3. GLIKOGENESIS INTRODUKSI Glikogen merupakan simpanan karbohidrat utama pada hewan yang dapat disamakan dengan pati dalam tumbuh-tumbuhan. Glikogen terutama terdapat dalam hepar (sampai 6%) dan otot (jarang lebih dari 1%). Tetapi karena massa otot lebih besar dibanding massa hepar, maka kandungan glikogen otot 3-4 kali dari kandungan glikogen di hepar. (Tabel 20-1) Glikogen merupakan polimer a-D-glukosa dan strulcturnya bercabang-cabang. Tabel 20-1 : Simpanan karbohidrat paska absorpsi pada orang dewasa normal (berat badan 70 kg) Glikogen hepar Glikogen otot 4,0% = 72 gi 0,7% = 245 g2 Glukosa ekstra sel 0,1% = 10 g3 Jumlah = 327 9 1 berat hepar = 1800 g 2 massa otot = 35 kg 3 volume total cairan ekstra seluler = 10 L KEPENTINGAN BIOMEDIS Glikogen otot adalah sumber unit-heksosa yang siap digunakan untuk glikolisis di dalam otot itu sendiri. Glikogen hepar adalah simpanan karbohidrat yang merupakan sumber unit-heksosa untuk mempertahankan kadar glukosa darah (KGD), terutama di antara waktu makan. Setelah puasa 12-18 jam, glikogen hepar menjadi hampir kosong, sedang setelah latihan berat dan lama kandungan glikogen otot menurun nyata. Penyakit timbunan glikogen merupakan penyakit herediter (diwariskan) ciri khas dengan mobilisasi glikogen kurang atau penimbunan glikogen dengan struktur abnormal yang menyebabkan kelemahan otot bahkan bisa meninggal. GLIKOGENESIS TERUTAMA TERJADI DI OTOT DAN HEPAR Dua molekul fosfat energi tinggi digunakan dalam penggabungan I mol glukosa ke dalam glikogen, tanda (+) = pacuan, tanda (-) hambatan. Insulin menurunkan kadar cAMP hanya setelah cAMP dinaikkan kadarnya oleh glukagon atau epinefrin yang bekerjanya antagonis dengan insulin. Glukagon aktif dalam otot jantung tetapi tidak aktif dalam otot skelet. Glikogenesis adalah sintesis glikogen. Glikogenesis berlangsung terutama di hepar dan otot. Urutan reaksinya adalah sebagai berikut: 1. Fosforilasi glukosa menjadi glukosa-6P Reaksi ini dikatalisis oleh enzim heksokinase dalam otot dan glukokinase dalam hepar. 2. Perubahan glukosa-6P menjadi glukosa-1P Reaksi ini dikatalisis oleh enzim fosfoglukomutase, dengan basil zat-antara glukosa 1,6-bisfosfat. 3. Glukosa- 1P + UTP (uridin tri fosfat) menjadi UDPG1c (uridin difosfat glukosa) aktif + PPi (pirofosfat anorganik) Reaksi ini dikatalisis oleh UDPGIc-pirofosforilase. Hidrolisis PPi oleh enzim pirofosfatase anorganik berakibat reaksi berlangsung ke kanan. 4. Pembentukan ikatan glikosida 14 Dengan enzim glikogen sintase, C 1 dari glukose aktif dalam UDPGIc membentuk ikatan glikosida dengan C4 residu glukosa terminal dan glikogen, dan UDP dibebaskan. Molekul glikogen yang telah ada atau "glikogen primer" diperlukan untuk mengawali reaksi ini. "Glikogen primer" seterusnya dibentuk pada protein primer (glikogenin). Glikogenin adalah protein dengan BM 37 kDa yang menjadi terglikosilasi oleh UDPGIc. pada residu tirosin spesifik selanjutnya. Residu-residu glukosa beriktitnya akan terikat pada posisi 144 yang akan membentuk rantai pendek yang dikatalisis oleh glikogen sintase. Di dalam otot skelet, glikogenin tetap terikat di tengah pusat molekul glikogen, sedang di dalam hepar, jumlah molekul glikogen melebihi jumlah molekul glikogenin. 5. Pembentukan percabangan dengan ikatan glikosida 146 melibatkan pelepasan ikatan dari rantai glikogen yang ada. Penambahan residu glukosa pada "glikogen primer", terjadi pada bagian luar molekul glukosa terakhir yaitu pada daerah "non-reducing" (tidak mereduksi). Dengan demikian cabang-cabang dari "pohon" glikogen diperpanjang dengan terbentuk ikatan 144 yang berlanjut. Bila panjang rantai telah mencapai minimum 11 residu glukosa, maka selanjutnya enzim "branching enzyme" bekerja (amylo [14] [16]transglukosidase) memindahkan sebagian rantai glukosa 14 (minimum 6 residu glukosa) ke pada rantai di dekatnya membentuk ikatan 16, dengan demikian terbentuklah titik percabangan di dalam molekul. Kemudian cabang-cabang tumbuh dengan penambahan ikatan glukosil 14 dan cabang-cabang berikutnya. Demikian bila jumlah residu terminal yang tidal( mereduksi semakin bertamabah, jumlah total sisi reaktif dalam miolekul semakin meningkatkan kecepatan baik glikogenesis maupun glikogenolisis.