atau
memusatkan perhatiannya ke dalam suatu hal.
Muhimmah adalah suatu sikap yang berlangsung terus
menerus yang memolakan perhatian seseorang, sehingga
membaut dirinya jadi selektif terhadap objek muhimmahnya.
Yang kedua, muhimmah merupakan perasaan yang
menyatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan atau objek itu
berharga atau berarti bagi individu.
Dengan demikian, muhimmah atau minat merupakan
kecenderungan seseorang yang mendasar untuk bertingkah
laku terhadap benda, orang, aktivitas atau situasi yang
mendapat perhatian dari individu itu sehingga memberikan
perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek
yang disenangi itu.
Whiterington (1985;136) menggolongkan minat
menjadi dua macam yaitu:
a. Muhimmah primitif yaitu muhimmah yang timbul dari
pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang terasa secara
langsung, seperti pemenuhan kebutuhun pokok
meliputi soal makanan, beras, gula dan sebagainya.
b. Muhimmah kultural atau sosial yaitu muhimmah yang
timbul dari proses belajar yang dipengaruhi oleh
pengalaman seseorang. Individu bermuhimmah pada
LOBANG KUNCI KEARIFAN
75
suatu objek jika ia telah mengtahui objek tersebut akan
menyenangkan dirinya.
Muhimmah dibedakan menjadi dua macam:
a. Muhimmah Subjektif: sesuatu yang dapat
memberikan rasa senang dan tidak senang pada
suatu objek yang didasarkan pada pengalaman.
b. Muhimmah Objektif: suatu muhimmah terhadap
objek yang dapat memberikan reaksi menerima
atau menolak pada diri individu itu sendiri.
Kedua muhimmah tersebut saling berhubungan yang
muncul lebih dahulu adalah muhimmah subjektif yang dapat
memberikan rasa senang atau tidak, kemudian akan timbul
muhimmah objektif yang bersifat menerima atau menolak
objek tersebut.
Berdasarkan penggolongan muhimmah di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa muhimmah dapat
digolongkan menjadi dua macam yaitu: pertama muhimmah
primer yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari,
kedua muhimmah sekunder yang berhubungan dengan
kebutuhan lain setelah kebutuhan pokok terpenuhi, seperti
kebutuhan untuk rekreasi, olahraga dan sebagainya.
Menurut Crow (1984;122) karakteristik muhimmah
antara lain:
a. Muhimmah timbul dari perasaan senang terhadap suaiu
objek atau situasi yang menarik perhatian seseorang;
b. Muhimmah dapat menyebabkan seseorang menaruh
perhatian secara sadar, spontan, mudah, wajar, tanpa
dipaksakan dan selektif;
c. Muhimmah dapat merangsang seseorang untuk
mencari objek atau situasi yang dimuhimmahi;
76
Kearifan Cinta Sang Guru
d.
e.
f.
g.
h.
Muhimmah bersifat personal karena setiap individu memiliki perbedaan dalam menentukan muhimmahnya dan hal
ini berkaitan dengan kepentingan pribadi seseorang;
Dapat bersifat konsisten sepanjang objek yang
dimuhimmahi efektif bagi individu;
Muhimmah bersifat diskrimuhimmahif sepanjang objek
yang dimuhimmahi efektif bagi individu;
Muhimmah bersifat diskrimuhimmahif karena dapat
membantu seseorang membedakan hal-hal yang harus dan
tidak harus dilakukan sehubungan dengan muhimmahnya;
Muhimmah tidak dapat bersifat native atau bawaan
melainkan tumbuh dan berkembang bersamaan dengan
pengalaman-pengalaman selama perkembangan
individu, dan muhimmah dapat juga menjadi “sebab”
atau “akibat” dari pengalaman.
Menurut Windradini (1987;184) muhimmah juga
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Adanya rasa ingin tahu dan keinginan yang kuat untuk
mencapai tujuan;
2. Mencari informasi keberbagai pihak berkaitan dengan
tujuan yang akan dicapai atau diraih;
3. Mengikuti program belajar tambahan agar dapat
mempermudah pencapaian tujuan.
Muhimmah dapat berbentuk dari berbagai faktor, baik
yang berasal dari individu maupun yang berasal dari
lingkungan. Crow (1963;159) mengemukakan tiga faktor
yang mempengaruhi muhimmah, yaitu:
a. Faktor dorongan dari dalam, merupakan faktor yang
berhubungan dengan dorongan fisik, motif
mempertahankan diri dari rasa lapar, rasa sakit dan
sebagainya. Jika individu merasa lapar ini akan
menimbulkan muhimmah untuk mencari makan.
LOBANG KUNCI KEARIFAN
77
b.
Faktor motif sosial, merupakan faktor yang
membangkitkan muhimmah untuk melakukan aktifitas
demi memenuhi kebutuhan untuk diakui atau diterima
oleh lingkungan sosial. Sebagai contoh muhimmah
bekerja, muhimmah anak muda untuk mengikuti mode
yang sedang populer. hal itu semua berhubungan untuk
mendapatkan perhatian dan penghargaan.
c.
Faktor emosional atau perasaan, ini dapat menimbulkan
individu apabila menghasilkan emosi atau perasaan
senang, perasaan ini akan membangkitkan muhimmah
terhadap aktivitas tersebut. Dengan demikian kesuksesan
yang dicapai dalam suatu usaha dapat. menimbulkan
muhimmah yang sudah ada.
Muhimmah setiap individu terhadap sesuatu hal tidak
bisa berdiri sendiri, melainkan bergantung pada beberapa
faktor. Reber Dalam Syah(1999;136) menyatakan bahwa
muhimmah tidak termasuk istilah populer dalam psikologi
karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor
internal lainnya seperti : Pemusatan perhatian, keingintahuan,
motivasi, dan kebutuhan”.
Adapun faktor yang menjadi pendorong muhimmah
tersebut dapat dikemukakan dalam uraian berikut.
1. Pemusatan perhatian
Seseorang siswa yang menaruh muhimmah terhadap
Matematika, akan memusatkan perhatiannya lebih
banyak daripada siswa lainnya. Pemusatan perhatian
yang intensif terhadap mata pelajaran tersebut,
memungkinkan belajar lebih giat dan pada akhirnya
akan berprestasi baik.
2.
78
Keingintahuan
Fauzi (1997;70) menyatakan keingintahuan, yaitu
mendorong orang untuk pengetahuan atau menyelidiki
Kearifan Cinta Sang Guru
hal-hal yang masih baru atau asing baginya. Rasa ingin
tahu seorang siswa akan timbul, jika ada daya tarik dari
mata pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa terhadap
Matematika misalnya dapat terjadi karena dua hal, yaitu
tertarik terhadap mata pelajaran dan cara mengajar guru
yang memberikan materi Matematika.
3.
Motivasi
Motivasi menunjuk kepada seluruh proses gerakan termasuk
situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri
individu, tingkah laku perbuatan. Gleitman (1986) dan
Reber dalam Syah (1988;137) menyatakan “Dalam
pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer)
untuk bertingkah laku secara terarah”. Ahmad dan Prasetya
(1997;109) menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Sehingga dari ketiga pendapat di atas disimpulkan
bahwa motivasi adalah seluruh dorongan yang timbul dari
dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu atau
bertingkah laku secara terarah”. Senada dengan pendapat
Ahmad & Prasetya di atas, Manurung dan Matutina
menjelaskan beberapa syarat untuk membangkitkan
muhimmah belajar Simanjuntak (1993; 58):
1. Belajar harus menarik perhatian
Seorang Guru harus berusaha membangkitkan
muhimmah para siswa terhadap bahan pelajaran
yang sedang diajarkan untuk mendapat perhatian,
misalnya memberikan contoh yang konkrit.
2. Objek atau keadaan yang kekuatannya menarik,
akan menimbulkan belajar, misalnya bau yang
harum, orang akan mencari darimana timbulnya
bau yang harum itu.
3. Dalam dunia pendidikan bahwa pelajaran yang
diberikan jangan bersifat realistis, tetapi para siswa
LOBANG KUNCI KEARIFAN
79
4.
5.
dilatih bekerja sendiri atau memberi kesempatan
kepada para siswa turut aktif selama pengajaran
berlangsung.
Masalahnya berulang-ulang terjadi
Masalah yang berulang-ulang terjadi akan
mendorong para siswa untuk membangkitkan
muhimmah belajar karena masalah tersebut sering
muncul sehingga merupakan suatu kebiasaan.
Semua kegiatan harus kontras
Hal-hal yang tidak sama bahkan menimbulkan
kontras dapat menarik perhatian seseorang
sehingga dapat menimbulkan muhimmah untuk
mengetahui lebih lanjut.
Muhimmah mempunyai pengaruh yang besar
terhadap seorang siswa. Jika materi yang dipelajari tidak
sesuai dengan muhimmah seorang siswa, maka ia tidak
mempunyai rasa keinginan yang besar untuk memahami
atau mendalami materi itu, sehingga pada akhirnya
siswa itu akan berprestasi jelek. Hal ini karena materi
itu tidak mempunyai daya tarik baginya. Sebaliknya
materi yang menarik muhimmah siswa akan lebih
mudah dipelajari dan diingat, karena dengan adanya
muhimmah siswa akan menambah giat belajar dan pada
akhirnya akan berprestasi baik.
4.
Cara mengetahui muhimmah
Menurut Super & Sumartono (1993;23) berpendapat
untuk mengetahui muhimmah menggunakan empat
cara, yaitu:
a.
80
Dengan melihat kenyataan seseorang apakah ia
senang atau tidak senang pada suatu objek atau
barang, aktivitas atau pekerjaan.
Kearifan Cinta Sang Guru
b.
c.
d.
Dengan melihat dan mengobservasi partisipasi
seseorang ke dalam suatu aktivitas atau pekerjaan.
Dengan menggunakan tes objektif.
Dengan mengukur atau melihat jawaban-jawaban
seseorang dari sejumlah pertanyaan tentang
aktivitas atau pekerjaaan yang disenangi atau tidak
disenangi, disini responden menjawab setiap item
atau pertanyaan yang sesuai dengan minatnya.
Dari pendapat ahli tentang cara mengetahui muhimmah
dapat disimpulkan bahwa pada umumnya untuk mengetahui
minat membeli seseorang adalah dengan cara menanyakan
kepada orang tersebut apakah ia senang atau tidak senang
pada suatu barang atau jasa yang ditawarkan, dengan melihat
atau mengobservasi dan dengan melalui tes.
Muhimmah yang dimiliki remaja akan selalu berubah
sejalan dengan perkembangan usia dan berubahnya dari
masa kanak-kanak menjadi remaja. Pada masa ini mereka
sudah mulai dapat memilih dan menentukan keinginannya
sehingga muhimmah yang dimiliki remaja tampak lebih
terarah bila dibandingkan dengan masa kanak-kanak.
Muhimmah adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari
suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka,
rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain yang
mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Menurut Soesilowindradini (1987;182), muhimmah
siswa dibagi dalam beberapa kategori antara lain:
a. Muhimmah sosial
Dalam muhimmah sosial yang termasuk di dalamnya
muhimmah terhadap pesta dan penemuan santai,
mengadakan percakapan atau ngobrol dengan teman
sebaya atau orang-orang lain dan orang-orang lain di
sini maksudnya remaja akan menaruh perhatian yang
LOBANG KUNCI KEARIFAN
81
besar terhadap orang lain terutama orang-orang yang
hidupnya sengsara, tidak mendapat perhatian dari
siapapun, hidupnya tersiksa dan sebagainya.
b.
Muhimmah pribadi
Muhimmah pribadi adalah muhimmah yang paling kuat
dimiliki oleh remaja. Muhimmah ini timbul karena
kesadarannya bahwa penerimaan sosial sangat
dipengaruhi oleh kesan keseluruhan remaja terhadap
keadaan sekitarnya dan kesadarannya bahwa
masyarakat menilai dirinya berdasarkan atas miliknya
yang berupa benda, sekolahnya, teman-temannya atau
keadaan keluarganya sehari-hari.
c.
Muhimmah terhadap hal yang berhubungan dengan
rekreasi
Dengan adanya kegiatan remaja sehari-hari maka remaja
akan mendapatkan tekanan-tekanan, seperti tekanan
pekerjaan di sekolah misalnya, maka remaja kurang
sekali membagi waktunya mengadakan rekreasi. Saat
remaja waktu untuk mengadakan rekreasi kurang bila
dibandingkan dengan waktu dia masih lebih muda
dulu. Muhimmah rekreasi itu seperti olah raga,
membaca, menonton film, mendengarkan radio,
menonton dan melamun.
d.
Muhimmah terhadap jabatan
Saat remaja sudah menginjak usia sekolah lanjutan atas
maka ia mulai memikirkan hal-hal yang berhubungan
dengan jabatan dan masa depannya secara lebih serius.
82
Kearifan Cinta Sang Guru
Juz Sembilan
PRIBADI-PRIBADI
GURU PENUH
CINTA
83
Pribadi cinta itu dapat membuat orang
itu dapat termotivasi untuk melakukan
perubahan yang lebih baik daripada
sebelum ia mengenal cinta itu.
Iffah (Memelihara Kehormatan Diri)
Mendidik seorang anak mungkin tidak mudah, tetapi juga
tidak terlalu sulit. Banyak cara atau metode yang bisa kita
pakai untuk membuat anak kita menjadi seorang sukses,
bahagia, ceria, berpandangan jauh ke depan, serta memiliki
akhlak mulia. Namun, teori kadang tidak mudah dipraktikkan.
Kondisi fisik dan psikis anak satu dengan anak lain tidak sama.
Anak adalah harta dunia dan akhirat yang tidak akan pernah
terbeli atau tergantikan oleh materi dunia yang kita miliki.
Fenomena yang terjadi saat ini, ketika mengalami kondisi
yang tidak menyenangkan, kita (orang tua atau guru) kadang
melampiaskan kepada anak atau murid. Tak jarang kekerasan
menjadi salah satu solusi.
Kita lupa bahwa yang begitu bisa membuat anak (murid)
menjadi trauma. Penyesalan kita pun kadang hanya membuat
suasana tambah rumit. Sebab, tak jarang kita tidak dapat
mengubah apa pun yang telah terjadi. Bahkan, kita tidak
melakukan perubahan apa pun atas pola pendidikan yang
kita terapkan.
84
Kearifan Cinta Sang Guru
Apakah pendidikan dengan kedisiplinan tingkat tinggi
yang berujung pada kekerasan merupakan solusi? Akankah
budaya premanisme di tingkat pendidikan menjadi
pemandangan yang wajar? Atau, akankah pendidikan yang
kita berikan hanya berdasar UUD (ujung-ujungnya duit)?
Pendidikan mahal, kekerasan terhadap anak (murid)
sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua
menyiksa anak karena masalah ekonomi, perceraian atau
tidak menginginkan kehadiran anak ataupun, guru yang
menegakkan disiplin dengan main gampar atau menyuruh
murid berdiri atau berlari di lapangan yang panas.
Pernahkah kita berpikir bahwa yang kita lakukan itu
akan meninggalkan trauma pada anak? Pernahkah kita
berpikir bahwa yang kita lakukan itu suatu saat akan ditiru
oleh anak (murid) kita? Kalau begitu, bagaimana masa depan
anak (murid)? Sudah bukan zamannya mendidik anak (murid)
dengan kekerasan.
Saatnya kita membangun kepribadian anak didik
dengan penuh cinta sebagai pesona seseorang, sikap positif
terhadap kehidupan atau wajah yang selalu tersenyum.
When we talk of personality, we don’t mean that a person has charm, a
positive attitude toward life, or a smiling face. When psychologists talk
of personality, they mean a dynamic concept describing the growth and
development of a person’s whole psychological system.
(Robbins, 2005:100)
Kepribadian merupakan pola cara seseorang merasa,
berpikir dan berperilaku. Pola tersebut berlangsung terus.
Dalam pengertian ini, kepribadian merupakan faktor penting
dalam menjelaskan mengapa para pekerja bertindak dalam
organisasi dan upaya mereka bersikap baik atau tidak baik
terhadap pekerjaan dan organisasi mereka. Kepribadian
PRIBADI-PRIBADI
GURU PENUH CINTA
85
mempengaruhi pilihan karir, kepuasan kerja, stress,
kepemimpinan dan beberapa aspek kinerja.
Kepribadian manusia manusia tidak hanya timbul
dari dan ditemukan oleh organik biologinya saja
tetapi kepribadian timbul sangat dipengaruhi oleh
perasaan dan kasih sayang. Kepribadian
mempunyai arti bersikap, berlaku, budi pekerti,
perangai, tabiat dan akhlak berprilaku.
Kepribadian manusia tanpa adanya keimanan dan
cinta akan sia-sia, iman yang sempurna akan melahirkan
kesempurnaan sedangkan cinta akan melahirkan keabadian.
Segala peristiwa kejiwaan merupakan arus yang
mengalir terus-menerus, merupakan suatu proses berlanjut
(kontinu). Pikiran-pikiran timbul dan berlalu. Hasrat
meningkat dan setelah menemukan pemuasnya menghilang
lagi, kemudian timbul hasrat baru dan seterusnya.
Ciri kepribadian berupa isi atau proses kejiwaan yang
aktual seperti kualitas dan intensitas rasa keTuhanan, isi
pemikiran atau buah pikiran seseorang pada saat tertentu. Ciri
individual tidak mungkin dapat dikenali atau dipahami oleh
orang lain karena bersifat unik dan tidak ada duanya (yang
menyamainya). Kita hanya dapat mendekati yang individual
tetapi tidak pernah sampai pada yang individual itu.
Al-Ghozali menyatakan bahwa menggambarkan rasa
kehadiran Tuhan (sebagai suatu proses, isi atau akta kejiwaan)
kepada orang lain sama saja sukarnya seperti halnya
menerangkan cahaya kepada orang yang buta.
Ciri kepribadian yang dapat dipahami dari orang lain
ialah ciri yang tipikal (tipe) yaitu ciri kepribadian yang tidak
umum dan juga tidak individual, akan tetapi ciri yang ada
pada sekelompok orang secara bersama memiliki ciri tersebut
86
Kearifan Cinta Sang Guru
seperti rasional, pemikir, emosional, perasa, ekstravert,
introvert, pemarah, pemalu, pendendam, pemaaf, penipu,
politokus, ekonomis dan ciri lain yang sejenis. Ciri-ciri tersebut
sering disebut sifat-sifat kepribadian.
Ciri yang tipikal itu bukan berupa isi atau proses
kejiwaan aktual akan tetapi berupa disposisi atau
kecenderungan yang bersifat habitual dan secara relatife
menetap pada pribadi individu tersebut.
Tipe merupakan sifat-sifat kepribadian yang menonjol
pada sekelompok orang yang sejenis (satu golongan tipe).
Sifat kepribadian itu demikian menonjol sehingga mewarnai
semua prilaku orang yang memilikinya. Seorang tipe pemikir
akan dilandasi perilakunya dengan pertimbangan dan
kesimpulan-kesimpulan intelektual atau rasional.
Tipologi Pribadi Penuh Cinta
Tipe kepribadian sama dengan sifat kepribadian, yaitu
merupakan ciri yang terletak di antara ciri umum dan ciri
individual, artinya sesuatu ciri psikologik yang secara relatife
bersifat umum pada sekelompok individu.
Kalau kita membedakan antara sifat dan tipe kepribadian
kita hanya dapat menunjukkan bahwa tipe tidak terpisah satu
sama lain oleh batas-batas yang tegas. Antara tipe pemikir
dan tipe perasa, keduanya memiliki pikiran dan perasaan.
Perbedaan antara keduanya ialah pada tipe pemikir alam
pemikiran lebih dominan sehingga mewarnai semua
prilakunya, sedangkan pada tipe perasa, alam perasaanlah
yang lebih dominan dan mewarnai perilakunya.
Antara kedua tipe itu terdapat satu tali penghubung yang
terdiri orang-orang yang terletak lebih sedikit dominasi
pemikiran dan lebih banyak dominasi perasaan serta di
tengah-tengahnya terletak bentuk antara atau bentuk
PRIBADI-PRIBADI
GURU PENUH CINTA
87
campuran yang sulit digolongkan kedalam salah satu tipe
tersebut.
Tipologi ialah penggolongan manusia berdasarkan tipe
atau pola kepribadian yang masing-masing tipe diwarnai oleh
sejumlah sifat, ciri atau karakter tertentu. Tipologi merupakan
suatu upaya untuk menjelaskan manusia, menafsirkan dan
meramalkan perilakunya.
Dasar penggolongan itu bermacam-macam, antara lain:
♦ 4 Kretchmer dalam Ahmad Rifai (2007:203)
mengklasifikasikan manusia berdasarkan penampilan
perawakan seseorang yang meliputi faktor morfologik
(bentuknya) dan fisiologik (proses faali) menjadi tipe
piknis (serba bulat dan lebar), leptosome (langsing),
asthenis (kurus lemah), atletis (bentuk atlet) dan displastis
(perawakan kurang porposional dan kurang harmonis
karena gangguan kelenjar endoktrin). Ciri perawakan
tersebut oleh Kretchmer dihubungkan dengan sifat
kepribadian dan kecendrungan penyakit kejiwaan yang
mungkin dialaminya.
♦
Pada zaman Yunani, tipologi itu didasarkan pada
anggapan adanya pengaruh cairan penghidupan ke
dalam prilaku, sehingga orang yang didominasi oleh
cairan darah, disebut tipe sanguinicus (periang), cairan
lendir tipe melancholikus (pemuram atau pemurung),
cairan empedu hitam tipe chloricus (pemarah) dan
empedu kuning tipe phlekmaticus (lamban dan “nrimo’).
♦
Yung menggolongkan tipe kepribadian berdasarkan
sikap pokok individu terhadap dirinya sendiri dn
terhadap dunia luar. Orang yang sikapnya lebih
dominan terarah kedunia- dalamnya sendiri disebut tipe
introvert., sedangkan yang sikapnya terarah kedunia luar
disebut ekstravert. Kedua tipe itu masing-masing dibagi
88
Kearifan Cinta Sang Guru
lagi kedalam subtype berdasarkan pendapatnya
mengenai fungsi pokok kejiwaan yaitu tipe pemikir,
perasa, intuisi, dan tipe indria. Dengan demikian ada
sub tipe ekstravert pemikir, introvert pemikir, ekstravert
perasa, introvert perasa, dan seterusnya.
♦
Spranger (2007:206) menggolongkan kepribadian
berdasarkan lapisan kejiwaan yang tertinggi, yaitu ideide abstrak, nilai-nilai rohaniah dan realisasinya dalam
hidup kebudayaan. Ia mengklerifikasikan kepribadian
kedalam tipe teoritis, ekonomis, estetis, sosial, religius,
politikus, teknikus, hukum dan pendidik.
William James (1961) membagi tipe perkembangan
kematangan kesadaran seseorang kedalam dua tipe yaitu :
1. Tipe periang
Tipe periang menghayati hidup beragama yang dialaminya
secara natural sebagaimana adanya, mudah, gampang, penuh
kelapangan, kejembaran, memberi keluasan wawasan,
menambah variasi dan kekayaan alam perasaan serta
merupakan pegangan hidup yang menggembirakan.
Mungkin juga ia mengalaami kebimbangan, keraguraguan, godaan dan konflik batin, akan tetapi dengan
karakternya yang optimis ia cepat dapat memecahkan
permasalahannya. Ia dengan mudah menyadari bahwa
Tuhan Maha Pemurah, Pemberi Ampun , pengasih dan
Penyayang.
Tuhan dipandang sebagai kekuatan yang mengharmoniskan dunia, merahmati alam semesta, menjadikan
burung berkicau, bernyanyi, bunga- bunga mekar dan harum,
anak- anak bergembira ria, menjadikan angin bertiup sepoi
basah, keindahan pemandangan, kesegaran pagi hari,
kesejukan sore hari serta hal lain yang serba menggembirakan.
Ia pun mengetahui bahwa Tuhan Maha Adil, Maha
PRIBADI-PRIBADI
GURU PENUH CINTA
89
Penghukum, Maha Kuat, Maha Dahsyat, Maha Perkasa, Maha
Pemaksa; namun pandangan terang Tuhan demikian itu tidak
mewarnai sikap dan perilakunya.
Salah satu rahasia kegembiraan hidup seseorang adalah
kelincahannya dalam menyesuaikan diri dengan apa yang
terjadi di luar dirinya, dengan kejadian di dunia luar, dengan
situasi dan kondisi lingkungan serta kurang menghiraukan
atu meninjau proses dan dinamika yang terjadi dalam diri
pribadinya.
Alfred Adler (1937), seorang sarjana psikologi
menggunakan teknik penyembuhan (therapy) dengan menyuruh
para klien atau pasiennya mengarahkan perhatian kedunia luar
dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat.
Pertumbuhan dan perkembangan kesadaran tipe periang
berjalan secara setapak dan setapak, makin lama makin kuat
dan akhirnya menjadi matang. Permasalahan yang
dihadapinya dipecahkan satu demi satu dengan melalui jalan
yang rata. Kematangan kepribadiannya berkembang sedikit
demi sedikit seperti anak yang dibimbing berjalan oleh orang
tuanya, sehingga ia akhirnya dapat lari sendiri. Perkembangan
kehidupannya secara beralasan, terkendalikan, dapat
diperkirakan dan bersifat rational. Yang dilakukan biasanya
tidak secara mendalam, tidak serius secara dangkal. Berbedah
dengan tipe penyedih yang perkembangan kematangan
melalui penderitaan yang mendalam.
2. Tipe penyedih
Tipe penyedih biasanya kurang mendapatkan perhatian
masyarakat umum maupun para sarjana Ilmu Sosial terutama
pada masa perkembangan kematangan kehidupan siswa.
Salah satu ciri tipe ini adalah tidak menyenangi popularitas,
tidak mau menonjolkan diri, ada kecenderungan
mengadakan perenungan tentang rahasia ke-Tuhanan secara
90
Kearifan Cinta Sang Guru
mendalam, mengadakan uzlah, menyendiri, betapa, zuhud,
menghindari kenikmatan duniawi, mensucihkan hati dan
menjauhi godaan syetan atau dosa. Tipe inilah yang sering
mendapatkan sinar illahi atau semacam penghayatan
“Kehadiran Tuhan”.
Bila kesadarannya telah matang seringkali tipe ini
mampu mengubah kehidupan masyarakat menuju
kematangan serta mengadakan kemajuan-kemajuan yang
mengagumkan seperti Al-Ghozali, Abdul Qadir, Al Jailani,
Syekh Junaidi Al Baghadadi, Wali Songo dan Pangeran
Diponegoro.
Ide-ide yang banyak orisinal, tidak mengambil ide orang
lain tetapi berasal dari dirinya sendiri. Ia tidak puas dengan
hanya melaksanakan kehidupan praktis sehari-hari dan
berusaha mengolah fakta yang dihadapinya sebagai alat untuk
membuktikan atau menjelaskan suatu teori.
Bila pemikirannya disokong oleh intuisi maka akan
timbul ide baru yang bersifat kreatif. Ia berani
mempertahankan idenya walaupun pada mulanya mungkin
bertentangan dengan pendapat dan pandagan masyarakat.
Ia berpegang teguh pada norma-norma etis yang telah
diselidiki kebenarannya, walaupun mungkin tidak sejalan
dengan norma yang berlaku disekitarnya. Secara positif ia
tidak mudah terkena penyakit zamannya bahkan ia berani
mengadakan pemikiran dan tindakan revolusioner dalam
mempertahankan kebenaran yang dipercayainya.
Ia tidak pernah meragukan kebenaran pendapatnya bila
telah sampai pada kehidupan yang mantap. Ia yakin bahwa
kebenaran itu pada akhirnya diakui oleh orang lain dan
masyarakat umum. Ia berani mengorbankan dan mengarahkan seluruh kemampuannya untuk membelah kebenaran.
Ia mempunyai pandangan khas dalam mengantisipasi masa
depan dan memiliki ketajaman meramalkan sesuatu. Tipe
PRIBADI-PRIBADI
GURU PENUH CINTA
91
ini banyak ditemukan pada ahli Ilmu Kalam, Ushuluddin,
pendiri tariqat, kaum sufi dan pujangga.
Hidayatun An-Nafsiyyah
Maslow menyatakan tentang hakekat manusia yang sehat
secara psikiatris adalah:
1) Manusia memiliki kodratnya sendiri yang hakiki, suatu
kerangka struktur psikologis yang dapat dipandang dan
dibicarakan, secara analog dengan struktur fisiknya.
2) Perkembangan yang benar-benar sehat, normal, dan
yang dicita-citakan terjadi dalam segala atau bentuk
mengaktualisasikan kodrat ini, memenuhi potensipotensi yang ada dalam perkembangannya menuju
kematangan mengikuti garis yang diatur oleh kodrat yang
tersembunyi.
Kodrat batin ini tidak sekuat dan semahakuasa dan tidak
bisa salah seperti instink-instink binatang. Kodrat batin ini
adalah lemah lembut, serta halus dan sangat mudah
dikalahkan oleh kebiasaannya, adatnya, tekanan kebudayaannya dan sikap-sikap yang terhadapnya. Orang-orang memilih
kodrat bawaan yang pada hakekatnya adalah baik atau
sekurang-kurangnya netral.
Maslow juga berpendapat bagi hampir semua manusia
dan sudah barang tentu dalam hampir setiap bayi yang baru
lahir terdapat kemauan yang aktif ke arah kesehatan, implus
kearah pertumbuhan atau ke arah aktualisasi potensi-potensi
dirinya. Oleh karena itu, para psikolog harus juga mempelajari
orang-orang yang telah merealisasikan semua potensipotensinya sepenuh-penuhnya.
Allport berpendapat bahwa kepribadian “is the dynamic
organization within the individual of those psychophysic
92
Kearifan Cinta Sang Guru
system that determine his characteristic behavior and
thought”.
Menurutnya, kepribadian itu adalah organisasi dinamis
dalam individu manusia sebagai sistem psikofisik yang
menentukan cara yang khas dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan saya. Dari definisi kepribadian di atas, memiliki
pengertian-pengertian bahwa :
(1) Organisasi dinamis menekan kenyataan manusia, bahwa
kepribadian itu selalu berkembang dan berubah,
walaupun ada organisasi sistem yang saling mengikat
dengan berbagai komponen kepribadian.
(2) Istilah psikofisik tersebut menunjukkan kepribadian
bukanlah eksklusif semata-mata mental dan bukan pula
semata-mata neurol. Organisasi kepribadian itu
mencakup kerja tubuh dan jiwa yang tak terpisahkan
kesatuan kepribadian.
(3) Determinism (menentukan) menunjukkan kepribadian
mengandung penekanan menentukan pada yang
memainkan peranan aktif dalam prilaku individu.
(4) Kata “Characteristic” (cara yang khas) menunjukkan
tekanan utama pada individualitas, yakni tidak ada dua
orang yang benar-benar sama dalam cara menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
(5) Kata “Behavior and Thought” (berperilaku
menyesuaikan diri dengan lingkungannya) menekankan
kepribadian menjembatani individu dengan
lingkunngan fisik dan lingkungan psikologis, yang
kadang menguasai semuanya.
Allport membedakan antara kepribadian dengan
karakter (watak) dan temperamen, yang digunakan secara
bertukaran. Menurut G. Allport karakter (watak)
menunjukkan arti normatif, ia menyatakan character is
personality evaluated; dan personality is character devaluated.
PRIBADI-PRIBADI
GURU PENUH CINTA
93
Temperamen adalah disposisi yang sangat erat
hubungannya dengan faktor-faktor fisik (biologis) dan karena
itu mengalami modifikasi di dalam perkembangan.
Temperamen adalah gejala karakteristik dari sifat emosi
individu.
Pandangan humanistik dari Maslow menyatakan bahwa
teori kepribadian itu dibagi dalam tiga kategori :
Pertama, psychoanalisis (Freud), yang menggambarkan
manusia sebagai makhluk yang memiliki instink dan
konflik antara kesadaran dan ketidaksadaran.
Kedua, behaviorisme (B.F. Shimer), yang merupakan
pendekatan prilaku manusia yang kalah oleh
lingkungan, yaitu bahwa setiap prilaku manusia
menekankan pada aspek belajar dan pengalaman yang
menjadi aspek pondasi kepribadian.
Ketiga, humanistik (Maslow), merupakan gerakan potensi
manusia yang menyatakan bahwa pada hakeketnya baik
dan self perfecting. Oleh karena itu sebagian besar sadar
dan rasional bahwa dirinya yang membentuk
kehidupannya masing-masing, bebas memilih gaya
hidupnya.
Maslow berpendapat bahwa manusia adalah makhluk
yang pada dasarnya baik, berkembang menjadi kreatif,
mandiri, dan berkepribadian. Ia berpendapat bahwa manusia
itu adalah makhluk “wanting organism” yang jarang mencapai
suatu kondisi tingkat kepuasan yang lengkap dan menyeluruh.
Menurut Allport bahwa struktur kepribadian itu
ditentukan oleh sifat perangai (traits) dan tingkah laku yang
mendorong sifat-sifat (traits). Oleh karena itu pada dasarnya
struktur dan atau dinamika kepribadian itu, pada umumnya
satu dan sama.
94
Kearifan Cinta Sang Guru
Masing-masing sangat reflek bersyarat, kebiasaan, sikap,
diri dan kepribadian, kesemuanya itu bermanfaat dan
penting, namun tekanan utamanya diletakkan pada sifat
(traits), sikap (attitudes), dan intensi (intentions) diberi
kedudukan kira-kira sama, sehingga ada yang menamakan
psikologi Allport disebut juga “Traits Psychology”.
Menurut Allport, sifat adalah sistem neurapsikas yang
digeneralisasikan dan diarahkan, dengan kemampuan untuk
menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama,
memulai serta membimbing prilaku adaptif dan ekpresif
secara sama.
“Sistem neuropsikis” telah menunjukkan jawaban
affermatif yang diberikan oleh Allport terhadap pertanyaan
apakah traits itu benar-benar ada pada individu. Ia
berpendirian bahwa sifat (traits) itu, pendirian biososial dan
pendirian biofisik.
Allport juga mengemukakan delapan kriteria dasar sifatsifat kepribadian manusia, yaitu :
(1) Suatu sifat itu lebih memiliki pada eksistensi nominal.
(2) Suatu sifat itu lebih dari pengertian kebiasaan.
(3) Suatu sifat itu dinamis, berkembang dan dapat
menentukan pada prilaku manusia.
(4) Suatu sifat itu merupakan perwujudan pengalaman.
(5) Suatu sifat itu relatif independen dengan sifat-sifat
lainnya.
(6) Suatu sifat itu tidak sama dengan moral dan nilai sosial.
(7) Sifat itu dapat mengubah suatu kepribadian atau
kepribadian lainnnya.
(8) Kegiatan dan kebiasaan tidak sama dengan sifat
kepribadian.
PRIBADI-PRIBADI
GURU PENUH CINTA
95
Allport juga mengemukakan tipe kecenderungan
kepribadian individu yaitu :
(1) Disposisi kordinal atau Cordinal Traits, yaitu sifat-sifat
pokok yang dominan, sehingga hanya sedikit saja
kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dicari, baik secara
langsung maupun tidak langsung sekali, bahwa kegiatan
itu berlangsung karena pengaruhnya. Kualitas yang
dominan itu sering disebut the eminent traits, the ruling
passion, the master sentiment, atau the radix of a life.
(2) Disposisi sentral atau Central Traits, yaitu sifat sentral
yang lebih khas sebagai kecenderungan–kecenderungan
individu yang sangat khas atau karakteristik serta sering
berfungsi dan mudah ditandai.
(3) Sifat sekunder (Secondary Traits) merupakan sifat sekunder
yang nampak fungsinya lebih terbatas, kurang menentukan
di dalam kepribadian, dan lebih terpusat pada responsrespons yang didasarinya, perangsang yang dicocokinya.
Allport mengemukakan tahapan fungsi perkembangan
selfhood.
(1) Bodily self yaitu sensitif terhadap kesadaran jasmani.
(2) Self idetity, yaitu adanya kesadaran kesinambungan
fungsi penyesuaian diri dengan keadaan tempat.
(3) Self esteem, yaitu adanya kesadaran terhadap suatu
kebahagiaan.
(4) Self extension, yaitu adanya kesadaran akan
kesesuaiannya dengan lingkungan sosial dan fisik.
(5) Self image, yaitu adanya kesadaran khas untuk mencapai
tujuan dan aspirasi untuk mencapai kebahagiaan
signifikan.
(6) Self of rational cover, yaitu kesadaran pemahaman
abstrak dan logis untuk diaplikasikan pada hal
pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
96
Kearifan Cinta Sang Guru
(7)
Propriate stroving, yaitu pengertian kesadaran diri dalam
merencanakan pencapaian tujuan jangka panjang.
Manusia adalah makhluk yang unik, integratif, dan
utuh. Ia menekankan pentingnya motivasi individu
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya atau
tujuan-tujuan tertentu didalam hidupnya, sehingga
hidupnya itu dapat bagi dirinya. Oleh karena itu ia
berpendapat manusia adalah makhluk “wanting
organism” yang mencapai tingkat kepuasan yang
lengkap dan menyeluruh.
Dari dasar hal di atas, Maslow mengemukakan hierarki
kebutuhan manusia dari mulai yang terendah (dasar) sampai
kebutuhan yang paling tinggi, serta memperkirakan
pencapaian pemenuhan pada setiap kebutuhan tersebut
sebagai berikut :
1) Physiological needs, yaitu kebutuhan fisiologis, seperti
lapar, haus (pencapaiannya ± 85% ).
2) Sefety and security needs, yaitu kebutuhan rasa aman,
seperti stabilitas dan kedayatahanan tubuh untuk jangka
panjang (pencapaiannya ± 70% ).
3) Beeraging need and love need, yaitu kebutuhan
memiliki dan mencintai, seperti bagian dan diterima
lingkungan (pencapaiannya ± 50% ).
4) Self esteem needs yaitu kebutuhan harga diri, seperti
pencapaian prestasi dan recognation (pencapaiannya
± 40% ).
5) Self actualization needs, yaitu kebutuhan akan
perwujudan diri sendiri, seperti perwujudan potensi
yang ada pada diri (pencapaiannya ± 10% ).
PRIBADI-PRIBADI
GURU PENUH CINTA
97
Maslow juga mengemukakan dua kategori motif
manusia, yaitu :
Pertama, Dificit Motives (D. Motives), yaitu motif yang bersifat
dan sangat berpengaruh langsung kepada prilaku.
Misalnya rasa lapar yang sangat kuat menyebabkan tubuh
menjadi lemas dan lain-lain. Motives berhubungan
dengan needs. Motives memiliki empat kriteria:
a. Menyebabkan pada sakit (tidak ada),
b. Mencegah sakit (ada),
c. Memungkinkan pada sakit (kurang),
d. Menghasilkan keakraban (ada).
Kedua, Growth Motives, Meta needs, Being motives (B.
Motives), yaitu motive yang memiliki tujuan jangka
panjang (meta-needs). Motif ini mendorong
berkembangnya pada potensi manusia. Melalui motif
ini individu dapat menambah dan memperluas dan
pengalaman hidup.
Meta-needs dapat mendorong self actualization, terdiri
dari wholeness, perfection, completion, justice, aliveness,
richness, simplicity, beauty, goodness, uniqueness,
effortlessness, playfullness, truth–honest-reality, and self
sufficiency.
Maslow juga berpendapat, bahwa manusia yang belum
dapat memenuhi kebutuhan (needs)nya, tidak akan dapat
mencapai pada meta–kebutuhan (meta-needs). Dengan
demikian jika D-motivesnya seseorang kurang, maka orang
seperti itu cenderunag akan mengalami metapathalogis.
Contoh metapathalogis ialah mistrust, cynism, skepticism,
vulgarity, hopelessness, anger, lowlessness, depriation, etc.
98
Kearifan Cinta Sang Guru
Juz Sepuluh
PESAN MORAL
SANG
PROFESSOR
KECIL
99
“Ayah, Bunda, kata Bu Guru, kalau mau makan,
kita harus membaca doa dulu,” begitu celetuk
seorang bocah berusia 3,5 tahun kepada orang
tuanya saat makan malam bersama di rumah.
Su’uda Hidayah
Charge Your Spirit
Kutipan di atas cerita dari seorang wali murid kelompok
bermain di tempat Su’uda Hidayah mengajar. “Ayah, Bunda,
kata Bu Guru, kalau mau makan, kita harus membaca doa
dulu,” begitu celetuk seorang bocah berusia 3,5 tahun kepada
orang tuanya saat makan malam bersama di rumah.
Dari sekelumit cerita tersebut, bisa kita lihat betapa besar
peran seorang guru terhadap perilaku anak didik. Betapa berpengaruhnya pesan moral yang disampaikan seorang guru kepada
anak didiknya. Kita juga bisa melihat keberhasilan dakwah kita
melalui anak yang masih begitu polos dengan bahasa lugu mereka.
Seandainya setiap hari ada satu saja wali murid yang
menyampaikan cerita seperti itu, saya yakin semua orang
yang menyandang profesi guru merasa puas. Seolah, inilah
“bayaran” yang sangat berarti sebagai pengganti jerih payah
mereka dalam mendidik siswa.
Saat ini, pandangan orang tua terhadap makna
pendidikan formal di sekolah mulai mengalami pergeseran.
Semula, orang tua menuntut anaknya mendapatkan nilai
bagus pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Kemampuan akademis dipandang amat tinggi. Sehingga,
100
Kearifan Cinta Sang Guru
kemampuan di bidang lain kadang diabaikan. Kini, kian
banyak orang tua yang lebih memedulikan perkembangan
moralitas anak-anaknya.
Sebagai seorang guru, saya banyak belajar dari para
“profesor kecil” yang sangat luar biasa itu. Mereka memacu
saya untuk terus mengembangkan diri, terus berusaha
memahami mereka, agar bisa membantu mereka berkembang.
Di mata saya, bocah-bocah polos tersebut seolah
berkata, “Jangan pernah lelah memahamiku.” Harapan itu
seolah terucap melalui segala kepolosan dan kelucuan yang
mereka punya serta segudang potensi yang mereka miliki.
Betapa teori conditioning milik Pavlov sangat berlaku
di sini. Proses pembiasaan yang berulang akan membentuk
pribadi anak. Seperti diketahui, pikiran dan jiwa anak seperti
kertas putih yang bisa diisi dengan berbagai pesan bermakna
dari lingkungan tempat mereka belajar. Semua itu akan
tersimpan dalam memori di benak mereka dan sewaktuwaktu bisa diakses sebagai bekal kehidupan mendatang. Otak
anak dalam periode tersebut peka dalam menyerap informasi
berbentuk apa pun. Karena itu, kita harus sangat hati-hati
dalam memberikan informasi. Kita harus benar-benar
memfilter apa yang seharusnya tidak layak diterima anak.
Di sinilah kerja sama yang solid antara sekolah, guru,
dan orang tua sangat dibutuhkan. Sekolah sebisanya berusaha
membiasakan anak dengan hal-hal baik. Tentu sangat
disayangkan bila di rumah kebiasaan itu tidak diterapkan
atau malah diabaikan. Guru diharapkan menjadi profesional
yang menguasai banyak pengetahuan. Bagi guru,
pengetahuan meliputi materi yang diajarkan kepada siswa
plus metode yang digunakan dalam pembelajaran.
Pertanyaannya, kualifikasi apa yang mesti dipenuhi
seorang guru untuk bisa mencapai itu?
PESAN MORAL
SANG PROFESSOR KECIL
101
Menurut Arends (1997), mengajar merupakan tugas
yang sangat kompleks dan menjadi guru yang berhasil
memerlukan sifat-sifat tertentu. Salah satunya adalah berpikir
reflektif dan mampu memecahkan masalah.
Pengalaman adalah guru terbaik. Kecuali dari
pengalaman pribadi, kita juga mendapatkan pengetahuan
dari banyak pakar pendidikan atau guru lain yang (lebih)
berpengalaman. Pendidikan yang arif berintikan interaksi
antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidik, peserta didik
dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama
pendidikan. Ketiganya membentuk suatu triangle, jika hilang
salah satu komponen, hilang pulalah hakikat pendidikan.
Dalam situasi tertentu tugas guru dapat diwakilkan atau
dibantu oleh unsur lain seperti oleh media teknologi, tetapi
tidak dapat digantikan.
Mendidik adalah pekerjaan profesional, oleh karena itu
guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik
profesional. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja
dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi
juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan
profesional. Dalam keseluruhan proses belajar-mengajar atau
pada suatu waktu tertentu mungkin salah satu peranan lebih
menonjol dari yang lainnya.
Para pelaksana pendidikan termasuk guru sering tidak
melihat keempat peranan tersebut terletak dalam kontinum.
Mereka melihatnya sebagai dua ekstrem. Pada satu ujung
guru berperan sebagai penyampai ilmu dan pelatih dalam
arti drilling dan pada ujung lain peran guru sebagai pengarah,
pembimbing, pendorong, fasilitator, dan sebagainya. Praktik
pendidikan yang memberikan peranan kepada guru hanya
sebagai penyampai ilmu atau pelatih dianggap model lama,
sedangkan yang memberikan peranan sebagai pengarah,
pendorong, pembimbing dipandang model baru.
102
Kearifan Cinta Sang Guru
Pandangan sederhana dan polair seperti itu memang
banyak ditemukan, bukan hanya dalam pendidikan dan
pengajaran tetapi juga dalam bidang-bidang lain. Sebenarnya
semua konsep pendidikan itu baik atau memiliki kebaikankebaikan tertentu, di samping kendala-kendala tertentu pula.
Dalam praktik yang lebih penting adalah mempertimbangkan, konsep pendidikan mana yang paling tepat untuk
mencapai tujuan tertentu bagi kelompok peserta didik tertentu,
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, dalam waktu dan
kondisi tertentu pula. Sejalan dengan konsep pendidikan
tersebut peran-peran apa yang tepat dimainkan oleh guru.
Pada saat dan situasi tertentu peran menyampaikan
materi pengetahuan memang tepat dan sangat diperlukan,
tetapi pada saat lain latihan pengembangan kemampuan
dengan menggunakan media pembelajaran mutakhir tepat,
karena memang hal itu sangat diperlukan dan sarananya ada.
Pada saat dan situasi lain pengarahan dan dorongan
terhadap siswa dalam merencanakan dan melaksanakan suatu
kegiatan atau memecahkan suatu masalah adalah tepat,
karena kondisinya mendukung. Jadi, sesungguhnya realisasi
dari peranan guru tersebut sangat situasional, tidak ada yang
berlaku umum. Meskipun demikian ada satu hal yang
menjadi acuan bagi guru, dalam memilih kegiatan yang akan
dilakukan serta peranan yang akan dimainkannya, yaitu siswa.
Tujuan utama kegiatan guru dalam mengajar ialah
mempengaruhi perubahan pola tingkah laku para siswanya.
Perubahan ini terjadi karena guru memberikan
perlakuan-perlakuan. Tepat tidaknya, efektif tidaknya
perlakuan yang diberikan guru akan menentukan usaha
belajar yang dilakukan oleh siswa. Upaya guru memberikan
perlakuan tersebut erat kaitannya dengan tingkat harapan
dan perubahan yang diinginkannya.
PESAN MORAL
SANG PROFESSOR KECIL
103
Tujuan lainnya adalah mendorong dan meningkatkan
kemampuan sebagai hasil belajar, dengan cara itu, guru dapat
mempengaruhi perubahan tingkah laku siswa. Untuk
mencapai kedua tujuan di atas, diperlukan hubungan timbal
balik antara guru dan siswa. Guru perlu menyenangi
siswanya, bersikap menerima, mengerti dan membantu.
Sebaliknya siswa juga harus menerima, menyenangi, dan
menghormati gurunya.
Kesukaan dan sikap positif siswa kepada guru, akan
meningkatkan hasil belajar mereka. Antara siswa dan guru
perlu terjalin kerja sama yang baik dalam belajar. Di samping
itu, guru harus memberikan kesempatan, dan menciptakan
suasana kelas yang bebas, untuk mendorong siswa
memecahkan sendiri masalah-masalah yang mereka hadapi.
Guru tak mungkin menjawab semua pertanyaan siswa.
Kesempatan belajar yang diciptakan guru adalah agar
merangsang siswa belajar, berpikir, melakukan penalaran,
jadi memungkinkan siswa untuk belajar sendiri. Jadi, antara
guru dan siswa harus tercipta hubungan sebagai mitra belajar.
Minat dan pemahaman, timbal balik antara guru dan siswa
akan memperkaya kurikulum dan kegiatan belajar-mengajar
pada kelas bersangkutan.
Hasil dan kemajuan belajar yang dicapai siswa
ditentukan juga oleh bentuk hubungan antara guru dan siswa,
antara guru dan administrator, antara guru dan orang tua
siswa. Hubungan guru dengan siswa menjadi syarat mutlak,
bukan hanya dalam hubungan sebagai pembimbing dan yang
dibimbing tetapi juga sebagai mitra belajar. Karena itu guru
harus memahami siswa yang dibimbingnya dan sebaliknya
siswa harus mengakui kewibawaan pembimbingnya.
Hubungan antara guru dengan siswa harus didukung oleh
hubungan yang sejalan antara guru dengan ad-ministrator dan
guru dengan orang tua siswa. Hubungan guru dengan
104
Kearifan Cinta Sang Guru
ad-ministrator haruslah bersikap terbuka, sehingga memungkinkan
guru mencari jalan, berkreasi dan berani mencoba sendiri sesuatu
usaha instruksional yang lebih baru yang dipandangnya lebih
relevan dengan kegiatannya selaku guru.
Antara keduanya juga tercipta hubungan sebagai mitra
yang baik, tetapi dengan tugas yang berbeda. Administrator
mengadakan bimbingan dan supervisi dengan maksud
merangsang kegiatan belajar para siswa. Demikian pula
hubungan antara guru dengan orang tua, keduanya memiliki
tanggung jawab yang sama dalam mengembangkan pribadi
anak, tetapi dengan tugas yang berbeda. Orang tua bukan
saja harus percaya kepada guru, akan tetapi harus
memberikan dukungan dan partisipasi sebesar mungkin untuk
kepentingan pendidikan anak-anak mereka di sekolah.
Bagaimana bentuk hubungan dan pelaksanaan hubunganhubungan itu tentu saja perlu dibicarakan dalarn kerangka yang
lebih luas. Semua kegiatan dan fasilitas yang dipilih serta peranan
yang dilakukan guru harus tertuju pada kepentingan siswa,
diarahkan pada memenuhi kebutuhan siswa, disesuaikan dengan
kondisi siswa, dan siswa menguasai apa yang diberikan atau
memperoleh perkembangan secara optimal.
Transfer Ilmu dan Bagikan Cinta
Dalam mengoptimalkan perkembangan siswa, ada tiga
langkah yang harus ditempuh.
1. Mendiagnosis kemampuan dan perkembangan siswa.
Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan
baik, memahami tahap perkembangan yang telah
dicapainya, kemampuan-kemampuannya, keunggulan
dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta
faktor-faktor dominan yang mempengaruhinya. Setiap
peserta didik sebagai individu mempunyai kemampuan,
PESAN MORAL
SANG PROFESSOR KECIL
105
kecepatan belajar, karakteristik dan problem-problem
sendiri, yang berbeda dengan individu lainnya.
Perkembangan yang optimal hanya mungkin dapat
dicapai apabila kegiatan yang dilakukan siswa dan
bantuan yang diberikan guru, disesuaikan dengan
kondisi tersebut.
2.
106
Memilih cara pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
siswa. Pembelajaran yang betul-betul disesuaikan
dengan perbedaan individual, harus pendekatan
pembelajaran yang bersifat individual. Pendekatan
demikian pernah dilaksanakan pada delapan PPSP
dengan menggunakan sistem modul, tetapi karena alasanalasan tertentu, PPSP dibubarkan dan metode tersebut
tidak digunakan lagi. Konsep modul dan sistem belajar
sendirinya masih dipakai pada SMP dan Universitas
Terbuka. Di sekolah-sekolah biasa umumnya digunakan
pendekatan yang bersifat klasikal. Dalam pendekatan
klasikal sebenarnya tidak tertutup kemungkinan untuk
memperhatikan perbedaan individual. Salah satu prinsip
pengajaran yang efektif, adalah menggunakan
pendekatan atau metode dan media yang bervariasi,
“pendekatan multi metode-multi media”. Dengan
menggunakan metode dan media yang bervariasi,
perbedaan-perbedaan individual dapat terlayani, di
samping pembelajaran menjadi lebih menarik, karena
sering terjadi pergantian kegiatan. Dalam pembelajaran
guru dapat mengadakan variasi, antara metode yang lebih
mengaktifkan guru dengan yang mengaktifkan siswa,
antara belajar secara klasikal dengan belajar kelompok
dan penugasan yang bersifat individual. Variasi antara
yang menekankan pengetahuan dengan keterampilan
dan nilai-nilai, antara yang hanya menggunakan kapurpapan tulis dengan menggunakan media, antara me-dia
Kearifan Cinta Sang Guru
sederhana dengan media yang lebih kompleks. Juga
variasi antara kegiatan yang bersifat menerima,
mengolah, menyajikan dan penilaian.
3.
Kegiatan pembimbingan. Pemilihan dan penggunaan
metode dan media yang bervariasi tidak dengan
sendirinya, akan mengoptimalkan perkembangan siswa.
Pelaksanaan metode pembelajaran tersebut perlu
disertai dengan usaha-usaha pemberian dorongan,
bantuan, pengawasan, pengarahan dan bimbingan dari
guru. Pembimbingan ini diberikan pada saat kegiatan
pembelajaran, atau di luar kegiatan pembelajaran.
PESAN MORAL
SANG PROFESSOR KECIL
107
108
Kearifan Cinta Sang Guru
Juz Sebelas
PROSES
PENYEMPURNAAN
DIRI
109
“Dikala kepada Abu Yusuf
ditanyakan “Dengan apakah tuan
bisa memperoleh ilmu? beliau
menjawab “Saya tidak merasa
malas untuk belajar dan tidak
kikir untuk mengajar”.
110
Kearifan Cinta Sang Guru
Keagungan Cinta Seorang Guru
Hubungan personal antara guru-murid ibarat hubungan
bapak dengan anak, maka sangat beralasan kalau seorang
guru harus mengetahui dan berusaha menyelami kondisi
psikis dan phisik murid-muridnya secara mendalam, termasuk
pula bagaimana cara memperlakukannya dengan benar
seperti yang dikerjakan oleh seorang bapak kepada anakanaknya.
♦ Untuk hal ini, secara spesifik Thomas Gordon menulis
“Setiap orangtua dan guru (harus) mengetahui
bagaimana cara memuji anak”.
♦
Imam Ghozali juga menulis, “Guru harus mempunyai
rasa belas kasihan kepada murid-muridnya dan
memperlakukan mereka sebagai anak sendiri .
Hal lain yang harus juga melekat dalam kepribadian
guru sebagai pendidik, agar ia dapat memenuhi harapan
orang tua dan murid adalah semangat dan komitmennya
untuk selalu konsisten/istiqamah mengajarkan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya. Bahkan dengan mengajar itu
pula, seorang guru tidak hanya memberi pengetahuan kepada
orang lain, tetapi juga akan dapat menambah ilmunya sendiri.
Dituturkan oleh Kitab Ta’lim “Dikala kepada Abu Yusuf
ditanyakan “Dengan apakah tuan bisa memperoleh ilmu?
beliau menjawab “Saya tidak merasa malas untuk belajar
dan tidak kikir untuk mengajar”.
Dengan demikian, rasanya tidak pantas bila ada seorang
yang memiliki predikat guru, tetapi tidak mau mengajar. Bila
ada guru yang demikian, maka ia tergolong sebagai orang
yang tidak memiliki komitmen dan semangat, serta tidak bisa
pula disebut sebagai pecinta ilmu pengetahuan.
PROSES
PENYEMPURNAAN DIRI
111
Al Ghozali menulis demikian :
“Orang yang berilmu dan tidak beramal (baca ; mengajar)
menurut ilmunya, adalah seumpama sesuatu yang memberi
faedah semangat kepada orang lain dan dia sendiri kosong
dari ilmu pengetahuan. Dan seumpama batu pengasah,
menajamkan lainnya dan dia sendiri tidak memotong. Atau
seumpama jarum penjahit yang dapat menyediakan pakaian
untuk lainnya dan dia sendiri telanjang. Atau dia adalah
laksana sumbu lampu yang dipasang memberi cahaya kepada
orang. Dia sendiri terbakar menyala’.
Berbeda dengan kondisi yang terjadi dilingkungan
pendidikan modern, Ta’lim menempatkan status sosial guru
jauh lebih tinggi diatas profesi-profesi lainnya. Oleh Ta’lim,
guru diberi kedudukan, kemulyaan dan kehormatan yang
sangat tinggi, bahkan hampir menyamai status sosial seorang
raja/kholifah.
Imam Az Zarnudji mengemukakan sebuah syi’ir
♦ Keyakinanku tentang hak guru, hak paling hak
adalah yang paling wajib dipelihara oleh muslim
seluruhnya.
♦ Demi kemuliaan, hadiah berhak dihaturkan
seharga seribu dirham.
Seorang tokoh pendidikan bernama Akhmad Shalaby
menceritakan bagaimana seorang bernama Ali bin Hasan Al
Ahmar, seorang tentara pada jaman kholifah Harun Al Rasyid,
yang naik “pangkat” dan kemudian status sosialnya jauh
meningkat lebih tinggi justru setelah ia mengundurkan diri
sebagai tentara kerajaan, dan beralih profesi menjadi guru.
Ceritanya demikian “kholifah dan para pembesar
kerajaan sangat memberi perhatian kepada guru-guru yang
112
Kearifan Cinta Sang Guru
mengajar putra-putranya serta menaikkan status sosial para
guru tersebut ketempat yang lebih tinggi. Ali bin Hasan Al
Ahmar, misalnya, sebelumnya ia adalah seorang tentara yang
bertugas menjaga istana kholifah. Rumah Ali bin Hasan hanya
memiliki satu kamar dan perabotnya sangatlah jelek. Adalah
Muhammad bin Ali Jahm, menggambarkan bagaimana
gambaran kehidupan Al Ahmar setelah ia dipilih menjadi
seorang guru bagi putra kholifah Harun Al Rasyid. Kata
Muhammad bin Ali Jahm : ‘Kalau kita pergi kepada Al Ahmar,
kita akan bertemu dengan sejumlah pelayan yang bertugas
menunjukkan jalan menuju istana yang serupa dengan istana
raja-raja. Dan disana, Al Ahmar datang menemui kita dengan
menggunakan pakaian kebesaran yang agung”. Memang
benar, sebagaimana dikutip oleh Akhmad Shalaby dari Imam
Ghozali, seorang guru harus megikuti sifat dan jejak Rasul
SAW, yakni tidak boleh mengharapkan imbalan/gaji dari
kegiatan mengajarnya itu..
Tujuan guru dalam mengajar, semata untuk mencari
ridho Allah SWT. Bahkan guru tidak boleh memiliki anggapan
bahwa dengan mengajar dirinya telah berhasil menanam
budi baik kepada orang lain. Akan tetapi, dikaitkan dengan
keberuntungan yang didapat oleh Ali bin Hasan Al-Ahmar
di atas, guru sebaiknya menerima bila diberi fasilitas atau
“penghormatan” oleh pihak-pihak yang merasa diuntungkan
oleh akfititasnya selama mengajar, baik imbalan itu berupa
materi maupun bentuk lainnya. Dalam ketentuan ini mungkin
bisa diberlakukan term “hadiah”. Guru tidak boleh
mengharap hadiah. Akan tetapi, kalau diberi dengan ikhlas,
tanpa ada ikatan tertentu, maka sangat pantas untuk diterima.
Pemberian demikian bisa dipahami sebagai salah satu bentuk
rejeki/pemberian Allah kepada guru melalui tangan orang
lain. Hal yang seperti ini bisa terjadi kepada setiap orang,
baik dia seorang guru atau bukan guru.
PROSES
PENYEMPURNAAN DIRI
113
Tentunya yang harus mengerti dengan keadaan diatas
adalah para murid atau wali. Sekalipun tidak diwajibkan
memberi hadiah dan guru sendiri memang tidak
diperbolehkan mengharapkan hal itu, murid atau walinya
mesti memiliki insiatif sendiri, dengan kesadaran yang ikhlas,
untuk berkenanmemberi hadiah kepada guru, sebagaimana
ditulis oleh Az Zarnudji demikian “Bagi orang yang ingin
putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan,
mengagungkan dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli
agama (baca ; guru)”.
Al Ghozali menyarankan hal yang sama. Kata beliau:
“.........murid--murid (dan walinya, pen) itu harus mengingat
budi baik guru kepadanya”. Ia selanjutnya menulis demikian:
“Seseorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan
ilmunya itu (baca ; guru), maka dialah yang digolongkan
terbesar dikolong langit ini. la adalah ibarat matahari yang
menyinari orang lain dan mencahayai pula dirinya sendiri,
ibarat minyak kasturi yang baunya dinikmati orang lain,
dan ia sendiripun harum. Siapa yang bekerja dibidang
pendidikan, maka sesungguhnya ia telah memilih
pekerjaan yang terhormat dan yang sangat penting”.
The Spiritual Father
Prof. DR. M. Athiyah Al Abrosyi mengutip syi’ir yang dikarang
oleh As--Syauki tentang kedudukan guru, demikian:
Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan,
seorang guru itu hampir saja merupakan seorang rosul.
Syi’ir As Syauki itu menunjukkan bahwa karena
kedudukannya yang sangat tinggi itulah, maka seorang guru
harus dihormati.
Bahkan Az-Zarnudji menulis :
114
Kearifan Cinta Sang Guru
“Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan
tidakpula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika ia mau
menghormati keagungan (kedudukan) gurunya”.
Sebenarnya, penghormatan demikian merupakan
sebuah penghargaan yang sangat wajar diberikan oleh murid
dan walinya kepada seorang guru. Sebab, menurut Athiyah
Al Abrosyi, guru adalah seorang :
“Spiritual father atau bapak rohani bagi seorang murid.
Dialah yang memberi santapan jiwa dengan ilmu (dan)
pendidikan akhlak serta membenarkannya”.
Bahkan, mungkin karena sebagai Spiritual Father itulah,
kholifah keempat, yakni Ali bin Abi Tholib, merelakan dirinya
untuk menjadi budak bagi seseorang yang telah memberi
pengajaran kepadanya, sekalipun hanya satu huruf.
Mengutip pernyataan Ali, Az Zarnudji menulis, “Ali Ra.
berkata : “Sayalah menjadi seorang budak sahaya bagi orang
yang telah mengajar saya sekalipun hanya satu huruf Terserah
kepadanya, apakah saya mau dijual, dimerdekakan ataupun
tetap dijadikan budaknya”.
Bagaimana cara seorang murid menghormati guru?
Antara lain ditulis oleh Az Zarnudji dengan cara demikian :
“Diwaktu belajar, hendaklah murid jangan duduk terlalu
mendekati gurunya, selain bila terpaksa. Duduklah sejauh
induk panah dengan begitu akan lebih terlihat mengagungkan
sang guru”.
Masih menurut Az Zarnudji :
“Termasuk arti meghormati guru, yaitu jangan berjalan
didepannya, duduk ditempatnya, memulai mengajak bicara
kecuali atas perkenan dirinya, berbicara macam-macam
PROSES
PENYEMPURNAAN DIRI
115
didepannya, dan menanyakan hal-hal yang membosankan.
Tapi hendaklah menghemat waktu, jangan sampai mengetuk
pintunya, cukuplah dengan sabar menunggu diluar hingga
ia sendiri yang keluar dari rumah. Pada pokoknya adalah
melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan
amarahnya dan menjunjung tinggi perintahnya yang tidak
bertentangan dengan agama’
Sikap menghormat murid kepada guru, karena
kedudukannya yang tinggi itu, tidak dibatasi atau diikat oleh
ruang, waktu dan obyek. Sekalipun guru telah meninggal
dunia, murid harus tetap menghormatinya dengan cara
misalnya mendo’akan agar dialam akhirat sang guru diberi
tempat mulia di sisi Allah SWT. seperti halnya seorang anak
yang mendo’akan orang tuanya. Bahkan. tidak hanya terbatas
mendo’akan sang guru, anak cucu keturunan serta kerabat
dekat guru, harus juga dihormati oleh murid. Artinya, semua
orang yang memiliki pertalian keluarga dengan sang guru,
baik karena sebab atau karena nasab atau keturunan juga
wajib dihormati oleh murid.
Az Zarnudji menulis: “Termasuk arti meghormati guru
pula, yaitu menghormati putra dan semua orang yang
bersangkut-paut dengannya. Disini, guru kita Syeikhul Islam
Burhanuddin Shohibul Hidayah pernah meceriterakan
bahwa ada seorang imam besar Buchara, pada suatu ketika
sedang asyiknya ditengah majelis belajar, ia serng-sering
berdiri lalu duduk kembali. Setelah ditanya, mengapa ia
melakukan hal demikian? Lalu jawabnya : “Ada salah seorang
putra guruku yang sedang bermain-main dihalaman rumah
dengan temannya. Bila saya melihatnya maka sayapun berdiri
demi menghormati guru saya”.
Sebagai bahan perbandingan sekaligus untuk
menunjukkan bahwa Ta’lim sangatlah menghormati
116
Kearifan Cinta Sang Guru
kedudukan guru, baiklah penulis kutip tulisan Prof. DR. M.
Athiyah Al Abrasyi tentang gambaran kedudukan guru
didunia Barat dan didunia islam pada abad pertengahan.
“Diabad pertengahan, seorang guru di Institute Barat
telah diperlakukan dengan sangat keras dan kasar, dimana
ia harus bersumpah dihadapan Dekan Fakultas bahwa ia akan
taat kepada atasan, menjalani peraturan--peraturan yang
dibuat oleh Universitas dan bersedia dianggap tidak datang
serta membayar denda dalam jumlah tertentu bila kuliyahnya
tidak dihadiri oleh sekurang-kurangnya lima mahasiswa.
Sedangkan pada abad pertengahan itu, dosen-dosen di
Institute Islam mendapat perlakuan yang sangat baik sekali,
disucikan, dilayani dengan segala penghormatan dan
penghargaan, dimana ia mempunyai kedudukan mulia dan
kebebasan mutlak dalam mengajar, dalam memilih subyek
dan waktu untuk memberikan kuliyah serta jumlah jam
kuliyah yang menjadi kewajibannya”.
Seperti itulah kemuliaan dan penghormatan Islam
kepada guru, yang dikalangan Pesantren di Indonesia
diintrodusir oleh kitab Ta’lim. Pertanyaannya sekarang,
mengapa guru harus dihormat dan dimuliyakan sedemikian
rupa hingga hampir-hampir menyamai kedudukan seorang
kolifah?
Dihadapan seorang murid, guru adalah figur panutan.
Apa yang terefleksikan dari perilaku guru akan menjadi
contoh, dan bahkan pada situasi tertentu akan membekas
dalam ingatan murid. Karena itulah, dilingkungan pendidikan
di Indonesia, kita mengenal istilah Jawa “guru di gugu dan
di tiru”. Dalam kata-kata bijak juga ditemukan ungkapan
demikian : “Bila guru kencing berdiri, maka murid akan
kencing berlari. Dengan alasan bahwa keberadaan guru
sebagai panutan sangat penting artinya dalam upaya
membentuk kepribadian seorang murid, maka untuk itulah
PROSES
PENYEMPURNAAN DIRI
117
guru harus dihormati. Namun demikian, tidak mudah bagi
seorang guru untuk bisa memperoleh penghormatan dan
kemuliyaan sedemikian rupa seperti gambaran diatas tadi.
Untuk ini, Ta’lim memberikan syarat-syarat tertentu. Dengan
kata lain, agar bisa memperoleh kemuliyaan dan
penghormatan seperti yang didapat oleh Ali bin Hasan Al
Ahmar diawal tulisan ini, secara tersirat Ta’lim memberikan
beberapa syarat-syarat yang harus dipenuhi, antara lain :
Pertama, Dalam mengajar, guru tidak boleh mengharap
imbalan, apapun bentuknya. Mengajar harus ikhlas,
tidak boleh meminta sesuatu apapun sehubungan
dengan aktifitasnya itu, kecuali hanya mengharap
perkenan dan ridha dari Allah. Mengapa demikian?
Karena kegiatan mengajar adalah salah satu bentuk
ungkapan tanggung jawab guru, sebagai orang berilmu,
kepada Allah, dimana ia memiliki kewajiban untuk
menularkan ilmunya itu kepada mereka yang
memerlukan.
Kedua, Guru harus selalu tetap lurus jalannya dalam
mengamalkan ilmunya itu. Tulis Az Zarnudji : “Orang
berilmu itu hendaknya jangan membuat dirinya sendiri
menjadi hina lantaran tamak terhadap sesuatu yang
tidak semestinya, jangan sampai terjerumus kedalam
kehinaan ilmu dan ahli ilmu”.
Ketiga, guru mestilah orang yang berakhlak atau menjunjung
tinggi nilai etika/ moral. Tulis Az Zarnudji : “Guru
supaya berbuat tawadlu’ (yaitu sikap tengah-tengah
antara sombong dan kecil hati), berbuat iffah, yang
keterangan lebih jauhnya bisa kita dapati dalam kitab
Akhlak”.
Keempat, guru harus memiliki kewibawaan. Dalam
kepribadian guru, harus terpancar performance yang
118
Kearifan Cinta Sang Guru
bisa membuat orang lain (murid) merasa sungkan, agar
segala yang diucapkan dan dikehendakinya mendapat
respon, perhatian dan dituruti. Salah satu cara untuk
memperoleh kewibawaan adalah dengan berpakaian
rapi dan baik. Tentang pakaian ini, Az Zarnudji memberi
contoh seperti apa yang dikatakan oleh Imam Abu
Hanifah kepada para sahabatnya. Kata Abu Hanifah,
sebagaimana dikutip oleh Az Zarnudji di kitab Ta’lim :
“Besarkanlah putaran serban kalian, dan perlebarlah
lobang baju kalian”. Menurut Az Zarnudji, ucapan ini
dikemukakan oleh Abu Hanifah agar supaya ilmu dan
ahli ilmu (baca;guru) tidak dipandang remeh.
Kelima, guru mestilah orang yang bisa memberi manfaat,
bukan mudlarat kepada peserta didik. Berkata Al Hikam,
sebagaimana digambarkan oleh Az Zarnudji, bahwa
murid-murid harus bisa “mendapatkan berkah dan ...
kemanfaatan ilmu” dari para gurunya.
Kelima syarat di atas erat kaitannya dengan dua hal.
Pertama, fungsi guru sebagai inspirator dan mediator dalam
upaya mengembangkan kepribadian, moralitas dan kapasitas
intelektual murid. Bagi murid, yang nota bene keberadaannya
masih memerlukan bimbingan dan petunjuk dari orang
dewasa, guru merupakan tempat bertanya dan mengadukan
berbagai persoalan.
Dalam hal ini, secara panjang lebar Az Zarnudji
menjelaskan sebagai berikut :
“Hendaknya murid jangan menentukan pilihan sendiri
terhadap ilmu yang akan dipelajari. Hal ini dipersilahkan
sang guru untuk mementukannya. Karena dialah yang telah
memiliki pengalaman serta dia pula yang lebih mengetahui
PROSES
PENYEMPURNAAN DIRI
119
ilmu apa yang sebaiknya diajarkan kepada seseorang dan
sesuai dengan tabiatnya. Syaikhul Imam Agung Ustadz
Muhammad Burhanul Haq Waddin R. a. berkata : “Para siswa
dimasa dahulu dengan suka rela menyerahkan sepenuhnya
urusan belajar kepada gurunya, ternyata mereka meraih sukses
apa yang diidamkan. Murid yang mengindahkan fungsi ini
dan mengambil keputusan sendiri tanpa bertanya,
bermusyawarah atau minta pendapat guru, besar
kemungkinan ia akan memperoleh kesukaran dan kegagalan,
sebagaimana. Penjelasan Ustadz Burhanul Haq, bahwa murid
yang “menentukan sendiri, akhirnyapun gagal cita-citanya
dan tidak bisa mendapatkan ilmu...”.
Sebagai contoh dari gambaran diatas, mari kita lihat
kesuksesan yang diperoleh Muhammad bin Ismail al. Buchary,
seorang ahli hadits terkemuka lantaran ia memperhatikan
nasihat gurunya.
Diceritakan oleh Az Zarnudji :
“Bahwa Muhammad bin Ismail al Buchary pada
mulanya adalah sholat kepada Muhammad Ibnul Hasan. Lalu
sang guru itu memerintahkan kepadanya, demikian :
“Pergilah belajar ilmu hadits”. Setelah justru ilmu inilah yang
lebih sesuai untuk al Buchary, akhirnya hadits, sehingga
menjadi Imam Hadits yang paling terkemuka”.
Tampak bahwa tujuan utama dari diperankannya fungsi
guru sebagai tempat bertanya, tidak lain hanyalah untuk
kebaikan hidup murid-muridnya, didunia ini maupun
diakhirat kelak. Kata Imam Bhozali :
“Guru adalah yang memberikan kegunaan hidup
akhirat yang abadi. Yakni guru yang mengajar ilmu akhirat
120
Kearifan Cinta Sang Guru
maupun ilmu pengetahuan duniawi dengan tujuan akhirat,
tidak duniawi”.
Abdurrahman An Nahlawi juga menulis hal serupa,
demikian :
“Keutamaan profesi guru sangatlah besar, sehingga Allah
menjadikannya sebagai tugas yang diemban oleh Rosulullah
SAW. sebagaimana diisyaratkan melalui firman-Nya. (Guru
akan) membacakan kepada mereka (murid) ayat--ayat Allah,
membersihkan jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka
Al Kitab dan Al Hikmah dan sesungguhnya sebelum
kedatangan guru, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan
yang nyata”.
Kedua, tugas atau kewajiban guru terhadap murid.
Dalam upaya mengimplementasikan kedudukan dan
kemuliyaan ilmunya, guru wajib menjadi perantara bagi
“masuknya” ilmu pengetahuan kepada murid. Tulis Az
Zarnudji : “... menunjukkan kemuliyaan ilmu, dengan adanya
menjadi wasilah (Perantara)”. Artinya, sebagai pendidik, guru
harus mengupayakan agar pengetahuan dan tingkat
pemahaman murid terhadap ilmunya makin lama tambah
meningkat kearah yang lebih baik.
Mendukung pendapat Ibnu. Chaldun, Prof. Fathiyah
Hasan Sulaiman berpendapat pulabahwa tugas guru adalah:
“... mengantarkan murid kepada taraf pemahaman yang lebih
tinggi, atau sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Chaldun :
“Maka menjadi baiklah malaahnya”.
Sebagai bahan perbandingan, baiklah kita simak
pendapat Akhmad Shalaby tentang tugas dan kewajiban guru
PROSES
PENYEMPURNAAN DIRI
121
yang dia kutip dari kitab Ihya’ Ulumuddin Al Ghozah.
Menurutnya :
“Berdasarkan kewenangannya, guru seharusnya
♦ Baik kepada murid dan memperlakukannya sebagai
anak sendiri.
♦
Dalam menjalankan tugasnya, ia harus mengikuti sikap
dan langkah rosul ketika beliau aktif menyebarkan ilmu
pengetahuan kepada umat islam, yakni beliau tidak
mengharapkan imbalan dari tugasnya itu.
♦
Menasehati muridnya, sejauh dia mampu, dan
mencegah muridnya naik ketingkat kelas yang lebih
tinggi sebelum murid-muridnya itu pantas untuk naik
pangkat.
♦
Guru tidak boleh mengkonsentrasikan pendidikan
hanya kepada peningkatan ilmu pengetahuan murid,
melainkan juga kepada tingkah lakunya, dan bila murid
melakukan kesalahan, guru harus manasihatinya dengan
bijaksana.
♦
Tidak menjelek-jelekkan pelajaran guru lain dihadapan
murid. Sebaliknya, guru harus memberi kesempatan
kepada murid untuk bisa mempelajari banyak cabang
ilmu pengetahuan yang dia bisa.
♦
Pilihlah pelajaran yang sederhana bagi murid pemula
dan adakan pembatasan intelegensia, sesuai dengan
kondisi murid, seperti dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW. bahwa “Kami para Nabi disuruh
menempatkan masing-masing orang pada tempatnya
dan berbicara dengan mereka menurut tingkat
pemikirannya”.
122
Kearifan Cinta Sang Guru
♦
Melihat pelajaran yang diberikan kepada murid dengan
cara melakukan observasi, apakah pelajaran yang
diberikannya itu bisa dipahami oleh murid atau tidak,
mengingat penglihatan secara langsung dari guru lebih
tepat dari pada sekedar melihat sejumlah perkembangan
murid melalui pemikiran yang abstrak.
♦
Memberi semangat kepada murid, agar ia selalu terbiasa
menggunakan perasaan dan pendapatnya sendiri dan
bukan hanya mencontoh dari gurunya.
Gambaran penghormatan murid kepada guru seperti
uraian pada awal tulisan ini, tampak seakan menempatkan
guru sebagai “Superman”, atau “Raja”, dihadapan murid.
Namun demikian, Ta’lim juga memberi batasan atau syaratsyarat tertentu yang harus dipenuhi. Dengan ketentuan ini,
berarti tidak semua “guru” bisa mendapatkan kedudukan,
kemuliyaan dan penghormatan seperti digambarkan diatas.
Karena itu, dalam memilih guru yang tepat, Ta’lim
mengharuskan kepada murid untuk terlebih dahulu meneliti,
mencermati dan mempertimbangkan dengan seksama siapa
guru yang akan dipilihnya itu, agar ia tidak keliru. Secara
implisit, Az Zarnudji mengatakan bahwa dalam upaya
memilih guru, hendaklah murid mempertimbangkan terlebih
dahulu, paling tidak selama dua bulan, apakah guru yang
dipilihnya itu sudah tepat atau tidak. Karena bisa saja terjadi,
murid pergi kepada seorang alim untuk berguru dan mulai
belajar kepadanya, tiba-tiba diketahui pelajarannya tidak
menarik minat dan tidak cocok baginya, lalu ditinggalkan
begitu saja untuk pergi kepada guru lain.
Hal yang demikian ini, tidak membawa berkah terhadap
proses belajar yang dilakukan murid. Karena itu, saran Ta’lim,
pertimbangkanlah lebih dulu selama beberapa waktu (dua
PROSES
PENYEMPURNAAN DIRI
123
bulan) untuk memilih guru dan bermusyawarah agar tepat
serta tidak lagi ingin berpindah ataupun berpaling kepada
guru lain, sebelum apa yang diajarkannya tuntas. Dengan
demikian, murid akan mendapat kemantapan belajar, berkah
dan manfaat ilmu.
Secara prinsip, guru yang harus dipilih oleh murid
adalah mereka yang memiliki integritas moral-keagamaan
yang bisa dipertanggung jawabkan. Segala tindakan,
perkataan dan tingkah laku guru harus sesuai dengan ajaran
agama. Menurut Ta’lim, murid tidak boleh tunduk dan patuh
serta menjunjung tinggi perintah guru apabila bertentangan
dengan ajaran agama. Dijelaskan, “orang tidak boleh taat
kepada sesama makhluk dalam melakukan perbuatan
durhaka kepada Allah Maha Pencipta”.
Dari segi pilihan pelajaran, guru yang dipilih oleh murid
adalah mereka yang memberi pelajaran sesuai dengan kondisi
dan kemampuan murid. Dengan mengutip pendapat Syeikh
Qadli Imam Umar bin Abi Bahar Az Zanjiy, didalam Ta’lim
Az Zarnudji menulis demikian :
“Guru-guru dari kami berkata : “Sebaiknya bagi orang
yang baru mulai belajar, mengambil pelajaran baru sepanjang
yang kira-kira mampu dihafalkan dengan paham...
Ini berarti bahwa guru-guru yang memberi pelajaran
jauh diluar kemampuan murid, hendaknya tidak dipilih
menjadi guru.
Sebaiknya, secara intelektual, murid juga harus memilih
guru yang memiliki kapasitas ilmu pengetahuan yang sangat
luas dan jauh berada diatas kemampuan dirinya sendiri. Kata
Az Zarnudji : “Dalam memilih guru, hendaklah mengambil
yang lebih alim”.
124
Kearifan Cinta Sang Guru
Juz Dua Belas
PELANGI
TANPA WARNA
125
Jika cinta kita tujukan terhadap Allah, maka
akan lahir sebuah pengabdian yang luar biasa.
Menempatkan sang Maha Kuasa diatas
segalanya. Namun jika cinta kita tujukan
terhadap selain Allah, maka cinta kita terhadap
siapapun dan apapun adalah cinta yang akan
menambah kecintaan kita terhadap Allah SWT.
126
Kearifan Cinta Sang Guru
Pelangi Cinta
Sebagai manusia yang hidup di dunia, kita menerima sinar
utama kita dari matahari, yang memberikan kehangatan,
pertumbuhan, kekuatan dan banyak lagi. Sinar yang ada
sudah biasa kita pelajari, dapat dipisahkan menjadi berbagai
macam cahaya. Ternyata kita secara emosi akan menerima
dan merespon cahaya yang ada. Dalam suatu penelitian,
cahaya yang dibentuk mirip dengan sinar yang timbul akibat
mendung di pagi hari atau cerahnya hari, ternyata
mempengaruhi emosi kita. Kekurangan sinar Matahari juga
akan membuat mood kita jadi jelek, depresi, dan merasa
kurang kuat.
Tujuh warna pelangi yang ada membantu kita
memperkuat kekuatan spiritual kita. Tidak hanya mereka
bergetar di permukaan bumi pada saat menjalar, tapi ketujuh
warna ini menggetarkan semua bagian dari alam dengan
energi yang tidak pernah berhenti. Getaran warna ini akan
menciptakan kekuatan dengan fungsi dan tujuan masingmasing.
Merah, Kuning dan Biru. Ketika warna ini memiliki
kontribusi terhadap kondisi perkembangan fisik, mental dan
spiritual remaja.
Sinar Biru (mendinginkan) dikaitkan dengan pusat
spiritual di kepala, dan dikaitkan dengan pengetahuan
mengenai nasib dan masa depan.
Arti sinar biru: TUJUAN
Sinar Kuning merangsang pertumbuhan mental dan
otak. Arti sinar kuning: KEBIJAKSANAAN.
Sinar Merah (panas) memberikan kekuatan kepada fisik,
dan diperkuat oleh napas. Arti sinar merah: AKTIVITAS.
Arti dari masing-masing Sinar antara lain adalah
PELANGI TANPA WARNA
127
Biru: SPIRITUALITAS.
Warna benda yang jauh dari kita: lautan, angkasa, langit.
Energi Warna biru akan membantu kita melihat lebih dari
sekeliling kita, dan memperluas persepsi kita. Biru adalah
warna Nasib, yang membawa:
©
Kedamaian
©
Pengertian
©
Memperbaiki komunikasi
©
Menenangkan.
Kuning: KEBIJAKSANAAN.
Warna kuning biasanya diasosiasikan dengan matahari,
sehingga warna ini akan membantu kita dalam kehidupan
dan memperbaiki energi. Warna kuning memperkaya,
meringankan dan mengaktifkan sistem-sistem dalam tubuh
kita. Kuning adalah warna matahari yang membawa:
©
Kejelasan pikiran
©
Keteraturan
©
Perbaikan emosi
©
Kemampuan dalam mengambil keputusan dan
©
Mengurangi kebingunan.
Merah: VITALITAS.
Warna merah adalah warna dengan panjang gelombang
terjauh dan paling mendekati sinar inframerah. Merah akan
memperbaiki kondisi fisik kita dan membawa:
Energi
©
Antusiasme
©
Ketertarikan
©
Rasa aman
128
Kearifan Cinta Sang Guru
Dari ketiga warna ini akan muncul harmonisasi yang
menimbulkan warna-warna baru dalam tubuh anda. Dari
ketiga warna utama ini lah akan ada beberapa warna
sekunder berikutnya:
Oranye: ENERGI KREATIF
Oranye yang adalah gabungan antara merah dan kuning
yang membawa kekuatan energi merah yang membara dan
pengendalian dan kebijaksanaan kuning. Oranye, seperti
halnya merah, adalah energi dinamis yang lebih terkendali
dan lebih “terdidik”
Oranye akan membawa:
©
Kreatifitas
©
Keceriaan
©
Kelepasan dari rasa bosan
©
Keseimbangan
Hijau: KEHIDUPAN, KESEIMBANGAN, ALAM
Hijau adalah gabungan antara kuning (pikiran) dan biru
(spirit). Dan terletak persis ditengah keseimbangan warna.
Warna hijau ini memiliki banyak variasi, dan variasinyalah
yang paling banyak bisa ditangkap olej mata manusia.
Hijau akan membawa:
©
Harmoni
©
Simpati
©
Kesehatan
©
Kekayaan
©
Keseimbangan
©
Pertumbuhan.
PELANGI TANPA WARNA
129
Indigo: TANPA BATAS
Indigo memperkuat energi biru. Pada level fisik, biru
akan menenangkan, dan indigo akan membuat kita tertidur.
Indigo akan memperdalam efek warna biru dan mengarahkan
energi biru ke dalam.
Indigo akan membawa
©
Keterbukaan terhadap kesadaran
©
Kemajuan spiritual
©
Pengendalian diri
©
Kebijaksanaan
©
Kesadaran Intuisi
©
Kemampuan supranatural.
Violet: PENGUASAAN SPIRITUAL TERTINGGI.
Violet adalah sinar penguasaan spiritual. Sebagai
gabungan antara biru dan merah, energi yang dibawa oleh
sinar violet bersifat stabil dan kuat. Violet akan membawa:
©
Kesengsaraan – jika violet yang ada berwarna
sangat gelap.
©
Pencapaian spiritual tingkat tinggi
©
Warna violet yang pucat, yang membawa rasa
cinta akan kemanusiaan
©
Warna violet yang mendekat ke biru akan
membawa idealisme.
©
Membawa imajinasi dan inspirasi.
©
Menggabungkan energi lain untuk tujuan
penyembuhan
Mengajarlah Atas Nama Cinta
Menjadi seorang guru membutuhkan kekuatan cinta. Tak
cukup berbekal kemampuan akademis dan paedagogis
semata, karena tantangan yang dihadapi saat mengajar
130
Kearifan Cinta Sang Guru
memang luar biasa jika harus diukur secara kualitas dan
kuantitas. Semua pasti sudah memahami, semua orang yang
terlibat dan memiliki profesi sebagai guru pasti telah memiliki
cinta untuk profesinya. Namun terkadang, cinta itu harus
diuji saat berhadapan dengan berbagai tantangan yang harus
dihadapi, dan tentunya yang tersulit ketika menghadapi anak
yang belum tergali potensinya ditambah selimut malas
melekat pada dirinya.
Cinta guru dipertaruhkan pada profesinya, menghadapi
tantangan yang luar biasa sulitnya akan membiaskan niatnya
ketika memutuskan menjadi seorang guru. Jika kita menengok
sejarah jauh kebelakang, maka kita akan mendapati
bagaimana kekuatan cinta yang lahir dari seseorang mampu
membuat sesuatu yang hampir tidak mungkin secara logika
menjadi mungkin terjadi. Maka, jika guru memiliki cinta
dalam dirinya, pada detik itu pula ia akan mampu merubah
murid yang malas menjadi rajin, murid yang belum tergali
potensinya menjadi pintar, murid yang belum disiplin
menjadi disiplin, dan murid yang sangat tergantung hidupnya
menjadi murid yang mandiri.
Seorang anak menjadi salah satu korban tindak
kekerasan yang dilakukan oleh wali kelasnya. Konon katanya,
sang guru sudah kewalahan dengan tingkah laku sang murid
yang tak bisa diatur dan selalu melanggar aturan. Tindak
kekerasan pun dinilai sebagai salah satu cara yang bisa
membuat anak didiknya berubah. Berhasilkah? Nyatanya,
sang guru tersebut malah masuk penjara untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Kasus lain, seorang guru tega melakukan tindakan
amoral kepada anak didiknya hanya karena sang anak didik
sering terlambat. Padahal, guru tersebut dikenal sebagai orang
yang sabar dan baik. Orangtua si anak tak terima dan
melaporkan kejadian tersebut ke pihak yang berwajib.
PELANGI TANPA WARNA
131
Alhasil, sang guru harus merasakan dinginnya hotel prodeo
karena kekhilafannya.
Kejadian di atas merupakan dua contoh kasus di antara
berbagai macam kasus yang sering kita jumpai akhir-akhir
ini. Penyiksaan terhadap anak didik yang dilakukan oleh
pihak yang ditinggikan oleh masyarakat dan berpendidikan,
yaitu guru. Tindakan guru tersebut bagaimana pun juga jelas
melanggar hukum. Seorang guru seharusnya mengerti etika
pendidikan. Bagaimana pun juga, kekerasan tidak bisa
menyelesaikan masalah dan malah memperparah.
Sekarang, bukan zamannya lagi “penyiksaan” terhadap
anak didik bila mereka tak menurut terhadap perintah guru.
Guru bukanlah segalanya dan bukanlah “Tuhan” bagi murid.
Bila dulu melakukan tindak kekerasan terhadap murid karena
tidak mengerjakan PR dianggap wajar, namun sekarang
berbeda. Sedikit saja seorang guru melukai murid secara fisik,
maka guru tersebut bisa dituntut dan masuk penjara.
Seorang guru haruslah mengerti tentang etika
pendidikan. Tugas mereka tak hanya mengisi “bak yang
kosong dengan air”, namun juga membentuk kepribadian
anak didik yang baik. Dan, bagaimana mungkin seorang guru
bisa membentuk kepribadian anak yang baik bila mereka
sendiri suka melakukan tindak kekerasan dengan alasan untuk
mendidik. Sama saja hal tersebut melanggar etika pendidikan.
Mendidik tidak harus dengan kekerasan. Itulah salah
satu etika pendidikan yang wajib dipahami oleh semua guru.
Ingatlah bahwa anak didik bukanlah komputer atau mesin
yang bila kita kesal bisa dibanting sepuasnya. Anak didik
adalah amanah bagi seorang guru. Anak didik adalah “titipan”
yang sudah selayaknya dijaga. Bila ada sesuatu yang membuat
guru tersinggung dan marah dengan ulah anak didiknya,
selesaikanlah dengan baik-baik dan tidak dengan
132
Kearifan Cinta Sang Guru
menggunakan kekerasan karena hal tersebut sangat melanggar
etika pendidikan.
Seorang guru haruslah memandang seorang anak didik
sebagai sebuah aset yang harus dilindungi dan bukan
“dieksploitasi”. Bila dalam proses belajar mengajar ada
sesuatu yang kurang baik di antara guru dan anak didik, sudah
seharusnya hal tersebut diselesaikan dengan cara yang baik.
Menjadi seorang guru? Etika pendidikan adalah hal pertama
yang harus dimiliki.
TIPS..!!
1.
Siapkan menu
Ibarat seorang ibu yang menyiapkan makan malam
untuk acara keluarga, menu sajian pastilah
disiapkan dengan baik agar memberikan kepuasan
kepada penikmat masakan tersebut. Begitu pula,
guru yang akan memunculkan benih cinta,
siapkanlah menu pembelajaran dengan baik agar
dapat dinikmati murid dengan baik pula.
2.
Hargai Siswa
Anak adalah anak bukan orang dewasa dalam
bentuk kecil. Hargai anak sebagaimana mereka
adalah sosok anak. Bawalah dunia Anda ke dunia
mereka. Tiap ucapan anak adalah emas jadi perlu
direspon dengan emas pula.
3.
Tersenyumlah
Jika anda tersenyum dengan murid, dia akan
memberikan cinta 100 kalinya sebagai pembalasan
senyum itu. Kemudian, senyum guru akan disimpan
PELANGI TANPA WARNA
133
dalam memori anak yang paling dalam. Memori
itu pada akhirnya dapat melejitkan potensi diri
anak itu sendiri. Senyum adalah multivitamin yang
mampu neggairahkan kejiwaan anak.
4.
Jadilah Aktor
Ketika di kelas, jadilah aktor yang mampu
menawan murid. Gunakan tangan, hentakan kaki,
lirikan, mimik, intonasi suara secara terpadu. Aktor
yang baik akan mampu membenamkan
kepedulian penontonnya untuk terus terkesima
sambil memahami maknanya
5.
Bersahabatlah dengan Mereka
Cinta bukan paksaan. Ia lahir dari perasaan,
kehadirannya tidak diundang, perginya tiada yang
merelakan.Persahabatan biasanya berakhir dengan
percintaan tetapi percintaan tidak pernah berakhir
dengan persahabatan. Bersahabatlah dengan siswa
secara tulus. Sepanjang hidsupnya, siswa akan
selalu tulus kepada sahabat gurunya.
Itulah, lima tips dasar bagi guru yang mengajar dengan
cinta. Cinta bukan mengajar kita lemah tetapi
membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar
menghinakan diri tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta
bukan melemahkan semangat tetapi membangkitkan
semangat. Kadangkala kita menyadari betapa dalamnya kita
menyintai seseorang, di saat kita sedang kehilangannya. Dan
kadangkala kita juga menyedari betapa perlunya cinta
seseorang terhadap kita, di saat kita amat memerlukannya.
134
Kearifan Cinta Sang Guru
RUMUS KEARIFAN
CINTA SANG GURU
Maxwell (1999:35) berpendapat bahwa seseorang dapat
membangun sebuah hubungan yang indah dengan orang
lain apabila dia sanggup mengatakan:
1. Enam kata terpenting: Saya mengakui telah melakukan
kesalahan besar. Sosok seorang guru adalah sosok yang
dikagumi dan dihormati. Hal ini terkadang membuat
sang guru merasa seperti “diagungkan” sehingga akan
menjadi sangat memalukan baginya untuk mengakui
kesalahan yang mungkin telah dia perbuat kepada para
siswanya. Salah satu alasannya adalah karena takut
kehilangan wibawa. Sesungguhnya, mengakui
kesalahan adalah lebih baik daripada menutupi
kesalahan karena wibawa seorang guru akan terlihat
dari apa yang telah dia lakukan. Sikap mengakui
kesalahan dan mau minta maaf menunjukkan
kebersihan hati seseorang.
2.
Lima kata terpenting: Anda melakukan pekerjaan
dengan baik. Memuji siswa atas keberhasilan yang telah
dicapai atau memuji atas tiap usaha yang telah dia
lakukan dalam pembelajaran ternyata mampu
membantu meningkatkan motivasi belajar. Dengan
memberikan pujian, berarti seorang guru sedang
menumbuhkan kepercayaan diri pada siswanya
sehingga siswa tersebut dapat mendorong dirinya sendiri
untuk dapat lebih maju dalam meraih kesuksesan
belajar. Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau
ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang
berbeda yang sama-sama perlu dihargai.
PELANGI TANPA WARNA
135
3.
Empat kata terpenting: Bagaimana menurut pendapat
Anda? Bertanya tentang pendapat siswa adalah sebuah
hal luar biasa yang sebaiknya dilakukan oleh guru.
Dengan bertanya demikian, seorang guru memosisikan
diri menjadi seorang teman yang membutuhkan
pendapat dan hal ini akan membuat siswa belajar untuk
saling menghargai.
4.
Tiga kata terpenting: Jika Anda berkenan. Menanyakan
dan memberikan pilihan-pilihan kepada siswa
sehubungan dengan proses pembelajaran akan
membuat siswa berlatih untuk mengambil keputusannya
sendiri tanpa ada unsur pemaksaan. Siswa terdidik untuk
terus berpikir kreatif dalam mencari pemecahan suatu
masalah.
5.
Dua kata terpenting: Terima kasih. Kata-kata “terima
kasih” adalah sebuah ungkapan yang bermakna luas.
Ketika seorang siswa mampu mengatakan terima kasih
baik kepada teman atau gurunya, berarti dia memiliki
kepekaan bahwa apa yang telah berhasil dia dapatkan
adalah bukan karena kehebatannya sendiri, melainkan
ada orang lain yang turut membantu. Dari sinilah siswa
dapat belajar untuk menyadari bahwa bekerja sama
merupakan hal yang sangat baik untuk dilakukan.
6.
Satu kata terpenting: Kita. Kata “kita” menjadi sangat
penting ketika guru mengajak siswanya untuk masuk
dalam proses belajar-mengajar. Kata “kita” mengandung
makna kesatuan dan kebersamaan. Dalam hal ini,
kesatuan dan kebersamaan mutlak diperlukan untuk
mencapai sebuah tujuan belajar. “Bawalah dunia siswa
ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia siswa
(quantum learning). Semakin jauh Anda memasuki
136
Kearifan Cinta Sang Guru
dunia siswa, semakin jauh pengaruh yang dapat Anda
berikan kepada mereka.” (Degeng, 2006).
7.
Satu kata paling tidak penting: Saya. Kata “saya” menjadi
tidak penting di sini karena kata “saya” menunjukkan
ego yang berkonotasi negatif. Pengagungan terhadap
kemampuan diri sendiri dan tidak memedulikan orang
lain menyebabkan anak memiliki pola pikir yang
mengarah pada kepentingan diri sendiri. Dia akan
mencontoh sikap egois yang ditunjukkan sang guru.
8.
Satu kata terburuk: Jangan! Dilarang! Awas! Harus! Katakata seperti ini sangat sering dikatakan oleh guru
terhadap siswanya. Segala sesuatu yang dikerjakan oleh
siswa harus sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
guru. Tidak ada tempat untuk mengembangkan
kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.
9.
Satu kata terindah: Silakan. Setiap orang mendambakan
untuk dapat melakukan hal-hal yang sesuai dengan apa
yang dirindukan. Ketika siswa menyatakan kepada guru
tentang kerinduannya menyampaikan suatu keinginan
atau melakukan suatu kegiatan, satu-satunya kata yang
diharapkan didengar adalah kata “silakan”.
Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan indvidu
yang memerlukan manusia lain untuk dapat hidup di dunia.
Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah setiap individu
memahami dan menguasai hukum yang berlaku
antarmanusia. Sepuluh hukum hubungan antarmanusia
menurut Maxwell (1999:6: 1) berbicara kepada orang lain,
2) tersenyum kepada orang lain, 3) memanggil orang lain
dengan namanya, 4) bersahabat dan suka menolong, 5)
menjadi orang yang ramah, 6) menunjukkan ketertarikan yang
PELANGI TANPA WARNA
137
tulus pada orang lain, 7) mudah memuji, 8) tenggang rasa
terhadap orang lain, 9) terbuka dan 10) siap memberikan
pelayanan.
Jika guru telah sanggup menjalankan 10 hukum tersebut,
akan terciptalah hubungan yang harmonis sehingga
pembelajaran akan menjadi menyenangkan karena baik guru
maupun siswa sejahtera. Bahasa cinta bukanlah bahasa yang
sulit diaplikasikan. Jika telah ada niat baik ketika berbicara,
maka setiap individu pasti sanggup memilih dan
menggunakan kata-kata yang sedap didengar.
Apabila seorang guru telah mampu berkata-kata dalam
bahasa cinta kepada siswanya dan begitu juga sebaliknya,
maka akan terjalin hubungan yang harmonis antara guru dan
siswa. Hal inilah yang akan menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan. Belajar bukan lagi sebuah hal yang
membebani dan menakutkan, tetapi belajar adalah sesuatu
yang menyenangkan, bebas, santai, penuh ketakjuban, dan
menggairahkan.
Dengan bahasa cinta, hubungan yang kaku dan
monoton antara guru dan siswa sudah saatnya diubah menjadi
sebuah hubungan yang harmonis dan penuh kasih sayang
sehingga tidak ada lagi kata-kata kotor yang muncul. Sebagai
gantinya, muncul kata-kata terpuji yang bersumber dari
kebersihan hati seorang guru untuk menumbuhkan pribadipribadi unggul.
Jika kita mencintai seseorang, kita akan senantiasa
mendo’akannya walaupun dia tidak berada disisi kita.
Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan, dua
tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan
dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya
menganugerahkan sekeping hati pada kita ? Karena Tuhan
telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk
kita mencarinya. Itulah Cinta ...
138
Kearifan Cinta Sang Guru
Juz Tiga Belas
AKU TIDAK
SECERDAS
PENSIL
139
Kamus Pendidikan Sang Pensil
Seorang siswa bertanya kepada gurunya yang sedang menulis
sebuah surat.
“Guru lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau
tentang aku?”
Mendengar pertanyaan si siswa, sang guru berhenti
menulis dan berkata kepada siswanya,
“Sebenarnya guru sedang menulis tentang kamu, tapi
ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu PENSIL yang
guru pakai. Guru harap kamu bakal seperti pensil ini ketika
kamu besar nanti”, ujar si guru lagi.
Mendengar jawaban ini, si siswa kemudian melihat
pensilnya dan bertanya kembali kepada si guru ketika dia
melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang guru pakai.
“Tapi pak guru, sepertinya pensil itu sama saja dengan
pensil yang lainnya”, Ujar si siswa.
Si guru kemudian menjawab,
“Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil
ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu
selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu
memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”, Si guru
kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.
Pertama:
Pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal
yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil
ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada
tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam
hidup ini. Kita menyebutnya Allah, Dia akan selalu
membimbing kita menurut kehendakNya”. Jadilah
engkau seperti pohon mangga...Mereka melemparimu
dengan batu, tapi kau membalasnya dengan buah.
140
Kearifan Cinta Sang Guru
Kedua:
Dalam proses menulis, guru kadang beberapa kali harus
berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan
kembali pensil guru. Rautan ini pasti akan membuat si
pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si
pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu
juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani
menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah
yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.
Ketiga:
Pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk
mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata
yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita
dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa
membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.
Keempat:
Bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah
bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam
sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan
menyadari hal-hal di dalam dirimu”.
Kelima:
Sebuah pensil selalu meninggalkan tanda atau goresan.
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun
yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan
kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar
terhadap semua tindakan”
Kalau kamu nanti menjadi guru, ada hal penting dalam
setiap tindakan, yakni berdasar pada filsafat pensil berikut:
Ketulusan
Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat
yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan
AKU TIDAK
SECERDAS PENSIL
141
membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena
yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang
tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengadaada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya di atas Ya dan Tidak di
atas Tidak”. Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang
selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan
seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi
keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.
Kerendahan Hati
Berbeda dengan rendah diri yang merupakan
kelemahan, kerendah hatian justru mengungkapkan
kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa
bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi
semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa
mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia
bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan
membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.
Kesetiaan.
Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat
tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya
dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya
komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka
berkhianat.
Positive Thinking
Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu
berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif,
bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih
suka membicarakan kebaikan daripada keburukan
orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan
daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi
daripada frustasi, lebih suka memuji daripada
mengecam dan sebagainya.
142
Kearifan Cinta Sang Guru
Keceriaan
Karena tidak semua orang dikarunai temperamen ceria,
maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan
tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang
yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan
selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa
mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri.
Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong
semangat orang lain.
Bertanggung jawab
Orang yang bertanggung jawab akan melakssiswaan
kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau
melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika
mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing
hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa
dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia
menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung
jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.
Percaya Diri
Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima
dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan
menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang
baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan
melakukannya dengan baik.
Kebesaran Jiwa
Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang
memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak
membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan
permusuhan. Ketika menghadapi masa- masa sukar dia
tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam
kesedihan dan keputusasaan.
AKU TIDAK
SECERDAS PENSIL
143
Easy Going
Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan.
Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil.
Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar.
Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau
khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing
dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar
kontrolnya.
Empati
Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang
yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi
juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain.
Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar
terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan
pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha
memahami dan mengerti orang lain.
Menjadi Pemenang di Kelas dan
Kehidupan
1. Aku dilahirkan untuk menjadi PEMENANG.
Keyakinan pertama yang harus aku miliki sebagai anak
manusia adalah keyakinan bahwa aku dilahirkan untuk
menjadi Pemenang. Aku percaya bahwa tidak mungkin Allah
menciptakan aku ke dunia ini, tanpa alasan apapun. Tidak
mungkin! Pasti ada alasannya, bukan? (tarik nafas perlahan
sebentar)
Nah, jika aku berani lahir, maka aku juga haruslah
berani mati (karena aku pasti mati, bukan? He..he..) Lalu,
sekarang mati seperti apa yang aku inginkan? (tarik dan tahan
nafas yang lama…) Duh, sereeem banget sih pertanyaannya.
Iya dong, sekali-sekali serius ah! Baiklah, sekarang pilihan
aku sebagai manusia yang hidup, yang masih bernafas, yang
144
Kearifan Cinta Sang Guru
masih beredetak jantungnya, hanya tersisa satu pilihan saja,
bukan? Yakni aku ingin mati sebagai apa? Ingin dikenang
sebagai siapa?
Karena aku yakin bahwa aku dilahirkan untuk menjadi
Pemenang, sudah sebaiknya pula aku memilih mati minimal
sebagai pemenang. Pemenang seperti apa, itu persoalan lain.
Yang penting pilihannya adalah kembali ke Sang Khalik
sebagai seorang pemenang. Gak malu-maluin yang
“nyiptain”, gitu lho! Orang Sunda bilang: “Tong Ngerakeun”.
Lalu, setelah sadar bahwa aku dilahirkan untuk menjadi
Pemenang, berarti aku sekarang harus bangun dari biusnya
si tidur. Oke, setelah bangun bukankah diperlukan kekuatan,
diperlukan keberanian, diperlukan…? Ya,…
2.
Memang diperlukan keberanian untuk melangkah maju
ke depan. Namun, bagaimana berani (tahan nafas
sebentar) kalau aku tetap diam di tempat?
Betul juga ya. Baiklah aku segera berdiri dan mulai
melangkah. Langkah pertama, langkah kedua dan langkah
ketiga, tapi oh..oh.. lihat apa yang ada di depan jalan. Ah,
kayaknya agak mendung, agak redup, agak berkelok, agak
licin. Ehm, bisa-bisa terpeleset, tergelincir, bahkan terpental
saat di perjalanan? Ya, bisa saja. Namun, aku yakin akan
pesan nenekku…
3.
Daripada hanya berdiam diri… Melangkah dan mungkin
tergelincir (tahan nafas sebentar) adalah pilihan yang
jauh lebih baik! (tahan nafas sebentar) Ada banyak
pelajaran di sana…
Masak sih? Apakah benar dengan tergelincir aku
malahan belajar? Betul, bila aku bisa merasakan sakitnya
tergelincir, maka pasti aku akan menghindari berbuat
kesalahan yang sama. Akupun akan mencari ide-ide lain yang
AKU TIDAK
SECERDAS PENSIL
145
lebih baik, lebih tepat guna, lebih kreatif, lebih produktif
dan sebagainya.
Kesalahan yang terbesar adalah aku tidak pernah
melakukan sesuatu, bahkan mencobanyapun “gak” pernah,
malah pikiran aku sering “merancang” imajinasi rasa sakit
yang belum tentu terjadi dari sebuah kesalahan atau
kekeliruan di masa mendatang. Astaga, ngeri sekali bukan?
Karena aku merancang ketakutan, maka seringkali aku hanya
berdiam diri. Namun aku sebenarnya percaya bahwa… (baca
kalimat berikut ini dengan sangat keras!!!)
4.
Orang yang berani bangkit dan belajar dari kegagalan
adalah PEMENANG SEJATI!
Huh, lumayan kalimat motivasi ini ya. Cukup kuat
dampaknya untuk membangkitkan semangat paling dalam
dari diriku. Di dunia ini banyak sekali cerita orang yang
pernah mengalami kegagalan dan setelah itu tidak ada lagi
ceritanya. Apakah aku mau seperti mereka? Habis terbit, kena
awan gelap dan menghilang tanpa bekas? Gone with the
wind…
Ah, aku kan bisa punya pilihan lain. Aku ingin jadi
pemenang atas diriku sendiri. Cerita kehidupan yang hanya
bisa dibagikan adalah cerita kebangkitan, bukan cerita
kegagalan. Wah, jika aku tidak pernah bangkit, maka habislah
pula cerita hidupku. Percuma dong aku dilahirkan. Baik,
baiklah dan baiklah! (silahkan teriak dalam hati he..he..)
Sekarang aku tanamkan dalam benak aku bahwa aku HARUS
bangkit, kapanpun saat aku mengalami apa yang disebut orang
lain adalah kegagalan. Karena aku yakin dan percaya bahwa…
5.
Apa pun SAYA BISA jika saya mau!
Kuncinya adalah kemauan, bukan kemampuan. Orang yang
memiliki kemampuan, jika tidak ada kemauan, bagaikan
mayat hidup yang tidak tahu mau kemana. Gak bedanya
146
Kearifan Cinta Sang Guru
dengan hidup luntang lantung, gak ada tenaga, gak ada
semangat, gak ada spirit, gak nafsu deh hidup kayak gitu.
Hidup ini adalah pilihan, kok. Aku bisa memilih sedih (hening
3 detik) , aku bisa memilih senang (hening 2 detik). Aku bisa
memilih marah (hening 1 detik) dan aku bisa memilih
tenaaang. Nah, jika…
6.
Hidup ini adalah pilihan. Aku memilih menjadi orang
yang bahagia ….
Aku tahu memang sebuah pilihan yang tidaklah mudah,
namun aku harus mulai belajar berani memilih dan
memutuskan kemana arah hidupku. Apa pilihan
hidupku? Akulah yang harus menentukan arah jalan
hidupku. Akulah yang menentukan titiknya… Besar titiknya…
Warna titiknya… Bunyi titiknya… Rasa titiknya… Sinar
titiknya… Sinar biasa atau sinar sebuah BERLIAN? Kecil
bentuknya (tahan nafas sebentar, lalu katakan dengan
keyakinan kuat), namun silau sinarnya. Kekuatan silau sinar
berlianlah yang membuat aku tidak mungkin kehilangan arah.
Walau disekitarku kadang mendung, kadang redup, kadang
gelap. Karena…
7.
Semakin aku fokus pada impianku. Semakin cepat aku
mencapai impianku.
Fokus menghasilkan energi yang besar, bahkan semakin lama
semakin dahsyat. Fokus membuatku bersemangat, berenergi,
berkeringat, tetap panas karena membantu aku untuk selalu
bergerak. Bergerak melangkah, bergerak lari, bergerak ke
arah silau sinar berlian yang memimpinku. Karena fokus,
maka apapun situasi disekitarku, tidak akan membuatku
terganggu. Jalan yang berkelokpun, kujalani…. Jalan
macetpun, kunikmati… Jalan berbatupun, kelewati… Jalan
terhalangpun, kulampaui… Karena arah fokusku jelas, arah
menuju sinar berlian, sinar tujuan hidupku… Silau namun
AKU TIDAK
SECERDAS PENSIL
147
indah. Maka, aku tidak akan pernah menunggu situasi. Dan
sebaiknya…
8.
Berhentilah menunggu kondisi membaik. LAKUKAN
SESUATU agar kondisi membaik.
Itulah motto hidupku. Banyak hal diluar jangkauan kemampuanku, keadaan alam semesta, keadaan negara, keadaan
masyarakat dimana aku berada. Buat apa aku fokus pada
sesuatu diluar kendaliku. Lebih baik aku fokus pada sesuatu
yang bisa aku kendalikan, bukan? Sesuatu yang bisa aku
jangkau, sesuatu yang bisa aku buat lebih baik. Jadi aku pikir,
sebaiknya aku fokus saja pada karya. Ya, berkarya, berkarya
dan berkarya…
Sekarang setelah aku sadar, aku bangun, aku bangkit
dan aku berkarya, aku fokus pada karyaku, maka
selanjutnya…
9.
Aku bekerja dengan sungguh-sungguh. Aku berdoa
dengan sungguh-sungguh.
Selanjutnya, biarlah Tuhan yang menentukan.
(Florence Griffit Joyner)
(Sekarang katakan dalam hati dengan rasa keyakinan yang
kuat) BENDERA SUDAH DIKIBARKAN.
(lebih perkuat lagi rasa keyakinan Anda) MAKA
KIBARKANLAH SETINGGI MUNGKIN.
(tingkatkan rasa keyakinan Anda sekuat-kuatnya)
KIBARKANLAH BENDERA KEMENANGAN KEPADA
KEHIDUPAN-KEHIDUPAN YANG BERHIKMAH.
148
Kearifan Cinta Sang Guru
Juz Empat Belas
SAJUTA:
SABAR+JUJUR+
TAWAKAL
149
Dalam hal belajar mengajar, Anda tidak
bisa melihatnya buah dari apa yang
anda ajarkan hari itu. Buah itu bisa
terlihat dan akan terus terlihat,
mungkin setelah dua puluh tahun.
150
Kearifan Cinta Sang Guru
Berlaku selalu SABAR
Jika hal yang menimpa diri kita berupa musibah kesusahan
yang akhirnya akan menggoreskan kekecewaan dalam diri,
maka sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk
bersabar.
Dari Shuhaib Ar-Rumiy RA, ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda,
“Sungguh mengagumkan urusannya orang mukmin itu,
semua urusannya menjadi kebaikan untuknya, dan tidak
didapati yang demikian itu kecuali pada orang mukmin.
Apabila dia mendapatkan kesenangan dia bersyukur, maka
yang demikian itu menjadi kebaikan baginya. Dan apabila
dia ditimpa kesusahan ia bershabar, maka yang demikian itu
pun menjadi kebaikan baginya”. [HR. Muslim]
Sabar bukan berarti hal yang pasif saja, sabar juga bersifat
proaktif. Karena sabar terdiri dari tiga hal, sabar dalam
menghadapi MUSIBAH, sabar dalam mengerjakan
KEBAIKAN, dan sabar dalam menahan diri dari mengerjakan
perbuatan MAKSIYAT. Jangan pernah menangisi nasi yang
telah menjadi bubur, namun berilah ia bumbu, kecap, kacang
dan kerupuk, agar bisa menjadi bubur yang lezat. Dan
sungguh, kesabaran hanya akan menambahkan pahala
kebaikan pada diri kita.
“Seorang hamba yang ditimpa musibah, lalu
mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un,
llahumma’jurni fi mushibati wa ahlif li khairan minha
(sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah kita
dikembalikan. Ya Allah, berilah aku ganjaran dalam
musibahku ini dan berilah ganti kepadaku dengan yang lebih
baik darinya), niscaya Allah akan memberi ganjaran padanya
dalam musibahnya dan akan menggantikan dengan yang
lebih baik darinya.” (HR Muslim).
SAJUTA: SABAR+
JUJUR+TAWAKAL
151
JUJUR
Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawanya
dusta. Ada pula yang berpendapat bahwa jujur itu tengahtengah antara menyembunyikan dan terus terang4. Dengan
demikian, jujur berarti keselarasan antara berita dengan
kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan
keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi
kalau tidak, maka dikatakan dusta.
Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada
perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu
perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya.
Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai orang
yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang
berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam
batinnya). Begitu pula orang munafik tidaklah dikatakan
sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya
sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Hal yang
sama berlaku juga pada pelaku bid’ah; secara lahiriah tampak
sebagai seorang pengikut Nabi, tetapi hakikatnya dia berbeda
dengan Nabi. Jelasnya, kejujuran merupakan sifat seorang
yang beriman, sedangkan lawannya dusta, merupakan sifat
orang yang munafik.
Imam Ibnul Qayyim berkata, Iman asasnya adalah
kejujuran (kebenaran) dan nifaq asasnya adalah kedustaan.
Maka, tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan
keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain.
Allah mengabarkan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi
seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari
azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).
Jujur dalam kehidupan sehari-hari; merupakan anjuran
dari Allah dan Rasulnya. Banyak ayat Al Qur’an menerangkan
kedudukan orang-orang jujur antara lain: QS. Ali Imran (3):
152
Kearifan Cinta Sang Guru
15-17, An Nisa’ (4): 69, Al Maidah (5): 119. Begitu juga secara
gamblang Rasulullah menyatakan dengan sabdanya: “Wajib
atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan membawa
kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke sorga,
begitu pula seseorang senantiasa jujur dan memperhatikan
kejujuran, sehingga akan termaktub di sisi Allah atas
kejujurannya. Sebaliknya, janganlah berdusta, sebab dusta
akan mengarah pada kejahatan, dan kejahatan akan
membewa ke neraka, seseorang yang senantiasa berdusta,
dan memperhatikan kedustaannya, sehingga tercatat di sisi
Allah sebagai pendusta” (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu
Mas’ud).
Realisasi dari kejujuran itu membutuhkan kerja keras.
Terkadang pada kondisi tertentu dia dapat berbuat jujur,
tetapi di tempat lainnya sebaliknya. Salah satu tanda kejujuran
adalah menyembunyikan ketaatan dan kesusahan, dan tidak
senang orang lain mengetahuinya
TAWAKAL
Dalam menjalankan kehidupan, Allah memerintahkan kita
untuk terus berusaha memberikan yang terbaik. Manusia
terbaik adalah yang terus bergerak, memanfaatkan setiap
potensi yang dia miliki untuk kehidupannya. Keseimbangan
hidup di dunia dan akhirat haruslah diupayakan,
sebagaimana yang sering kita dengar: “Berbuatlah untuk
duniamu seolah kamu hidup selamanya, dan berbuatlah
untuk akhiratmu, seolah kamu mati esok hari”.
Untuk mencapai kesempurnaan hidup di dunia dan
akhirat, kita perlu berusaha dan berupaya atau dengan kata
lain, ber-ikhtiar, sebanyak yang kita mampu. Setelah semua
ikhtiar kita lakukan, maka saatnyalah kita serahkan semua
SAJUTA: SABAR+
JUJUR+TAWAKAL
153
keputusan kepada Sang Penguasa Hidup, Allah SWT.
Penyerahan diri ini disebut sebagai Tawakal.
Secara definitif, tawakal berarti penyandaran,
penyerahan dan mempercayakan suatu perkara kepada pihak
lain. Seorang muslim yang tawakal adalah yang menyerahkan,
menyandarkan dan mempercayakan kepada Allah SWT atas
segala yang sudah dilakukannya.
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa tawakal
erat kaitannya dengan usaha atau ikhtiar. Tawakal tidak sama
dengan pasrah. Tawakal adalah sebuah tindakan aktif,
sementara pasrah adalah tindakan pasif. Pasrah adalah seperti
daging yang teronggok di atas meja, siap diolah apa saja
oleh pemiliknya. Tawakal sama sekali tidak seperti itu.
Tawakal mensyaratkan adanya upaya kreatif dari pelakunya.
Sabar adalah kemampuan menunda kesenangan, dan
menjalani yang ada dengan penuh ketekunan. Syukur adalah
kemampuan menerima yang ada sebagai yang terbaik dari
Allah, dan yakin bahwa Allah tidak mungkin salah dalam
menempatkan hambanya.Ikhlas adalah kemampuan
menjalankan yang ada tanpa perlu pujian dari manusia,
murni mengharapkan ridha Allah.
Tawakal bukan perkara mudah, tidak hanya perbuatan
bibir saja tetapi ini Amalan Hati. Ciri orang yang benar-benar
bertawakal adalah :
1. Selalu ingat Allah (berdoa) sebelum dan sesudah
berusaha/ihtiar
2. Meraih hasil dengan usaha yang benar dan jujur
3. Setuju dengan apapun hasil yang didapat (baca :
bersyukur)
4. Selalu introspeksi (musabah), menjauh dari sikap
menyalahkan orang lain atau bahkan berprasangka
buruk kepada Allah sang penentu hasil.
154
Kearifan Cinta Sang Guru
Sobat, di bawah ini adalah beberapa langkah-langkah dalam
bertawakal dengan sebenar-benarnya.
Pertama, Harapan Keyakinan itu HANYA pada Allah.
Mengantungkan harapan hanya kepada Allah semata,
dengan mengikhlaskan atau meluruskan niat amalan
hanya kepada Dzat yang Maha Menepati Harapan dan
tempat dari point pertama ini berada di awal perbuatan,
selama perbuatan dan pada akhir segala perbuatan.
“The higher your expectation is, the more pain you’ll
get”, semakin besar rasa pengharapanmu, maka akan
semakin besar pula rasa sakit yang akan kau dapat. Dan
jika kita menggantungkan pengharapan kepada mahluk
yang bernama manusia, maka bersiap-siaplah untuk
mengalami rasa kecewa, sebab manusia adalah
tempatnya khilaf atau salah.
Kedua, berjanji untuk selalu BERSYUKUR
Kita memang tidak pernah bisa mendapatkan setiap hal
yang kita inginkan, namun kita akan selalu bisa
mensyukuri setiap hal yang kita dapatkan. Dengan
bersyukur, kita telah menjadi pribadi yang bermental
positif, karena yakin bahwa Allah pasti memberi hal
yang terbaik.
Bukankah Allah teramat sayang kepada hambahambaNya? dan bukankah ia pasti kan memberikan
segala yang terbaik untuk hamba-hambaNya? Dan
bukankah kita yakin bahwa Allah maha menepati janji?
Dengan bersyukur, kita bisa melihat kebaikan dari
segala sesuatu. Karena bisa jadi, hal yang menurut kita
mengecewakan merupakan suatu hal yang terbaik
untuk kita. Dan belum tentu, apa yang kita harapkan,
SAJUTA: SABAR+
JUJUR+TAWAKAL
155
merupakan hal yang baik bagi kita. Allah Maha
Mengetahui yang terbaik bagi hamba-Nya.
Selalu Mengadakan Perbaikan (Muhasabah)
Manusia adalah ciptaan Allah paling sempurna dari
makhluk lain. Tetapi manusia juga ditakdirkan
berpotensi melakukan kesalahan. Baik karena
ketidaktahuan atau dosa kesengajaan. Seorang Muslim
yang bertaqwa akan selalu introspeksi yang intinya
adalah mengganti keburukan yang telah lampau dan
menambah kebaikan-kebaikan yang sudah dilakukan.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Hasyr
[59]:18).
Allah berikan nikmat tidak sesuai harapan, bias jadi
karena kurang maksimal dalam usaha atau sebagai
bentuk ujian peringatan Allah SWT. Allah SWT berikan
nikmat yang sesuai harapan atau berlebih, maka Allah
menunggu apa yang akan dilakukan dengan hasil itu.
Insya Allah jika kita selalu introspeksi maka kita akan
termasuk orang-orang yang selalu meningkatkan kualitas
iman, selalu berpikir positip kepada Allah dan pantang
untuk putus asa. Kita berdo’a kepada Alloh agar
dikuatkan dan dimudahkan dalam bertawakal kepadaNya.
156
Kearifan Cinta Sang Guru
Juz Lima Belas
PESAN-PESAN
KEABADIAN
157
Guru sebagai uswah atau teladan
harus memiliki modal dan sifat-sifat
tertentu, diantaranya: Pertama, Guru
harus meneladani Rasulullah Saw
sebagai teladan seluruh alam.
Sebagaimana termaktub dalam AlQuran surat Al-Ahzab ayat 21 yang
artinya: “Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah”.
158
Kearifan Cinta Sang Guru
Al-Ghazâli
Nama lengkap Al-Ghazali adalah
Muhammad ibn Muhammad ibn
Ahmad ath-Thousy. Beliau
dilahirkan pada tahun 450 H/
1059 M di suatu kampung
bernama Ghazalah, Thusia, suatu
kota di Khurasan, Persia. Dia
mulai memasuki pendidikan di
daerahnya yaitu belajar kepada
Ahmad ibnu Muhammad alRazkani al-Thusi. Setelah dirasa
cukup, dia pindah ke Jurjan dan
memasuki pendidikan yang
dipimpin oleh Abu Nashr alIsma’ili dengan mata pelajaran yang lebih luas meliputi semua
bidang agama dan bahasa. Setelah tamat di sini, dia kembali
ke Thus dan mengkaji ulang atas semua yang telah
dipelajarinya sambil belajar tasawuf dengan syekh Yusuf alNassaj (wafat 487 H). Al-Ghazali belajar pada gurunya
tersebut selama 20 tahun.
Setelah dua atau tiga tahun dia di Thus, dia berangkat
kembali melanjutkan pelajaran ke Nisyapur dan belajar pada
Abul Ma’al al-Juwaini (wafat 478 H) yang bergelar Imam alHaramain, dalam beberapa ilmu keislaman. Di Nisyapur dia
juga melanjutkan pelajaran tasawwuf kepada Syekh Abu Ali
al-Fâdhil ibnu Muhammad ibnu Ali al-Farmadi (wafat 477
H). Di samping belajar tersebut dia juga mulai mengajar dan
menulis dalam ilmu fiqhi. Pada tahun 478 H/1085 M, alGhazali pergi ke kampus Nizam al-Mulk, yang menarik
banyak sarjana dan di sana dia diterima dengan kehormatan
dan kemuliaan. Pada suatu saat yang tidak bisa dijelaskannya
secara khusus, tetapi dapat dipastikan sebelum
PESAN-PESAN
KEABADIAN
159
perpindahannya dari Baghdad, al-Ghazali mengalami fase
skeptisisme dan menimbulkan awal pencarian yang penuh
semangat terhadap sikap intelektual yang lebih memuaskan
dan cara hidup yang lebih berguna. Paham ini kemudian
dianut oleh para sarjana Eropa pada masa berikutnya.
Setelah Imam al-Juwaini wafat dan pelajaran tasawuf
sudah cukup dikuasainya, dia pindah ke Mu’askar mengikuti
berbagai forum diskusi dan seminar di kalangan ulama dan
intelektual. Pada tahun 483 H/1090 M, dia diangkat menjadi
Guru Besar di Universitas Nizamiyah Baghdad, tugas dan
tanggung jawabnya itu dia laksanakan dengan sangat berhasil.
Selama di Baghdad selain mengajar, juga mengadakan
bantahan-bantahan terhadap pikiran-pikiran golongan
batiniyah, ismailiyah, filsafat dan lain-lainya.
Para mahasiswa sangat menyukai kuliah-kuliah yang
disampaikan oleh al-Ghazali oleh karena begitu dalam dan
luas ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Para mahasiswa
yang jumlahnya ratusan tersebut sering terpukau dengan
kuliah-kuliah yang disampaikan. Bahkan para ulama dan
masyarakat pun mengikuti perkembangan pikiran dan
pandangannya, sehingga tidak heran jika dia menjadi sangat
masyhur dan popular dalam waktu yang relatif tidak lama.
Al-Ghazali mencapai kejayaan tertinggi sebagai ulama
dilihat dari segi lahirnya saja, tetapi dari segi batinnya ia mulai
mengalami krisis intelektual dan kerohanian yang amat dalam.
Keraguannya pada persoalan-persoalan yang ada mulai
muncul dan ilmu-ilmu yang tadinya diajarkan mulai
dikritiknya. Dia merasa kekosongan dalam uraian-uraian dan
pikiran-pikiran di kalangan para fuqaha. Pemikiran di
kalangan ahli kalam mengenai perkara-perkara doktrinal tidak
memberinya keyakinan karena hal tersebut hanya membawa
agama pada sistem ortodoksi dan perbincangan yang ada
menjadi sangat dangkal.
160
Kearifan Cinta Sang Guru
Untuk mengetahui konsep pendidikan Al-Ghazali ini dapat
diketahui antara lain dengan cara mengetahui dan memahami
pemikirannya yang berkenaan dengan berbagai aspek yang
berkaitan dengan pendidikan, yaitu aspek tujuan pendidikan,
kurikulum, metode, etika guru dan etika murid berikut ini.
Al-Ghazali berpendapat, bahwa profesi guru
merupakan profesi yang sangat mulia dan hal tersebut
didasarkan pada acuan tekstual maupun rasional, di antara
dasar atau dalil tekstualnya adalah sabda nabi saw. Yang
artinya:…..”saya ini sebenarnya diutus sebagai seorang
guru”….Jadi profesi guru merupakan warisan dari misi
kerosulan. Pendidikan merupakan sebuah wasilah untuk
mencapai kemulian dan menserahkan jiwa, pendidikan yang
benar merupakan jalan mendekat kepada Tuhan, Al-Ghazali
menyatakan: selama ilmu itu dimiliki seorang itu lebih banyak
dan lebih sempurna, maka seharusnya ia menjadi lebih dekat
kepada Allah. Guru harus memiliki rasa kasih sayang kepada
peserta didiknya, memandang mereka seperti anaknya
sendiri, karena nabi bersabda:…”sebetulnya saya ini bagimu
semua adalah seperti kedudukan orang tua terhadap anaknya.
Ibnu Sina
Nama lengkap Ibnu Sina
adalah Abu Ali Husain Ibn
Abdillah Ibn Sina. Ia lahir pada
tahun 980 M di Asfshana, suatu
tempat dekat Bukhara. Orang
tuanya adalah pegawai tinggi
pada pemerintahan Dinasti
Saman, Di Bukhara ia
dibesarkan serta belajar falsafah
kedokteran dan ilmu - ilmu
agama Islam. Ketika usia
PESAN-PESAN
KEABADIAN
161
sepuluh tahun ia telah banyak mempelajari ilmu agama Islam
dan menghafal Al-Qur’an seluruhnya. Dari mutafalsir Abu
Abdellah Natili, Ibnu Sina mendapat bimbingan mengenai
ilmu logika yang elementer untuk mempelajari buku Isagoge
dan Porphyry, Euclid dan Al-Magest-Ptolemus. Dan sesudah
gurunya pindah ia mendalami ilmu agama dan metafisika,
terutama dari ajaran Plato dan Arsitoteles yang murni dengan
bantuan komentator - komentator dari pengarang yang
otoriter dari Yunani yang sudah diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab.
Dengan ketajaman otaknya ia banyak mempelajari
filsafat dan cabang - cabangnya, kesungguhan yang cukup
mengagumkan ini menunjukkan bahwa ketinggian
otodidaknya, namun di suatu kali dia harus terpaku
menunggu saat ia menyelami ilmu metafisika-nya Arisstoteles,
kendati sudah 40- an kali membacanya. Baru setelah ia
membaca Agradhu kitab ma waraet thabie’ah li li Aristhonya Al-Farabi (870 - 950 M), semua persoalan mendapat
jawaban dan penjelasan yang terang benderang, bagaikan
dia mendapat kunci bagi segala simpanan ilmu metafisika.
Maka dengan tulus ikhlas dia mengakui bahwa dia menjadi
murid yang setia dari Al-Farabi.
Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa
bin Yahya, seorang Masehi. Belum lagi usianya melebihi
enam belas tahun, kemahirannya dalam ilmu kedokteran
sudah dikenal orang, bahkan banyak orang yang berdatangan
untuk berguru kepadanya. Ia tidak cukup dengan teori - teori
kedokteran, tetapi juga melakukan praktek dan mengobati
orang - orang sakit. Ia tidak pernah bosan atau gelisah dalam
membaca buku - buku filsafat dan setiap kali menghadapi
kesulitan, maka ia memohon kepada Tuhan untuk diberinya
petunjuk dan ternyata permohonannya itu tidak pernah
dikecewakan. Sering - sering ia tertidur karena kepayahan
162
Kearifan Cinta Sang Guru
membaca, maka di dalam tidurnya itu dilihatnya pemecahan
terhadap kesulitan - kesulitan yang dihadapinya.
Sewaktu berumur 17 tahun ia telah dikenal sebagai
dokter dan atas panggilan Istana pernah mengobati pangeran
Nuh Ibn Mansur sehingga pulih kembali kesehatannya. Sejak
itu, Ibnu Sina mendapat sambutan baik sekali dan dapat pula
mengunjungi perpustakaan yang penuh dengan buku - buku
yang sukar didapat, kemudian dibacanya dengan segala
keasyikan. Karena sesuatu hal, perpustakaan tersebut terbakar,
maka tuduhan orang ditimpakan kepadanya, bahwa ia
sengaja membakarnya, agar orang lain tidak bisa lagi
mengambil manfaat dari perpustakaan itu. Kemampuan Ibnu
Sina dalam bidang filsafat dan kedokteran, kedua-duanya
sama beratnya. Dalam bidang kedokteran dia
mempersembahkan Al-Qanun fit-Thibb-nya, di mana ilmu
kedokteran modern mendapat pelajaran, sebab kitab ini
selain lengkap, disusunnya secara sistematis.
Konsep dan pemikiran kependidikan ibnu sina
a. Pendidikan anak supaya di mulai dari hal-hal yang
mendasar, yakni belajar membaca al-quran, menghafal
huruf atau dengan kata lain belajar menbaca dan menulis,
kesopan santunan, pengertahuan serta pengamalan
agama, dan menghafal syair-ayair yang bagus isinya.
b.
Mamberikan dasar-dasar keterampilan dan keahlian (asshina’ah wa al-mihnah) yang sesuai dengan bakat dan
minat peserta didik, bukan atas hobi atau kesenangan
semata.
c.
Tujuan pendidikan yang komprehensif (untuk dunia
akhirat) tersebut memerlukan komponen kurikilum
yang terpadu, oleh karena dalam pendidikan islam
disamping pembelajaran ilmu-ilmu agama, juga harus
di ajarkan ilmu umum.
PESAN-PESAN
KEABADIAN
163
d.
Perlu memperhatikan kualitas dan profesional guru,
menurut ibnu sina, syarat-syarat menjadi guru itu harus:
pandai dan bijak, saleh, agamis dan taqwa, berpakaian
bersih dan rapi penampilannya, ihlas dan kompeten
balajar, bersikap adil dan jujur dalam profesinya.
Al-Mawardi
Nama Lengkapnya adalah Abu AlHasan Ali Ibn Muhammad ibn
Habib al-Basry. Ia dilahirkan pada
tahun 364 H. Bertepatan dengan
tahun 974 M dan wafat di Baghdad
pada tahun 450 H. bertepatan
dengan tahun 1058 M.
Berdasarkan informasi tersebut
terlihat bahwa Al-Mawardi hidup
pada masa kejayaan Islam, yaitu
masa di mana ilmu pengetahuan
yang dikembangkan ummat Islam
mengalami puncak kejayaannya.
Dari keadaan demikian tidaklah mengherankan jika Al-Mawardi
tumbuh sebagai pemikir islam yang ahli dalam bidang fiqh dan
sastrawan di samping juga sebagai politikus yang piawai.
Ketajaman pemikiran Al-Mawardi dalam bidang politik
sebagaimana dapat dijumpai dalam karyanya yang berjudul
Al-Ahkam As-Sulthaniyah secara antropologis dan sosiologis
tidak dapat dilepaskan dari situasi politik yang tengah
mengalami krisis. Pada masa itu (abad X sampai pertengahan
abad XI Masehi ) kekuasaan Abbasiyah di Baghdad mulai
melemah, sebagai akibat dari desakan para pejabat tinggi
keturunan Turki dan Persia yang ingin merebut kekuatan
puncak. Sejarah mencatat, bahwa pada masa itu pejabat
tinggi keturunan etnis Turki dan Persia sudah berani
164
Kearifan Cinta Sang Guru
menuntut agar jabatan khalifah diserahkan kepada orangorang dari keturunan non-Arab dan non Quraisy. Kehendak
itu tentu saja menimbulkan reaksi keras dari kelompok
penguasa yang menghendaki kemapanan dan status Quo.
Dari segi pendidikannya, pada awalnya Al-Mawardi
menempuh pendidikan di Negeri kelahirannya sendiri, yaitu
Basrah. Di kota tersebut Al-Mawardi sempat mempelajari
hadits dari beberapa ulama terkenal seperti Al-Hasan ibn Ali
ibn Muhammad ibn al-Jabaly, Abu Khalifah al-Jumhy,
Muhammad ibn ‘Adiy ibn Zuhar al-Marqy, Muhammad ibn
al-Ma’ally al-Azdy serta Ja’far bin Muhammad ibn al-Fadl alBaghdadi. Menurut pengakuan muridnya, Ahmad ibn Ali alKhatib, bahwa dalam bidang Al-Hadits Al-Mawardi termasuk
tsiqat. Selain mendalami bidang Al-Hadits, Al-Mawardi juga
mendalami bidang fiqh pada Syaikh Abu Al-Hamid alIsfarayany, sehingga ia tampil sebagai salah seorang ahli fiqh
terkemuka dari madzhab Syafi’i, Keahlian Al-Mawardi
selanjutnya juga dalam bidang sastra dan sya’ir, nahwu,
filsafat, dan ilmu sosial, namun belum dapat diketahui secara
pasti dari mana ia mempelajari ilmu kebahasaan tersebut.
Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab Syafi’i, namun bidang teologi ia juga memiliki
pemikiran yang bercorak rasional. Hal ini antara lain dapat
dilihat dari pertanyaan Ibn as-Salah yang menyatakan bahwa
dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antarra
Ahli as-Sunnah dan Mu’tazilah, Al-Mawardi ternyata lebih
cenderung kepada Mu’tazilah.
Berkat keahliannya dalam bidang hukum islam, AlMawardi dipercaya untuk memegang jabatan sebagai hakim
di beberapa kota, seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad. Dalam kaitan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh
penguasa pada saat itu untuk menyusun kompilasi hukum
dalam mazhab Syafi’I, yang selanjutnya dinamai al-Iqra’.
PESAN-PESAN
KEABADIAN
165
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa
Khalifah Al-Qaim (1031-1074). Pada waktu itu ia diserahi
tugas sebagai duta diplomatik untuk melakukan negosasi
dalam menyelesaikan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan Bani Buwaihi Seljuk iran. Pada gelar
ini sempat menimbulkan proses dari para Fuqaha pada masa
itu. Mereka berpendapat bahwa tidak ada seorang pun boleh
menyandang gelar tersebut. Hal ini terjadi setelah mereka
menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal ad-Daulah ibn Balau
ad-Daulal ibn ‘Addud ad-Daulah menyandang gelar malik
al-Muluk (Rajanya Raja) sesuai permintaan Menurut mereka
bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut hanyalah Yang
Maha Kuasa, Allah SWT.
Adanya pertentangan tersebut dapat memberi petunjuk
bahwa di kalangan para ulama Fiqh pada waktu itu terjadi
semacam perpecahan antara ulama Fiqh yang pro
pemerintah dengan ulama fiqh yang kurang senang kepada
pemerintah. Al-Mawardi kelihatannya berada pada pihak
ulama yang pro pemerintah. Latar belakang sosiologis ini
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi
as-Sulthaniyah sebagaimana disebutkan di atas.
Di tengah-tengah kesibukannya sebagai Qadi, AlMawardi juga sempat menggunakan sebagian waktunya
untuk mengajar selama beberapa tahun di Bashrah dan di
Baghdad. Di antara muridnya yang terkenal bernama Ahmad
ibn Ali al-Khatib (392-463 H), seorang ulama ahli hadis yang
terkenal, dan Abu al-‘Izz Ahmad ibn Ubaidillah ibn Qadisy.
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihya, yang jelas
sejarah mencatat, bahwa Al-Mawardi dikenal orang yang
sabar, murah hati, berwibawa dan berakhlak mulia. Hal ini
antara lain diakui oleh para sahabat dan rekan-rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti
yang tercela.
166
Kearifan Cinta Sang Guru
Selain itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang
ulama yang berani menyatakan pendapatnya walaupun harus
menghadapi tantangan yang keras dari ulama lainnya.
Keberaniannya memberikan gelar Malik al-Mulk kepada
khalifah Jalaluddin al-Buwaihi, serta menetapkan berbagai
persyaratan kekhalifahan dan pemerintahan merupakan bukti,
bahwa Al-Mawardi seorang ulama yang tidak takut
mengeluarkan pendapat dan fatwanya.
Selain sebagai seorang ulama waktunya banyak
digunakan untuk keperluan pemerintah dan mengajar, AlMawardi juga tercatat sebagai ulama yang banyak melahirkan
karya-karya tulisnya dengan ikhlas.
Menurut catatan sejarah, bahwa Al-Mawardi memiliki
karya ilmiah tidak kurang dari 12 judul yang secara
keseluruhan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok
pengetahuan.
Pertama, kelompok pengetahuan agama. Yang ternasuk
ke dalam kelompok pengetahuan agama ini antara lain Kitab
tafsir berjudul An-Nukat wa al-‘Uyun. Buku ini menurut
catatan sejarah belum pernah diterbitkan. Naskah buku ini
masih tersimpan pada perpustakaan College ‘Ali di
Konstantiniyah dan Perpustakaan Kubaryali dan Rampur India.
Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah dilahirkan pada tanggal
10 R. Awal tahun 661 H. Dengan nama
Ahmad Bin Abdul Halim bin Abd
Salam bin Taimiyah. Dia tumbuh
dengan kecerdasan yang luar biasa,
mula-mula dia belajar pada Ibn Abd
Daim, al-Qasim al-Irbili, Muslim bin
‘Allan dan pada Ibn Abi Amr.
PESAN-PESAN
KEABADIAN
167
Selanjutnya Ibnu Taimiyah membaca sendiri ilmu keislaman
tanpa bimbingan seorang guru. Namun dengan berbekal
kecerdasan yang tinggi Ibnu Taimiyah mampu mengalahkan
yang lain. Adz-Dzahahabi menceritakan bahwa Ibnu
Taimiyah sudah mempunyai kemampuan munâzharah
(berdebad) sebelum masa baligh, dan mampu mengarang,
mengajar serta berfatwa padahal umurnya belum memasuki
20 tahun, sehingga dalam usianya yang masih belia dia sudah
di anggap sebagai pembesar Ulama.
Ibnu Taimiyah mampu mentarjih dan membandingkan
segala perbedaan dengan argument yang kuat, dia berhak
berijtihad sendiri karena syarat-syarat mujtahid telah dipenuhi.
Tidak kutemukan seorang yang lebih cepat melebihi Ibnu
Taimiyah dalam mengeluarkan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai
dalil dalam suatu masalah, hadits-hadits Nabi seakan akan
berada di depan mata dan di ujung lidahnya, disamping itu
ia mampu mentafsiri Al-Qur’an dengan luas. Adapun falam
masalah ideologi berbagai aliran maka dia tiada berdebu.
Sedang sifatnya sangat dermawan, pemberani dan tidak
pernah menyimpan dendam. Kata-kataku ini akan dianggap
kurang oleh pendukungnya dan akan dianggap berlebihan
oleh para penentangnya.
Di Damaskus ia belajar pada banyak guru dan
memperoleh berbagai macam ilmu diantaranya ilmu hitung
(matematika), khat (ilmu tulis menulis Arab), nahwu, ushul
fiqih. Ia dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa.
Hingga dalam usia muda, ia telah hafal Al-Qur’an.
Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai terlihat pada
usia 17 tahun. dan usia 19, ia telah memberi fatwa dalam
masalah masalah keagamaan.
Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu rijalul hadits
(perawi hadits) yang berguna dalam menelusuri Hadits dari
periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam168
Kearifan Cinta Sang Guru
macam hadits) baik yang lemah, cacat atau shahih. Ia
memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah
dan Al-Musnad. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai
hujjah atau dalil, ia memiliki kehebatan yang luar biasa,
sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan
para mufassir atau ahli tafsir. Tiap malam ia menulis tafsir,
fiqh, ilmu ‘ushul sambil mengomentari para filusuf . Sehari
semalam ia mampu menulis empat buah kurrosah (buku
kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam bidang
syari’ah. Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikh Ibnul Wardi
bahwa karangannya mencapai lima ratus judul. Karyakaryanya yang terkenal adalah Majmu’ Fatawa yang berisi
masalah fatwa fatwa dalam agama Islam.
Pemikiran Ibn Taimiyah tentang pendidikan islam:
Menurut ibn Taimiyah bahwa menuntut ilmu itu merupakan
ibadah dan memahaminya secara mendalam merupakan
sikap ketakwaan kepada Allahdan mengkajinya merupakan
jihad, mengajarkan kepada orang yang belum tau dan
mendiskusikanya merupakan tasbih. Dasar “tauhid” yaitu
keyakinan yang benar tentang ke-Mahaesaan Allah SWT, yang
mengandung kepercayaan yang mendalam, bahwa tidak ada
kekuatan dak kekuasaan selain-nya yang beleh disembah,
tidak ada harapan dan permohonan yang diajukan kecuali
kepadanya. Tauhid ini mencangkup tiga dimensi yaitu:
1.
Tauhid rububiyah Meyakini bahwa Allah itu esa, yang
menciptakan semua mahluq, mengatur dan
membimbingnya.
2.
Tauhid uluhiyyah Meyakini bahwa Allah-lah satusatunya tuhan yang pantas disebut tuhan, di taati dan
dipatuhi segala perintahnya serta menjauhi segala
laranganya.
PESAN-PESAN
KEABADIAN
169
3.
170
Asmma dan sifat Meyakini bahwa segala yang berjalan
dalam kenyataan di alam raya ini merupakan aturan
Tuhan.
Kearifan Cinta Sang Guru
Juz Enam Belas
IBARAT
MEMBUAT
BATU BATA
171
Kebahagiaan dan cinta sejati
seorang guru adalah ketika melihat
anak didiknya sukses, sukses di
dunia juga sukses di akhirat
S
alah satu masalah yang sering dialami sebagian besar
orang dalam mencapai mimpi-mimpinya adalah
kurangnya konsistensi dalam menjalankan apa yang
dicita-citakan. Pada mulanya biasanya dipenuhi dengan
semangat hidup yang luar biasa dalam mencapai cita-cita.
Tetapi lambat laun, seiring dengan perkembangan waktu yang
terus berjalan, seperti sebuah roda, keinginan dan motivasinya
kadang berjalan naik turun.
Pada suatu saat, motivasi kita berada pada titik paling
atas. Saat itu, kita merasakan sebuah semangat yang luar biasa
seakan tidak ada satupun yang bisa menghalangi kita. Kita
bekerja sangat keras untuk mencapai apa yang kita citacitakan. Dalam perjalanan waktu, satu rintangan
menghadang. Mungkin kita masih tergar dengan satu
rintangan tersebut. Namun di saat lain, tantangan lain kembali
menyapa di depan kita. Saat itulah menjadi titik kritis yang
harus dilewati. Apakah kita sanggup menjaga semangat hidup
172
Kearifan Cinta Sang Guru
yang telah kita bangun ataukah kemudian kita loyo dan
menjadi lemah lalu mundur.
Saat kita ingin menjadi guru yang profesional misalnya,
banyak sekali tantangan dan godaan yang mewarnai
perjalanan kita. Cibiran dan ejekan dari teman-teman, sangat
mungkin kita dapatkan yang menganggap kita dengan
berbagai macam pikiran negatif. Tantangan dari luar diri kita
mungkin bisa kita tepis dan abaikan. Lebih sulit adalah
bagaimana mengatasi tantangan dan godaan yang ada dalam
diri kita sendiri.
Godaan untuk bermalas-malasan misalnya, selalu
membisik dalam diri kita. “Ah, ngapain bekerja keras, toh
gajinya sama”, atau “Ayolah, sedikit bersenang-senang,
bukankah hidup hanya sekali”, atau “Jangan terlalu keras
pada diri sendiri, ngga baik untuk kesehatan”, dan banyak
lagi godaan lain yang ada dalam diri kita. Berbagai godaan
itu bisa terus terngiang-ngiang sehingga kita terkadang terbuai
dengan godaan tersebut lalu kemudian sedikit demi sedikit
mengikutinya. Kita berpikir, “ah, bersenang-senang sedikit
tidak ada ruginya”. Tetapi sekali kita berpikir semacam itu,
kita akan terjebak untuk terus melakukannya hingga kita
melupakan mau ke mana kita akan berjalan.
Hawa nafsu dalam diri kita seperti anak kecil yang
menyusu pada ibunya. Kalau ibunya terus menyusui anaknya,
sampai kapanpun anaknya akan menyusu pada ibunya,
bahkan sampai besar. Karena itulah, biasanya ibunya
menghentikan anak-anaknya menyusui pada sekitar umur
dua tahun (menyapih-nya) agar tidak keterusan sampai besar.
Harus ada sedikit pemaksaan dan pembiasaan memang, dan
anak juga akan kecewa atau menangis, atau bahkan
mengamuk. Tetapi jika kita kuatkan hati, maka si anak akan
menurut. Sama dengan nafsu dalam diri, jika kita tegas untuk
IBARAT MEMBUAT
BATU BATA
173
berkata tidak kepada hal-hal yang merugikan kita, maka kita
akan memenangkan pertempuran dengan diri sendiri tersebut.
Ingatlah Tujuan Awal
Gambarlah sedetail mungkin tujuan dan cita-cita kita, agar
kita selalu ingat pada tujuan tersebut. Ada seorang guru yang
menggambar dirinya sedang bersalaman dengan Presiden
atas penghargaan sebagai guru teladan tingkat nasional.
Gambar itu lalu dibingkai dan ditempelkan di dinding
rumahnya. Di bawah gambar itu tertulis: “Suatu saat nanti,
aku akan bersalaman dengan Presiden karena aku adalah
guru teladan tingkat nasional”.
Gambaran itu begitu nyata dalam pikiran kita, selalu
mewujud dalam tekad yang kuat untuk mencapai apa yang
kita cita-citakan. Jika kita ingin memiliki rumah misalnya,
gambarlah rumah yang kita inginkan, atau foto rumah
tersebut, lalu bingkai dan tempelkan di dinding. Tuliskan di
bawahnya: “Lima tahun lagi, kita akan tinggal di rumah ini”.
Sama juga saat kita menginginkan untuk mempunyai mobil
misalnya, tempelkan gambar mobil itu dan tuliskan tekad
kita. Dengan adanya gambar besar itu, akan memudahkan
kita untuk kembali bersemangat hidup.
Hidup itu Tergantung Kita. Dunia tidak akan menangis
kalau kita gagal, juga tidak akan tertawa kalau kita sukses.
Karena itu, jangan pernah tergantung kepada orang lain atau
keadaan. Ciptakan motivasi dalam diri kita yang kuat dalam
mencapai sesuatu, sehingga apapun yang terjadi di luar diri
kita tidak akan berpengaruh terhadap apa yang kita jalankan.
Halangan dan Rintangan adalah Tantangan. Anggaplah
semua halangan dan rintangan sebagai penyemangat. Ubah
energi negatif yang kita terima menjadi energi positif. Semakin
174
Kearifan Cinta Sang Guru
kita mampu mengubahnya, maka energi kita akan jauh lebih
berlipat ganda dari sebelumnya.
Jangan Salah Bergaul. Bergaul dan berinteraksilah
dengan orang-orang yang punya semangat hidup. Karena
semangat hidup itu menular. Jika kita bergaul dengan orangorang yang tidak punya semangat hidup, maka hidup kita
akan tertular untuk tidak bersemangat. Tetapi jika kita bergaul
dengan orang-orang yang punya semangat hidup tinggi, kita
akan jauh lebih bersemangat untuk mencapai apa yang kita
cita-citakan.
Membaca, Menghadiri, Memotivasi Diri. Membaca
berbagai buku motivasi akan memperkuat semangat hidup
kita. Membaca tokoh-tokoh yang sukses juga akan
memperkuat semangat hidup kita. Hadiri berbagai seminar
ataupun acara yang memberi semangat. Dengan demikian,
motivasi kita akan selalu terjaga.
Review Rencana Hidup. Cobalah untuk mereview dan
mengevaluasi secara berkala rencana hidup yang telah kita
buat. Kita mengevaluasi mana yang sudah tercapai, dan mana
yang belum. Review ini akan membantu kita untuk
melakukan evaluasi secara berkala apa yang kurang dan apa
yang harus diperbaiki di masa mendatang.
Disiplin adalah kunci. Kunci utama adalah disiplin.
Jadikan disiplin sebagai kebiasaan. Mungkin awalnya berat,
tetapi jika sudah menjadi kebiasaan yang menginternal dalam
diri kita, akan jauh lebih mudah. Disiplin akan membuat
kita kuat dan bertahan terhadap berbagai tantangan dan
rintangan yang ada.
Untuk melahirkan murid-murid yang sukses, maka
dimulai dari para guru. Ibarat membuat batu bata. Kalau
kita ingin agar batu batanya berbentuk kotak, maka kita harus
mempersiapkan cetakan berbentuk kotak. Masalah nanti
IBARAT MEMBUAT
BATU BATA
175
ternyata ada batu bata yang tidak berbentuk kotak, itu
masalah lain. Bisa dibilang kemungkinannya 1001.Namun,
bila cetakannya sudah bulat, maka bisa dibilang mustahil
akan terbentuk batu bata yang kotak.
TIPS..!!
Karakter guru yang sukses.
1.
Selalu siap untuk meningkatkan pengetahuan
seputar materi pelajarannya, yaitu dengan
membaca dan melakukan pembahasan dengan
mendalam, hingga dia bisa menggabungkan
materi tersebut dengan pengetahuan yang baru.
Di samping itu, dia memiliki metode yang baik
untuk memberikan pemahaman kepada muridmuridnya.
2.
Mengenal dengan baik sarana-sarana modern
dalam pendidikan, sehingga dirinya dapat
mentransfer pengetahuan-pengetahuan yang ada
dengan mudah.
3.
Mengetahui beberapa karakter pertumbuhan jiwa
para murid, sehingga dia mampu menghadapi
perbedaan antara setiap individu dari sisi jiwa,
akal dan emosional. Dengan hal ini, sang guru
menjalankan proses pendidikan sesuai dengan
arah perkembangan kejiwaan murid, bukan
bertolak belakang dengan perkembangan jiwa
mereka.
176
Kearifan Cinta Sang Guru
4.
Bersikap obyektif. Dengan arti, bersikap sama
kepada semua murid; tidak pilih kasih, atau
memberikan satu stempel kepada salah seorang
murid. Menjauhi sikap condong kepada sebagian
murid dan menafikan yang lain.
5.
Memiliki sifat inovatif dan kreatif. Dengan kata lain,
memakai sarana-sarana terbaru dalam mendidik.
6.
Murid-murid merasa dihormati dan dihargai ketika
bersamanya. Di samping itu, para murid merasa
bahwa gurunya adalah pemilik kemuliaan karena
dialah yang telah memberikan ilmu kepadanya,
menunjukkan akhlak yang baik, bahkan membantu
mereka dalam menyelesaikan permasalahannya;
baik berhubungan dengan materi pelajaran
maupun tentang kehidupan sosial.
DOA UNTUK GURU
dikutip dari http://www.shukom.com/doa.guru.html
Ya Allah, Engkau masukkanlah kami semua kedalam
golongan hamba-hamba Mu yang mendapat kurnia dan
ganjaran dari kemurahan-Mu dan kurniakanlah kepada kami
setiap kebaikan yang ada didalamnya.
Ya Allah, Engkau ampunkanlah dosa-dosa kami,
samada dosa-dosa yang besar atau dosa yang kecil, samada
dosa yang tersembunyi atau yang nyata, samada dosa yang
kami sengajakan atau kerana kejahilan kami. Ya Allah,
terimalah taubat kami sebagai taubat nasuha, sesungguhnya
Engkau maha pengasih, maha penyayang lagi maha
pengampun.
IBARAT MEMBUAT
BATU BATA
177
Ya Allah, Engkau ampunkanlah dosa kedua ibu bapak
kami, dosa pasangan kami, dosa anak-anak kami, dosa adik
beradik kami, dosa seluruh ahli keluarga kami, dosa guruguru kami serta dosa sekelian kaum muslimin dan muslimat,
mukminin dan mukminat, dengan rahmat Mu ya Allah,
Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Berikan berikan kesejahteraan dan keberkatan hidup
untuk semua guru-guru yang pernah mengajar kami ilmu
dunia dan akhirat. Kurniakanlah kepada ganjaran dari
kemurahan Mu diatas setiap usaha mereka untuk mendidik
kami.
Kurniakanlah kepada guru-guru di negara kami ini hati
yang ikhlas dalam menyempurnakan tanggungjawab mereka
dengans ebaiknya . Bukakanlah hati mereka agarmenjadikan
seluruh aktriviti dunia pendidikan sebagai ibadah
mengharapkan rahmat dan keredhaan-Mu semata-mata .
Ya Allah, Engkau anugerahkan rasa kasih sayang kepada
mereka terhadap anak-anak didik mereka, sebagaimana
mereka mengasihi dan menyayangi anak-anak mereka sendiri
, kurniakanlah kepada mereka kesabaran , ketabahan ,
semangat kerjasama yang tinggi dalam sebuah pasukan ,
semangat permuafakatan dan semangat juang yang tidak
mengenal erti putus asa dalam memikul tanggungjawab
sebagai seorang pendidik dan berusaha menyumbang tenaga
, idea dan kepakaran demi meningkatkan kualiti akademik
dan ko-kurikulum pelajar-pelajar mereka.
Ya Allah, Tuhan Yang Maha Mendengar, lagi Maha
Melihat,
Dengarkanlan harapan dan pengaduan kami ini.
Mustajabkanlah permohonan kami agar Engkau
mengurniakan kesejahteraan dan kesihatan kepada guru-guru
178
Kearifan Cinta Sang Guru
kami di negara ini yang menjadi payung kepada generasi
akan datang.
Semoga Engkau mengurniakan kekuatan kepada diri
mereka untuk terus menjalankan amanah dan tanggungjawab
dalam memainkan peranan bagi memartabatkan pendidikan
generasi kami berteraskan al-Quran dan al-Sunnah.
Ya Allah, Ya Karim, Jadikanlah guru-guru kami
mempunyai darjat yang tinggi serta hiasilah mereka dengan
kebijaksanaan, binakanlah benteng ketakwaan dan keimanan
yang teguh kepada mereka. Hindarilah mereka daripada
perkara yang memudaratkan diri, keluarga, agama, bangsa
dan negara.
Ya Allah, Ya Aziz Ya Ghaffar, Anugerahkanlah segala
kemudahan kepada para guru kami agar mereka senantiasa
mendapat kejayaan dan kecemerlangan di dunia dan akhirat.
Berkatilah usaha dan sumbangan kebaikan mereka di dunia
ini.
Berikanlah kekuatan kepada mereka untuk mencapai
kejayaan dan kemajuan diri dalam mendidik anak bangsa
ibu pertiwi. Anugerahkanlah kepada mereka kualiti
kehidupan yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Tinggikanlah darjat mereka di sisiMu, sucikanlah hati mereka
dengan keikhlasan berbakti untuk agama, bangsa dan negara.
IBARAT MEMBUAT
BATU BATA
179
INSTRUMEN KCSG
1.
Apakah Penjelasan Saya terlalu cepat
Dalam proses belajar mengajar, ada kemungkinan
guru kurang memperhatikan irama yang muncul
di dalamnya,atau bahkan sering tidak
mempedulikannya,irama yang dimaksud adalah
kemungkinan berubahnya kepaduan hubungan
antara guru dan siswa ketika materi ajar sedang
disampaikan oleh guru.Guru harus mengoreksi diri
bagian mana dari penjelasan guru yang tidak
berkenan bagi siswa.Apakah terlalu cepat atau
sebaliknya.Bila sudah ditemukan jawabannya, guru
harus secepatnya melakukan perbaikan.
2.
Apakah saya sudah memberikan contoh yang
memadai. Sebuah penjelasan selayaknya disertai
contoh-contoh. Adanya cntoh yang memadai
menjadikan siswa lebih memahami apa yang
dijelaskan oleh guru.Pengertian memadai , contoh
seharusnya cukup artinya tidak terlalu banyak dan
juga bukan hanya satu.Terlalu banyak contoh
membuat semangat siswa mengendor,sebaliknya
kalau hanya satu jelas belum mewakili sekian
banyak penjelasan.
3.
Apakah benar cara bertanya saya
Ketika bertanya guru harus hati-hati dan
cermat.Pertanyaan juga harus cuk up jelas kemana
arahnya,dan jelas pula apa yang seharusnya
menjadi jawabannya.
4.
Apakah Saya Sudah Memberi Kesempatan kepada
Siswa. Kesempatan yang seharusnya diberikan
180
Kearifan Cinta Sang Guru
kepada siswa jangan sekali-sekali dilewatkan.
Artinya sebesar,jangan sampai guru hanya berpikir
untuk menang sendiri.Oleh sebab itu guru harus
memberi peluang selebar-lebarnya agar siswa
tergelitik untuk bertanya.
5.
Apakah Saya sudah member latihan yang
memadai kepada siswa. Latihan adalah wahana
untuk menerapkan bermacam penjelasan dari
guru.Melalui latihan guru bias tahu apakah
teori,keterangan atau sebuah analisis sudah
dikuasai oleh siswa atau belum. Latihan harus
relevan dengan penjelasan yang sudah diberikan.
6.
Apakah hasil latihan siswa sudah saya komentari
Latihan harus diberi komentar yang tepat oleh
guru.Kalau latihan ini tidak diberi komentar
sedikitpun siswa akan bingung.Yang dipikirkan
oleh siswa adalah bagaimana sebenarnya dengan
hasil latihannya.Benar atau salah, jika tidak ada
komentar dari guru,maka siswa akan selalu penuh
dengan keraguan.
7.
Apakah bahasa yang saya pakai dipahami siswa
Agar bahasa yang dipakai oleh guru dipahami oleh
siswa dengan baik, guru harus pandai-pandai
menyusun kalimat,serta menyampaikannya
maksud dengan singkat dan jelas.
8.
Apakah saya selalu memperhatikan tugas tugas
siswa. Tugas tugas yang diberikan kepada siswa
harus diperhatikan oleh guru. Perhatian ini
dilakukan untuk meyakinkan apakah tugas yang
dikerjakan benar, tepat sasaran atau
IBARAT MEMBUAT
BATU BATA
181
sebaliknya.Guru harus cermat memperhatikan
tugas-tugas siswa.
9.
Apakah evaluasi yang saya lakukan sudah benar
Mengevaluasi berarti menilai, member keputusan
tentang penghargaan yang sepantasnya yang sepadan.
Bila system evaluasi guru sudah benar dan hasilnya
mantap maka akan tumbuh keyakinan bahwa materi
telah disampaikan dengan baik oleh guru.
10. Apakah saya sudah memperhatikan programprogram yang saya buat dengan benar.
Program adalah kerangka acuan yang akan
dituju.Oleh karena itu perannya diletakkan di
depan. Maka program yang telah dibuat harus
diperhatikan benar-benar. Kesalahan menyusun
program akan mengakibatkan terjadinya
serangkaian tindakan yang mungkin tidak mengena
sasaran. Untuk itu semua program yang disiapkan
oleh guru harus benar-benar diperhatikan.
Cinta mungkin akan membuatmu
terluka, tapi ia membuatmu
semakin dewasa.
Jadilah pribadi yang selalu
memaafkan,
terutama hatimu.
Salam Guru
Semoga Allah
Meridlai Kita,
Amiiin.
182
Kearifan Cinta Sang Guru
LITERATUR IDE
Abu al-Wafi aI-Taftazani (1983), Maduhal ila al-Tashawwuf
al-Islamiy, Kairo
Abuddin Nata (2004), Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Achmadi, (1992), Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan,
Yogyakarta: Aditya Media.
Ahmad Syalabi. (1973), Sejarah Pendidikan Islam, terj.
Muchtar Yahya dan Sanusi Latif. Jakarta: Bulan Bintang.
Ahmad Tafsir, (1992), Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Al-Farabi (1906), Kitab Ara Ahl al-Madinah al-Fadhilah, Kairo.
Al-Ghazali, Asnan al-Qur’an fi Ihya ‘Ulum al-Din, Kairo.
Al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, Kairo, 1334 H.
Al-Ghazali, Ma’arij al-Quds fi Madarij Ma’rifah al-Nafs, Kairo,
1327 H.
Ali ‘Abd al-Wahid wafi. (1965), Al Musawt Fi al-Islam. Mesir:
Darul-Fikr.
AliHasan. 1978. Tuntunan Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang,
1978.
Al-Jam’iyatul Washliyah Perbaungan-Serdang
Azyumardi Azra. (1998). Esei-esei Intelektual Muslim dan
Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.
Bowles, F.H. (Ed), (1965). Access To Higher Education, Vol.
II. Pais: UNESCO And The International Association Of
Univesities.
Burke, E. (1960). The Political Reason Of Edmund Burke.
Durham: North Carolina: Duke Univercity Press.
183
Crow and Crow. 1990. Pengantar Ilmu Pendidikan.
Yogyakarta: Rake Sarasin.
Diah Widya Ningrum. Karakteristik Guru Teladan.
Dikutif dari al Madkhal fi al Manahij li at Tadris, diterbitkan
oleh lembaga pendidikan bagian metodologi dan saran
pendidikan Universitas al Azhar.
Dikutif dari edukasi.kompasiana.com/.../i-b-d-a’-b-i-n-a-f-s-ik-solusi-praktis.
Dikutif dari http://id.shvoong.com/social-sciences/education/
2112656-10-pertanyaan-agar-guru-sukses/
#ixzz1KZTGxMDR
Dikutif dari http://www.klubguru.com/view.php?
subactionshowfull&id=1236559636&archive=&start_from=
&ucat=2& Diposkan oleh Fery Irianto Setyo
Dikutif dari http://www.resensi.net/guru-bijak-2/2011/10/
Dikutif dari http://www.resensi.net/guru-bijak-2/2011/10/
#ixzz2p8Rm0mvq
Dikutif dari http://www.shukom.com/doa.guru.html
Dikutif dari http://www.tuanguru.com/2012/08/ajaran-gurusufi-jalaluddin-rumi.html
Dikutif dari trikuntjoro.blogspot.com.
Djahiri, M. dan Wahab, A. 1996. Dimensi Nilai, Moral, dan
Norma. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti.
Fakih, Mansour (Pengantar) (2001). Ideologi Dalam
Pendidikan. Dalam Wlliam F. O’neil. Ideologi-Ideologi
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fiske, Edwars B. (1996). Decentralization of Education:
Politic and Consensus. Washington, D.C.: The World
Bank
Hasan Langgulung (2002). Manusia Dan Pendidikan: Suatu
Analisa Psikologi Dan Pendidikan. Jakarta: Al-Husna
Zikra.
Hasan Langgulung 1988. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta:
Pustaka Al-Husna.
184
Kearifan Cinta Sang Guru
Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa
Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Al-Husna Zikra.
Henderson, SVP (1954) Introduction To Philosophy Of
Education.Chicago : Univ. Of Chicago Press
Hermawan S, R. (1979). Etika Keguruan: Suatu Pendekatan
terhadap Kode Etik Guru Indonesia. Jakarta: PT. Margi
Wahyu
Highet, G (L954). Seni Mendidik (Terjemahan Jilid I Dan II).
PT.Pembangunan
Hopkins, K.D. & Stanley, J. C. (1987). Educational And
Psychological Measurement And Evaluation. Englewood
Cliffs, N. J,: Prentice Hall.
Husein Sulaiman Qurah, Al-Ushul al-Tarbawiyah fi Bina alManahij, (Cairo: Dar al-Ma’arif), hlm. 47-49.
Jalaluddin dan Usman Said. 1996. Filsafat Pendidikan Islam;
Konsep dan Perbandingan Pemikirannya. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Joyce, B. dan Wcil, M. 1986. Models of Teaching, New Jersey:
Prentice-Hall, Ine
M. Furqon Hidayatullah. Guru Sejati: Membangun Insan
Berkarakter Kuat & Cerdas
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam,
Bandung: Nuansa Cendekia, 2003)
Muhyiddin Ibnu Arabi, Fushush al-Hikam, Kairo, 1949.
Nata, Abuddin, , Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam:
Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada, Cet. I, 2000.
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah alTarbiyah al-Islamryah, terj. Hasan Langgulung (Falsafah
Pendidikan Islam), (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
Ramayulis , Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia,
Cet. II, 1998.
Ramayulis, Didaktik Metodik, Padang : Fakultas Tarbiyah IAIN
Imam Bonjol, 1982.
185
Ronal Hutagalung. 2011. Menjadi Pemenang di Kelas &
Kehidupan (Strategi SMART Menjadi Pemenang di Kelas
dan Kehidupan dengan menggunakan pendekatan
Neuro Linguistic Programming). Gorontalo: Ideas
Publishing
Sayyid Sabiq, Al-Aquid al-Islamiyah. 1977. terj. Muhammad
Abdai Rathomy, (Aqidah Islam Pola Hidup Manusia
Beriman). Bandung: Diponegoro. SGD Bandung.
Tabrani Rusyan, dkk. (1992). Pendekatan dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tilaar, H.A.R. (1998). Manajemen Pendidikan Nasional:
Kajian Pendidikan Masa Depan. Kata Pengantar
Makagiansar, M. Bandung: Remaja Rosdakarya
186
Kearifan Cinta Sang Guru
Download