1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi konstruksi bangunan jalan pada beberapa daerah di Indonesia masih banyak mengalami kerusakan pada lapisan strukturnya, terutama karena berada pada tanah dasar asli yang berupa tanah lempung ekspansif. Tanah lempung ekspansif merupakan tanah lempung dengan faktor kembang-susut yang tinggi akibat pengaruh dari faktor air, jika tanah terkena air maka tanah akan mengembang dan jika tanah menjadi kering maka tanah akan menyusut. Pada saat tanah terkena air dan mengembang, maka dalam proses pengembangannya tanah akan memberikan tekanan ke arah vertikal maupun ke arah horisontal. Menurut Hardiyatmo (2010), bahwa tanah lempung ekspansif oleh akibat perubahan kadar air akan mengalami perubahan volume yang sangat besar dan pengembangan tanah ini akan merusakkan perkerasan. Kondisi pada saat tanah dasar mengalami pengembangan maksimum dan memberikan tekanan ke atas akan mendorong lapisan struktur jalan ke atas dan menimbulkan kerusakan jika lapisan struktur jalan tidak dapat menahan, selain itu pada kondisi tersebut nilai kuat dukung tanah dasar yang ditunjukkan dalam nilai California Bearing Ratio (CBR) akan mengalami perubahan yang signifikan. Kondisi jalan pada saat tanah dasar yang berupa tanah lempung ekspansif terkena air dan mengalami pengembangan maksimum akan mengganggu kenyamanan kendaraan oleh pengendara dalam menggunakan jalan, oleh karena itu dibutuhkan cara perbaikan yang cukup mahal untuk dilakukan yaitu dianjurkan oleh Hardiyatmo (2010) antara lain dengan menambal di seluruh kedalaman, pembongkaran total area yang rusak dan menggantikannya dengan material yang baru dan perataan permukaan dengan cara menimbun dengan material baru. Untuk menambah kekokohan dari tanah dasar dilakukan usaha pemadatan tanah agar tanah dasar dalam kondisi berkepadatan maksimum, dan nilai kepadatan ini 2 dipengaruhi oleh kadar air tanah, macam tanah dan besar energi pemadatan yang diberikan. Pada kadar air optimum hasil dari uji standard Proctor akan menghasilkan nilai kepadatan kering maksimum, dan dengan kadar air yang berbeda pada satu macam tanah dengan energi yang sama akan menghasilkan tingkat kepadatan yang berbeda. Pada tingkat kepadatan tanah yang berbeda bila terjadi tekanan pengembangan pada tanah, maka nilainya pun akan berbeda dan juga nilai kekokohannya yang diwakili oleh nilai CBR juga akan berbeda. Tingkat kepadatan tanah dasar akan menjadi sangat penting untuk kelangsungan konstruksi perkerasan yang ada di atasnya. Karena nilai kerusakan akibat kembang-susut khususnya tekanan pengembangan tanah dasar lempung ekspansif pada jalan cukup besar dan juga akan merubah nilai CBR dari tanah dasar tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terhadap pengaruh tingkat kepadatan tanah dasar tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang pengaruh besar kepadatan tanah pada tanah lempung ekspansif terhadap hubungan besarnya tekanan pengembangan maksimum dengan nilai CBR laboratorium setelah terjadi pengembangan maksimum, supaya diketahui seberapa besar pengaruh kepadatan tanah lempung ekspansif yang akan divariasikan kepadatan keringnya dengan alat uji Proctor terhadap tekanan pengembangan yang terjadi dan juga terhadap kuat dukung tanah itu sendiri yang akan merusak konstruksi jalan di atasnya. Tanah sampel untuk penelitian merupakan tanah lempung yang diambil dari Kecamatan Kasongan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sampel uji tanah diambil dari daerah Kasongan karena tanah di daerah ini diduga merupakan tanah lempung dan memiliki kembang-susut tanah yang cukup besar. 1.2 1. Rumusan Masalah Apakah terdapat pengaruh dari besar tingkat kepadatan tanah lempung ekspansif terhadap besar tekanan pengembangan maksimumnya? 2. Apakah terdapat pengaruh dari besar tingkat kepadatan tanah lempung ekspansif terhadap besar nilai california bearing ratio (CBR)? 3 3. Hubungan besar tekanan pengembangan maksimum tanah lempung ekspansif dengan besar nilai CBR. 1.3 1. Tujuan Penelitian Mengetahui karakteristik tanah ekspansif dari Kecamatan Kasongan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Mengetahui besarnya nilai kepadatan maksimum dan kadar air optimum dari sampel dengan pengujian Proctor. 3. Mengetahui besarnya nilai tekanan pengembangan maksimum dan nilai CBR laboratorium dari sampel dengan variasi kepadatan tanah berdasarkan hasil uji pemadatan Proctor. 4. Memahami pengaruh variasi kepadatan tanah terhadap besar tekanan pengembangan dan nilai CBR laboratorium dalam kondisi pengembangan maksimum. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh kepadatan tanah lempung ekspansif terhadap besar tekanan pengembangan yang terjadi dan nilai CBR laboratorium tanah lempung ekspansif dalam kondisi tekanan pengembangan maksimum. Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat diketahui tingkat kepadatan tanah yang paling baik yang akan memberikan nilai tekanan pengembangan maksimum terendah dan nilai CBR rendaman yang tertinggi, sehingga dapat menjadi referensi untuk digunakan pada perancangan konstruksi jalan raya, khususnya pada tanah dasar di lapangan pada proses pemadatan yang berupa tanah lempung ekspansif dan diharapkan dapat menghasilkan hasil yang efektif dan efisien. 1.5 Batasan Masalah Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini memiliki batasan-batasan sebagai berikut : 1. Material yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Kasongan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 4 2. Alat yang digunakan untuk uji tekanan pengembangan adalah alat konsolidasi oedometer dengan tekanan efektif (surcharge pressure) 6,9 kPa. Acuan yang dipakai adalah ASTM D 4546-08 metode B 3. Penerapan tekanan konsolidasi mengacu pada ASTM D 2435-04 dengan tekanan 10, 20, 40, 80, 160, 320, 640, 1280 kPa 4. Air yang digunakan dalam melakukan penelitian ini merupakan air yang diambil dari saluran air bersih pada Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. 5. Dilakukan pengujian properties tanah yang meliputi uji kadar air, uji batasbatas atterberg, uji gravitasi khusus, dan uji distribusi ukuran tanah. 6. Dalam penelitian ini hanya terbatas pada tinjauan sifat fisik dan mekanis tanah lempung dan tidak meninjau unsur kimia. 7. Kondisi tanah terganggu (disturbed). 8. Benda uji terganggu merupakan tanah asli yang dibentuk (remoulded) dari sampel yang telah dikeringkan dengan suhu tidak lebih dari 60o C dan diayak lolos saringan no. 4 dan dipadatkan dengan kadar air rencana sesuai dengan nilai berat volume kering yang diinginkan. 9. Pemadatan dilakukan dengan standard Proctor. 10. Benda uji dibuat disesuaikan dengan ukuran mould alat konsolidasi oedometer untuk memudahkan dalam pengukuran pengembangan yang terjadi. 11. Pengujian dilakukan dengan variasi berat kering tanah yaitu pada nilai 90%, 93%, 95%, 97%, dan 100% dari berat kering tanah maksimum pada pengujian pemadatan standard Proctor. 12. Pengujian nilai CBR tanah terendam, dengan lama rendaman sesuai dengan lama tercapainya nilai tekanan pengembangan maksimum. 1.6 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai tanah ekspansif telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya dengan cakupan dan ruang lingkup yang berbeda. Metode yang dilakukan untuk meneliti tanah lempung ekspansif juga beragam terkait untuk 5 menyelidiki besar tekanan pengembangan tanah maksimum. Beberapa peneliti yang sudah melakukannya yaitu antara lain : 1. Baried (2013), melakukan penelitian tentang pengaruh kepadatan tanah terhadap waktu pengembangan maksimum tanah ekspansif. Percobaan ini dilakukan dengan kepadatan kering tanah lempung yang divariasikan berdasarkan hasil dari uji Proctor. 2. Hangge (2009), melakukan penelitian tentang pengaruh kadar air terhadap potensi pengembangan bebas pada lempung ekspansif. 3. Chandra (2013), melakukan penelitian mengenai pengaruh tekanan overburden terhadap potensi dan pengembangan tanah ekspansif. 4. Wicaksono (2014), melakukan penelitian tentang pengaruh perubahan kadar air tanah akibat siklus basah-kering terhadap parameter kekuatan dan pengembangan dari tanah lempung. Penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu dilakukan dengan benda uji tanah lempung ekspansif dan dilakukan dengan parameter pokok yang berbeda. Berdasarkan penelitian yang banyak telah dilakukan menunjukkan bahwa masih sangat luas dan berkembangnya penelitian mengenai karakteristik tanah lempung ekspansif. Sebagai tanah dasar untuk konstruksi jalan raya maka tanah dasar yang berupa lempung ekspansif sangat dipengaruhi oleh nilai kepadatan tanah dan juga besar tekanan pengembangan tanah jika terkena air, tetapi selain itu parameter kekuatan tanah tersebut juga sangat berpengaruh terhadap konstruksi yang berada di atasnya, sehingga dirasa perlu untuk meneliti lebih lanjut tentang pengaruh nilai kepadatan tanah lempung ekspansif terhadap besar nilai tekanan pengembangan maksimum dan nilai CBR sehingga dapat diketahui dalam kondisi tanah lempung ekspansif memberikan tekanan pengembangan maksimum, seberapa besar kekuatan tanah tersebut masih memberikan kekuatan untuk struktur di atasnya. Penelitian ini menggunakan variasi tingkat kepadatan tanah dalam beberapa tingkat persentase kepadatan. Persentase nilai kepadatan dilakukan terhadap nilai 6 kepadatan tanah maksimum. Pengontrolan nilai kepadatan sampel tanah dilakukan dengan kontrol proses pemadatan (process controling). Pengujian CBR dilakukan secara terendam dan dalam lama waktu rendaman sesuai dengan waktu pengembangan maksimum tanah. Penelitian ini belum pernah diteliti di lingkungan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.