Etika Kerja Islam Sebuah kajian teoritik dan empirik Oleh Dr. Haerudin, MT1 1 Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang 17 Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016 A. Etika kerja Islam tinjauan teoritik. yang telah mewarnai dunia bisnis modern (Harahap 2011), yaitu: Kerusakan terjadi dimana mana, baik kerusakan alam yang ditandai dengan sering terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor tatkala musing penghujan dan kekeringan dan 1. Muncul dan meningkatnya kekuatan spiritual (The Power of spirituality); 2. Munculnya fajar baru kesadaran spiritualitas (The down of conscious capitalism); kekurangan air tatakala musim kemarau maupun 3. Bukti bahwa yang terjadi dan sukses adalah kerusakan sosial yang ditandai dengan sering pemimpin dari tengah (loading from the terjadi skandal di bidang politik, ekonomi, bisnis, middle); budaya dan berbagai aspek lainnya, misalnya 4. Banyaknya penyalahgunaan wewenang sehingga menjamurnya korupsi, kolusi dan nepotisme, hal ini dikarenakan penerapan spiritualisme dalam bisnis (The spirituality in business); 5. Meningkatnya konsumen yang memutuskan etika sering diletakan diluar sistem kehidupan perilakunya berdasarkan sehingga kebijakan dibuat jauh dari etika, bahkan diyakininya (Value driven based consumer); banyak yang menganggap bahwa setiap urusan 6. Munculnya gelombang pemecahan masalah bisnis tidak dikenal adanya etika sebagai kerangka atau solusi berdasarkan kesadaran (The wave of acuan, sehingga dalam pandangan mereka kegiatan conscious solution) bisnis adalah amoral (Ismanto 2009). Kondisi ini menimbulkan kerugian yang tata nilai yang 7. Munculnya ledakan isnvestasi dalam berbagai bidang bisnis yang memiliki etika dan tanggung sangat besar dan dirasakan oleh semua umat baik jawab sosial (The corporate yang beretika maupun yang jauh dari etika, sesuai responsibility investment). social dengan Firman Allah “Dan peliharalah dirimu dari Etika sering diartikan dengan kesusilaan, pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang- yang berakar kata susila, “su” artinya baik, benar orang yang zalim saja di antara kamu. dan dan bagus, sedang “sila” artinya dasar, tetapi ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya secara etimologis etika barasal dari bahasa yunani (QS. al-Anfal [8] : 25)” yaitu “ethos” yang dalam bentuk jamaknya Banyak kalangan yang mulai menyadari menjadi ”te etha” yang berarti adat istiadat atau bahwa kemajuan dalam bidang bisnis telah kebiasaan (Zubaidi 2008), atau ethos juga diartikan menyebabkan manusia semakin tersisih dari nilai- sebagai yang biasa, kebiasaan, adat, watak, nilai kemanusiaan (humanistik), atas dasar itu perasaan (Asy’ari 1997). muncul kesadaran bagi pemerintah dan pihak-pihak Etika merupakan prinsip-prinsip perilaku yang berkepentingan dalam organisasi bisnis untuk yang menekankan pada kode etika bisnis yang akan ketentuan/standar dilaksanakan oleh manajer dan karyawan pada (Bruce 1994). Etika mempunyai pengertian yang sebuah organisasi bisnis (Jalil 2010). luas yang meliputi suatu proses penentuan yang Patrice Aburdene dalam Megatrends 2010nya, mengemukakan ada tujuh megatrends bisnis benar dan atau baik sesuai dengan perilaku pada suatu profesi komplek tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi tertentu, proses itu meliputi 18 Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016 keseimbangan sisi dalam (inner) dan sisi luar dalam (outer) yang disifati oleh kondisi unit dari didefinisikan menjadi pengalaman 2011): dan pembelajaran masing-masing individu demikian dinyatakan oleh Wald dkk 1. berbagai nuansa, sehingga dapat berbagai arti (Harahap Nilai-nilai dan norma-norma moral yang (Gozali 2002). Sehingga etika merupakan suatu menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu usaha yang sistematis dengan menggunakan rasio kelompok dalam mengatur tingkah lakunya untuk menafsirkan pengalaman moral individual atau tingkah laku kelompoknya. dan sosial sehingga dapat menetapkan aturan untuk 2. Kumpulan asas atau nilai moral. mengendalikan perilaku manusia serta nilai - nilai 3. Ilmu tentang yang baik atau yang buruk yang berbobot untuk dapat dijadikan sasaran dalam Pakar lain DeGeorge membagi etika dalam tiga hidup (Simorangkir 2003). Disamping kata etika kelompok (Satyanugraha 2003): terdapat kata lain yang sering digunakan 1. Etika deskriptif (Descriptive ethics), mencoba bergantian, yaitu kata moral. Moral berasal dari melihat secara kritis dan rasional fakta tentang kata latin mos, yang dalam bentuk jamaknya mores sikap dan pola perilaku manusia yang sudah yang mengandung arti adat istiadat atau kebiasaan, membudaya, serta apa yang ingin dicapainya jadi melihat dari pengertian secara harfiah ini, etika dalam hidup ini sebagai suatu yang bernilai dan moralitas sama sama mengandung arti sisten bagi dirinya. nilai tentang bagaimana manusia harus hidup dan 2. Etika Normatif (Normative ethics), mencoba telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat menetrapkan berbagai sikap dan pola perilaku kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia perilaku yang ajeg dan berulang dalam kurun untuk menuntun dan mencapai kehidupan waktu yang lama sebagaimana laiknya sebuah yang bernilai bagi hidupnya disebut juga kebiasaan (Kerap 1998). ethical theory. Norma dapat dibagi dalam Etika bisa juga difahami sebagai suatu filsafat moral atau ilmu yang membahas dan berbagai jenis (Keraf 1998): a. Norma sopan santun, yang mengatur mengkaji nilai dan norma, sehingga merupakan perilaku refleksi kritis serta rasional mengenai nilai dan bertamu, berbicara dan sebagainya. norma mengenai masalah-masalah kehidupan b. sehari-hari, seperti cara Norma hukum adalah ketentuan yang manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan diterapkan masyarakat untuk menjaga norma yang diterima (Kerap 1998). Sehingga keselamatan rakyatnya dan menentukan secara sederhana etika adalah ilmu tentang apa hukuman atas pelanggarannya. yang dapat dilakukan atau ilmu tentang adat c. Norma moral adalah manusia tentang baik kebiasaan (Bertens 1993), disamping itu juga etika buruknya merupakan bidang ilmu yang bersifat normatif, fungsinya karena berperan menentukan apa yang harus mengatur tentang perilakunya sebagai dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang jabatan tertentu. sebagai menjalankan manusia, bukan individu (Beekum 2004). Etika sering digunakan 19 Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016 3. Etika meta (meta ethics) atau disebut juga berdasarkan sikap hormat pada hukum analytical ethics, merupakan bidang yang moral universal. mempelajari lebih dalam tentang asumsi dan 2. Etika Teologi, etika ini mengukur baik investigasi terhadap kebenaran dan ketidak buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan benaran menurut ukuran moral. yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau Secara teori, etika juga bisa dibagi dalam berbagai berdasarkan akibat yang ditimbulkan dari jenis (Kant 1988): tindakan itu, suatu tindakan dinilai baik kalau 1. Etika deontologi, deon diambil dari kata bertujuan mencapai suatu yang baik, atau Yunani yang berarti kewajiban, sesuai dengan kalau akibat yang ditimbulkannya baik dan makna kata deon, maka pada toeri ini berguna. Untuk menilai bagaimana kriteria menekankan pada kewajiban manusia untuk suatu tujuan dan akibat baik, jawabannya bertindak secara baik, suatu tidakan bernilai dibagi dalam dua teori (Harahap 2011): moral karena tindakan itu dilaksanakan a. Toeri egoisme, teori ini menganggap berdasarkan kewajiban yang memang harus bahwa setiap tindakan seseorang pasti dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat bertujuan (motivasi) untuk kepentingan dari tindakan itu, etika jenis ini sangat dan memajukan diri pribadinya apapun menekankan pada motivasi, kemauan baik alasan atau watak yang kuat dari sipelaku atau didukung kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya diberikan rasa terlepas dari apapun juga, maka dalam menilai kepentingan pribadinya, setiap orang seluruh tindakan, kemauan baik, harus selalu menjadi bersaing dan bekerja keras. dinilai paling pertama dan menjadi kondisi Teori egoisme inilah yang menimbulkan dari segalanya, secara singkat ada tiga prinsip konsumerisme yang harus dipenuhi (Keraf 1998): seseorang sudah mendapatkan hasil yang a. b. ucapannya. Thomas Teori Hobbes. untuk dan ini Dengan mendahulukan hedonisme jika Supaya tindakan punya nilai moral, banyak sehingga melupakan kepentingan tindakan orang lain. Jadi dalam teori ini , tidak itu harus berdasarkan kewajiban; mungkin ada altruisme atau pengorbanan Nilai moral dari tindakan itu tidak untuk orang lain. tergantung pada tercapainya tujuan dari c. dan b. Teori utilitarianisme disebut juga tindakan itu, melainkan tergantung pada universalisme etis, teori ini menilai kamauan mendorong bahwa baik buruknya suatu tindakan seseorang untuk melakukan tindakan itu, dinilai berdasarkan manfaat, tujuan atau walaupun akibat dari tindakan itu kepada sebanyak baik yang tujuannya tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik; mungkin orang. John Stuart Mill menilai Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip prinsip diatas, untuk orang banyak diukur dari upaya kewajiban adalah hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan kegunaan memberikan atau kebahagiaan kebahagiaan dan 20 Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016 menghindari hal yang menyakitkan atau pada pemikiran manusia tanpa diikat oleh moralitas tidak mengenakan bagi sebagian besar yang berakar pada keyakinan atau agama, misalnya orang. Disini tujuan yang ingin dicapai di bidang ekonomi, banyak yang menganggap adalah antara sesama manusia dapat bahwa ekonomi adalah nilai-nilai ekonomi yang bersatu dan hidup harmonis. tidak bisa dicampurbaurkan dengan nilai-nilai Beekum mengemukakan bahwa teori etika itu terdiri atas berikut (Harahap 2011): 1. 2. 3. 4. 5. 6. agama, nilai-nilai ke Tuhanan diletakan jauh diluar diri para pelaku ekonomi, mereka menganggap Relativisme, etika dianggap relatif karena keduanya merupakan hal yang terpisah, paham ini dilihat dari kepentingan atau kebutuhan masih terus berkembang dan dikenal dengan paham pribadi, skuler, sehingga walaupun nampaknya sudah Utilitarisme, etika dilihat dari segi kegunaan menggunakan etika tapi masih tetap muncul atau manfaat (umumnya manfaat ekonomis kecurangan-kecurangan bahkan skandal-skandal, atau material) bagi masyarakat, jika ada kecurangan yang terjadi selalu bisa ditutupi atau manfaatnya disebut etis, dilepaskan dari jeratan hukum karena dapat diputar Universalisme, etika dianggap bernuansa balikan dengan kelihaian logika atau mantik. universal, dianggap sama disemua tempat, dan Belakangan ini aliran skuler tersebut mulai standarnya dilihat dari motivasi keputusan pudar, bahkan Puttin yang dikenal presiden Rusia atau tindakan. yang merupakan negara komunis yang tidak Rights (hak-hak), etika ditentukan pada mengenal penghargaan hak-hak individu. keyakinan Distributive justice (keadilan distributif), etika menjawab: “Pertama dan paling penting, kita ditekankan pada distribusi kekayaan yang dipandu oleh akal sehat (common sense). Namun adil. akal sehat harus didasarkan pertama-tama pada Eternal law, etika diukur dari wahyu atau prinsip moral, sekarang ini tidak akan mungkin kitab suci. moralitas yang terpisah dari nilai-nilai agama Banyak anggapan bahwa moral cukup atau apapun namanya, cukup dalam kepemimpinannya, dia (Tanjung 2014).” diatasi dengan mempelajari etika, budi pekerti, sopan santun Tuhan, saat ditanya tentang peran .Atas dasar itu perlu adanya etika yang berdasarkan keyakinan atau agama (religion), yang diasarkan pada etika rasional yang merupakan secara umum konsepsi kemampuan keyakinan manusia terkait dengan eksistensinya, manusia dan tidak menghubungkan perbuatan pada alam semesta, dan peran Tuhan terhadap alam kehendak Tuhan, lebih jelasnya bahwa dasar dari semesta etika rasional ini adalah logika yang hanya membawa kepada pola hubungan dan perilaku berdasarkan sesuatu yang masuk akal (logis), tanpa manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan alam menimbang hal baik atau buruk menurut Tuhan semesta (Iefan 2012). yang didasarkan pada (Alarsyad 2014). Etika rasional ini menilai sesuatu berdasarkan hasil olah akal manusia yang berakar dan diartikan sebagai persepsi dan kehidupan Nilai-nilai diupayakan untuk manusia agama dimasukan sudah dalam sehingga banyak domain 21 Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016 ekonomi dan telah membuahkan hasil, sehingga keakuanya yaitu jiwa, semangat, pikiran maupun ada dimensi tenaga serta anggota tubuh fisiknya. Oleh karena spiritualitas yang bersumber dari agama mulai itu, maka dalam bekerja eksistensi diri manusia itu dilirik oleh masyarakat dunia barat (Husen 2005), terlihat dan terukur (Asy’ari 1997). Bahkan Imam dan ternyata sudah mulai memberikan hasil yang Ali ra. juga pernah mengatakan dengan tegas: signifikan, terbukti dengan berkembangnya bank "Bekerja adalah syiar (motto hidup) seorang syariah dan kemudian menyusul hotel syariah. mukmin", kecenderungan baru bahwa Rasulullah saw bersabda “Bila Etika yang berdasarkan pada ajaran agama seandainya besok hari kiamat terjadi, sementara Islam, yang sering dikenal dengan etika Islam ada diantara kalian yang memegang sebuah benih perhatiannya fokus terhadap Penciptanya, seperti tanaman diungkapkan oleh Beekum dalam Abdul Shukor menanamnya”. (HR. Ahmad). bin Shamsudin dkk bahwa nilai etika Islam berbeda di tangannya, Etika kerja maka telah hendaklah banyak ia mendapat dengan etika barat atau skuler, etika Islam titik perhatian dalam literatur perilaku organisasi yang beratnya pada pola hubungan antara manusia mengandung beberapa nilai kerja seperti, prestasi, dengan Penciptanya (Khaliq) (Shukor 2010). kepedulian, keadilan dan kejujuran (Meglino dkk Al-Hayyath mendefinisikan kerja dalam 1989). Konsep etika kerja Islam merupakan pola pengertian luas ialah semua usaha yang dilakukan hubungan manusia dengan kholiqnya dalam rangka manusia dalam hal materi, intelektual dan fisik, melaksanakan pekerjaan, oleh karena itu seperti serta hal yang berkaitan dengan keduniaan dan diungkapkan oleh Yousep bahwa Etika kerja Islam keakhiratan, dalam hal ini kerja di kaitkan dengan berasal kemaslahatan (Al Khayyath 1994), Sedangkan dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad saw kerja dalam pengertian khusus ialah tiap potensi (Darwish 2000). Sehingga yang membedakan etika yang dilakukan manusia untuk memenuhi tuntutan kerja berdasarkan syari’ah dengan etika lainnya hidup berupa makan, pakaian, tempat tinggal dan adalah berkaitan dengan niat, cara memilih peningkatan tarap hidup pada umumnya (Al tujuannya, serta sumber penentuan nilai (Tamara Khayyath 1994). Sebenarnya bekerja merupakan 2002). Etika kerja Islam mengandung dua dimensi sifat dasar manusia, makanya manusia sering yaitu ukhrawi dan duniawi. disebut mahluk bekerja (homo faber), dengan ukhrawi, syari’ah menekankan pentingnya niat, bekerja manusia menyatakan eksistensi dirinya yaitu semata-mata untuk mendapatkan keutamaan dalam dari Tuhan (Dewi dan Bawono 2008), kehidupan masyarakat. Bekerja pada dari Al-Qur’an yang prakteknya Dalam dimensi sebuah dasarnya merupakan realitas fundamental bagi bisnis yang dilandasi dengan niat yang tulus, untuk manusia, dan karenanya menjadi hakekat kodrat mencari nafkah yang halal, untuk mengembangkan yang agama selalu terbawa dalam setiap jenjang Allah merupakan ibadah tingkat perkembangan kemanusiaanya. Bekerja sebagai tinggi(Mas’ud 2003). Sedangkan dimensi duniawi, pernyataan eksistensi diri manusia sesungguhnya menekankan pada konsep ihsan untuk selalu merupakan pengalaman kesatuan diri , yang menyempurnakan pekerjaan dan itqon yang berarti melibatkan semua unsur yang membentuk 22 Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016 proses belajar yang sungguh-sungguh, akurat dan dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak sempurna. menyebut Allah. (QS. al-Ahzab [33]:21)”. Itqon merupakan kosakata bahasa arab Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa yang secara sederhana dapat diartikan ke dalam pada diri Rasulullah terdapat suri teladan yang bahasa Indonesia dengan kata rapi dan profesional, baik, Akhlaq Rasulullah bukan hasil rekayasa akal setidaknya ada empat poin penting yang membuat fikiran manusia, tetapi betul-betul gambaran Al- sebuah pekerjaan bisa dikatakan sebagai pekerjaan Qur’an dalam praktek sehari-hari, seperti dijelaskan yang itqon: oleh sebuah hadits “Dari Sa’id ibn Hisyam ibn 1. Melakukan pekerjaan tanpa cacat Ghomir pernah bertanya kepada Aisyah RA 2. Disiplin mentaati rambu-rambu dan tuntutan mengenai pekerjaan yang sedang dijalani menjawab, "Akhlak Nabi SAW adalah Al-Quran." 3. Melakukan pekerjaan pada waktu yang Rasulullah SAW. Aisyah (Musnad Imam Ahmad, No. 23460) seharusnya (tidak menunda-nunda) 4. akhlak Dari hadits tersebut diatas dapat dikatakan Selalu berpikir untuk bisa mengembangkan bahwa pekerjaan itu, hingga tidak berjalan di tempat merupakan gambaran pelaksanaan Al-qur’an dalam Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw. pribadi kehidupan atau akhlaq sehari-hari pada Rasulullah berbagai saw bidang juga mengingatkan: Artinya: "Sesugguhnya Allah kehidupan termasuk didalamnya mengenai etika Swt. menyukai bila kalian melakukan sesuatu bekerja, sehingga etika kerja Islam adalah etika pekerjaan dengan rapi/profesional (Itqon)” (HR. yang diatur dalam Al-Qur’an yang prakteknya Abu Ya'la, dan dishahihkan oleh Al Albani) dicontohkan oleh Secara ringkas, mewujudkan itqon dalam memberikan pujian hidup dapat dilakukan dengan mengatasi semua ” firmanNya Dan Sesungguhnya kamu benar-benar faktor-faktor di atas, yaitu dengan: berbudi pekerti yang agung”. (QS. Al Qalam [68]: 1. Melakukan pekerjaan tidak semata-mata demi kepada saw. Allah NabiNya, dalam 4). kepentingan materil (ikhlas beraktivitas) 2. Rasulullah Dengan mempraktekan etika kerja Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang menurut Rasulullah, secara otomatis akan bekerja cukup dengan bingkai akhlaq yang baik, karena sebaik- tentang pekerjaan yang sedang dihadapi baiknya akhlaq manusia adalah akhlaq Rasulullah 3. Memiliki kemauan yang kuat saw, seperti dijelaskan dalam hadits, Anas RA 4. Menyadari indahnya hidup itqon. berkata, 5. Sabar dalam meniti setiap pekerjaan manusia dengan akhlak yang paling mulia”. Nabi besar Muhammad saw merupakan teladan disemua aspek kehidupan seperti dijelaskan “Keadaan Rasulullah SAW adalah (Shahih Al-Bukhârî hadis no. 5735). Bahkan keimanan seseorang sangat dalam Al-Qur’an “Sesungguhnya telah ada pada ditentukan oleh akhlaq yang bersangkutan, seperti (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu disabdakan dalam hadits Nabi Muhammad saw (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah “Sesempurna-sempurnanya keimanan seorang 23 Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016 mu’min adalah yang paling baik akhlaknya (HR. Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Turmudzi)” mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu Di dalam etika kerja Islam sangat akan dikembalikan kepada (Allah) yang ditekankan mengenai kerja keras, Rasulullah saw mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu pernah memuji tangan seseorang yang sangat kasar diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu dan letih karena pekerjaan untuk memperoleh kerjakan”. (QS. at-Thaubat [9] : 105). Dari ayat rezeki, dan dikatakannya itulah sesungguhnya yang diatas dicintai Allah dan Rasul-Nya (Sulaiman 1985), sesorang sangat tergantung pada kerjanya. Hasil Muhammad bin Al-Hasan, sahabat Abu Hanifah, yang didapat seseorangpun sangat tergantung pada meriwayatkan apa pula bahwa Nabi suatu hari disebutkan bahwa penilaian yang telah diusahakannya terhadap seperti telah bersalaman dengan Sa’ad bin Mu’adz, dan ternyata dijelaskan dalam Al-qur’an “(yaitu) bahwasanya kedua tangan Sa’ad terasa kasar. Nabi menanyakan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa hal itu kepadanya, maka jawabnya “ Saya baru orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada mencangkul dan membersihkan pohon korma memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. untuk membiayai keluarga saya” Kemudian Nabi (QS. an-Najm [53] : 38-39). mencium tangannya sambil bersabda “Inilah kedua tangan yang dicintai Allah (Sulaiman 1985).” Etika kerja Islam memandang dedikasi dalam bekerja adalah kebajikan, usaha yang Seorang muslim tidak boleh bermalas- maksimum harus dilakukan oleh seseorang dalam malasan dalam mencari rezeki dengan alasan sibuk bekerja karena merupakan kewajiban seorang beribadah atau tawakal kepada Allah, karena langit individu yang mampu, kerja kreatif merupakan tidak akan mencurahkan hujan emas dan perak sumber (Qardhawi 2002), Allah berfitman “Sesungguhnya (accomplishment) (Sutono 2008). sesudah kesulitan itu ada kemudahan. maka apabila kamu telah selesai pencapaian Islam tidak membenarkan seseorang jadi penonton tetapi harus menjadi pemain untuk kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) mengelola sumbar daya yang ada, karena apapun yang lain (QS Alam Nasyrah [95]: 6-7), ayat ini yang diperoleh oleh seseorang merupakan hasil dari menekankan apabila telah selesai berdakwah maka apa yang telah diusahakannya, hal ini telah beribadatlah kepada Allah; apabila kamu telah dijelaskan dalam Al-qur’an “Dan janganlah kamu selesai maka iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang kepada sebahagian kamu lebih banyak dari mengatakan: apabila telah selesai mengerjakan sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki shalat telah ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, menyelesaikan suatu pekerjaan maka langsung dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa kerjakan yang lain, sebab apapun yang diinginkan yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada oleh seseorang baru dapat dicapai jika diusahkan Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya dengan kerja maksimal, Allah memerintahkan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (QS. an- untuk bekerja, “Dan Katakanlah Bekerjalah kamu, Nisa [4] : 32). berdoalah, sesuatu dan urusan), mengerjakan (dari kebahagiaan urusan intinya dunia apabila 24 Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016 Keberhasilan dan kemajuan manusia di muka bumi ini tergantung pada usahanya (Anik & Arifuddin 2003). Ali Abas Thabrani bab Qith’ah min Al-Mafqûd Juz. 19 hal. 109). juga menyatakan Rasulullah saw juga mensejajarkan orang sukses dan kemajuan seseorang tergantung pada yang bekerja dengan orang ibadah pada waktu kerja keras dan komitmen orang tersebut pada malamnya dan puasa pada waktu siangnya “Dari pekerjaannya (Abas 2003). Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, Kerja keras dipandang sebagai kebajikan “Orang yang bekerja untuk membiayai janda dan dan barang siapa yang bekerja keras akan berhasil orang miskin adalah seperti pejuang pada jalan dalam hidupnya dan sebaliknya tidak bekerja keras Allah sebagai penyebab kegagalan kidup (Gozali 2012). malamnya sambil shaum pada siang harinya” Kerja keras yang konstan tanggungjawab menghasilkan seseorang, improvikasi merupakan persaingan yang akan berkualitas, singkatnya, etika kerja Islam berpendapat bahwa atau seperti orang yang qiyamull-ail (Shahih Al-Bukhârî bab Fadhl Nafaqah ‘ala AlAhli Juz. 16 hal. 429; Sunan Al-Nasâ’i bab Fadhl Al-Nafaqah ‘ala Al-Armilah Juz. 8 hal. 366). Disamping Rasulullah sangat hidup tanpa kerja tidak memiliki arti, dan menekankan untuk bekerja keras juga sekaligus melakukan aktivitas ekonomi merupakan suatu Rasulullah kewajiban (Darwish 2000). Abdullah ibn Umar r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. Rasulullah Muhammad saw melarang meminta-minta “Dari sangat bersabda, “Meminta-minta senantiasa dilakukan memuliakan orang yang bekerja keras “Dari oleh seorang dari kamu, sehingga dia menghadap Rifa’ah ibn rafi’ dari Rafi’ ibn Khadij ia berkata, Allah sedang di wajahnya sudah tidak ada sepotong “Rasulullah Saw. pernah ditanya, kasab apakah dagingpun.” (Shahih Al-Bukhori bab Man Yas’alu yang paling utama? Maka jawab beliau saw: Ialah Takatstsuran Juz. 6 hal. 31). orang yang bekerja dengan tangannya dan setiap Dengan ancaman yang keras inilah jual beli yang bersih” (Musnad Ahmad, no. 16628 Rasulullah saw hendak menjaga kehormatan dan Juz 35 hal. 137; Al-Mustadrak ‘alâ Al-Shahihain li harga diri seorang Muslim, dan membiasakannya Al-Hakim no. 2117). untuk menjaga gengsinya, percaya pada diri sendiri Dalam kesempatan lain Rasulullah saw dan menjauhkan diri dari meminta-minta kepada juga menjelaskan bahwa bekerja dapat menghapus orang lain (Qardhawi 2002). Dengan demikian dosa yang tidak bisa dihapus oleh berbagai ibadah bekerja keras merupakan tuntutan yang tidak bisa “Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. ditawar-tawar lagi untuk mendapatkan kehormatan bersabda, “Sesunnguhnya di antara dosa-dosa ada diri seseorang. dosa yang tak bisa dihapus dengan shalat, puasa, Abu Hamid ibn Muhammad ibn haji dan juga tidak bisa dihapus dengan umroh”. Muhammad ibn Taus Ahmad al-Tusi al-Syafi’i Mereka kemudian bertanya, “Apa yang dapat yang lebih dikenal dengan nama Imam Al Ghazali menghapusnya menekankan wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Bisa dihapus dengan kesulitan di dalam bekerja harus senantiasa berpedoman terhadap etika bisnis yang Islami, Al dalam mencari rezeki.” (Mu’jam Al-Kabîr li Al- 25 Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016 Ghazali secara garis besar mengklasifikasikannya memahami kekurangan orang lain, memenuhi hak- menjadi 8 etika, yaitu (Ali 2012): hak orang lain, menghindari sikap menahan hak, 1. Aktifitas bisnis harus berlandaskan unsur menipu, manipulasi dan sejenisnya (al-Muslih dan keadilan, kebaikan, kebajikan dan tidak ash-Shawi 2004). adanya kedhaliman. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Etika Kerja Islam menunjukan dedikasi Harus ada kejelasan antar para pelaku bisnis, terhadap pekerjaan, adanya usaha yang cukup sehingga tidak ada kecurangan. untuk menyelesaikan satu pekerjaan yang sekaligus Membina relasi bisnis dengan baik dan menentukan kemampuan individu dalam pekerjaan amanah. tertentu, menekankan pada kerja team (Darwish Hutang piutang harus segera diselesaikan 2000), tujuan utama etika menurut Islam adalah sebelum waktu yang disepakati. “menyebarkan Mengurangi margin dengan menjual lebih (Triyuwono 2000), sesuai dengan tujuan diutusnya murah, dan pada gilirannya meningkatkan Rasulullah saw adalah untuk menyebarkan rahmat keuntungan. pada semua alam “dan Tiadalah Kami mengutus Aktifitas bisnis tidak hanya untuk mengejar kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi keuntungan dunia semata, karena keuntungan semesta alam”. (QS. al-Anbiya [21] : 107), konsep yang sebenarnya adalah akhirat. rahmatan lil alamin dalam hal ini berarti setiap Menjauhkan dari transaksi-transaksi yang pekerjaan pasti memerlukan kerja sama yang pada syubhat. intinya menunjukkan adanya kesepakatan antara Meraih keuntungan dengan pertimbangan dua orang atau lebih yang saling menguntungkan, risiko yang ada. memberi kemaslahatan, dan bermitra secara win Selain mengungkapkan tentang etika bisnis yang Islami, Al Ghazali juga mengungkapkan rahmat pada semua makhluk win solution (Hafsah 2000), dari sini diharapkan efek sisnergi yang positif. sekaligus memperingatkan tentang pelanggaran Tujuan itu secara normatif berasal dari etika yang meliputi: keyakinan Islam dan misi sejati hidup manusia. 1. Eksploitasi Tujuan itu pada hakekatnya bersifat trasendental 2. Hilangnya Kerelaan karena tujuan itu tidak terbatas pada kehidupan 3. Penipuan dan Kecurangan dunia, tetapi juga dalam kehidupan setelah dunia 4. Harta yang Batil ini. Walaupun tujuan itu agaknya terlalu abstrak, Didalam melaksanakan bisnis harus tujuan itu dapat diterjemahkan dalam tujuan-tujuan menggunakan akhlaq yang baik, karena akhlaq yang lebih praktis (operatif), sejauh penerjemahan merupakan tulang punggung agama, akhlaq yang itu masih terus terinspirasi dari dan meliputi nilai- baik didalam melaksanakan bisnis diantaranya nilai tujuan utama. Dalam pencapaian tujuan adalah; kejujuran, sikap amanah dan legawa, sifat tersebut suka menunaikan janji, bersikap konsekuen dalam memastikan bahwa upaya yang merealisasikan membayar hutang dan memiliki toleransi dlam tujuan operatif selalu dijalan dengan benar. diperlukan peraturan etik untuk menagih hutang yang kesulitan membayarnya, 26 Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016 Didalam etika kerja Islam bekerja Darwish A. Yousef tahun 2000 telah merupakan kewajiban dan sekaligus kebutuhan dan melakukan penelitian dengan judul Organizational merupakan membangun Commitment as a Mediator of the Relationship keseimbangan antara kehidupan individu dan sosial between Islamic Work Ethics and Attitudes toward (Ali 2001). Etika kerja Islam menekankan pada Organizational Change, keadilan dan secara umum mengkondisikan tempat membuktikan bahwa kerja dengan lebih menekankan pada kasejahteraan berpengaruh secara langsung dan positif baik sosial dari pada pemenuhan pendapatan (Darwish terhadap komitmen organisasi maupun terhadap 2000). sikap pada perubahan untuk berbagai dimensi. kegiatan yang hasil Etika penelitian Kerja ini Islam Etikia kerja Islam sendiri mempunyai Darwish A. Yousef pada tahun 2001 wilayah interpretasi yang sangat luas, karena mengadakan penelitian dengan judul Islamic work menyangkut cara berpikir dan bertindak seorang ethic – A moderator between organizational muslim secara menyeluruh (Dewi dan Bawono commitment and job satisfaction in a cross-cultural 2008). Al-Khayyath menjelaskan bahwa hal-hal context, hasil penelitian ini menunjukan bahwa penting tentang etika kerja Islam yang harus Etika kerja Islam secara langsung mempengaruhi diperhatikan adalah: Adanya keterikatan individu komitmen organisasi dan kepuasan kerja, dan terhadap memoderasi ke dua hubungan tersebut. diri dan kerja yang menjadi tanggungjawabnya, berusaha dengan cara halal Astri Fitria pada tahun 2003 telah dalam seluruh jenis pekerjaan, dilarang memaksa melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Etika orang lain. Kerja Islam terhadap sikap akuntan dalam Islam menekankan sifat sifat yang harus perubahan organisasi dengan komitmen organisasi dimiliki oleh seorang pekerjan, yaitu; tidak sebagai variabel intervening, populasi penelitian ini mendurhakai Allah, kuat, dapat dipercaya, dan adalah seluruh akuntan intern , akuntansi pendidik profesionalisme, berkerja keras, dedikasi terhadap dan staf akuntansi yang bekerja pada organisasi pekerjaan, kreatvitas organisasi berbasis Islam di Indonesia yaitu pekerjaan, kerjasama dalam dan melaksanakan kompetisi dalam perbankan syariah, asuransi syariah, Rumah sakit pekerjaan, memperhatikan deadline pekerjaan dan dan perguruna tinggi, hasil penelitian ini menegakan keadilan di tempat pekerjaan (Dewi dan menunjukan bahwa etika kerja Islam berpengaruh Bawono 2008). secara signifikan terhadap komitmen organisasi dan sikap pada perubahan pada semua dimensi. Mochammad Maksum dkk. pada tahun B. Etika kerja Islam tinjauan empirik 2006 Secara mengetrapkan empirik etika telah kerja banyak Islam, hal mengadakan penelitian dengan Judul yang Pengaruh etika kerja Islam dan komitmen pada dapat organisasi terhadap kepuasan kerja, hasil dibuktikan dengan banyaknya penelitian-penekltian Penelitian ini menunjukan bahwa etika kerja Islam yang telah dilakukan: dan komitmen pada organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan lebih 27 Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016 lanjut kepuasan kerja bepengaruh pada kepuasan dengan judul Analisis pengaruh etika kerja Islam hidup. terhadap sikap karyawan bagian akuntansi dalam Indira Januarti, Ashari Bunyaanudin pada perubahan organisasi (Studi kasus pada Bank tahun 2006 telah melakukan penelitian dengan umum non Syariah di Wilayah eks karesidenan judul dan Banyumas Jawa Tengah, hasil dari penelitian keterlibatan kerja terhadap hubungan antara etika tersebut menunjukan bahwa Islamic Work Ethis kerja Islam dengan sikap terhadap perubahan mempunyai pengaruh yang posistif dan signifikan organisasi, hasil penelitian ini adalah Etika Kerja terhadap sikap pada perubahan baik cognitif, Islam tidak berpengaruh secara langsung terhadap affective maupun baharioaral tendency. Pengaruh komitmen organisasi sikap terhadap perubahan, dengan memasukan Wahibur Rokhman pada tahun 2010 keterlibatan kinerja maka ada pengaruh yang kuat mengadakan penelitian dengan judul The Effect of terhadap hubungan antara etika kerja Islam Islamic Work terhadap sikap terhadap perubahan sementara Penelitian ini menunjukan komitmen organisasi tidak mempunyai pengaruh berpengaruh positif dan signifikan terhadap Job yang kuat pada hubungan antara etika kerja Islam satisfaction dan Organizational Commitment, akan dengan sikap terhadap perubahan. tetapi tidak bepengaruh yang signifikan ter hadap Subowo, dan Marfuah pada tahun 2006 Ethics on Work Outcomes, hasil Islamic Work Ethics Turnover Intention. mengadakan penelitian dengan judul hubungan Norshidah Mohamed, Nor Shahriza dan antara Pengetahuan Akuntansi, pengalaman Kerja, Abdul Karim Ramlah Hussein pada tahun 2010 dan Etika Kerja Islam dengan Kinerja Unit telah melakukan penelitian dengan judul Linking Pertanggungjawaban Keuangan di Lingkungan Islamic Work Ethic to Computer Use Ethics, Job Badan Wakaf UII, hasil penelitian ini menunjukan Satisfaction and Organisational Commitment in bahwa Pengalaman Kerja dan Etika Kerja Islam Malaysia, hasil penelitian ini menunjukan bahwa mempunyai korelasi positif secara signifikan Islamic Work Ethic berpengaruh positive terhadap dengan Kinerja Pegawai. Organisational Commitment. Achmad Kusaili dan Kasyful Anwar pada Leny Novianti dan Hendra Gunawan pada tahun 2007 mengadakan penelitian dengan judul tahun 2010 mengadakan penelitian dengan judul Analisis dan Pengaruh Etika Kerja Islam Dan Etika Bisnis keterlibatan kerja terhadap hubungan antara Etika Terhadap Komitmen Organisasi Dengan Komitmen kerja Islam dengan sikap perubahan organisasi, Profesi hasil penelitian ini menunjukan Keterlibatan kerja penelitian tersebut menunjukan bahwa Eksternal dan sikap perubahan organisasi tidak berpengaruh audit berjalan sesuai dengan aturan kerja, demikian terhadap etika kerja Islam, Sikap perubahan juga etika profesi atau etika kerja Islam dan etika organisasi organisasi bisnis bisa lebih baik dalam menjalankan tugas dan pengaruh dan komitmen kimitmen organisasi tidak berpengaruh pada Etika kerja Islam. Sari Suasana Dewi dan Sebagai Variabel Intervening, hasil fungsinya sebagai eksternal auditor. Dan sekaligus Icuk Rangga Bawono pada tahun 2008 mengadakan penelitian berpengaruh komitmen profesi sebagai eksternal auditor dan komitmen organisasi. 28 Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016 Muhammad Nasri Md Husain dkk pada untuk grade 17 sampai dengan 20, hasil penelitian tahun 2011 mengadakan penelitian dengan judul ini menunjukan bahwa The Ralationsip between Islamic Work Ethic, Work posistive dan signifikan anatara etika kerjan Islam Conflict, Reward and Job Satisfaction, hasil dengan kemampuan berinovasi dimana, penyebaran Penelitian menunjukan bahwa Work Conflict pengetahuna sebagai moderator. mempunyai pengaruh negative dan sgnifikan Haerudin padan Teradapat hubungan tahun 2014 telah dengan job satisfaction. Tidak terdapat pengaruh mengadakan penelitian dengan judul peran etika yang signifikan antara Reward dan job satisfaction, kerja Islam, kepemimpinan spiritual, dan budaya Islmamic work ethic berpengaruh positif dan organisasi terhadap sikap dalam perubahan: dengan signifikan terhadap job satisfaction. komitmen organisasi sebagai mediator, Nik Mu’tasim Ab. Rahmann dkk yang pada dilakukan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariat se tahun 2011 mengadakan penelitian dengan judul Indonesia, hasil penelitian menunjukan bahwa etika The Ralationship Between Islamic Work Ethics and kerja Organizational Commitment: A Case Analysis keterlibatan kerja, Etika kerja Islam berpengaruh University, hasil Penelitian ini menunjukan bahwa terhadap keterlibatan kerja, Etika kerja Islam terdapat hubungan positif dan signifikan antara berpengaruh terhadap lomitmen organisasi, Islamic Work Ethics dengan Islam tidak berpengaruh terhadap Commitment Dengan melihat kajian empirik dari hasil Organizational baik Continuance, Normative dan hasil penelitian tersebut dapat diambil beberapa affective Commitment, hanya terhadap affective kesimpulan; bahwa etika kerja Islam mempunyai commitment korelasinya lebih tinggi. pengaruh terhadap variabel komitmen organisasi, Muhammad Yousuf Khan Marri, Arshad sikap pada perubahan, kepuasan kerja, kepuasan Mahmood Sadozai, Hafiz Muhammad Fakhar hidup, kinerja pegawai, kemampuan berinovasi dan Zaman dan Muhammad I. Ramay tahun 2012 telah keterlibatan kerja. melakukan penelitian dengan judul The Impact of Islamic Work Ethics on Job Satisfaction and Organizational Commitment: A Study DAFTAR PUSTAKA of Agriculture Sector of Pakistan, hasil penelitian ini menunjukan bahwa Islamic work ethics mempunyai pengaruh yang signifikann dan positive baik baik dengan job satisfactin maupun dengan organizational commitment . Khurram Zafar Awan, Mehwish Akram pada tahun 20012 mengadakan penelitian dengan judul The Relationship Between Islamic Work Ethics And Innovation Capability And Knowledge Abbas Ali, “Organizational Development in the Arab World”. Journal of Management Development, Vol. 15 (5), 1996; P. 4-22. ------------- , “Scaling an Islamic work ethic”, The journal of social psychology, 128 (5), 2000; p: 575 – 583 Abas Ali dan Abdullah Al-Owaihan, “Islamic work ethic: a critical review, Cross Cultural Management”, An International Journal, Vol. 15 No. 1, 2008; p. 5-19 Sharing Plays Moderation Role. Populasi dalam penelitian ini yang offiser organisasi sektor publik 29 Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016 Afzalurrahman, Muhammad sebagai Seorang Pedagang, Jakarta, Penerbit Yayasan Swarna Bhumy,1995. Ahmad Shakil Muhammad, “Work Ethics: An Islamic Prospective”, International Journal of Human Sciences, Vo. 8 Issue 1, 2011 : Hl, 850 – 859. Ali Muhammad, Etika Menurut Imam Al-Ghazali, http://alcayet.blogspot.com/2012/02/etikaimam-al-ghazali-selayang-pandang.html, Diunduh tanggal 1 Februari 2013 Jam 10.35 Alfianto Nasron, “Pengaruh Etika Kerja Akuntan terhadap Komitmen Profesi dan Komitmen Organisasi”. tesis program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, 2002. Anik Sri & Arifuddin, “Analisis pengaruh komitmen organisasi dan keterlibatan kerja terhadap hubungan antara etika kerja islam dengan sikap perubahan organisasi”, JAAI, Vol 7 No. 2, Desember 2003; Hal: 159 – 183 Asifudin Janan Ahmad, Etos Kerja Islami, Surakarta, Penerbit Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004. Awan Zafar Khurram dan Mehwish Akram, “The Relationship Between Islamic Work Ethics And Innovation Capability And Knowledge Sharing Plays Moderation Role”, International Journal of Economics and Management Sciences, Vol. 1, No. 8, 2012: pp. 34-48 Bertens K, “Etika”, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993, Biatna Dulbert Tambolon, “Analisi Faktor Gaya Kepemimpinan dan Faktor-faktor Etos Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Organisasi yang telah menerapkan SNI 19-9001-2001”, Jurnal Standarisasi, Vol 9 No. 3, 2007: Hal 106 – 115 pada Bank umum Syariah di wilayah eks karesidenan Banyumas Jawa Tengah)”, JAAI, Volume 12 No. 1, 2008: hlm. 65 – 78. Fitria, Astri, “Pengaruh Etika Kerja Islam Terhadap Sikap Akuntan dalam Perubahan Organisasi dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening”, Jurnal Manajemen Akuntansi dan Sistem Informasi. Vol. 3, 2003; P. 14-35 Ghozali Imam, Prof. DR. M.Com, “Pengaruh religiositas terhadap komitmen organisasi keterlibatan kerja, kepuasan kerja dan produktivitas”, Jurnal bisnis strategi, Vol 9 (Juli), 2002. Gunawan Aji, Pengaruh Etika Kerja Islam Terhadap Komitmen Organisasi dengan Komitmen Profesi sebagai Variabel Intervening, thesis Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, 2003. Indira, Ashari Bunyaanudin, “Pengaruh komitmen organisasi dan keterlibhatan kerja terhadap hubungan antara etika kerja Islam dengan sikap terhadao perubahan organisasi”, JAAI, Vol 10, 2006: hlm 13 - 26 Jalil Abdul Md, et. al, “Implementation Mechanism of Ethics in Business Organizations”, Bisnis Internasional Research, Vol. 3, No 4; 2010 Keraf Sonny A. DR, Etika Bisnis tuntutan dan relevansi, Kanisius, Jogjakarta, 1998. Al Khayyath Aziz Abdul, Nazrah Al Islam lil’amal wa Atsaruhu fi Tanmiyah, Etika Kerja dalam Islam, Terj Drs. Moh. Nurhakim, Jakarta, Gema Insani Press, 1994. Kusaili Achmad dan Kasyful Anwar, 2007, “Analisis pengaruh komitmen organisasi dan keterlibatan kerja terhadap hubungan antara Etika kerja Islam dengan sikap perubahan organisasi”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen dan Akuntansi, Vol 6 No. 3, 2007: Hal. 265 – 278 Dewi Susanti Sari dan Icuk Rangga Bawono, “Analisis pengaruh etika kerja Islam terhadap sikap karyawan bagian akuntansi dalam perubahan organisasi (studi kasus 30 Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016 Machfoedz Mas”ud DR. Prof., “Strategi pendidikan Akuntansi dalam Era Globalisasi”. Journal Perspektif FE UNS. Edisi Juli-September 1997: pp 64-75. Mas’ud Abdurrahman, M.A, Ph.D, Prof, “Menuju Paradigma Islam Humanis”, Yogjakarta; Gama Media, 2003 Misanan Munrokhim, M.A.Ec., Ph.D., dkk, Ekonomi Islam, Ditulis oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta atas kerja sama dengan Bank Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers, 2008. Mohamed Norshidah and Nor Shahriza Abdul Karim, “Linking Islamic Work Ethic to Computer Use Ethics, Job Satisfaction and Organisational Commitment in Malaysia”, Journal of Business Systems, Governance and Ethics, Vol 5 No, 1, 2010 : p 13 – 23. Al-Mushlih Abdullah, DR.Prof dan Shahal ashShawi,DR,Prof., Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Jakarta, Darul-Haq, 2004. Novianti Leny, Hendra Gunawan, “Pengaruh Etika Kerja Islam Dan Etika Bisnis Terhadap Komitmen Organisasi Dengan Komitmen Profesi Sebagai Variabel Intervening”, Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, Tahun 3, No. 2, 2010 : Hlm. 170 – 188. Qorhawi Yusuf DR., Halal dan Haram dalam Islam, Jakarta, Robbani press, 2002. Rokhman Wahibur, “The Effect Islamic work ethics on work outcome”, Electronic Journal of Business Ethics and organization Studies (EJBO). Vol. 15 No. 1, 2010, P: 21 – 27. Sadozai Mahmood Arshad et.al, “The Impact of Islamic Work Ethics on Job Satisfaction and Organizational Commitment: A Study of Agriculture Sector of Pakistan”, International Journal of Business and Behavioral Sciences, Vol. 2, No.12 December 2012. Shubkhi Mahmud Ahmad, Filsafat Etika, Jakarta, Badan Penerbit PT Serambi Ilmu Semesta, 2001. Shukor Abdul bin Shamsudin et.al,” Preliminary Insights on the effect of Islamic work ethic on telationship marketing and customer satisfaction”, The Journal of Human Resource and Adultn Learning, Vol 6, Num. 1, June;2010,P. 106 -114. Sofyan S, Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, Jakarta, Salemba 2011 Syukur Suparman, Etika Religius, cetakan pertama, Jogjakarta, penerbit Pustaka Pelajar. 2004. Tamara, Toto, Membudayakan etos kerja Islami, Jakarta, Gema Insani press, 2002. Triyuwono Iwan Prof. PhD., Organisasi dan Akuntansi Syari’ah, cetakan pertama, Yogyakarta, LKIS, 2000. Yousef, Darwish A. “Organizational Commitment as a Mediator of The Relationship between Islamic Work Ethics and Attitudes toward Organizational Change”. Human Relations. Vol. 53 (4) . 2000, p: 513-537. ----------------------, “The Islamic work ethic as a mediator of the relationship between locus of control, role conflict and role ambiguity A Study in an Islamic country setting”, Journal Of Mnagerial Psychology., Vol 14 No. 4. 2000: P 283 – 302 ----------------------, “Islamic work ethic – A moderator between organizational commitment and job satisfaction in a cross-cultural context”, Personal Review, Vol. 30 ISS: 2, 2001: pp.152 – 169. Yunus Mohd Othman. et.al, “Islamic Work Values and Organizational Commitment: A Case Study Among Employees in Broadcasting Industry, China-USA” Business Review, ISSN 1537-1514 February 2012, Vol. 11, No. 2, 2012: p. 161-172 31 Maksimum Vol.5 No.1 September 2015 – Februari 2016