Etika Kerja Islam Sebuah kajian teoritik dan empirik

advertisement
Etika Kerja Islam
Sebuah kajian teoritik dan empirik
Oleh
Dr. Haerudin, MT1
1
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang
17
Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016
A. Etika kerja Islam tinjauan teoritik.
yang telah mewarnai dunia bisnis modern (Harahap
2011), yaitu:
Kerusakan terjadi dimana mana, baik
kerusakan alam yang ditandai dengan sering
terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor
tatkala musing penghujan dan kekeringan dan
1. Muncul dan meningkatnya kekuatan spiritual
(The Power of spirituality);
2. Munculnya fajar baru kesadaran spiritualitas
(The down of conscious capitalism);
kekurangan air tatakala musim kemarau maupun
3. Bukti bahwa yang terjadi dan sukses adalah
kerusakan sosial yang ditandai dengan sering
pemimpin dari tengah (loading from the
terjadi skandal di bidang politik, ekonomi, bisnis,
middle);
budaya dan berbagai aspek lainnya, misalnya
4. Banyaknya
penyalahgunaan wewenang sehingga menjamurnya
korupsi, kolusi dan nepotisme, hal ini dikarenakan
penerapan
spiritualisme
dalam
bisnis (The spirituality in business);
5. Meningkatnya konsumen yang memutuskan
etika sering diletakan diluar sistem kehidupan
perilakunya berdasarkan
sehingga kebijakan dibuat jauh dari etika, bahkan
diyakininya (Value driven based consumer);
banyak yang menganggap bahwa setiap urusan
6. Munculnya gelombang pemecahan masalah
bisnis tidak dikenal adanya etika sebagai kerangka
atau solusi berdasarkan kesadaran (The wave of
acuan, sehingga dalam pandangan mereka kegiatan
conscious solution)
bisnis adalah amoral (Ismanto 2009).
Kondisi ini menimbulkan kerugian yang
tata nilai yang
7. Munculnya ledakan isnvestasi dalam berbagai
bidang bisnis yang memiliki etika dan tanggung
sangat besar dan dirasakan oleh semua umat baik
jawab
sosial
(The
corporate
yang beretika maupun yang jauh dari etika, sesuai
responsibility investment).
social
dengan Firman Allah “Dan peliharalah dirimu dari
Etika sering diartikan dengan kesusilaan,
pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-
yang berakar kata susila, “su” artinya baik, benar
orang yang zalim saja di antara kamu. dan
dan bagus, sedang “sila” artinya dasar, tetapi
ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya
secara etimologis etika barasal dari bahasa yunani
(QS. al-Anfal [8] : 25)”
yaitu “ethos” yang dalam bentuk jamaknya
Banyak kalangan yang mulai menyadari
menjadi ”te etha” yang berarti adat istiadat atau
bahwa kemajuan dalam bidang bisnis telah
kebiasaan (Zubaidi 2008), atau ethos juga diartikan
menyebabkan manusia semakin tersisih dari nilai-
sebagai yang biasa, kebiasaan, adat, watak,
nilai kemanusiaan (humanistik), atas dasar itu
perasaan (Asy’ari 1997).
muncul kesadaran bagi pemerintah dan pihak-pihak
Etika merupakan prinsip-prinsip perilaku
yang berkepentingan dalam organisasi bisnis untuk
yang
menekankan pada kode etika bisnis yang akan
ketentuan/standar
dilaksanakan oleh manajer dan karyawan pada
(Bruce 1994). Etika mempunyai pengertian yang
sebuah organisasi bisnis (Jalil 2010).
luas yang meliputi suatu proses penentuan yang
Patrice Aburdene dalam Megatrends 2010nya, mengemukakan ada tujuh megatrends bisnis
benar
dan
atau
baik
sesuai
dengan
perilaku pada suatu profesi
komplek tentang apa
yang harus dilakukan
seseorang dalam situasi tertentu, proses itu meliputi
18
Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016
keseimbangan sisi dalam (inner) dan sisi luar
dalam
(outer) yang disifati oleh kondisi unit dari
didefinisikan menjadi
pengalaman
2011):
dan
pembelajaran
masing-masing
individu demikian dinyatakan oleh Wald dkk
1.
berbagai
nuansa,
sehingga
dapat
berbagai arti (Harahap
Nilai-nilai dan norma-norma moral yang
(Gozali 2002). Sehingga etika merupakan suatu
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
usaha yang sistematis dengan menggunakan rasio
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya
untuk menafsirkan pengalaman moral individual
atau tingkah laku kelompoknya.
dan sosial sehingga dapat menetapkan aturan untuk
2.
Kumpulan asas atau nilai moral.
mengendalikan perilaku manusia serta nilai - nilai
3.
Ilmu tentang yang baik atau yang buruk
yang berbobot untuk dapat dijadikan sasaran dalam
Pakar lain DeGeorge membagi etika dalam tiga
hidup (Simorangkir 2003). Disamping kata etika
kelompok (Satyanugraha 2003):
terdapat
kata
lain
yang
sering
digunakan
1.
Etika deskriptif (Descriptive ethics), mencoba
bergantian, yaitu kata moral. Moral berasal dari
melihat secara kritis dan rasional fakta tentang
kata latin mos, yang dalam bentuk jamaknya mores
sikap dan pola perilaku manusia yang sudah
yang mengandung arti adat istiadat atau kebiasaan,
membudaya, serta apa yang ingin dicapainya
jadi melihat dari pengertian secara harfiah ini, etika
dalam hidup ini sebagai suatu yang bernilai
dan moralitas sama sama mengandung arti sisten
bagi dirinya.
nilai tentang bagaimana manusia harus hidup dan
2.
Etika Normatif (Normative ethics), mencoba
telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat
menetrapkan berbagai sikap dan pola perilaku
kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola
ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia
perilaku yang ajeg dan berulang dalam kurun
untuk menuntun dan mencapai kehidupan
waktu yang lama sebagaimana laiknya sebuah
yang bernilai bagi hidupnya disebut juga
kebiasaan (Kerap 1998).
ethical theory. Norma dapat dibagi dalam
Etika bisa juga difahami sebagai suatu
filsafat moral atau ilmu yang membahas dan
berbagai jenis (Keraf 1998):
a.
Norma sopan santun, yang mengatur
mengkaji nilai dan norma, sehingga merupakan
perilaku
refleksi kritis serta rasional mengenai nilai dan
bertamu, berbicara dan sebagainya.
norma
mengenai masalah-masalah kehidupan
b.
sehari-hari,
seperti
cara
Norma hukum adalah ketentuan yang
manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan
diterapkan masyarakat untuk menjaga
norma yang diterima (Kerap 1998). Sehingga
keselamatan rakyatnya dan menentukan
secara sederhana etika adalah ilmu tentang apa
hukuman atas pelanggarannya.
yang dapat dilakukan atau ilmu tentang adat
c.
Norma
moral
adalah
manusia
tentang
baik
kebiasaan (Bertens 1993), disamping itu juga etika
buruknya
merupakan bidang ilmu yang bersifat normatif,
fungsinya
karena berperan menentukan apa yang harus
mengatur tentang perilakunya sebagai
dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang
jabatan tertentu.
sebagai
menjalankan
manusia,
bukan
individu (Beekum 2004). Etika sering digunakan
19
Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016
3.
Etika meta (meta ethics) atau disebut juga
berdasarkan sikap hormat pada hukum
analytical ethics, merupakan bidang yang
moral universal.
mempelajari lebih dalam tentang asumsi dan
2.
Etika Teologi, etika ini mengukur baik
investigasi terhadap kebenaran dan ketidak
buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan
benaran menurut ukuran moral.
yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau
Secara teori, etika juga bisa dibagi dalam berbagai
berdasarkan akibat yang ditimbulkan dari
jenis (Kant 1988):
tindakan itu, suatu tindakan dinilai baik kalau
1.
Etika deontologi, deon
diambil dari kata
bertujuan mencapai suatu yang baik, atau
Yunani yang berarti kewajiban, sesuai dengan
kalau akibat yang ditimbulkannya baik dan
makna kata deon, maka
pada toeri ini
berguna. Untuk menilai bagaimana kriteria
menekankan pada kewajiban manusia untuk
suatu tujuan dan akibat baik, jawabannya
bertindak secara baik, suatu tidakan bernilai
dibagi dalam dua teori (Harahap 2011):
moral karena tindakan itu dilaksanakan
a.
Toeri egoisme, teori ini menganggap
berdasarkan kewajiban yang memang harus
bahwa setiap tindakan seseorang pasti
dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat
bertujuan (motivasi) untuk kepentingan
dari tindakan itu, etika jenis ini sangat
dan memajukan diri pribadinya apapun
menekankan pada motivasi, kemauan baik
alasan
atau watak yang kuat dari sipelaku atau
didukung
kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya
diberikan rasa
terlepas dari apapun juga, maka dalam menilai
kepentingan pribadinya, setiap orang
seluruh tindakan, kemauan baik, harus selalu
menjadi bersaing dan bekerja keras.
dinilai paling pertama dan menjadi kondisi
Teori egoisme inilah yang menimbulkan
dari segalanya, secara singkat ada tiga prinsip
konsumerisme
yang harus dipenuhi (Keraf 1998):
seseorang sudah mendapatkan hasil yang
a.
b.
ucapannya.
Thomas
Teori
Hobbes.
untuk
dan
ini
Dengan
mendahulukan
hedonisme
jika
Supaya tindakan punya nilai moral,
banyak sehingga melupakan kepentingan
tindakan
orang lain. Jadi dalam teori ini , tidak
itu
harus
berdasarkan
kewajiban;
mungkin ada altruisme atau pengorbanan
Nilai moral dari tindakan itu tidak
untuk orang lain.
tergantung pada tercapainya tujuan dari
c.
dan
b.
Teori
utilitarianisme
disebut
juga
tindakan itu, melainkan tergantung pada
universalisme etis, teori ini menilai
kamauan
mendorong
bahwa baik buruknya suatu tindakan
seseorang untuk melakukan tindakan itu,
dinilai berdasarkan manfaat, tujuan atau
walaupun
akibat dari tindakan itu kepada sebanyak
baik
yang
tujuannya
tidak
tercapai,
tindakan itu sudah dinilai baik;
mungkin orang. John Stuart Mill menilai
Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip
prinsip
diatas,
untuk orang banyak diukur dari upaya
kewajiban
adalah
hal
yang
niscaya dari tindakan yang dilakukan
kegunaan
memberikan
atau
kebahagiaan
kebahagiaan
dan
20
Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016
menghindari hal yang menyakitkan atau
pada pemikiran manusia tanpa diikat oleh moralitas
tidak mengenakan bagi sebagian besar
yang berakar pada keyakinan atau agama, misalnya
orang. Disini tujuan yang ingin dicapai
di bidang ekonomi, banyak yang menganggap
adalah antara sesama manusia dapat
bahwa ekonomi adalah nilai-nilai ekonomi yang
bersatu dan hidup harmonis.
tidak bisa dicampurbaurkan dengan nilai-nilai
Beekum mengemukakan bahwa teori etika
itu terdiri atas berikut (Harahap 2011):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
agama, nilai-nilai ke Tuhanan diletakan jauh diluar
diri para pelaku ekonomi, mereka menganggap
Relativisme, etika dianggap relatif karena
keduanya merupakan hal yang terpisah, paham ini
dilihat dari kepentingan atau kebutuhan
masih terus berkembang dan dikenal dengan paham
pribadi,
skuler, sehingga walaupun nampaknya sudah
Utilitarisme, etika dilihat dari segi kegunaan
menggunakan etika tapi masih tetap muncul
atau manfaat (umumnya manfaat ekonomis
kecurangan-kecurangan bahkan skandal-skandal,
atau material) bagi masyarakat, jika ada
kecurangan yang terjadi selalu bisa ditutupi atau
manfaatnya disebut etis,
dilepaskan dari jeratan hukum karena dapat diputar
Universalisme,
etika
dianggap
bernuansa
balikan dengan kelihaian logika atau mantik.
universal, dianggap sama disemua tempat, dan
Belakangan ini aliran skuler tersebut mulai
standarnya dilihat dari motivasi keputusan
pudar, bahkan Puttin yang dikenal presiden Rusia
atau tindakan.
yang merupakan negara komunis yang tidak
Rights (hak-hak), etika ditentukan pada
mengenal
penghargaan hak-hak individu.
keyakinan
Distributive justice (keadilan distributif), etika
menjawab: “Pertama dan paling penting, kita
ditekankan pada distribusi kekayaan yang
dipandu oleh akal sehat (common sense). Namun
adil.
akal sehat harus didasarkan pertama-tama pada
Eternal law, etika diukur dari wahyu atau
prinsip moral, sekarang ini tidak akan mungkin
kitab suci.
moralitas yang terpisah dari nilai-nilai agama
Banyak anggapan bahwa moral cukup
atau
apapun
namanya,
cukup
dalam
kepemimpinannya,
dia
(Tanjung 2014).”
diatasi dengan mempelajari etika, budi pekerti,
sopan santun
Tuhan, saat ditanya tentang peran
.Atas dasar itu perlu adanya etika yang
berdasarkan keyakinan atau agama (religion), yang
diasarkan pada etika rasional yang merupakan
secara umum
konsepsi
kemampuan
keyakinan manusia terkait dengan eksistensinya,
manusia dan tidak menghubungkan perbuatan pada
alam semesta, dan peran Tuhan terhadap alam
kehendak Tuhan, lebih jelasnya bahwa dasar dari
semesta
etika rasional ini adalah logika yang hanya
membawa kepada pola hubungan dan perilaku
berdasarkan sesuatu yang masuk akal (logis), tanpa
manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan alam
menimbang hal baik atau buruk menurut Tuhan
semesta (Iefan 2012).
yang
didasarkan
pada
(Alarsyad 2014). Etika rasional ini menilai sesuatu
berdasarkan hasil olah akal manusia yang berakar
dan
diartikan sebagai persepsi dan
kehidupan
Nilai-nilai
diupayakan
untuk
manusia
agama
dimasukan
sudah
dalam
sehingga
banyak
domain
21
Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016
ekonomi dan telah membuahkan hasil, sehingga
keakuanya yaitu jiwa, semangat, pikiran maupun
ada
dimensi
tenaga serta anggota tubuh fisiknya. Oleh karena
spiritualitas yang bersumber dari agama mulai
itu, maka dalam bekerja eksistensi diri manusia itu
dilirik oleh masyarakat dunia barat (Husen 2005),
terlihat dan terukur (Asy’ari 1997). Bahkan Imam
dan ternyata sudah mulai memberikan hasil yang
Ali ra. juga pernah mengatakan dengan tegas:
signifikan, terbukti dengan berkembangnya bank
"Bekerja adalah syiar (motto hidup) seorang
syariah dan kemudian menyusul hotel syariah.
mukmin",
kecenderungan
baru
bahwa
Rasulullah
saw
bersabda
“Bila
Etika yang berdasarkan pada ajaran agama
seandainya besok hari kiamat terjadi, sementara
Islam, yang sering dikenal dengan etika Islam
ada diantara kalian yang memegang sebuah benih
perhatiannya fokus terhadap Penciptanya, seperti
tanaman
diungkapkan oleh Beekum dalam Abdul Shukor
menanamnya”. (HR. Ahmad).
bin Shamsudin dkk bahwa nilai etika Islam berbeda
di
tangannya,
Etika
kerja
maka
telah
hendaklah
banyak
ia
mendapat
dengan etika barat atau skuler, etika Islam titik
perhatian dalam literatur perilaku organisasi yang
beratnya pada pola hubungan antara manusia
mengandung beberapa nilai kerja seperti, prestasi,
dengan Penciptanya (Khaliq) (Shukor 2010).
kepedulian, keadilan dan kejujuran (Meglino dkk
Al-Hayyath mendefinisikan kerja dalam
1989). Konsep etika kerja Islam merupakan pola
pengertian luas ialah semua usaha yang dilakukan
hubungan manusia dengan kholiqnya dalam rangka
manusia dalam hal materi, intelektual dan fisik,
melaksanakan pekerjaan, oleh karena itu seperti
serta hal yang berkaitan dengan keduniaan dan
diungkapkan oleh Yousep bahwa Etika kerja Islam
keakhiratan, dalam hal ini kerja di kaitkan dengan
berasal
kemaslahatan (Al Khayyath 1994), Sedangkan
dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad saw
kerja dalam pengertian khusus ialah tiap potensi
(Darwish 2000). Sehingga yang membedakan etika
yang dilakukan manusia untuk memenuhi tuntutan
kerja berdasarkan syari’ah dengan etika lainnya
hidup berupa makan, pakaian, tempat tinggal dan
adalah berkaitan dengan niat, cara memilih
peningkatan tarap hidup pada umumnya (Al
tujuannya, serta sumber penentuan nilai (Tamara
Khayyath 1994). Sebenarnya bekerja merupakan
2002). Etika kerja Islam mengandung dua dimensi
sifat dasar manusia, makanya manusia sering
yaitu ukhrawi dan duniawi.
disebut mahluk bekerja (homo faber),
dengan
ukhrawi, syari’ah menekankan pentingnya niat,
bekerja manusia menyatakan eksistensi dirinya
yaitu semata-mata untuk mendapatkan keutamaan
dalam
dari Tuhan (Dewi dan Bawono 2008),
kehidupan
masyarakat.
Bekerja
pada
dari
Al-Qur’an
yang
prakteknya
Dalam dimensi
sebuah
dasarnya merupakan realitas fundamental bagi
bisnis yang dilandasi dengan niat yang tulus, untuk
manusia, dan karenanya menjadi hakekat kodrat
mencari nafkah yang halal, untuk mengembangkan
yang
agama
selalu
terbawa
dalam
setiap
jenjang
Allah
merupakan
ibadah
tingkat
perkembangan kemanusiaanya. Bekerja sebagai
tinggi(Mas’ud 2003). Sedangkan dimensi duniawi,
pernyataan eksistensi diri manusia sesungguhnya
menekankan pada konsep ihsan untuk selalu
merupakan pengalaman kesatuan diri , yang
menyempurnakan pekerjaan dan itqon yang berarti
melibatkan
semua
unsur
yang
membentuk
22
Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016
proses belajar yang sungguh-sungguh, akurat dan
dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
sempurna.
menyebut Allah. (QS. al-Ahzab [33]:21)”.
Itqon merupakan kosakata bahasa arab
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa
yang secara sederhana dapat diartikan ke dalam
pada diri Rasulullah terdapat suri teladan yang
bahasa Indonesia dengan kata rapi dan profesional,
baik, Akhlaq Rasulullah bukan hasil rekayasa akal
setidaknya ada empat poin penting yang membuat
fikiran manusia, tetapi betul-betul gambaran Al-
sebuah pekerjaan bisa dikatakan sebagai pekerjaan
Qur’an dalam praktek sehari-hari, seperti dijelaskan
yang itqon:
oleh sebuah hadits “Dari Sa’id ibn Hisyam ibn
1.
Melakukan pekerjaan tanpa cacat
Ghomir pernah bertanya kepada Aisyah RA
2.
Disiplin mentaati rambu-rambu dan tuntutan
mengenai
pekerjaan yang sedang dijalani
menjawab, "Akhlak Nabi SAW adalah Al-Quran."
3.
Melakukan pekerjaan pada
waktu
yang
Rasulullah
SAW.
Aisyah
(Musnad Imam Ahmad, No. 23460)
seharusnya (tidak menunda-nunda)
4.
akhlak
Dari hadits tersebut diatas dapat dikatakan
Selalu berpikir untuk bisa mengembangkan
bahwa
pekerjaan itu, hingga tidak berjalan di tempat
merupakan gambaran pelaksanaan Al-qur’an dalam
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw.
pribadi
kehidupan
atau
akhlaq
sehari-hari
pada
Rasulullah
berbagai
saw
bidang
juga mengingatkan: Artinya: "Sesugguhnya Allah
kehidupan termasuk didalamnya mengenai etika
Swt. menyukai bila kalian melakukan sesuatu
bekerja, sehingga etika kerja Islam adalah etika
pekerjaan dengan rapi/profesional (Itqon)” (HR.
yang diatur dalam Al-Qur’an yang prakteknya
Abu Ya'la, dan dishahihkan oleh Al Albani)
dicontohkan
oleh
Secara ringkas, mewujudkan itqon dalam
memberikan
pujian
hidup dapat dilakukan dengan mengatasi semua
”
firmanNya Dan Sesungguhnya kamu benar-benar
faktor-faktor di atas, yaitu dengan:
berbudi pekerti yang agung”. (QS. Al Qalam [68]:
1.
Melakukan pekerjaan tidak semata-mata demi
kepada
saw.
Allah
NabiNya,
dalam
4).
kepentingan materil (ikhlas beraktivitas)
2.
Rasulullah
Dengan
mempraktekan
etika
kerja
Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
menurut Rasulullah, secara otomatis akan bekerja
cukup
dengan bingkai akhlaq yang baik, karena sebaik-
tentang
pekerjaan
yang
sedang
dihadapi
baiknya akhlaq manusia adalah akhlaq Rasulullah
3.
Memiliki kemauan yang kuat
saw, seperti dijelaskan dalam hadits, Anas RA
4.
Menyadari indahnya hidup itqon.
berkata,
5.
Sabar dalam meniti setiap pekerjaan
manusia dengan akhlak yang paling mulia”.
Nabi besar Muhammad saw merupakan
teladan disemua aspek kehidupan seperti dijelaskan
“Keadaan
Rasulullah
SAW
adalah
(Shahih Al-Bukhârî hadis no. 5735).
Bahkan
keimanan
seseorang
sangat
dalam Al-Qur’an “Sesungguhnya telah ada pada
ditentukan oleh akhlaq yang bersangkutan, seperti
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
disabdakan dalam hadits Nabi Muhammad saw
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
“Sesempurna-sempurnanya
keimanan
seorang
23
Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016
mu’min adalah yang paling baik akhlaknya (HR.
Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
Turmudzi)”
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu
Di
dalam
etika
kerja
Islam
sangat
akan
dikembalikan
kepada
(Allah)
yang
ditekankan mengenai kerja keras, Rasulullah saw
mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
pernah memuji tangan seseorang yang sangat kasar
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
dan letih karena pekerjaan untuk memperoleh
kerjakan”. (QS. at-Thaubat [9] : 105). Dari ayat
rezeki, dan dikatakannya itulah sesungguhnya yang
diatas
dicintai Allah dan Rasul-Nya (Sulaiman 1985),
sesorang sangat tergantung pada kerjanya. Hasil
Muhammad bin Al-Hasan, sahabat Abu Hanifah,
yang didapat seseorangpun sangat tergantung pada
meriwayatkan
apa
pula
bahwa
Nabi
suatu
hari
disebutkan
bahwa
penilaian
yang telah diusahakannya
terhadap
seperti telah
bersalaman dengan Sa’ad bin Mu’adz, dan ternyata
dijelaskan dalam Al-qur’an “(yaitu) bahwasanya
kedua tangan Sa’ad terasa kasar. Nabi menanyakan
seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa
hal itu kepadanya, maka jawabnya “ Saya baru
orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada
mencangkul dan membersihkan pohon korma
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”.
untuk membiayai keluarga saya” Kemudian Nabi
(QS. an-Najm [53] : 38-39).
mencium tangannya sambil bersabda “Inilah kedua
tangan yang dicintai Allah (Sulaiman 1985).”
Etika kerja Islam memandang dedikasi
dalam bekerja adalah kebajikan, usaha yang
Seorang muslim tidak boleh bermalas-
maksimum harus dilakukan oleh seseorang dalam
malasan dalam mencari rezeki dengan alasan sibuk
bekerja karena merupakan kewajiban seorang
beribadah atau tawakal kepada Allah, karena langit
individu yang mampu, kerja kreatif merupakan
tidak akan mencurahkan hujan emas dan perak
sumber
(Qardhawi 2002), Allah berfitman “Sesungguhnya
(accomplishment) (Sutono 2008).
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. maka apabila
kamu
telah
selesai
pencapaian
Islam tidak membenarkan seseorang jadi
penonton tetapi harus menjadi pemain untuk
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)
mengelola sumbar daya yang ada, karena apapun
yang lain (QS Alam Nasyrah [95]: 6-7), ayat ini
yang diperoleh oleh seseorang merupakan hasil dari
menekankan apabila telah selesai berdakwah maka
apa yang telah diusahakannya, hal ini telah
beribadatlah kepada Allah; apabila kamu telah
dijelaskan dalam Al-qur’an “Dan janganlah kamu
selesai
maka
iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari
mengatakan: apabila telah selesai mengerjakan
sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki
shalat
telah
ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan,
menyelesaikan suatu pekerjaan maka langsung
dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa
kerjakan yang lain, sebab apapun yang diinginkan
yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada
oleh seseorang baru dapat dicapai jika diusahkan
Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya
dengan kerja maksimal, Allah memerintahkan
Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (QS. an-
untuk bekerja, “Dan Katakanlah Bekerjalah kamu,
Nisa [4] : 32).
berdoalah,
sesuatu
dan
urusan),
mengerjakan
(dari
kebahagiaan
urusan
intinya
dunia
apabila
24
Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016
Keberhasilan dan kemajuan manusia di
muka bumi ini tergantung pada usahanya (Anik &
Arifuddin 2003).
Ali Abas
Thabrani bab Qith’ah min Al-Mafqûd Juz. 19 hal.
109).
juga menyatakan
Rasulullah saw juga mensejajarkan orang
sukses dan kemajuan seseorang tergantung pada
yang bekerja dengan orang ibadah pada waktu
kerja keras dan komitmen orang tersebut pada
malamnya dan puasa pada waktu siangnya “Dari
pekerjaannya (Abas 2003).
Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda,
Kerja keras dipandang sebagai kebajikan
“Orang yang bekerja untuk membiayai janda dan
dan barang siapa yang bekerja keras akan berhasil
orang miskin adalah seperti pejuang pada jalan
dalam hidupnya dan sebaliknya tidak bekerja keras
Allah
sebagai penyebab kegagalan kidup (Gozali 2012).
malamnya sambil shaum pada siang harinya”
Kerja keras yang konstan
tanggungjawab
menghasilkan
seseorang,
improvikasi
merupakan
persaingan
yang
akan
berkualitas,
singkatnya, etika kerja Islam berpendapat bahwa
atau
seperti
orang
yang
qiyamull-ail
(Shahih Al-Bukhârî bab Fadhl Nafaqah ‘ala AlAhli Juz. 16 hal. 429; Sunan Al-Nasâ’i bab Fadhl
Al-Nafaqah ‘ala Al-Armilah Juz. 8 hal. 366).
Disamping
Rasulullah
sangat
hidup tanpa kerja tidak memiliki arti, dan
menekankan untuk bekerja keras juga sekaligus
melakukan aktivitas ekonomi merupakan suatu
Rasulullah
kewajiban (Darwish 2000).
Abdullah ibn Umar r.a. ia berkata, Rasulullah Saw.
Rasulullah
Muhammad
saw
melarang
meminta-minta
“Dari
sangat
bersabda, “Meminta-minta senantiasa dilakukan
memuliakan orang yang bekerja keras “Dari
oleh seorang dari kamu, sehingga dia menghadap
Rifa’ah ibn rafi’ dari Rafi’ ibn Khadij ia berkata,
Allah sedang di wajahnya sudah tidak ada sepotong
“Rasulullah Saw. pernah ditanya, kasab apakah
dagingpun.” (Shahih Al-Bukhori bab Man Yas’alu
yang paling utama? Maka jawab beliau saw: Ialah
Takatstsuran Juz. 6 hal. 31).
orang yang bekerja dengan tangannya dan setiap
Dengan
ancaman
yang
keras
inilah
jual beli yang bersih” (Musnad Ahmad, no. 16628
Rasulullah saw hendak menjaga kehormatan dan
Juz 35 hal. 137; Al-Mustadrak ‘alâ Al-Shahihain li
harga diri seorang Muslim, dan membiasakannya
Al-Hakim no. 2117).
untuk menjaga gengsinya, percaya pada diri sendiri
Dalam kesempatan lain Rasulullah saw
dan menjauhkan diri dari meminta-minta kepada
juga menjelaskan bahwa bekerja dapat menghapus
orang lain (Qardhawi 2002). Dengan demikian
dosa yang tidak bisa dihapus oleh berbagai ibadah
bekerja keras merupakan tuntutan yang tidak bisa
“Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw.
ditawar-tawar lagi untuk mendapatkan kehormatan
bersabda, “Sesunnguhnya di antara dosa-dosa ada
diri seseorang.
dosa yang tak bisa dihapus dengan shalat, puasa,
Abu
Hamid
ibn
Muhammad
ibn
haji dan juga tidak bisa dihapus dengan umroh”.
Muhammad ibn Taus Ahmad al-Tusi al-Syafi’i
Mereka kemudian bertanya, “Apa yang dapat
yang lebih dikenal dengan nama Imam Al Ghazali
menghapusnya
menekankan
wahai
Rasulullah?”
Beliau
menjawab, “Bisa dihapus dengan kesulitan di
dalam
bekerja
harus
senantiasa
berpedoman terhadap etika bisnis yang Islami, Al
dalam mencari rezeki.” (Mu’jam Al-Kabîr li Al-
25
Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016
Ghazali secara garis besar mengklasifikasikannya
memahami kekurangan orang lain, memenuhi hak-
menjadi 8 etika, yaitu (Ali 2012):
hak orang lain, menghindari sikap menahan hak,
1.
Aktifitas bisnis harus berlandaskan unsur
menipu, manipulasi dan sejenisnya (al-Muslih dan
keadilan, kebaikan, kebajikan dan tidak
ash-Shawi 2004).
adanya kedhaliman.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Etika Kerja Islam menunjukan dedikasi
Harus ada kejelasan antar para pelaku bisnis,
terhadap pekerjaan, adanya usaha yang cukup
sehingga tidak ada kecurangan.
untuk menyelesaikan satu pekerjaan yang sekaligus
Membina relasi bisnis dengan baik dan
menentukan kemampuan individu dalam pekerjaan
amanah.
tertentu, menekankan pada kerja team (Darwish
Hutang piutang harus segera diselesaikan
2000), tujuan utama etika menurut Islam adalah
sebelum waktu yang disepakati.
“menyebarkan
Mengurangi margin dengan menjual lebih
(Triyuwono 2000), sesuai dengan tujuan diutusnya
murah, dan pada gilirannya meningkatkan
Rasulullah saw adalah untuk menyebarkan rahmat
keuntungan.
pada semua alam “dan Tiadalah Kami mengutus
Aktifitas bisnis tidak hanya untuk mengejar
kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
keuntungan dunia semata, karena keuntungan
semesta alam”. (QS. al-Anbiya [21] : 107), konsep
yang sebenarnya adalah akhirat.
rahmatan lil alamin dalam hal ini berarti setiap
Menjauhkan dari transaksi-transaksi yang
pekerjaan pasti memerlukan kerja sama yang pada
syubhat.
intinya menunjukkan adanya kesepakatan antara
Meraih keuntungan dengan pertimbangan
dua orang atau lebih yang saling menguntungkan,
risiko yang ada.
memberi kemaslahatan, dan bermitra secara win
Selain mengungkapkan tentang etika bisnis
yang Islami, Al Ghazali juga mengungkapkan
rahmat
pada
semua
makhluk
win solution (Hafsah 2000), dari sini diharapkan
efek sisnergi yang positif.
sekaligus memperingatkan tentang pelanggaran
Tujuan itu secara normatif
berasal dari
etika yang meliputi:
keyakinan Islam dan misi sejati hidup manusia.
1. Eksploitasi
Tujuan itu pada hakekatnya bersifat trasendental
2. Hilangnya Kerelaan
karena tujuan itu tidak terbatas pada kehidupan
3. Penipuan dan Kecurangan
dunia, tetapi juga dalam kehidupan setelah dunia
4. Harta yang Batil
ini. Walaupun tujuan itu agaknya terlalu abstrak,
Didalam
melaksanakan
bisnis
harus
tujuan itu dapat diterjemahkan dalam tujuan-tujuan
menggunakan akhlaq yang baik, karena akhlaq
yang lebih praktis (operatif), sejauh penerjemahan
merupakan tulang punggung agama, akhlaq yang
itu masih terus terinspirasi dari dan meliputi nilai-
baik didalam melaksanakan bisnis diantaranya
nilai tujuan utama. Dalam pencapaian tujuan
adalah; kejujuran, sikap amanah dan legawa, sifat
tersebut
suka menunaikan janji, bersikap konsekuen dalam
memastikan bahwa upaya yang merealisasikan
membayar hutang dan memiliki toleransi dlam
tujuan operatif selalu dijalan dengan benar.
diperlukan
peraturan
etik
untuk
menagih hutang yang kesulitan membayarnya,
26
Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016
Didalam
etika
kerja
Islam
bekerja
Darwish A. Yousef
tahun 2000 telah
merupakan kewajiban dan sekaligus kebutuhan dan
melakukan penelitian dengan judul Organizational
merupakan
membangun
Commitment as a Mediator of the Relationship
keseimbangan antara kehidupan individu dan sosial
between Islamic Work Ethics and Attitudes toward
(Ali 2001). Etika kerja Islam menekankan pada
Organizational
Change,
keadilan dan secara umum mengkondisikan tempat
membuktikan
bahwa
kerja dengan lebih menekankan pada kasejahteraan
berpengaruh secara langsung dan positif baik
sosial dari pada pemenuhan pendapatan (Darwish
terhadap komitmen organisasi maupun terhadap
2000).
sikap pada perubahan untuk berbagai dimensi.
kegiatan
yang
hasil
Etika
penelitian
Kerja
ini
Islam
Etikia kerja Islam sendiri mempunyai
Darwish A. Yousef pada tahun 2001
wilayah interpretasi yang sangat luas, karena
mengadakan penelitian dengan judul Islamic work
menyangkut cara berpikir dan bertindak seorang
ethic – A moderator between organizational
muslim secara menyeluruh (Dewi dan Bawono
commitment and job satisfaction in a cross-cultural
2008). Al-Khayyath menjelaskan bahwa hal-hal
context, hasil penelitian ini menunjukan bahwa
penting tentang etika kerja Islam yang harus
Etika kerja Islam secara langsung mempengaruhi
diperhatikan adalah: Adanya keterikatan individu
komitmen organisasi dan kepuasan kerja, dan
terhadap
memoderasi ke dua hubungan tersebut.
diri
dan
kerja
yang
menjadi
tanggungjawabnya, berusaha dengan cara halal
Astri
Fitria
pada
tahun
2003
telah
dalam seluruh jenis pekerjaan, dilarang memaksa
melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Etika
orang lain.
Kerja
Islam
terhadap
sikap
akuntan
dalam
Islam menekankan sifat sifat yang harus
perubahan organisasi dengan komitmen organisasi
dimiliki oleh seorang pekerjan, yaitu; tidak
sebagai variabel intervening, populasi penelitian ini
mendurhakai Allah, kuat, dapat dipercaya, dan
adalah seluruh akuntan intern , akuntansi pendidik
profesionalisme, berkerja keras, dedikasi terhadap
dan staf akuntansi yang bekerja pada organisasi
pekerjaan,
kreatvitas
organisasi berbasis Islam di Indonesia yaitu
pekerjaan,
kerjasama
dalam
dan
melaksanakan
kompetisi
dalam
perbankan syariah, asuransi syariah, Rumah sakit
pekerjaan, memperhatikan deadline pekerjaan dan
dan perguruna tinggi,
hasil penelitian ini
menegakan keadilan di tempat pekerjaan (Dewi dan
menunjukan bahwa etika kerja Islam berpengaruh
Bawono 2008).
secara signifikan terhadap komitmen organisasi dan
sikap pada perubahan pada semua dimensi.
Mochammad Maksum dkk. pada tahun
B. Etika kerja Islam tinjauan empirik
2006
Secara
mengetrapkan
empirik
etika
telah
kerja
banyak
Islam,
hal
mengadakan
penelitian
dengan
Judul
yang
Pengaruh etika kerja Islam dan komitmen pada
dapat
organisasi
terhadap
kepuasan
kerja,
hasil
dibuktikan dengan banyaknya penelitian-penekltian
Penelitian ini menunjukan bahwa etika kerja Islam
yang telah dilakukan:
dan komitmen pada organisasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan lebih
27
Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016
lanjut kepuasan kerja bepengaruh pada kepuasan
dengan judul Analisis pengaruh etika kerja Islam
hidup.
terhadap sikap karyawan bagian akuntansi dalam
Indira Januarti, Ashari Bunyaanudin pada
perubahan organisasi (Studi kasus pada Bank
tahun 2006 telah melakukan penelitian dengan
umum non Syariah di Wilayah eks karesidenan
judul
dan
Banyumas Jawa Tengah, hasil dari penelitian
keterlibatan kerja terhadap hubungan antara etika
tersebut menunjukan bahwa Islamic Work Ethis
kerja Islam dengan sikap terhadap perubahan
mempunyai pengaruh yang posistif dan signifikan
organisasi, hasil penelitian ini adalah Etika Kerja
terhadap sikap pada perubahan baik cognitif,
Islam tidak berpengaruh secara langsung terhadap
affective maupun baharioaral tendency.
Pengaruh
komitmen
organisasi
sikap terhadap perubahan, dengan memasukan
Wahibur Rokhman pada tahun 2010
keterlibatan kinerja maka ada pengaruh yang kuat
mengadakan penelitian dengan judul The Effect of
terhadap hubungan antara etika kerja Islam
Islamic Work
terhadap sikap terhadap perubahan sementara
Penelitian ini menunjukan
komitmen organisasi tidak mempunyai pengaruh
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Job
yang kuat pada hubungan antara etika kerja Islam
satisfaction dan Organizational Commitment, akan
dengan sikap terhadap perubahan.
tetapi tidak bepengaruh yang signifikan ter hadap
Subowo, dan Marfuah pada tahun 2006
Ethics on Work Outcomes, hasil
Islamic Work Ethics
Turnover Intention.
mengadakan penelitian dengan judul hubungan
Norshidah Mohamed, Nor Shahriza dan
antara Pengetahuan Akuntansi, pengalaman Kerja,
Abdul Karim Ramlah Hussein pada tahun 2010
dan Etika Kerja Islam dengan Kinerja Unit
telah melakukan penelitian dengan judul Linking
Pertanggungjawaban Keuangan di Lingkungan
Islamic Work Ethic to Computer Use Ethics, Job
Badan Wakaf UII, hasil penelitian ini menunjukan
Satisfaction and Organisational Commitment in
bahwa Pengalaman Kerja dan
Etika Kerja Islam
Malaysia, hasil penelitian ini menunjukan bahwa
mempunyai korelasi positif secara signifikan
Islamic Work Ethic berpengaruh positive terhadap
dengan Kinerja Pegawai.
Organisational Commitment.
Achmad Kusaili dan Kasyful Anwar pada
Leny Novianti dan Hendra Gunawan pada
tahun 2007 mengadakan penelitian dengan judul
tahun 2010 mengadakan penelitian dengan judul
Analisis
dan
Pengaruh Etika Kerja Islam Dan Etika Bisnis
keterlibatan kerja terhadap hubungan antara Etika
Terhadap Komitmen Organisasi Dengan Komitmen
kerja Islam dengan sikap perubahan organisasi,
Profesi
hasil penelitian ini menunjukan Keterlibatan kerja
penelitian tersebut menunjukan bahwa Eksternal
dan sikap perubahan organisasi tidak berpengaruh
audit berjalan sesuai dengan aturan kerja, demikian
terhadap etika kerja Islam,
Sikap perubahan
juga etika profesi atau etika kerja Islam dan etika
organisasi
organisasi
bisnis bisa lebih baik dalam menjalankan tugas dan
pengaruh
dan
komitmen
kimitmen
organisasi
tidak
berpengaruh pada Etika kerja Islam.
Sari Suasana Dewi dan
Sebagai
Variabel
Intervening,
hasil
fungsinya sebagai eksternal auditor. Dan sekaligus
Icuk Rangga
Bawono pada tahun 2008 mengadakan penelitian
berpengaruh komitmen profesi sebagai eksternal
auditor dan komitmen organisasi.
28
Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016
Muhammad Nasri Md Husain dkk pada
untuk grade 17 sampai dengan 20, hasil penelitian
tahun 2011 mengadakan penelitian dengan judul
ini menunjukan bahwa
The Ralationsip between Islamic Work Ethic, Work
posistive dan signifikan anatara etika kerjan Islam
Conflict, Reward and Job Satisfaction, hasil
dengan kemampuan berinovasi dimana, penyebaran
Penelitian menunjukan bahwa Work Conflict
pengetahuna sebagai moderator.
mempunyai pengaruh negative dan sgnifikan
Haerudin
padan
Teradapat hubungan
tahun
2014
telah
dengan job satisfaction. Tidak terdapat pengaruh
mengadakan penelitian dengan judul peran etika
yang signifikan antara Reward dan job satisfaction,
kerja Islam, kepemimpinan spiritual, dan budaya
Islmamic work ethic berpengaruh positif dan
organisasi terhadap sikap dalam perubahan: dengan
signifikan terhadap job satisfaction.
komitmen organisasi sebagai mediator,
Nik Mu’tasim Ab. Rahmann dkk
yang
pada
dilakukan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariat se
tahun 2011 mengadakan penelitian dengan judul
Indonesia, hasil penelitian menunjukan bahwa etika
The Ralationship Between Islamic Work Ethics and
kerja
Organizational Commitment: A Case Analysis
keterlibatan kerja, Etika kerja Islam berpengaruh
University, hasil Penelitian ini menunjukan bahwa
terhadap keterlibatan kerja, Etika kerja Islam
terdapat hubungan positif dan signifikan antara
berpengaruh terhadap lomitmen organisasi,
Islamic
Work
Ethics
dengan
Islam
tidak
berpengaruh
terhadap
Commitment
Dengan melihat kajian empirik dari hasil
Organizational baik Continuance, Normative dan
hasil penelitian tersebut dapat diambil beberapa
affective Commitment, hanya terhadap affective
kesimpulan; bahwa etika kerja Islam mempunyai
commitment korelasinya lebih tinggi.
pengaruh terhadap variabel komitmen organisasi,
Muhammad Yousuf Khan Marri, Arshad
sikap pada perubahan, kepuasan kerja, kepuasan
Mahmood Sadozai, Hafiz Muhammad Fakhar
hidup, kinerja pegawai, kemampuan berinovasi dan
Zaman dan Muhammad I. Ramay tahun 2012 telah
keterlibatan kerja.
melakukan penelitian dengan judul The Impact of
Islamic Work Ethics on Job Satisfaction and
Organizational
Commitment:
A
Study
DAFTAR PUSTAKA
of
Agriculture Sector of Pakistan, hasil penelitian ini
menunjukan
bahwa
Islamic
work
ethics
mempunyai pengaruh yang signifikann dan positive
baik baik dengan job satisfactin maupun dengan
organizational commitment .
Khurram Zafar Awan, Mehwish Akram
pada tahun 20012 mengadakan penelitian dengan
judul
The Relationship Between Islamic Work
Ethics And Innovation Capability And Knowledge
Abbas Ali, “Organizational Development in the
Arab World”. Journal of Management
Development, Vol. 15 (5), 1996; P. 4-22.
------------- , “Scaling an Islamic work ethic”, The
journal of social psychology, 128 (5),
2000; p: 575 – 583
Abas Ali dan Abdullah Al-Owaihan, “Islamic
work ethic: a critical review, Cross
Cultural Management”, An International
Journal, Vol. 15 No. 1, 2008; p. 5-19
Sharing Plays Moderation Role. Populasi dalam
penelitian ini yang offiser organisasi sektor publik
29
Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016
Afzalurrahman,
Muhammad sebagai Seorang
Pedagang, Jakarta, Penerbit Yayasan
Swarna Bhumy,1995.
Ahmad Shakil Muhammad, “Work Ethics: An
Islamic
Prospective”,
International
Journal of Human Sciences, Vo. 8 Issue
1, 2011 : Hl, 850 – 859.
Ali Muhammad, Etika Menurut Imam Al-Ghazali,
http://alcayet.blogspot.com/2012/02/etikaimam-al-ghazali-selayang-pandang.html,
Diunduh tanggal 1 Februari 2013 Jam
10.35
Alfianto Nasron, “Pengaruh Etika Kerja Akuntan
terhadap
Komitmen
Profesi
dan
Komitmen Organisasi”. tesis program
Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi
Universitas Diponegoro, 2002.
Anik
Sri & Arifuddin, “Analisis pengaruh
komitmen organisasi dan keterlibatan
kerja terhadap hubungan antara etika kerja
islam dengan sikap perubahan organisasi”,
JAAI, Vol 7 No. 2, Desember 2003; Hal:
159 – 183
Asifudin Janan Ahmad,
Etos Kerja Islami,
Surakarta,
Penerbit
Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2004.
Awan Zafar Khurram dan Mehwish Akram, “The
Relationship Between Islamic Work
Ethics And Innovation Capability And
Knowledge Sharing Plays Moderation
Role”, International Journal of Economics
and Management Sciences, Vol. 1, No. 8,
2012: pp. 34-48
Bertens K, “Etika”, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1993,
Biatna Dulbert Tambolon, “Analisi Faktor Gaya
Kepemimpinan dan Faktor-faktor Etos
Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada
Organisasi yang telah menerapkan SNI
19-9001-2001”, Jurnal Standarisasi, Vol 9
No. 3, 2007: Hal 106 – 115
pada Bank umum Syariah di wilayah eks
karesidenan Banyumas Jawa Tengah)”,
JAAI, Volume 12 No. 1, 2008: hlm. 65 –
78.
Fitria, Astri,
“Pengaruh Etika Kerja Islam
Terhadap Sikap Akuntan dalam Perubahan
Organisasi dengan Komitmen Organisasi
sebagai Variabel Intervening”, Jurnal
Manajemen Akuntansi dan Sistem
Informasi. Vol. 3, 2003; P. 14-35
Ghozali Imam,
Prof. DR. M.Com, “Pengaruh
religiositas terhadap komitmen organisasi
keterlibatan kerja, kepuasan kerja dan
produktivitas”, Jurnal bisnis strategi, Vol
9 (Juli), 2002.
Gunawan Aji,
Pengaruh Etika Kerja Islam
Terhadap Komitmen Organisasi dengan
Komitmen Profesi sebagai Variabel
Intervening,
thesis Magister Sains
Akuntansi Universitas Diponegoro, 2003.
Indira, Ashari Bunyaanudin, “Pengaruh komitmen
organisasi dan keterlibhatan kerja terhadap
hubungan antara etika kerja Islam dengan
sikap terhadao perubahan organisasi”,
JAAI, Vol 10, 2006: hlm 13 - 26
Jalil Abdul Md, et. al, “Implementation Mechanism
of Ethics in Business Organizations”,
Bisnis Internasional Research, Vol. 3, No
4; 2010
Keraf Sonny A. DR, Etika Bisnis tuntutan dan
relevansi, Kanisius, Jogjakarta, 1998.
Al Khayyath Aziz Abdul, Nazrah Al Islam lil’amal
wa Atsaruhu fi Tanmiyah, Etika Kerja
dalam Islam, Terj Drs. Moh. Nurhakim,
Jakarta, Gema Insani Press, 1994.
Kusaili Achmad dan Kasyful Anwar, 2007,
“Analisis pengaruh komitmen organisasi
dan keterlibatan kerja terhadap hubungan
antara Etika kerja Islam dengan sikap
perubahan organisasi”, Jurnal Ekonomi
Pembangunan,
Manajemen
dan
Akuntansi, Vol 6 No. 3, 2007: Hal. 265 –
278
Dewi Susanti Sari dan Icuk Rangga Bawono,
“Analisis pengaruh etika kerja Islam
terhadap sikap karyawan bagian akuntansi
dalam perubahan organisasi (studi kasus
30
Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016
Machfoedz
Mas”ud DR. Prof., “Strategi
pendidikan
Akuntansi
dalam
Era
Globalisasi”. Journal Perspektif FE UNS.
Edisi Juli-September 1997: pp 64-75.
Mas’ud Abdurrahman, M.A, Ph.D, Prof, “Menuju
Paradigma Islam Humanis”, Yogjakarta;
Gama Media, 2003
Misanan
Munrokhim, M.A.Ec., Ph.D., dkk,
Ekonomi Islam, Ditulis oleh Pusat
Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi
Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta atas kerja sama dengan Bank
Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers, 2008.
Mohamed Norshidah and Nor Shahriza Abdul
Karim, “Linking Islamic Work Ethic to
Computer Use Ethics, Job Satisfaction and
Organisational Commitment in Malaysia”,
Journal of Business Systems, Governance
and Ethics, Vol 5 No, 1, 2010 : p 13 – 23.
Al-Mushlih Abdullah, DR.Prof dan Shahal ashShawi,DR,Prof., Fikih Ekonomi Keuangan
Islam, Jakarta, Darul-Haq, 2004.
Novianti Leny, Hendra Gunawan, “Pengaruh Etika
Kerja Islam Dan Etika Bisnis Terhadap
Komitmen Organisasi Dengan Komitmen
Profesi Sebagai Variabel Intervening”,
Jurnal Manajemen Teori dan Terapan,
Tahun 3, No. 2, 2010 : Hlm. 170 – 188.
Qorhawi Yusuf DR., Halal dan Haram dalam
Islam, Jakarta, Robbani press, 2002.
Rokhman Wahibur, “The Effect Islamic work
ethics on work outcome”, Electronic
Journal of Business Ethics and
organization Studies (EJBO). Vol. 15 No.
1, 2010, P: 21 – 27.
Sadozai Mahmood Arshad et.al, “The Impact of
Islamic Work Ethics on Job Satisfaction
and Organizational Commitment: A Study
of Agriculture Sector of Pakistan”,
International Journal of Business and
Behavioral Sciences, Vol. 2, No.12
December 2012.
Shubkhi Mahmud Ahmad, Filsafat Etika, Jakarta,
Badan Penerbit PT Serambi Ilmu Semesta,
2001.
Shukor Abdul bin Shamsudin et.al,” Preliminary
Insights on the effect of Islamic work ethic
on telationship marketing and customer
satisfaction”, The Journal of Human
Resource and Adultn Learning, Vol 6,
Num. 1, June;2010,P. 106 -114.
Sofyan S, Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif
Islam, Jakarta, Salemba 2011
Syukur Suparman, Etika Religius, cetakan pertama,
Jogjakarta, penerbit Pustaka Pelajar.
2004.
Tamara, Toto, Membudayakan etos kerja Islami,
Jakarta, Gema Insani press, 2002.
Triyuwono Iwan Prof. PhD., Organisasi dan
Akuntansi Syari’ah, cetakan pertama,
Yogyakarta, LKIS, 2000.
Yousef, Darwish A. “Organizational Commitment
as a
Mediator of The Relationship
between Islamic Work Ethics and
Attitudes toward Organizational Change”.
Human Relations. Vol. 53 (4) . 2000, p:
513-537.
----------------------, “The Islamic work ethic as a
mediator of the relationship between locus
of control, role conflict and role ambiguity
A Study in an Islamic country setting”,
Journal Of Mnagerial Psychology., Vol 14
No. 4. 2000: P 283 – 302
----------------------, “Islamic work ethic – A
moderator
between
organizational
commitment and job satisfaction in a
cross-cultural context”, Personal Review,
Vol. 30 ISS: 2, 2001: pp.152 – 169.
Yunus Mohd Othman. et.al, “Islamic Work Values
and Organizational Commitment: A Case
Study Among Employees in Broadcasting
Industry, China-USA” Business Review,
ISSN 1537-1514 February 2012, Vol. 11,
No. 2, 2012: p. 161-172
31
Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016
Download