BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang dewasa ini telah berkembang dengan pesat baik materi maupun kegunaannya. Perkembangan ini haruslah selalu mempertimbangkan perkembangan matematika baik penggunaannya maupun untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari. (Kline, 1973), mengemukakan bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Belajar matematika tidak terlepas dengan apa yang namanya hasil belajar. Hasil belajar adalah salah satu alat ukur keberhasilan pada proses pembelajaran. Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah meteri pelajaran tertentu (Hamalik 2002). Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya (Slameto, 2003). Kemudian faktor eksternal dibagi menjadi tiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat (Slameto, 2003) dan (Roestiyah,2000). Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh faktor dari luar atau faktor eksternal. Seperti yang dijelaskan (Slameto, 2003) dan (Roestiyah, 2000), sekolah adalah salah satu faktor ekternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Proses pembelajaran biasanya menggunakan metode atau model pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Metode atau model pembelajaran yang tepat akan sangat membantu dalam proses pembelajar. Kebanyakan guru sekarang masih menggunakan metode konvensional yang hanya menyampaikan materi secara searah kemudian memberi latihan soal dan tidak terjadi interaksi serta siswa hanya dijadikan mesin yang hanya menerima materi dan tidak tau apa arti dari pembelajaran tersebut. Ada kalanya siswa lebih mudah menerima penjelasan dari teman sebayanya daripada guru mereka sendiri. Siswa tidak akan merasa segan atau malu 1 2 jika mereka mau bertanya pada teman sebayanya, itu akan memudahkan mereka memahami materi yang diajarkan guru mereka. Hal ini didukung oleh (Supriyono, 2004) “bantuan yang diberikan teman-teman sebaya pada umumnya dapat memberikan hasil yang cukup baik dalam proses pembelajaran”. Teman sebaya sebagai sumber belajar dikenal dengan istilah tutor sebaya. Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, tutor tersebut diambil dari kelompok siswa yang prestasinya lebih tinggi (Supriyanto, 2007). Penggunaan model tutor sebaya diharapkan membuat siswa lebih berani bertanya kepada tutor didalam kelompoknya mengenai materi yang sedang dipelajari sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi dan dapat menciptakan suasana kerjasama dan saling menghargai di dalam kelas serta hasil belajar akan cenderung meningkat. Hal ini didukung oleh (Wahyuni, 2011), dalam judul Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Antara Siswa Yang Diajar Dengan Metode Tutor Sebaya Dan Ceramah Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran 2010/2011. Dari hasil uji beda rata-ratanya menunjukkan t hitung (equal variance assumed) adalah 3,934, dan t tabelnya adalah sebesar -2,014. Karena –t hitung < -t tabel (3,934<-2,014) dan taraf signifikasi p = 0,000(p < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas yang diajar dengan model tutor sebaya berbeda dengan yang diajar metode ceramah. Model pembelajaran tutor sebaya diarapkan mempunyai perbedaan dengan model pembelajaran mekanistik. Hal ini dibuktikan penelitian (Wahyuni, 2011), terdapat perbedaan nilai rata-rata untuk kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah adalah 7,3092 dan untuk kelas eksperimen yang diajar dengan model tutor sebaya adalah 8,1522. Ini menunjukkan bahwa model tutor sebaya cocok dipakai di SMP Negri 3 Salatiga. Siswa yang sudah pintar akan belajar untuk menghargai dan menolong siswa yang belum mengerti dan sebaliknya siswa yang belum mengerti tidak akan merasa malu untuk bertanya pada teman sebayanya. Hasil ini juga didukung oleh penelitian (Windaryati, 2009), dalam judul Penggunaan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dimensi Tiga Pada Mata Pelajran Matematika Siswa elas XI TKPI 1 SMK Negri 3 Tegal Tahun Pelajaran 2008/2009. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa model pembelajaran model tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XI TKPI 1 dengan 34 siswa. Pada 3 variabel ketuntasan belajar dari 64,87% meningkat menjadi 86,27%, sedangkan ketuntasan belajar dari 64,70% menjadi 91,18% dan nilai ratarata dari 6,90 pada siklus 1 meningkat menjadi 7,73 pada siklus 2, yang berarti melebihi ketuntasan hasil belajar. Berbeda dengan penelitian (Erwina, 2009), dalam judul Efektivitas Penggunaan Metode Tutor Sebaya Dalam Pencapaian Kompetensi Membuat Konstruksi Pola Busana Pada Kelas X Di Smk Pius X Magelang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pencapaian kompetensi pada kelas kontrol masih kurang memuaskan sebab sebanyak 80% siswa masih memperoleh nilai kurang dari 80,2) pencapaian kompetesi siswa masih kurang memuaskan sebab sebanyak 71% siswa masih memperoleh nilai kurang dari 80,3) perolehan nilai kompetensi siswa pada kelas yang diberi penerapan metode tutor sebaya dilihat dari perhitungan uji-t diperoleh t hitung lebih kecil dari t table (1,323 < 1,990) dan dalam perhitungan chi kuadrat diperoleh hasil chi kuadrat hitung lebih kecil dari chi kuadrat table (0,5616 < 3,841) dan taraf signifikasi 5%. Hasil persentase bobot tingkat keefektifan ada sebanyak 30%. Hal ini berarti tidak terdapat keefektivan metode tutor sebaya dalam pencapaian kompetensi membuat konstruksi pola dasar pada kelas eksperimen di SMK Pius X Magelang. Karena tutor dalam menjelaskan terkadang masih kurang jelas, ketika ada permasalahan yang muncul tutor tidak mampu memecahkannya, dan siswa mengobrol sendiri didalam kelompoknya. Proses pembelajaran yang menyenangkan akan membuat siswa lebih antusias dalam mengikutinya. Berbeda jika guru hanya menyampaikan meteri secara searah dan tidak ada saling interaksi antara guru dengan siswa. Pembelajaran seperti ini akan membuat siswa merasa bosan dan cenderung pasif saat proses pembelajaran berlangsung, selain itu tingkat pemahaman siswa terhadap materipun rendah. Keadaan seperti ini juga dialami pada SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas VIII. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, guru memiliki porsi yang lebih banyak dalam proses pembelajaran, sementara itu dalam proses pembelajaran haruslah siswa yang lebih aktif. Pembelajaran yang lebih memberikan porsi yang lebih kepada guru biasa disebut model mekaisti. Penggunaan model mekanistik memang dapat menyampaikan meteri secara detail, tetapi materi akan lebih sampai kepada siswa jika mereka lebih aktif dalam proses pembelajaran berlangsung, aktif disini dalam arti antusias mengikuti materi yang sedang diplajari. 4 Berdasakan kenyataan yang dialami dengan menggunakan model mekanistik, perlu dicari alternatif lain sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung aktif, dan memberi siswa porsi lebih banyak supaya siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini akan dicari tau perbedaan model pembelajaran tutor sebaya dan mekanistik terhadap hasil belajar siswa. Salah satu pendekatan yang diharapkan mampu mewujudkan situasi belajar yang aktif, dan membuat siswa merasa antusias saat mengikuti proses pembalajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya. Melalui model tutor sebaya siswa bukan hanya dijadikan obyek pembelajaran tetapi menjadi subyek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar tempat bertanya bagi temannya. Dengan demikian siswa yang sudah paham akan belajar untuk menghargai dan menolong siswa yang belum mengerti sebaliknya siswa yang kurang paham tidak akan malu atau segan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahaminya. Oleh karena itu akan dicari perbedaan antara model tutor sebaya dan mekanistik terhadap hasil belajar siswa di SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas VIII B dan VIII C. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka penulis merumuskan bahwa adakah perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran tutor sebaya dan mekanistik pada materi kudus dan balok di SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas VIII Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013 ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka peneliti bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan hasil belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran tutor sebaya dan mekanistik pada materi kudus dan balok di SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas VIII Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013 ? D. Manfaat Penelitian Secara teoritis Penelitian ini dapat memberi informasi ilmiah tentang pembelajaran matematika. Penerapan metode pembelajaran tutor sebaya diharapkan dapat lebih efektif terhadap hasil belajar matematika pada materi kubus dan balok bagi siswa kelas VIII semester 2 Tahun ajaran 2012/2013 di SMP Pangudi Luhur Salatiga. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis bagi siswa, guru, sekolah dan peneliti : 5 1. Bagi Guru: a. Sebagai bahan masukan untuk menerapkan model pembelajaran selain pembelajaran dilakukan oleh guru (konvensional). b. Selain bahan masukan, diharapkan agar guru memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. 2. Bagi Siswa: a. Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. b. Dapat menambahkan semangat kerja sama, karena dalam model pembelajaran seperti ini keberhasilan individu merupakan tanggung jawab kelompok. 3. Bagi Sekolah: a. Dapat memberikan sumbangan bagi penyelenggaraan pendidikan khususnya di SMP Pangudi Luhur Salatiga dalam memberikan layanan pendidikan yang baik dan sesusai bagi siswa. b. Dapat meningkatkan mutu pembelajaran baik matematika maupun mata pelajaran yang lain. c. Dapat memberikan masukan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 6