Juz Satu SYAHADAT CINTA 1 Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku Sebagai prasasti terima kasihku Tuk pengabdianmu Ashadu An Laa Ilaha Ilallah Waashadu Anna Muhammadan Rasulullah Dengan menyebut nama Allah, Dan limpahan rahmat-Nya senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW. Cinta adalah hadiah untuk sang hati, anugerah yang kekal abadi dari TUHAN. Barang siapa yang mencari ilmu untuk mengalahkan para ulama berarti ia ingin menjadi Tuhan pada hal tiada Tuhan selain Allah Barang siapa yang mencari ilmu untuk mengakali orang bodoh berarti ia ingin menjadi Tuhan pada hal tiada Tuhan selain Allah Barang siapa yang ingin merendahkan orang lain berarti ia ingin menjadi Tuhan Padahal tiada Tuhan selain Allah Barang siapa yang ingin menjadi Tiran berarti ia ingin menjadi Tuhan padahal tiada Tuhan selain Allah Seorang guru yang menindas siswanya berarti ia ingin menjadi Tuhan padahal tiada Tuhan selain Allah Siapapun dia dari manapun asalnya asal bisa menjadi saudara bagi sesama Hiduplah Bersama Kearifan Cintaku dan Berikanlah Kebahagiaan Kita untuk Dunia ini 2 Kearifan Cinta Sang Guru Oase Keabadian Berbicara tentang guru di Indonesia diberikan sebuah julukan yang sangat bombastis, yaitu pahlawan tanpa tanda jasa. Sungguh julukan ini begitu besar dan memang kenyataannya seperti itulah seseorang yang berprofesi sebagai guru. Bagi masyarakat, eksistensi guru sedemikian rupa sehingga selalu ada hal positif yang diinginkan untuk sang guru. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru dalam setiap kata dan perbuatannya. Ada pepatah klasik Cina: “Yi ri wei shi, zhong sheng wei fu” (sehari menjadi guru, seumur hidup menjadi orang tua). Ada pesan moral yang lebih agung dan mulia di balik adagium Cina klasik itu. Guru bukan semata-mata sebuah profesi, melainkan status; sebagai Shi Fu; guru yang sekaligus berstatus sebagai orang tua. Alangkah luhur dan mulianya status yang disandang oleh para guru. Mereka tak sekadar mentransfer ilmu pengetahuan an-sich, melainkan juga membangun karakter. Mereka tak hanya pintar memberikan punishment, tetapi juga bijak memberikan reward. Ada sentuhan tangan sang guru yang lembut, penuh perhatian dan sarat nilai kasih kita kepada para murid ketika sedang bergulat di tengah rimba belantara dunia pendidikan. Ada simpul-simpul syaraf kemanusiaan yang dengan amat sadar dialirkan ke ruang-ruang kelas, sehingga atmosfer yang terbangun menjadi lebih beradab dan berbudaya. Selama ini kita merasa cukup bangga disebut sebagai guru profesional. Betapa tidak dengan wibawanya kita di depan siswa didik kita yang dengan otoritas yang kita miliki, kita bisa menjadi “aktor” tunggal yang diperhatikan dengan puluhan sorot mata penuh ketakutan. Betapa bangganya kita bisa menakut-nakuti murid dengan ancaman tidak naik kelas atau gagal lulus, bahkan mengeluarkan mereka dari sekolah SYAHADAT CINTA 3 apabila mereka mau main-main dengan peraturan dan tata tertib sekolah. Cobalah kita tengok sebentar suasana ruang-ruang kelas yang berlangsung selama ini. Para murid bagaikan objek mati yang gampang dikebiri melalui otoritas sang guru. Para murid hanya jadi robot. Sang gurulah pengendalinya. Para murid sekadar mengikuti sinyal “remote control” yang disetir sang guru. Robot-robot yang sedang “error” tak segan-segan dibuang dan disingkirkan. Ancaman menjadi senjata ampuh bagi sang guru dalam menegakkan wibawa dan kharismanya. Tak heran, selepas dari ruang kelas yang angker bak kerangkeng penjara, para murid seperti terbebas dari sekapan medan karantina berbau busuk. Lantas, mereka mencari pelampiasan dengan melakukan aksi yang sesuai dengan naluri agresivitasnya. Tawuran, pesta pil setan, pergaulan bebas, dan perilaku tak terpuji lainnya gampang sekali membius mereka. Betapa naifnya kita setelah pantulan dari cermin kehidupan itu menampar wajah kita yang penuh bopeng dan dosa. Kita telah berlaku biadab dan kejam terhadap anakanak bangsa negeri ini. Mereka kita perlakukan semau gue, sesuka gaya kita. Kapan pun mau, kita bisa meminta mereka untuk menjilati tembok dinding ruang kelas yang kasar dengan lidah mereka apabila mereka nyata-nyata melanggar aturan. Kita bisa menghakimi siswa didik kita untuk menguras WC yang berbulan-bulan lamanya lupa dikuras oleh petugas sekolah. Bahkan, kita sering mempermalukan murid-murid kita dengan cara menggantung kaki sebelah ketika mereka terlambat masuk kelas. Kita jarang tersenyum karena takut kehilangan wibawa. Kita harus lebih banyak menciptakan ketegangan di ruang kelas, agar mereka memusatkan perhatian pada materi ajar yang kita sajikan. Kalau ada murid yang berotak pas-pasan, tak segan-segan kita memvonis 4 Kearifan Cinta Sang Guru mereka dengan label “bodoh atau tolol”. Celakanya, kita beranggapan, mereka hanyalah anak orang lain yang dititipkan ke sekolah, sekadar untuk cari selembar ijazah. Selama ini ternyata kita bukanlah seorang guru. Kita hanya menjadi tukang ajar. Kita sering mengatakan, “Kita punya ilmu, kamu punya uang!” Jadilah transaksi. Sekolah jadi ladang bisnis. Tak ada nilai karakter dan budi pekerti yang kita tanamkan kepada murid-murid kita. Tugas kita semata-mata hanya mengantarkan anak-anak negeri ini bisa memperoleh ijazah. Titik. Tak ada pertautan nilai kemanusiaan yang tersalur ke dalam gendang nurani siswa didik kita. Kalau ada siswa yang berotak pas-pasan, sering kita tinggalkan begitu saja. Kita tak peduli, toh anak orang lain, salahnya sendiri bodoh! Selama ini ternyata darah yang mengalir dalam tubuh kita bukanlah darah seorang guru, melainkan darah seorang pekerja dan pencari penghasilan. Bertahun-tahun lamanya, kita terpasung dalam suasana semacam itu. Idiom klasik Cina itu telah mengingatkan kita agar menjadi seorang shi fu; menjadi guru sekaligus orang tua. Guru tak hanya sebatas memainkan peran sebagai tukang ajar, tetapi juga sekaligus sebagai orang tua yang mengemban misi mendidik. Kalau ada anak yang berotak pas-pasan, sudah seharusnya diajak untuk mengembangkan potensi kecerdasannya; dibimbing dan dilatih dengan penuh sentuhan perhatian dan kasih sayang; tak ubahnya kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya. Kalau ada murid yang melanggar aturan, mereka perlu diajak dan dilibatkan untuk membuat “kontrak sosial” agar mereka patuh terhadap aturan main yang telah disepakati. Guru juga tak hanya mengemban misi mencerdaskan otak siswa, melainkan juga membangun pilar-pilar karakter yang kuat agar kelak anak-anak negeri ini juga cerdas secara emosional, spiritual dan sosial. Sungguh, betapa dalam dan SYAHADAT CINTA 5 luasnya makna shi fu itu ketika kita silau oleh predikat sebagai guru profesional. Semoga, negeri ini akan bermunculan shi fu-shi fu baru yang benar-benar memiliki darah “guru sejati” yang memperlakukan siswa didiknya tak ubahnya seperti anak-anak kandungnya. Hanya dengan sentuhan tangan yang lembut, bijak, penuh perhatian dan sarat belaian kasih sayang, anak-anak negeri ini akan menemukan dunianya yang beradab dan berbudaya. Kearifan cinta adalah keniscayaan. Guru sebagai Puisi Hidup Keberadaan guru di dalam kehidupan memang sebagaimana sebuah puisi. Puisi yang mencoba menggambarkan kehidupan guru secara implisit. Karenanya berbagai sajak guru tertuangkan dalam kehidupan ini sebagai bentuk penghargaan yang tulus bagi seorang guru. Tidak ada yang dapat diberikan kepada guru sebab dia memang tidak ingin diberi sesuatu. Bagi seorang guru, ketika melihat anak didiknya berhasil, itu merupakan sesuatu yang paling membahagiakan hidupnya. Guru tidak berharap anak didiknya membalas segala pembelajarannya secara finansial. Mereka hanya berharap agar anak didiknya mampu menuangkan semua ilmu dan pengetahuan yang diberikannya dalam kehidupan. Guru tidak perlu penghargaan, tanda jasa dan sebagainya. Jadilah manusia yang berguna bagi kehidupan, maka guru akan merasa bahagia sekali. Sajak guru dalam kehidupan akan tertuang terus selama kehidupan ini. Guru adalah profesi yang menggarap bidang sumber daya manusia sehingga mereka dapat menjadi manusia berguna bagi kehidupan. Setiap saat guru terus berusaha agar anak didiknya mendapatkan hal terbaik dari proses pendidikan dan pembelajaran. Bagi anak didik kehidupan 6 Kearifan Cinta Sang Guru guru adalah sebuah sajak yang tiada pernah habis untuk dikupas. Sajak-sajak guru tersebut terus tercipta dari perjalanan hidup sang guru. Guru tidak perlu menulis kehidupannya sebab kehidupannya telah tertulis secara otomatis dalam buku harian kehidupan. Dalam perjalanan hidupnya, guru adalah sosok-sosok dengan tingkat fleksibilitas tinggi. Dimanapun dan dengan siapapun guru mampu segera mengadaptasikan diri. Hal ini memberikan gambaran bahwa seorang guru adalah kehidupan ini sendiri. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa jika di suatu tempat ada seorang guru, maka kehidupan masyarakatnya akan tertata. Masyarakat yang ada guru di dalamnya adalah masyarakat yang ada sajak gurunya, maka kehidupan selalu bernilai positif. Anda harus mengakui bahwa eksistensi guru di dalam masyarakat adalah sebagai resistensi atas segala nilai negatif yang muncul atas pola kehidupan. Hal ini karena adanya kecenderungan bahwa manusia selalu ingin memuaskan diri dengan hal-hal negatif. Namun, dengan adanya guru, maka setidaknya ada semacam lingkaran cahaya yang menerangi orang-orang tersesat sehingga tidak meneruskan kehidupan sesatnya. Ini adalah sebuah sajak tentang pengaruh guru terhadap kelakuan negatif orang-orang yang tersesat dalam hidupnya. Guru tidak membedakan dengan siapa mereka bergaul. Guru tidak membatasi dengan siapa mereka harus berkomunikasi. Bagi guru setiap orang merupakan sosok spesifik yang perlu diselami kedalaman dirinya. Proses penyelaman ini membawa serta seluruh jiwa sang guru. Hidup ini adalah puisi yang ditulis Tuhan untuk ditelaah agar kehidupan menjadi lebih baik dan guru adalah sosok yang dipilih Tuhan untuk menyampaikan puisi hidup tersebut. Oleh karena itu, siapa yang mampu menangkap SYAHADAT CINTA 7 dan menerjemahkan, maka mereka mendapatkan pencerahan hidup. Jadi, dekatkanlah hidupmu pada guru agar dapat pencerahan itu. 8 Kearifan Cinta Sang Guru Juz Dua “KECANDUAN” JADI GURU 9 Jika Anda ingin berbahagia selama satu jam, silakan tidur siang. Jika Anda ingin berbahagia selama satu hari, pergilah berpiknik. Bila Anda ingin berbahagia seminggu, pergilah berlibur. Bila Anda ingin berbahagia selama sebulan, menikahlah. Bila Anda ingin berbahagia selama setahun, warisilah kekayaan. Jika Anda ingin berbahagia seumur hidup, Jadilah Guru dan cintailah pekerjaan Anda. Promod Brata 10 Kearifan Cinta Sang Guru Sentuhan Masa Depan Lihatlah...seharian, aku telah diminta menjadi seorang aktor, teman, penemu barang hilang, psikologi, pengganti orang tua, penasihat, hakim, pengarah, motivator, dan pembimbing ruhani murid-muridku. Meski tersedia peta, grafik, formula, kata kerja, cerita dan buku. Aku sebenarnya tidak punya apaapa untuk diajarkan, karena murid-muridku sebenarnya hanya mempunyai diri mereka sendiri untuk belajar. Aku sebuah paradoks. Aku paling keras berbicara dan aku paling banyak mendengar. Karunia terbesarku terdapat dalam apa yang bersedia aku terima dari murid-muridku dengan sikap menghargai. Kekayaan materi bukanlah salah satu tujuanku, tapi aku seorang pencari harta karun, yang selalu mencari peluang baru bagi murid-muridku—peluang untuk menggunakan bakat-bakat mereka dan yang selalu mencari bakat-bakat yang kadang tersembunyi dibalik sikap menyerah. Dulu..aku bercita menjadi seorang dokter…namun sekarang dengan aku menjadi seorang guru, aku marasa bahwa akulah yang paling beruntung diantara semua pekerja. Karena seorang dokter diijinkan untuk mengantarkan kehidupan dunia dalam satu saat ajaib. Aku diijinkan melihat kehidupan itu dilahirkan kembali setiap hari dengan pertanyaan baru, gagasan baru dan persahabatan baru dari semua muridku. Ketika seorang arsitek tahu bahwa jika ia membangun dengan teliti, bangunannya mungkin akan berdiri berabadabad. Namun seorang guru tahu bahwa jika ia membangun dengan cinta dan kebenaran, apa yang ia bangun akan abadi. Aku tidak membutuhkan tempat rekreasi atau hiburan untuk meredakan rasa sedih yang terkadang datang bersama masalah-masalah, karena disini ketika didepan gerbang sekolahku, semua itu akan larut bersama senyuman, ketulusan “KECANDUAN” JADI GURU 11 dan cinta tulus murid-muridku yang terpancar dari mata, senyuman, harapan dan sambutan hangat mereka setiap pagi. Aku seorang pejuang, setiap hari bertempur melawan sikap negatif, rasa takut, cara berpikir seragam, prasangka, kebodohan dan kelesuan. Tapi aku mempunyai sekutu-sekutu hebat : kecerdasan, rasa ingin tahu, dukungan orang tua, kreatifitas, cinta, tawa—semua bergegas menghampiriku dengan dukungan luar biasa. Kepada siapa lagi aku berterimakasih atas hidup indah yang begitu beruntung bisa kujalani ini selain kepada kalian ; masyarakat dan para orang tua. Karena kalian telah memberiku kehormatan besar dengan mempercayaiku untuk mendidik sumbangan terbesar kalian bagi keabadian –anakanak kalian. Demikian aku mempunyai sebuah masa depan yang menantang, penuh petualangan dan yang menyenangkan karena aku diijinkan melewati hari-hariku dengan masa depan. Kubuka mata dipagi hari, aku ingat bahwa hari ini aku akan bertemu dengan banyak kebahagiaan dengan muridmuridku … ya aku seorang guru … dan untuk itu aku bersyukur pada Allah setiap pagi ... setiap hari. Aku menyentuh masa depan… karenanya aku menjadi guru ! * Diadaptasi dari John Wayne Schlatter dalam Chicken Soup For Teacher Sou l 12 Kearifan Cinta Sang Guru One Is Never Too Old To Learn SUASANA 1: Guru Bahasa Inggris tak berkutik. Ia memandang putus asa pada siswa di kelasnya yang sama sekali tidak memperhatikannya. Sejumlah siswa bermain kartu, sejumlah siswa lain mengobrol atau bergurau, ada juga yang menempelkan kepala di bangku dan yang lainnya membuat coret-coretan gambar pengalih bosan. SUASANA 2: Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan di sebuah SMP masuk kelas. Ia berkata, “Anak-anak, hari ini Pak Eddy tidak masuk karena sakit. Pak Eddy akan digantikan Pak Johan untuk pelajaran matematika”. “Hore! Pak Johan, asyiiik!” anak-anak bersorak hirang. SUASANA 3: Terdengar obrolan sejumlah siswa di kantin. “Sepagian sebel banget, pelajaran Bahasa Indonesia. Pak B ngajarnya gak enak, selalu gak enak, ngantuk aku,” kata salah satu siswa. Siswa lain menimpali, “Iya, aku tadi twitter-an selama pelajaran Bahasa Indonesia” SUASANA 4: Di sebuah SMA, istirahat kedua, disiang terik. Seorang siswa berkata, “rasanya males masuk, ya, pelajaran biologi. Gurunya gak kreatif, ngajar cuma duduk, lalu ngomong gak jelas, nadanya datar”. Anak lain menjawab, “Habis ini kelasku pelajaran geografi. Nggak sabar aku pingin segera masuk. Pak Andi selalu hadir di kelas dengan cara baru dan kegiatan kelas baru. Minggu lalu kami main quiz geografi. Kapan hari itu malah kita belajar browsing Google Map. Keren abis!” “KECANDUAN” JADI GURU 13 Suasana-suasana di atas memang fakta. Proses belajar mengajar di dalam kelas tidak selalu indah dan menyenangkan dari satu kelas ke kelas lain, dari satu guru ke guru lain, dari satu tindakan kelas ke tindakan kelas lain. Yang membedakan kualitas belajar mengajar, kalau kita simpulkan secara sederhana adalah: metode atau cara mengajar dan materi belajar/mengajar. Saya tidak memahami berbagai teori yang tersedia untuk dua hal tersebut, namun yang saya selama ini simak adalah bahwa proses belajar-mengajar senantiasa menuntut para guru untuk lebih aktif, proaktif dan produktif dalam menyampaikan pelajaran, menyiapkan bahan ajar dan mengelola suasana pembelajaran di dalam kelas. Selain dituntut untuk meningkatkan pengetahuan mengajar, guru juga kini diharapkan untuk lebih mampu tampil lebih kreatif ketika mengajar agar tercipta suasana belajar yang lebih menyenangkan dan melebarkan peluang siswa menangkap ilmu yang diajarkan. Pada suasana 1 dan 3, guru adalah pengajar yang sudah berumur, yang boleh jadi memandang upaya tambah ilmu mengajar sebagai hal yang sudah terlalu terlambat baginya yang sebentar lagi masuk masa pensiun. Mereka umumnya skeptis, tertutup terhadap gagasan-gagasan baru dan melihat pekerjaan mengajar sehari-hari sudah terlalu membebani. Namun demikian, ada saja guru berumur yang berpendapat sebaliknya. Guru muda usia yang masuk kategori Suasana 1 dan 3 juga banyak, yang enggan menimba ilmu lebih banyak dan lebih suka meluangkan waktunya untuk kegiatan di luar mengajar. Guru yang tergolong pencipta Suasana 2 dan 4 juga banyak, baik buru berumur atau muda usia. Biasanya guru yang demikian ini adalah pengajar yang tidak berhenti menimba ilmu, selalu haus inovasi mengajar, selalu ingin 14 Kearifan Cinta Sang Guru memberikan yang terbaik untuk siswa dan terbuka terhadap ide-ide baru. Proses pembelajaran dengan creative teaching dan joyful learning akan tercipta bila guru menguasai cara-cara baru di luar cara konvensional. Ini juga dengan pembekalan tambahan berupa ketrampilan guru untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan belajar siswa, dan ketrampilanketerampilan meningkatkan konsentrasi belajar siswa, yang saat ini menjadi masalah krusial yang perlu mendapatkan perhatian guru dan para pendidik lainnya. Konsentrasi belajar kini diperlukan karena proses belajar di dalam kelas cenderung tidak menyediakan atmosfir fun dan relaks sebagaimana ditawarkan aktivitas-aktivitas sosial siswa di luar kelas. Saya percaya para guru akan terus terbuka dengan ideide baru di bidang proses belajar mengajar demi suksesnya anak didik. Generasi penerus bangsa ini sangat bergantung pada Bapak/Ibu Guru sekalian dan mohon jangan lupa pepatah ini, “one is never too old to learn”, kita tidak pernah terlalu tua untuk belajar. Walau besok waktunya pensiun sekalipun. Pembelajaran dapat dikatakan atraktif apabila memenuhi 3 persyaratan yang disebut sebagai 3 pilar utama. Pilar pertama: Penataan lingkungan, baik di dalam maupun di luar kelas. Segi penataan lingkungan di dalam kelas, setiap ruangan, mulai dari lantai, dinding, rak buku, jendela, sampai langit-langit dapat dibuat menjadi atraktif. Begitu juga segi penataan lingkungan di luar kelas, mulai dari pintu gerbang, jalan menuju kelas, tanaman hias, apotik hidup, kandang binatang ternak, saluran air, tempat sampah, papan pengumuman, ayunan, jungkitan, papan luncur sampai terowongan semuanya bisa dirancang atraktif. “KECANDUAN” JADI GURU 15 Pilar kedua: Kegiatan bermain dan alat permainan edukatif, Merancang, dan mengembangkan berbagai jenis alat permainan edukatif, bagi guru yang kreatif akan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan sekitar anak, misalnya terbuat dari koran, kardus, biji kacang hijau, batang korek api, lilin, gelas aqua dan sebagainya. Demikian pula pada kegiatan pengembangan kemampuan anak, akan dikemas oleh guru menjadi kegiatan yang menarik. dalam suatu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), contohnya dalam pembukaan ada kegiatan brainstorming, dalam proses permainan ada kegiatan fun cooking, sandal making, story reading atau story telling. Pilar ketiga: Ada interaksi edukatif yang ditunjukkan guru. Guru harus memahami dan melaksanakan tindakan edukatif yang sesuai dengan usia perkembangan anak. Mulai dari. pembukaan kegiatan proses KBM sampai penutup kegiatan. Tindakan guru dapat dimulai dengan memberikan teladan, misalnya cara duduk, membuang sampah etika makan, berpakaian, berbicara dan sebagainya. 16 Kearifan Cinta Sang Guru Juz Tiga MUNAJAT CINTA UNTUK SANG GURU 17 Jasad seorang guru mungkin saja bisa busuk lalu lenyap. Tapi apa yang diajarkannya tetap tertinggal abadi. Bahkan bertumbuh, berkembang dan memberi inspirasi kepada generasi di masa yang akan datang. Guru tidak bisa mati selama ada cinta. Cinta adalah Muraqobah Kearifan Cinta merupakan urusan yang paling penting dalam kehidupan manusia. Tidak ada urusan lain yang lebih menyita perhatian manusia selain urusan cinta. Tanpa cinta manusia memang tak dapat menjadi manusia seutuhnya. Sejak zaman kuno hingga zaman modem-kontemporer, cinta mempunyai tempat yang sangat istimewa dalam kehidupan manusia. Hanya dengan cintalah manusia dapat membangun kehidupan bersama. Cinta merupakan sikap dasar ideal yang memungkinkan dimensi sosial manusia menemukan bentuknya yang khas manusia. Cinta adalah energi penyatu, daya dinamis yang terus-menerus mendorong setiap pribadi untuk membuka diri dan menjalin komunikasi yang konstruktif dengan pribadi yang lain. Tidak hanya itu. Cinta jualah yang memungkinkan manusia untuk terbuka dan menjalin komunikasi dengan Tuhan. Di dalam cinta terjadi perjumpaan yang sangat khas 18 Kearifan Cinta Sang Guru antar manusia. Di dalam cinta manusia menghormati dan menghargai keaslian diri pribadi orang lain. Di dalam cinta terjadi perjumpaan yang sangat khas antara manusia dengan Tuhannya. Perjumpaan-perjumpaan yang dilandasi cinta inilah yang memungkinkan manusia terus bertumbuh, berkembang, menjadi manusia sejati. Tak ada manusia yang bisa hidup sendirian tanpa orang lain. Adanya manusia berarti ada bersama dengan orang lain. Orang lain ada dan hadir bersama-sama dengan saya dalam kehidupan ini. Seperti saya, sesama pun hadir sebagai subjek yang unik dan khas. Kehadiran orang lain bukan sebagai objek bagi kehadiranku, melainkan sebagai subjek seperti halnya diriku. Kekuatan yang menyatukan manusia dan yang memungkinkan manusia membangun kehidupan bersama ialah cinta. Relasi antar manusia tak akan berarti jika tidak didasarkan atas cinta. Cinta membuat “Aku” dan “Engkau” menjadi “Kita”. Maka dasar cinta ialah menghormati eksistensi dan hidup sesama manusia. Sikap hormat terhadap eksistensi dan hidup sesama ini didasarkan pada kenyataan bahwa eksistensi dan hidupku hanya mungkin terjadi bersama orang lain, sesamaku. Menjadi jelas bahwa cinta merupakan kebutuhan dasar bagi perkembangan hidup manusia. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka orang akan mengalami gangguan serius. Seperti dikatakan oleh Abraham Maslow, tanpa cinta pertumbuhan dan perkembangan kemampuan orang akan terhambat. Setiap orang membutuhkan cinta. Manusia membutuhkan cinta seperti halnya ia membutuhkan makanan dan minuman. Karena itu, apa yang disebut cinta itu harus terus menerus diupayakan terwujud MUNAJAT CINTA SANG GURU 19 agar manusia tidak kekurangan “gizi” rohani. Bagaimanapun kerajaan cinta harus ditegakkan agar manusia dapat berkembang menjadi manusia seutuhnya. Untuk itu orang harus saling memberikan cinta. Harus terus menerus diupayakan agar tercipta suatu situasi di mana orang dapat saling mengerti secara mendalam, saling mengakui dan menerima eksistensi masing-masing dengan sepenuh hati, tanpa syarat apa pun. Sama seperti minyak terdapat dalam setiap bagian zaitun, demikian juga cinta meresap pada semua bagian ciptaan. Tetapi sangat sulit menggambarkan cinta, sama halnya seperti kata-kata tidak sepenuhnya dapat menggambarkan seperti apa rasa jeruk. Anda harus merasakan sendiri buah itu agar dapat mengetahui rasanya. Demikian juga dengan cinta. Anda semua pasti sudah merasakan berbagai jenis rasa cinta dalam sanubari anda, karena itu anda tahu sedikit apa itu cinta. Tetapi anda tidak mengetahui bagaimana cara mengembangkan cinta, bagaimana cara memurnikan dan meningkatkannya menjadi cinta Ilahi. Sepercik cinta Ilahi ini ada hampir di setiap sanubari di awal setiap kehidupan, tetapi biasanya kemudian hilang, karena manusia tidak tahu bagaimana memupuknya. Banyak orang tidak menyadari betapa pentingnya menganalisa cinta. Mereka menyadari cinta hanya sebagai perasaan yang mereka miliki terhadap keluarga, teman dan orang lain yang kepadanya dia tertarik. Tetapi sebenarnya cinta lebih dari sekedar itu. Satu-satunya cara agar saya dapat menggambarkan cinta sejati kepada anda adalah dengan menjelaskan pengaruhnya. Kalau anda dapat merasakan sepercik saja cinta Ilahi, akan 20 Kearifan Cinta Sang Guru sedemikian besar kegembiraan anda sedemikian sangat memberdayakan anda tidak akan mampu menampungnya. Kepuasan akan cinta tidak pada perasaan itu sendiri, tetapi pada kegembiraan yang dibawa oleh perasaan itu. Ekspresi Cinta yang Hakiki Hubungan antara guru dan murid adalah ekspresi cinta dalam persahabatan yang terbesar, ini adalah persahabatan ilahi tanpa syarat, berdasarkan pada tujuan yang satu, keinginan untuk mencintai Tuhan lebih dari segala sesuatu yang lain. Si murid membuka jiwanya kepada gurunya, dan guru membuka hatinya pada si murid. Di antara mereka tidak ada yang disembunyikan. Bahkan pada bentuk persahabatan lain yang lebih mulia, kadang-kadang masih terdapat diplomasi. Tetapi persahabatan antara guru dan murid bersih dari noda. Saya tak dapat memikirkan hubungan lain di dunia ini yang lebih besar dari hubungan yang ada antara saya dan guru saya. Hubungan antara guru dan murid adalah cinta dalam bentuk yang tertinggi. Saya pernah meninggalkan pondoknya, mengira bahwa saya akan lebih berhasil mencari Tuhan di dunia luar. Ternyata saya keliru, segera saya menyadari kalau saya telah membuat kesalahan. Namun ketika saya kembali, dia memperlakukan saya seolah saya tidak pernah meninggalkannya. Sapaannya demikian biasa, bukannya marah, dengan tenang dia berkata: “Mari kita lihat apa yang dapat kita makan pagi ini”. “Tapi guru,” kataku, “apakah guru tidak marah karena aku pergi?” “Kenapa aku harus marah?” dia berujar “aku tidak mengharapkan apapun dari orang lain, maka perbuatannya tidak mungkin bertentangan dengan harapanku. Aku tak akan MUNAJAT CINTA SANG GURU 21 memanfaatkan kamu untuk kepentinganku; aku bahagia hanya dalam kebahagianmu yang sejati.” Ketika dia mengatakan itu, aku jatuh di kakinya dan menangis tersedu, untuk pertama kalinya ada orang yang benar-benar mencintaiku! Dia mencintaiku demi aku. Dia menginginkan kesempurnaan diriku, dia ingin agar aku menjadi sangat bahagia. Itu adalah kebahagiannya. Dia ingin agar aku mengenal Tuhan dan kepadanyalah kerinduan hatiku. Bukankah yang dilakukannya itu adalah cinta Ilahi? terus menerus berharap membimbingku di jalur kebaikan dan cinta? Bila cinta seperti itu tumbuh di antar guru dan murid, si murid tidak akan punya niat untuk memanipulasi sang guru, demikian juga sang guru tidak berusaha menguasai muridnya. Alasan dan penilaian yang tinggi menguasai hubungan mereka, tidak ada cinta lain yang seperti ini. Saya telah merasakan cinta itu dari guruku. Dia mencintaiku demi aku. Dia menginginkan kesempurnaan diriku, dia ingin agar aku menjadi sangat bahagia. Itu adalah kebahagiannya. Dia ingin agar aku mengenal Tuhan dan kepadanyalah kerinduan hatiku. Bukankah yang dilakukannya itu adalah cinta Ilahi? terus menerus berharap membimbingku di jalur kebaikan dan cinta? 22 Kearifan Cinta Sang Guru Juz Empat AJARAN GURU JALALUDDIN RUMI 23 Semua orang mendambakan cinta yang terjalin akan indah berseri sepanjang masa. Namun kehangatan api cinta bisa padam, keindahan pesona cinta bisa memudar dan hilang. Oleh karena itu diperlukan pemahaman dan usaha untuk menyalakan api cinta dan mempertahankan keindahan cinta. Sang Pencerah Jalaluddin Rumi dilahirkan di Balkh, tapi keluarganya kemudian hijrah ke Konya di Rum. Jalaluddin Rumi melakukan studi menyeluruh tentang sufisme dan mengabdikan diri dalam paru usia, sepenuhnya kepada mistisisme. Dia menciptakan tarian-tarian mistis dan mungkin merupakan awal dari tarekat Darwis-darwis yang Menari, yang dikenal sebagai The Brethren of Love (Persaudaraan Cinta), karena suluruh basis jalan hidup mereka adalah kecintaan kepada Tuhan. Karya-karya Rumi yang paling dikenal adalah Diwan-i Shams-i Tabriz dan Matsnawi, puisi dalam untaian-untaian yang bersajak, sebuah puisi mistis yang agung, yang disebutsebut telah mengbiskan waktu empat puluh tahun untuk menyelesaikannya. 24 Kearifan Cinta Sang Guru Rihlatul Wujud Setiap bentuk yang kau lihat memiliki muasal dalam dunia Ilahiah, yang tiada bertempat. Jika bentuk berlalu, seandainya tiada akibat, karena muasalnya. Janganlah berdukan kalaukalau setiap bentuk yang kau lihat, setiap perkataan mistis yang telah kau dengar telah berlalu, karena tidaklah demikian. Karena sumber asli tak kunjung lekang, salurannya selalu memancarkan air. Sebab tak pernah berhenti, mengapa harus kau keluhkan? Anggaplah ruh sebagai sebuah sumber dan makhluk-makhluk ini sebagai sunga-sungai: sepanjang sumber abadi, sungai-sungai mengalir darinya. Lepaskan kekecewaan dari pikiranmu dan tetaplah minum dari anak sungai. Jangan takut bahwa air sungai akan berhenti mengalir, karena air ini tak terbatas. Ketika kau masuk ke dunia makhluk-makhluk ciptaan, sebuah tangga telah dipersiapkan untukmu, agar kau mendakinya. Awalnya kau barang mati, kemudian kau menjadi tetumbuhan, setelah itu kau berubah menjadi hewan, mengapa ini tersembunyi darimu? Akhirnya kau menjadi manusia, yang memiliki ilmu, kecerdasan dan keyakinan. Lihat bagaimana tubuh ini telah menjadi sempurna, yang awalnya sebuah atom dari tumpukan debu. Ketika kau telah melakukan perjalananmu dari manusia, tanpa bertanya kau akan menjadi seorang malaikat. Kemudian kau akan selesai dengan dunia ini dan tempatmu adalah di langit-langit. Kau pun berubah dari malaikat: masuklah ke kedalaman yang besar: agar satu tetes, yakni dirimu sendiri, bisa menjadi lautan yang akan menggenggam ratusan lautan ‘Uman. Lepaskan penyekutuan diri, katakan, “Tuhan adalah Esa” dengan sepenuh kalbu dan jiwa. Jika tubuhmu telah menjadi tua, mengapa berduka ketika ruhmu tetap muda? Cinta membuat pahit menjadi manis, tembaga beralih jadi emas. Oleh cinta, yang keruh jadi jernih. Oleh cinta, AJARAN GURU JALALUDDIN RUMI 25 derita terlepas. Oleh cinta, yang mati jadi hidup. Oleh cinta, raja beralih jadi budak. Cintalah buah pengetahuan: kapan duduk dengan bodoh di atas tahta seperti ini? Keyakinan adalah cinta yang terpisah dari semua agama: bagi pecinta keyakinan dan agama adalah Tuhan. Oh ruh, dalam berjuang dan mencari, jadilah seperti air yang mengalir. Oh akal, siaplah sepanjang masa untuk menyerahkan kefanaan demi keabadian. Ingatlah Tuhan selalu, bahwa keakuan harus dilupakan, agar dirimu diperlihatkan dalam Dia Yang kepada-Nya kau berdoa, tanpa peduli pada siapa yang berdoa atau doa itu. Setiap saat suara cinta berkumandang dari kiri ke kanan; kami sedang melakukan perjalanan di atas jalan kami menuju langit, yang penuh harap untuk memandang apa pun di jalan itu? Seketika rumah kami berada di langit, di sana kami berkerumun dengan para malaikat. Ayo, kembali ke kediaman itu, oh Tuhan, karena itulah tempat tinggal kami. Kami berada di atas langit-langit dan lebih besar dari malaikat-malaikat; mengapa kami tidak berada di atas keduanya? Perjalanan kami adalah penglihatan keagungan Tuhan. Dari mana dunia kefanaan, dari mana permata tulen? Meskipun kami telah melintasinya, biarkan kami cepat-cepat kembali, karena tempat apakah ini? Kekayaan anak muda yang baik adalah sarana kekuatan kami, memasrahkan hidup kami adalah urusan kami. Gelombang “Tidakkah Aku Tuhanmu?” muncul dan menghancurkan saluran tubuh. Ketika saluran lebur lagi, di situlah kesempatan untuk mencapai kesatuan. Makhluk hidup seperti burung-burung air, dilahirkan dari lautan ruh: mengapa harus seekor burung yang lahir dari lautan membangun kediamannya di tempat ini? Tetapi kami adalah batu-batu permata di kedalaman laut ini, kami semua 26 Kearifan Cinta Sang Guru memiliki tempat di sini, kalau tidak mengapa harus gelombang demi gelombang muncul dari lautan ruh? Ini kesempatan bagi kami untuk mencapai kesatuan, waktunya tiba untuk meraih keindahan keabadian, waktunya untuk makin mendekat dan menerima berkah-berkah, inilah lautan kemurnian yang sempurna. Gelombang berkah telah muncul, Singgasana Tuhan telah terbit dari laut, fajar kebahagiaan telah menyingsing: Inikah sang fajar? Bukan, cahaya Tuhan. Cahaya Tuhan memancarkan sinarnya ke cahaya indera: itulah makna Cahaya atas Cahaya. Cahaya inderawi menarik kita menuju bumi: Cahaya Tuhan menarik ke atas langit. Oh para pecinta, waktunya telah tiba untuk lepas dari dunia. Genderang berkumandang di telinga ruhku, yang menyerukan kita untuk melakukan perjalanan. Tataplah, penunggang unta itu telah bertindak sendiri menyiapkan untauntanya dan menginginkan kita memulai perjalanan. Mengapa kau masih terlelap, oh para pegembara? Suarasuara yang kita dengar ini dari depan dan belakang mengisyaratkan perjalanan, sebab mereka adalah bel-bel unta. Setiap saat berlalu, sebuah jiwa berlalu dari kehidupan dan mulai beranjak menuju dunia Ilahi. Dari sini bintangbintang yang berkilauan dan dari sini tirai-tirai biru langit, mendatangi orang-orang yang menakjubkan, agar ketakjuban misteri terungkap. Dari sini bulatan-bulatan yang berevolusi mendatangkan kantuk yang berat kepadamu. Berhati-hatilah dengan kehidupan dunia yang sementara, perhatikanlah kantuk yang berat ini. Oh kalbu, berangkatlah menuju Sang Kekasih. Oh teman, pergilah ke Sahabatmu. Wahai penjaga, terjagalah, karena tidur tidak menjadikanmu seorang penjaga. AJARAN GURU JALALUDDIN RUMI 27 Warisan Sang Murabbi IBDA‘ BINAFSIK! Bahwasanya contoh perbuatan itu terbukti lebih berkesan ketimbang hanya sekedar anjuran atau himbauan memanglah telah kita maklumi bersama. Betapa tidak, seseorang yang menganjurkan sesuatu hal akan tetapi dirinya sendiri tidak melakukannya tentu membuat kita jengkel. Alangkah menyebalkannya orang yang hanya mampu mengatakan namun tidak mampu melakukannya! Seyogayanya kita jangan hanya menjadi penganjur kebajikan saja akan tetapi harus sekaligus juga menjadi orang yang melakukannya, bahkan yang paling dahulu dan terdepan dalam melaksanakan kebajikan tersebut. KASIH SAYANG adalah esensi dari cinta yang murni. Idealnya adalah keseimbangan dalam memberi dan menerima kasih sayang. Belajarlah untuk menyayangi kekasihmu seperti kamu menyayangi dirimu sendiri. Nyatakanlah kasih sayangmu padanya dengan perhatian, bersikap pengertian, bicara dengan kata-kata yang manis, menghidangkan makanan atau minuman kesukaannya. Jangan sedih dan kecewa kalo’ kekasihmu tampak belum sungguh-sungguh menyayangimu. Jangan berhenti menyayanginya, karena cepat atau lambat dia akan merespon kasih sayangmu dengan kasih sayangnya yang murni. KEPERCAYAAN adalah ungkapan cinta yang mendalam. Rasa saling percaya adalah iklim yang ideal bagi tumbuhnya benih-benih cinta. Sebaliknya, kurangnya rasa percaya merupakan hama yang bisa merusak bunga-bunga cinta dengan kesalahpahaman, kecemburuan dan kekhawatiran. Tambahkanlah terus 28 Kearifan Cinta Sang Guru kepercayaanmu padanya dan berusahalah agar kepercayaannya padamu juga semakin bulat. KETULUSAN cinta keluar dari hati nurani yang bersih. Hubungan cinta yang tulus akan ditandai dengan keterus-terangan, keterbukaan dan kejujuran. Tidak ada yang ditutup-tutupi, tidak ada kepura-puraan, tidak ada rekayasa dan tidak ada maksud-maksud terselubung. Betapa rapuhnya cinta yang terjalin tanpa ketulusan. PERSAHABATAN adalah kebutuhan mutlak dalam suatu jalinan cinta. Cinta bukanlah cinta bila tanpa persahabatan. Sebagai sahabat yang baik, kamu akan menjadi teman bicara, teman bercanda, teman bermain, teman diskusi, teman dikala suka dan duka. Sebagai sahabat, kamu tidak akan menggurui, mengatur, mengekang dan membuatnya takut. Berusahalah untuk menjadi sahabat yang baik dan menyenangkan agar dia merasa lebih nyaman dan bahagia. KOMUNIKASI adalah jembatan yang bisa menyatukan dua hati dan dua pikiran. Komunikasi yang baik harus bersifat dua arah, tidak ada yang terlalu banyak bicara dan tidak ada yang terlalu banyak diam. Komunikasi yang baik tidak hanya sekedar bicara, tapi juga mendengar dengan telinga dan hati. Komunikasi yang terbuka akan membuat hubungan lebih akrab, dapat mencegah kesalahpahaman dan memudahkan penyelesaian konflik Tanpa komunikasi yang baik, sulit untuk mempertahankan keindahan suatu jalinan cinta. Jadi, peliharalah jalur komunikasi yang lancar dan jangan biarkan tersumbat. KESETIAAN mencerminkan kekuatan karakter. Mudah sekali mengucapkan janji setia, namun terkadang sulit untuk menjalaninya karena banyak sekali godaan yang bisa AJARAN GURU JALALUDDIN RUMI 29 menggoyahkan kesetiaan. Tapi dalam keadaan apapun kesetiaan harus dijaga, sebab tidak mungkin mempertahankan keindahan cinta tanpa kesetiaan. Manusiawi sekali waktu kamu mengagumi dan menyukai orang lain yang sangat menarik, namun kesetiaan akan mencegah kamu mengkhianati kekasihmu dengan cara apapun. Kesetiaan juga akan diuji oleh situasi dan kondisi yang buruk. Kesetiaan akan memilih untuk tetap mencintainya ketika dia sakit, ketika dia tidak berdaya atau ketika dia tidak menarik lagi secara fisik. RASA HORMAT adalah bagian yang tak terpisahkan dari kasih sayang. Kalo’ kamu saling menyayangi, maka kamu akan saling menghormati. Rasa hormat akan memagari keakraban dan keintimanmu agar tidak melanggar hak pribadi yang masih dimiliki oleh sepasang kekasih. Rasa hormat akan membuat kamu menghargai privasinya, menghargai pendapatnya, menghargai keyakinannya dan manghargai dirinya sebagai seorang pribadi yang penting. Kalo kamu menghormati kekasihmu, kamu akan menjaga kehormatan dan harga dirinya. 30 Kearifan Cinta Sang Guru Juz Lima KEIKHLASAN ADALAH CAHAYA 31 Cinta adalah ketika kamu menitikkan air mata, tetapi masih peduli terhadapnya. Cinta adalah ketika dia tidak mempedulikanmu, kamu masih menunggunya dengan setia Cinta adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum sambil berkata , “Aku turut berbahagia untukmu“. Kasih Sayang Tanpa Sayap Bagi murid, keikhlasan guru adalah cahaya, cintanya adalah oase dan pengabdiannya adalah motivasi mereka untuk berjuang mengubah nasib. Seperti itu kira-kira sosok Ibu Muslimah, tokoh inspiratif gambaran Andrea Hirata. Dari kisah yang fenomenal ini, sejenak kemudian kita tersentak akan apa dan bagaimana makna guru sebenarnya. Beginikah seharusnya konsep seorang guru? Tentu, begitulah seharusnya. Guru itu tidak hanya bertugas mentransfer ilmu, tapi juga memberi cinta dan kedamaian. Pertanyaannya, sulitkah ini dilakukan? Selain sebagai homo sapiens (manusia berpikir), anak merupakan homo volens (manusia berkeinginan) dan homo ludens (manusia bermain). Tiga unsur ini melakonkan perannya secara bersamaan di sekolah. Sama kuatnya dengan yang diperankan di rumah. Sosok yang mampu menjembatani ketiganya secara seimbang dan terarah tak lain adalah guru. Dia berperan bukan hanya sebagai mentor semata, tapi juga sebagai teman. 32 Kearifan Cinta Sang Guru Dari hubungan ini akan muncul satu kedekatan dan murid, yang di situ mereka menemukan tempat berlindung dan berbagi. Ini sangat memungkinkan siswa merasakan sekolah adalah tempat yang nyaman seperti rumahnya sendiri. Tak berlebihan jika guru kemudian dianggap sebagai orang tua kedua di sekolah. Kasih sayang tanpa sayap. Yusuf Al Qordhawi menyebut bahwa guru yang baik ialah guru yang menganggap semua murid sebagai anak-anaknya sendiri. Guru yang baik menurutnya adalah yang mampu memberikan pencerahan masa depan dengan membekali anak didik dengan visi yang tajam dan ilmu yang menjanjikan. Kita mengenal istilah pedagogik dalam dunia pendidikan. Dalam pengertian Yunani, kata ini dimaknai sebagai ilmu menuntun anak. Masalahnya, tidak semua guru mempunyai ilmu menuntun anak dengan baik dan memadai. Diperlukan rasa cinta bagi guru untuk memiliki ilmu tersebut. Cinta yang tulus tentunya. Filsuf Brazil, Paolo Freire, mengungkapkan, ‘’Education is an act of love, and thus of an act courage...’’ (1973: 17). Dalam pandangannya, cinta adalah salah satu prasyarat penting dalam proses mendidik dan mengajar. Sedangkan dua yang lain adalah kepercayaan dan kewibawaan. Hakikatnya, anak belajar dari apa yang dilihat dan dirasa, yang nanti berpengaruh besar pada perkembangan mentalnya dan berimplikasi pada tingkah laku dan bahkan orientasi hidupnya di masa datang. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada... KEIKHLASAN ADALAH CAHAYA 33 Pada konsep belajar sosial yang dicetuskan, Bandura menyebutkan bahwa belajar terjadi karena peniruan. Penyebab utamanya, misalnya, dengan meniru bunyi yang sering didengar (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2000: 25). Sebagai tokoh sentral di sekolah, apa pun yang ada pada guru menjadi fokus perhatian siswa: sikap, tingkah laku, tutur kata, cara berpakaian dan tak kecuali ekspresi wajah. ‘’Your face. is a book where men may read strange matters’’. Begitu tulis penyair Inggris, Shakespeare. Jika siswa bisa menangkap hal yang baik dari gurunya, kecemasan pada diri mereka tentu tidak perlu ada. Kecemasan adalah salah satu faktor penghambat belajar dan mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif anak. Jika siswa menerima cinta dari gurunya, dia akan melihat itu sebagai wujud cinta orang tuanya, yang selanjutnya dia lukiskan sebagai suatu keindahan. Bak keindahan sebuah puisi. Istilah guru bisa diartikan digugu dan ditiru (dipercaya dan diteladani). Artinya, sosok guru sangat dipercaya oleh siswa dan segala perilaku guru dicontoh anak didiknya. Dalam pengertian itu, seorang siswa selayaknya mematuhi apa yang dikatakan dan diperintah guru. Gelar Masih Ada Keniscayaan kita harus mendidik anak (murid) dengan hati? Bukankah hati tidak pernah berdusta dan penuh cinta serta kasih sayang? Hati kita selalu jujur. Hati kita selalu lemah lembut penuh kasih. Tidakkah bahagia yang terasa bila kita mendidik anak (murid) dengan penuh cinta dan kasih sayang? 34 Kearifan Cinta Sang Guru Selama ini, kita bangga bila anak (murid) takut kepada kita. Padahal, kepatuhan dan ketaatan yang mereka tunjukkan hanyalah fatamorgana. Mereka menuruti keinginan kita, tetapi bertolak belakang dengan apa yang ada dalam hati mereka. Siksaan batin yang mereka rasakan lebih perih dan sakit ketimbang kekerasan yang kita lakukan. Bahkan, mungkin tidak akan pernah mereka lupakan sepanjang hayat. Betapa nikmat bila anak (murid) menghormati kita sebagai orang tua atau pendidik tanpa ada paksaan. Betapa indah bila benak anak (murid) menggambar sosok kita sebagai sosok bijak, demokratis, menghargai anak (murid). Kita bukan momok yang menakutkan bagi anak (murid). Kita adalah teman, kakak, adik, orang yang dapat memberikan inspirasi dan support, serta panutan (teladan) di kehidupan mereka. Menanamkan disiplin kepada anak memang tidak mudah. Namun, itu dapat kita terapkan, asal sesuai dengan karakter dan kepribadian anak (murid). Disiplin tidak selalu identik dengan kekerasan. Kata-kata tegas sudah cukup. Tidak perlu membentak-bentak, apalagi main tangan. Bahkan, dengan kata-kata lembut pun kita dapat menerapkan disiplin kepada anak. Biarkanlah hati kita yang bicara dan menuntun kita. Percayalah, hati tidak akan pernah berbohong. Jadikanlah anak kita anak-anak yang penuh cinta dan kasih sayang. Ajarkan kepadanya bahwa kekerasan bukanlah solusi dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi. Didiklah anak (murid) kita dengan penuh cinta dan hati tulus tanpa pamrih. KEIKHLASAN ADALAH CAHAYA 35 Boost Your Potential Terdapat dua faktor penting pada diri guru, yakni kepercayan pada guru dan daya tarik guru. Kedua hal ini berdasarkan posisi siswa yang akan menerima pesan: ♦ Hasrat seseorang untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar; jadi guru mendapat kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas sampai di mana ia memperoleh kepercayaan dari siswa, dan apa yang dinyatakannya. ♦ Hasrat sesorang untuk menyamakan dirinya dengan guru atau bentuk hubungan lainnya dengan guru yang secara emosional memuaskan; jadi guru akan sukses dalam komunikasinya, bila berhasil memikat perhatian siswa. Kepercayaan kepada guru . Kepercayaan kepada guru ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan meningkatkan daya perubahan sikap, sedang kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Lebih dikenal dan disenanginya guru oleh siswa, lebih cenderung untuk mengubah kepercayaannya ke arah yang dikehendaki guru. Kepercayaan kepada guru mencerminkan bahwa pesan yang diterima siswa dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. Pada umumnya diakui bahwa pesan yang dikomunikasikan mempunyai daya pengaruh yang lebih besar, apabila guru dianggap sebagai seorang ahli. Apakah keahliannya itu khas atau bersifat umum seperti yang timbul dari pendidikan yang lebih baik atau status sosial atau jabatan profesi yang lebih tinggi. 36 Kearifan Cinta Sang Guru Selain itu, untuk memperoleh kepercayaan sebesarbesarnya, guru bukan saja harus mempunyai keahlian, mengetahui kebenaran, tetapi juga cukup objektif dalam memotivasikan apa yang diketahuinya. Daya tarik guru. Seorang guru akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik, jika pihak siswa merasa bahwa guru ikut serta dengan mereka dalam hubungannya dengan opini secara memuaskan. Misalnya guru dapat disenangi atau dikagumi sedemikian rupa, sehingga pihak siswa akan menerima kepuasan dari usaha menyamakan diri dengannya melalui kepercayaan yang diberikan. Atau guru dapat dianggap mempunyai persamaan dengan siswa, sehingga siswa bersedia untuk tunduk kepada pesan yang dikomunikasikan guru. Byrne telah melakukan demonstrasi bahwa siswa menyenangi guru, apabila ia merasa adanya kesamaan antara guru dengannya. Khususnya kesamaan ideologi lebih penting daripada kesamaan demograpi. Tampaknya ada kecenderungan yang kuat pada orang-orang untuk menyukai orang lain. Kalau mereka merasa, bahwa orang lain tadi mengambil bagian dalam kepercayaannya. Adalah faktor perasaan yang sama dengan guru yang terdapat pada siswa yang akan menyebabkan komunikasi sukses. Sikap guru yang berusaha menyamakan diri dengan siswa, akan menimbulkan simpati siswa pada guru. KEIKHLASAN ADALAH CAHAYA 37 s abook i e c a f Your n may e m e r whe range read st s matter TIPS..!! 1. 38 Cinta itu KOMITMEN Cinta, tidak boleh main-main karena cinta perlu komitmen. Cinta bukan habis manis sepah dibuang. Cinta perlu dirancang dan dilaksanakan sebaik mungkin. Tidak boleh bertengkar, memaksakan kehendak, dan mengabaikan tanggung jawab pada pasangan. Bagi mereka yang sudah menikah, nafkah lahir dan batin wajib dipenuhi. Amanah sebagai suami istri harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Suami harus berkomitmen menjadi suami saleh, demikian pula istri harus menjadi istri yang salehah sehingga dapat melahirkan anak-anak yang afiq, arif, anis, dan santun. Kerja sama yang baik antara suami dan istri akan menjadikan rumah tangga dipenuhi mahabbah, mawaddah, dan sakinah. Inilah arti cinta tanpa tinta. Kearifan Cinta Sang Guru 2. Cinta itu intuitif: NALURI Cinta itu sifatnya naluri. Cinta ada di hati. Cinta yang tulus adalah ketika kita dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang kita sayangi. Jika kita tidak mau disakiti, kita tidak boleh menyakiti hati orang lain. Jika ingin disayang, kita harus memberi kasih sayang terlebih dahulu. Jika ada rasa bimbang pada orang yang kita cintai, kita akan dapat merasakannya. Sebagaimana cinta ibu pada anak-anaknya. Ibu seringkali dapat merasakan apa yang anak-anak mereka lakukan baik itu perbuatan baik atau perbuatan buruk. 3. Cinta itu sifat bawaan: FITRAH Cinta itu fitrah. Betul. Ketika Nabi Adam diciptakan sendirian, dia merasakan kesunyian. Karena itu, Allah menciptakan Hawa sebagai pendampingnya. Rasa ingin disayangi dan menyayangi adalah fitrah manusia. Wanita menyukai pria dan pria jatuh cinta kepada seorang wanita. Cinta itu benar dan suci, demikian arti cinta tanpa tinta. 4. Cinta sering terletak di puncak: TOP 5. Bila ada rasa cinta, kita akan sama-sama bekerja sama, saling mengasihi. Itulah nilai yang mengikat kita semua untuk terus bersatu. Sekuat cinta Tuhan yang memberikan pelbagai nikmat hidup, cinta itu di puncak kehidupan. Cinta itu sifatnya ALTRUISTIK Altruistik bermakna melebihkan orang lain dari diri sendiri. Dalam lughah disebut al-itsar yang bermakna pengorbanan. Makna hidup pada memberi. Cinta sanggup membuat kita berkorban untuk yang kita cinta dan kasihi sesuai arti cinta tanpa tinta. KEIKHLASAN ADALAH CAHAYA 39 Indahnya…Kearifan Cinta Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah Cinta ... Jika kita mencintai, cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. 40 Kearifan Cinta Sang Guru Juz Enam IBDA BINNAFSIK 41 Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab (33): 21) 42 Kearifan Cinta Sang Guru Lobang Cermin Keteladanan adalah tanggung jawab bagi kesinambungan generasi demi generasi. Itulah yang kita maknai dari penjelasan rasulullah SAW. Mengapa setiap bayi tergantung orang tuanya. Orang tuanya yang menjadikan bayi itu sebagai Yahudi atau Nasrani atau Majusi. Karena bayi itu lahir dalam keadaan suci. Menurut istilah John Locke (tabularasa), bayi itu dilahirkan bagaikan papan kosong ia akan meniru atau belajar apa yang ditanamkan kedua orang tuanya atau lingkungannya. Keteladanan tidak berhenti pada areal tanggung jawab orang tua kepada anak. Dalam hubungan atasan-bawahan atau guru-murid keteladanan adalah sebuah keharusan. Maka seorang pemimpin harus menjadi teladan bagi pengikutnya. Seorang atasan harus menjadi teladan bagi seluruh bawahannya. Seorang guru harus menjadi teladan bagi anak didiknya dan seterusnya, pihak yang dijadikan teladan dan akan ditiru sudah selayaknya tampil yang baik. Perbuatan vs Ucapan. Keteladanan mengajarkan banyak hal tanpa banyak berbicara. Perbuatan jauh lebih memberikan arti dan pengaruh dari pada bahasa lisan. Dengan contoh, orang dengan mudah mengikuti dan meniru secara benar. Apalah artinya melarang siswa merokok jika para gurunya sendiri masih merokok di hadapan anak didiknya. Untuk mensukseskan pembangunan sumber daya manusia, berbagai bentuk sikap keteladanan harus dipraktekkan sedini mungkin. Sekolah bersama seluruh lingkungan dan masyarakat yang luas harus menunjukan bentuk sikap keteladanan yang positif. Jika prilaku sebagian orang tua ataupun dari kalangan pendidikan, jauh dari nilainilai normative dan banyak melakukan tindakan tidak terpuji maka hal ini akan menjadi pembelajaran yang negatif bagi peserta didik. IBDA BINNAFSIK 43 Idealnya, peserta didik di sekolah menerima bentukbentuk contoh prilaku positif yang dijadikan keteladanan. Bersamaan dengan itu pula, masyarakat luas diharapkan dapat berpartisipasi agar benih-benih moralitas positif peserta tumbuh subur. Itulah yang sangat diharapkan agar benih yang ada didalam jiwa peserta didik dapat tumbuh subur sesuai dengan iklim yang ada disekitarnya. Betapa banyak dan susah payahnya para pendidik di lingkungan pendidikan atau sekolah mengupayakan berbagai bentuk keteladanan, tetapi hal itu terbatas hanya sebatas pagar sekolah. Artinya, berbagai bentuk keteladanan positif yang akan disaksikan peserta didik tidak ada lagi diluar sekolah. Bentuk keteladan tersebut hadir dan disaksikan secara kontinyu. Dengan disaksikan secara kontinyu maka akan terjadi pembiasaan yang positif. Biasanya masyarakat akan menyalahkan guru atau pihak sekolah bila moralitas anak didik mengalami penurunan. Rasanya hal itu tidak adil karena dizaman modern ini pengaruh lingkungan dan keluarga lebih besar perananya dalam membentuk kepribadian anak dari pada sekolah. Dengan pembiasaan yang berkelanjutan, baik di sekolah di rumah maupun di masyarakat luas, maka sifat positif itu akan tumbuh dan menjadi bagian dari diri sendiri yang akan mengubah jiwa muda tersebut menjadi lebih baik. Pemahaman ini perlu diyakinkan pada seluruh pihak bahwa tanggung jawab moralitas anak didik bukan sekedar menjadi tanggung jawab para pendidik ataupun warga sekolah masyarakat luas juga bertanggung jawab terhadap perbaikan moralitas geberasi muda. Sayangnya justru lingkungan masyarakat tidak dapat sepenuhnya menciptakan lingkungan yang selalu member keteladanan. 44 Kearifan Cinta Sang Guru Segalanya harus dimulai dari diri sendiri, banyak cara untuk bisa menjadi teladan. Tetapi menjadi teladan tidak sama dengan ingin menjadi segala-galanya. Menjadi teladan, artinya seseorang berusahan untuk memberikan contoh yang baik dalam berbagai sisi kehidupan. Dengan tetap menjaga kehormatan diri tanpa menyombongkan dan merendahkan diri. Teladan yang baik tidak akan pernah bosan untuk membaca dan mengaca ke dalam dirinya sendiri. Bercermin pada hati nuraninya, sebagai cermin yang paling jujur serta memohon ridha dan taufik kepada ALLAH SWT. Keteladanan seorang guru tercermin dari kepribadiannya dalam bersikap dan berbuat. Tidak saja ketika disekolah, tetapi juga di luar sekolah. Guru harus menyadari bahwa dirinya adalah figure yang diperhatikan oleh semua pihak. Keteladanannya sebenarnya bukan hanya untuk anak didiknya, tetapi juga bagi masyarakat. Guru adalah bapak rohani bagi anak didiknya. Dosa besar kalau guru justru meracuni rohani anak didinya. Kebaikan rohani anak didik tergantung dari binaan dan bimbingan guru. Tanggung jawab guru dalam mendidik adalah meluruskan tingkah laku dan perbuatan anak didik yang kurang baik yang dibawanya dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Bukan sebaliknya membawa penyakit masyarakat kesekolah. Kalau hal ini yang terjadi, maka jangan heran kalau murid kencing berlari karena gurunya kencing sambil berdiri. “Barang siapa yang memberikan contoh yang baik dalam islam maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orangorang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya” (HR Muslim). IBDA BINNAFSIK 45 Mata Pelajaran Hidup Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan ia banyak menyebut Allah (Al-Ahzad/33:21) Jika keteladanan Rasulullah sebagai Al-Quran hidup diterapkan pada guru, maka seharusnya guru sebagai “Mata pelajaran hidup”: “Geografi hidup, Matematika hidup, Fisika hidup, dan sebagainya”. Artinya kedalaman dan keluasan ilmu (bidang studi) guru betul-betul terandalkan. Faktor keteladanan yang seharusnya ada pada diri seorang guru; 1. Kesiapan untuk dinilai dan dievaluasi. Ini akan berdampak pada kehidupan sosial di masyarakat, karena ucapan, sikap dan prilakunya menjadi sorotan dan teladan. 2. Memiliki kompetensi Minimal. Maksudnya kompetensi ini bisa dijadikan cermin bagi dirinya maupun orang lain, dapat menumbuhkan dan menciptakan keteladan, terutama bagi peserta didiknya. 3. Memiliki Integritas. Integritas adalah adanya kesamaan antara ucapan dan tindakan atau satu kata satu perbuatan. Letaknya pada kualitas istiqomah yang berupa komitmen dan konsistensi terhadap profesi yang diembannya. Orang mu’min adalah cermin bagi orang mu’min (yang lain). Jika ia melihat cela padanya maka diperbaikinya (HR.Bukhari). Cermin secara filosofi memiliki makna sebagai berikut: 46 Kearifan Cinta Sang Guru 1. 2. 3. 4. 5. Tempat yang tepat untuk intropeksi. Menerima dan menampakkan apa adanya Menerima kapan pun dan dalam keadaan apa pun. Tidak pilih kasih atau tidak deskriminatif Pandai menyimpan rahasia. Mendidik dengan Keteladanan 1. 2. 3. 4. Kesederhanaan. Guru harus pandai membawakan diri sehingga terkesan sederhana dan bersahaja tetapi punya kepiawaian dalam mengajar. Kedekatan. Kedekatan hubungan guru dengan siswa sangat ini hampir tidak ada. Padahal dengan kedekatan ikatan antara guru dan murid dapat terjalin. Suasana silahturahim. Fungsi silahturahim antara lain adalah menumbuhkan rasa kecintaan dan rasa saling peduli. Jika silahturahim diterapkan dalam suasana pembelajaran tentu akan kondusif baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Pelayanan Maksimal. Maksudnya tugas utama guru adalah menfasilitasi murid, atau guru sebagai fasilitator. Memfasilitasi yang dimaksud pada hakikatnya sebagai perwujudan bentuk pelayanan guru kepada murid (guru sebagai pelayan)Guru dapat mengadopsi filosofi jawa dalam menerima, menghormati, dan melayani tamu dalam suatu perjamuan dengan empat sikap dan prilaku “4-uh”, yaitu: (1) aruh (tegur sapa) murid harus disambut ramah oleh guru; (2)gupuh (sibuk-repot) guru penuh perhatian dan melayani murid dengan sungguhsungguh; (3) lungguh (duduk-tempat) Guru menyiapkan pembelajaran dalam suasana yang kondusif; (4)suguh (hidangan-sajian) Murid dapat menikmati pembelajaran yang menarik dari guru bagaikan mendapat hidangan yang lezat dalam suatu perjamuan. IBDA BINNAFSIK 47 Uswatun Hasanah Guru merupakan warisatul ambiya dan sekaligus teladan kehidupan dalam lingkup yang luas dan menyeluruh. Inilah tugas guru yang amat strategis dan mulia. Guru sebagai uswah atau teladan harus memiliki modal dan sifat-sifat tertentu, diantaranya: Pertama, Guru harus meneladani Rasulullah Saw sebagai teladan seluruh alam. Sebagaimana termaktub dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. Kedua, guru harus benar-benar memahami prinsipprinsip keteladanan. Mulailah dengan ibda’ binafsikh, yaitu dari diri sendiri. Dengan demikian guru tidak hanya pandai bicara dan mengkritik tanpa pernah menilai dirinya sendiri. Bercermin pada filosofi “gayung mandi”, dalam mendidik karakter guru jangan seperti gayung mandi. Gayung digunakan untuk mandi bertujuan membersihkan, tapi ia sendiri tidak pernah mandi atau membersihkan dirinya sendiri. Artinya guru harus mempraktikkannya terlebih dahulu sebelum mengajarkan karakter kepada peserta didiknya. Ketiga, guru harus mengetahui tahapan mendidik karakter. Sekurang-kurangnya melalui tiga tahapan pembelajaran yang penulis istilahkan dengan 3P yaitu: pemikiran, perasaan dan perbuatan. Tahapan pertama pemikiran; merupakan tahap memberikan pengetahuan tentang karakter. Pada tahapan ini guru berusaha mengisi akal, rasio dan logika siswa sehingga siswa mampu membedakan karakter positif (baik) dengan karakter negatif (tidak baik). Siswa mampu memahami secara logis dan 48 Kearifan Cinta Sang Guru rasional pentingnya karakter positif dan bahaya yang ditimbulkan karakter negatif. Dalam mendidik karakter ini diistilahkan dengan perasaan; merupakan tahap mencintai dan membutuhkan karakter positif. Pada tahapan ini guru berusaha menyentuh hati dan jiwa siswa bukan lagi akal, rasio dan logika. Diharapkan pada tahapan ini akan muncul kesadaran dari hati yang paling dalam akan pentingnya karakter positif, yang pada akhirnya akan melahirkan dorongan atau keinginan yang kuat dari dalam diri untuk mempraktikkan karakter tersebut dalam kesehariannya. Disinilah tahap ketiga perbuatan berperan; pada tahapan ini dorongan atau keinginan yang kuat pada diri siswa untuk mempraktikkan karakter positif diwujudkan dalam kehidupannya sehari-hari. Siswa menjadi lebih santun, ramah, penyayang, rajin, jujur dan semakin menyenangkan, menyejukkan pandangan serta hati siapapun yang melihat dan berinteraksi dengannya. Keempat, Guru harus mengetahui bagaimana mengimplementasikan pendidikan karakter kepada siswa. Tanamkan pengertian betapa pentingnya “cinta” dalam melakukan sesuatu, tidak semata-mata karena prinsip timbal balik. Ciptakan hubungan yang mesra, agar siswa peduli terhadap keinginan dan harapan-harapan kita serta tumbuhkan rasa sayang terhadap sesama. Dan kelima, guru harus menyadari arti kehadirannya di tengah siswa, mengajar dengan ikhlas, memiliki kesadaran dan tanggungjawab sebagai pendidik untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran. Mengajar bukan untuk sekadar melepaskan tugas, mengajar karena panggilan jiwa, mengajar dengan cinta, merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilan siswa dunia akhirat, dan mampu mengarahkan siswa tentang arti hidup. IBDA BINNAFSIK 49 Karakteristik Guru Teladan Untuk bisa menjadi teladan, maka ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan sebagaimana diungkap oleh Mahmud Samir al-Munir dalam bukunya al-Mu’allimur Rabbany-Guru Teladan. Pertama, Karakteristik Akidah, Akhlak dan Prilaku, yaitu: Guru harus mempunyai akidah yang bersih dari hal-hal yang bertentangan dengannya. Senantiasa merasa diawasi oleh Allah swt. (muraqabah) di manapun berada, melakukan koreksi diri (muhasabah) atas kelalaian dan kesalahan. Menanamkan sikap tawadhu’ (rendah hati), jangan sampai timbul perasaan ujub dan ghurur, karena orang yang tawadhu’ akan diangkatkan derajatnya oleh Allah Swt. Guru harus berakhlak mulia, berkelakuan baik dan menjauhi halhal yang bertentangan dengan hal itu, baik di dalam maupun di luar kelas. Mampu mengatur waktu dengan baik, sehingga tidak ada waktu yag terlewatkan tanpa mendatangkan manfaat duniawi dan ukhrawi. Senantiasa melandaskan niat ibadah kepada Allah ketika mengajarkan ilmu. Tidak semata-mata mengandalkan kemampuan dan usaha belaka dalam mengajar, tetapi juga berdo’a meminta taufiq serta pertolongan dari Allah Swt. Guru harus menjadi teladan siswa-siswa dalam segala perkataan, perbuatan dan prilaku. Guru harus selalu jujur, adil, berkata yang baik dan memberi nasihat serta pengarahan kepada anak didik. Umar bin Utbah, berpesan kepada pendidik anaknya: “Hendaknya dalam memperbaiki anakku, kamu perbaiki dirimu dahulu. Mata mereka mengikutimu. Yang baik menurut mereka adalah apa yang kamu perbuat dan yang buruk menurut mereka adalah apa yang kamu tinggalkan.” 50 Kearifan Cinta Sang Guru Kedua, Karakteristik Profesional. Profesi guru adalah profesi yang sangat mulia. Risalah yang diemban guru sangat agung. Seorang guru harus memiliki bekal dan persiapan agar dapat menjalankan profesi dan risalahnya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru dan dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, yakni sebagai berikut: Menguasai materi pelajaran dengan matang melebihi siswa-siswanya dan mampu memberikan pemahaman kepada mereka secara baik. Guru harus memiliki kesiapan alami (fitrah) untuk menjalani proses mengajar, seperti pemikiran yang lurus, bashirah yang jernih, tidak melamun, berpandangan jauh ke depan, cepat tanggap dan dapat mengambil tindakan yang tepat pada saat-saat kritis. Guru harus menguasai cara-cara mengajar dan menjelaskan. Dia mesti menelaah buku-buku yang berkaitan dengan bidang studi yang diajarkannya. Sebelum memasuki pelajaran, guru harus siap secara mental, fisik, waktu dan ilmu (materi). Maksud kesiapan mental dan fisik adalah tidak mengisi pelajaran dalam keadaan perasaan yang kacau, malas ataupun lapar. Kesiapan waktu adalah ketika dia mengisi pelajaran itu dengan jiwa yang tenang, tidak menghitung tiap detik yang berlalu, tidak menanti-nanti waktu usainya atau menginginkan para siswa membaca sendiri tanpa diterangkan maksudnya atau menghabiskan jam pelajaran dengan halhal yang tidak ada gunanya bagi siswa. Sedangkan maksud kesiapan ilmu adalah dia menyiapkan materi pelajaran sebelum masuk kelas. Dia menyiapkan apa yang dikatakannya. Sebisa mungkin, dia menghindari spontanitas dalam mengajar jika tidak menguasai materinya. Inilah garis besar yang diberikan oleh Mahmud Samir al-Munir, saya kemukakan kembali karakteristik ini adalah IBDA BINNAFSIK 51 sebagai wahana refleksi (renungan) buat kita semua para guru. Untuk bisa sempurna 100 % memenuhi karakteristik, saya pikir hal yang mustahil, sebab manusia jauh dari kesempurnaan. Namun, paling tidak ini menjadi tolok ukur untuk terus melakukan yang terbaik buat murid-murid kita ke depan. Masyarakat secara umum juga harus bijaksana dalam menilai guru, jangan dianggap bahwa guru itu adalah makhluk sacral (tidak pernah berdosa). Untuk itu kesalahan dari seorang guru bukan berarti karirnya yang terakhir sebagai seorang pendidik, guru juga butuh nasehat, kritik yang konstruktif sehingga kesempatan yang ada bisa menjadi wahana perubahan menjadi lebih baik. Wallahu a’lamu. 52 Kearifan Cinta Sang Guru Juz Tujuh SIFAT-SIFAT GURU 53 Guru dan Dokter itu Sama Bersabar engkau atas sakitmu jika saran dokter tidak engkau turuti Dan Terimalah Kebodohan mu jika Saran gurumu tidak engkau indahkan Dikutip dari Syair dalam kitab Ta’lim Muta’allim 54 Kearifan Cinta Sang Guru Syakhshiyah: Aqliyah + Nafsiyah Tulisan ini dikutip dari Mardias Gufron yang menjelaskan bahwa seorang guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah “orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing”. Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan menguasai materi pengajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi. Untuk menjadi seorang pendidik yang baik, Imam AlGhazali dalam kitab Ihyaa Ulumuddin menetapkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya serta dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya. Selain sifat-sifat umum yang harus dimiliki guru sebagaimana disebutkan di atas, seorang guru juga harus memiliki sifatsifat khusus atau tugas-tugas tertentu sebagai berikut : Pertama, Jika praktek mengajar merupakan keahlian dan profesi dari seorang guru, maka sifat terpenting yang harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang. Sifat ini dinilai penting karena akan dapat menimbulkan rasa percaya diri dan rasa tenteram pada diri murid terhadap SIFAT-SIFAT GURU 55 gurunya. Hal ini pada gilirannya dapat menciptakan situasi yang mendorong murid untuk menguasai ilmu yang diajarkan oleh seorang guru. Kedua, karena mengajarkan ilmu merupakan kewajiban agama bagi setiap orang alim (berilmu), maka seorang guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya mengajarnya itu. Seorang guru harus meniru Rasulullah SAW, yang mengajar ilmu hanya karena Allah, sehingga dengan mengajar itu ia dapat bertaqarrub kepada Allah. Demikian pula seorang guru tidak dibenarkan minta dikasihani oleh muridnya, melainkan sebaliknya ia harus berterima kasih kepada muridnya atau memberi imbalan kepada muridnya apabila ia berhasil membina mental dan jiwa. Murid telah memberi peluang kepada guru untuk dekat pada Allah SWT. Namun hal ini bisa terjadi jika antara guru dan murid berada dalam satu tempat, ilmu yang diajarkan terbatas pada ilmu-ilmu yang sederhana, tanpa memerlukan tempat khusus, sarana dan lain sebagainya. Namun jika guru yang mengajar harus datang dari tempat yang jauh, segala sarana yang mendukung pengajaran harus diberi dengan dana yang besar, serta faktor-faktor lainnya harus diupayakan dengan dana yang tidak sedikit, maka akan sulit dilakukan kegiatan pengajaran apabila gurunya tidak diberikan imbalan kesejahteraan yang memadai. Ketiga, seorang guru yang baik hendaknya berfungsi juga sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar di hadapan murid-muridnya. Ia tidak boleh membiarkan muridnya mempelajari pelajaran yang lebih tinggi sebelum menguasai pelajaran yang sebelumnya. Ia juga tidak boleh membiarkan waktu berlalu tanpa peringatan kepada muridnya bahwa tujuan pengajaran itu adalah mendekatkan diri kepada 56 Kearifan Cinta Sang Guru Allah SWT, dan bukan untuk mengejar pangkat, status dan hal-hal yang bersifat keduniaan Keempat, dalam kegiatan mengajar seorang guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian dan sebagainya. Dalam hubungan ini seorang guru hendaknya jangan mengekspose atau menyebarluaskan kesalahan muridnya di depan umum, karena cara itu dapat menyebabkan anak murid yang memiliki jiwa yang keras, menentang, membangkang dan memusuhi gurunya dan jika keadaan ini terjadi dapat menimbulkan situasi yang tidak mendukung bagi terlaksananya pengajaran yang baik. Kelima, seorang guru yang baik juga harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik di hadapan muridmuridnya. Dalam hubungan ini seorang guru harus bersikap toleran dan mau menghargai keahlian orang lain. Seorang guru hendaknya tidak mencela ilmu-ilmu yang bukan keahliannnya atau spesialisasinya. Kebiasaan seorang guru yang mencela guru ilmu fiqih dan guru ilmu fiqih mencela guru hadis dan tafsir, adalah guru yang tidak baik. (Al-Ghazali, t.th:50) Keenam, seorang guru yang baik juga harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual dan memperlakukannya sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki muridnya itu. Dalam hubungan ini, Al-Ghazali menasehatkan agar guru membatasi diri dalam mengajar sesuai dengan batas kemampuan pemahaman muridnya dan ia sepantasnya tidak memberikan pelajaran yang tidak dapat dijangkau oleh akal muridnya, karena hal itu dapat menimbulkan SIFAT-SIFAT GURU 57 rasa antipati atau merusak akal muridnya. (Al-Ghazali, t.th:51) Ketujuh, seorang guru yang baik menurut Al-Ghazali adalah guru yang di samping memahami perbedaan tingkat kemampuan dan kecerdasan muridnya, juga memahami bakat, tabiat dan kejiawaannya muridnya sesuai dengan tingkat perbedaan usianya. Kepada murid yang kemampuannya kurang, hendaknya seorang guru jangan mengajarkan hal-hal yang rumit sekalipun guru itu menguasainya. Jika hal ini tidak dilakukan oleh guru, maka dapat menimbulkan rasa kurang senang kepada guru, gelisah dan ragu-ragu. Kedelapan, seorang guru yang baik adalah guru yang berpegang teguh kepada prinsip yang diucapkannya, serta berupaya untuk merealisasikannya sedemikian rupa. Dalam hubungan ini Al-Ghazali mengingatkan agar seorang guru jangan sekali-kali melakukan perbuatan yang bertentangan dengan prinsip yang dikemukakannya. Sebaliknya jika hal itu dilakukan akan menyebabkan seorang guru kehilangan wibawanya. Ia akan menjadi sasaran penghinaan dan ejekan yang pada gilirannya akan menyebabkan ia kehilangan kemampuan dalam mengatur murid-muridnya. Dari delapan sifat guru yang baik sebagaimana dikemukakan di atas, tampak bahwa sebagiannya masih ada yang sejalan dengan tuntutan masyarakat modern. Sifat guru yang mengajarkan pelajaran secara sistematik, yaitu tidak mengajarkan bagian berikutnya sebelum bagian terdahulu dikuasai, memahami tingkat perbedaan usia, kejiwaan dan kemampuan intelektual siswa, bersikap simpatik, tidak menggunakan cara-cara kekerasan, serta menjadi pribadi 58 Kearifan Cinta Sang Guru panutan dan teladan adalah sifat-sifat yang tetap sejalan dengan tuntutan masyarakat modern. Sifat-Sifat Guru yang Diharapkan Dalam Islam, kedudukan seorang guru sangatlah mulia, oleh karena itu pula sudah selayaknya seorang guru juga menjaga kemuliaan dirinya. Ada beberapa sifat yang harapannya bisa menjadi sifat bagi semua guru. 1. Zuhud dalam arti tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan Allah semata. Berkaitan dengan inilah maka kewajiban negara untuk memberikan penghidupan yang layak bagi para guru dengan seluruh fasilitas kehidupan yang memadai. 2. Kebersihan guru harus senantiasa dijaga. Artinya seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari perbuatan maksiat, dosa dan kesalahan. Bersih jiwanya, terhindar dari dosa besar, sifat riya’, dengki, permusuhan, perselisihan dan sifat-sifat lain yang tercela. Rasulullah saw. bersabda: “Rusaknya umatku karena dua macam manusia, yaitu seorang alim yang durjana dan seorang shaleh yang jahil, orang yang paling baik adalah ulama yang baik dan orang yang paling jahat adalah orangorang yang bodoh” 3. Ikhlash dalam pekerjaan. Keikhlasan dan kejujuran merupakan kunci bagi keberhasilan seorang guru dalam menjalankan tuganya. Ikhlas artinya sesuai antara perkataan dan perbuatan, melakukan apa yang ia katakan dan tidak malu untuk menyatakan ketidaktahuan. Seorang alim adalah orang yang selalu merasa harus menambah ilmunya dan menempatkan dirinya sebagai pelajar untuk mencari hakikat, di samping itu ia ikhlas terhadap murid dan menjaga SIFAT-SIFAT GURU 59 waktunya. Tidak ada halangan seorang guru belajar dari muridnya, karena seorang guru dalam pendidikan Islam adalah seorang yang rendah hati, bijaksana, tegas dalam kata dan perbuatan, lemah lembut tanpa memperlihatkan kelemahan, keras tanpa memperlihatkan kekasaran. 4. Pemaaf. Ia sanggup untuk menahan kemarahan, menahan diri, lapang hati, sabar dan tidak pemarah. 5. Seorang guru merupakan bapak/ibu, saudara dan sahabat sebelum ia menjadi guru 6. Seorang guru harus mengetahui tabiat murid 7. Menguasai materi pelajarannya. 8. Kreatif dalam memberikan pengajaran kepada siswanya, sehingga siswa mudah dalam menerima transfer pemikiran yang diberikan. 9. Harus menaruh kasih sayang terhadap murid dan memperhatikan mereka seperti terhadap anak sendiri. 10. Memberikan nasihat kepada murid dalam setiap kesempatan. 11. Mencegah murid dari akhlak yang tidak baik dengan jalan sindiran, terus terang, halus dengan tidak mencela. 12. Guru harus memperhatikan tingkat kecerdasan muridnya dan berbicara dengan mereka dengan kadar akalnya, termasuk di dalamnya berbicara dengan bahasa mereka. 13. Tidak menimbulkan kebencian pada murid terhadap suatu cabang ilmu yang lain. 14. Guru harus mengamalkan ilmu dan selarasnya kata dengan perilaku. 60 Kearifan Cinta Sang Guru Juz Delapan LOBANG KUNCI KEARIFAN 61 Jika hari ini seorang Perdana Menteri berkuasa Jika hari ini seorang Raja menaiki takhta Jika hari ini seorang Presiden sebuah negara Jika hari ini seorang ulama yang mulia Jika hari ini seorang peguam menang bicara Jika hari ini seorang penulis terkemuka Jika hari ini siapa saja menjadi dewasa; Sejarahnya dimulakan oleh seorang guru biasa Dengan lembut sabarnya mengajar tulis-baca. USMAN AWANG 1979 Mujahadah Mujahadah bisa kita rumuskan sebagai kunci untuk memahami proses motivasi yang terletak pada makna dan hubungan antar unsur di atas. W. Huitt (1999:76) mendefinisikan istilah mujahadah (motivasi) adalah keadaan internal atau kondisi berupa kebutuhan, hasrat atau keinginan yang menggerakkan, menggiatkan dan mengarahkan perilaku. (1998:1). Menurut Richard M. Steers and Lyman W. Porter (1999:87) bahwa motivasi yang terdapat dalam diri seseorang mempunyai tiga karakteristik, yakni: ♦ Apa yang menggerakkan perilaku seseorang? ♦ Apa yang mengarahkan perilaku? dan ♦ Bagaimana perilaku tersebut dapat dipertahankan? 62 Kearifan Cinta Sang Guru Ketiga komponen di atas sangat penting dan merupakan faktor penentu bagi perilaku seseorang dalam belajar. Pertama, pengertian ini menitikberatkan kekuatan yang terdapat pada diri seseorang sehingga terdorong untuk berprilaku dengan cara-cara yang sesuai dengan lingkungan tertentu. Kedua, sebagian orang berprilaku beroroentasi tujuan untuk prilakunya diarahkan kepada sesuatu tujuan. Ketiga, ada anggapan bahwa motivasi merupakan orientasi sistem di mana kekuatan pada diri seseorang dan lingkunganya memberikan umpan balik untuk memperkuat insentitas dorongan dan tujuannya maupun untuk tidak melaksanakan aksinya. Pendapat lain dikemukakan oleh Stephen P. Robbins dan Marry Coulter (2000:89), bahwa motivasi adalah kemauan dengan usaha yang sekuatnya-kuatnya untuk mencapai tujuan organisasi dan disesuaikan dengan kemampuan untuk memuaskan beberapa kebutuhan diri. Di sini ada tiga kunci yang berhubungan dengan motivasi yaitu usaha, tujuan organisasi dan kebutuhan. Lebih lanjut dikemukakan juga bahwa proses motivasi itu dimulai dari kebutuhan yang tidak terpuaskan, kemudian timbul ketegangan yang merupakan dorongan untuk berprilaku tertentu. Setelah kebutuhan itu terpenuhi maka ketegangan tersebut akan menurun. Sementara itu Cascio (1999:56) menuliskan bahwa Teori Motivasi diklasifikasikan menjadi empat bagian, yaitu: teori kebutuhan, teori penguat, teori harapan dan penetapan tujuan. Dalam teori kebutuhan (needs theories) motivasi dipandang sebagai kekuatan berupa hasrat seseoranh memuaskan kebutuhanya. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri seseorang yang menguatkan, LOBANG KUNCI KEARIFAN 63 mendukung dan menghentikan perilaku seseorang tersebut. Seorang melakukan sesuatu pebelajaran adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun nonmateril. Bila kebutuhanya sudah terpenuhi akan timbul kepuasan yang akan mempertinggi semangat belajarnya. Pada teori kebutuhan diasumsikan bahwa tindakan manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhanya. Oleh karena itu apabila pimpinan akan memotivasi bawahanya haruslah mengetahui apa yang menjadi keburuhan bawahanya tersebut. Berelson dan Steiner, sebagaimana dikutip oleh Koonz, Donell dan Weihrich (1984:478) menjelaskan bahwa motif sebagai keadaan dari dalam yang menggiatkan, menggerakkan atau memindahkan dan secara langsung berhubungan dengan perilaku yang mengarah pada tujuan. Dalam hal motif sebenarnya merupakan pendorong yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang dapat megarah pada sasaran tertentu. Dengan adanya motif seseorang dapat tergerak untuk bertingkah laku dan berbuat dengan tujuan tertentu. Sementara motivasi adalah istilah umum yang berlaku pada seluruh kelompok dari dorongan hasrat, kebutuhan, harapan dan kekuatan lain serupa. Pada teori penguatan yang disebut juga teori intensif didasarkan pada prinsip pembelajaran yaitu prilaku yang dihargai cenderung diulang dan yang tidak dihargai cenderung tidak diulangi. Teori ini tidak menggunakan konsep suatu motif atau proses motivasi. Sebaliknya pada teori ini dijelaskan bagaimana konsekuensi perilaku seseorang di masa lalu akan mempengaruhi tindakannya dimasa akan datang dalam suatu siklus proses belajar. Menurut Hasibuan (2000:77), teori ini menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk belajar 64 Kearifan Cinta Sang Guru tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dengan hasil siswaan itu. Seseorang akan belajar untuk merealisasikan harapan-harapannya. Bila seseorang merasa yakin bahwa sesuatu yang diharapkan akan terpenuhi maka ia akan mau belajar keras dan sebaliknya.(1996:116). Harapan adalah suatu kesempatan yang berikan akan terjadi karena perilaku. Seseorang akan mengharapkan suatu konsekuensi tertentu dari tingkah lakunya. Harapan ini mempengaruhi keputusanya bagaimana seharusnya bertingkah laku. Misalnya seorang manajer pemasaran akan berpikir melampaui target penjualan mungkin karena mengharapkan bonus, pujian atau promosi jabatan. Besarnya harapan berkisar antara “nol” sampai “positif satu”. Harapan dinyatakan dalam kemungkinan atau probabilitas. Sedangkan nilai adalah akibat dari perilaku tertentu bagi setiap individu yang bersangkutan. Hasil dari tingkah laku tertentu mempunyai valensi khusus, atau kekuatan untuk memotivasi yang bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Sebagai contoh seorang guru yang berorientasi kepada uang dan prestasi, peralihan jabatan dengan gaji lebih besar di kota lain akan mempunyai valensi lebih besar dari pada seorang manajer yang menghargai ketenangan berkeluarga dengan berkumpul bersama anak istri, pemindahan yang sama akan mempunyai valensi lebih rendah. Sementara yang disebut pertautan adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua. Pertautan juga dapat diartikan besarnya probabilitas artinya seberapa besar kemungkinan terpenuhinya keinginan dan kebutuhannya bila siswaannya dilakukan dengan efektif. Dalam teori penetapan tujuan dinyatakan bahwa perilaku seseorang terkait erat dengan tujuannya. (Wayne.F. LOBANG KUNCI KEARIFAN 65 Cascio. 1995:416 ). Dalam teori penetapan tujuan dinyatakan bahwa tujuan-tujuan yang spesifik dan sukar tetapi diterima oleh yang bersangkutan dapat menjurus kepada prestasi belajar yang lebih tinggi. Kecendurungan seseorang untuk belajar demi tercapinya tujuan, dapat merupakan sumber motivasi yang besar. Tujuan dan target akan memberitahukan kepada siswa tentang kebutuhan apa yang harus dipenuhi dan seberapa jauh usaha yang diperlukan untuk itu. Bukti-bukti telah mendukung secara kuat, tujuan-tujuan yang sukar sekalipun bila sudah diterima akan memberikan hasil yang lebih baik daripada tujuan yang kelihatannya mudah tetapi tidak jelas. Jika para siswa diberikan kesempatan untuk terlibat dalam penetapan tujuan, hal ini pada umumnya dapat meningkatkan prestasi, mengingat tujuan tersebut sudah diterima sejak ditetapkan. Meskipun tujuan tersebut terasa sukar tetapi karena para siswa sudah terlibat sejak awal dan menerimanya maka motivasi untuk melaksanakan dan menyelesaikannya akan meningkat. Hal ini dapat dimengerti karena siswa telah memiliki komitmen yang tinggi dengan tujan yang ditetapkan dan memiliki efektivitas diri yang baik. Dengan memiliki komitmen yang tinggi terhadap tujuan, siswa tidak akan meremehkan dan meninggalkan tujuan tersebut, bahkan tujuan yang ditetapkan oleh dan untuk siswa dan tidak dipaksakan itu akan dihargai dan siswa tersebut berusaha mencapai tujuan tersebut. Sedangkan yang dinamakan efektivitas diri adalah kepercayaan seseorang bahwa dia memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Makin besar pula rasa percaya dirinya terhadap kemampuan untuk mensukseskan tugas. (Makmuri Muchlas. 1999: 145). Masih berkaitan dengan teori penetapan tujuan, 66 Kearifan Cinta Sang Guru dalam hal ini menurut ahli psikologi Edwin Locke menyatakan bahwa kecenderungan sifat manusia untuk menentukan sasaran dan berjuang keras untuk mencapainya hanya bermanfaat bila orang tersebut memahami dan menerima sasaran tersebut. Seorang melakukan sesuatu pembelajaran adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun nonmateril. Bila kebutuhanya sudah terpenuhi akan timbul kepuasan yang akan mempertinggi semangat belajarnya. Orang akan termotivasi kalau mereka bertingkah laku dalam cara yang menggerakkan mereka ke sasaran yang jelas, yang mereka terima dan terhadapat harapan yang cukup besar untuk dicapainya. Earley dan Shalley seperti yang dikutip oleh Stoner, Freeman dan Gilbert J.R. menguraikan bahwa proses penentuan sasaran terbagi dalam empat tahap kesimpulan seseorang. Pertama, penetapan standar apa yang hendak dicapai. Artinya sebelum seseorang beraktivitas dengan perilaku tertentu ia akan berfikir kemungkinankemungkinan dan alternatif mengenai standar apa yang akan dicapai, untuk itu harus ditetapkan terlebih dahulu. Kedua, adanya evaluasi apakah standar tersebut dapat dicapai. Dalam tahap ini seseorang sudah memetakan kemungkinan-kemungkinan dan melakukan perhitungan mengenai kekuatan dan kelemahan dirinya untuk mencapai standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketiga, pada tahap ini evaluasi dilakukan sekali lagi, yaitu evaluasi menyangkut apakah standar yang sudah ditetapkan tersebut sesuai dengan sasaran pribadinya. LOBANG KUNCI KEARIFAN 67 Keempat, bila ketiga tahap sebelumnya sudah tidak ada masalah artinya standar yang ditetapkan dapat dicapai dan sesuai dengan sasaran pribadi maka seseorang baru akan muncul tingkah laku kearah sasaran. (James A.F. Stoner, R. Edward Freman and Daniel R. Gilbert J.R. 1996:148 ). Dalam pandangan Chung dan Megginson seperti yang dikutip oleh Gomes motivasi dirumuskan sebagai perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi terkait erat dengan tingkat usaha yang dilakukan seseorang dalam mengejar tujuan. Kaitannya dengan motivasi seseorang untuk belajar biasanya ditujukan dengan usaha yang terus menerus dan berorientasi pada tujuan, dan tidak mudah terganggu halhal kecil. Motivasi sesorang siswa melibatkan faktor-faktor individual dan faktor-faktor organisasional. Faktor-faktor individual seperti: ♦ Kebutuhan-kebutuhan ♦ Tujuan-tujuan ♦ Sikap dan ♦ Kemampuan-kemampuan Sedangkan yang tergolong faktor organisasional meliputi: ♦ Pembayaran ♦ Keamanan siswaan sesama siswa ♦ Pengawasan ♦ Pujian ♦ Siswaan itu sendiri Motivasi kearifan akan mempengaruhi perilaku seseorang dan perilaku manusia termotivasi dengan adanya keinginan untuk mencapai tujuan, dengan kata lain perilaku manusia selalu berorientasi pada tujuan tertentu. (Paul Hersei dan Kenneth H. 68 Kearifan Cinta Sang Guru Blancard, 1998:18). Pendapat senada juga menyebutkan bahwa motivasi adalah berbagai pengaruh yang menyebabkan, menghubungkan dan mendukung perilaku siswa. Seseorang akan berperilaku tertentu tekait erat dengan keinginan-keinginannya. (Don Hellriegel dan John. W Slocum, 1989:424). Hal ini sesuai dengan apa dikemukakan Gibson, Ivancevich dan Donnelly bahwa motivasi adalah pengertian yang menggambarkan kekuatan tindakan dari pegawai dalam memulai dan menggerakkan perilaku. Siswa yang dimotivasi oleh pimpinannya akan menemukan cara terbaik dalam melakukan pembelajaran dan akan menghasilkan kualitas tinggi. (James L. Gibson, John M. Ivoncevich dan James H. Donnelly, 1991: 99). Pada dasarnya perilaku manusia berorientasi pada tujuan serta digerakkan oleh keinginan mencapai tujuan tertentu. Wujud dari setiap perilaku adalah tindakan, artinya bentuk perilaku yang paling nyata adalah tindakan atau aktivitas. Dapat dikatakan bahwa setiap perilaku seseorang adalah serangkaian tindakan atau aktivitas. Perilaku seseorang tidak dapat dilepaskan dari dua unsur utama yaitu motivasi dan tujuan yang saling tergantung satu dengan lainnya. Motivasi kearifan merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang, sedangkan tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai yang berada di luar diri seseorang. Dalam kaitan ini kadang-kadang istilah motivasi dipakai silih berganti dengan istilah lainnya seperti: ♦ kebutuhan ♦ keinginan ♦ dorongan atau impulsa. (Miftah Thoha, 1994:200-202). Motivasi sangat berpengaruh pada intensitas tindakan dan belajar seseorang seperti yang diungkapkan oleh Mejia, Balbin LOBANG KUNCI KEARIFAN 69 dan Cardy bahwa motivasi merupakan hasrat seseorang untuk melakukan pembelajaran paling baik atau menggunakan usaha maksimum dalam mengerjakan tugas yang ditetapkan. Seseorang yang memiliki motivasi tinggi akan belajar sebaikbaiknya disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh demi hasil yang memuaskan. (Luis R. Gomes-Mejia, David B, Balkin dan Robert L. Cardy, 1998: 16). Motivasi juga mendorong manusia untuk belajar. Dalam hal ini Panoraga mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan belajar. Dorongan dan semangat ialah yang membuat seseorang tidak mudah menyerah dan tetap bertahan pada perilaku tertentu untuk mencapai sesuau yang diinginkan. (Panji Anoraga, 1992: 35). Menurut pandangan Amstrong motivasi merupakan sesuatu yang mampu menggerakkan seseorang untuk bertindak atau berperilaku menurut cara-cara tertentu. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua bentuk yakni motivasi hakiki (intrinsic) dan motivasi (extrinsic). Motivasi intrinsic adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri yang merupakan faktor-faktor dari dalam dan dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku tertentu. Sementara motivasi extrinsic adalah motivasi yang didapatkan dari orang lain bukan berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Seseorang yang memotivasi orang lain, maka motivasi yang diperolehnya berupa motivasi extrinsik. (Michael Amstrong, 1999: 65). Pendapat senada dikemukakan Nawawi di mana funsi motivasi dibagi dalam tiga macam yaitu: ♦ motivasi sebagai penggerak bagi manusia sebagaimana bahan bakar pada kenderaan ♦ 70 motivasi merupakan pengatur dalam memilih alternatif di antara dua atau lebih kegiatan dengan memperkuat suatu motivasi atau memperlemah motivasi yang lain, Kearifan Cinta Sang Guru sehingga seseorang akan melakukan aktivitasatau meninggalkan aktivitas yang lain. ♦ motivasi merupakan pengatur arah atau tujuan dalam melakukan aktivitas. Dengan perkataan lain seseorang akan memilih dan berusaha untk mencapai tujuan pada sistem yang memberikan motivasi tinggi bukan mewujudkan tujuan pada sistem dengan motivasi lemah. (Hadari Nawawi, 1997: 351). Berkaitan dengan fungsi menggerakkan, motivasi akan menjadi sumber kekuatan bagi manusia sebagai makhluk hidup yang memiliki daya gerak yang mencakup seluruh aktivitas mental yang dirasakan atau dialami dan memberikan kondisi sehingga terjadi perilaku tertentu. Sebagai fungsi pengatur motivasi memiliki peran ganda yakni pengatur dalam memilih alternatif kegiatan dan pengatur dalam memilih tujuan. Peran sebagai pengatur alternatif diwujudkan dalam bentuk memilih aktivitas mana yang memiliki motivasi yang lebih besar dari berbagai alternatif aktivitas yang ada secara bersamaan. Sedangkan hubungannya dengan peran motivasi sebagai pengatur memilih tujuan dimanifestasikan dalam bentuk memilih aktivitas mana yang sesuai dengan tujuan pribadi seseorang. Motivasi merupakan pendorong bagi seseorang sehingga orang tersebut dapat melakukan suatu kegiatan. Suatu siswaan yang dilakukan atas dasar motivasi akan terasa lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Motivasi akan memberikan kekuatan bagi seseorang sehingga orang tersebut mampu belajar dengan giat dan bertahan dalam waktu relatif cukup lama serta tidak mudah menyerah menghadapi berbagai kesulitan dalam mencapai suatu tujuan. Sebaliknya orang yang tidak memiliki motivasi LOBANG KUNCI KEARIFAN 71 akan cepat menyerah menghadapi siswaan yang mudah sekalipun. Oleh karena itu motivasi bagi seseorang merupakan hal yang penting dan modal utama dalam meraih suatu keberhasilan. Dalam suatu organisasi di mana di dalamnya berkumpul orang-orang dengan berbagai latar belakang ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan politik serta perbedaan kepentingan maka orang satu dengan lainnya akan berbeda dalam hal memandang dan mempersepsikan sesuatu hal yang sama sekalipun. Sebagai konsekuensinya masalah motivasi menjadi hal yang rumit dan harus mendapatkan perhatian yang serius dari para guru mengingat di satu sisi adanya kepentingan pribadi-pribadi yang beragam dan di pihak lain kepentingan pembelajaran harus pula diperhatikan. Pemberian motivasi harus dilakukan dengan memperhatikan kepentingan individual siswa yang kadangkadang tidak sejalan dengan kepentingan pendidikani. Dalam hal ini Hasibuan memerinci tujuan pemberian motivasi sebagai berikut: (Hasibuan, 97-98). ♦ Mendorong gairah dan semangat belajar siswa ♦ Meningkatkan moral dan kepuasan belajar siswa ♦ Meningkatkan produktivitas belajar siswa; ♦ Mempertahankan loyalitas dan kestabilan siswa perusahaan ♦ Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi siswa ♦ Mengefektifkan pengadaan siswa ♦ Menciptakan suasana dan hubungan belajar yang baik ♦ Meningkatkan kreativitas dan partisipasi siswa ♦ Meningkatkan kesejahteraan siswa ♦ Mempertinggi rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugasnya 72 Kearifan Cinta Sang Guru ♦ Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku Muhimmatunnusur Secara umum muhimmah dapat diartikan sebagai kekuatan yang mendorong atau mempengaruhi seseorang untuk berpartisipasi dalam suatu aktifitas yang lebih dalam dari aktifitas lain. Untuk mengetahui muhimmah seseorang diperlukan waktu yang cukup lama, muhimmah membuat seseorang lebih tertarik pada salah satu objek atau situasi. Muhimmah tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengetahuan dan pengertian akan hal tertentu. Muhimmah tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat usia dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, tapi menginjak masa dewasa, muhimmah relatif menetap dan menjadi sempit serta lebih tajam dan terarah. Hurlock (1991;217). Arti muhimmah atau minat menurut Crow (1984;351) menunjukkan kemampuan memberi stimulus yang mendorong untuk memperhatikan suatu objek atau situasi yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah terstimulus oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain muhimmah dapat menjadi sebab suatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya kegiatan itu. Menurut Kartono (1979;78) muhimmah merupakan momen dari kecenderungan-kecenderungan yang terarah secara intensif kepada satu objek yang dianggap penting. Pada muhimmah ini selalu terdapat elemen-elemen afeklif (perasaan, emosionil) yang kuat. Muhimmah juga berkaitan erat sekali dengan kepribadian kita. Muhimmah juga menampilkan sikap dari pribadi, yang muncul langsung dari aku-nya seseorang. Jadi muhimmah terdapat unsur pengenalan (kognitif), emosi-emosi atau unsur afektif dan kemauan atau unsur konatif untuk mencapai suatu objek. Selanjutnya menurut As’ad (2000; 6) LOBANG KUNCI KEARIFAN 73 muhimmah adalah sikap yang membuat seseorang senang akan objek situasi atau ide-ide tertentu. Hal ini diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek yang disenangi itu. Sedangkan dalam buku The American Dictionary (1982;669) muhimmah diartikan sebagai: “suatu yang menimbulkan keinginan terhadap sesuatu karena dianggap menguntungkan baginya”. Muhimmah adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh Slameto (1982;182). Muhimmah pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar muhimmah. Suatu muhimmah dapat diekspresikan melalui suatu hal daripada hal lainnya Muhimmah dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Secara sederhana muhimmah (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu Syah (1982;136). Sedangkan Effendi dan Praja (1993;69) mengemukakan bahwa: “Muhimmah yaitu memusatkan kegiatan mental dan perhiatian terhadap sesuatu objek, yang banyak sangkut pautnya dengan keadaan diri individu”. Muhimmah didorong oleh motivasi. Motivasi adalah tenaga yang mendorong seorang individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu, Muhimmah dimanifestasikan berdasarkan komponen dorongan yang mendorongnya, antara lain. ♦ Dorongan untuk memperhatikan hidup ♦ Kegiatan mencapai tujuan. Komponen ini dilandasi oleh komponen dorongan detemuhimmah dan dorongan keadaan. Jika tujuan dicapai berarti dorongan pertama dan kedua diatas terpenuhi. ♦ Tercapainya tujuan oleh individu. 74 Kearifan Cinta Sang Guru ♦ ♦ Mengendurnya dorongan karena tujuan telah dicapai, serta keinginan dan kebutuhan (needs and wants) telah terpenuhi. Efek mengendornya dorongan semula karena munculnya dorongan lain yang baru, menghendaki pemuasannya. Komponen itu bekerja berhubungan atau berkelanjutan dari yang pertama hingga yang terakhir, sebagai landasan tumbuhnya muhimmah seseorang untuk bertindak atau memusatkan perhatiannya ke dalam suatu hal. Muhimmah adalah suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memolakan perhatian seseorang, sehingga membaut dirinya jadi selektif terhadap objek muhimmahnya. Yang kedua, muhimmah merupakan perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan atau objek itu berharga atau berarti bagi individu. Dengan demikian, muhimmah atau minat merupakan kecenderungan seseorang yang mendasar untuk bertingkah laku terhadap benda, orang, aktivitas atau situasi yang mendapat perhatian dari individu itu sehingga memberikan perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek yang disenangi itu. Whiterington (1985;136) menggolongkan minat menjadi dua macam yaitu: a. Muhimmah primitif yaitu muhimmah yang timbul dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang terasa secara langsung, seperti pemenuhan kebutuhun pokok meliputi soal makanan, beras, gula dan sebagainya. b. Muhimmah kultural atau sosial yaitu muhimmah yang timbul dari proses belajar yang dipengaruhi oleh pengalaman seseorang. Individu bermuhimmah pada LOBANG KUNCI KEARIFAN 75 suatu objek jika ia telah mengtahui objek tersebut akan menyenangkan dirinya. Muhimmah dibedakan menjadi dua macam: a. Muhimmah Subjektif: sesuatu yang dapat memberikan rasa senang dan tidak senang pada suatu objek yang didasarkan pada pengalaman. b. Muhimmah Objektif: suatu muhimmah terhadap objek yang dapat memberikan reaksi menerima atau menolak pada diri individu itu sendiri. Kedua muhimmah tersebut saling berhubungan yang muncul lebih dahulu adalah muhimmah subjektif yang dapat memberikan rasa senang atau tidak, kemudian akan timbul muhimmah objektif yang bersifat menerima atau menolak objek tersebut. Berdasarkan penggolongan muhimmah di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa muhimmah dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu: pertama muhimmah primer yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari, kedua muhimmah sekunder yang berhubungan dengan kebutuhan lain setelah kebutuhan pokok terpenuhi, seperti kebutuhan untuk rekreasi, olahraga dan sebagainya. Menurut Crow (1984;122) karakteristik muhimmah antara lain: a. Muhimmah timbul dari perasaan senang terhadap suaiu objek atau situasi yang menarik perhatian seseorang; b. Muhimmah dapat menyebabkan seseorang menaruh perhatian secara sadar, spontan, mudah, wajar, tanpa dipaksakan dan selektif; c. Muhimmah dapat merangsang seseorang untuk mencari objek atau situasi yang dimuhimmahi; 76 Kearifan Cinta Sang Guru d. e. f. g. h. Muhimmah bersifat personal karena setiap individu memiliki perbedaan dalam menentukan muhimmahnya dan hal ini berkaitan dengan kepentingan pribadi seseorang; Dapat bersifat konsisten sepanjang objek yang dimuhimmahi efektif bagi individu; Muhimmah bersifat diskrimuhimmahif sepanjang objek yang dimuhimmahi efektif bagi individu; Muhimmah bersifat diskrimuhimmahif karena dapat membantu seseorang membedakan hal-hal yang harus dan tidak harus dilakukan sehubungan dengan muhimmahnya; Muhimmah tidak dapat bersifat native atau bawaan melainkan tumbuh dan berkembang bersamaan dengan pengalaman-pengalaman selama perkembangan individu, dan muhimmah dapat juga menjadi “sebab” atau “akibat” dari pengalaman. Menurut Windradini (1987;184) muhimmah juga memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Adanya rasa ingin tahu dan keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan; 2. Mencari informasi keberbagai pihak berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai atau diraih; 3. Mengikuti program belajar tambahan agar dapat mempermudah pencapaian tujuan. Muhimmah dapat berbentuk dari berbagai faktor, baik yang berasal dari individu maupun yang berasal dari lingkungan. Crow (1963;159) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi muhimmah, yaitu: a. Faktor dorongan dari dalam, merupakan faktor yang berhubungan dengan dorongan fisik, motif mempertahankan diri dari rasa lapar, rasa sakit dan sebagainya. Jika individu merasa lapar ini akan menimbulkan muhimmah untuk mencari makan. LOBANG KUNCI KEARIFAN 77 b. Faktor motif sosial, merupakan faktor yang membangkitkan muhimmah untuk melakukan aktifitas demi memenuhi kebutuhan untuk diakui atau diterima oleh lingkungan sosial. Sebagai contoh muhimmah bekerja, muhimmah anak muda untuk mengikuti mode yang sedang populer. hal itu semua berhubungan untuk mendapatkan perhatian dan penghargaan. c. Faktor emosional atau perasaan, ini dapat menimbulkan individu apabila menghasilkan emosi atau perasaan senang, perasaan ini akan membangkitkan muhimmah terhadap aktivitas tersebut. Dengan demikian kesuksesan yang dicapai dalam suatu usaha dapat. menimbulkan muhimmah yang sudah ada. Muhimmah setiap individu terhadap sesuatu hal tidak bisa berdiri sendiri, melainkan bergantung pada beberapa faktor. Reber Dalam Syah(1999;136) menyatakan bahwa muhimmah tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti : Pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan”. Adapun faktor yang menjadi pendorong muhimmah tersebut dapat dikemukakan dalam uraian berikut. 1. Pemusatan perhatian Seseorang siswa yang menaruh muhimmah terhadap Matematika, akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Pemusatan perhatian yang intensif terhadap mata pelajaran tersebut, memungkinkan belajar lebih giat dan pada akhirnya akan berprestasi baik. 2. 78 Keingintahuan Fauzi (1997;70) menyatakan keingintahuan, yaitu mendorong orang untuk pengetahuan atau menyelidiki Kearifan Cinta Sang Guru hal-hal yang masih baru atau asing baginya. Rasa ingin tahu seorang siswa akan timbul, jika ada daya tarik dari mata pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa terhadap Matematika misalnya dapat terjadi karena dua hal, yaitu tertarik terhadap mata pelajaran dan cara mengajar guru yang memberikan materi Matematika. 3. Motivasi Motivasi menunjuk kepada seluruh proses gerakan termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku perbuatan. Gleitman (1986) dan Reber dalam Syah (1988;137) menyatakan “Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah”. Ahmad dan Prasetya (1997;109) menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sehingga dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa motivasi adalah seluruh dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu atau bertingkah laku secara terarah”. Senada dengan pendapat Ahmad & Prasetya di atas, Manurung dan Matutina menjelaskan beberapa syarat untuk membangkitkan muhimmah belajar Simanjuntak (1993; 58): 1. Belajar harus menarik perhatian Seorang Guru harus berusaha membangkitkan muhimmah para siswa terhadap bahan pelajaran yang sedang diajarkan untuk mendapat perhatian, misalnya memberikan contoh yang konkrit. 2. Objek atau keadaan yang kekuatannya menarik, akan menimbulkan belajar, misalnya bau yang harum, orang akan mencari darimana timbulnya bau yang harum itu. 3. Dalam dunia pendidikan bahwa pelajaran yang diberikan jangan bersifat realistis, tetapi para siswa LOBANG KUNCI KEARIFAN 79 4. 5. dilatih bekerja sendiri atau memberi kesempatan kepada para siswa turut aktif selama pengajaran berlangsung. Masalahnya berulang-ulang terjadi Masalah yang berulang-ulang terjadi akan mendorong para siswa untuk membangkitkan muhimmah belajar karena masalah tersebut sering muncul sehingga merupakan suatu kebiasaan. Semua kegiatan harus kontras Hal-hal yang tidak sama bahkan menimbulkan kontras dapat menarik perhatian seseorang sehingga dapat menimbulkan muhimmah untuk mengetahui lebih lanjut. Muhimmah mempunyai pengaruh yang besar terhadap seorang siswa. Jika materi yang dipelajari tidak sesuai dengan muhimmah seorang siswa, maka ia tidak mempunyai rasa keinginan yang besar untuk memahami atau mendalami materi itu, sehingga pada akhirnya siswa itu akan berprestasi jelek. Hal ini karena materi itu tidak mempunyai daya tarik baginya. Sebaliknya materi yang menarik muhimmah siswa akan lebih mudah dipelajari dan diingat, karena dengan adanya muhimmah siswa akan menambah giat belajar dan pada akhirnya akan berprestasi baik. 4. Cara mengetahui muhimmah Menurut Super & Sumartono (1993;23) berpendapat untuk mengetahui muhimmah menggunakan empat cara, yaitu: a. 80 Dengan melihat kenyataan seseorang apakah ia senang atau tidak senang pada suatu objek atau barang, aktivitas atau pekerjaan. Kearifan Cinta Sang Guru b. c. d. Dengan melihat dan mengobservasi partisipasi seseorang ke dalam suatu aktivitas atau pekerjaan. Dengan menggunakan tes objektif. Dengan mengukur atau melihat jawaban-jawaban seseorang dari sejumlah pertanyaan tentang aktivitas atau pekerjaaan yang disenangi atau tidak disenangi, disini responden menjawab setiap item atau pertanyaan yang sesuai dengan minatnya. Dari pendapat ahli tentang cara mengetahui muhimmah dapat disimpulkan bahwa pada umumnya untuk mengetahui minat membeli seseorang adalah dengan cara menanyakan kepada orang tersebut apakah ia senang atau tidak senang pada suatu barang atau jasa yang ditawarkan, dengan melihat atau mengobservasi dan dengan melalui tes. Muhimmah yang dimiliki remaja akan selalu berubah sejalan dengan perkembangan usia dan berubahnya dari masa kanak-kanak menjadi remaja. Pada masa ini mereka sudah mulai dapat memilih dan menentukan keinginannya sehingga muhimmah yang dimiliki remaja tampak lebih terarah bila dibandingkan dengan masa kanak-kanak. Muhimmah adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Menurut Soesilowindradini (1987;182), muhimmah siswa dibagi dalam beberapa kategori antara lain: a. Muhimmah sosial Dalam muhimmah sosial yang termasuk di dalamnya muhimmah terhadap pesta dan penemuan santai, mengadakan percakapan atau ngobrol dengan teman sebaya atau orang-orang lain dan orang-orang lain di sini maksudnya remaja akan menaruh perhatian yang LOBANG KUNCI KEARIFAN 81 besar terhadap orang lain terutama orang-orang yang hidupnya sengsara, tidak mendapat perhatian dari siapapun, hidupnya tersiksa dan sebagainya. b. Muhimmah pribadi Muhimmah pribadi adalah muhimmah yang paling kuat dimiliki oleh remaja. Muhimmah ini timbul karena kesadarannya bahwa penerimaan sosial sangat dipengaruhi oleh kesan keseluruhan remaja terhadap keadaan sekitarnya dan kesadarannya bahwa masyarakat menilai dirinya berdasarkan atas miliknya yang berupa benda, sekolahnya, teman-temannya atau keadaan keluarganya sehari-hari. c. Muhimmah terhadap hal yang berhubungan dengan rekreasi Dengan adanya kegiatan remaja sehari-hari maka remaja akan mendapatkan tekanan-tekanan, seperti tekanan pekerjaan di sekolah misalnya, maka remaja kurang sekali membagi waktunya mengadakan rekreasi. Saat remaja waktu untuk mengadakan rekreasi kurang bila dibandingkan dengan waktu dia masih lebih muda dulu. Muhimmah rekreasi itu seperti olah raga, membaca, menonton film, mendengarkan radio, menonton dan melamun. d. Muhimmah terhadap jabatan Saat remaja sudah menginjak usia sekolah lanjutan atas maka ia mulai memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan jabatan dan masa depannya secara lebih serius. 82 Kearifan Cinta Sang Guru Juz Sembilan PRIBADI-PRIBADI GURU PENUH CINTA 83 Pribadi cinta itu dapat membuat orang itu dapat termotivasi untuk melakukan perubahan yang lebih baik daripada sebelum ia mengenal cinta itu. Iffah (Memelihara Kehormatan Diri) Mendidik seorang anak mungkin tidak mudah, tetapi juga tidak terlalu sulit. Banyak cara atau metode yang bisa kita pakai untuk membuat anak kita menjadi seorang sukses, bahagia, ceria, berpandangan jauh ke depan, serta memiliki akhlak mulia. Namun, teori kadang tidak mudah dipraktikkan. Kondisi fisik dan psikis anak satu dengan anak lain tidak sama. Anak adalah harta dunia dan akhirat yang tidak akan pernah terbeli atau tergantikan oleh materi dunia yang kita miliki. Fenomena yang terjadi saat ini, ketika mengalami kondisi yang tidak menyenangkan, kita (orang tua atau guru) kadang melampiaskan kepada anak atau murid. Tak jarang kekerasan menjadi salah satu solusi. Kita lupa bahwa yang begitu bisa membuat anak (murid) menjadi trauma. Penyesalan kita pun kadang hanya membuat suasana tambah rumit. Sebab, tak jarang kita tidak dapat mengubah apa pun yang telah terjadi. Bahkan, kita tidak melakukan perubahan apa pun atas pola pendidikan yang kita terapkan. 84 Kearifan Cinta Sang Guru Apakah pendidikan dengan kedisiplinan tingkat tinggi yang berujung pada kekerasan merupakan solusi? Akankah budaya premanisme di tingkat pendidikan menjadi pemandangan yang wajar? Atau, akankah pendidikan yang kita berikan hanya berdasar UUD (ujung-ujungnya duit)? Pendidikan mahal, kekerasan terhadap anak (murid) sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua menyiksa anak karena masalah ekonomi, perceraian atau tidak menginginkan kehadiran anak ataupun, guru yang menegakkan disiplin dengan main gampar atau menyuruh murid berdiri atau berlari di lapangan yang panas. Pernahkah kita berpikir bahwa yang kita lakukan itu akan meninggalkan trauma pada anak? Pernahkah kita berpikir bahwa yang kita lakukan itu suatu saat akan ditiru oleh anak (murid) kita? Kalau begitu, bagaimana masa depan anak (murid)? Sudah bukan zamannya mendidik anak (murid) dengan kekerasan. Saatnya kita membangun kepribadian anak didik dengan penuh cinta sebagai pesona seseorang, sikap positif terhadap kehidupan atau wajah yang selalu tersenyum. When we talk of personality, we don’t mean that a person has charm, a positive attitude toward life, or a smiling face. When psychologists talk of personality, they mean a dynamic concept describing the growth and development of a person’s whole psychological system. (Robbins, 2005:100) Kepribadian merupakan pola cara seseorang merasa, berpikir dan berperilaku. Pola tersebut berlangsung terus. Dalam pengertian ini, kepribadian merupakan faktor penting dalam menjelaskan mengapa para pekerja bertindak dalam organisasi dan upaya mereka bersikap baik atau tidak baik terhadap pekerjaan dan organisasi mereka. Kepribadian PRIBADI-PRIBADI GURU PENUH CINTA 85 mempengaruhi pilihan karir, kepuasan kerja, stress, kepemimpinan dan beberapa aspek kinerja. Kepribadian manusia manusia tidak hanya timbul dari dan ditemukan oleh organik biologinya saja tetapi kepribadian timbul sangat dipengaruhi oleh perasaan dan kasih sayang. Kepribadian mempunyai arti bersikap, berlaku, budi pekerti, perangai, tabiat dan akhlak berprilaku. Kepribadian manusia tanpa adanya keimanan dan cinta akan sia-sia, iman yang sempurna akan melahirkan kesempurnaan sedangkan cinta akan melahirkan keabadian. Segala peristiwa kejiwaan merupakan arus yang mengalir terus-menerus, merupakan suatu proses berlanjut (kontinu). Pikiran-pikiran timbul dan berlalu. Hasrat meningkat dan setelah menemukan pemuasnya menghilang lagi, kemudian timbul hasrat baru dan seterusnya. Ciri kepribadian berupa isi atau proses kejiwaan yang aktual seperti kualitas dan intensitas rasa keTuhanan, isi pemikiran atau buah pikiran seseorang pada saat tertentu. Ciri individual tidak mungkin dapat dikenali atau dipahami oleh orang lain karena bersifat unik dan tidak ada duanya (yang menyamainya). Kita hanya dapat mendekati yang individual tetapi tidak pernah sampai pada yang individual itu. Al-Ghozali menyatakan bahwa menggambarkan rasa kehadiran Tuhan (sebagai suatu proses, isi atau akta kejiwaan) kepada orang lain sama saja sukarnya seperti halnya menerangkan cahaya kepada orang yang buta. Ciri kepribadian yang dapat dipahami dari orang lain ialah ciri yang tipikal (tipe) yaitu ciri kepribadian yang tidak umum dan juga tidak individual, akan tetapi ciri yang ada pada sekelompok orang secara bersama memiliki ciri tersebut 86 Kearifan Cinta Sang Guru seperti rasional, pemikir, emosional, perasa, ekstravert, introvert, pemarah, pemalu, pendendam, pemaaf, penipu, politokus, ekonomis dan ciri lain yang sejenis. Ciri-ciri tersebut sering disebut sifat-sifat kepribadian. Ciri yang tipikal itu bukan berupa isi atau proses kejiwaan aktual akan tetapi berupa disposisi atau kecenderungan yang bersifat habitual dan secara relatife menetap pada pribadi individu tersebut. Tipe merupakan sifat-sifat kepribadian yang menonjol pada sekelompok orang yang sejenis (satu golongan tipe). Sifat kepribadian itu demikian menonjol sehingga mewarnai semua prilaku orang yang memilikinya. Seorang tipe pemikir akan dilandasi perilakunya dengan pertimbangan dan kesimpulan-kesimpulan intelektual atau rasional. Tipologi Pribadi Penuh Cinta Tipe kepribadian sama dengan sifat kepribadian, yaitu merupakan ciri yang terletak di antara ciri umum dan ciri individual, artinya sesuatu ciri psikologik yang secara relatife bersifat umum pada sekelompok individu. Kalau kita membedakan antara sifat dan tipe kepribadian kita hanya dapat menunjukkan bahwa tipe tidak terpisah satu sama lain oleh batas-batas yang tegas. Antara tipe pemikir dan tipe perasa, keduanya memiliki pikiran dan perasaan. Perbedaan antara keduanya ialah pada tipe pemikir alam pemikiran lebih dominan sehingga mewarnai semua prilakunya, sedangkan pada tipe perasa, alam perasaanlah yang lebih dominan dan mewarnai perilakunya. Antara kedua tipe itu terdapat satu tali penghubung yang terdiri orang-orang yang terletak lebih sedikit dominasi pemikiran dan lebih banyak dominasi perasaan serta di tengah-tengahnya terletak bentuk antara atau bentuk PRIBADI-PRIBADI GURU PENUH CINTA 87 campuran yang sulit digolongkan kedalam salah satu tipe tersebut. Tipologi ialah penggolongan manusia berdasarkan tipe atau pola kepribadian yang masing-masing tipe diwarnai oleh sejumlah sifat, ciri atau karakter tertentu. Tipologi merupakan suatu upaya untuk menjelaskan manusia, menafsirkan dan meramalkan perilakunya. Dasar penggolongan itu bermacam-macam, antara lain: ♦ 4 Kretchmer dalam Ahmad Rifai (2007:203) mengklasifikasikan manusia berdasarkan penampilan perawakan seseorang yang meliputi faktor morfologik (bentuknya) dan fisiologik (proses faali) menjadi tipe piknis (serba bulat dan lebar), leptosome (langsing), asthenis (kurus lemah), atletis (bentuk atlet) dan displastis (perawakan kurang porposional dan kurang harmonis karena gangguan kelenjar endoktrin). Ciri perawakan tersebut oleh Kretchmer dihubungkan dengan sifat kepribadian dan kecendrungan penyakit kejiwaan yang mungkin dialaminya. ♦ Pada zaman Yunani, tipologi itu didasarkan pada anggapan adanya pengaruh cairan penghidupan ke dalam prilaku, sehingga orang yang didominasi oleh cairan darah, disebut tipe sanguinicus (periang), cairan lendir tipe melancholikus (pemuram atau pemurung), cairan empedu hitam tipe chloricus (pemarah) dan empedu kuning tipe phlekmaticus (lamban dan “nrimo’). ♦ Yung menggolongkan tipe kepribadian berdasarkan sikap pokok individu terhadap dirinya sendiri dn terhadap dunia luar. Orang yang sikapnya lebih dominan terarah kedunia- dalamnya sendiri disebut tipe introvert., sedangkan yang sikapnya terarah kedunia luar disebut ekstravert. Kedua tipe itu masing-masing dibagi 88 Kearifan Cinta Sang Guru lagi kedalam subtype berdasarkan pendapatnya mengenai fungsi pokok kejiwaan yaitu tipe pemikir, perasa, intuisi, dan tipe indria. Dengan demikian ada sub tipe ekstravert pemikir, introvert pemikir, ekstravert perasa, introvert perasa, dan seterusnya. ♦ Spranger (2007:206) menggolongkan kepribadian berdasarkan lapisan kejiwaan yang tertinggi, yaitu ideide abstrak, nilai-nilai rohaniah dan realisasinya dalam hidup kebudayaan. Ia mengklerifikasikan kepribadian kedalam tipe teoritis, ekonomis, estetis, sosial, religius, politikus, teknikus, hukum dan pendidik. William James (1961) membagi tipe perkembangan kematangan kesadaran seseorang kedalam dua tipe yaitu : 1. Tipe periang Tipe periang menghayati hidup beragama yang dialaminya secara natural sebagaimana adanya, mudah, gampang, penuh kelapangan, kejembaran, memberi keluasan wawasan, menambah variasi dan kekayaan alam perasaan serta merupakan pegangan hidup yang menggembirakan. Mungkin juga ia mengalaami kebimbangan, keraguraguan, godaan dan konflik batin, akan tetapi dengan karakternya yang optimis ia cepat dapat memecahkan permasalahannya. Ia dengan mudah menyadari bahwa Tuhan Maha Pemurah, Pemberi Ampun , pengasih dan Penyayang. Tuhan dipandang sebagai kekuatan yang mengharmoniskan dunia, merahmati alam semesta, menjadikan burung berkicau, bernyanyi, bunga- bunga mekar dan harum, anak- anak bergembira ria, menjadikan angin bertiup sepoi basah, keindahan pemandangan, kesegaran pagi hari, kesejukan sore hari serta hal lain yang serba menggembirakan. Ia pun mengetahui bahwa Tuhan Maha Adil, Maha PRIBADI-PRIBADI GURU PENUH CINTA 89 Penghukum, Maha Kuat, Maha Dahsyat, Maha Perkasa, Maha Pemaksa; namun pandangan terang Tuhan demikian itu tidak mewarnai sikap dan perilakunya. Salah satu rahasia kegembiraan hidup seseorang adalah kelincahannya dalam menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi di luar dirinya, dengan kejadian di dunia luar, dengan situasi dan kondisi lingkungan serta kurang menghiraukan atu meninjau proses dan dinamika yang terjadi dalam diri pribadinya. Alfred Adler (1937), seorang sarjana psikologi menggunakan teknik penyembuhan (therapy) dengan menyuruh para klien atau pasiennya mengarahkan perhatian kedunia luar dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat. Pertumbuhan dan perkembangan kesadaran tipe periang berjalan secara setapak dan setapak, makin lama makin kuat dan akhirnya menjadi matang. Permasalahan yang dihadapinya dipecahkan satu demi satu dengan melalui jalan yang rata. Kematangan kepribadiannya berkembang sedikit demi sedikit seperti anak yang dibimbing berjalan oleh orang tuanya, sehingga ia akhirnya dapat lari sendiri. Perkembangan kehidupannya secara beralasan, terkendalikan, dapat diperkirakan dan bersifat rational. Yang dilakukan biasanya tidak secara mendalam, tidak serius secara dangkal. Berbedah dengan tipe penyedih yang perkembangan kematangan melalui penderitaan yang mendalam. 2. Tipe penyedih Tipe penyedih biasanya kurang mendapatkan perhatian masyarakat umum maupun para sarjana Ilmu Sosial terutama pada masa perkembangan kematangan kehidupan siswa. Salah satu ciri tipe ini adalah tidak menyenangi popularitas, tidak mau menonjolkan diri, ada kecenderungan mengadakan perenungan tentang rahasia ke-Tuhanan secara 90 Kearifan Cinta Sang Guru mendalam, mengadakan uzlah, menyendiri, betapa, zuhud, menghindari kenikmatan duniawi, mensucihkan hati dan menjauhi godaan syetan atau dosa. Tipe inilah yang sering mendapatkan sinar illahi atau semacam penghayatan “Kehadiran Tuhan”. Bila kesadarannya telah matang seringkali tipe ini mampu mengubah kehidupan masyarakat menuju kematangan serta mengadakan kemajuan-kemajuan yang mengagumkan seperti Al-Ghozali, Abdul Qadir, Al Jailani, Syekh Junaidi Al Baghadadi, Wali Songo dan Pangeran Diponegoro. Ide-ide yang banyak orisinal, tidak mengambil ide orang lain tetapi berasal dari dirinya sendiri. Ia tidak puas dengan hanya melaksanakan kehidupan praktis sehari-hari dan berusaha mengolah fakta yang dihadapinya sebagai alat untuk membuktikan atau menjelaskan suatu teori. Bila pemikirannya disokong oleh intuisi maka akan timbul ide baru yang bersifat kreatif. Ia berani mempertahankan idenya walaupun pada mulanya mungkin bertentangan dengan pendapat dan pandagan masyarakat. Ia berpegang teguh pada norma-norma etis yang telah diselidiki kebenarannya, walaupun mungkin tidak sejalan dengan norma yang berlaku disekitarnya. Secara positif ia tidak mudah terkena penyakit zamannya bahkan ia berani mengadakan pemikiran dan tindakan revolusioner dalam mempertahankan kebenaran yang dipercayainya. Ia tidak pernah meragukan kebenaran pendapatnya bila telah sampai pada kehidupan yang mantap. Ia yakin bahwa kebenaran itu pada akhirnya diakui oleh orang lain dan masyarakat umum. Ia berani mengorbankan dan mengarahkan seluruh kemampuannya untuk membelah kebenaran. Ia mempunyai pandangan khas dalam mengantisipasi masa depan dan memiliki ketajaman meramalkan sesuatu. Tipe PRIBADI-PRIBADI GURU PENUH CINTA 91 ini banyak ditemukan pada ahli Ilmu Kalam, Ushuluddin, pendiri tariqat, kaum sufi dan pujangga. Hidayatun An-Nafsiyyah Maslow menyatakan tentang hakekat manusia yang sehat secara psikiatris adalah: 1) Manusia memiliki kodratnya sendiri yang hakiki, suatu kerangka struktur psikologis yang dapat dipandang dan dibicarakan, secara analog dengan struktur fisiknya. 2) Perkembangan yang benar-benar sehat, normal, dan yang dicita-citakan terjadi dalam segala atau bentuk mengaktualisasikan kodrat ini, memenuhi potensipotensi yang ada dalam perkembangannya menuju kematangan mengikuti garis yang diatur oleh kodrat yang tersembunyi. Kodrat batin ini tidak sekuat dan semahakuasa dan tidak bisa salah seperti instink-instink binatang. Kodrat batin ini adalah lemah lembut, serta halus dan sangat mudah dikalahkan oleh kebiasaannya, adatnya, tekanan kebudayaannya dan sikap-sikap yang terhadapnya. Orang-orang memilih kodrat bawaan yang pada hakekatnya adalah baik atau sekurang-kurangnya netral. Maslow juga berpendapat bagi hampir semua manusia dan sudah barang tentu dalam hampir setiap bayi yang baru lahir terdapat kemauan yang aktif ke arah kesehatan, implus kearah pertumbuhan atau ke arah aktualisasi potensi-potensi dirinya. Oleh karena itu, para psikolog harus juga mempelajari orang-orang yang telah merealisasikan semua potensipotensinya sepenuh-penuhnya. Allport berpendapat bahwa kepribadian “is the dynamic organization within the individual of those psychophysic 92 Kearifan Cinta Sang Guru system that determine his characteristic behavior and thought”. Menurutnya, kepribadian itu adalah organisasi dinamis dalam individu manusia sebagai sistem psikofisik yang menentukan cara yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan saya. Dari definisi kepribadian di atas, memiliki pengertian-pengertian bahwa : (1) Organisasi dinamis menekan kenyataan manusia, bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah, walaupun ada organisasi sistem yang saling mengikat dengan berbagai komponen kepribadian. (2) Istilah psikofisik tersebut menunjukkan kepribadian bukanlah eksklusif semata-mata mental dan bukan pula semata-mata neurol. Organisasi kepribadian itu mencakup kerja tubuh dan jiwa yang tak terpisahkan kesatuan kepribadian. (3) Determinism (menentukan) menunjukkan kepribadian mengandung penekanan menentukan pada yang memainkan peranan aktif dalam prilaku individu. (4) Kata “Characteristic” (cara yang khas) menunjukkan tekanan utama pada individualitas, yakni tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam cara menyesuaikan diri dengan lingkungannya. (5) Kata “Behavior and Thought” (berperilaku menyesuaikan diri dengan lingkungannya) menekankan kepribadian menjembatani individu dengan lingkunngan fisik dan lingkungan psikologis, yang kadang menguasai semuanya. Allport membedakan antara kepribadian dengan karakter (watak) dan temperamen, yang digunakan secara bertukaran. Menurut G. Allport karakter (watak) menunjukkan arti normatif, ia menyatakan character is personality evaluated; dan personality is character devaluated. PRIBADI-PRIBADI GURU PENUH CINTA 93 Temperamen adalah disposisi yang sangat erat hubungannya dengan faktor-faktor fisik (biologis) dan karena itu mengalami modifikasi di dalam perkembangan. Temperamen adalah gejala karakteristik dari sifat emosi individu. Pandangan humanistik dari Maslow menyatakan bahwa teori kepribadian itu dibagi dalam tiga kategori : Pertama, psychoanalisis (Freud), yang menggambarkan manusia sebagai makhluk yang memiliki instink dan konflik antara kesadaran dan ketidaksadaran. Kedua, behaviorisme (B.F. Shimer), yang merupakan pendekatan prilaku manusia yang kalah oleh lingkungan, yaitu bahwa setiap prilaku manusia menekankan pada aspek belajar dan pengalaman yang menjadi aspek pondasi kepribadian. Ketiga, humanistik (Maslow), merupakan gerakan potensi manusia yang menyatakan bahwa pada hakeketnya baik dan self perfecting. Oleh karena itu sebagian besar sadar dan rasional bahwa dirinya yang membentuk kehidupannya masing-masing, bebas memilih gaya hidupnya. Maslow berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang pada dasarnya baik, berkembang menjadi kreatif, mandiri, dan berkepribadian. Ia berpendapat bahwa manusia itu adalah makhluk “wanting organism” yang jarang mencapai suatu kondisi tingkat kepuasan yang lengkap dan menyeluruh. Menurut Allport bahwa struktur kepribadian itu ditentukan oleh sifat perangai (traits) dan tingkah laku yang mendorong sifat-sifat (traits). Oleh karena itu pada dasarnya struktur dan atau dinamika kepribadian itu, pada umumnya satu dan sama. 94 Kearifan Cinta Sang Guru Masing-masing sangat reflek bersyarat, kebiasaan, sikap, diri dan kepribadian, kesemuanya itu bermanfaat dan penting, namun tekanan utamanya diletakkan pada sifat (traits), sikap (attitudes), dan intensi (intentions) diberi kedudukan kira-kira sama, sehingga ada yang menamakan psikologi Allport disebut juga “Traits Psychology”. Menurut Allport, sifat adalah sistem neurapsikas yang digeneralisasikan dan diarahkan, dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama, memulai serta membimbing prilaku adaptif dan ekpresif secara sama. “Sistem neuropsikis” telah menunjukkan jawaban affermatif yang diberikan oleh Allport terhadap pertanyaan apakah traits itu benar-benar ada pada individu. Ia berpendirian bahwa sifat (traits) itu, pendirian biososial dan pendirian biofisik. Allport juga mengemukakan delapan kriteria dasar sifatsifat kepribadian manusia, yaitu : (1) Suatu sifat itu lebih memiliki pada eksistensi nominal. (2) Suatu sifat itu lebih dari pengertian kebiasaan. (3) Suatu sifat itu dinamis, berkembang dan dapat menentukan pada prilaku manusia. (4) Suatu sifat itu merupakan perwujudan pengalaman. (5) Suatu sifat itu relatif independen dengan sifat-sifat lainnya. (6) Suatu sifat itu tidak sama dengan moral dan nilai sosial. (7) Sifat itu dapat mengubah suatu kepribadian atau kepribadian lainnnya. (8) Kegiatan dan kebiasaan tidak sama dengan sifat kepribadian. PRIBADI-PRIBADI GURU PENUH CINTA 95 Allport juga mengemukakan tipe kecenderungan kepribadian individu yaitu : (1) Disposisi kordinal atau Cordinal Traits, yaitu sifat-sifat pokok yang dominan, sehingga hanya sedikit saja kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dicari, baik secara langsung maupun tidak langsung sekali, bahwa kegiatan itu berlangsung karena pengaruhnya. Kualitas yang dominan itu sering disebut the eminent traits, the ruling passion, the master sentiment, atau the radix of a life. (2) Disposisi sentral atau Central Traits, yaitu sifat sentral yang lebih khas sebagai kecenderungan–kecenderungan individu yang sangat khas atau karakteristik serta sering berfungsi dan mudah ditandai. (3) Sifat sekunder (Secondary Traits) merupakan sifat sekunder yang nampak fungsinya lebih terbatas, kurang menentukan di dalam kepribadian, dan lebih terpusat pada responsrespons yang didasarinya, perangsang yang dicocokinya. Allport mengemukakan tahapan fungsi perkembangan selfhood. (1) Bodily self yaitu sensitif terhadap kesadaran jasmani. (2) Self idetity, yaitu adanya kesadaran kesinambungan fungsi penyesuaian diri dengan keadaan tempat. (3) Self esteem, yaitu adanya kesadaran terhadap suatu kebahagiaan. (4) Self extension, yaitu adanya kesadaran akan kesesuaiannya dengan lingkungan sosial dan fisik. (5) Self image, yaitu adanya kesadaran khas untuk mencapai tujuan dan aspirasi untuk mencapai kebahagiaan signifikan. (6) Self of rational cover, yaitu kesadaran pemahaman abstrak dan logis untuk diaplikasikan pada hal pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 96 Kearifan Cinta Sang Guru (7) Propriate stroving, yaitu pengertian kesadaran diri dalam merencanakan pencapaian tujuan jangka panjang. Manusia adalah makhluk yang unik, integratif, dan utuh. Ia menekankan pentingnya motivasi individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya atau tujuan-tujuan tertentu didalam hidupnya, sehingga hidupnya itu dapat bagi dirinya. Oleh karena itu ia berpendapat manusia adalah makhluk “wanting organism” yang mencapai tingkat kepuasan yang lengkap dan menyeluruh. Dari dasar hal di atas, Maslow mengemukakan hierarki kebutuhan manusia dari mulai yang terendah (dasar) sampai kebutuhan yang paling tinggi, serta memperkirakan pencapaian pemenuhan pada setiap kebutuhan tersebut sebagai berikut : 1) Physiological needs, yaitu kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus (pencapaiannya ± 85% ). 2) Sefety and security needs, yaitu kebutuhan rasa aman, seperti stabilitas dan kedayatahanan tubuh untuk jangka panjang (pencapaiannya ± 70% ). 3) Beeraging need and love need, yaitu kebutuhan memiliki dan mencintai, seperti bagian dan diterima lingkungan (pencapaiannya ± 50% ). 4) Self esteem needs yaitu kebutuhan harga diri, seperti pencapaian prestasi dan recognation (pencapaiannya ± 40% ). 5) Self actualization needs, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri sendiri, seperti perwujudan potensi yang ada pada diri (pencapaiannya ± 10% ). PRIBADI-PRIBADI GURU PENUH CINTA 97 Maslow juga mengemukakan dua kategori motif manusia, yaitu : Pertama, Dificit Motives (D. Motives), yaitu motif yang bersifat dan sangat berpengaruh langsung kepada prilaku. Misalnya rasa lapar yang sangat kuat menyebabkan tubuh menjadi lemas dan lain-lain. Motives berhubungan dengan needs. Motives memiliki empat kriteria: a. Menyebabkan pada sakit (tidak ada), b. Mencegah sakit (ada), c. Memungkinkan pada sakit (kurang), d. Menghasilkan keakraban (ada). Kedua, Growth Motives, Meta needs, Being motives (B. Motives), yaitu motive yang memiliki tujuan jangka panjang (meta-needs). Motif ini mendorong berkembangnya pada potensi manusia. Melalui motif ini individu dapat menambah dan memperluas dan pengalaman hidup. Meta-needs dapat mendorong self actualization, terdiri dari wholeness, perfection, completion, justice, aliveness, richness, simplicity, beauty, goodness, uniqueness, effortlessness, playfullness, truth–honest-reality, and self sufficiency. Maslow juga berpendapat, bahwa manusia yang belum dapat memenuhi kebutuhan (needs)nya, tidak akan dapat mencapai pada meta–kebutuhan (meta-needs). Dengan demikian jika D-motivesnya seseorang kurang, maka orang seperti itu cenderunag akan mengalami metapathalogis. Contoh metapathalogis ialah mistrust, cynism, skepticism, vulgarity, hopelessness, anger, lowlessness, depriation, etc. 98 Kearifan Cinta Sang Guru Juz Sepuluh PESAN MORAL SANG PROFESSOR KECIL 99 “Ayah, Bunda, kata Bu Guru, kalau mau makan, kita harus membaca doa dulu,” begitu celetuk seorang bocah berusia 3,5 tahun kepada orang tuanya saat makan malam bersama di rumah. Su’uda Hidayah Charge Your Spirit Kutipan di atas cerita dari seorang wali murid kelompok bermain di tempat Su’uda Hidayah mengajar. “Ayah, Bunda, kata Bu Guru, kalau mau makan, kita harus membaca doa dulu,” begitu celetuk seorang bocah berusia 3,5 tahun kepada orang tuanya saat makan malam bersama di rumah. Dari sekelumit cerita tersebut, bisa kita lihat betapa besar peran seorang guru terhadap perilaku anak didik. Betapa berpengaruhnya pesan moral yang disampaikan seorang guru kepada anak didiknya. Kita juga bisa melihat keberhasilan dakwah kita melalui anak yang masih begitu polos dengan bahasa lugu mereka. Seandainya setiap hari ada satu saja wali murid yang menyampaikan cerita seperti itu, saya yakin semua orang yang menyandang profesi guru merasa puas. Seolah, inilah “bayaran” yang sangat berarti sebagai pengganti jerih payah mereka dalam mendidik siswa. Saat ini, pandangan orang tua terhadap makna pendidikan formal di sekolah mulai mengalami pergeseran. Semula, orang tua menuntut anaknya mendapatkan nilai bagus pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Kemampuan akademis dipandang amat tinggi. Sehingga, 100 Kearifan Cinta Sang Guru kemampuan di bidang lain kadang diabaikan. Kini, kian banyak orang tua yang lebih memedulikan perkembangan moralitas anak-anaknya. Sebagai seorang guru, saya banyak belajar dari para “profesor kecil” yang sangat luar biasa itu. Mereka memacu saya untuk terus mengembangkan diri, terus berusaha memahami mereka, agar bisa membantu mereka berkembang. Di mata saya, bocah-bocah polos tersebut seolah berkata, “Jangan pernah lelah memahamiku.” Harapan itu seolah terucap melalui segala kepolosan dan kelucuan yang mereka punya serta segudang potensi yang mereka miliki. Betapa teori conditioning milik Pavlov sangat berlaku di sini. Proses pembiasaan yang berulang akan membentuk pribadi anak. Seperti diketahui, pikiran dan jiwa anak seperti kertas putih yang bisa diisi dengan berbagai pesan bermakna dari lingkungan tempat mereka belajar. Semua itu akan tersimpan dalam memori di benak mereka dan sewaktuwaktu bisa diakses sebagai bekal kehidupan mendatang. Otak anak dalam periode tersebut peka dalam menyerap informasi berbentuk apa pun. Karena itu, kita harus sangat hati-hati dalam memberikan informasi. Kita harus benar-benar memfilter apa yang seharusnya tidak layak diterima anak. Di sinilah kerja sama yang solid antara sekolah, guru, dan orang tua sangat dibutuhkan. Sekolah sebisanya berusaha membiasakan anak dengan hal-hal baik. Tentu sangat disayangkan bila di rumah kebiasaan itu tidak diterapkan atau malah diabaikan. Guru diharapkan menjadi profesional yang menguasai banyak pengetahuan. Bagi guru, pengetahuan meliputi materi yang diajarkan kepada siswa plus metode yang digunakan dalam pembelajaran. Pertanyaannya, kualifikasi apa yang mesti dipenuhi seorang guru untuk bisa mencapai itu? PESAN MORAL SANG PROFESSOR KECIL 101 Menurut Arends (1997), mengajar merupakan tugas yang sangat kompleks dan menjadi guru yang berhasil memerlukan sifat-sifat tertentu. Salah satunya adalah berpikir reflektif dan mampu memecahkan masalah. Pengalaman adalah guru terbaik. Kecuali dari pengalaman pribadi, kita juga mendapatkan pengetahuan dari banyak pakar pendidikan atau guru lain yang (lebih) berpengalaman. Pendidikan yang arif berintikan interaksi antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan. Ketiganya membentuk suatu triangle, jika hilang salah satu komponen, hilang pulalah hakikat pendidikan. Dalam situasi tertentu tugas guru dapat diwakilkan atau dibantu oleh unsur lain seperti oleh media teknologi, tetapi tidak dapat digantikan. Mendidik adalah pekerjaan profesional, oleh karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik profesional. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional. Dalam keseluruhan proses belajar-mengajar atau pada suatu waktu tertentu mungkin salah satu peranan lebih menonjol dari yang lainnya. Para pelaksana pendidikan termasuk guru sering tidak melihat keempat peranan tersebut terletak dalam kontinum. Mereka melihatnya sebagai dua ekstrem. Pada satu ujung guru berperan sebagai penyampai ilmu dan pelatih dalam arti drilling dan pada ujung lain peran guru sebagai pengarah, pembimbing, pendorong, fasilitator, dan sebagainya. Praktik pendidikan yang memberikan peranan kepada guru hanya sebagai penyampai ilmu atau pelatih dianggap model lama, sedangkan yang memberikan peranan sebagai pengarah, pendorong, pembimbing dipandang model baru. 102 Kearifan Cinta Sang Guru Pandangan sederhana dan polair seperti itu memang banyak ditemukan, bukan hanya dalam pendidikan dan pengajaran tetapi juga dalam bidang-bidang lain. Sebenarnya semua konsep pendidikan itu baik atau memiliki kebaikankebaikan tertentu, di samping kendala-kendala tertentu pula. Dalam praktik yang lebih penting adalah mempertimbangkan, konsep pendidikan mana yang paling tepat untuk mencapai tujuan tertentu bagi kelompok peserta didik tertentu, pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, dalam waktu dan kondisi tertentu pula. Sejalan dengan konsep pendidikan tersebut peran-peran apa yang tepat dimainkan oleh guru. Pada saat dan situasi tertentu peran menyampaikan materi pengetahuan memang tepat dan sangat diperlukan, tetapi pada saat lain latihan pengembangan kemampuan dengan menggunakan media pembelajaran mutakhir tepat, karena memang hal itu sangat diperlukan dan sarananya ada. Pada saat dan situasi lain pengarahan dan dorongan terhadap siswa dalam merencanakan dan melaksanakan suatu kegiatan atau memecahkan suatu masalah adalah tepat, karena kondisinya mendukung. Jadi, sesungguhnya realisasi dari peranan guru tersebut sangat situasional, tidak ada yang berlaku umum. Meskipun demikian ada satu hal yang menjadi acuan bagi guru, dalam memilih kegiatan yang akan dilakukan serta peranan yang akan dimainkannya, yaitu siswa. Tujuan utama kegiatan guru dalam mengajar ialah mempengaruhi perubahan pola tingkah laku para siswanya. Perubahan ini terjadi karena guru memberikan perlakuan-perlakuan. Tepat tidaknya, efektif tidaknya perlakuan yang diberikan guru akan menentukan usaha belajar yang dilakukan oleh siswa. Upaya guru memberikan perlakuan tersebut erat kaitannya dengan tingkat harapan dan perubahan yang diinginkannya. PESAN MORAL SANG PROFESSOR KECIL 103 Tujuan lainnya adalah mendorong dan meningkatkan kemampuan sebagai hasil belajar, dengan cara itu, guru dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku siswa. Untuk mencapai kedua tujuan di atas, diperlukan hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Guru perlu menyenangi siswanya, bersikap menerima, mengerti dan membantu. Sebaliknya siswa juga harus menerima, menyenangi, dan menghormati gurunya. Kesukaan dan sikap positif siswa kepada guru, akan meningkatkan hasil belajar mereka. Antara siswa dan guru perlu terjalin kerja sama yang baik dalam belajar. Di samping itu, guru harus memberikan kesempatan, dan menciptakan suasana kelas yang bebas, untuk mendorong siswa memecahkan sendiri masalah-masalah yang mereka hadapi. Guru tak mungkin menjawab semua pertanyaan siswa. Kesempatan belajar yang diciptakan guru adalah agar merangsang siswa belajar, berpikir, melakukan penalaran, jadi memungkinkan siswa untuk belajar sendiri. Jadi, antara guru dan siswa harus tercipta hubungan sebagai mitra belajar. Minat dan pemahaman, timbal balik antara guru dan siswa akan memperkaya kurikulum dan kegiatan belajar-mengajar pada kelas bersangkutan. Hasil dan kemajuan belajar yang dicapai siswa ditentukan juga oleh bentuk hubungan antara guru dan siswa, antara guru dan administrator, antara guru dan orang tua siswa. Hubungan guru dengan siswa menjadi syarat mutlak, bukan hanya dalam hubungan sebagai pembimbing dan yang dibimbing tetapi juga sebagai mitra belajar. Karena itu guru harus memahami siswa yang dibimbingnya dan sebaliknya siswa harus mengakui kewibawaan pembimbingnya. Hubungan antara guru dengan siswa harus didukung oleh hubungan yang sejalan antara guru dengan ad-ministrator dan guru dengan orang tua siswa. Hubungan guru dengan 104 Kearifan Cinta Sang Guru ad-ministrator haruslah bersikap terbuka, sehingga memungkinkan guru mencari jalan, berkreasi dan berani mencoba sendiri sesuatu usaha instruksional yang lebih baru yang dipandangnya lebih relevan dengan kegiatannya selaku guru. Antara keduanya juga tercipta hubungan sebagai mitra yang baik, tetapi dengan tugas yang berbeda. Administrator mengadakan bimbingan dan supervisi dengan maksud merangsang kegiatan belajar para siswa. Demikian pula hubungan antara guru dengan orang tua, keduanya memiliki tanggung jawab yang sama dalam mengembangkan pribadi anak, tetapi dengan tugas yang berbeda. Orang tua bukan saja harus percaya kepada guru, akan tetapi harus memberikan dukungan dan partisipasi sebesar mungkin untuk kepentingan pendidikan anak-anak mereka di sekolah. Bagaimana bentuk hubungan dan pelaksanaan hubunganhubungan itu tentu saja perlu dibicarakan dalarn kerangka yang lebih luas. Semua kegiatan dan fasilitas yang dipilih serta peranan yang dilakukan guru harus tertuju pada kepentingan siswa, diarahkan pada memenuhi kebutuhan siswa, disesuaikan dengan kondisi siswa, dan siswa menguasai apa yang diberikan atau memperoleh perkembangan secara optimal. Transfer Ilmu dan Bagikan Cinta Dalam mengoptimalkan perkembangan siswa, ada tiga langkah yang harus ditempuh. 1. Mendiagnosis kemampuan dan perkembangan siswa. Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuan-kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor-faktor dominan yang mempengaruhinya. Setiap peserta didik sebagai individu mempunyai kemampuan, PESAN MORAL SANG PROFESSOR KECIL 105 kecepatan belajar, karakteristik dan problem-problem sendiri, yang berbeda dengan individu lainnya. Perkembangan yang optimal hanya mungkin dapat dicapai apabila kegiatan yang dilakukan siswa dan bantuan yang diberikan guru, disesuaikan dengan kondisi tersebut. 2. 106 Memilih cara pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Pembelajaran yang betul-betul disesuaikan dengan perbedaan individual, harus pendekatan pembelajaran yang bersifat individual. Pendekatan demikian pernah dilaksanakan pada delapan PPSP dengan menggunakan sistem modul, tetapi karena alasanalasan tertentu, PPSP dibubarkan dan metode tersebut tidak digunakan lagi. Konsep modul dan sistem belajar sendirinya masih dipakai pada SMP dan Universitas Terbuka. Di sekolah-sekolah biasa umumnya digunakan pendekatan yang bersifat klasikal. Dalam pendekatan klasikal sebenarnya tidak tertutup kemungkinan untuk memperhatikan perbedaan individual. Salah satu prinsip pengajaran yang efektif, adalah menggunakan pendekatan atau metode dan media yang bervariasi, “pendekatan multi metode-multi media”. Dengan menggunakan metode dan media yang bervariasi, perbedaan-perbedaan individual dapat terlayani, di samping pembelajaran menjadi lebih menarik, karena sering terjadi pergantian kegiatan. Dalam pembelajaran guru dapat mengadakan variasi, antara metode yang lebih mengaktifkan guru dengan yang mengaktifkan siswa, antara belajar secara klasikal dengan belajar kelompok dan penugasan yang bersifat individual. Variasi antara yang menekankan pengetahuan dengan keterampilan dan nilai-nilai, antara yang hanya menggunakan kapurpapan tulis dengan menggunakan media, antara me-dia Kearifan Cinta Sang Guru sederhana dengan media yang lebih kompleks. Juga variasi antara kegiatan yang bersifat menerima, mengolah, menyajikan dan penilaian. 3. Kegiatan pembimbingan. Pemilihan dan penggunaan metode dan media yang bervariasi tidak dengan sendirinya, akan mengoptimalkan perkembangan siswa. Pelaksanaan metode pembelajaran tersebut perlu disertai dengan usaha-usaha pemberian dorongan, bantuan, pengawasan, pengarahan dan bimbingan dari guru. Pembimbingan ini diberikan pada saat kegiatan pembelajaran, atau di luar kegiatan pembelajaran. PESAN MORAL SANG PROFESSOR KECIL 107 108 Kearifan Cinta Sang Guru Juz Sebelas PROSES PENYEMPURNAAN DIRI 109 “Dikala kepada Abu Yusuf ditanyakan “Dengan apakah tuan bisa memperoleh ilmu? beliau menjawab “Saya tidak merasa malas untuk belajar dan tidak kikir untuk mengajar”. 110 Kearifan Cinta Sang Guru Keagungan Cinta Seorang Guru Hubungan personal antara guru-murid ibarat hubungan bapak dengan anak, maka sangat beralasan kalau seorang guru harus mengetahui dan berusaha menyelami kondisi psikis dan phisik murid-muridnya secara mendalam, termasuk pula bagaimana cara memperlakukannya dengan benar seperti yang dikerjakan oleh seorang bapak kepada anakanaknya. ♦ Untuk hal ini, secara spesifik Thomas Gordon menulis “Setiap orangtua dan guru (harus) mengetahui bagaimana cara memuji anak”. ♦ Imam Ghozali juga menulis, “Guru harus mempunyai rasa belas kasihan kepada murid-muridnya dan memperlakukan mereka sebagai anak sendiri . Hal lain yang harus juga melekat dalam kepribadian guru sebagai pendidik, agar ia dapat memenuhi harapan orang tua dan murid adalah semangat dan komitmennya untuk selalu konsisten/istiqamah mengajarkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Bahkan dengan mengajar itu pula, seorang guru tidak hanya memberi pengetahuan kepada orang lain, tetapi juga akan dapat menambah ilmunya sendiri. Dituturkan oleh Kitab Ta’lim “Dikala kepada Abu Yusuf ditanyakan “Dengan apakah tuan bisa memperoleh ilmu? beliau menjawab “Saya tidak merasa malas untuk belajar dan tidak kikir untuk mengajar”. Dengan demikian, rasanya tidak pantas bila ada seorang yang memiliki predikat guru, tetapi tidak mau mengajar. Bila ada guru yang demikian, maka ia tergolong sebagai orang yang tidak memiliki komitmen dan semangat, serta tidak bisa pula disebut sebagai pecinta ilmu pengetahuan. PROSES PENYEMPURNAAN DIRI 111 Al Ghozali menulis demikian : “Orang yang berilmu dan tidak beramal (baca ; mengajar) menurut ilmunya, adalah seumpama sesuatu yang memberi faedah semangat kepada orang lain dan dia sendiri kosong dari ilmu pengetahuan. Dan seumpama batu pengasah, menajamkan lainnya dan dia sendiri tidak memotong. Atau seumpama jarum penjahit yang dapat menyediakan pakaian untuk lainnya dan dia sendiri telanjang. Atau dia adalah laksana sumbu lampu yang dipasang memberi cahaya kepada orang. Dia sendiri terbakar menyala’. Berbeda dengan kondisi yang terjadi dilingkungan pendidikan modern, Ta’lim menempatkan status sosial guru jauh lebih tinggi diatas profesi-profesi lainnya. Oleh Ta’lim, guru diberi kedudukan, kemulyaan dan kehormatan yang sangat tinggi, bahkan hampir menyamai status sosial seorang raja/kholifah. Imam Az Zarnudji mengemukakan sebuah syi’ir ♦ Keyakinanku tentang hak guru, hak paling hak adalah yang paling wajib dipelihara oleh muslim seluruhnya. ♦ Demi kemuliaan, hadiah berhak dihaturkan seharga seribu dirham. Seorang tokoh pendidikan bernama Akhmad Shalaby menceritakan bagaimana seorang bernama Ali bin Hasan Al Ahmar, seorang tentara pada jaman kholifah Harun Al Rasyid, yang naik “pangkat” dan kemudian status sosialnya jauh meningkat lebih tinggi justru setelah ia mengundurkan diri sebagai tentara kerajaan, dan beralih profesi menjadi guru. Ceritanya demikian “kholifah dan para pembesar kerajaan sangat memberi perhatian kepada guru-guru yang 112 Kearifan Cinta Sang Guru mengajar putra-putranya serta menaikkan status sosial para guru tersebut ketempat yang lebih tinggi. Ali bin Hasan Al Ahmar, misalnya, sebelumnya ia adalah seorang tentara yang bertugas menjaga istana kholifah. Rumah Ali bin Hasan hanya memiliki satu kamar dan perabotnya sangatlah jelek. Adalah Muhammad bin Ali Jahm, menggambarkan bagaimana gambaran kehidupan Al Ahmar setelah ia dipilih menjadi seorang guru bagi putra kholifah Harun Al Rasyid. Kata Muhammad bin Ali Jahm : ‘Kalau kita pergi kepada Al Ahmar, kita akan bertemu dengan sejumlah pelayan yang bertugas menunjukkan jalan menuju istana yang serupa dengan istana raja-raja. Dan disana, Al Ahmar datang menemui kita dengan menggunakan pakaian kebesaran yang agung”. Memang benar, sebagaimana dikutip oleh Akhmad Shalaby dari Imam Ghozali, seorang guru harus megikuti sifat dan jejak Rasul SAW, yakni tidak boleh mengharapkan imbalan/gaji dari kegiatan mengajarnya itu.. Tujuan guru dalam mengajar, semata untuk mencari ridho Allah SWT. Bahkan guru tidak boleh memiliki anggapan bahwa dengan mengajar dirinya telah berhasil menanam budi baik kepada orang lain. Akan tetapi, dikaitkan dengan keberuntungan yang didapat oleh Ali bin Hasan Al-Ahmar di atas, guru sebaiknya menerima bila diberi fasilitas atau “penghormatan” oleh pihak-pihak yang merasa diuntungkan oleh akfititasnya selama mengajar, baik imbalan itu berupa materi maupun bentuk lainnya. Dalam ketentuan ini mungkin bisa diberlakukan term “hadiah”. Guru tidak boleh mengharap hadiah. Akan tetapi, kalau diberi dengan ikhlas, tanpa ada ikatan tertentu, maka sangat pantas untuk diterima. Pemberian demikian bisa dipahami sebagai salah satu bentuk rejeki/pemberian Allah kepada guru melalui tangan orang lain. Hal yang seperti ini bisa terjadi kepada setiap orang, baik dia seorang guru atau bukan guru. PROSES PENYEMPURNAAN DIRI 113 Tentunya yang harus mengerti dengan keadaan diatas adalah para murid atau wali. Sekalipun tidak diwajibkan memberi hadiah dan guru sendiri memang tidak diperbolehkan mengharapkan hal itu, murid atau walinya mesti memiliki insiatif sendiri, dengan kesadaran yang ikhlas, untuk berkenanmemberi hadiah kepada guru, sebagaimana ditulis oleh Az Zarnudji demikian “Bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan, mengagungkan dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama (baca ; guru)”. Al Ghozali menyarankan hal yang sama. Kata beliau: “.........murid--murid (dan walinya, pen) itu harus mengingat budi baik guru kepadanya”. Ia selanjutnya menulis demikian: “Seseorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu (baca ; guru), maka dialah yang digolongkan terbesar dikolong langit ini. la adalah ibarat matahari yang menyinari orang lain dan mencahayai pula dirinya sendiri, ibarat minyak kasturi yang baunya dinikmati orang lain, dan ia sendiripun harum. Siapa yang bekerja dibidang pendidikan, maka sesungguhnya ia telah memilih pekerjaan yang terhormat dan yang sangat penting”. The Spiritual Father Prof. DR. M. Athiyah Al Abrosyi mengutip syi’ir yang dikarang oleh As--Syauki tentang kedudukan guru, demikian: Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang rosul. Syi’ir As Syauki itu menunjukkan bahwa karena kedudukannya yang sangat tinggi itulah, maka seorang guru harus dihormati. Bahkan Az-Zarnudji menulis : 114 Kearifan Cinta Sang Guru “Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidakpula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika ia mau menghormati keagungan (kedudukan) gurunya”. Sebenarnya, penghormatan demikian merupakan sebuah penghargaan yang sangat wajar diberikan oleh murid dan walinya kepada seorang guru. Sebab, menurut Athiyah Al Abrosyi, guru adalah seorang : “Spiritual father atau bapak rohani bagi seorang murid. Dialah yang memberi santapan jiwa dengan ilmu (dan) pendidikan akhlak serta membenarkannya”. Bahkan, mungkin karena sebagai Spiritual Father itulah, kholifah keempat, yakni Ali bin Abi Tholib, merelakan dirinya untuk menjadi budak bagi seseorang yang telah memberi pengajaran kepadanya, sekalipun hanya satu huruf. Mengutip pernyataan Ali, Az Zarnudji menulis, “Ali Ra. berkata : “Sayalah menjadi seorang budak sahaya bagi orang yang telah mengajar saya sekalipun hanya satu huruf Terserah kepadanya, apakah saya mau dijual, dimerdekakan ataupun tetap dijadikan budaknya”. Bagaimana cara seorang murid menghormati guru? Antara lain ditulis oleh Az Zarnudji dengan cara demikian : “Diwaktu belajar, hendaklah murid jangan duduk terlalu mendekati gurunya, selain bila terpaksa. Duduklah sejauh induk panah dengan begitu akan lebih terlihat mengagungkan sang guru”. Masih menurut Az Zarnudji : “Termasuk arti meghormati guru, yaitu jangan berjalan didepannya, duduk ditempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan dirinya, berbicara macam-macam PROSES PENYEMPURNAAN DIRI 115 didepannya, dan menanyakan hal-hal yang membosankan. Tapi hendaklah menghemat waktu, jangan sampai mengetuk pintunya, cukuplah dengan sabar menunggu diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah. Pada pokoknya adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjunjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama’ Sikap menghormat murid kepada guru, karena kedudukannya yang tinggi itu, tidak dibatasi atau diikat oleh ruang, waktu dan obyek. Sekalipun guru telah meninggal dunia, murid harus tetap menghormatinya dengan cara misalnya mendo’akan agar dialam akhirat sang guru diberi tempat mulia di sisi Allah SWT. seperti halnya seorang anak yang mendo’akan orang tuanya. Bahkan. tidak hanya terbatas mendo’akan sang guru, anak cucu keturunan serta kerabat dekat guru, harus juga dihormati oleh murid. Artinya, semua orang yang memiliki pertalian keluarga dengan sang guru, baik karena sebab atau karena nasab atau keturunan juga wajib dihormati oleh murid. Az Zarnudji menulis: “Termasuk arti meghormati guru pula, yaitu menghormati putra dan semua orang yang bersangkut-paut dengannya. Disini, guru kita Syeikhul Islam Burhanuddin Shohibul Hidayah pernah meceriterakan bahwa ada seorang imam besar Buchara, pada suatu ketika sedang asyiknya ditengah majelis belajar, ia serng-sering berdiri lalu duduk kembali. Setelah ditanya, mengapa ia melakukan hal demikian? Lalu jawabnya : “Ada salah seorang putra guruku yang sedang bermain-main dihalaman rumah dengan temannya. Bila saya melihatnya maka sayapun berdiri demi menghormati guru saya”. Sebagai bahan perbandingan sekaligus untuk menunjukkan bahwa Ta’lim sangatlah menghormati 116 Kearifan Cinta Sang Guru kedudukan guru, baiklah penulis kutip tulisan Prof. DR. M. Athiyah Al Abrasyi tentang gambaran kedudukan guru didunia Barat dan didunia islam pada abad pertengahan. “Diabad pertengahan, seorang guru di Institute Barat telah diperlakukan dengan sangat keras dan kasar, dimana ia harus bersumpah dihadapan Dekan Fakultas bahwa ia akan taat kepada atasan, menjalani peraturan--peraturan yang dibuat oleh Universitas dan bersedia dianggap tidak datang serta membayar denda dalam jumlah tertentu bila kuliyahnya tidak dihadiri oleh sekurang-kurangnya lima mahasiswa. Sedangkan pada abad pertengahan itu, dosen-dosen di Institute Islam mendapat perlakuan yang sangat baik sekali, disucikan, dilayani dengan segala penghormatan dan penghargaan, dimana ia mempunyai kedudukan mulia dan kebebasan mutlak dalam mengajar, dalam memilih subyek dan waktu untuk memberikan kuliyah serta jumlah jam kuliyah yang menjadi kewajibannya”. Seperti itulah kemuliaan dan penghormatan Islam kepada guru, yang dikalangan Pesantren di Indonesia diintrodusir oleh kitab Ta’lim. Pertanyaannya sekarang, mengapa guru harus dihormat dan dimuliyakan sedemikian rupa hingga hampir-hampir menyamai kedudukan seorang kolifah? Dihadapan seorang murid, guru adalah figur panutan. Apa yang terefleksikan dari perilaku guru akan menjadi contoh, dan bahkan pada situasi tertentu akan membekas dalam ingatan murid. Karena itulah, dilingkungan pendidikan di Indonesia, kita mengenal istilah Jawa “guru di gugu dan di tiru”. Dalam kata-kata bijak juga ditemukan ungkapan demikian : “Bila guru kencing berdiri, maka murid akan kencing berlari. Dengan alasan bahwa keberadaan guru sebagai panutan sangat penting artinya dalam upaya membentuk kepribadian seorang murid, maka untuk itulah PROSES PENYEMPURNAAN DIRI 117 guru harus dihormati. Namun demikian, tidak mudah bagi seorang guru untuk bisa memperoleh penghormatan dan kemuliyaan sedemikian rupa seperti gambaran diatas tadi. Untuk ini, Ta’lim memberikan syarat-syarat tertentu. Dengan kata lain, agar bisa memperoleh kemuliyaan dan penghormatan seperti yang didapat oleh Ali bin Hasan Al Ahmar diawal tulisan ini, secara tersirat Ta’lim memberikan beberapa syarat-syarat yang harus dipenuhi, antara lain : Pertama, Dalam mengajar, guru tidak boleh mengharap imbalan, apapun bentuknya. Mengajar harus ikhlas, tidak boleh meminta sesuatu apapun sehubungan dengan aktifitasnya itu, kecuali hanya mengharap perkenan dan ridha dari Allah. Mengapa demikian? Karena kegiatan mengajar adalah salah satu bentuk ungkapan tanggung jawab guru, sebagai orang berilmu, kepada Allah, dimana ia memiliki kewajiban untuk menularkan ilmunya itu kepada mereka yang memerlukan. Kedua, Guru harus selalu tetap lurus jalannya dalam mengamalkan ilmunya itu. Tulis Az Zarnudji : “Orang berilmu itu hendaknya jangan membuat dirinya sendiri menjadi hina lantaran tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya, jangan sampai terjerumus kedalam kehinaan ilmu dan ahli ilmu”. Ketiga, guru mestilah orang yang berakhlak atau menjunjung tinggi nilai etika/ moral. Tulis Az Zarnudji : “Guru supaya berbuat tawadlu’ (yaitu sikap tengah-tengah antara sombong dan kecil hati), berbuat iffah, yang keterangan lebih jauhnya bisa kita dapati dalam kitab Akhlak”. Keempat, guru harus memiliki kewibawaan. Dalam kepribadian guru, harus terpancar performance yang 118 Kearifan Cinta Sang Guru bisa membuat orang lain (murid) merasa sungkan, agar segala yang diucapkan dan dikehendakinya mendapat respon, perhatian dan dituruti. Salah satu cara untuk memperoleh kewibawaan adalah dengan berpakaian rapi dan baik. Tentang pakaian ini, Az Zarnudji memberi contoh seperti apa yang dikatakan oleh Imam Abu Hanifah kepada para sahabatnya. Kata Abu Hanifah, sebagaimana dikutip oleh Az Zarnudji di kitab Ta’lim : “Besarkanlah putaran serban kalian, dan perlebarlah lobang baju kalian”. Menurut Az Zarnudji, ucapan ini dikemukakan oleh Abu Hanifah agar supaya ilmu dan ahli ilmu (baca;guru) tidak dipandang remeh. Kelima, guru mestilah orang yang bisa memberi manfaat, bukan mudlarat kepada peserta didik. Berkata Al Hikam, sebagaimana digambarkan oleh Az Zarnudji, bahwa murid-murid harus bisa “mendapatkan berkah dan ... kemanfaatan ilmu” dari para gurunya. Kelima syarat di atas erat kaitannya dengan dua hal. Pertama, fungsi guru sebagai inspirator dan mediator dalam upaya mengembangkan kepribadian, moralitas dan kapasitas intelektual murid. Bagi murid, yang nota bene keberadaannya masih memerlukan bimbingan dan petunjuk dari orang dewasa, guru merupakan tempat bertanya dan mengadukan berbagai persoalan. Dalam hal ini, secara panjang lebar Az Zarnudji menjelaskan sebagai berikut : “Hendaknya murid jangan menentukan pilihan sendiri terhadap ilmu yang akan dipelajari. Hal ini dipersilahkan sang guru untuk mementukannya. Karena dialah yang telah memiliki pengalaman serta dia pula yang lebih mengetahui PROSES PENYEMPURNAAN DIRI 119 ilmu apa yang sebaiknya diajarkan kepada seseorang dan sesuai dengan tabiatnya. Syaikhul Imam Agung Ustadz Muhammad Burhanul Haq Waddin R. a. berkata : “Para siswa dimasa dahulu dengan suka rela menyerahkan sepenuhnya urusan belajar kepada gurunya, ternyata mereka meraih sukses apa yang diidamkan. Murid yang mengindahkan fungsi ini dan mengambil keputusan sendiri tanpa bertanya, bermusyawarah atau minta pendapat guru, besar kemungkinan ia akan memperoleh kesukaran dan kegagalan, sebagaimana. Penjelasan Ustadz Burhanul Haq, bahwa murid yang “menentukan sendiri, akhirnyapun gagal cita-citanya dan tidak bisa mendapatkan ilmu...”. Sebagai contoh dari gambaran diatas, mari kita lihat kesuksesan yang diperoleh Muhammad bin Ismail al. Buchary, seorang ahli hadits terkemuka lantaran ia memperhatikan nasihat gurunya. Diceritakan oleh Az Zarnudji : “Bahwa Muhammad bin Ismail al Buchary pada mulanya adalah sholat kepada Muhammad Ibnul Hasan. Lalu sang guru itu memerintahkan kepadanya, demikian : “Pergilah belajar ilmu hadits”. Setelah justru ilmu inilah yang lebih sesuai untuk al Buchary, akhirnya hadits, sehingga menjadi Imam Hadits yang paling terkemuka”. Tampak bahwa tujuan utama dari diperankannya fungsi guru sebagai tempat bertanya, tidak lain hanyalah untuk kebaikan hidup murid-muridnya, didunia ini maupun diakhirat kelak. Kata Imam Bhozali : “Guru adalah yang memberikan kegunaan hidup akhirat yang abadi. Yakni guru yang mengajar ilmu akhirat 120 Kearifan Cinta Sang Guru maupun ilmu pengetahuan duniawi dengan tujuan akhirat, tidak duniawi”. Abdurrahman An Nahlawi juga menulis hal serupa, demikian : “Keutamaan profesi guru sangatlah besar, sehingga Allah menjadikannya sebagai tugas yang diemban oleh Rosulullah SAW. sebagaimana diisyaratkan melalui firman-Nya. (Guru akan) membacakan kepada mereka (murid) ayat--ayat Allah, membersihkan jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah dan sesungguhnya sebelum kedatangan guru, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. Kedua, tugas atau kewajiban guru terhadap murid. Dalam upaya mengimplementasikan kedudukan dan kemuliyaan ilmunya, guru wajib menjadi perantara bagi “masuknya” ilmu pengetahuan kepada murid. Tulis Az Zarnudji : “... menunjukkan kemuliyaan ilmu, dengan adanya menjadi wasilah (Perantara)”. Artinya, sebagai pendidik, guru harus mengupayakan agar pengetahuan dan tingkat pemahaman murid terhadap ilmunya makin lama tambah meningkat kearah yang lebih baik. Mendukung pendapat Ibnu. Chaldun, Prof. Fathiyah Hasan Sulaiman berpendapat pulabahwa tugas guru adalah: “... mengantarkan murid kepada taraf pemahaman yang lebih tinggi, atau sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Chaldun : “Maka menjadi baiklah malaahnya”. Sebagai bahan perbandingan, baiklah kita simak pendapat Akhmad Shalaby tentang tugas dan kewajiban guru PROSES PENYEMPURNAAN DIRI 121 yang dia kutip dari kitab Ihya’ Ulumuddin Al Ghozah. Menurutnya : “Berdasarkan kewenangannya, guru seharusnya ♦ Baik kepada murid dan memperlakukannya sebagai anak sendiri. ♦ Dalam menjalankan tugasnya, ia harus mengikuti sikap dan langkah rosul ketika beliau aktif menyebarkan ilmu pengetahuan kepada umat islam, yakni beliau tidak mengharapkan imbalan dari tugasnya itu. ♦ Menasehati muridnya, sejauh dia mampu, dan mencegah muridnya naik ketingkat kelas yang lebih tinggi sebelum murid-muridnya itu pantas untuk naik pangkat. ♦ Guru tidak boleh mengkonsentrasikan pendidikan hanya kepada peningkatan ilmu pengetahuan murid, melainkan juga kepada tingkah lakunya, dan bila murid melakukan kesalahan, guru harus manasihatinya dengan bijaksana. ♦ Tidak menjelek-jelekkan pelajaran guru lain dihadapan murid. Sebaliknya, guru harus memberi kesempatan kepada murid untuk bisa mempelajari banyak cabang ilmu pengetahuan yang dia bisa. ♦ Pilihlah pelajaran yang sederhana bagi murid pemula dan adakan pembatasan intelegensia, sesuai dengan kondisi murid, seperti dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. bahwa “Kami para Nabi disuruh menempatkan masing-masing orang pada tempatnya dan berbicara dengan mereka menurut tingkat pemikirannya”. 122 Kearifan Cinta Sang Guru ♦ Melihat pelajaran yang diberikan kepada murid dengan cara melakukan observasi, apakah pelajaran yang diberikannya itu bisa dipahami oleh murid atau tidak, mengingat penglihatan secara langsung dari guru lebih tepat dari pada sekedar melihat sejumlah perkembangan murid melalui pemikiran yang abstrak. ♦ Memberi semangat kepada murid, agar ia selalu terbiasa menggunakan perasaan dan pendapatnya sendiri dan bukan hanya mencontoh dari gurunya. Gambaran penghormatan murid kepada guru seperti uraian pada awal tulisan ini, tampak seakan menempatkan guru sebagai “Superman”, atau “Raja”, dihadapan murid. Namun demikian, Ta’lim juga memberi batasan atau syaratsyarat tertentu yang harus dipenuhi. Dengan ketentuan ini, berarti tidak semua “guru” bisa mendapatkan kedudukan, kemuliyaan dan penghormatan seperti digambarkan diatas. Karena itu, dalam memilih guru yang tepat, Ta’lim mengharuskan kepada murid untuk terlebih dahulu meneliti, mencermati dan mempertimbangkan dengan seksama siapa guru yang akan dipilihnya itu, agar ia tidak keliru. Secara implisit, Az Zarnudji mengatakan bahwa dalam upaya memilih guru, hendaklah murid mempertimbangkan terlebih dahulu, paling tidak selama dua bulan, apakah guru yang dipilihnya itu sudah tepat atau tidak. Karena bisa saja terjadi, murid pergi kepada seorang alim untuk berguru dan mulai belajar kepadanya, tiba-tiba diketahui pelajarannya tidak menarik minat dan tidak cocok baginya, lalu ditinggalkan begitu saja untuk pergi kepada guru lain. Hal yang demikian ini, tidak membawa berkah terhadap proses belajar yang dilakukan murid. Karena itu, saran Ta’lim, pertimbangkanlah lebih dulu selama beberapa waktu (dua PROSES PENYEMPURNAAN DIRI 123 bulan) untuk memilih guru dan bermusyawarah agar tepat serta tidak lagi ingin berpindah ataupun berpaling kepada guru lain, sebelum apa yang diajarkannya tuntas. Dengan demikian, murid akan mendapat kemantapan belajar, berkah dan manfaat ilmu. Secara prinsip, guru yang harus dipilih oleh murid adalah mereka yang memiliki integritas moral-keagamaan yang bisa dipertanggung jawabkan. Segala tindakan, perkataan dan tingkah laku guru harus sesuai dengan ajaran agama. Menurut Ta’lim, murid tidak boleh tunduk dan patuh serta menjunjung tinggi perintah guru apabila bertentangan dengan ajaran agama. Dijelaskan, “orang tidak boleh taat kepada sesama makhluk dalam melakukan perbuatan durhaka kepada Allah Maha Pencipta”. Dari segi pilihan pelajaran, guru yang dipilih oleh murid adalah mereka yang memberi pelajaran sesuai dengan kondisi dan kemampuan murid. Dengan mengutip pendapat Syeikh Qadli Imam Umar bin Abi Bahar Az Zanjiy, didalam Ta’lim Az Zarnudji menulis demikian : “Guru-guru dari kami berkata : “Sebaiknya bagi orang yang baru mulai belajar, mengambil pelajaran baru sepanjang yang kira-kira mampu dihafalkan dengan paham... Ini berarti bahwa guru-guru yang memberi pelajaran jauh diluar kemampuan murid, hendaknya tidak dipilih menjadi guru. Sebaiknya, secara intelektual, murid juga harus memilih guru yang memiliki kapasitas ilmu pengetahuan yang sangat luas dan jauh berada diatas kemampuan dirinya sendiri. Kata Az Zarnudji : “Dalam memilih guru, hendaklah mengambil yang lebih alim”. 124 Kearifan Cinta Sang Guru Juz Dua Belas PELANGI TANPA WARNA 125 Jika cinta kita tujukan terhadap Allah, maka akan lahir sebuah pengabdian yang luar biasa. Menempatkan sang Maha Kuasa diatas segalanya. Namun jika cinta kita tujukan terhadap selain Allah, maka cinta kita terhadap siapapun dan apapun adalah cinta yang akan menambah kecintaan kita terhadap Allah SWT. 126 Kearifan Cinta Sang Guru Pelangi Cinta Sebagai manusia yang hidup di dunia, kita menerima sinar utama kita dari matahari, yang memberikan kehangatan, pertumbuhan, kekuatan dan banyak lagi. Sinar yang ada sudah biasa kita pelajari, dapat dipisahkan menjadi berbagai macam cahaya. Ternyata kita secara emosi akan menerima dan merespon cahaya yang ada. Dalam suatu penelitian, cahaya yang dibentuk mirip dengan sinar yang timbul akibat mendung di pagi hari atau cerahnya hari, ternyata mempengaruhi emosi kita. Kekurangan sinar Matahari juga akan membuat mood kita jadi jelek, depresi, dan merasa kurang kuat. Tujuh warna pelangi yang ada membantu kita memperkuat kekuatan spiritual kita. Tidak hanya mereka bergetar di permukaan bumi pada saat menjalar, tapi ketujuh warna ini menggetarkan semua bagian dari alam dengan energi yang tidak pernah berhenti. Getaran warna ini akan menciptakan kekuatan dengan fungsi dan tujuan masingmasing. Merah, Kuning dan Biru. Ketika warna ini memiliki kontribusi terhadap kondisi perkembangan fisik, mental dan spiritual remaja. Sinar Biru (mendinginkan) dikaitkan dengan pusat spiritual di kepala, dan dikaitkan dengan pengetahuan mengenai nasib dan masa depan. Arti sinar biru: TUJUAN Sinar Kuning merangsang pertumbuhan mental dan otak. Arti sinar kuning: KEBIJAKSANAAN. Sinar Merah (panas) memberikan kekuatan kepada fisik, dan diperkuat oleh napas. Arti sinar merah: AKTIVITAS. Arti dari masing-masing Sinar antara lain adalah PELANGI TANPA WARNA 127 Biru: SPIRITUALITAS. Warna benda yang jauh dari kita: lautan, angkasa, langit. Energi Warna biru akan membantu kita melihat lebih dari sekeliling kita, dan memperluas persepsi kita. Biru adalah warna Nasib, yang membawa: © Kedamaian © Pengertian © Memperbaiki komunikasi © Menenangkan. Kuning: KEBIJAKSANAAN. Warna kuning biasanya diasosiasikan dengan matahari, sehingga warna ini akan membantu kita dalam kehidupan dan memperbaiki energi. Warna kuning memperkaya, meringankan dan mengaktifkan sistem-sistem dalam tubuh kita. Kuning adalah warna matahari yang membawa: © Kejelasan pikiran © Keteraturan © Perbaikan emosi © Kemampuan dalam mengambil keputusan dan © Mengurangi kebingunan. Merah: VITALITAS. Warna merah adalah warna dengan panjang gelombang terjauh dan paling mendekati sinar inframerah. Merah akan memperbaiki kondisi fisik kita dan membawa: Energi © Antusiasme © Ketertarikan © Rasa aman 128 Kearifan Cinta Sang Guru Dari ketiga warna ini akan muncul harmonisasi yang menimbulkan warna-warna baru dalam tubuh anda. Dari ketiga warna utama ini lah akan ada beberapa warna sekunder berikutnya: Oranye: ENERGI KREATIF Oranye yang adalah gabungan antara merah dan kuning yang membawa kekuatan energi merah yang membara dan pengendalian dan kebijaksanaan kuning. Oranye, seperti halnya merah, adalah energi dinamis yang lebih terkendali dan lebih “terdidik” Oranye akan membawa: © Kreatifitas © Keceriaan © Kelepasan dari rasa bosan © Keseimbangan Hijau: KEHIDUPAN, KESEIMBANGAN, ALAM Hijau adalah gabungan antara kuning (pikiran) dan biru (spirit). Dan terletak persis ditengah keseimbangan warna. Warna hijau ini memiliki banyak variasi, dan variasinyalah yang paling banyak bisa ditangkap olej mata manusia. Hijau akan membawa: © Harmoni © Simpati © Kesehatan © Kekayaan © Keseimbangan © Pertumbuhan. PELANGI TANPA WARNA 129 Indigo: TANPA BATAS Indigo memperkuat energi biru. Pada level fisik, biru akan menenangkan, dan indigo akan membuat kita tertidur. Indigo akan memperdalam efek warna biru dan mengarahkan energi biru ke dalam. Indigo akan membawa © Keterbukaan terhadap kesadaran © Kemajuan spiritual © Pengendalian diri © Kebijaksanaan © Kesadaran Intuisi © Kemampuan supranatural. Violet: PENGUASAAN SPIRITUAL TERTINGGI. Violet adalah sinar penguasaan spiritual. Sebagai gabungan antara biru dan merah, energi yang dibawa oleh sinar violet bersifat stabil dan kuat. Violet akan membawa: © Kesengsaraan – jika violet yang ada berwarna sangat gelap. © Pencapaian spiritual tingkat tinggi © Warna violet yang pucat, yang membawa rasa cinta akan kemanusiaan © Warna violet yang mendekat ke biru akan membawa idealisme. © Membawa imajinasi dan inspirasi. © Menggabungkan energi lain untuk tujuan penyembuhan Mengajarlah Atas Nama Cinta Menjadi seorang guru membutuhkan kekuatan cinta. Tak cukup berbekal kemampuan akademis dan paedagogis semata, karena tantangan yang dihadapi saat mengajar 130 Kearifan Cinta Sang Guru memang luar biasa jika harus diukur secara kualitas dan kuantitas. Semua pasti sudah memahami, semua orang yang terlibat dan memiliki profesi sebagai guru pasti telah memiliki cinta untuk profesinya. Namun terkadang, cinta itu harus diuji saat berhadapan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi, dan tentunya yang tersulit ketika menghadapi anak yang belum tergali potensinya ditambah selimut malas melekat pada dirinya. Cinta guru dipertaruhkan pada profesinya, menghadapi tantangan yang luar biasa sulitnya akan membiaskan niatnya ketika memutuskan menjadi seorang guru. Jika kita menengok sejarah jauh kebelakang, maka kita akan mendapati bagaimana kekuatan cinta yang lahir dari seseorang mampu membuat sesuatu yang hampir tidak mungkin secara logika menjadi mungkin terjadi. Maka, jika guru memiliki cinta dalam dirinya, pada detik itu pula ia akan mampu merubah murid yang malas menjadi rajin, murid yang belum tergali potensinya menjadi pintar, murid yang belum disiplin menjadi disiplin, dan murid yang sangat tergantung hidupnya menjadi murid yang mandiri. Seorang anak menjadi salah satu korban tindak kekerasan yang dilakukan oleh wali kelasnya. Konon katanya, sang guru sudah kewalahan dengan tingkah laku sang murid yang tak bisa diatur dan selalu melanggar aturan. Tindak kekerasan pun dinilai sebagai salah satu cara yang bisa membuat anak didiknya berubah. Berhasilkah? Nyatanya, sang guru tersebut malah masuk penjara untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kasus lain, seorang guru tega melakukan tindakan amoral kepada anak didiknya hanya karena sang anak didik sering terlambat. Padahal, guru tersebut dikenal sebagai orang yang sabar dan baik. Orangtua si anak tak terima dan melaporkan kejadian tersebut ke pihak yang berwajib. PELANGI TANPA WARNA 131 Alhasil, sang guru harus merasakan dinginnya hotel prodeo karena kekhilafannya. Kejadian di atas merupakan dua contoh kasus di antara berbagai macam kasus yang sering kita jumpai akhir-akhir ini. Penyiksaan terhadap anak didik yang dilakukan oleh pihak yang ditinggikan oleh masyarakat dan berpendidikan, yaitu guru. Tindakan guru tersebut bagaimana pun juga jelas melanggar hukum. Seorang guru seharusnya mengerti etika pendidikan. Bagaimana pun juga, kekerasan tidak bisa menyelesaikan masalah dan malah memperparah. Sekarang, bukan zamannya lagi “penyiksaan” terhadap anak didik bila mereka tak menurut terhadap perintah guru. Guru bukanlah segalanya dan bukanlah “Tuhan” bagi murid. Bila dulu melakukan tindak kekerasan terhadap murid karena tidak mengerjakan PR dianggap wajar, namun sekarang berbeda. Sedikit saja seorang guru melukai murid secara fisik, maka guru tersebut bisa dituntut dan masuk penjara. Seorang guru haruslah mengerti tentang etika pendidikan. Tugas mereka tak hanya mengisi “bak yang kosong dengan air”, namun juga membentuk kepribadian anak didik yang baik. Dan, bagaimana mungkin seorang guru bisa membentuk kepribadian anak yang baik bila mereka sendiri suka melakukan tindak kekerasan dengan alasan untuk mendidik. Sama saja hal tersebut melanggar etika pendidikan. Mendidik tidak harus dengan kekerasan. Itulah salah satu etika pendidikan yang wajib dipahami oleh semua guru. Ingatlah bahwa anak didik bukanlah komputer atau mesin yang bila kita kesal bisa dibanting sepuasnya. Anak didik adalah amanah bagi seorang guru. Anak didik adalah “titipan” yang sudah selayaknya dijaga. Bila ada sesuatu yang membuat guru tersinggung dan marah dengan ulah anak didiknya, selesaikanlah dengan baik-baik dan tidak dengan 132 Kearifan Cinta Sang Guru menggunakan kekerasan karena hal tersebut sangat melanggar etika pendidikan. Seorang guru haruslah memandang seorang anak didik sebagai sebuah aset yang harus dilindungi dan bukan “dieksploitasi”. Bila dalam proses belajar mengajar ada sesuatu yang kurang baik di antara guru dan anak didik, sudah seharusnya hal tersebut diselesaikan dengan cara yang baik. Menjadi seorang guru? Etika pendidikan adalah hal pertama yang harus dimiliki. TIPS..!! 1. Siapkan menu Ibarat seorang ibu yang menyiapkan makan malam untuk acara keluarga, menu sajian pastilah disiapkan dengan baik agar memberikan kepuasan kepada penikmat masakan tersebut. Begitu pula, guru yang akan memunculkan benih cinta, siapkanlah menu pembelajaran dengan baik agar dapat dinikmati murid dengan baik pula. 2. Hargai Siswa Anak adalah anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Hargai anak sebagaimana mereka adalah sosok anak. Bawalah dunia Anda ke dunia mereka. Tiap ucapan anak adalah emas jadi perlu direspon dengan emas pula. 3. Tersenyumlah Jika anda tersenyum dengan murid, dia akan memberikan cinta 100 kalinya sebagai pembalasan senyum itu. Kemudian, senyum guru akan disimpan PELANGI TANPA WARNA 133 dalam memori anak yang paling dalam. Memori itu pada akhirnya dapat melejitkan potensi diri anak itu sendiri. Senyum adalah multivitamin yang mampu neggairahkan kejiwaan anak. 4. Jadilah Aktor Ketika di kelas, jadilah aktor yang mampu menawan murid. Gunakan tangan, hentakan kaki, lirikan, mimik, intonasi suara secara terpadu. Aktor yang baik akan mampu membenamkan kepedulian penontonnya untuk terus terkesima sambil memahami maknanya 5. Bersahabatlah dengan Mereka Cinta bukan paksaan. Ia lahir dari perasaan, kehadirannya tidak diundang, perginya tiada yang merelakan.Persahabatan biasanya berakhir dengan percintaan tetapi percintaan tidak pernah berakhir dengan persahabatan. Bersahabatlah dengan siswa secara tulus. Sepanjang hidsupnya, siswa akan selalu tulus kepada sahabat gurunya. Itulah, lima tips dasar bagi guru yang mengajar dengan cinta. Cinta bukan mengajar kita lemah tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar menghinakan diri tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat tetapi membangkitkan semangat. Kadangkala kita menyadari betapa dalamnya kita menyintai seseorang, di saat kita sedang kehilangannya. Dan kadangkala kita juga menyedari betapa perlunya cinta seseorang terhadap kita, di saat kita amat memerlukannya. 134 Kearifan Cinta Sang Guru RUMUS KEARIFAN CINTA SANG GURU Maxwell (1999:35) berpendapat bahwa seseorang dapat membangun sebuah hubungan yang indah dengan orang lain apabila dia sanggup mengatakan: 1. Enam kata terpenting: Saya mengakui telah melakukan kesalahan besar. Sosok seorang guru adalah sosok yang dikagumi dan dihormati. Hal ini terkadang membuat sang guru merasa seperti “diagungkan” sehingga akan menjadi sangat memalukan baginya untuk mengakui kesalahan yang mungkin telah dia perbuat kepada para siswanya. Salah satu alasannya adalah karena takut kehilangan wibawa. Sesungguhnya, mengakui kesalahan adalah lebih baik daripada menutupi kesalahan karena wibawa seorang guru akan terlihat dari apa yang telah dia lakukan. Sikap mengakui kesalahan dan mau minta maaf menunjukkan kebersihan hati seseorang. 2. Lima kata terpenting: Anda melakukan pekerjaan dengan baik. Memuji siswa atas keberhasilan yang telah dicapai atau memuji atas tiap usaha yang telah dia lakukan dalam pembelajaran ternyata mampu membantu meningkatkan motivasi belajar. Dengan memberikan pujian, berarti seorang guru sedang menumbuhkan kepercayaan diri pada siswanya sehingga siswa tersebut dapat mendorong dirinya sendiri untuk dapat lebih maju dalam meraih kesuksesan belajar. Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang sama-sama perlu dihargai. PELANGI TANPA WARNA 135 3. Empat kata terpenting: Bagaimana menurut pendapat Anda? Bertanya tentang pendapat siswa adalah sebuah hal luar biasa yang sebaiknya dilakukan oleh guru. Dengan bertanya demikian, seorang guru memosisikan diri menjadi seorang teman yang membutuhkan pendapat dan hal ini akan membuat siswa belajar untuk saling menghargai. 4. Tiga kata terpenting: Jika Anda berkenan. Menanyakan dan memberikan pilihan-pilihan kepada siswa sehubungan dengan proses pembelajaran akan membuat siswa berlatih untuk mengambil keputusannya sendiri tanpa ada unsur pemaksaan. Siswa terdidik untuk terus berpikir kreatif dalam mencari pemecahan suatu masalah. 5. Dua kata terpenting: Terima kasih. Kata-kata “terima kasih” adalah sebuah ungkapan yang bermakna luas. Ketika seorang siswa mampu mengatakan terima kasih baik kepada teman atau gurunya, berarti dia memiliki kepekaan bahwa apa yang telah berhasil dia dapatkan adalah bukan karena kehebatannya sendiri, melainkan ada orang lain yang turut membantu. Dari sinilah siswa dapat belajar untuk menyadari bahwa bekerja sama merupakan hal yang sangat baik untuk dilakukan. 6. Satu kata terpenting: Kita. Kata “kita” menjadi sangat penting ketika guru mengajak siswanya untuk masuk dalam proses belajar-mengajar. Kata “kita” mengandung makna kesatuan dan kebersamaan. Dalam hal ini, kesatuan dan kebersamaan mutlak diperlukan untuk mencapai sebuah tujuan belajar. “Bawalah dunia siswa ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia siswa (quantum learning). Semakin jauh Anda memasuki 136 Kearifan Cinta Sang Guru dunia siswa, semakin jauh pengaruh yang dapat Anda berikan kepada mereka.” (Degeng, 2006). 7. Satu kata paling tidak penting: Saya. Kata “saya” menjadi tidak penting di sini karena kata “saya” menunjukkan ego yang berkonotasi negatif. Pengagungan terhadap kemampuan diri sendiri dan tidak memedulikan orang lain menyebabkan anak memiliki pola pikir yang mengarah pada kepentingan diri sendiri. Dia akan mencontoh sikap egois yang ditunjukkan sang guru. 8. Satu kata terburuk: Jangan! Dilarang! Awas! Harus! Katakata seperti ini sangat sering dikatakan oleh guru terhadap siswanya. Segala sesuatu yang dikerjakan oleh siswa harus sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh guru. Tidak ada tempat untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. 9. Satu kata terindah: Silakan. Setiap orang mendambakan untuk dapat melakukan hal-hal yang sesuai dengan apa yang dirindukan. Ketika siswa menyatakan kepada guru tentang kerinduannya menyampaikan suatu keinginan atau melakukan suatu kegiatan, satu-satunya kata yang diharapkan didengar adalah kata “silakan”. Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan indvidu yang memerlukan manusia lain untuk dapat hidup di dunia. Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah setiap individu memahami dan menguasai hukum yang berlaku antarmanusia. Sepuluh hukum hubungan antarmanusia menurut Maxwell (1999:6: 1) berbicara kepada orang lain, 2) tersenyum kepada orang lain, 3) memanggil orang lain dengan namanya, 4) bersahabat dan suka menolong, 5) menjadi orang yang ramah, 6) menunjukkan ketertarikan yang PELANGI TANPA WARNA 137 tulus pada orang lain, 7) mudah memuji, 8) tenggang rasa terhadap orang lain, 9) terbuka dan 10) siap memberikan pelayanan. Jika guru telah sanggup menjalankan 10 hukum tersebut, akan terciptalah hubungan yang harmonis sehingga pembelajaran akan menjadi menyenangkan karena baik guru maupun siswa sejahtera. Bahasa cinta bukanlah bahasa yang sulit diaplikasikan. Jika telah ada niat baik ketika berbicara, maka setiap individu pasti sanggup memilih dan menggunakan kata-kata yang sedap didengar. Apabila seorang guru telah mampu berkata-kata dalam bahasa cinta kepada siswanya dan begitu juga sebaliknya, maka akan terjalin hubungan yang harmonis antara guru dan siswa. Hal inilah yang akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Belajar bukan lagi sebuah hal yang membebani dan menakutkan, tetapi belajar adalah sesuatu yang menyenangkan, bebas, santai, penuh ketakjuban, dan menggairahkan. Dengan bahasa cinta, hubungan yang kaku dan monoton antara guru dan siswa sudah saatnya diubah menjadi sebuah hubungan yang harmonis dan penuh kasih sayang sehingga tidak ada lagi kata-kata kotor yang muncul. Sebagai gantinya, muncul kata-kata terpuji yang bersumber dari kebersihan hati seorang guru untuk menumbuhkan pribadipribadi unggul. Jika kita mencintai seseorang, kita akan senantiasa mendo’akannya walaupun dia tidak berada disisi kita. Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita ? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah Cinta ... 138 Kearifan Cinta Sang Guru Juz Tiga Belas AKU TIDAK SECERDAS PENSIL 139 Kamus Pendidikan Sang Pensil Seorang siswa bertanya kepada gurunya yang sedang menulis sebuah surat. “Guru lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?” Mendengar pertanyaan si siswa, sang guru berhenti menulis dan berkata kepada siswanya, “Sebenarnya guru sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu PENSIL yang guru pakai. Guru harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si guru lagi. Mendengar jawaban ini, si siswa kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si guru ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang guru pakai. “Tapi pak guru, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si siswa. Si guru kemudian menjawab, “Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”, Si guru kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil. Pertama: Pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”. Jadilah engkau seperti pohon mangga...Mereka melemparimu dengan batu, tapi kau membalasnya dengan buah. 140 Kearifan Cinta Sang Guru Kedua: Dalam proses menulis, guru kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil guru. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”. Ketiga: Pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”. Keempat: Bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”. Kelima: Sebuah pensil selalu meninggalkan tanda atau goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan” Kalau kamu nanti menjadi guru, ada hal penting dalam setiap tindakan, yakni berdasar pada filsafat pensil berikut: Ketulusan Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan AKU TIDAK SECERDAS PENSIL 141 membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengadaada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya di atas Ya dan Tidak di atas Tidak”. Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri. Kerendahan Hati Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendah hatian justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder. Kesetiaan. Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat. Positive Thinking Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam dan sebagainya. 142 Kearifan Cinta Sang Guru Keceriaan Karena tidak semua orang dikarunai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain. Bertanggung jawab Orang yang bertanggung jawab akan melakssiswaan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya. Percaya Diri Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik. Kebesaran Jiwa Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa- masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan. AKU TIDAK SECERDAS PENSIL 143 Easy Going Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya. Empati Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain. Menjadi Pemenang di Kelas dan Kehidupan 1. Aku dilahirkan untuk menjadi PEMENANG. Keyakinan pertama yang harus aku miliki sebagai anak manusia adalah keyakinan bahwa aku dilahirkan untuk menjadi Pemenang. Aku percaya bahwa tidak mungkin Allah menciptakan aku ke dunia ini, tanpa alasan apapun. Tidak mungkin! Pasti ada alasannya, bukan? (tarik nafas perlahan sebentar) Nah, jika aku berani lahir, maka aku juga haruslah berani mati (karena aku pasti mati, bukan? He..he..) Lalu, sekarang mati seperti apa yang aku inginkan? (tarik dan tahan nafas yang lama…) Duh, sereeem banget sih pertanyaannya. Iya dong, sekali-sekali serius ah! Baiklah, sekarang pilihan aku sebagai manusia yang hidup, yang masih bernafas, yang 144 Kearifan Cinta Sang Guru masih beredetak jantungnya, hanya tersisa satu pilihan saja, bukan? Yakni aku ingin mati sebagai apa? Ingin dikenang sebagai siapa? Karena aku yakin bahwa aku dilahirkan untuk menjadi Pemenang, sudah sebaiknya pula aku memilih mati minimal sebagai pemenang. Pemenang seperti apa, itu persoalan lain. Yang penting pilihannya adalah kembali ke Sang Khalik sebagai seorang pemenang. Gak malu-maluin yang “nyiptain”, gitu lho! Orang Sunda bilang: “Tong Ngerakeun”. Lalu, setelah sadar bahwa aku dilahirkan untuk menjadi Pemenang, berarti aku sekarang harus bangun dari biusnya si tidur. Oke, setelah bangun bukankah diperlukan kekuatan, diperlukan keberanian, diperlukan…? Ya,… 2. Memang diperlukan keberanian untuk melangkah maju ke depan. Namun, bagaimana berani (tahan nafas sebentar) kalau aku tetap diam di tempat? Betul juga ya. Baiklah aku segera berdiri dan mulai melangkah. Langkah pertama, langkah kedua dan langkah ketiga, tapi oh..oh.. lihat apa yang ada di depan jalan. Ah, kayaknya agak mendung, agak redup, agak berkelok, agak licin. Ehm, bisa-bisa terpeleset, tergelincir, bahkan terpental saat di perjalanan? Ya, bisa saja. Namun, aku yakin akan pesan nenekku… 3. Daripada hanya berdiam diri… Melangkah dan mungkin tergelincir (tahan nafas sebentar) adalah pilihan yang jauh lebih baik! (tahan nafas sebentar) Ada banyak pelajaran di sana… Masak sih? Apakah benar dengan tergelincir aku malahan belajar? Betul, bila aku bisa merasakan sakitnya tergelincir, maka pasti aku akan menghindari berbuat kesalahan yang sama. Akupun akan mencari ide-ide lain yang AKU TIDAK SECERDAS PENSIL 145 lebih baik, lebih tepat guna, lebih kreatif, lebih produktif dan sebagainya. Kesalahan yang terbesar adalah aku tidak pernah melakukan sesuatu, bahkan mencobanyapun “gak” pernah, malah pikiran aku sering “merancang” imajinasi rasa sakit yang belum tentu terjadi dari sebuah kesalahan atau kekeliruan di masa mendatang. Astaga, ngeri sekali bukan? Karena aku merancang ketakutan, maka seringkali aku hanya berdiam diri. Namun aku sebenarnya percaya bahwa… (baca kalimat berikut ini dengan sangat keras!!!) 4. Orang yang berani bangkit dan belajar dari kegagalan adalah PEMENANG SEJATI! Huh, lumayan kalimat motivasi ini ya. Cukup kuat dampaknya untuk membangkitkan semangat paling dalam dari diriku. Di dunia ini banyak sekali cerita orang yang pernah mengalami kegagalan dan setelah itu tidak ada lagi ceritanya. Apakah aku mau seperti mereka? Habis terbit, kena awan gelap dan menghilang tanpa bekas? Gone with the wind… Ah, aku kan bisa punya pilihan lain. Aku ingin jadi pemenang atas diriku sendiri. Cerita kehidupan yang hanya bisa dibagikan adalah cerita kebangkitan, bukan cerita kegagalan. Wah, jika aku tidak pernah bangkit, maka habislah pula cerita hidupku. Percuma dong aku dilahirkan. Baik, baiklah dan baiklah! (silahkan teriak dalam hati he..he..) Sekarang aku tanamkan dalam benak aku bahwa aku HARUS bangkit, kapanpun saat aku mengalami apa yang disebut orang lain adalah kegagalan. Karena aku yakin dan percaya bahwa… 5. Apa pun SAYA BISA jika saya mau! Kuncinya adalah kemauan, bukan kemampuan. Orang yang memiliki kemampuan, jika tidak ada kemauan, bagaikan mayat hidup yang tidak tahu mau kemana. Gak bedanya 146 Kearifan Cinta Sang Guru dengan hidup luntang lantung, gak ada tenaga, gak ada semangat, gak ada spirit, gak nafsu deh hidup kayak gitu. Hidup ini adalah pilihan, kok. Aku bisa memilih sedih (hening 3 detik) , aku bisa memilih senang (hening 2 detik). Aku bisa memilih marah (hening 1 detik) dan aku bisa memilih tenaaang. Nah, jika… 6. Hidup ini adalah pilihan. Aku memilih menjadi orang yang bahagia …. Aku tahu memang sebuah pilihan yang tidaklah mudah, namun aku harus mulai belajar berani memilih dan memutuskan kemana arah hidupku. Apa pilihan hidupku? Akulah yang harus menentukan arah jalan hidupku. Akulah yang menentukan titiknya… Besar titiknya… Warna titiknya… Bunyi titiknya… Rasa titiknya… Sinar titiknya… Sinar biasa atau sinar sebuah BERLIAN? Kecil bentuknya (tahan nafas sebentar, lalu katakan dengan keyakinan kuat), namun silau sinarnya. Kekuatan silau sinar berlianlah yang membuat aku tidak mungkin kehilangan arah. Walau disekitarku kadang mendung, kadang redup, kadang gelap. Karena… 7. Semakin aku fokus pada impianku. Semakin cepat aku mencapai impianku. Fokus menghasilkan energi yang besar, bahkan semakin lama semakin dahsyat. Fokus membuatku bersemangat, berenergi, berkeringat, tetap panas karena membantu aku untuk selalu bergerak. Bergerak melangkah, bergerak lari, bergerak ke arah silau sinar berlian yang memimpinku. Karena fokus, maka apapun situasi disekitarku, tidak akan membuatku terganggu. Jalan yang berkelokpun, kujalani…. Jalan macetpun, kunikmati… Jalan berbatupun, kelewati… Jalan terhalangpun, kulampaui… Karena arah fokusku jelas, arah menuju sinar berlian, sinar tujuan hidupku… Silau namun AKU TIDAK SECERDAS PENSIL 147 indah. Maka, aku tidak akan pernah menunggu situasi. Dan sebaiknya… 8. Berhentilah menunggu kondisi membaik. LAKUKAN SESUATU agar kondisi membaik. Itulah motto hidupku. Banyak hal diluar jangkauan kemampuanku, keadaan alam semesta, keadaan negara, keadaan masyarakat dimana aku berada. Buat apa aku fokus pada sesuatu diluar kendaliku. Lebih baik aku fokus pada sesuatu yang bisa aku kendalikan, bukan? Sesuatu yang bisa aku jangkau, sesuatu yang bisa aku buat lebih baik. Jadi aku pikir, sebaiknya aku fokus saja pada karya. Ya, berkarya, berkarya dan berkarya… Sekarang setelah aku sadar, aku bangun, aku bangkit dan aku berkarya, aku fokus pada karyaku, maka selanjutnya… 9. Aku bekerja dengan sungguh-sungguh. Aku berdoa dengan sungguh-sungguh. Selanjutnya, biarlah Tuhan yang menentukan. (Florence Griffit Joyner) (Sekarang katakan dalam hati dengan rasa keyakinan yang kuat) BENDERA SUDAH DIKIBARKAN. (lebih perkuat lagi rasa keyakinan Anda) MAKA KIBARKANLAH SETINGGI MUNGKIN. (tingkatkan rasa keyakinan Anda sekuat-kuatnya) KIBARKANLAH BENDERA KEMENANGAN KEPADA KEHIDUPAN-KEHIDUPAN YANG BERHIKMAH. 148 Kearifan Cinta Sang Guru Juz Empat Belas SAJUTA: SABAR+JUJUR+ TAWAKAL 149 Dalam hal belajar mengajar, Anda tidak bisa melihatnya buah dari apa yang anda ajarkan hari itu. Buah itu bisa terlihat dan akan terus terlihat, mungkin setelah dua puluh tahun. 150 Kearifan Cinta Sang Guru Berlaku selalu SABAR Jika hal yang menimpa diri kita berupa musibah kesusahan yang akhirnya akan menggoreskan kekecewaan dalam diri, maka sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk bersabar. Dari Shuhaib Ar-Rumiy RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh mengagumkan urusannya orang mukmin itu, semua urusannya menjadi kebaikan untuknya, dan tidak didapati yang demikian itu kecuali pada orang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan dia bersyukur, maka yang demikian itu menjadi kebaikan baginya. Dan apabila dia ditimpa kesusahan ia bershabar, maka yang demikian itu pun menjadi kebaikan baginya”. [HR. Muslim] Sabar bukan berarti hal yang pasif saja, sabar juga bersifat proaktif. Karena sabar terdiri dari tiga hal, sabar dalam menghadapi MUSIBAH, sabar dalam mengerjakan KEBAIKAN, dan sabar dalam menahan diri dari mengerjakan perbuatan MAKSIYAT. Jangan pernah menangisi nasi yang telah menjadi bubur, namun berilah ia bumbu, kecap, kacang dan kerupuk, agar bisa menjadi bubur yang lezat. Dan sungguh, kesabaran hanya akan menambahkan pahala kebaikan pada diri kita. “Seorang hamba yang ditimpa musibah, lalu mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, llahumma’jurni fi mushibati wa ahlif li khairan minha (sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah kita dikembalikan. Ya Allah, berilah aku ganjaran dalam musibahku ini dan berilah ganti kepadaku dengan yang lebih baik darinya), niscaya Allah akan memberi ganjaran padanya dalam musibahnya dan akan menggantikan dengan yang lebih baik darinya.” (HR Muslim). SAJUTA: SABAR+ JUJUR+TAWAKAL 151 JUJUR Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawanya dusta. Ada pula yang berpendapat bahwa jujur itu tengahtengah antara menyembunyikan dan terus terang4. Dengan demikian, jujur berarti keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai orang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam batinnya). Begitu pula orang munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Hal yang sama berlaku juga pada pelaku bid’ah; secara lahiriah tampak sebagai seorang pengikut Nabi, tetapi hakikatnya dia berbeda dengan Nabi. Jelasnya, kejujuran merupakan sifat seorang yang beriman, sedangkan lawannya dusta, merupakan sifat orang yang munafik. Imam Ibnul Qayyim berkata, Iman asasnya adalah kejujuran (kebenaran) dan nifaq asasnya adalah kedustaan. Maka, tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah mengabarkan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya). Jujur dalam kehidupan sehari-hari; merupakan anjuran dari Allah dan Rasulnya. Banyak ayat Al Qur’an menerangkan kedudukan orang-orang jujur antara lain: QS. Ali Imran (3): 152 Kearifan Cinta Sang Guru 15-17, An Nisa’ (4): 69, Al Maidah (5): 119. Begitu juga secara gamblang Rasulullah menyatakan dengan sabdanya: “Wajib atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke sorga, begitu pula seseorang senantiasa jujur dan memperhatikan kejujuran, sehingga akan termaktub di sisi Allah atas kejujurannya. Sebaliknya, janganlah berdusta, sebab dusta akan mengarah pada kejahatan, dan kejahatan akan membewa ke neraka, seseorang yang senantiasa berdusta, dan memperhatikan kedustaannya, sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta” (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas’ud). Realisasi dari kejujuran itu membutuhkan kerja keras. Terkadang pada kondisi tertentu dia dapat berbuat jujur, tetapi di tempat lainnya sebaliknya. Salah satu tanda kejujuran adalah menyembunyikan ketaatan dan kesusahan, dan tidak senang orang lain mengetahuinya TAWAKAL Dalam menjalankan kehidupan, Allah memerintahkan kita untuk terus berusaha memberikan yang terbaik. Manusia terbaik adalah yang terus bergerak, memanfaatkan setiap potensi yang dia miliki untuk kehidupannya. Keseimbangan hidup di dunia dan akhirat haruslah diupayakan, sebagaimana yang sering kita dengar: “Berbuatlah untuk duniamu seolah kamu hidup selamanya, dan berbuatlah untuk akhiratmu, seolah kamu mati esok hari”. Untuk mencapai kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat, kita perlu berusaha dan berupaya atau dengan kata lain, ber-ikhtiar, sebanyak yang kita mampu. Setelah semua ikhtiar kita lakukan, maka saatnyalah kita serahkan semua SAJUTA: SABAR+ JUJUR+TAWAKAL 153 keputusan kepada Sang Penguasa Hidup, Allah SWT. Penyerahan diri ini disebut sebagai Tawakal. Secara definitif, tawakal berarti penyandaran, penyerahan dan mempercayakan suatu perkara kepada pihak lain. Seorang muslim yang tawakal adalah yang menyerahkan, menyandarkan dan mempercayakan kepada Allah SWT atas segala yang sudah dilakukannya. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa tawakal erat kaitannya dengan usaha atau ikhtiar. Tawakal tidak sama dengan pasrah. Tawakal adalah sebuah tindakan aktif, sementara pasrah adalah tindakan pasif. Pasrah adalah seperti daging yang teronggok di atas meja, siap diolah apa saja oleh pemiliknya. Tawakal sama sekali tidak seperti itu. Tawakal mensyaratkan adanya upaya kreatif dari pelakunya. Sabar adalah kemampuan menunda kesenangan, dan menjalani yang ada dengan penuh ketekunan. Syukur adalah kemampuan menerima yang ada sebagai yang terbaik dari Allah, dan yakin bahwa Allah tidak mungkin salah dalam menempatkan hambanya.Ikhlas adalah kemampuan menjalankan yang ada tanpa perlu pujian dari manusia, murni mengharapkan ridha Allah. Tawakal bukan perkara mudah, tidak hanya perbuatan bibir saja tetapi ini Amalan Hati. Ciri orang yang benar-benar bertawakal adalah : 1. Selalu ingat Allah (berdoa) sebelum dan sesudah berusaha/ihtiar 2. Meraih hasil dengan usaha yang benar dan jujur 3. Setuju dengan apapun hasil yang didapat (baca : bersyukur) 4. Selalu introspeksi (musabah), menjauh dari sikap menyalahkan orang lain atau bahkan berprasangka buruk kepada Allah sang penentu hasil. 154 Kearifan Cinta Sang Guru Sobat, di bawah ini adalah beberapa langkah-langkah dalam bertawakal dengan sebenar-benarnya. Pertama, Harapan Keyakinan itu HANYA pada Allah. Mengantungkan harapan hanya kepada Allah semata, dengan mengikhlaskan atau meluruskan niat amalan hanya kepada Dzat yang Maha Menepati Harapan dan tempat dari point pertama ini berada di awal perbuatan, selama perbuatan dan pada akhir segala perbuatan. “The higher your expectation is, the more pain you’ll get”, semakin besar rasa pengharapanmu, maka akan semakin besar pula rasa sakit yang akan kau dapat. Dan jika kita menggantungkan pengharapan kepada mahluk yang bernama manusia, maka bersiap-siaplah untuk mengalami rasa kecewa, sebab manusia adalah tempatnya khilaf atau salah. Kedua, berjanji untuk selalu BERSYUKUR Kita memang tidak pernah bisa mendapatkan setiap hal yang kita inginkan, namun kita akan selalu bisa mensyukuri setiap hal yang kita dapatkan. Dengan bersyukur, kita telah menjadi pribadi yang bermental positif, karena yakin bahwa Allah pasti memberi hal yang terbaik. Bukankah Allah teramat sayang kepada hambahambaNya? dan bukankah ia pasti kan memberikan segala yang terbaik untuk hamba-hambaNya? Dan bukankah kita yakin bahwa Allah maha menepati janji? Dengan bersyukur, kita bisa melihat kebaikan dari segala sesuatu. Karena bisa jadi, hal yang menurut kita mengecewakan merupakan suatu hal yang terbaik untuk kita. Dan belum tentu, apa yang kita harapkan, SAJUTA: SABAR+ JUJUR+TAWAKAL 155 merupakan hal yang baik bagi kita. Allah Maha Mengetahui yang terbaik bagi hamba-Nya. Selalu Mengadakan Perbaikan (Muhasabah) Manusia adalah ciptaan Allah paling sempurna dari makhluk lain. Tetapi manusia juga ditakdirkan berpotensi melakukan kesalahan. Baik karena ketidaktahuan atau dosa kesengajaan. Seorang Muslim yang bertaqwa akan selalu introspeksi yang intinya adalah mengganti keburukan yang telah lampau dan menambah kebaikan-kebaikan yang sudah dilakukan. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Hasyr [59]:18). Allah berikan nikmat tidak sesuai harapan, bias jadi karena kurang maksimal dalam usaha atau sebagai bentuk ujian peringatan Allah SWT. Allah SWT berikan nikmat yang sesuai harapan atau berlebih, maka Allah menunggu apa yang akan dilakukan dengan hasil itu. Insya Allah jika kita selalu introspeksi maka kita akan termasuk orang-orang yang selalu meningkatkan kualitas iman, selalu berpikir positip kepada Allah dan pantang untuk putus asa. Kita berdo’a kepada Alloh agar dikuatkan dan dimudahkan dalam bertawakal kepadaNya. 156 Kearifan Cinta Sang Guru Juz Lima Belas PESAN-PESAN KEABADIAN 157 Guru sebagai uswah atau teladan harus memiliki modal dan sifat-sifat tertentu, diantaranya: Pertama, Guru harus meneladani Rasulullah Saw sebagai teladan seluruh alam. Sebagaimana termaktub dalam AlQuran surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. 158 Kearifan Cinta Sang Guru Al-Ghazâli Nama lengkap Al-Ghazali adalah Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad ath-Thousy. Beliau dilahirkan pada tahun 450 H/ 1059 M di suatu kampung bernama Ghazalah, Thusia, suatu kota di Khurasan, Persia. Dia mulai memasuki pendidikan di daerahnya yaitu belajar kepada Ahmad ibnu Muhammad alRazkani al-Thusi. Setelah dirasa cukup, dia pindah ke Jurjan dan memasuki pendidikan yang dipimpin oleh Abu Nashr alIsma’ili dengan mata pelajaran yang lebih luas meliputi semua bidang agama dan bahasa. Setelah tamat di sini, dia kembali ke Thus dan mengkaji ulang atas semua yang telah dipelajarinya sambil belajar tasawuf dengan syekh Yusuf alNassaj (wafat 487 H). Al-Ghazali belajar pada gurunya tersebut selama 20 tahun. Setelah dua atau tiga tahun dia di Thus, dia berangkat kembali melanjutkan pelajaran ke Nisyapur dan belajar pada Abul Ma’al al-Juwaini (wafat 478 H) yang bergelar Imam alHaramain, dalam beberapa ilmu keislaman. Di Nisyapur dia juga melanjutkan pelajaran tasawwuf kepada Syekh Abu Ali al-Fâdhil ibnu Muhammad ibnu Ali al-Farmadi (wafat 477 H). Di samping belajar tersebut dia juga mulai mengajar dan menulis dalam ilmu fiqhi. Pada tahun 478 H/1085 M, alGhazali pergi ke kampus Nizam al-Mulk, yang menarik banyak sarjana dan di sana dia diterima dengan kehormatan dan kemuliaan. Pada suatu saat yang tidak bisa dijelaskannya secara khusus, tetapi dapat dipastikan sebelum PESAN-PESAN KEABADIAN 159 perpindahannya dari Baghdad, al-Ghazali mengalami fase skeptisisme dan menimbulkan awal pencarian yang penuh semangat terhadap sikap intelektual yang lebih memuaskan dan cara hidup yang lebih berguna. Paham ini kemudian dianut oleh para sarjana Eropa pada masa berikutnya. Setelah Imam al-Juwaini wafat dan pelajaran tasawuf sudah cukup dikuasainya, dia pindah ke Mu’askar mengikuti berbagai forum diskusi dan seminar di kalangan ulama dan intelektual. Pada tahun 483 H/1090 M, dia diangkat menjadi Guru Besar di Universitas Nizamiyah Baghdad, tugas dan tanggung jawabnya itu dia laksanakan dengan sangat berhasil. Selama di Baghdad selain mengajar, juga mengadakan bantahan-bantahan terhadap pikiran-pikiran golongan batiniyah, ismailiyah, filsafat dan lain-lainya. Para mahasiswa sangat menyukai kuliah-kuliah yang disampaikan oleh al-Ghazali oleh karena begitu dalam dan luas ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Para mahasiswa yang jumlahnya ratusan tersebut sering terpukau dengan kuliah-kuliah yang disampaikan. Bahkan para ulama dan masyarakat pun mengikuti perkembangan pikiran dan pandangannya, sehingga tidak heran jika dia menjadi sangat masyhur dan popular dalam waktu yang relatif tidak lama. Al-Ghazali mencapai kejayaan tertinggi sebagai ulama dilihat dari segi lahirnya saja, tetapi dari segi batinnya ia mulai mengalami krisis intelektual dan kerohanian yang amat dalam. Keraguannya pada persoalan-persoalan yang ada mulai muncul dan ilmu-ilmu yang tadinya diajarkan mulai dikritiknya. Dia merasa kekosongan dalam uraian-uraian dan pikiran-pikiran di kalangan para fuqaha. Pemikiran di kalangan ahli kalam mengenai perkara-perkara doktrinal tidak memberinya keyakinan karena hal tersebut hanya membawa agama pada sistem ortodoksi dan perbincangan yang ada menjadi sangat dangkal. 160 Kearifan Cinta Sang Guru Untuk mengetahui konsep pendidikan Al-Ghazali ini dapat diketahui antara lain dengan cara mengetahui dan memahami pemikirannya yang berkenaan dengan berbagai aspek yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu aspek tujuan pendidikan, kurikulum, metode, etika guru dan etika murid berikut ini. Al-Ghazali berpendapat, bahwa profesi guru merupakan profesi yang sangat mulia dan hal tersebut didasarkan pada acuan tekstual maupun rasional, di antara dasar atau dalil tekstualnya adalah sabda nabi saw. Yang artinya:…..”saya ini sebenarnya diutus sebagai seorang guru”….Jadi profesi guru merupakan warisan dari misi kerosulan. Pendidikan merupakan sebuah wasilah untuk mencapai kemulian dan menserahkan jiwa, pendidikan yang benar merupakan jalan mendekat kepada Tuhan, Al-Ghazali menyatakan: selama ilmu itu dimiliki seorang itu lebih banyak dan lebih sempurna, maka seharusnya ia menjadi lebih dekat kepada Allah. Guru harus memiliki rasa kasih sayang kepada peserta didiknya, memandang mereka seperti anaknya sendiri, karena nabi bersabda:…”sebetulnya saya ini bagimu semua adalah seperti kedudukan orang tua terhadap anaknya. Ibnu Sina Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Husain Ibn Abdillah Ibn Sina. Ia lahir pada tahun 980 M di Asfshana, suatu tempat dekat Bukhara. Orang tuanya adalah pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman, Di Bukhara ia dibesarkan serta belajar falsafah kedokteran dan ilmu - ilmu agama Islam. Ketika usia PESAN-PESAN KEABADIAN 161 sepuluh tahun ia telah banyak mempelajari ilmu agama Islam dan menghafal Al-Qur’an seluruhnya. Dari mutafalsir Abu Abdellah Natili, Ibnu Sina mendapat bimbingan mengenai ilmu logika yang elementer untuk mempelajari buku Isagoge dan Porphyry, Euclid dan Al-Magest-Ptolemus. Dan sesudah gurunya pindah ia mendalami ilmu agama dan metafisika, terutama dari ajaran Plato dan Arsitoteles yang murni dengan bantuan komentator - komentator dari pengarang yang otoriter dari Yunani yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dengan ketajaman otaknya ia banyak mempelajari filsafat dan cabang - cabangnya, kesungguhan yang cukup mengagumkan ini menunjukkan bahwa ketinggian otodidaknya, namun di suatu kali dia harus terpaku menunggu saat ia menyelami ilmu metafisika-nya Arisstoteles, kendati sudah 40- an kali membacanya. Baru setelah ia membaca Agradhu kitab ma waraet thabie’ah li li Aristhonya Al-Farabi (870 - 950 M), semua persoalan mendapat jawaban dan penjelasan yang terang benderang, bagaikan dia mendapat kunci bagi segala simpanan ilmu metafisika. Maka dengan tulus ikhlas dia mengakui bahwa dia menjadi murid yang setia dari Al-Farabi. Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya, seorang Masehi. Belum lagi usianya melebihi enam belas tahun, kemahirannya dalam ilmu kedokteran sudah dikenal orang, bahkan banyak orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya. Ia tidak cukup dengan teori - teori kedokteran, tetapi juga melakukan praktek dan mengobati orang - orang sakit. Ia tidak pernah bosan atau gelisah dalam membaca buku - buku filsafat dan setiap kali menghadapi kesulitan, maka ia memohon kepada Tuhan untuk diberinya petunjuk dan ternyata permohonannya itu tidak pernah dikecewakan. Sering - sering ia tertidur karena kepayahan 162 Kearifan Cinta Sang Guru membaca, maka di dalam tidurnya itu dilihatnya pemecahan terhadap kesulitan - kesulitan yang dihadapinya. Sewaktu berumur 17 tahun ia telah dikenal sebagai dokter dan atas panggilan Istana pernah mengobati pangeran Nuh Ibn Mansur sehingga pulih kembali kesehatannya. Sejak itu, Ibnu Sina mendapat sambutan baik sekali dan dapat pula mengunjungi perpustakaan yang penuh dengan buku - buku yang sukar didapat, kemudian dibacanya dengan segala keasyikan. Karena sesuatu hal, perpustakaan tersebut terbakar, maka tuduhan orang ditimpakan kepadanya, bahwa ia sengaja membakarnya, agar orang lain tidak bisa lagi mengambil manfaat dari perpustakaan itu. Kemampuan Ibnu Sina dalam bidang filsafat dan kedokteran, kedua-duanya sama beratnya. Dalam bidang kedokteran dia mempersembahkan Al-Qanun fit-Thibb-nya, di mana ilmu kedokteran modern mendapat pelajaran, sebab kitab ini selain lengkap, disusunnya secara sistematis. Konsep dan pemikiran kependidikan ibnu sina a. Pendidikan anak supaya di mulai dari hal-hal yang mendasar, yakni belajar membaca al-quran, menghafal huruf atau dengan kata lain belajar menbaca dan menulis, kesopan santunan, pengertahuan serta pengamalan agama, dan menghafal syair-ayair yang bagus isinya. b. Mamberikan dasar-dasar keterampilan dan keahlian (asshina’ah wa al-mihnah) yang sesuai dengan bakat dan minat peserta didik, bukan atas hobi atau kesenangan semata. c. Tujuan pendidikan yang komprehensif (untuk dunia akhirat) tersebut memerlukan komponen kurikilum yang terpadu, oleh karena dalam pendidikan islam disamping pembelajaran ilmu-ilmu agama, juga harus di ajarkan ilmu umum. PESAN-PESAN KEABADIAN 163 d. Perlu memperhatikan kualitas dan profesional guru, menurut ibnu sina, syarat-syarat menjadi guru itu harus: pandai dan bijak, saleh, agamis dan taqwa, berpakaian bersih dan rapi penampilannya, ihlas dan kompeten balajar, bersikap adil dan jujur dalam profesinya. Al-Mawardi Nama Lengkapnya adalah Abu AlHasan Ali Ibn Muhammad ibn Habib al-Basry. Ia dilahirkan pada tahun 364 H. Bertepatan dengan tahun 974 M dan wafat di Baghdad pada tahun 450 H. bertepatan dengan tahun 1058 M. Berdasarkan informasi tersebut terlihat bahwa Al-Mawardi hidup pada masa kejayaan Islam, yaitu masa di mana ilmu pengetahuan yang dikembangkan ummat Islam mengalami puncak kejayaannya. Dari keadaan demikian tidaklah mengherankan jika Al-Mawardi tumbuh sebagai pemikir islam yang ahli dalam bidang fiqh dan sastrawan di samping juga sebagai politikus yang piawai. Ketajaman pemikiran Al-Mawardi dalam bidang politik sebagaimana dapat dijumpai dalam karyanya yang berjudul Al-Ahkam As-Sulthaniyah secara antropologis dan sosiologis tidak dapat dilepaskan dari situasi politik yang tengah mengalami krisis. Pada masa itu (abad X sampai pertengahan abad XI Masehi ) kekuasaan Abbasiyah di Baghdad mulai melemah, sebagai akibat dari desakan para pejabat tinggi keturunan Turki dan Persia yang ingin merebut kekuatan puncak. Sejarah mencatat, bahwa pada masa itu pejabat tinggi keturunan etnis Turki dan Persia sudah berani 164 Kearifan Cinta Sang Guru menuntut agar jabatan khalifah diserahkan kepada orangorang dari keturunan non-Arab dan non Quraisy. Kehendak itu tentu saja menimbulkan reaksi keras dari kelompok penguasa yang menghendaki kemapanan dan status Quo. Dari segi pendidikannya, pada awalnya Al-Mawardi menempuh pendidikan di Negeri kelahirannya sendiri, yaitu Basrah. Di kota tersebut Al-Mawardi sempat mempelajari hadits dari beberapa ulama terkenal seperti Al-Hasan ibn Ali ibn Muhammad ibn al-Jabaly, Abu Khalifah al-Jumhy, Muhammad ibn ‘Adiy ibn Zuhar al-Marqy, Muhammad ibn al-Ma’ally al-Azdy serta Ja’far bin Muhammad ibn al-Fadl alBaghdadi. Menurut pengakuan muridnya, Ahmad ibn Ali alKhatib, bahwa dalam bidang Al-Hadits Al-Mawardi termasuk tsiqat. Selain mendalami bidang Al-Hadits, Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada Syaikh Abu Al-Hamid alIsfarayany, sehingga ia tampil sebagai salah seorang ahli fiqh terkemuka dari madzhab Syafi’i, Keahlian Al-Mawardi selanjutnya juga dalam bidang sastra dan sya’ir, nahwu, filsafat, dan ilmu sosial, namun belum dapat diketahui secara pasti dari mana ia mempelajari ilmu kebahasaan tersebut. Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut mazhab Syafi’i, namun bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang bercorak rasional. Hal ini antara lain dapat dilihat dari pertanyaan Ibn as-Salah yang menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antarra Ahli as-Sunnah dan Mu’tazilah, Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada Mu’tazilah. Berkat keahliannya dalam bidang hukum islam, AlMawardi dipercaya untuk memegang jabatan sebagai hakim di beberapa kota, seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di Baghdad. Dalam kaitan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada saat itu untuk menyusun kompilasi hukum dalam mazhab Syafi’I, yang selanjutnya dinamai al-Iqra’. PESAN-PESAN KEABADIAN 165 Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qaim (1031-1074). Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk melakukan negosasi dalam menyelesaikan berbagai persoalan dengan para tokoh pemimpin dari kalangan Bani Buwaihi Seljuk iran. Pada gelar ini sempat menimbulkan proses dari para Fuqaha pada masa itu. Mereka berpendapat bahwa tidak ada seorang pun boleh menyandang gelar tersebut. Hal ini terjadi setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal ad-Daulah ibn Balau ad-Daulal ibn ‘Addud ad-Daulah menyandang gelar malik al-Muluk (Rajanya Raja) sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut hanyalah Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Adanya pertentangan tersebut dapat memberi petunjuk bahwa di kalangan para ulama Fiqh pada waktu itu terjadi semacam perpecahan antara ulama Fiqh yang pro pemerintah dengan ulama fiqh yang kurang senang kepada pemerintah. Al-Mawardi kelihatannya berada pada pihak ulama yang pro pemerintah. Latar belakang sosiologis ini berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi as-Sulthaniyah sebagaimana disebutkan di atas. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai Qadi, AlMawardi juga sempat menggunakan sebagian waktunya untuk mengajar selama beberapa tahun di Bashrah dan di Baghdad. Di antara muridnya yang terkenal bernama Ahmad ibn Ali al-Khatib (392-463 H), seorang ulama ahli hadis yang terkenal, dan Abu al-‘Izz Ahmad ibn Ubaidillah ibn Qadisy. Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihya, yang jelas sejarah mencatat, bahwa Al-Mawardi dikenal orang yang sabar, murah hati, berwibawa dan berakhlak mulia. Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekan-rekannya yang belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela. 166 Kearifan Cinta Sang Guru Selain itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan pendapatnya walaupun harus menghadapi tantangan yang keras dari ulama lainnya. Keberaniannya memberikan gelar Malik al-Mulk kepada khalifah Jalaluddin al-Buwaihi, serta menetapkan berbagai persyaratan kekhalifahan dan pemerintahan merupakan bukti, bahwa Al-Mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan pendapat dan fatwanya. Selain sebagai seorang ulama waktunya banyak digunakan untuk keperluan pemerintah dan mengajar, AlMawardi juga tercatat sebagai ulama yang banyak melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas. Menurut catatan sejarah, bahwa Al-Mawardi memiliki karya ilmiah tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok pengetahuan. Pertama, kelompok pengetahuan agama. Yang ternasuk ke dalam kelompok pengetahuan agama ini antara lain Kitab tafsir berjudul An-Nukat wa al-‘Uyun. Buku ini menurut catatan sejarah belum pernah diterbitkan. Naskah buku ini masih tersimpan pada perpustakaan College ‘Ali di Konstantiniyah dan Perpustakaan Kubaryali dan Rampur India. Ibnu Taimiyah Ibnu Taimiyah dilahirkan pada tanggal 10 R. Awal tahun 661 H. Dengan nama Ahmad Bin Abdul Halim bin Abd Salam bin Taimiyah. Dia tumbuh dengan kecerdasan yang luar biasa, mula-mula dia belajar pada Ibn Abd Daim, al-Qasim al-Irbili, Muslim bin ‘Allan dan pada Ibn Abi Amr. PESAN-PESAN KEABADIAN 167 Selanjutnya Ibnu Taimiyah membaca sendiri ilmu keislaman tanpa bimbingan seorang guru. Namun dengan berbekal kecerdasan yang tinggi Ibnu Taimiyah mampu mengalahkan yang lain. Adz-Dzahahabi menceritakan bahwa Ibnu Taimiyah sudah mempunyai kemampuan munâzharah (berdebad) sebelum masa baligh, dan mampu mengarang, mengajar serta berfatwa padahal umurnya belum memasuki 20 tahun, sehingga dalam usianya yang masih belia dia sudah di anggap sebagai pembesar Ulama. Ibnu Taimiyah mampu mentarjih dan membandingkan segala perbedaan dengan argument yang kuat, dia berhak berijtihad sendiri karena syarat-syarat mujtahid telah dipenuhi. Tidak kutemukan seorang yang lebih cepat melebihi Ibnu Taimiyah dalam mengeluarkan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai dalil dalam suatu masalah, hadits-hadits Nabi seakan akan berada di depan mata dan di ujung lidahnya, disamping itu ia mampu mentafsiri Al-Qur’an dengan luas. Adapun falam masalah ideologi berbagai aliran maka dia tiada berdebu. Sedang sifatnya sangat dermawan, pemberani dan tidak pernah menyimpan dendam. Kata-kataku ini akan dianggap kurang oleh pendukungnya dan akan dianggap berlebihan oleh para penentangnya. Di Damaskus ia belajar pada banyak guru dan memperoleh berbagai macam ilmu diantaranya ilmu hitung (matematika), khat (ilmu tulis menulis Arab), nahwu, ushul fiqih. Ia dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga dalam usia muda, ia telah hafal Al-Qur’an. Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai terlihat pada usia 17 tahun. dan usia 19, ia telah memberi fatwa dalam masalah masalah keagamaan. Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu rijalul hadits (perawi hadits) yang berguna dalam menelusuri Hadits dari periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam168 Kearifan Cinta Sang Guru macam hadits) baik yang lemah, cacat atau shahih. Ia memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, ia memiliki kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau ahli tafsir. Tiap malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu ‘ushul sambil mengomentari para filusuf . Sehari semalam ia mampu menulis empat buah kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam bidang syari’ah. Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikh Ibnul Wardi bahwa karangannya mencapai lima ratus judul. Karyakaryanya yang terkenal adalah Majmu’ Fatawa yang berisi masalah fatwa fatwa dalam agama Islam. Pemikiran Ibn Taimiyah tentang pendidikan islam: Menurut ibn Taimiyah bahwa menuntut ilmu itu merupakan ibadah dan memahaminya secara mendalam merupakan sikap ketakwaan kepada Allahdan mengkajinya merupakan jihad, mengajarkan kepada orang yang belum tau dan mendiskusikanya merupakan tasbih. Dasar “tauhid” yaitu keyakinan yang benar tentang ke-Mahaesaan Allah SWT, yang mengandung kepercayaan yang mendalam, bahwa tidak ada kekuatan dak kekuasaan selain-nya yang beleh disembah, tidak ada harapan dan permohonan yang diajukan kecuali kepadanya. Tauhid ini mencangkup tiga dimensi yaitu: 1. Tauhid rububiyah Meyakini bahwa Allah itu esa, yang menciptakan semua mahluq, mengatur dan membimbingnya. 2. Tauhid uluhiyyah Meyakini bahwa Allah-lah satusatunya tuhan yang pantas disebut tuhan, di taati dan dipatuhi segala perintahnya serta menjauhi segala laranganya. PESAN-PESAN KEABADIAN 169 3. 170 Asmma dan sifat Meyakini bahwa segala yang berjalan dalam kenyataan di alam raya ini merupakan aturan Tuhan. Kearifan Cinta Sang Guru Juz Enam Belas IBARAT MEMBUAT BATU BATA 171 Kebahagiaan dan cinta sejati seorang guru adalah ketika melihat anak didiknya sukses, sukses di dunia juga sukses di akhirat S alah satu masalah yang sering dialami sebagian besar orang dalam mencapai mimpi-mimpinya adalah kurangnya konsistensi dalam menjalankan apa yang dicita-citakan. Pada mulanya biasanya dipenuhi dengan semangat hidup yang luar biasa dalam mencapai cita-cita. Tetapi lambat laun, seiring dengan perkembangan waktu yang terus berjalan, seperti sebuah roda, keinginan dan motivasinya kadang berjalan naik turun. Pada suatu saat, motivasi kita berada pada titik paling atas. Saat itu, kita merasakan sebuah semangat yang luar biasa seakan tidak ada satupun yang bisa menghalangi kita. Kita bekerja sangat keras untuk mencapai apa yang kita citacitakan. Dalam perjalanan waktu, satu rintangan menghadang. Mungkin kita masih tergar dengan satu rintangan tersebut. Namun di saat lain, tantangan lain kembali menyapa di depan kita. Saat itulah menjadi titik kritis yang harus dilewati. Apakah kita sanggup menjaga semangat hidup 172 Kearifan Cinta Sang Guru yang telah kita bangun ataukah kemudian kita loyo dan menjadi lemah lalu mundur. Saat kita ingin menjadi guru yang profesional misalnya, banyak sekali tantangan dan godaan yang mewarnai perjalanan kita. Cibiran dan ejekan dari teman-teman, sangat mungkin kita dapatkan yang menganggap kita dengan berbagai macam pikiran negatif. Tantangan dari luar diri kita mungkin bisa kita tepis dan abaikan. Lebih sulit adalah bagaimana mengatasi tantangan dan godaan yang ada dalam diri kita sendiri. Godaan untuk bermalas-malasan misalnya, selalu membisik dalam diri kita. “Ah, ngapain bekerja keras, toh gajinya sama”, atau “Ayolah, sedikit bersenang-senang, bukankah hidup hanya sekali”, atau “Jangan terlalu keras pada diri sendiri, ngga baik untuk kesehatan”, dan banyak lagi godaan lain yang ada dalam diri kita. Berbagai godaan itu bisa terus terngiang-ngiang sehingga kita terkadang terbuai dengan godaan tersebut lalu kemudian sedikit demi sedikit mengikutinya. Kita berpikir, “ah, bersenang-senang sedikit tidak ada ruginya”. Tetapi sekali kita berpikir semacam itu, kita akan terjebak untuk terus melakukannya hingga kita melupakan mau ke mana kita akan berjalan. Hawa nafsu dalam diri kita seperti anak kecil yang menyusu pada ibunya. Kalau ibunya terus menyusui anaknya, sampai kapanpun anaknya akan menyusu pada ibunya, bahkan sampai besar. Karena itulah, biasanya ibunya menghentikan anak-anaknya menyusui pada sekitar umur dua tahun (menyapih-nya) agar tidak keterusan sampai besar. Harus ada sedikit pemaksaan dan pembiasaan memang, dan anak juga akan kecewa atau menangis, atau bahkan mengamuk. Tetapi jika kita kuatkan hati, maka si anak akan menurut. Sama dengan nafsu dalam diri, jika kita tegas untuk IBARAT MEMBUAT BATU BATA 173 berkata tidak kepada hal-hal yang merugikan kita, maka kita akan memenangkan pertempuran dengan diri sendiri tersebut. Ingatlah Tujuan Awal Gambarlah sedetail mungkin tujuan dan cita-cita kita, agar kita selalu ingat pada tujuan tersebut. Ada seorang guru yang menggambar dirinya sedang bersalaman dengan Presiden atas penghargaan sebagai guru teladan tingkat nasional. Gambar itu lalu dibingkai dan ditempelkan di dinding rumahnya. Di bawah gambar itu tertulis: “Suatu saat nanti, aku akan bersalaman dengan Presiden karena aku adalah guru teladan tingkat nasional”. Gambaran itu begitu nyata dalam pikiran kita, selalu mewujud dalam tekad yang kuat untuk mencapai apa yang kita cita-citakan. Jika kita ingin memiliki rumah misalnya, gambarlah rumah yang kita inginkan, atau foto rumah tersebut, lalu bingkai dan tempelkan di dinding. Tuliskan di bawahnya: “Lima tahun lagi, kita akan tinggal di rumah ini”. Sama juga saat kita menginginkan untuk mempunyai mobil misalnya, tempelkan gambar mobil itu dan tuliskan tekad kita. Dengan adanya gambar besar itu, akan memudahkan kita untuk kembali bersemangat hidup. Hidup itu Tergantung Kita. Dunia tidak akan menangis kalau kita gagal, juga tidak akan tertawa kalau kita sukses. Karena itu, jangan pernah tergantung kepada orang lain atau keadaan. Ciptakan motivasi dalam diri kita yang kuat dalam mencapai sesuatu, sehingga apapun yang terjadi di luar diri kita tidak akan berpengaruh terhadap apa yang kita jalankan. Halangan dan Rintangan adalah Tantangan. Anggaplah semua halangan dan rintangan sebagai penyemangat. Ubah energi negatif yang kita terima menjadi energi positif. Semakin 174 Kearifan Cinta Sang Guru kita mampu mengubahnya, maka energi kita akan jauh lebih berlipat ganda dari sebelumnya. Jangan Salah Bergaul. Bergaul dan berinteraksilah dengan orang-orang yang punya semangat hidup. Karena semangat hidup itu menular. Jika kita bergaul dengan orangorang yang tidak punya semangat hidup, maka hidup kita akan tertular untuk tidak bersemangat. Tetapi jika kita bergaul dengan orang-orang yang punya semangat hidup tinggi, kita akan jauh lebih bersemangat untuk mencapai apa yang kita cita-citakan. Membaca, Menghadiri, Memotivasi Diri. Membaca berbagai buku motivasi akan memperkuat semangat hidup kita. Membaca tokoh-tokoh yang sukses juga akan memperkuat semangat hidup kita. Hadiri berbagai seminar ataupun acara yang memberi semangat. Dengan demikian, motivasi kita akan selalu terjaga. Review Rencana Hidup. Cobalah untuk mereview dan mengevaluasi secara berkala rencana hidup yang telah kita buat. Kita mengevaluasi mana yang sudah tercapai, dan mana yang belum. Review ini akan membantu kita untuk melakukan evaluasi secara berkala apa yang kurang dan apa yang harus diperbaiki di masa mendatang. Disiplin adalah kunci. Kunci utama adalah disiplin. Jadikan disiplin sebagai kebiasaan. Mungkin awalnya berat, tetapi jika sudah menjadi kebiasaan yang menginternal dalam diri kita, akan jauh lebih mudah. Disiplin akan membuat kita kuat dan bertahan terhadap berbagai tantangan dan rintangan yang ada. Untuk melahirkan murid-murid yang sukses, maka dimulai dari para guru. Ibarat membuat batu bata. Kalau kita ingin agar batu batanya berbentuk kotak, maka kita harus mempersiapkan cetakan berbentuk kotak. Masalah nanti IBARAT MEMBUAT BATU BATA 175 ternyata ada batu bata yang tidak berbentuk kotak, itu masalah lain. Bisa dibilang kemungkinannya 1001.Namun, bila cetakannya sudah bulat, maka bisa dibilang mustahil akan terbentuk batu bata yang kotak. TIPS..!! Karakter guru yang sukses. 1. Selalu siap untuk meningkatkan pengetahuan seputar materi pelajarannya, yaitu dengan membaca dan melakukan pembahasan dengan mendalam, hingga dia bisa menggabungkan materi tersebut dengan pengetahuan yang baru. Di samping itu, dia memiliki metode yang baik untuk memberikan pemahaman kepada muridmuridnya. 2. Mengenal dengan baik sarana-sarana modern dalam pendidikan, sehingga dirinya dapat mentransfer pengetahuan-pengetahuan yang ada dengan mudah. 3. Mengetahui beberapa karakter pertumbuhan jiwa para murid, sehingga dia mampu menghadapi perbedaan antara setiap individu dari sisi jiwa, akal dan emosional. Dengan hal ini, sang guru menjalankan proses pendidikan sesuai dengan arah perkembangan kejiwaan murid, bukan bertolak belakang dengan perkembangan jiwa mereka. 176 Kearifan Cinta Sang Guru 4. Bersikap obyektif. Dengan arti, bersikap sama kepada semua murid; tidak pilih kasih, atau memberikan satu stempel kepada salah seorang murid. Menjauhi sikap condong kepada sebagian murid dan menafikan yang lain. 5. Memiliki sifat inovatif dan kreatif. Dengan kata lain, memakai sarana-sarana terbaru dalam mendidik. 6. Murid-murid merasa dihormati dan dihargai ketika bersamanya. Di samping itu, para murid merasa bahwa gurunya adalah pemilik kemuliaan karena dialah yang telah memberikan ilmu kepadanya, menunjukkan akhlak yang baik, bahkan membantu mereka dalam menyelesaikan permasalahannya; baik berhubungan dengan materi pelajaran maupun tentang kehidupan sosial. DOA UNTUK GURU dikutip dari http://www.shukom.com/doa.guru.html Ya Allah, Engkau masukkanlah kami semua kedalam golongan hamba-hamba Mu yang mendapat kurnia dan ganjaran dari kemurahan-Mu dan kurniakanlah kepada kami setiap kebaikan yang ada didalamnya. Ya Allah, Engkau ampunkanlah dosa-dosa kami, samada dosa-dosa yang besar atau dosa yang kecil, samada dosa yang tersembunyi atau yang nyata, samada dosa yang kami sengajakan atau kerana kejahilan kami. Ya Allah, terimalah taubat kami sebagai taubat nasuha, sesungguhnya Engkau maha pengasih, maha penyayang lagi maha pengampun. IBARAT MEMBUAT BATU BATA 177 Ya Allah, Engkau ampunkanlah dosa kedua ibu bapak kami, dosa pasangan kami, dosa anak-anak kami, dosa adik beradik kami, dosa seluruh ahli keluarga kami, dosa guruguru kami serta dosa sekelian kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, dengan rahmat Mu ya Allah, Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang. Berikan berikan kesejahteraan dan keberkatan hidup untuk semua guru-guru yang pernah mengajar kami ilmu dunia dan akhirat. Kurniakanlah kepada ganjaran dari kemurahan Mu diatas setiap usaha mereka untuk mendidik kami. Kurniakanlah kepada guru-guru di negara kami ini hati yang ikhlas dalam menyempurnakan tanggungjawab mereka dengans ebaiknya . Bukakanlah hati mereka agarmenjadikan seluruh aktriviti dunia pendidikan sebagai ibadah mengharapkan rahmat dan keredhaan-Mu semata-mata . Ya Allah, Engkau anugerahkan rasa kasih sayang kepada mereka terhadap anak-anak didik mereka, sebagaimana mereka mengasihi dan menyayangi anak-anak mereka sendiri , kurniakanlah kepada mereka kesabaran , ketabahan , semangat kerjasama yang tinggi dalam sebuah pasukan , semangat permuafakatan dan semangat juang yang tidak mengenal erti putus asa dalam memikul tanggungjawab sebagai seorang pendidik dan berusaha menyumbang tenaga , idea dan kepakaran demi meningkatkan kualiti akademik dan ko-kurikulum pelajar-pelajar mereka. Ya Allah, Tuhan Yang Maha Mendengar, lagi Maha Melihat, Dengarkanlan harapan dan pengaduan kami ini. Mustajabkanlah permohonan kami agar Engkau mengurniakan kesejahteraan dan kesihatan kepada guru-guru 178 Kearifan Cinta Sang Guru kami di negara ini yang menjadi payung kepada generasi akan datang. Semoga Engkau mengurniakan kekuatan kepada diri mereka untuk terus menjalankan amanah dan tanggungjawab dalam memainkan peranan bagi memartabatkan pendidikan generasi kami berteraskan al-Quran dan al-Sunnah. Ya Allah, Ya Karim, Jadikanlah guru-guru kami mempunyai darjat yang tinggi serta hiasilah mereka dengan kebijaksanaan, binakanlah benteng ketakwaan dan keimanan yang teguh kepada mereka. Hindarilah mereka daripada perkara yang memudaratkan diri, keluarga, agama, bangsa dan negara. Ya Allah, Ya Aziz Ya Ghaffar, Anugerahkanlah segala kemudahan kepada para guru kami agar mereka senantiasa mendapat kejayaan dan kecemerlangan di dunia dan akhirat. Berkatilah usaha dan sumbangan kebaikan mereka di dunia ini. Berikanlah kekuatan kepada mereka untuk mencapai kejayaan dan kemajuan diri dalam mendidik anak bangsa ibu pertiwi. Anugerahkanlah kepada mereka kualiti kehidupan yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Tinggikanlah darjat mereka di sisiMu, sucikanlah hati mereka dengan keikhlasan berbakti untuk agama, bangsa dan negara. IBARAT MEMBUAT BATU BATA 179 INSTRUMEN KCSG 1. Apakah Penjelasan Saya terlalu cepat Dalam proses belajar mengajar, ada kemungkinan guru kurang memperhatikan irama yang muncul di dalamnya,atau bahkan sering tidak mempedulikannya,irama yang dimaksud adalah kemungkinan berubahnya kepaduan hubungan antara guru dan siswa ketika materi ajar sedang disampaikan oleh guru.Guru harus mengoreksi diri bagian mana dari penjelasan guru yang tidak berkenan bagi siswa.Apakah terlalu cepat atau sebaliknya.Bila sudah ditemukan jawabannya, guru harus secepatnya melakukan perbaikan. 2. Apakah saya sudah memberikan contoh yang memadai. Sebuah penjelasan selayaknya disertai contoh-contoh. Adanya cntoh yang memadai menjadikan siswa lebih memahami apa yang dijelaskan oleh guru.Pengertian memadai , contoh seharusnya cukup artinya tidak terlalu banyak dan juga bukan hanya satu.Terlalu banyak contoh membuat semangat siswa mengendor,sebaliknya kalau hanya satu jelas belum mewakili sekian banyak penjelasan. 3. Apakah benar cara bertanya saya Ketika bertanya guru harus hati-hati dan cermat.Pertanyaan juga harus cuk up jelas kemana arahnya,dan jelas pula apa yang seharusnya menjadi jawabannya. 4. Apakah Saya Sudah Memberi Kesempatan kepada Siswa. Kesempatan yang seharusnya diberikan 180 Kearifan Cinta Sang Guru kepada siswa jangan sekali-sekali dilewatkan. Artinya sebesar,jangan sampai guru hanya berpikir untuk menang sendiri.Oleh sebab itu guru harus memberi peluang selebar-lebarnya agar siswa tergelitik untuk bertanya. 5. Apakah Saya sudah member latihan yang memadai kepada siswa. Latihan adalah wahana untuk menerapkan bermacam penjelasan dari guru.Melalui latihan guru bias tahu apakah teori,keterangan atau sebuah analisis sudah dikuasai oleh siswa atau belum. Latihan harus relevan dengan penjelasan yang sudah diberikan. 6. Apakah hasil latihan siswa sudah saya komentari Latihan harus diberi komentar yang tepat oleh guru.Kalau latihan ini tidak diberi komentar sedikitpun siswa akan bingung.Yang dipikirkan oleh siswa adalah bagaimana sebenarnya dengan hasil latihannya.Benar atau salah, jika tidak ada komentar dari guru,maka siswa akan selalu penuh dengan keraguan. 7. Apakah bahasa yang saya pakai dipahami siswa Agar bahasa yang dipakai oleh guru dipahami oleh siswa dengan baik, guru harus pandai-pandai menyusun kalimat,serta menyampaikannya maksud dengan singkat dan jelas. 8. Apakah saya selalu memperhatikan tugas tugas siswa. Tugas tugas yang diberikan kepada siswa harus diperhatikan oleh guru. Perhatian ini dilakukan untuk meyakinkan apakah tugas yang dikerjakan benar, tepat sasaran atau IBARAT MEMBUAT BATU BATA 181 sebaliknya.Guru harus cermat memperhatikan tugas-tugas siswa. 9. Apakah evaluasi yang saya lakukan sudah benar Mengevaluasi berarti menilai, member keputusan tentang penghargaan yang sepantasnya yang sepadan. Bila system evaluasi guru sudah benar dan hasilnya mantap maka akan tumbuh keyakinan bahwa materi telah disampaikan dengan baik oleh guru. 10. Apakah saya sudah memperhatikan programprogram yang saya buat dengan benar. Program adalah kerangka acuan yang akan dituju.Oleh karena itu perannya diletakkan di depan. Maka program yang telah dibuat harus diperhatikan benar-benar. Kesalahan menyusun program akan mengakibatkan terjadinya serangkaian tindakan yang mungkin tidak mengena sasaran. Untuk itu semua program yang disiapkan oleh guru harus benar-benar diperhatikan. Cinta mungkin akan membuatmu terluka, tapi ia membuatmu semakin dewasa. Jadilah pribadi yang selalu memaafkan, terutama hatimu. Salam Guru Semoga Allah Meridlai Kita, Amiiin. 182 Kearifan Cinta Sang Guru LITERATUR IDE Abu al-Wafi aI-Taftazani (1983), Maduhal ila al-Tashawwuf al-Islamiy, Kairo Abuddin Nata (2004), Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Achmadi, (1992), Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media. Ahmad Syalabi. (1973), Sejarah Pendidikan Islam, terj. Muchtar Yahya dan Sanusi Latif. Jakarta: Bulan Bintang. Ahmad Tafsir, (1992), Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Al-Farabi (1906), Kitab Ara Ahl al-Madinah al-Fadhilah, Kairo. Al-Ghazali, Asnan al-Qur’an fi Ihya ‘Ulum al-Din, Kairo. Al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, Kairo, 1334 H. Al-Ghazali, Ma’arij al-Quds fi Madarij Ma’rifah al-Nafs, Kairo, 1327 H. Ali ‘Abd al-Wahid wafi. (1965), Al Musawt Fi al-Islam. Mesir: Darul-Fikr. AliHasan. 1978. Tuntunan Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang, 1978. Al-Jam’iyatul Washliyah Perbaungan-Serdang Azyumardi Azra. (1998). Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta: Logos. Bowles, F.H. (Ed), (1965). Access To Higher Education, Vol. II. Pais: UNESCO And The International Association Of Univesities. Burke, E. (1960). The Political Reason Of Edmund Burke. Durham: North Carolina: Duke Univercity Press. 183 Crow and Crow. 1990. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Rake Sarasin. Diah Widya Ningrum. Karakteristik Guru Teladan. Dikutif dari al Madkhal fi al Manahij li at Tadris, diterbitkan oleh lembaga pendidikan bagian metodologi dan saran pendidikan Universitas al Azhar. Dikutif dari edukasi.kompasiana.com/.../i-b-d-a’-b-i-n-a-f-s-ik-solusi-praktis. Dikutif dari http://id.shvoong.com/social-sciences/education/ 2112656-10-pertanyaan-agar-guru-sukses/ #ixzz1KZTGxMDR Dikutif dari http://www.klubguru.com/view.php? subactionshowfull&id=1236559636&archive=&start_from= &ucat=2& Diposkan oleh Fery Irianto Setyo Dikutif dari http://www.resensi.net/guru-bijak-2/2011/10/ Dikutif dari http://www.resensi.net/guru-bijak-2/2011/10/ #ixzz2p8Rm0mvq Dikutif dari http://www.shukom.com/doa.guru.html Dikutif dari http://www.tuanguru.com/2012/08/ajaran-gurusufi-jalaluddin-rumi.html Dikutif dari trikuntjoro.blogspot.com. Djahiri, M. dan Wahab, A. 1996. Dimensi Nilai, Moral, dan Norma. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti. Fakih, Mansour (Pengantar) (2001). Ideologi Dalam Pendidikan. Dalam Wlliam F. O’neil. Ideologi-Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fiske, Edwars B. (1996). Decentralization of Education: Politic and Consensus. Washington, D.C.: The World Bank Hasan Langgulung (2002). Manusia Dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi Dan Pendidikan. Jakarta: Al-Husna Zikra. Hasan Langgulung 1988. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna. 184 Kearifan Cinta Sang Guru Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Al-Husna Zikra. Henderson, SVP (1954) Introduction To Philosophy Of Education.Chicago : Univ. Of Chicago Press Hermawan S, R. (1979). Etika Keguruan: Suatu Pendekatan terhadap Kode Etik Guru Indonesia. Jakarta: PT. Margi Wahyu Highet, G (L954). Seni Mendidik (Terjemahan Jilid I Dan II). PT.Pembangunan Hopkins, K.D. & Stanley, J. C. (1987). Educational And Psychological Measurement And Evaluation. Englewood Cliffs, N. J,: Prentice Hall. Husein Sulaiman Qurah, Al-Ushul al-Tarbawiyah fi Bina alManahij, (Cairo: Dar al-Ma’arif), hlm. 47-49. Jalaluddin dan Usman Said. 1996. Filsafat Pendidikan Islam; Konsep dan Perbandingan Pemikirannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Joyce, B. dan Wcil, M. 1986. Models of Teaching, New Jersey: Prentice-Hall, Ine M. Furqon Hidayatullah. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Bandung: Nuansa Cendekia, 2003) Muhyiddin Ibnu Arabi, Fushush al-Hikam, Kairo, 1949. Nata, Abuddin, , Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, Cet. I, 2000. Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah alTarbiyah al-Islamryah, terj. Hasan Langgulung (Falsafah Pendidikan Islam), (Jakarta: Bulan Bintang, 1979) Ramayulis , Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, Cet. II, 1998. Ramayulis, Didaktik Metodik, Padang : Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol, 1982. 185 Ronal Hutagalung. 2011. Menjadi Pemenang di Kelas & Kehidupan (Strategi SMART Menjadi Pemenang di Kelas dan Kehidupan dengan menggunakan pendekatan Neuro Linguistic Programming). Gorontalo: Ideas Publishing Sayyid Sabiq, Al-Aquid al-Islamiyah. 1977. terj. Muhammad Abdai Rathomy, (Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman). Bandung: Diponegoro. SGD Bandung. Tabrani Rusyan, dkk. (1992). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tilaar, H.A.R. (1998). Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa Depan. Kata Pengantar Makagiansar, M. Bandung: Remaja Rosdakarya 186 Kearifan Cinta Sang Guru