BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Keterampilan Sosial Keterampilan sosial (social skills) merupakan bagian penting dari kemampuan hidup manusia. Tanpa memiliki keterampilan ini manusia tidak mulus dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga hidupnya kurang harmonis (maladjusment). Cartledge dan Milburn (1992: 8) menyatakan bahwa “social skills are one’s or society member ability with establishing relationship with others and his problems solving ability with which a harmoniuous society can be achieved”. Menurut definisi tersebut keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang atau warga masyarakat dalam mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain dan kemampuan memecahkan masalah, sehingga memperoleh adaptasi yang harmonis di masyarakat maupun lingkungan sekolah. Keterampilan sosial sangat diperlukan ketika siswa memasuki kelompok sebaya. Beberapa fakta menunjukan siswa dengan keterampilan sosial rendah umumnya tidak disukai, dikucilkan, atau diabaikan oleh teman-teman. Siswa yang seringkali mengalami kegagalan dalam lingkungannya, akan mendapatkan penilaian negatif dari lingkungannya, demikian juga siswa yang tidak mempunyai keterampilan sosial akan sulit mempertahankan dan menjalin hubungan dengan teman lain, perilakunya seringkali merugikan diri sendiri dan orang lain sehingga menimbulkan reaksi negatif dari teman-teman lain. Keterampilan sosial dapat membawa anak untuk lebih berani menyatakan diri, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi dan sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, sehingga mereka tidak mencari pelarian ke hal-hal lain yang justru dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial adalah suatu kemapuan hidup manusia dalam dan segala aktifitas yang dilakukan dapat terterima secara baik dilingkungan sosial mereka, 2.1.2 Aspek-Aspek Keterampilan Sosial Menurut John Jarolimek (1993 : 9), Keterampilan sosial yang perlu dimiliki oleh siswa tersebut yakni: (1) bekerjasama, toleransi, menghormati hakhak orang lain, dan memiliki kepekaan sosial, (2) memiliki kontrol diri, dan (3) berbagi pendapat dan pengalaman dengan orang lain. Pernyataan Jarolimek tersebut menunjukan bahwa keterampilan sosial itu terdiri dari aspek-aspek keterampilan untuk hidup dan bekerjasama, keterampilan untuk mengontrol diri dan orang lain, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, saling bertukar pikiran dan pengalaman sehingga tercipta suasana yang menyenangkan bagi setiap anggota dari kelompok tersebut. Maka untuk meningkatkan keterampilan sosial tersebut diperlukan berbagai aspek-aspek keterampilan sosial, menurut Janice.j Beaty (1998 : 147) menyebutkan bahwa keterampilan sosial atau disebut juga prosocial behavior (perilaku prososial) mencakup perilaku-perilaku sebagai berikut: a) empati yang di dalamnya anak-anak mengekspresikan rasa haru dengan memberikan perhatian kepada seseorang yang sedang tertekan karena suatu masalah dan mengungkapkan perasaan orang lain yang sedang mengalami konflik sebagai bentuk bahwa anak menyadari perasaan yang dialami orang lain; b) kemurahan hati atau kedermawanan yang di dalamnya anak-anak berbagi dan memberikan suatu barang miliknya pada seseorang; c) kerjasama yang di dalamnya anak-anak mengambil giliran atau bergantian dan menuruti perintah secara sukarela tanpa menimbulkan pertengkaran; dan d) memberi bantuan yang di dalamnya anak-anak membantu seseorang untuk melengkapi suatu tugas dan membantu seseorang yang membutuhkan. 2.1.3 Ciri-ciri Keterampilan Sosial Secara spesifik Elksninand dan Elksnin (dalam Adiyanti 1999; Program PDP “ Protec Ready Only”) mengidentifikasikan keterampilan sosial dalam beberapa ciri sebagai berikut. a. Perilaku interpersonal Merupakan perilaku yang menyangkut keterampilan yang digunakan selama melakukan interaksi sosial, perilaku sosial yang berlangsung antara dua orang atau lebih yang mencirikan proses-proses yang timbul sebagai satu hasil dari interaksi secara positif. Bentuk perilaku interpersonal antara lain : 1) menerima kepemimpinan; 2) mengatasi konflik; 3) memberi perhatian; 4) membantu orang lain; 5) memulai percakapan; 6) bergaul dengan teman; 7) sikap positif kepada orang lain; 8) mampu mengorganisasikan kelompok; dan 9) menghormati privasi pribadi dan orang lain. b. Perilaku berhubungan dengan diri sendiri Merupakan perilaku seseorang yang dapat mengatur dirinya sendiri dalam situasi sosial, perilaku sosial yang dimunculkan karena adanya pertimbangan dan penghayatan dalam diri. Beberapa bentuk perilaku ini antara lain : 1) perilaku etis, yaitu perbuatan atau aktivitas yang didasarkan pada hal baik atau buruk sesuai dengan penerimaan sosial; 2) ekspresi perasaan, yaitu ungkapan atau pernyataan perasaan yang dapat terlihat melalui ucapan dan reaksi gerak isyarat yang menjadi ciri khas emosi- emosi; 3) sikap positif terhadap diri, yaitu tingkah laku untuk mereaksi keadaan diri dengan menerima kelebihan dan kekurangan yang ada; 4) perilaku bertanggung jawab; 5) menerima konsekuensi terhadap hal-hal yang telah dilakukan; dan 6) merawat diri. c. Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademik, Merupakan perilaku sosial yang dimunculkan karena adanya tuntutan dan kewajiban yang harus dilakukan untuk mendapatkan penghargaan sosial. d. Penerimaan teman sebaya, Merupakan perilaku yang berhubungan dengan penerimaan sebaya misalnya member salam, memberi dan meminta informasi, mengajak teman terlibat dalam suatu aktifitas dan dapat menangkap dengan tepat emosi orang lain. e. Keterampilan berkomunikasi, merupakan keterampilan yang diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik. Kemampuan anak dapat dilihat dari beberapa bentuk antara lain menjadi pendengar responsive, mempertahankan perhatian dalam pembicaraan dan memberikan umpan balik terhadap teman bicara Keterampilan sosial bukanlah kemampuan yang dibawa individu sejak lahir tetapi diperoleh melalui proses belajar, baik belajar dari orang tua sebagai figure yang paling dekat dengan anak maupun belajar dari teman sebaya dan lingkungan masyarakat. Michelson, dkk. ( dalam Ramdani, 1994; program pdp “ protect read only”) menyebutkan bahwa keterampilan social merupakan sesuatu keterampilan yang diperoleh individu melalui proses belajar, mengenai cara-cara mengatasi atau melakukan hubungan social dengan tepat dan baik. Sedangkan Kelly, ( dalam Ramdani , 1994; Program Pdp “ Protect Read Only”) mengatakan bahwa keterampilan sosial adalah perilaku-perilaku yang dipelajari yang digunakan individu dalam situasi-situasi interpersonal untuk memperoleh atau memelihara pengukuh dan lingkungan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial merupakan suatu kemampuan mengatur pikiran, emosi dan perilaku untuk memulai dan memelihara hubungan atau interaksi dengan lingkungan sosial secara efektif dengan mempertimbangkan norma dan kepentingan sosial serta tujuan pribadi. 2.1.4 Faktor-Faktor Mempengaruhi Keterampilan Sosial Perkembangan keterampilan sosial anak tergantung pada berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial, sebagaimana diungkapkan Fajar (2007: 1) diantaranya sebagai berikut: a. kondisi siswa ada beberapa kondisi siswa yang mempengaruhi keterampilan sosialnya, antaralain tempramen siswa,regulasi emosi serta kemampuan social kognitif, b. interaksi siswa dengan lingkungan keterampilan sosial siswa terutama dipengaruhi oleh proses sosialisasinya dengan orang tua yang terjalin sejak awal kelahiran. Melalui proses inilah orang tua menjamin bahwa anak mereka memiliki standar perilaku, sikap dan keterampilan dan motif-motif yang sedapat mungkin sesuai dengan diinginkan atau tepat dengan perannya dalam masyarakat. Dari beberapa faktor-faktor tersebut sangat memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan keterampilan sosial siswa sekarang ini, karena dizaman era globalisasi saat ini lingkungan sosial itu dengan mudah memberikan efek negative terhadap perilaku keterampilan sosial siswa itu sendiri. 2.1.5 Pengertian Game Social Skill Game adalah kesenangan dan kepuasan yang diperoleh seseorang harus melibatkan orang lain, karena tanpa hadirnya pihak kedua maka game tidak akan terjadi. Dalam hal ini saya menggunakan bermain sebagai game. Karena permainan ini harus melibatkan orang lain, Games Social Skill merupakan metode yang sangat efektif untuk melatih dan memperkuat keterampilan sosial siwa, secara umum keterampilan sosial didefinisikan oleh Gresham & Elliot, (1993:331). yaitu “Sebagai perilaku yang diterima secara sosial yang memungkinkan seseorang untuk terlibat dalam interaksi yang efektif dengan orang lain, dan untuk menghindari respon sosial yang tidak dapat diterima dari orang lain”, selain itu games ini menggabungkan berbagai metode umum yang dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa yaitu: bermain peran, pemodelan, latihan, dan umpan balik. 1. Tujuan Game Social Skill Setiap permainan memiliki tujuan masing-masing, seperti halnya pendapat Ismail (2006: 120) menguraikan bahwa permainan sebagai salah satu tehnik menyenangkan khususnya dalam dunia pendidikan mempunyai ruus tujuh sebagai berikut. a. Untuk mengembangkan konsep diri (self consep) Permainan media mengembangkan konsep diri dapat dimaknai bahwa dalam permainan anak belajar untuk mengukur potensi dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya melalui permainan. b. Untuk mengembangkan kreativitas. Bermain dari segi pendidikan adalah permainan yang memberi peluang kepada siswa untuk berkarya, untuk melakukan dan menciptakan sesuatu dengan kemampuannya sendiri. Melalui kegiatan bermain, siswa dirangsang untuk berkembang secara umum baik perkembangan secara umum baik perkembangan berpikir, emosi maupun sosial. Semakin besar fantasi yang dapat dikembangkan oleh individu dari suatu permainan, maka permainan itu akan menarik dalam waktu lebih lama baginya. c. Untuk mengembangkan komunikasi Melalui permainan pendidikan dapat memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan kemampuan komunikasinya. Pendidikan dapat memberikan arahan dan dorongan agar siswa mampu menceritakan dan menyampaikan sesuatu yang diinginkan atau dirasakan. d. Untuk mengembangkan aspek emosi dan kepribadian. Melalui permainan siswa berkesempatan untuk melakukan kegiatan yang melibatatkan gerakan-gerakan tubuh, sehingga mampu membuat siswa menjadi lebih sehat, enrgi berlebihan yang mereka punya pada masa puberitas fisik dan motorik. e. Untuk mengembangkan aspek sosial. Tujuan ini bermaksud siswa yang terlibat dalam aktivitas permainan mulai belajar untuk memahami sikap, pendapat, dan perilaku siswa lain, yang mungkin akan berbeda dengan sudut pandang dia selama ini. Siswa mulai mengenal berbagai variasi yang muncul dalam hubungan sosial. f. untuk mengembangkan aspek emosi dan kepribadian. Permainan dalam mengembangkan aspek emosi dan kepribadian dimaknai bahwa dalam melalukukan aktivitas permainan dengan sekelompok anggota lain, individu akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan-kelebihan yang ia miliki. Penilaian tersebut yang akhirnya akan membantu individu untuk mulai membentuk konsep diri atau gambaran diri yang positif. Gambaran diri individu yang positif tersebuta akan menuju pada rasa percya diri dan harga diri yang positif pada individu karena ia mempunyai kompetensi tertentu. Individu akan belajar bagaimana harus bersikap dan bertingkahlaku agar dapat berkerjasama dengan teman-teman yang lain. g. untuk mengembangkan aspek kognisi. Berbagai konsep penting dapat dipelajari anak melalui permainan sesuai dengan tahap perkembangan masing-masing. Dalam game social skill juga memiliki tujuan khusus, adapun tujuan dari game social skill yakni untuk membangun dan meningkatkan keterampilan sosial siswa yang diidentifikasi memiliki defisit keterampilan sosial. Apabila game social skill ini akan berjalan dengan lancar maka tujuan tersebut sudah sesuai dengan apa yang kita harapkan bersama terutama bagi peneliti. 2. Manfaat Game Social Skill Manfaat game social skill ini yakni umumnya sangat menyenangkan karena secara intrinsik dapat memotivasi siswa, serta mendorong suasana hati yang positif, memberikan kesempatan untuk belajar keterampilan permainan baru, dan memberikan kesempatan untuk berlatih mengelola emosi seperti kecemasan,malu, relief dan kebanggaan. Selain itu game social skill ini menggabungkan berbagai metode umum yang dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa yaitu: bermain peran, pemodelan, latihan, dan umpan balik. Mengingat pentingnya manfaat game social skill seperti yang dijelaskan tersebut, maka fasilitator hendaknya membimbing proses jalannya permainan Game social skill sebaik mungkin agar tidak menghambat kita dalam peningkatan keterampilan sosial siswa. 3. Langka-langkah dalam Game Social Skill Dalam game social skill ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan menurut lecroy (1994: 334) sebagai berikut. 1. Sesi pertama harus berkenalan. Selama sesi ini para peserta menjadi nyaman dalam kelompok dan fasilitator menjelaskan tujuan,sasaran, dan format kelompok. 2. Selama beberapa sesi berikutnya, fokusnya adalah pada pemecahan masalah keterampilan. 3. Fasilitator kemudian akan menyajikan situasi dimana peserta menerapkan langkah pemecahan masalah, beberapa sesi berikutnya harus mencakup pengenalan pemodelan dan bermain peran 4. Langkah-langkah permainan peran termasuk menggambarkan situasi masalah, memilih peserta untuk bermain peran, setting panggung, bermain peran, memberikan umpan balik dan diskusi, dan mengulangi yang diperlukan untuk penguasaan keterampilan sosial. 5. Setelah peserta nyaman dengan permainan proses pemecahan masalah dan peran, maka permainan papan keterampilan social dapat diperkenalkan 6. Ini biasanya antara sesi keempat dan kedelapan, meskipun ini akan bervariasi ketika permainan disajikan, dan fasilitator harus menjelaskan tujuan dan semangat berbagi bahwa ini akan menjadi cara yang menyenangkan untuk belajar dan berlatih keterampilan. Apabila langkah-langkah tersebut dapat dilaksanakan secara maksimal oleh fasilitator yang akan membimbing proses jalannya game social skill tersebut maka game ini berjalan dengan efektif sesuai dengan yang harapkan. 2.2 Kerangka Berfikir Alur kerangka berfikir dapat digambarkan secara praktis mengenai pengaruh game social skill terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa sebagai berikut. INPUT PROCES OUTPUT Game social skill Keterampilan sosial 3 4 KURANGNYA KETERAMPILAN 5 SOSIAL SISWA 6 - - 7 8 9 10 kesulitan melakukan 11 tugas yang biasa 12 dilakukan. 13 kesulitan 14 berkomunikasi 15untuk mengambil sulit 16 keputusan yang tepat, 17 memberi kurang perhatian pada sesama 18 teman, tidak mau membantu teman dalam kesulitan, 2.3 lebih Hipotesis - Siswa senang memilih menyendiri daripada berinteraksi dengan orang lain. siswa meningkat 2.3 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah “Game social skill memiliki pengaruh terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa kelas X AK5 Di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo”.