efektivitas pendidikan keterampilan bagi anak berkebutuhan khusus

advertisement
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KETERAMPILAN BAGI ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNARUNGU) UNTUK MEMBENTUK
SIKAP KEMANDIRIAN
Muslimah
Staf Pengajar Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas 17 Agustus 1945 Semarang
Jl. Pemuda No 70 Semarang 50132
Email :[email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis keefektifan pendidikan ketrampilan bagi anak berkebutuhan
khusus (tunarungu) dalam membentuk sikap kemandirian di Sekolah Luar Biasa.Dalam penelitian ini
pendekatan deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data.Adapun subjek penelitiannya adalah Kepala
Sekolah, guru-guru dan orang tua siswa SLB.Hasil penelitian menunjukkan penyelengaraan pendidikan
keterampilan menjahit di SLB Ma’arif Muntilan sudah efektif karena sesuai dengan kebutuhan siswa, biayanya
juga terjangkau, sarana prasarana cukup tersedia, dan dapat merubah kemampuan siswa dalam keterampilan
menjahit.Perubahan ini terlihat dari kemampuan awal sebelum mengikuti keterampilan menjahit rata-rata baru
56% dari keseluruhan siswa. Sedangkan setelah mengikuti keterampilan menjahit para siswa yang sudah
terampil mencapai 86%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang positif.Akan tetapi sasaran yang ingin
dicapai melalui pendidikan keterampilan menjahit yaitu membentuk sikap kemandirian bagi para siswa
ternyata belum bisa tercapai sepenuhnya.Oleh karena itu masih membutuhkan solusinya agar para siswa SLBB dapat mandiri di kemudian hari.
Kata kunci :efektifitas pendidikan ketrampilan, kemandirian, anak berkebutuhan khusus tunarungu.
PENDAHULUAN
bergulir termasuk anak-anak berkebutuhan
Pendidikan adalah hak asasi yang paling
khusus anak tunarungu.
mendasar bagi setiap manusia, tidak
Anak-anak
terkecuali bagi anak luar biasa atau anak
tunarungu dengan anak-anak yang lain di
berkebutuhan khusus.
dunia ini pada hakekatnya sama. Mereka
Dalam Undang-
berkebutuhan
khusus
Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1
mempunyai kebutuhan-kebutuhan
diamanatkan bahwa setiap warga negara
sama, hanya saja bagi anak berkebutuhan
mempunyai kesempatan yang sama untuk
khusus dalam pemenuhannya tentu saja
memperoleh pendidikan Pengakuan atas
berbeda. Bagi anak berkebutuhan khsusus
hak pendidikan bagi setiap warga negara,
termasuk anak tunarungu untuk memenuhi
juga diperkuat dalam berbagai deklarasi
kebutuhan-kebutuhan tersebut dibutuhkan
internasional. Hal tersebut menunujukkan
latihan dan pengarahan secara khusus dan
bahwa
kontinu dengan bimbingan dari orang-
kecenderungan
dunia
dalam
yang
memberikan perhatian terhadap hak-hak
orang di sekitarnya.
anak khususnya di bidang pendidikan terus
Oleh karena itu anak-anak tunarungu
melalui
pendidikan
di
SLB
1
memerlukanlayanan
pendidikan
yang
Efektivitas Pendidikan Keterampilan
mampu membentuk rasa percaya diri dan
Dalam pendidikan keterampilan efektifitas
mengantar mereka sebagai manusia yang
merupakan faktor penting. Pendidikan
sama dengan manusia pada umunya serta
keterampilan dikatakan efektif apabila ada
mampu
kesesuaian
memandirikan
mereka
kelak
antara
siswa
yang
dalam hidup di masyarakat. Kemandirian
melaksanakan pendidikan keterampilan
bagi anak tunarungu akan memberikan
dengan sasaran atau tujuan pendidikan
harapan bagi keluarga maupun masyarakat
keterampilan yang akan dicapai. Dalam
dan ini akan terwujud apabila diberikan
Kamus
layanan pendidikan yang tepat guna. Salah
(2002:584)
satu
dengan
layanan
pendidikan
yang dapat
Besar
Bahasa
kata
“ada
Indonesia
efektif
didefinisikan
efeknya
(akibatnya,
membentuk sikap kemandirian bagi anak
pengaruhnya,
tunarungu adalah pendidikan ketrampilan
membawa hasil, berhasil guna (usaha,
yang efektif.
tindakan)”
Dengan melihat pentingnya pendidikan
“keadaan berpengaruh; hal berkesan” atau
keterampilan untuk
”
membentuk sikap
kesannya)”
dan
atau
efektivitas
keberhasilan
(usaha,
“dapat
diartikan
tindakan)”.
kemandirian tersebut maka di sekolah-
Efektivitas merupakan suatu kemampuan
sekolah SLB harus menyelenggarakan
untuk memiliki tujuan yang tepat atau
pendidikan keterampilan dengan berbagai
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
jenis keterampilan. Akan tetapi dalam
Dalam memahami efektifitas Steers dalam
penyelenggaraan pendidikan keterampilan
Jurnal Administrasi Publik (vol 1, no.3)
kadang-kadang
mengemukakan adanya tiga pendekatan
jenis
keterampilannya
kurang sesuai dengan yang dibutuhkan
yaitu :
anak didik, maupun dukungan masyarakat.
1. Pendekatan Tujuan. Suatu program
Keadaan ini tentu saja akan menyebabkan
dikatakan efektif jika tujuan akhir
pendidikan
yang
program tercapai. Dengan perkataan
diselenggarakan kurang efektif dan tidak
lain, pencapaian tujuan merupakan
dapat mengarahkan anak untuk memiliki
indikator
sikap mandiri. Untuk itu dalam penelitian
efektivitas.
ini akan menjawab masalah bagaimana
2. Pendekatan
keterampilan
utama
dalam
menilai
Sistem.Pendekatan
ini
efektifitas pendidikan keterampilan dalam
memandang efektivitas diukur dengan
membentuk sikap kemandirian bagi anak
meninjau sejauh mana berfungsinya
berkebutuhan khusus tunarungu di SLB
unsur-unsur
Kabupaten Magelang.
mencapai tujuan.
dalam
sistem
untuk
2
3. Pendekatan
Kepuasan
Partisipasi.Dalam
ini,
keseluruhan. Data bisa dikumpulkan
ditempatkan
sebelum dan sesudah pelatihan atas
sebagai acuan utama dalam menilai
dasar kriteria produktivitas, pergantian,
efektivitas.
absen,
individu
pendekatan
kelompok kerja atau organisasi secara
partisipan
Sehingga
kepuasan
kecelakaan-kecelakaan,
individu menjadi hal yang penting
keluhan-keluhan, perbaikan kualitas,
dalam mengukur efektivitas organisasi.
kepuasan klien dan sejenis lainnya.
Menurut
Faustini
Cardoso
Gomes
5. Cost effectivity, dimaksudkan untuk
(2000:209), untuk mengukur efektivitas
mengetahui
besarnya
suatu program pelatihan dapat dievaluasi
dihabiskan bagi program pelatihan, dan
berdasarkan informasi yang diperoleh pada
apakah besarnya biaya untuk pelatihan
lima tingkatan:
tersebut terhitung kecil atau besar
1. Reactions, yaitu untuk mengetahui
dibandingkan biaya yang timbul dari
opini dari para peserta mengenai
permasalahan
program
organisasi.
pelatihan,
dengan
yang
yang
dialami
Selanjutnya
pelatihan mengenai seberapa (ruangan,
(2002:.35), efektivitas diklat dapat terlihat
waktu istirahat, makanan, suhu udara).
antara lain dari:
yaitu untuk
dan
oleh
menggunakan kuesioner pada akhir
2. Learning,
Tamim
biaya
Hermansjah
mengetahui
1. Terlaksananya seluruh program diklat
seberapa jauh para peserta menguasai
sesuai dengan jadwal waktu yang telah
konsep-konsep,pengetahuan
ditetapkan.
keterampilan
-
dan
keterampilan
yang
2. Rapinya
penyelenggaraan
seluruh
diberikan selama pelatihan. Biasanya
kegiatan diklat berkat disiplin kerja,
dilakukan dengan mengadakan test
dedikasi
tertulis (essay atau multiple choice),
penyelenggara.
test performansi dan latihan-latihan
simulasi
dan
kemampuan
para
3. Efisiensi dalam penggunaan sarana dan
prasarana yang tersedia.
3. Behaviors, menilai dari para peserta
sebelum dan sesudah pelatihan, dapat
4. Tercapainya
sasaran
yang
telah
ditetapkan bagi program diklat.
dibandingkan guna mengetahui tingkat
Berdasarkan pendekatan dan pengukuran
pengaruh
suatu efektifitas maka dapat disimpulkan
pelatihan
terhadap
perubahan performansi mereka.
4. Organizational
result,
yaitu
bahwa
utuk
efektifitas
suatu
pendidikan
keterampilan dapat diketahui melalui:
menguji dampak pelatihan terhadap
3
1. Pendapat
para
para siswa, orang tua dan
guru
mengenai
pendidikan
program
dengan istilah life skill yaitu pendidikan
yang
kecakapan hidup. Pendidikan kecakapan
keterampilan
diselenggarakan oleh sekolah.
2. Penguasaan
hidup menurut Sugianto (2011:7) adalah
konsep-konsep,
pengetahuan
dan
Pendidikan keterampilan sering dikenal
keterampilan-
proses
membantu
peserta
mengembangkan
didik
kemampuan,
keterampilan yang diberikan selama
kesangggupan dan keterampilan
penyelenggaraan
diperlukan untuk menjalankan kehidupan.
pendidikan
keterampilan.
Tujuan
3. Pengaruh dan dampak pendidikan
pendidikan
yang
kecakapan
hidup
adalah menyiapkan peserta didik yang
keterampilan terhadap perubahan para
bersangkutan
siswa
terampil menjaga kelangsungan hidup, dan
4. Besarnya biaya yang dihabiskan bagi
program pendidikan keterampilan.
5. Terlaksananya
seluruh
mampu,
perkembangannya
di
sanggup
masa
dan
datang.
Adapun menurut Syarifatul Marwiyah
program
(2012 : 82) pendidikan kecakapan hidup
pendidikan keterampilan sesuai dengan
adalah pendidikan yang memberi bekal
jadwal waktu yang telah ditetapkan
dasar dan latihan yang dilakukan secara
6. Efisiensi dalam penggunaan sarana dan
benar kepada peserta didik tentang nilai-
prasarana yang tersedia
7. Tercapainya
ditetapkan
sasaran
bagi
nilai kehidupan sehari-hari agar yang
yang
telah
penyelenggaraan
pendidikan keterampilan.
bersangkutan
mampu,
sanggup,
dan
terampil menjalankan kehidupannya yaitu
dapat menjaga kelangsungan hidup dan
perkembangannya.
Pendidikan Ketrampilan
Keterampilan
mengandung
Dari pengertian tersebut di atas dapatlah
pengertian
kecakapan untuk menyelesaikan tugas
Selain
sebagai
kecakapan
untuk
menyelesaikan tugas, ketrampilan (skill)
dapat diartikan sebagai kemampuan yang
diperoleh
melalui
latihan.
Sehingga
dengan kata lain ketrampilan merupakan
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
menyelesaikan tugas yang diperoleh secara
disimpulkan
bahwa
pendidikan
keterampilan (kecakapan hidup) adalah
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk
memenuhi tuntutan dalam hidup agar
dapat mencapai kehidupan yang bahagia
dan sejahtera, kecakapan tersebut tentu
saja
berbagai
macam
tidak
hanya
tergantung pada satu aspek kecakapan
saja.
terus menerus.
4
Sikap Kemandirian
kemandirian juga diungkapkan Steinberg
Sikap kemadirian atau sering disebut
dalam Sri Wahyuni (2012) bahwa aspek
dengan berdiri
kemandirian terdiri dari:
di
atas kaki
sendiri
merupakan kemampuan seseorang untuk
a. Kemandirian
emosi
tidak tergantung pada orang lain serta
Autonomy)
bertanggung
yang
menekankan pada kemampuan untuk
dilakukannya. Menurut Ryan & Lynch
melepaskan diri dari ketergantungan
dalam Handayani (2004) kemandirian
orang
merupakan
kebutuhan dasarnya.
jawab
suatu
atas
apa
kemampuan
untuk
mengatur tingkah laku, menseleksi dan
membimbing
keputusandan
tindakan
.
(Emotional
tua
b. Kemandirian
Aspek
dalam
emosional
pemenuhan
bertindak
(Behavioral
Aspek
kemandirian
Autonomy).
seseorang tanpa adanya kontrol dari orng
bertindak
tua atau tanpa tergantung pada orang
merupakan
kemampuan
tua.Masih dalam Handayani Lammon dkk
melakukan
aktivitas,
memberikan
kemandirian
manifestasi
dari
sebagai suatu sikap mengambil keputusan
kebebasan,
sendiri tanpa harus mendapat bimbingan
peraturan
dari orang tua atau orang dewasa lainnya.
perilaku dan pengambilan keputusan.;
Dari beberapa pengertian kemandirian
dan
pengertian
dapat
disimpulkan
adalah
suatu
bahwa
kemadirian
kemampuan
untuk
(behavioral
autonomy)
sebagai
berfungsinya
menyangkut
yang
untuk
peraturan-
wajar
mengenai
c. Kemandirian nilai (value autonomy)
yakni
kebebasan untuk memaknai
mengontrol tindakan sendiri, bebas dari
seperangkat
prinsip tentang benar
kontrol orang lain, dapat mengatur diri
dan salah, yang wajib dan yang hak,
sendiri, mampu mengambil keputusan
yang penting dan yang tidak penting.
sendiri tanpa harus mendapat bimbingan
Berdasarkan aspek-aspek di atas dapatlah
dari orang tua atau orang dewasa lainnya
dikatakan
dan mampu mengarahkan perasaan tanpa
mandiri apabila melakukan apa yang ia
pengaruh dari orang lain.
yakini
Kemandirian
memeliki
Havinghurst
dalam
konteks
beberapa
aspek.Menurut
Mu’tadin
benar
mengkritik
seseorang
meskipun
disebut
orang
lain
ataupun mengejek bahkan
mengancam, mau mengambil risiko dan
(2007)
mau berupaya keras untuk meraih prestasi,
aspek-aspek kemandirian meliputi aspek
mau mengakui kesalahan secara terbuka
emosi, aspek ekonomi, aspek intelektual
dan berupaya belajar dari kesalahan itu,
dan
memandang
aspek
dalam
individu
bahwa
sosial.
Aspek-aspek
tantangan
sebagai
5
kesempatan,
memiliki
&
Menurut Aqila Smart (2010:34) tunarungu
inisiatif yang tinggi, mampu mengambil
adalah istilah umum yang digunakan untuk
keputusan ketika dihadapkan pada pilihan
menyebut
yang
mengalami
agak
antusiasme
pelik
mempertimbangkannya
setelah
dan
siap
kondisi
seseorang
yang
dalam
indra
gangguan
pendengaran.
Sedangkan
Somantri
mengambil resiko yang mungkin mucul.
(2007:94) memberi batasan tentang anak
Sebaliknya
tunarungu yaitu mereka yang kehilangan
seseorang
dikatakan
tidak
mandiri apabila memiliki rasa ketakutan
pendengaran
atau kekhawatiran melakukan kesalahan,
hearing) maupun seluruhnya (deaf) yang
sikap dan tingkah lakunya didasarkan pada
menyebabkan
apa yang dikatakan orang lain, ada
memiliki
perasaan malu, senang berada di dalam
kehidupan sehari-hari.Dengan demikian
suasana yang menyenangkan, lebih suka
dapat
menghindari risiko dan selalu minta
merupakan
pendapat, berusaha menutupi kesalahan
pendengaran
maupun kelemahan, cepat putus asa ketika
seseorang tidak dapat menangkap berbagai
hasilnya tidak sesuai
rangsangan
dengan yang
baik
sebagian
(hard
pendengarannya
nilai
fungsional
dikatakan
suatu
di
of
tidak
dalam
bahwa
tunarungu
keadaan
kehilangan
yang
terutama
mengakibatkan
melalui
indera
direncanakan, suka mencari jalan pintas
pendengaran.
untuk mencapai tujuan, tidak memiliki
Adapun ciri-ciri anak tunarungu menurut
inisiatif.
Aqila Smart (2010:34) adalah kemampuan
bahasanya
Anak
Berkebutuhan
Khusus
Tunarungu
menyebut anak yang mengalami
wicara, cacat dengar, kurang dengar
tunarungu.
Istilah
tunarungu
diambil dari istilah tuna dan rungu.Tuna
kurang
dan
rungu
artinya
pendengaran. Orang atau anak dikatakan
tunarungu
mendengar
bisa
mendengar, lebih sering menggunakan
apabila
atau
mendengar sesuatu.
ia
tidak
kurang
yang
diucapkan
tidak
begitu
jelas,
kurang/tidak menanggapi komunikasi yang
kelainan pendengaran yaitu tuli, bisu, tuna
artinya
tidak
isyarat dalam berkomunikasi, ucapan kata
Banyak istilah yang digunakan untuk
ataupun
terlambat,
mampu
mampu
dilakukan orang lain terhadapnya.sering
memiringkan
kepala
bila
disuruh
mendengar, keluar nanah dari ke dua
telinga dan terdapat kelainan organis
telinga.
Berbagai pendapat mengemukakan bahwa
tunarungu dapat diklasifikasikan menjadi
kelompok tunarungu ringan, sedang, berat
dan tuli total. Hal ini sebagaimana
6
dikemukakan Somantri (2007:95) bahwa
ketunarunguan
dapat
diklasifikasikan
2. Tahap pengumpulan data, meliputi
kegiatan mengumpulkan data dengan
sebagai berikut : Tingkat I, kehilangan
menggunakan
kemampuan mendengar antara 35 sampai
wawancara maupun dokumentasi.
54 dB, penderita hanya memerlukan
metode
3. Tahap analisis data, meliputi kegiatan
latihan berbicara dan bantuan mendengar
menganalisis
dan
secara khusus, Tingkat II, kehilangan
berdasarkan
data-data
kemampuan mendengar antara 55 sampai
terkumpul.
69
dB,
penderita
kadang-kadang
menyimpulkan
khusus,
penafsiran data-data.
kebiasaan
sehari-hari
menafsirkan
yang
telah
4. Tahap penyimpulan, meliputi kegiatan
memerlukan penempatan sekolah secara
dalam
observasi,
berdasarkan
hasil
memerlukan latihan berbicara dan bantuan
Subyek penelitian adalah Kepala Sekolah,
latihan berbahasa secara khusus, Tingkat
tenaga pendidik terutama yang mengajar
III, kehilangan kemampuan mendengar
bidang ketrampilan, siswa SLB dan juga
antara 70 sampai 89 dBdan Tingkat IV,
orangtua/wali
kehilangan kemampuan mendengar 90 dB
dokumen sebagai pelengkap data.Pada
ke
penelitian
atas.
Klasifikasi
ketunarunguan
murid
ini
serta
data-data
berbagai
dikumpulkan
menurut Somantri tersebut merupakan
dengan menggunakan teknik observasi,
klasifikasi khususnya untuk kepentingan
wawancara
pendidikan.
dokumentasi.Analisis
mendalam
dan
data
dalam
penelitian ini menggunakan model analisis
METODE PENELITIAN
interaktif.
Penelitian ini dilakukan di SLB Kabupaten
Magelang dengan pendekatan diskriptif
HASIL DAN PEMBAHASAN
kualitatif, dan dilakukan melalui tahap-
Pendidikan
tahap sebagai berikut :
diperlukan
bagi
Kabupaten
Magelang
1. Tahap
studi
lapangan,
meliputi
keterampilan
para
memang
siswa
SLB
termasuk
anak
kegiatan observasi untuk mendapatkan
berkebutuhan khusus
gambaran
berbagai pendidikan keterampilan yang
tentang
perlunya
dan
pentingnya pendidikan keterampilan
ditawarkan
bagi
khusus
maupun para siswa antara lain tata rias
Kabupaten
(salon), tata boga (memasak), bengkel,
anak
tunarungu
Magelang.
berkebutuhan
di
SLB
kepada
tunarungu. Dari
orang
tua
siswa
pertanian dan tata busana (menjahit), maka
para orang tua siswa dan siswa sebagian
7
besar memilih tata busana (menjahit).
telah ditentukan tetapi ada pula yang
dengan alasan
lambat. Bahkan rata-rata
akan bisa menghasilkan
86% dari
atau membuka lapangan pekerjaan yang
keseluruhan siswa sampai dengan saat ini
sangat menguntungkan dan bisa menjadi
sudah dapat terampil menjahit. Hal ini
sumber penghasilan kelak dikemudian hari
menunjukkan adanya perubahan positif
sehingga
dalam menjahit, yaitu adanya peningkatan
dengan
begitu
sebagian
kebutuhan sehari hari bisa terpenuhi.
sebesar 30%.
Sebelum
Penyelenggaraan
siswa
mengikuti
pendidikan
kegiatan
pendidikan
keterampilan menjahit terlebih dahulu
keterampilan menjahit di SLB seluruhnya
siswa diberi beberapa pertanyaan langsung
menggunakan sarana dan prasarana yang
di tempat ruang praktek keterampilan yang
sudah
berhubungan
memanfaatkan sarana dan prasarana yang
dengan
keterampilan
tersedia
menjahit.Apabila siswa sudah menguasai
sudah
kategori-kategori
mengefisienkan
tertentu
maka
dapat
ada
di
di
sekolah.Dengan
sekolah
fasilitas
berarti
yang
sudah
dikatakan bahwa siswa tersebut sudah
dimiliki oleh sekolah.Meskipun kalau
menguasai konsep tentang menjahit.Dari
ditinjau dari ruang prakteknya apalagi
keseluruhan siswa rata-rata yang sudah
ruang pamer hasil keterampilan menjahit
menguasai menjahit sebelum mengikuti
para
pendidikan keterampilan menjahit ada
lagi.Selain itu dari segi mesin jahitnya
56%.
yang hanya berjumlah 10 unit juga masih
Pada
semua
proses
siswa
siswa
masih
perlu
diperluas
pendidikan
keterampilan
kurang jika dibandingkan dengan para
diberikan
keterampilan
siswa
yang
mengikuti
pendidikan
menjahit mulai membuat pola, menjiplak
keterampilan menjahit. Sehingga mereka
pola ke kain, memotong baik secara
harus bergantian satu dengan yang lain.
manual maupun menggunakan mesin,
Berikut adalah gambar ruang praktek dan
kemudian menjahit, mengobras, membuat
ruang pamer.
overdack dan finishing. Selain itu mereka
Rata-rata
juga diberi keterampilan menjahit celana
menyelesaikan pekerjaan menjahit antara
olah raga mulai dari yang tanpa variasi,
dua
dengan variasi lurus, variasi pellet miring,
pertemuan. Hal ini menunjukkan bahwa
dan variasi melengkung.Sampai saat ini
dari segi waktu belum seluruhnya dari para
mereka sudah dapat menjahit pakaian Olah
siswa dapat meyelasaikan sesuai dengan
Raga dengan berbagai variasi meskipun
target yang telah ditentukan. Memang ada
ada yang cepat sesuai dengan waktu yang
yang cepat ada pula yang lamban, hal ini
kali
para
sampai
siswa
dengan
mampu
tiga
kali
8
tergantung
dari
kemampuan
mereka
masing-masing.
cukup tersedia, dan dapat merubah
Sehubungan
dengan
biaya
penyelenggaraan pendidikan keterampilan
menjahit
biayanya terjangkau, sarana prasarana
menunjukkan
bahwa
biaya
kemampuan siswa dalam keterampilan
menjahit.
2. Sasaran yang ingin dicapai melalui
berasal dari dana BOS. Sedangkan untuk
pendidikan
keterampilan
menjahit
menutup kekurangan biaya diambilkan
yaitu membentuk sikap kemandirian
dari laba setiap penjualan seragam pakaian
bagi para siswa ternyata belum bisa
Olah raga.Hal ini menunjukkan bahwa dari
tercapai sepenuhnya.
segi biaya cukup ditanggung oleh pihak
sekolah tanpa pernah minta sumbangan
dari orang tua, berarti dari segi biaya jelas
diselenggrakannya
pendidikan
keterampilan ini pihak SLB mempunyai
target sasaran yang ingin dicapai yaitu
para siswanya dapat hidup mandiri kelak
dikemudian
hari.
Adapun
sikap
kemandirian para siswa yang berkaitan
dengan
mencapai
Aqila Smart, Rose. 2010. Anak Cacat
Bukan Kiamat. Yogyakarta : Kata
terjangkau.
Dengan
DAFTAR PUSTAKA
keterampilan
sekitar
menunjukkan
keterampilan
menjahit
45
%.
bahwa
menjahit
baru
Hal
ini
pendidikan
belum
mampu
membentuk sikap kemandirian pada siswa
SLB-B karena masih sebagian besar
Hati
Gomes,
Faustino
2000.
Sumber
Daya
Managemen
Manusia. Edisi
I.Yogyakarta :
Andi Offset.
Handayani, R. 2004. Perbedaan Tingkat
Kemandirian antara Remaja yang
Single Parent dengan Remaja yang
Mempunyai
Orangtua
Utuh.Skripsi.Jakarta
:
Fakultas
Psikologi Universitas Gunadarma.
Hermansjah, Tamim. D. 2002. Diklat
Sebagai
mereka belum mandiri.
Cardoso.
Suatu
Sistem.Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara.
Marwiyah,
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian
di
atas
dapat
keterampilan
pendidikan
menjahit
2012.
“Konsep
pendidikan Berbasis Kecakapan
Hidup” dalam Jurnal Falasifa. Vol.
disimpulkan bahwa :
1. Penyelengaraan
Syarifatul.
di
SLB
3, No. 1, 1 Maret 2012.
Meitaningrum,
Kabupaten Magelang sudah efektif
“Efektifitas
karena sesuai dengan kebutuhan siswa,
Pelatihan
Dhita
Ayu,
dkk.
pendidikan
dan
dalam
Meningkatkan
9
Kinerja
Pegawai
Badan
Kepegawaian
Kabupaten
(Studi
Malang)”.
pada
Penyelenggaraan
Pendidikan
Daerah
keterampilan (Kecakapan) Hidup
Dalam
di Tingkat Pendidikan Dasar”.
Jurnal Administrasi Publik (JAP),
Dipresentasikan
Vol 1, No.3, h. 192-199.
Diskusi Pustakawan Perpustakaan
Mu’tadin, Z. 2007. Kemandirian sebagai
Kebutuhan
Psikologis
pada
Remaja. www.e- psikologi.com
Somantri, T. Sutjihati. 2007. Psikologi
dalam
Forum
UM tgl. 9 Sept. 2011
Tanshzil, Sri Wahyuni. 2012. “Model
Pembinaan Pendidikan Karakter
pada
Lingkungan
Anak Luar Biasa. Bandung :
Pesantren
Refika Aditama.
Kemandirian dan Disiplin Santri”.
Sugiyanto, Dwi. 2011. “Implementasi
Perpustakaan
Sumber
Sekolah sebagai
Belajar
dalam
Dalam
dalam
Pondok
Jurnal
Membangun
Penelitian
Pendidikan Vol.13 No. 2 Oktober
2012
10
Download