STABILISASI TANAH EKSPANSIF DENGAN BAHAN TAMBAH GIPSUM (STUDI KASUS DI KAWASAN INDUSTRI CANDI BLOK K-18, SEMARANG) Ibnu Widiantoro, Fauzi Ahmad Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Soegijapranata Jl. Pawiyatan Luhur IV/ 1, Bendan Dhuwur, Semarang 50234 ABSTRAK Jenis tanah yang cukup banyak ditemui di Kota Semarang adalah tanah ekspansif. Tanah ekspansif adalah tanah lempung yang memiliki karakteristik kembang susut yang cukup besar serta tingkat plastisitas yang tinggi. Permasalahan bangunan yang berdiri di atas tanah ekspansif salah satunya terdapat di Kawasan Industri Candi yang berada di Jalan Gatot Subroto Semarang pada lokasi Blok K-25. Permasalahan yang terjadi terletak pada tembok yang pecah dan retak retak serta lantai yang bergelombang. Salah satu upaya yang akan dilakukan oleh penulis untuk meningkatkan kestabilan tanah ekspansif adalah melakukan penelitian terhadap penambahan bahan tambah gipsum dengan persentase penambahan yang berbeda. Dalam penelitian ini digunakan penambahan gipsum dengan persentase gipsum sebanyak 0%, 15%, 20% dan 25% dari berat tanah kering. Uji yang dilakukan di laboratorium meliputi uji mineral tanah, index properties, atterberg limit, uji saringan, uji hidrometer, uji kompaksi, uji swelling dan direct shear. Berdasarkan uji yang telah dilakukan dengan penambahan gipsum, dapat disimpulkan bahwa gipsum memiliki pengaruh yang cukup baik dalam meningkatkan stabilisasi tanah lempung ekspansif. Kata kunci: stabilisasi tanah ekspansif, bahan tambah gipsum I. bahwa tanah PENDAHULUAN lempung 1.1.Latar Belakang Di Indonesia, khususnya Kota yang ekspansif adalah memiliki tanah karakteristik kembang susut yang cukup besar serta Semarang dengan berbagai jenis dan tingkat karakteristik tanah yang ada menjadikan pembangunan proses pembangunan sebuah konstruksi di pekerjaan yang sangat utama yaitu pada dalamnya menjadi semakin bervariasi. bagian Salah satu jenis tanah yang cukup banyak pemadatan tanah, galian dan timbunan. ditemui di Kota Semarang adalah tanah Untuk mengatasi kestabilan konstruksi ekspansif. Sudjianto (2006) menyatakan perlu adanya daya dukung tanah yang di G-SMART Volume 1 | Nomor 1 | 2017 plastisitas tanah, yang tinggi. konstruksi meliputi Pada terdapat pekerjaan 33 dalamnya terdapat pekerjaan tanah digunakan sebagai tanah timbunan timbunan. Sebelumnya telah dilakukan upaya penelitian perbaikan secara kimiawi dengan menggunakan bahan tambah kapur (Dedy Irwanto dan Heryamto Sinaga, 2014). Salah satu upaya yang akan dilakukan oleh penulis untuk meningkatkan kestabilan tanah ekspansif adalah gipsum atau tidak. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tanah lempung ekspansif Tanah lempung ekspansif adalah tanah yang mempunyai tingkat kembang dan susut yang besar (Sudjianto, 2006). melakukan penelitian terhadap penambahan bahan tambah 5. Mengetahui tanah ekspansif dapat dengan persentase 2.2.Gipsum Gipsum CaSO4.2H2O. penambahan yang berbeda. mempunyai Secara teknik, senyawa gipsum disebut sebagai zat kapur sulfat. Gipsum 1.2.Tujuan Penelitian sendiri merupakan batuan berwarna putih Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, penulis melakukan penelitian dengan tujuan sebagai berikut: yang terbentuk dari proses pengendapan air laut. Gipsum merupakan mineral terbanyak dalam batuan sedimen dan lunak bila 1. Mengetahui karakteristik dari tanah ekspansif. murni. Vemmy Kurniawan dkk. (2014) mengatakan beberapa pengaruh positif 2. Mengetahui kandungan mineral yang terdapat pada tanah ekspansif. 3. Mengetahui besarnya gipsum pada tanah lempung ekspansif. 1. Gipsum dapat meningkatkan nilai stabilitas tanah karena mengandung pengembangan tanah ekspansif di kalsium yang mampu mengikat Kawasan Industri Candi Blok K-18 tanah lempung ekspansif tanpa penambahan bahan gipsum dipengaruhi oleh agregat tanah. dan dengan penambahan bahan 2. Gipsum yang dicampur pada tanah yang gipsum sebanyak 15%, 20% dan lempung 25%. mengurangi retak karena sodium ekspansif dapat 4. Mengetahui nilai kohesi dan sudut pada tanah dapat tergantikan oleh geser dari tanah ekspansif asli dan kalsium pada gipsum sehingga dengan pengembangannya menjadi lebih pencampuran gipsum. G-SMART Volume 1 | Nomor 1 | 2017 bahan kecil. 34 3. Gipsum mampu meningkatkan kecepatan rembesan air karena gipsum itu sendiri lebih menyerap banyak air. Tanah yang diambil berada pada kedalaman ± 100 cm. 3.2.Proses Penelitian Berikut merupakan tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis. 2.3.Stabilisasi Tanah Stabilisasi tanah merupakan salah satu 1. Lakukan uji mineral tanah dan uji upaya yang dilakukan untuk mengubah atau klasifikasi tanah yang meliputi memperbaiki sifat tanah terutama pada Index Properties, Atterberg Limit, tingkat kestabilannya. Definisi menurut Uji Saringan dan Hidrometer. Bowles (1989) mengatakan bahwa 2. stabilisasi tanah dapat terdiri dari salah satu atau kombinasi dari pekerjaan mekanis dan Lakukan proses analisa yang akan menentukan tanah ekspansif. 3. Jika terbukti sampel tanah yang bahan campuran (additive). menurut Ingles akan digunakan adalah tanah dan Metcalf (1972), proses stabilisasi dapat ekspansif, maka dapat dilakukan dilakukan dengan menggunakan beberapa proses metode sebagai berikut : persiapan uji standar proctor. 4. 1. Stabilisasi Mekanis pengayakan untuk Lakukan uji standar proctor dari 2. Stabilisasi Fisik tanah asli untuk mendapatkan 3. Stabilisasi Kimiawi kadar air optimum yang akan Pada penelitian ini usaha stabilisasi digunakan pada saat proses curing. tanah yang digunakan adalah stabilisasi 5. Persiapkan sampel tanah yang kimiawi dengan penambahan zat aditif akan diberikan penambahan kadar berupa gipsum 15%, 20% dan 25%. gipsum. diharapkan Gipsum mampu tersebut meningkatkan 6. Lakukan pencampuran dan gipsum sampel stabilisasi tanah ekspansif di Kawasan tanah dengan Industri Candi Blok K-18, Semarang. persentase yang sudah ditentukan, lalu campurkan air sesuai dengan III. METODOLOGI PENELITIAN kadar air optimum yang sudah 3.1.Pengambilan Sampel Tanah Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah ekspansif yang berasal dari daerah Kawasan Industri Candi Jalan Gatot Subroto Blok K-18, Semarang. G-SMART Volume 1 | Nomor 1 | 2017 diperoleh sebelumnya. 7. Lakukan pemadatan dengan metode standar proctor, tanah dalam kondisi dilakukan padat tersebut perawatan (curing) 35 dengan cara dilapisi plastik agar 3.3.Bagan Alir berada pada kondisi kedap udara lalu dibungkus pula dengan plastik. 8. Curing tersebut akan digunakan untuk uji swelling. Curing dilakukan selama 14 hari. 9. Setelah proses curing selesai, lakukan uji swelling dengan menggunakan pemadatan standar proctor kemudian rendam di dalam air selama 4 hari. 10. Analisa persentase pengembangan dari masing-masing sampel yang digunakan. 11. Lakukan pengambilan sampel direct shear dari sampel tanah yang telah direndam tersebut. Cetak tanah dengan menggunakan silinder ring. 12. Lakukan uji direct shear untuk masing-masing sampel tanah. 13. Analisa nilai tahanan geser dari masing-masing sampel yang digunakan. 14. Buat kesimpulan berdasarkan analisa dari tiap uji yang telah dilakukan. 15. Berikan saran untuk penelitian ke depannya. G-SMART Volume 1 | Nomor 1 | 2017 proses Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 36 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Uji Klasifikasi Tanah Berdasarkan pengujian di laboratorium yang meliputi uji klasifikasi tanah (index properties, atterberg limit, uji saringan dan hidrometer) dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.1. Hasil Uji Klasifikasi Tanah Gambar 4.1. Grafik Uji Pemadatan Semua Sampel Tanah Dari pengaruh hasil menunjukkan perubahan hasil bahwa grafik uji pemadatan tanah lempung di Kawasan Industri Candi Blok K-18, Semarang paling Untuk uji saringan dan hidrometer didapatkan hasil sebagai berikut: Gravel : 0% Sand : 3,4% Silt Clay : 52 % : 43,4% Berdasarkan hasil sesuai dengan uji klasifikasi di atas menurut USCS dapat signifikan pada kadar penambahan 15%. Perubahan hasil yang terjadi adalah penurunan nilai kadar air optimum dan peningkatan nilai berat isi kering maksimum (γdry maks). 4.3.Uji Swelling disimpulkan bahwa tanah di Kawasan Uji pengembangan tanah dilakukan Industri Candi Blok K-18 Semarang setelah melaksanakan proses pemadatan tergolong ke dalam tanah klasifikasi CH dengan penambahan air sesuai kadar air dimana tanah tersebut merupakan tanah optimum dan dilakukan perawatan (curing) lempung anorganik dengan tingkat plastitas selama 14 hari kecuali untuk tanah asli. yang tinggi. Dilakukan perendaman di air selama 4 hari. 4.2.Uji Pemadatan (Standar Proctor) Uji pemadatan meliputi tanah asli serta tanah campuran gipsum dengan kadar penambahan 15%, 20% dan 25% sesuai berat kering tanah. Berikut merupakan hasil dari uji pemadatan. G-SMART Volume 1 | Nomor 1 | 2017 37 Berikut merupakan hasil persentase swelling untuk semua sampel tanah. gipsum 25 %. Dapat dikatakan tanah yang digunakan untuk direct shear merupakan tanah dengan kondisi paling jenuh air. Gambar 4.2. Grafik Uji Persentase Swelling Dari data tabel diatas, didapatkan nilai persentase swelling untuk tanah asli sebesar 3,596 %, untuk campuran gipsum 15 % sebesar 1,011 %, untuk campuran gipsum Gambar 4.3. Grafik Uji Geser Langsung (Direct 20 % sebesar 1,067 %, dan untuk campuran Shear) gipsum 25 % sebesar 1,573 %. Dari data Dari tabel gabungan di atas tersebut dapat dikatakan bahwa nilai didapatkan hasil yang cukup bervariasi. persentase potensi swell terbaik berada Peningkatan nilai c paling signifikan terjadi pada kadar pencampuran gipsum 15 % pada kadar penambahan 15%. Pada kadar karena mampu menurunkan nilai swell dari penambahan 20% dan 25% pengaruh tanah asli yang diuji. terhadap nilai c dan φ nilai yang didapatkan 4.4.Direct Shear bervariasi. Pengujian direct shear dilakukan pada sampel tanah yang sudah melalui proses pemadatan proktor standar, kemudian di curing selama 14 hari (kecuali untuk tanah asli) dan dilakukan perendaman di air V. PENUTUP 5.1.Kesimpulan Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan di laboratorium, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut. selama 4 hari. Setelah itu tanah dapat dicetak untuk dilakukan pengujian direct shear. Pengujian ini dilakukan pada 4 sampel yaitu tanah asli, campuran gipsum 15 %, campuran gipsum 20% dan campuran G-SMART Volume 1 | Nomor 1 | 2017 1. Penelitian yang dilakukan terhadap sampel tanah memiliki sifat fisik meliputi kadar air alami sebesar 28,14%, berat jenis (Gs) sebesar 38 2.42, batas susut sebesar 11.16%, 4. Pada uji pengembangan untuk batas cair 50,10%, batas plastis kadar sebesar 25.00% serta indeks plastis pengembangannya 3.596%, pada sebesar 25.10%. Dari data tersebut kadar 15% gipsum sebesar 1.011%, dapat dikatakan bahwa sampel pada kadar 20% gipsum sebesar tanah di daerah Kawasan Industri 1.067% serta pada kadar 25% Candi Semarang gipsum sebesar 1.573%. Hasil uji termasuk kedalam tanah jenis pengembangan terbaik terjadi pada lempung ekspansif. saat Blok K-18, 2. Pada uji pemadatan standar untuk 0% gipsum penambahan tingkat kadar 15% gipsum. kadar 0% gipsum nilai kadar air 5. Pada uji geser langsung diperoleh optimum sebesar 27%, kadar 15% nilai untuk kohesi (c) pada kadar gipsum sebesar 24%, kadar 20% 0% gipsum sebesar 0,23 kg/cm2, gipsum sebesar 22,9% serta kadar pada kadar 15% gipsum sebesar 20% 22,0%. 0,38 kg/cm2, pada kadar 20% mampu gipsum sebesar 0,33 kg/cm2 serta gipsum sebesar Penambahan gipsum menurunkan nilai optimum. kadar Penurunan air terbaik pada kadar 25% gipsum sebesar 0,35 kg/cm2. Hasil terbaik diperoleh pada saat penambahan diperoleh saat penambahan 15% 15% gipsum. gipsum. 3. Penambahan penelitian gipsum ini pada mampu 6. Pada uji geser langsung diperoleh nilai untuk sudut geser ( φ ) pada meningkatkan nilai dari berat isi kadar 0% gipsum sebesar 26.56o, kering maksimum ( γdry maksimal). pada kadar 15% gipsum sebesar Pada kadar 0% gipsum nilai γdry 28.61 o, pada kadar 20% gipsum maksimal sebesar 1,36 gr/ cm3, sebesar 35.31o serta pada kadar kadar 15% gipsum sebesar 1,43 gr/ 25% gipsum sebesar 26.56o. Hasil cm3, kadar 20% gipsum sebesar terbaik diperoleh saat penambahan 1,45 gr/ cm3, serta kadar 25% 20% gipsum. gipsum sebesar 1,47 gr/ cm3. 7. Berdasarkan Peningkatan terbaik diperoleh pada penambahan saat penambahan 25% gipsum. terhadap kualitas tanah, kadar 15% gipsum G-SMART Volume 1 | Nomor 1 | 2017 pengaruh kadar merupakan gipsum kadar 39 penambahan yang paling baik DAFTAR PUSTAKA dibandingkan kadar 20% dan 25%. Altmeyer, W.T. 1955. Discussion of 8. Tanah di Kawasan Industri Candi Engineering Properties of Expansive Blok K-18, Semarang dengan nilai Clays. Proc. AmSoc. Civil Eng. 81. berat isi kering sebesar 1,43 gr/ cm3 New York. tidak memenuhi persyaratan sebagai tanah timbunan. Stabilisasi Industri tanah di Candi Blok Atkins, Harold N. Highway 1997. Materials, Soils and Concretes. New Kawasan Jersey : Prentice Hall Inc. K-18, Bowles, Joseph E. 1991. Sifat-sifat Fisis Semarang dengan menggunakan dan Geoteknis Tanah. Jakarta : bahan tambah gipsum memberikan Erlangga. pengaruh yang cukup baik, namun tidak terlalu signifikan. Bowles, Joseph E. 1992. Engineering Properties 5.2.Saran of Soils and Their Measurement. Singapore : McGraw- Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disampaikan saran sebagai berikut. Hill Book. Chen, F.H. 1975. Foundation on Expansive Soil. Development in Geotechnical 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu curing yang lebih bervariasi. Engineering12. Esevier Publishing Company. Amsterdam. Das, Braja M. 1997. Mekanika Tanah 2. Disarankan melakukan pengujian kuat geser tanah yang lebih variatif selain direct shear. (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis), Jakarta : Erlangga. Grim, R.E. 1953. Clay mineralogy. Mc 3. Disarankan melakukan penelitian lain pada tanah ekspansif dengan menggunakan bahan tambah yang Graw Hill Book Company Inc. New York. Hardiyatmo, berbeda. Hary Christady. 2006. Mekanika Tanah I. Yogyakarta : 4. Disarankan memilih bahan tambah lain yang mudah dijangkau dan lebih Scientific ekonomis, mempermudah pada sehingga saat Gajah Mada University Press. Holtz, W.G. and Gibbs, H.J. 1956. Engineering Properties of Expansive Clay Transactions. ASCE. pelaksanaan di lapangan. G-SMART Volume 1 | Nomor 1 | 2017 40 Ingles dan Metcalf. 1972. Soil Stabilization Sentono Kunrat, Toton. 1992. Diktat : Principles And Practice. USA. Gypsum Jakarta. Irwanto, Dedy dan Sinaga, H. (2014). Simatupang, M. H. 1985. Petunjuk Pengaruh Kapur Terhadap Tingkat Membuat Panel Kepadatan dan Kuat Geser Tanah Perekat Gipsum. Pusat Penelitian Ekspansif. Program Studi Teknik Dan Pengembangan Hasil Hutan Sipil Fakultas Teknik Unika Soegijapranata Semarang. Krebs, R.D.and Walker, R.D. Kayu Dengan Bogor. SNI 1971. 03-2417-1991. Agregat, Metode pengujian keausan dengan mesin Highway Materials. New York : McGraw-Hill Book Company. abrasi Los Angeles SNI 1964-2008 Cara Uji Berat Jenis Tanah. Kurniawan Vemmy, dkk. (2014). Pengaruh Penambahan Serbuk Gypsum dengan Lamanya Waktu Pengeraman (Curing) terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif di SNI 1965-2008 Cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan laboratorium SNI 1966-2008 Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah. Bojonegoro. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas batuan di SNI 1967-2008 Cara Uji Penentuan Batas Cair Tanah. Brawijaya Malang. Lestari, I Gusti A.A.I. (2014). Karakteristik SNI 1968-1990 Metode Pengujian Analisis Saringan Tanah Lempung Ekspansif Studi Kasus di Desa Tanah Awu, Lombok SNI 3423-2008 Cara Uji Analisis Ukuran Tengah. Fakultas Teknik Universitas Islam Butir Tanah SNI 1742-2008 Cara Uji Kepadatan Ringan Al-Azhar Maratam Untuk Tanah O’Neill, M.W. and Poormoayed, N. 1980. SNI 6424-2008 Cara Uji Potensi Methodology for foundations on Pengembangan atau Penurunan Satu expansive clays. J. Geotechnical Eng. Dimensi Tanah Kohesif Divis. Dec. GT12. PP: 1345-1366. SNI 2813-2008 Cara uji kuat geser S, G. Djatmiko dan Purnomo, S.J. Edy. 1997. Mekanika Yogyakarta. Kanisius. Tanah 1. langsung tanah terkonsolidasi dan terdrainase Sudjianto, dkk. (2006). Pengaruh Matric Suction Terhadap Perilaku Kembang G-SMART Volume 1 | Nomor 1 | 2017 41 Bebas Tanah Lempung Ekspansif. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Widyagama Malang. Sutikno dan Darmianto Budi (2009). Stabilisasi Tanah Ekspansif dengan Penambahan Kapur (Lime) Pada Pekerjaan Timbunan. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta. Suryawan (2013). Pengaruh Penambahan Clean Set Cement Terhadap Potential Swelling pada Tanah Lempung Kembang-Susut. Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Negeri Surabaya. Wesley, L. D. 1973. Mekanika Tanah. Jakarta : Badan Penerbit Pustaka Umum. G-SMART Volume 1 | Nomor 1 | 2017 42