BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Menghadapi Persalinan 1. Pengertian Kecemasan Menghadapi Persalinan Beberapa ahli mengemukakan bahwa kecemasan memiliki emosi yang negatif. Menurut Maher (Calhoun & Acocella, 1990), kecemasan dapat menyebabkan orang merasa sangat khawatir, membuat ketakutan semakin luas, serta mempengaruhi untuk berpikir jernih dan memecahkan masalah. Menurut Atkinson, Atkinson, Smith dan Bem (2006), kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah kekhawatiran, keprihatinan, rasa takut yang dialami dalam tingkat yang berbeda. Menurut Nevid, Rathus dan Greene (2003), kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Menurut Durand dan Barlow (2005), kecemasan adalah keadaan suasana hati yang berorientasi pada masa yang akan datang. Hal ini ditandai dengan kekhawatiran tidak dapat memprediksi atau mengontrol kejadian yang akan datang. Berdasarkan definisi American Psychological Association atau APA (Durand & Barlow, 2005), diketahui bahwa kecemasan adalah keadaan mood negatif yang dicirikan dengan simptom-simptom tubuh dari tekanan fisik dan ketakutan tentang masa depan. Menurut Catell (Alwisol, 2004), orang yang mengalami berbagai tingkat kecemasan sebagai dampak yang mengancam atau menekan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa 13 14 kecemasan adalah perasaan takut dan khawatir yang berlebih tentang sesuatu yang belum tentu terjadi. Menurut Kartono (1992), kehamilan dan persalinan pada umumnya memberikan arti emosional yang sangat besar karena merupakan perjuangan yang berat bagi setiap perempuan. Pada masa ini terjadi penambahan intensitas emosi dan tekanan batin pada kehidupan psikis ibu hamil, termasuk rasa ketakutan dan kesakitan. Menurut Wulandari (2003), kecemasan akan ketidaktahuan tentang persalinan pertama adalah sesuatu yang normal. Kecemasan ini justru mungkin akan membantu ibu hamil anak pertama untuk mempersiapkan diri secara mental. Namun, jika ibu hamil anak pertama memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, terlebih disertai dengan kepercayaan diri yang rendah, maka ibu mulai meragukan kemampuannya dalam menghadapi persalinan. Kecemasan dalam menghadapi persalinan dapat muncul dalam berbagai bentuk. Menurut Kelly (2002), ada ibu hamil anak pertama yang bahkan tidak berani menonton film dengan tayangan proses melahirkan, ada yang merasa ketakutan hingga menyebabkan jantung berdebar-debar, sakit kepala, nafas pendek dan terengah-engah pada bulan ke-enam kehamilannya. Ada juga yang dimanifestasikan dalam mimpi buruk, keluhan fisik dan kesulitan konsentrasi. Kecemasan menjelang persalinan merupakan emosi negatif yang tidak menyenangkan bagi ibu hamil anak pertama menjelang proses persalinannya. Rasa cemas tersebut muncul ketika proses persalinannya semakin dekat. 15 Gejala-gejala yang muncul mampu membuat ibu hamil merasa cemas terhadap proses persalinannya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan menjelang persalinan adalah kecemasan yang ditandai dengan kekhawatiran di masa yang akan datang disertai keadaan mood negatif yang dicirikan dengan simtom-simtom tubuh seperti tekanan fisik. 2. Aspek-Aspek Kecemasan Menghadapi Persalinan Menurut Maher (Calhoun & Acocella, 1990), menyebutkan tiga komponen dari reaksi kecemasan, yaitu a. Emosional atau Psikologis Individu memiliki kesadaran yang sangat kuat akan rasa cemas seperti sangat takut, serasa akan terjadi bahaya atau penyakit, merasa akan terjadi kesuraman, kelemahan dan kemurungan, hilang kepercayaan diri dan ketenangan, serta mudah marah. b. Kognitif Kecemasan yang berlebihan akan menganggu kemampuan seseorang dalam berpikir jernih, memecahkan masalah dalam menangani tuntutan ligkungan dan tidak mampu memusatkan perhatian c. Fisik Respon tubuh terhadap cemas adalah untuk mengarahkan diri dalam bertindak, baik atau tidak tindakan tersebut. Respon tubuh ini, yaitu ujungujung anggota badan terasa dingin (kaki dan tangan), keringat bermunculan, detak jantung meningkat, tidur terganggu, hilang nafsu makan, dll. 16 Berdasarkan beberapa aspek di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kecemasan adalah perasaan seseorang yang ketika berpikir akan ada kejadian yang tidak menyenangkan yang disertai dengan gejala fisiologis (fisik) dan aspek psikologis (kognitif, emosi dan perilaku). 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Menghadapi Persalinan Menurut Kusumajati (2012), kecemasan dalam menghadapi persalinan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: a. Usia Rentang usia yang paling baik untuk hamil baik dari segi fisik maupun mental antara 20-25 tahun. Kehamilan yang terjadi pada ibu hamil muda cenderung menimbulkan kecemasan yang lebih tinggi daripada yang cukup usia. Dalam periode ini, seorang wanita akan menghadapi resiko komplikasi media yang paling rendah (Sloane & Benedict, 1991). Kehamilan dibawah usia tersebut mengandung resiko fisik 2-5 kali dibandingkan dengan usia kehamilan ideal, dan resiko tersebut akan kembali meningkat setelah usia 35 tahun (Winkyosastro, Syaifudin & Rachimhadi, 1997). Ditambahkan lagi oleh Sloane & Benedict (1991), kehamilan pada usia belasan tahun dapat menambah tekanan jiwa. Permasalahan medis yang mungkin terjadi adalah anemia, tekanan darah tinggi, persalinan prematur dan bedah cesar saat melahirkan bayinya. Sebaliknya, kehamilan di atas usia 35 tahun dapat menimbulkan resiko yang tinggi terhadap jiwa ibu maupun anak yang akan dilahirkannya. Meningkatkan angka kematian ibu (AKI), kesulitan persalinan dan cacat kromosom. 17 b. Status Pernikahan Perasaan takut, khawatir dan cemas selama hamil sangat dipengaruhi oleh penerimaan kehamilan itu sendiri. Penerimaan kehamilan tersebut dipengaruhi oleh status pernikahan pada pasangan suami dan istri. Kehamilan yang terjadi sebelum pernikahan akan menyebabkan seseorang merasa bersalah, sehingga ia sulit menerima kehamilannya. Hal ini akan menambah perasaan cemas dalam menghadapi persalinan bayinya. Sebaliknya, kehamilan yang terjadi setelah pernikahan pada umumnya merupakan kehamilan yang dikehendaki oleh pasangan suami dan istri, sehingga ibu hamil mempunyai persepsi positif terhadap kehamilan dan persalinannya. c. Riwayat Keguguran Ibu hamil yang pernah mengalami keguguran akan mengalami kecemasan yang berbeda dengan ibu hamil yang belum pernah mengalami keguguran. Ibu hamil yang mempunyai riwayat keguguran akan mengalami kecemasan dalam mempertahankan kehamilan serta mendapatkan bayi yang sehat. Kemungkinan untuk mengalami keguguran akan lebih tinggi (Sloane & Benedict, 1991). d. Pendidikan Perkembangan kognitif akan mempengaruhi kemampuan individu dalam menyesuaikan diri terhadap stresor yang timbul. Demikian halnya dengan ibu hamil anak pertama, tingkat kecemasan akan berbeda antara mereka yang berpendidikan rendah, menengah dan sedang. 18 e. Usia Kandungan Masa kehamilan dibagi menjadi 3 trimester dan mempunyai pengaruh psikologis yang berbeda pada ibu hamil. Pada awal kehamilan, umumnya ibu hamil menunjukkan rasa cemas, panik dan takut karena adanya pendapat bahwa hamil merupakan ancaman maut yang menakutkan serta membahayakan bagi dirinya. Ketika perut dan payudara membesar, cemas yag dirasakan timbul lagi. Menjelang persalinan pada trimester ketiga biasanya muncul pertanyaan apakah bisa melahirkan dan bagaimana nanti, juga akan menimbulkan kecemasan tersendiri. Pada usia kehamilan 7 bulan, tingkat kecemasan ibu akan meningkat dan intensif seiring dengan mendekatnya saat-saat persalinan bayi pertamanya. Hal ini merupakan masa riskan terjadinya prematur dan tingkat kecemasn ibu akan meningkat (Kartono, 1992). f. Kondisi Kesehatan Kondisi fisik tubuh dapat mempengaruhi proses kehamilan dan persalinan. Kondisi fisik yang sehat dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu selama hamil dan persalinan (Thompson, 2004). g. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi sangat mempengaruhi kondisi psikologis ibu hamil (Sloane & Benedict, 1991). Ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi tinggi mempunyak kecemasan yang lebih rendah daripada mereka yang berasal dari tingkat sosial ekonomi yang rendah. Hal ini berkaitan dengan biaya 19 persalinan maupun biaya pemeliharaan bayi sampai dengan kehidupan dewasanya h. Dukungan orang-orang terdekat Peran suami sangat dibutuhkan selama proses kehamilan. Seorang suami sebaiknya mendampingi istri untuk memeriksakan kehamilannya, sehingga suami dapat mengetahui dan mengikuti tahap demi tahap perkembangan bayinya. Selain itu, suami bisa lebih memahami keadaan emosi istri. Kondisi menjelang persalinan merupakn saat yang paling menegangkan dan melelahkan bagi seorang ibu hamil. Pada situasi iniliah keberadaan suami sangat membantu sang istri (Umami & Puspitasari, 2007). i. Spiritualitas Dalam kaitannya dengan ibu hamil, spiritualitas memberikan peran yang penting dan proses mempercepat penyembuhan pasien dalam perawatan yang bersifat kejiwaan bagi seorang pasien yang sedang mengalami penyakit fisik. Dengan kata lain, spiritualitas pada ibu hamil sangatlah penting dalam kehidupannya, dan dengan keyakinannya terhadap agama maka ibu hamil akan lebih mendekatkan diri dengan Tuhan-Nya (Dharajat, 1990). Berdasarkan uraian diatas, faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil anak pertama menjelang persalinan adalah usia, status pernikahan, riwayat keguguran, pendidikan, usia kandungan, kondisi kesehatan, status sosial ekonomi, dukungan dari orang-orang yang terdekat dan spiritualitas. 20 B. Terapi Tadabbur Al-quran 1. Pengertian Tadabbur Al-quran Menurut Al-Lahim (2006), tadabbur adalah upaya memikirkan dan merenungi ayat-ayat Al-quran agar dapat memahami dan mengungkapkan makna, hikmah serta maksud yang dikehendak. Menurut Sin & Yusoff (2012) pengertian tadabbur menurut bahasa dan istilah adalah : a. Pengertian Tadabbur menurut Bahasa Tadabbur berasal dari pecahan kalimat (1) dabbara yang berarti mengatur, merencana, dan membuat perancangan, (2) tadabbar yang berarti merenung, memikirkan, memperhatikan, (3) tadabbur yang berarti renungan, pemerhatian. Menurut percakapan bahasa Arab, tadabbur adalah memikirkan persoalan dibalik sesuatu. Proses ini berawal dari pemerhati, berpikir terhadap sesuatu hingga memperhatikan persoalan dibaliknya. b. Pengertian Tadabbur menurut Istilah Tadabbur merupakan suatu usaha untuk meneliti maksud ayat secara berulang-ulang. Tadabbur berlaku berdasarkan pemerhatian, penelitian dan pengkajian terhadap makna ayat Al-quran. Purwoko (2012) berdasarkan perspektif agama islam, tadabbur ayat-ayat Al-quran dapat dijadikan upaya untuk mengatasi gangguan psikologis. Hal ini termuat dalam QS. Yunus : 57 “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang 21 beriman”. QS. Sad : 29 “kitab (Al-quran) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran”. Pada saat tadabbur Al-quran akan ada proses memaknai dan memahami setiap arti kata dari Al-quran. Proses ini akan mempengaruhi sisi kognitif setiap orang. Dari pemahaman kognitif tersebut timbul keyakinan yang membuat seseorang akan merubah pola pikirnya, bahkan perilakunya. Rogers mengatakan tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dari bagaimana seseorang memandang realita secara subjektif dan dapat diubah dengan kemampuannya untuk menentukan nasibnya sendiri (Alwisol, 2009). Quran Surah yang akan digunakan dalam penlitian ini adalah QS. Lukman (31) : 12-18 dan QS. Ar-Rahman (55). Pemilihan dua ayat ini karena isinya yang menceritakan tentang pendidikan anak dalam perspektif tafsir surah Lukman serta mencoba untuk bersyukur dengan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia. Kandungan nilai pendidikan yang terdapat dalam QS. Lukman adalah (1) menanamkan keimanan dan ketauhidan kepada anak, (2) memerintahkan anak untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, (3) menanamkan rasa diawasi Allah, (4) mendirikan shalat, (5) melakukan amar makruf (melakukan kebaikan) dan nahi mungkar (mencegah kemungkaran), (6) sabar dalam menghadapi cobaan, (7) tidak bersikap sombong, dan (8) sederhana dalam berjalan dan berbicara. Secara keseluruhan isi dari QS. Ar-Rahman menjelaskan tentang kepemurahan Allah kepada hamba-hamba-Nya, yaitu dengan cara memberikan nikmat yang tidak 22 terhingga baik di dunia maupun di akhirat nanti. Melalui surah ini Allah seakan memberi sinyal kepada manusia akan sifat manusia yang pelupa, kufur nikmat dan tidak mau berfikir. 2. Langkah-Langkah Tadabbur Al-quran Menurut Qardhawi (1999) langkah-langkah tadabbur Al-quran adalah : a. Saat berhadapan dengan Al-quran maka harus yakin dan percaya bahwa Alquran yang ada dihadapan kita adalah kalam Allah, petunjuk dari Tuhan yang menciptakan alam semesta. b. Baca Al-quran hanya dengan niat untuk menerima bimbingan dari Allah, mendekatkan diri pada-Nya dan mencari kebahagiaan hidup melalui rahmat dan lindungan-Nya. c. Baca Al-quran dengan penuh rasa syukur karena telah mendapat nikmat dan kesempatan untuk membaca petunjuk Tuhan, berdialog dengan Allah dan mendapatkan bimbingan dari-Nya melalui kalam-Nya. d. Tentukan tujuan dan kenapa harus membaca Al-quran. Berdasarkan uraian diatasm langkah-langkah tadabbur Al-quran adalah harus yakin dan percaya, memiliki niat yang kuat, dan membaca dengan penuh rasa syukur. C. Pengaruh Terapi Tadabbur Al-quran untuk Mengurangi Kecemasan Menghadapi Persalinan Anak Pertama Kecemasan menghadapi persalinan ini merupakan kondisi emosi yang tidak menyenangkan dan membuat ibu hamil merasa tidak nyaman, karena dengan 23 kondisi seperti ini aktivitas yang akan dilakukan menjadi terganggu. Merasa terbebani dengan keadaan yang belum pasti terjadi inipun menjadi hambatan bagi ibu hamil ketika ingin berinteraksi dengan orang lain. Gejala fisik mulai terlihat, mulai berkeringat, panas dingin, sering mondar-mandir, jantung berdetak lebih kencang, otot menjadi tegang dan mulai terlihat gemetar. Selain itu, mulai timbul perasaan emosi yang negatif dan rasa cemas tentang masa depan yang ditandai dengan perilaku cemas, khawatir serta gugup. Rasa cemas ini datangnya beruntun dalam satu episode dan seringkali tidak terduga. Ibu hamil yang mengalami kecemasan ini biasanya muncul akibat tekanan yang terjadi dimasa lalu. Kecemasan ini bisa diatasi ketika ibu hamil mulai membiasakan diri untuk tadabur Al-quran sebagai salah satu terapi. Karena Al-quran sebagai petunjuk manusia untuk hidup dalam kebahagiaan dan kebenaran, sehingga manusia tidak merasa pada kebingungan dan keragu-raguan. Al-quran juga berfungsi sebagai obat penawar bagi segala macam penyakit hati atau emosional. Di dalam Al-quran banyak terdapat ayat-ayat dan kisah-kisah mengenai kemukjizatan Al-quran sebagai penyembuh. Akhirnya Al-quran berfungsi sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam semesta (Qadri, 2003). Al-quran mempunyai kekuatan spiritual yang luar biasa dan mempunyai pengaruh mendalam atas diri manusia. Di dalam Al-quran banyak memuat ayatayat tuntunan menyembuhkan penyakit manusia, termasuk penurunan kecemasan. Khususnya QS. Lukman dan QS. Ar-Rahman. Dimana kedua surah tersebut mengandung nilai pendidikan anak serta kebersyukuran akan nikmat yang telah diberikan-Nya. Tingkat efektifitas kemanjuran Al-quran tergantung pada seberapa 24 jauh tingkat keyakinan seseorang. Keyakinan tersebut dapat diraih dengan membiasakan diri untuk tadabbur serta melaksanakan isi kandungan Al-quran. Masing-masing tahapan perlakuan terhadap Al-quran akan membawa individu ke alam yang dapat menenangkan dan menyejukkan jiwa. Berubahnya kondisi cemas menjadi tenang dengan adanya Al-quran akan dapat menurunkan kecemasan seseorang (Mulyadi, Hidayah & Mahfur, 2012). Ketika seorang merasa cemas maka akan merasa sendirian, sehingga seseorang tersebut mengharapkan pertolongan dari yang lain. Diantaranya dengan tadabbur Al-quran dan doa-doa yang diucapkan. Seorang tersebut akan mempunyai harapan bahwa Allah mengabulkan permohonannya, memenuhi kebutuhannya dan melegakan hatinya. Terlepas dari apakah Allah mengabulkan permohonannya atau tidak, dengan sekedar menghadap Allah dengan berharap Allah akan menolongnya (Mulyadi, Hidayah & Mahfur, 2012). Tadabbur Al-quran dilakukan dengan memiliki keyakinan dan kepercayaan bahwa Al-quran adalah kalam Allah. Lukman as berkata “tiada amal baik dapat dilaksanakan kecuali dengan keyakinan, tiada seorang hamba mampu beramal kecuali sekedar keyakinannya, dan tiada akan berkurang amalnya sampai berkurang pula keyakinannya” (Qardhawi, 1999). Pada proses meyakini dan mempercayai Al-quran, sisi kognitif setiap orang akan merubah pola pikir bahkan perilakunya. Rogers mengatakan bahwa tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dari bagaimana seseorang melihat realita secara subjektif dan dapat diubah dengan kemampuannya untuk menentukan nasibnya sendiri (Alwisol, 25 2009). Keyakinan yang dimiliki akan bertahan lebih lama, sehingga memiliki efek yang lebih lama juga. Niat tadabbur Al-quran untuk menerima bimbingan dari Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya serta untuk mengubah dirinya. Hal ini diperjelas dalam Al-quran “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d : 11). Ibu hamil mengubah dirinya untuk menurunkan tingkat kecemasan, karena dengan adanya niat seseorang akan berusaha sungguh-sungguh untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Rasa tenang akan diturunkan kepada seseorang yang ketika ia melatunkan ayat-ayat Al-quran dengan rasa tulus, ikhlas dan menghadap total kepada Allah ta’ala. Dan dalam keadaan seperti ini ia akan diliputi oleh para malaikat dan rahmat dari Allah SWT (Najati, 2004). Rasa tenang yang hadir ketika tadabbur Al-quran dapat mereduksi hormonhormon yang mengakibatkan vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah) dan spasme (ketegangan otot) pada pembuluh-pembuluh darah ibu hamil, memperbaiki sirkulasi utero-plasenter, meningkatkan oksigenisasi dan pemberian nutrisi bagi janin di dalam kandungan ibunya. Ketenangan jiwa juga dapat mereduksi kejadian keguguran, kejadian lahir prematur, lahir dengan berat badan bayi rendah, bayi dengan kecacatan fisik dan mental emosioal (Rahmawati, 2010). Ketenangan ini juga didapatkan bagi para pasien di Barat yang diterapi berbasis orientasi islam. Dari contoh ini, jelas bahwa psikoterapi islam efektif untuk pasien Muslim (Othman, Iqbal & Rahmat, 2012). 26 Perasaan dekat atau berjumpa dengan Allah juga akan mempengaruhi tadabbur Al-quran yang dibaca oleh ibu hamil, karena ketika ibu hamil dekat dengan Tuhan-nya rasa syukur akan muncul sebagai bentuk ekspresi bahwa ibu hamil telah mendapat banyak nikmat. Rasa senang akan muncul ketika ibu hamil bisa mensyukuri apa yang telah diberi Tuhan-nya. Secara kognitif orang yang merasakan senang akan melepaskan hormon bahagia yakni endhorpine yang membantu untuk mengurangi rasa stress dan gelisah (Pinel, 2009). Mampu menciptakan rasa senang dan bahagia dengan memicu saraf dan fisik, sehingga detak jantung menjadi lambat dan mengurangi rasa cemas yang berlebihan. Sehingga reaksi positif yang ditimbulkan rasa senang akan menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil. Pendekatan spiritual biasa diterapkan untuk menyembuhkan jiwa terkait kebutuhan spesifik dari satu individu. Max Thurian (Kuchan, 2007) mendefinisikan titik awal yang diberikan kepada orang dalam masa penyembuhan melalui spiritual adalah ketika kondisi psikologis diarahkan kapada kitab suci sebagai terapi spiritualnya. Sebagai umat muslim, Al-quran merupakan pedoman yang mampu mengobati segala macam penyakit, termasuk gangguan kecemasan. Ketika mentadabburi Alquran dengan tenang gejala fisik yang terjadi ketika seseorang mengalami kecemasanpun menjadi turun, karena Al-quran mampu menghilangkan kegelisahan dan kesedihan. Sehingga hati akan menjadi tenang, pikiran terkendali, dan jiwa terasa lapang (Najati, 2004). Piskoterapi islam sangat komprehensif dan 27 universal. Hal ini mencakup semua aspek kehidupan di dunia dan hari setelahnya (Othman, Iqbal & Rahmat, 2012). Allah SWT berfirman, yang artinya: “Dan kami turunkan Al-quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman....” (QS. Al-Israa: 82) “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kapadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit (yang berada) dalamdada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman”. (QS. Yunus: 57) “Katakanlah: “Al-quran itu adala petunjuk dan penawar”. (QS. Fushilat: 44) Hal ini diperkuat juga dengan salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dalam kitabnya, dari Ali RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik obat ialah Al-quran”. Al-quran berisi nasehat, peringatan bahkan doa-doa yang baik. Tadabbur Alquran termasuk salah satu cara berdekatan dan berdoa dengan Allah SWT. Menurut McCullough (Breslin & Lewis, 2008) yang mempengaruhi fisik dan psikologis seseorang adalah efek dari berdoa. Hasil dari berdoa pun mampu menjaga kesehatan. Hal ini terlihat ketika detak jantung mulai berdetak normal, ketegangan otot menurun dan bernafas pun menjadi lega. Ini merupakan ciri-ciri orang yang tidak mengalami kecemasan. 28 D. Kerangka Teori Ibu hamil anak pertama Takut proses persalinan tidak lancar Takut sakit saat melahirkan Rasa Takut : Takut terjadi sesuatu pada bayi : lahir tidak sempurna (cacat), bayi premature Takut caesar Kecemasan Fisiologis: aktivitas saraf simpatis semakin meningkat, jantung berdetak lebih cepat, nafas pendek, pembuluh yang mengarah pada rahim berkontraksi dan menegang sehingga menimbulkan rasa nyeri. Psikis: Cemas berlebih, perasaan tidak bahagia, ragu-ragu, mengkhawatirkan proses persalinan yang tidak berjalan dengan lancar, bahkan memkirkan sesuatu yang belum tentu benar akan terjadi Emosi: Kondisi emosi naik turun, sesuai dengan mood Terapi Tadabbur Al-quran Fisiologis: Jantung berdetak normal, pembuluh rahim melemas dan melentur, rasa sakit dan nyeri berkurang, serviks menipis serta dapat membuka sewaktu tubuh berdenyut dan mendorong bayi keluar dengan mudah Psikis: Adanya endorphine menjadi lebih tenang, cemas berkurang, optimis Kecemasan menurun Emosi: Kondisi emosi naik turun, sesuai dengan mood 29 Keterangan : : Menyebabkan : Mencakup/cakupan : Intervensi : Hasil Intervensi E. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang mendapatkan Terapi Tadaburr Al-quran akan mengalami penurunan kecemasan dalam menghadapi persalinan anak pertama. Sebaliknya yang tidak mendapatkan Terapi Tadabbur Al-quran tidak mengalami penurunan kecemasan