kopi darat - ACDP Indonesia

advertisement
 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 24 Juni 2015 Topik #4 Persiapan dan Pengembangan Guru: In-­‐Service Teacher Development Keterampilan Guru Abad 21 Berdasarkan ASEAN Business Outlook Survey 2014, Indonesia dianggap sebagai negara tujuan investasi asing dan bahkan menjadi salah satu tujuan utama di wilayah ASEAN. Namun, survei tersebut juga mengidentifikasi bahwa Indonesia memiliki tenaga kerja dengan keahlian rendah dan murah sebagai kekuatannya. Tentunya hal ini bukan sesuatu yang baik bagi Indonesia. Bangsa Indonesia tidak akan mampu bersaing dan akan kehilangan kesempatan kerja yang baik, dari misalnya pelajar lulusan Filipina yang menduduki peringkat tinggi karena memiliki keahlian kerja yang terlatih, jika guru yang merupakan ujung tombak pendidikan tidak didukung dalam mencetak lulusan dengan keterampilan tinggi. Jenis keterampilan apa yang harus dimiliki oleh lulusan Indonesia untuk dapat bersaing di abad 21? Bekerja di abad 21 berarti menjadi lebih internasional, multikultural dan saling berhubungan. Pekerjaan-­‐pekerjaan baru pun muncul berdasarkan produksi, analisis, distribusi dan konsumsi informasi. Selain itu, tempat kerja menjadi lebih berbasis komputer dan bertransformasi seiring dengan hadirnya teknologi baru yang merubah pola hidup manusia. Perubahan ini akan membuka banyak peluang namun juga menjadi tantangan baru bagi seluruh manusia. Dibandingkan dengan apa yang dilakukan 20 atau 30 tahun yang lalu, para lulusan Indonesia kini membutuhkan keterampilan lebih untuk berhasil dalam menghadapi persaingan ketat di abad ke-­‐21. Sebuah studi tentang Pengkajian dan Pengajaran Keterampilan Abad 21 atau The Assessment and Teaching of 21st Century Skills telah mengategorikan keterampilan abad ke-­‐21 menjadi empat bagian besar, yang memungkinkan individu untuk berkontribusi terhadap modal sosial (social capital) dan modal intelektual (intelectual capital) di zaman modern. Keempat kategori tersebut adalah: 1. Cara berpikir – termasuk kreativitas, inovasi, berpikir kritis, memecahkan masalah, membuat keputusan dan melakukan pembelajaran. 2. Cara bekerja – termasuk keterampilan komunikasi, kolaborasi dan bekerjasama secara tim (teamwork). 3. Keterampilan untuk hidup di dunia – termasuk memiliki kesadaran sebagai warga negara global maupun lokal, mengembangkan hidup dan karir; serta memikul tanggung jawab pribadi dan sosial. 4. Alat untuk bekerja – keterampilan ini didasarkan pada teknologi-­‐teknologi informasi dan komunikasi baru serta literasi informasi, termasuk kemampuan untuk belajar dan bekerja melalui jaringan sosial digital. Indonesia kini tengah mereformasi sistem pendidikan nasional. Hal ini merupakan kesempatan untuk mempromosikan pengembangan keterampilan abad ke-­‐21. Negara ini memiliki rencana program wajib belajar 12 tahun serta implementasi kurikulum yang perlu diselaraskan dengan kebutuhan keterampilan abad ke-­‐21; ditandai oleh kesadaran global, penumbuhan kreativitas dan inovasi, serta berbagai macam kemampuan: pemecahan masalah, kerjasama, mencari informasi yang sahih, berkomunikasi dan menggunakan teknologi informasi, serta menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan memiliki kapasitas moral yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-­‐hari, baik di kelas maupun di luar kelas. Hal tersebut seperti yang diusulkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-­‐2019. Selain itu, untuk mengajar keterampilan abad ke-­‐21 secara efektif maka Indonesia harus mengembangkan guru dengan repertoar / rencana yang kaya akan strategi pembelajaran, pemahaman yang mendalam tentang bagaimana pembelajaran terlaksana, kemampuan untuk bekerja secara kolaboratif, keterampilan yang kuat dalam teknologi dan kemampuan untuk menggunakan teknologi sebagai alat pembelajaran. Guru akan membantu siswa mengembangkan keterampilan abad ke-­‐21 dengan menerapkan pembelajaran yang berbasis pertanyaan (inquiry based) dan berpusat pada siswa (student centered). Metode ini dapat memupuk komunikasi, kolaborasi, kreativitas dan pemikiran yang mendalam (deep thinking) melalui kurikulum yang memiliki sasaran yang jelas dan dengan penilaian siswa yang dinilai secara regular. Permasalahan : Indonesia membutuhkan guru yang berkualitas dan sumber daya yang tepat untuk membantu peserta didik lulus dengan bekal keterampilan abad 21. Kesempatan Tantangan Mayoritas guru, terutama guru di sekolah kecil dan di pedesaan / daerah terpencil yang belum memiliki kualifikasi penuh, mungkin mengalami kesulitan dalam menerapkan pendekatan pembelajaran abad ke-­‐21. Potensi panduan bagi guru dalam mengajar keterampilan abad ke-­‐21, melalui perancangan kurikulum yang baik. Hal-­‐hal seperti keterampilan untuk berpikir kritis, 1. Guru belum siap menerapkan pendekatan memecahkan masalah dan keterampilan berpikir yang pembelajaran abad ke-­‐21. lebih tinggi dapat diajarkan dalam kurikulum. Pendekatan baru ini mensyaratkan guru untuk memiliki menunjukkan kepemimpinan, terbiasa 1. Praktik pembelajaran kelas dengan cara baru memberi dukungan dan pengawasan yang terfokus. Praktek pembelajaran kelas yang baru Saat ini, guru Indonesia belum memiliki kebiasaan dimaksudkan untuk: pengajaran seperti ini. a. Mendorong belajar secara mandiri, 2.
Metode penilaian yang baru terlalu sulit bagi guru mempertanyakan sesuatu secara kritis, Untuk menerapkan metode penilaian baru, guru membuat keputusan, melakukan observasi, perlu mendalami prinsip-­‐prinsip dasar serta standar menjalin komunikasi dan kreatif; untuk membuat penilaian. Internalisasi kriteria b. Memanfaatkan keterampilan abad 21 seperti untuk membuat penilaian yang diperlukan adalah memecahkan masalah, kolaborasi dan tugas yang rumit dan akan membutuhkan waktu kerjasama tim; c. Mengubah peran guru dari sumber segala untuk terbiasa. informasi menjadi pengelola proses 3. Guru belum disiapkan dalam mengajar pembelajaran yang terjadi di dalam dan di luar keterampilan abad 21 kepada peserta didik yang kelas. semakin bertambah jumlahnya – karena adanya program wajib belajar 12 tahun. 2. Cara baru dalam memberikan penilaian terhadap Belum ada ketentuan atau perhatian khusus pada belajar siswa. cara guru dipersiapkan dalam mengajarkan -­‐ Penilaian akan berubah untuk membantu siswa keterampilan ini kepada berbagai kelompok individu mengembangkan tujuan pembelajaran abad 21. dari berbagai usia dengan kebutuhan belajar yang -­‐ Alih-­‐alih pengujian hafalan pengetahuan dan berbeda. kompetensi, cara evaluasi yang baru -­‐
diharapkan memberikan penilaian terhadap 4. Jangka waktu yang disediakan untuk pelatihan sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa guru terlalu singkat. serta proses pembelajaran itu sendiri dengan Periode yang disediakan untuk melatih para guru menggunakan portfolio siswa. dengan pendekatan baru ini tidak memungkinkan Guru dimaksudkan untuk menilai siswa melalui mereka untuk membentuk kebiasaan yang penilaian diri (self-­‐assessment), penilaian diperlukan dalam melaksanakan cara baru di kelas. proyek, ulangan harian, tugas dan ujian Mengubah pemahaman dan praktik guru dalam pertengahan dan akhir tahun. 3. Integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam semua mata pelajaran. TIK berperan penting dalam mengembangkan keterampilan abad 21 dan dimaksudkan untuk 5.
diintegrasikan dalam semua mata pelajaran. waktu singkat tidak akan berhasil. Waktu yang disediakan juga tidak cukup untuk membangun komitmen para pemangku kepentingan utama seperti orang tua, guru, pejabat pendidikan dan wakil yang dipilih. Tidak cukup waktu untuk menyediakan pelatihan yang berkualitas tinggi a. Model pelatihan cascade (berjenjang), yang digunakan untuk pelatihan guru, tidak cocok / belum dapat mengubah perilaku guru di dalam kelas; b. Kualitas program penyiapan guru dianggap sebagai titik lemah yang disebabkan oleh meningkatnya angka partisipasi menjadi calon guru dengan adanya kenaikan gaji guru. 6. Kurangnya sumber daya dan keterampilan untuk menerapkan TIK Sekolah tidak memiliki sumber daya untuk menerapkan TIK ke dalam semua mata pelajaran. Untuk mengajar pun guru belum memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang penggunaan TIK yang efektif serta bagaimana menggunakannya untuk memungkinkan kreativitas dan meningkatkan pembelajaran. Opsi Kebijakan : 1. Memberikan guru kesempatan untuk memahami metode penilaian. Hal ini dapat diperoleh dengan mendiskusikan teori pendidikan yang berkaitan dengan penilaian dan membandingkan penilaian mereka dengan rekan sesama guru lainnya; 2. Memberikan dukungan kepada guru dalam melaksanakan kurikulum baru. Hal ini dilakukan dengan memberikan guru kesempatan belajar sambil bekerja (praktek kerja) menggunakan bahan di Internet, network guru yang tercipta melalui platform media sosial, penggunaan teknologi telepon selular, serta pembelajaran jarak jauh; 3. Melatih para guru untuk mengajar mata pelajaran akademis maupun praktis yang menekankan keterampilan abad ke-­‐21 dan bukan dengan membagi siswa berdasarkan jalur pendidikan yang berbeda, seperti SMA dan SMK. 4. Merancang prosedur seleksi ketat kandidat calon guru yang diselaraskan dengan kebutuhan keterampilan abad 21 sebelum mereka memasuki pelatihan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelatihan pra-­‐dinas. * * * Untuk infomasi lebih lanjut, silahkan menghubungi tim komunikasi ACDP Indonesia : Agnes Simamora Annisaa Rachmawati agnes@acdp-­‐indonesia.org annisaa@acdp-­‐indonesia.org [email protected] [email protected] 0815-­‐130-­‐77546 08788-­‐5595-­‐184 
Download