Perseroan Terbatas I.Struktur Perseroan Terbatas Dasar Hukum Umum: berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 (tentang Perseroan Terbatas) Khusus: UU No. 8 Tahun 1995 (tentang Pasar Modal) UU No. 25 Tahun 2008 (tentang Penanaman Modal) UU No. 19 Tahun 2003 (tentang BUMN) Definisi Perseroan Terbatas Pasal 1 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007: Adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang serta peraturan pelaksanaannya. 15 Elemen Yuridis PT: 1. Dasarnya adalah perjanjian 2. Adanya para pendiri 3. Pendiri/pemegang saham bernaung di bawah satu nama bersama 4. Merupakan asosiasi dari pemegang saham 5. Merupakan badan hukum atau manusia semu 6. Diciptakan oleh hukum 7. Mempunyai kegiatan usaha 8. Berwenang melakukan kegiatannya sendiri 9. Kegiatannya termasuk dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh perundang-undangan yang berlaku 10. Adanya modal dasar (dan juga modal ditempatkan dan modal disetor) 1 11. Modal perseroan dibagi ke dalam saham-saham 12. Eksistensinya terus berlangsung, meskipun pemegang sahamnya silih berganti 13. Berwenang menerima, mengalihkan dan memegang aset-asetnya 14. Dapat menggugat dan digugat di pengadilan 15. Mempunyai organ perusahaan Syarat Pendirian: 1. Didirikan oleh dua orang atau lebih 2. Setiap pendiri wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan 3. Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan Anggaran Dasar memuat sekurang-kurangnya: 1. Nama dan tempat kedudukan perseroan 2. Maksud, tujuan, dan kegiatan usaha perseroan 3. Jangka waktu berdirinya perseroan 4. Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor 5. Jumlah saham, klasifikasi saham, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham. 6. Nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris 7. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS 8. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris 9. Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden Permodalan • Modal Dasar, Modal Ditempatkan, dan Modal Disetor. 2 • Modal dasar minimal sebesar Rp 50.000.000,-. Paling sedikit 25% dari modal dasar harus ditempatkan dan disetor penuh. • Pemegang saham dan kreditor lainnya yang mempunyai hak tagihan terhadap perseroan tidak dapat menggunakan hak tagihnya sebagai kompensasi kewajiban penyetoran atas harga saham yang telah diambilnya, kecuali disetujui RUPS. • Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan karena pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan pengurangan modal. • Penambahan dan Pengurangan modal harus disetujui oleh RUPS. Saham dan Pemegang Saham • Saham adalah bukti surat tanda bukti ikut sertanya dalam Perseroan Terbatas. • Fungsi utama saham: – Saham sebagai bagian dari modal – Saham sebagai tanda anggota – Saham sebagai alat legitimasi • Pengeluaran saham perseroan harus mempunyai nominal • Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang diambilnya • Tanggung jawab terbatas tidak berlaku apabila: – Perseroan belum mendapat status Badan Hukum dari Menteri Hukum dan HAM – Telah disahkan tetapi tidak menerima transaksi yang dilakukan sebelum Perseroan tersebut disahkan – Itikad buruk pemegang saham yang memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadinya – Tindakan melawan hukum yang dilakukan Perseroan yang melibatkan pribadi pemegang saham – Pemegang saham melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan sehingga kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi hutang-hutangnya. 3 – Bila sebagai pemegang saham tunggal lebih dari 6 bulan. Hak Pemegang Saham • Hak mengajukan gugatan • Hak agar sahamnya dibeli dengan harga wajar • Hak berkaitan dengan RUPS • Hak suara • Hak atas Deviden • Hak memeriksa • Hak memohon kepada Pengadilan Negeri II.Organ Perseroan 1. Direksi 2. Komisaris 3. RUPS Dasar Hukum yaitu UU PT no. 40 tahun 2007 pasal 1 ayat (2): Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris Rapat Umum Pemegang Saham UU PT no. 40 tahun 2007 pasal 1 ayat (4): Organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris (dalam batas yang ditentukan dalam UU ini dan/atau AD) RUPS Diselenggarakan direksi perseroan setiap tahun (RUPS tahunan) dan setiap waktu berdasarkan kepentingan perseroan ataupun atas permintaan pemegang saham sesuai ketentuan AD (Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham) apabila ada hal-hal mendesak yang tidak dapat menunggu RUPS tahunan. 4 Wewenang RUPS 1. Penetapan perubahan AD 2. Pembelian kembali saham 3. Penetapan penambahan modal perseroan 4. Penetapan pengurangan modal 5. Pengajuan laporan tahunan dan pengesahan perhitungan tahunan 6. Penentuan penggunaan laba 7. Pengangkatan / pemberhentian / pembagian tugas wewenang Direksi dan Komisaris 8. Ketentuan tentang besarnya gaji dan tunjangan Direksi 9. Persetujuan pengalihan/penjaminan kekayaan perseroan 10. Persetujuan atas penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan 11. Pembubaran perseroan Tata Cara RUPS (UU No. 40/2007 pasal 81-83) 1. Pemanggilan oleh direksi (dalam keadaan tertentu dilakukan komisaris), minimal 14 hari sebelumnya, dilakukan dengan Surat Tercatat dan/atau dengan iklan surat kabar 2. Dalam hal perseroan terbuka, diadakan pengumuman sebelum pemanggilan Hak Suara RUPS (UU No. 40/2007 pasal 84-85) • Setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara, kecuali bila AD mengeluarkan satu saham tanpa hak suara • Saham perseroan yang dikuasai sendiri (karena hubungan kepemilikan, pembelian kembali, maupun gadai) tidak memiliki hak suara dan tidak dihitung dalam penentuan kuorum Kuorum RUPS (UU No. 40/2007 pasal 84-86) 5 • RUPS dilangsungkan jika ½ bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir (kecuali UU dan/atau AD menentukan jumlah kuorum lebih besar) • Bila tidak tercapai, dilakukan pemanggilan untuk RUPS kedua dan ketiga • Pengambilan keputusan: diatur dalam pasal 87-91 Direksi UU PT no. 40 tahun 2007 pasal 1 ayat 4: Organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. Tugas dan Wewenang Direksi 1. Mengurus segala urusan 2. Menguasai harta kekayaan perseroan 3. Melakukan perbuatan seperti yang dimaksudkan dalam 1796 KUHPerdata 4. Mewakili perseroan 5. Mengurus dan menginventarisasi harta kekayaan perseroan Dewan Komisaris UU PT no. 40 tahun 2007 pasal 1 ayat 5: Organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan. Fungsi Dewan Komisaris 1. Fungsi Pengawasan a. Audit Keuangan b. Audit Organisasi c. Audit Personalia 2. Fungsi Penasehat : 6 a. Dalam pembuatan Agenda Program b. Dalam pelaksanaan Agenda Program Komisaris Independen & Komisaris Utusan • Komisaris Independen: – Tidak ada hubungannya dengan keluarga, hubungan bisnis dengan Direksi maupun pemegang saham – Mengawasi penerapan Good Corporate Governance (GCG) • Komisaris Utusan: anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris Komite • Komite Audit : mengawasi pengelolaan keuangan & penjembatan antara fungsi pengawasan Dewan Komisaris dan internal auditor • Komite Remunerasi : menyusun sistem penggajian dan pemberian tunjangan serta fasilitas lain • Komite Nominasi : menyeleksi dan mengangkat eksekutif III.CSR (Corporate Social Responsibility) UU no. 40 tahun 2007 Bab 1 Pasal 1 ayat 3: Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Pasal 74: 1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan / atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. 7 2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah. IV.Kepailitan Definisi: • Sita umum atas semua kekayaan debitur oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas ( UU 37 thn 2004) • Black’s Law Dictionary: “Bankrupt is the state or condition of a person (individual, partnership, corporation, municipality) who is unable to pay its debt as they are, or become due.” Konsep Dasar • KUH Perdata pasal 1131 & 1132 • Semua harta kekayaan debitur menjadi agunan bagi pelaksanaan kewajiban debitur atas segala perikatan yang dibuat oleh debitur • Asset tersebut diperuntukkan bagi semua kreditur karena itu perlu adanya aturan main cara membagi asset tersebut Sumber hukum • KUH Perdata • UU No. 37 tahun 2004 (Kepailitan & PKPU) • KUH Pidana • UU No.40 tahun 2007 (PT) 8 Pihak-pihak yang dapat mengajukan kepailitan: • Debitur ybs • Kreditur • Kejaksaan • Bank Indonesia • Bapepam LK • Menteri keuangan Yang dapat dimohonkan kepailitan: • Manusia dan badan usaha (firma dan CV) • Badan hukum (PT, yayasan , koperasi, dll) • Harta warisan Akibat Pernyataan Pailit: • Debitur pailit kehilangan hak perdatanya untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah dimasukan dlm harta pailit; • Setiap dan seluruh perjanjian antara debitur pailit dengan pihak ketiga sesudah pernyataan pailit, tidak dapat dibayar dari harta pailit, kecuali perikatan itu mendatangkan keuntungan bagi harta kekayaan. Pengadilan niaga • Pengadilan Niaga merupakan bagian dari peradilan umum; • Diberi kewenangan khusus untuk menangani perkara yang berhubungan dengan kepailitan dan PKPU; • Lokasi sementara di PN Jakpus sampai ada pembentukan lebih lanjut oleh Keppres; 9 Penggabungan Usaha Perseroan Terbatas V.Konsolidasi Konsolidasi adalah penggabungan dari dua perusahaan atau lebih dengan cara mendirikan perusahaan baru dan melikuidasi perusahaan-perusahaan yang ada. Contoh: PT. X dan PT. Y meleburkan diri menjadi PT. W Tujuan penggabungan usaha untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja perusahaan. Tujuan umum lainnya yaitu untuk membeli produk line atau melengkapi produk line, akses teknologi baru, memperoleh pasar, memperoleh hak-hak pemasaran atau produksi, memperoleh bahan baku, Investasi dari dana idle perusahaan, mengurangi atau menghambat persaingan serta mempertahankan kontinuitas bisnis. Dasar Hukum Pasal 107 UU No. 1 Tahun 1995 • Ayat 1, dalam hal terjadi penggabungan atau peleburan, maka perseroan yang menggabungkan diri atau meleburkan diri menjadi bubar. • Ayat 2, pembubaran perseroan sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 bisa dilakukan dengan atau tanpa terlebih dahulu mengadakan likuidasi. • Ayat 3, dalam hal pembubaran perseroan sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 tidak didahului dengan likuidasi maka: Aktiva dan pasiva perseroan yang digabungkan atau meleburakan diri, beralih karena hukum kepada perseroan hasil penggabungan atau peleburan. Pemegang saham perseroan yang digabungkan atau yang meleburkan diri menjadi pemegang saham perseroan hasil penggabungan atau peleburan. VI.Merger Dasar hukum: 10 UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. UU ini menggantikan UU No 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Merger (penggabungan) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada, yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima penggabungan, dan selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. Maka ketika merger, akan terjadi kombinasi baik aktiva maupun pasiva dari perusahaan yang mengambil alih dan perusahaan yang diambil alih. Berdasar aspek hukum, merger adalah absorbs suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya. Perusahaan yang mengambil alih (the acquiring firm) tetap memakai nama dan identitasnya. Setelah merger terjadi, maka perusahaan yang diambih alih itu berhenti eksistensinya sebagai suatu business entity yang mandiri. Kelebihan merger adalah tidak diperlukan surat izin usaha yang baru. PT X → PT Y PT X dan PT Y bergabung, dimana PT X tetap eksis namanya dan PT Y terserap masuk ke dalam PT X. Sesuai aspek hukum, merger hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang statusnya berupa badan hukum (perseroan terbatas). Merger atau penggabungan usaha umumnya dilandasi oleh beberapa kepentingan, antara lain: Meningkatkan efisiensi penggunaan aset perusahaan Meningkatkan efisiensi biaya produksi melalui integrasi usaha Meningkatkan pengelolaan perusahaan Jenis merger: 1. Merger Horizontal Merger Horizontal merupakan penggabungan satu atau beberapa perusahaan yang masing-masing kegiatan bisnisnya merupakan kelanjutan dari proses bisnis lainnya. Dimana antara satu kegiatan bisnis merupakan kelanjutan dari kegiatan bisnis perusahaan yang dimerger. Tujuannya adalah menjamin ketersediaan pasokan, penjualan dan distribusi. 11 Misal: PT X perusahaan penangkapan ikan, merger dengan PT Y perusahaan pengolahan ikan dalam kemasan. 2. Merger Vertikal Merger Vertikal merupakan penggabungan satu atau beberapa perusahaan yang masingmasing kegiatan bisnisnya berbeda satu dengan yang lain, namun tak saling mendukung dalam penggunaan produk. Maka pada merger vertikal, terjadi diversifikasi usaha. Misal: PT X bergerak dalam usaha perhotelan, melakukan merger dengan PT A yang bergerak dalam bidang perbankan. Merger badan usaha yang berbentuk PT, hanya dapat dilakukan apabila rancangan penggabungan telah memperoleh persetujuan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) sebagai kekuasaan tertinggi dalam suatu perseroan terbatas. Berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1998 pasal 6 disebutkan sebagai berikut: 1. Penggabungan, peleburan hanya dapat dilakukan dengan persetujuan RUPS 2. Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan berdasar keputusan RUPS yang dihadiri pemegang saham, yang mewakili setidaknya ¾ bagian dari jumlah total saham dengan hak suara yang sah, dan disetujui setidaknya oleh ¾ bagian dari jumlah suara tersebut. 3. Bilamana persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak dicapai, maka syarat kehadiran dan pengambilalihan ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal. Berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1998 pasal 4, disebutkan bahwa: 1. Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan hanya dapat dilakukan dengan memperhatikan: a) kepentingan badan usaha-badan usaha, pemegang saham minoritas dan karyawan badan usaha yang bersangkutan. 12 b) kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. 2. Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan tidak mengurangi hak pemegang saham minoritas untuk menjual sahamnya dalam harga yang wajar. 3. Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS mengenai penggabungan, peleburan dan pengambilalihannya dapat menggunakan haknya agar saham yang dimiliki dibeli dengan harga yang wajar sesuai ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995. 4. Pelaksanaan hak sebagaimana tersebut di atas tidak menghentikan proses pelaksanaan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan. Tahapan-Tahapan merger PT menurut UU No.40 Tahun 2007 dan PP No. 27 Tahun 1998. Terdapat 5 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan 2. Persetujuan RUPS 3. Pengumuman Rencana Penggabungan 4. Pelaksanaan merger 5. Pengumuman Pasca Penggabungan Tahap Perencanaan Rencana penggabungan atau peleburan, dituangkan dalam rancangan penggabungan atau peleburan yang disusun bersama oleh direksi dari badan usaha yang akan melakukan penggabungan atau peleburan, memuat sekurang-kuranganya: nama badan usaha yang akan melakukan penggabungan atau peleburan alasan serta penjelasan masing-masing, direksi badang usaha yang akan melakukan penggabungan atau peleburan dan persyaratan penggabungan atau peleburan. tata cara konversi saham dari masing-masing badan usaha, yang akan melakukan penggabungan atau peleburan saham badan usaha hasil penggabungan atau peleburan. rencana perubahan anggaran dasar badan usaha hasil penggabungan (bila ada), yaitu rancangan Akta Pendirian badan usaha hasil peleburan. 13 neraca perhitungan laba rugi yang meliputi tiga tahun buku terakhir dari semua badan usaha yang akan melakukan penggabungan atau peleburan. Persetujuan RUPS Pada dasarnya keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah mufakat. Bila tidak tercapai mufakat, keputusan untuk melakukan penggabungan, peleburan atau pengambilalihan badan usaha akan sah bila dihadiri pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾ bagian dari jumlah suara tersebut. Rencana penggabungan badan usaha yang telah mendapat persetujuan RUPS dilampirkan pada permohonan perubahan anggaran dasar badan usaha untuk mendapatkan persetujuan Menteri Kehakiman (Departemen Hukum dan HAM). Pengumuman Rencana Penggabungan Direksi wajib mengumumkan dalam dua surat kabar harian mengenai rencana penggabungan badan usaha paling lambat 14 hari sebelum pemanggilan RUPS. Pengumuman tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada pihak-pihak yang bersangkutan untuk mengetahui rencana akan adanya penggabungan. Apabila terdapat pihak yang menilai bila rencana tersebut dilaksanakan akan menyebabkan kepentingannya dirugikan, ia masih memiliki kesempatan untuk melakukan langkah-langkah tertentu guna membela kepentingannya, misal melakukan pencegahan. Pelaksanaan Penggabungan dapat dilaksanakan dengan tidak merugikan: a. kepentingan badan usaha pemegang saham minoritas dan karyawan badan usaha b. kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha penggabungan, peleburan dan pengambilalihan badan usaha ini tidak mengurangi hak pemegang saham minoritas untuk menjual sahamnya dengan harga yang wajar. Pengumuman Hasil Penggabungan 14 Direksi badan usaha hasil penggabungan atau peleburan, wajib mengumumkan hasil penggabungan atau peleburan dalam dua surat kabar harian paling lambat 30 hari terhitung sejak penggabungan atau peleburan selesari dilakukan. Pengumuman dimaksudkan agar pihak ketiga yang berkepentingan mengetahui bahwa telah dilakukan penggabungan atau peleburan. Pengumuman wajib dilakukan paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal: a. persetujuan Menteri Kehakiman atas perubahan anggaran dasar dalam hal terjadi penggabungan. b. laporan diterima Menteri Kehakiman, baik dalam hal terjadi perubahan anggaran dasar maupun yang tidak disertai perubahan anggaran dasar. c. pengesahan Menteri Kehakiman atas akta pendirian badan usaha dalam hal terjadi peleburan. Contoh Proses Merger di Indonesia antara PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk. • Pada 2 Juni 2008, PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk menandatangani mou rencana penggabungan usaha (merger) dimana kedua bank akan melakukan konsolidasi terhadap bisnis-bisnisnya. Rencana merger ini merupakan langkah besar yang diambil oleh Khazanah Nasional Berhad yang merupakan pemegang saham di kedua bank tersebut, dalam rangka secepatnya memenuhi kebijakan kepemilikan tunggal (Single Presence Policy – SPP) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, dimana suatu entitas hanya boleh menajdi pemegang saham pengendali di satu bank saja. Khazanah memiliki secara tidak langsung sekitar 93 persen saham Bank Lippo melalui Santubong Investments BV dan Greatville Pte Ltd. dan secara tidak langsung 64 persen saham Niaga melalui Bumiputera-Commerce Holdings Berhad (BCHB)/CIMB Group • Pada 18 Juli 2008 Rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) PT Bank Lippo Tbk memutuskan untuk menyetujui rencana perseroan melakukan merger dengan PT Bank Niaga Tbk. Termasuk penetapan susunan Dewan Komisaris dan direksi • Persetujuan dari BI yang diterima dalam bentuk surat per tanggal 15 Oktober 2008 15 • 1 Nov 2008 merger resmi antara Bank Niaga dan Bank Lippo. Namun proses awal merger dalam mengkonsolidasikan berbagai fungsi operasional telah dimulai bertahap sejak Januari 2008. • Januari 2009, Pelaporan pasca penggabungan. Nama bank hasil merger berganti menjadi PT CIMB NIAGA (Commerce International Merchant Bankers Berhad). VII.Akuisisi Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598). Metode Akusisi • Tender offer, terjadi ketika sebuah perusahaan membeli saham yang beredar perusahaan lain tanpa persetujuan manajemen target firm, dan disebut tender offer karena merupakan hostile takeover. • Acquisistion of assets, yaitu sebuah perusahaan membeli aset perusahaan lain melalui persetujuan pemegang saham target firm. Perbedaan Merger • • • Kelebihan Memakai nama perusahaan pengambil alih Biaya lebih kecil Tidak diperlukan SIUP baru • Kelemahan Menimbulkan polemik baru Konsolidasi • • Memakai nama perusahaan baru Menghilangkan polemik dari masingmasing perusahaan • • Berbiaya lebih mahal Diperlukan SIUP baru Akuisisi • • Memakai nama lama Tidak diperlukan SIUP baru • • Kurang efisien Mudah terjadi duplikasi pemborosan Kepemilikan perusahaan berubah • 16