meningkat, minat arung jeram

advertisement
| Nomor 09 | Tahun 2004 | Rp6.750 |
DaftarIsi
2
2
3
4
6
20
22
26
28
29
30
31
32
DariRedaksi
SuratSurat
InfoEksekutif
Etalase
Fokus
StrategiHC
HCTren
Kolega
Kolom
TipsPraktis
Kiat
BursaKerja
Rehal
F O K U S
SAKTINYA
ASSESSMENT
CENTER
Metode Assessment Center
menjadi pilihan utama
organisasi dalam mengevaluasi
potensi dan kompetensi
seseorang berkaitan dengan tanggung jawab
jabatannya di masa datang. Tingkat akurasi metode
ini jauh di atas metode evaluasi lainnya.
Hanya saja, membangun dan mengelola Assessment
Center membutuhkan biaya besar. Lantas, bagaimana
solusi bagi perusahaan kecil-menengah yang kurang
mampu? Bagaimana pula kiat membangun
Assessment Center?
halaman
22
MENINGKAT, MINAT
ARUNG JERAM
Arung jeram telah menjadi salah satu pilihan kegiatan outbound
perusahaan yang bermanfaat. Selain melatih fisik juga mental.
Bagus untuk melatih kerjasama tim dan pengambilan
keputusan yang tepat dan cepat. Olahraga ini juga bisa
digunakan untuk mengetahui sifat asli seseorang. Nah, lho!
I Nengah Rentaya:
“Bank Mandiri berharap
kelak para manajer
mampu meng-ases
karyawanr.”
halaman 13
Apin Aviyan:
“Baru pada tahun 2001,
BNI mulai membangun
dan meresmikan infrastruktur In House
Assessment Center ....”
halaman 12
Panji Darmawan:
“Tidak ada metode
evaluasi yang akurat
100%. Akurasi Assessment Center 76%, cukup
tinggi.”
halaman 11
Budi Matindas:
“Assessment center
adalah sebuah approach,
sama dengan tes psikologi
juga sebagai approach.”
halaman 9
2
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
D a r i R e d a k s i
SEGERA MENJADI MAJALAH
S
etelah hadir dalam 9 edisi sejak Maret 2004, Hu
man Capital akan segera melanjutkan pembaruan
dan penyempurnaan bisnisnya dengan tampil dalam
format majalah bergengsi. Rencana perubahan penampilan
ini sudah sempat disinggung oleh Farid Aidid, Pemimpin
Umum, dan Iftida Yasar, Pemimpin Perusahaan, dalam
jamuan makan siang dengan para relasi yang diselenggarakan Human Capital tanggal 13 Nopember silam.
Perubahan ini dimaksudkan untuk memberikan kepuasan
lebih kepada para pembaca yang selama ini telah menyambut
gembira kehadiran Human Capital. “Kami akan terus
memberikan yang terbaik demi kepuasan pembaca,” tegas
Farid Aidid.
Rencana perubahan menjadi majalah bergengsi itu
sebetulnya sudah direncanakan sejak awal pendirian media ini. Tahun pertama, kami memang fokus kepada upaya
menggenjot pelanggan dan meningkatkan awarness dari
Human Capital. Fokus ini kami nilai cukup berhasil dengan
respons pelanggan yang sangat mengembirakan. Setiap
hari, ada saja pelanggan baru mendaftar. Fakta ini sangat
membantu kami dalam bidang sirkulasi karena hingga kini
kami masih belum puas dengan jaringan distribusi Human
Capital. Masih banyak complain dari orang yang mencari
Human Capital karena sulit mendapatkannya – bahkan di
kota Jakarta sekalipun.
Setelah tahun pertama kami lalui, maka tibalah saatnya
mewujudkan rencana bisnis selanjutnya yaitu tampil dalam
format majalah. Transformasi ini diharapkan meningkatkan
brand awareness, value for money dari Human Capital, dan
penyempurnaan jaringan distribusi tadi. Kendati tampil
awalnya dalam bentuk tabloid, toh penampilan Human Capital sangat berbeda dengan
tabloid pada umumnya, baik dari sisi tata letak maupun ukuran. Kami membuat format
tabloid berukuran 26,5x35,5 cm, yang untuk ukuran Indonesia lebih kecil dari tabloid
umumnya. Bentuk penampilan semacam ini merupakan yang pertama dan satu-satunya di
Indonesia. Ukurannya didesain agar mudah dilipat,
disimpan, atau dimasukkan ke kantong jas
sekalipun sehingga mudah dibawa ke mana-mana.
Penampilan dalam format majalah pun akan
dibuat sangat menarik – mudah-mudahan semua
isinya full color. Isinya jelas lebih kaya dari isi format
tabloid, namun tetap dengan ciri khas Human Capital yang selalu berusaha mengusung hal crucial dan
terkini dalam bidang human capital. Bagaimana
wujud lengkap dari pembaruan penampilan ini, kita
tunggu saja edisi mendatang. Kami ingin menyambut kehadiran tahun baru tersebut dengan
sesuatu yang istimewa dan bermakna bagi seluruh
pihak.
Kita lupakan sejenak mengenai rencana
strategis tersebut. Masih dalam format tabloid, edisi
09 hadir dengan mengupas habis tema Assessment
Center, sebuah metodologi evaluasi kompetensi yang
paling banyak dipakai di dunia dan memiliki akurasi
hasil yang sangat tinggi. Kami angkat tema ini karena
Assessment Center kini menjadi salah satu topik
“panas” di kalangan korporasi Indonesia. Dalam
rangkaian tulisan ini, pembaca bisa mengetahui apa
saja terkait dengan Assessment Center, termasuk
profil Assessment Center sejumlah perusahaan
terkemuka di Indonesia. Juga ada wawancara
eksklusif dengan Prof. George Thornton III, pakar
psikologi industri asal University of Colorado yang
sangat menguasai bidang Assessment Center. Ia
memberikan konsultansi kepada berbagai perusahaan terkemuka di dunia di bidang ini.
Akhir kata, selamat membaca. Tak lupa kami ucapkan “Selamat Natal” kepada yang
merayakannya dan “Selamat Tahun Baru 2005” bagi kita semua. Semoga kita akan lebih
sukses lagi di tahun mendatang■
S u r a t S u r a t
KOMPETENSI SETENGAH HATI
Kami setuju dengan tema Kompetensi,
Resep Ajaib? yang muncul dalam Human
Capital edisi lalu. Kita sadar kompetensi
begitu penting bagi keberhasilan perusahaan, namun harus hati-hati dalam
memilih dan memilah model kompetensi
yang sebaiknya diterapkan perusahaan. Juga
metode evaluasi dan pengembangan kompetensi itu sendiri. Tetapi, kami mendapat
kesan kupasan tema kompetensi tidak
seperti biasanya: tuntas dan dalam. Ada
kesan dikupas secara parsial atau setengah
hati. Benarkah?
Haryanto D.
PT ABAC
Cikarang
Tentang pembahasan tema kompetensi
di Human Capital 08, memang kami
menjadikannya sebagai tulisan pembuka
dari rangkaian tema kompetensi yang akan
hadir di edisi berikutnya. Kami merasa, tema
kompetensi ini tidak akan habis dikupas
dalam satu atau dua edisi. Kompetensi akan
tetap menjadi tema sentral dalam organisasi
sepanjang masa. Jadi, kalau ada kesan kami
membatasi diri untuk mengupasnya habishabisan, itu benar adanya. Tapi, dikatakan
pengerjaannya setengah hati, jelas tidak.
Semuanya tetap dikerjakan secara serius
dan kecepatan penuh – seperti biasanya.
Terima kasih atas evaluasinya. Kami
tunggu masukan dan kritik berikutnya.
(Redaksi)
RUBRIK KOLEGA
Saya pelanggan Human Capital di
Semarang. Sejauh ini saya merasakan
sekali manfaat berlanggan Human Capital.
Pada kesempatan ini, saya mengusulkan
agar Human Capital menampilkan profil orang-orang HR yang terbilang sukses di
bidangnya secara konsisten. Masih banyak
figur-figur HR hebat yang perlu ditampilkan
dalam rubrik Kolega. Dan, bila dikupas dan
disajikan secara baik, profil mereka itu akan
sangat bermanfaat sebagai referensi bagi
setiap praktisi HR maupun orang yang
peduli human capital.
Bravo bagi tim Human Capital.
Hariadi S.
PT AIK
Semarang
Terima kasih atas saran dan masukannya. Kami berharap bisa mewujudkan
usulan Anda itu dalam terbitan-terbitan
berikutnya. Kami punya banyak nama yang
sangat pantas dan menarik untuk kita baca
kisah sukses, pandangan, dan gaya manajemennya. Kalau ada usulan nama tokoh
pilihan, silakan mengabarkannya kepada
kami. Sekali lagi, terima kasih dan bravo!
(Redaksi)
Pemimpin Umum: Farid Aidid „ Pemimpin Perusahaan: Iftida Yasar „ Pemimpin Redaksi: Syahmuharnis „ Redaktur Pelaksana: Malla Latif
„ Wakil Pemimpin Perusahaan: P.M.Rizal „ Redaktur: Ratri Suyani, Vriana Indriasari „ Kontributor: Indraria Djokomono „ Artistik: Joel
Totok Apriyanto „ Sekretaris Redaksi: Rizma Maulina „ Administrasi: Afiantomi „ Alamat Redaksi/Tata Usaha, Iklan & Promosi: Setiabudi
Building 2, 3rd Floor. Suite 305 Jl. H. R. Rasuna Said Kav. 62 Jakarta 12920 Telp. 021-5220575 Fax. 021-52901024 E-mail: [email protected] „ Bank: a/n PT. Bina Semesta Giartha Lestari, Citibank No. Rek. 8000494690 „ Pencetak: PT Temprint.
3
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
I n f o E k s e k u t i f
RISET:
KARYAWAN
SAKIT YANG
DIPAKSAKAN
BEKERJA
MEMPERPENDEK
UMUR
SEBUAH STUDI yang telah diadakan selama
10 tahun terhadap pegawai pemerintah di
Inggris menemukan bahwa karyawan yang
tidak libur saat sakit memiliki risiko
serangan jantung dua kali lebih tinggi.
Risiko kenaikan serangan jantung terkait
juga dengan musim dingin di Barat. Bahkan,
tim riset dari University College London
mendapatkan bahwa bekerja di musim
dingin cukup membahayakan kesehatan.
Studi ini menyebutkan, stress akibat
bekerja saat sakit menyebabkan risiko
serangan jantung.
Prof. Sir Michael Marmot, pimpinan
studi, mengatakan karyawan tidak menyadari kerusakan yang terjadi. Pengetahuan karyawan tentang bahaya yang
terjadi sangat terbatas. Bertumbuhnya
sejumlah jamur di lingkungan perkantoran
BUKU ‘THE 8TH HABIT’
KARYA STEPHEN R. COVEY
MENJADI BEST SELLER
LEBIH dari 15 tahun, The 7th Habit telah
menjadi fenomena internasional. Banyak
orang-orang yang bergerak di bidang
bisnis, pemerintahan, pendidikan, keluarga dan yang paling penting sebagai
individu telah menjalani hidup dengan lebih
baik setelah menerapkan prinsip-prinsip
selama musim dingin (juga di musim hujan
di Indonesia) bisa menyebabkan kematian.
Peneliti membandingkan tingkat kehadiran dengan catatan kesehatan pegawai
negeri dan menemukan 30%-40% yang tidak
mengambil libur saat sakit memiliki tingkat
dari buku tersebut.
Stephen R. Covey telah mengeluarkan
buku yang berjudul ‘The 8th Habit’. Buku
ini bukan sekedar untuk penambahan dari
The 7th Habit, namun merupakan sebuah
karya yang diharapkan dapat memberi
pengaruh yang positif dalam perkembangan sumber daya manusia di Indonesia. Dengan buku ini, pembaca dapat
menemukan pemikiran dan alat baru
untuk mengembangkan organisasi, perusahaan dan juga kehidupan pribadinya■
PERTARUNGAN
POLITIK
PERKAWINAN
GAY
INI SEBUAH berita menarik yang perlu pula
diketahui oleh para eksekutif. Sebuah tulisan
di harian The Christian Science Monitor
mengupas pertarungan politik dan hukum
yang masih berlanjut seputar perkawinan
sejenis, termasuk gay, di Amerika.
Setelah amandemen yang melarang
perkawinan gay mulus di 11 negara bagian
Amerika, maka larangan tersebut masih
diperdebatkan di lebih dari selusin negara
bagian lainnya.
Proses pelarangan tersebut bukannya
tanpa pertarungan sengit. Larangan tersebut bahkan sudah diperkarakan di pengadilan. Para pembuat hukum di California
sedang mendiskusikan pola hukum perkawinan sejenis setelah keputusan pengadilan kontroversial di Massachusetts barubaru ini. Lembaga pengadilan di New York,
Connecticut, New Jersey, dan Washington
berusaha melakukan hal yang sama.
Secara umum, isu tentang pasangan
sejenis, termasuk hak dan definisi perkawinan, kini semakin menjadi perhatian para
hakim dan pembuat regulasi di berbagai
negara bagian.
Pengadilan keluarga di Vermont, misalnya, baru saja mengeluarkan aturan bahwa
sebuah pasangan lesbian yang kehilangan
hak sipilnya harus merasakan sebagai ibu
dari seorang anak perempuan. Pembuat
hukum Michigan mempromosikan edukasi
pra-perkawinan. Atas desakan kalangan
insiden penyakit jantung dua kali lipat.
Temuan tersebut sudah disiarkan dalam The
Money Programme BBC2.
Dr Charmaine Griffiths dari Yayasan
Jantung Inggris menyambut baik laporan
tersebut, dan mengatakan temuan tersebut
mendukung riset sebelumnya, yang menegaskan stress dalam pekerjaan meningkatkan risiko serangan jantung.
Setiap orang menerima stress dalam
cara berbeda. Orang cenderung merasa
stress jika merasa tidak bisa menyelesaikan
pekerjaan tepat waktu namun memiliki
beban kerja yang tinggi. Dengan temuan ini,
seyogyanya orang yang sakit tidak usah
masuk kerja.
Namun, temuan itu tidak sepenuhnya
diterima oleh Direksi Perusahaan, yang
diwakili oleh Institute of Directors. Juru
bicara lembaga itu bahkan mengatakan,
adalah kesalahan mengaitkan stress
dengan penyakit jantung dalam bekerja.
Adalah penyakit yang menjadi penyebab
utama kenaikan risiko sakit tersebut.
“Anda akan terkena risiko dengan
mengerjakan apa saja saat sakit, umpamanya menjaga anak-anak,” kata si jubir■
TUNTUTAN
KEAHLIAN
EKSEKUTIF
konservatif, para penerbit textbook di Texas
baru-baru ini setuju menggunakan istilah
perkawinan sebagai “ikatan seumur hidup
antara seorang pria dengan seorang
wanita”.
Mengantisipasi 2006, penentang
perkawinan gay memperkirakan 12-15
negara bagian akan melakukan voting
terhadap isu ini. Sangsi utama yang akan
diberikan kepada pasangan sejenis yang
masih nekat agaknya terfokus pada kehilangan hak sipil. “Kami kira, perkawinan
harus dilindungi, bukan hanya secara
bahasa tapi juga dalam praktik sebenarnya,”
ujar Shannon Royce, direktur eksekutif
Marriage Amendment Project.
Aktivis gay menarik diri dari voting itu,
yang memperlihatkan 14 juta orang (67%
orang yang berhak memberikan suara bulan
ini) menolak perkawinan sejenis. “Jangan
berpretensi bahwa hal itu tidak menyakitnya,” kata Matt Foreman, direktur eksekutif
National Gay and Lesbian Task Force. “Kami
perlu melangkah mundur, melakukan
refleksi dan proses kenapa marjin kekalahan
di mayoritas negara bagian begitu besar, ke
mana kami seyogyanya pergi setelah ini, dan
bagaimana kami mencapai tujuan itu.”
Satu hal, Foreman mengatakan dalam
konferensi tahunan kelompok mereka di St.
Louis hanya beberapa hari setelah Pemilu
Amerika, advokat hak gay gagal untuk
mendapatkan dukungan memadai dari
kalangan kebanyakan sebelum memulai lobi
pembuat hukum dan memasukkan gugatan
ke pengadilan. Ini mengindikasikan,
perkawinan begitu penting bagi mayoritas
masyarakat.
Di tingkat federal, tokoh politik kuat
Gedung Putih Karl Rove mengatakan
Presiden Bush akan mendorong amandemen kontroversial ke dalam konstitusi AS
untuk melarang perkawinan gay. Mereka
akan bergerak secara hati-hati hingga
pemilihan DPR dan Senat tahun 2006 –
saat pemilihan antara – agar marjin Partai
Republik membesar.
Kebanyakan publik Amerika menentang
perkawinan gay. Akan tetapi, mereka juga
menentang niat mengamandemen konstitusi. Mayoritas mereka setuju apakah
perkawinan sesama jenis itu dilegalkan atau
diberikan sangsi sipil yang jelas. Di balik
sikap menentang perkawinan gay itu, terlihat
adanya pergeseran opini publik Amerika yang
kian toleran terhadap isu ini, meskipun tidak
bersifat liberal■
KOMPLEKSITAS tantangan manajer dan
eksekutif mengharuskan mereka untuk
setidaknya menguasai gabungan dari
beberapa keahlian strategik berikut (menurut riset Ronald N. Yeaple, Ph.D):
Keahlian multifungsi. Manajer dan
eksekutif ditugaskan untuk membuat
segala sesuatu berjalan dalam tim multifungsi. Sehingga mengharuskan mereka
pakar dalam beragam bidang pengetahuan
untuk bisa bertindak efektif. Mereka
bukanlah orang spesialis.
Keahlian mengambil keputusan. Organisasi yang semakin ramping dan mendatar menghilangkan jabatan staf yang
murni tugasnya sebagai pengkaji atau
pemberi masukan. Manajer dan eksekutif
saat ini harus memiliki keahlian analitikal
untuk mengambil keputusan manajemen
sendiri, tanpa dukungan banyak dari staf.
Meningkatkan keahlian SDM. Pengurangan dan penghapusan hirarki perusahaan
mengharuskan orang bekerja bersama
tanpa otoritas komando. Manajer dan
eksekutif harus bisa menjadi ahli dalam
membangun aliansi strategik di antara
bawahannya.
Keahlian memasarkan diri. Perusahaan
tidak lagi bisa menjanjikan pekerjaan
seumur hidup. Manajer atau eksekutif
harus bisa memasarkan kemampuan intinya
dan reputasi profesionalnya agar terus
mendapatkan kepercayaan oleh dunia
bisnis■
4
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
E t a l a s e
Richard McHowat dan Alfred Rohimone, Direktur Keuangan Pertamina (kanan)
HSBC SYARIAH TOREHKAN
SEJARAH HIMPUN SINDIKASI
GLOBAL SYARIAH SEJUMLAH
USD 292 JUTA UNTUK PT
PERTAMINA (Persero)
HSBC Syariah, sebagai Mandated Lead
Arranger & Sole Book Runner, telah menandatangani sindikasi global Murabaha
pertama untuk pembiayaan impor minyak
mentah Pertamina, hari ini. HSBC bersama
Co-Lead Arranger seperti Dubai Islamic Bank,
Kuwait Finance House dan DEPFA memberi
kontribusi lebih dari setengah dari total
partisipasi dalam sindikasi ini. Partisipan
lainnya adalah investor-investor institusional baik Syariah maupun konvensional dari
Eropa, Asia dan Timur Tengah.
Richard McHowat, Chief Executive Officer HSBC Indonesia, mengatakan: “Ini
merupakan sindikasi Syariah Global yang
pertama yang dioriginasi dari Indonesia dan
juga merupakan salah satu sindikasi
terbesar post-krisis. Sebagai Bank asing
pertama yang mendirikan Syariah unit di Indonesia, HSBC bangga untuk membawa
transaksi bersejarah ini ke pasar■
Chie Kobayashi dan Junko Morishima dengan
materi trik-trik menghadapi wawancara di
perusahaan Jepang dan etika bisnis ala
Jepang■
SEMINAR “IMPORTANT
THINGS TO BE PREPARED
FOR YOUR FIRST INTERVIEW” DI PERUSAHAAN
JEPANG
IBM MEMPERKENALKAN
TOTAL STORAGE BERNILAI
EKONOMIS
Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan bisnis di Indonesia diwarnai oleh
keberadaan perusahaan-perusahaan multinasional (MNC), yang berasal dari berbagai
negara, termasuk Jepang. Meski investasi
yang diranamkan di perusahaan-perusahaan
tersebut adalah investasi asing, namun
sebagian besar karyawannya juga berasal
dari Indonesia. Penyatuan budaya manajemen perusahaan Jepang dengan karyawan
yang berasal dari Indonesia juga harus
dipersiapkan agar dapat terpadu dengan
baik.
PT. JAC (Japan Agency and Consultancy)
Indonesia adalah perusahaan yang bergerak
di bidang Rekrutmen dan Bussiness Center, Sabtu 27 Nopember 2004, mengadakan
seminar dengan tema “Important Things To
Be Prepared For Your First Interview”. Hadir
sebagai pembicara adalah Mariko Asmara
yang merupakan Managing Director PT. JAC,
IBM memperkenalkan storage data
kelas enterprise yang telah diperluas ke
sarana storage kelas menengah dan atas,
termasuk sistem yang memiliki kemampuan skalabilitas luar biasa dan sistem storage ultra-padat yang memiliki kemampuan
setara dengan sistem-sistem EMC. Padahal,
sistem-sistem EMC ini 20 kali lebih besar
dan dua kali lebih mahal.
Sedikit lebih besar dari sebuah VCR dan
1/20 lebih kecil dari sistem EMC yang setara,
seri IBM TotalStorage DS6000 yang baru
menawarkan fitur kehandalan dan performa
sistem kelas atas dengan harga 50 persen
lebih rendah dari konfigurasi EMC DMX800
yang setara.
Selain itu, IBM juga memperkenalkan
seri IBM TotalStorage DS8000 yang memungkinkan pengguna untuk membuat
?virtual storage system? — memberikan
skalabilitas luar biasa yang dapat mengkonsolidasikan beban kerja yang berjalan
pada sistem-sistem yang lebih kecil■
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
5
6
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
F O K U S
SAKTINYA
ASSESSMENT
CENTER
Metode Assessment Center menjadi pilihan utama organisasi dalam
mengevaluasi potensi dan kompetensi seseorang berkaitan dengan tanggung jawab
jabatannya di masa datang. Tingkat akurasi metode ini jauh di atas metode
evaluasi lainnya. Hanya saja, membangun dan mengelola Assessment Center
membutuhkan biaya besar. Lantas, bagaimana solusi bagi perusahaan kecil-menengah
yang kurang mampu? Bagaimana pula kiat membangun Assessment Center?
D
alam sebuah acara, Vina G.
Pendit, Direktur PT Daya Dimensi
Indonesia (DDI) bertemu dengan
seorang ekspat asal Amerika yang menjabat
Presiden Direktur perusahaan telekomunikasi bergerak di Indonesia. Berceritalah si
ekspat bahwa dalam hidupnya, ia sudah tiga
kali menjalani asesmen sepanjang karir
profesionalnya: saat menjadi management
trainee, junior manager, dan senior manager. “Saya sangat percaya dengan metode
Assessment Center, dan bila dilakukan
dengan benar akan memberikan data yang
sangat bagus. Saya adalah contoh hidup dari
akurasi metode asesmen,” ujar si ekspat
dengan semangat kepada Vina.
Cerita ini dikemukakan Vina saat
bertemu redaksi Human Capital. Setidaknya
ada dua hal yang bisa disimpulkan dari cerita
tentang pengalaman hidup si bule itu.
Pertama, metode Assessment Center telah
menjadi pilihan utama banyak perusahaan
dalam mengevaluasi potensi dan kompetensi kandidat pimpinan. Kedua, metode
ini memiliki akurasi yang sangat baik.
Artinya, korelasi hasil penilaian asesmen
dengan kinerja kerja (performance) orang
itu dalam berbagai jabatan yang diemban
sangat tinggi.
Penggunaan metode asesmen berkembang luas di Amerika. Metode ini pertama
kali diperkenalkan tahun 1920-an, di mana
asesmen didesain untuk memilih dan
mempromosikan personil dalam berbagai
jabatan, dari insinyur dan ilmuwan hingga
sekretaris; personil militer; bahkan matamata. Metode ini mendapatkan penerimaan
yang luas di Amerika selama era 1950-an
dan 1960-an. Dewasa ini, berbagai organisasi memandang asesmen sebagai alat yang
diterima luas untuk merekomendasikan
program pengembangan personil di berbagai
jabatan.
Mayoritas perusahaan raksasa Amerika
yang tergabung dalam daftar Fortune 500
memanfaatkan metode ini, baik sendirian
maupun berkombinasi dengan metode lain.
Misalnya, berkombinasi dengan metode
360 degrees feedback. “Biasanya metode
360 degrees itu digunakan untuk mengumpulkan informasi masukan. Informasi
itu kemudian dibawa ke Assessment Center,” ujar Prof. George Thornton III, pakar
psikologi industri dari Colorado State University yang juga ahli asesmen yang berpartisipasi dalam penulisan sejumlah
panduan etika pelaksanaan asesmen
internasional. Dengan kombinasi itu,
tingkat akurasi penilaian akan sangat tinggi.
Di Indonesia sendiri, PT Telkom merupakan perusahaan pertama yang membangun
Assessment Center dan menerapkan secara
holistik metode asesmen ini. Ide pendirian
Assessment Center bermula dari keyakinan
manajemen baru Telkom bahwa sumberdaya
manusia adalah hal yang utama, sementara
teknologi bisa dibeli. Kemudian Telkom
mengeksplorasi ide-ide yang akan dilakukan,
yang terfokus pada pengelolaan sumberdaya
manusia. “Salah satunya adalah ide Assessment Center yang disampaikan senior kami
Bapak Fadjar,” kata Pandji Darmawan,
Kepala Pusat Career Development Support
Center/CDSC Telkom.
Ide itu kemudian digali, dan bahkan
Telkom mengirim 15 orang ke Singapura
untuk mempelajari Assessment Center.
Akhirnya, Telkom mulai membangun Assessment Center tahun 1989, dan diresmikan tahun 1991. Sejak itu, Assessment
Center dijadikan satu alat penilaian yang
terintegrasi dengan manajemen SDM
Telkom. “Setiap orang Telkom yang akan
menempati posisi kunci harus melalui Assessment Center untuk dinilai,” tuturnya.
Jumlah karyawan Telkom yang telah dievaluasi dengan metode asesmen kini telah
mencapai ribuan orang.
Langkah Telkom itu baru beberapa tahun
kemudian diikuti oleh perusahaan maupun
organisasi lainnya. Saat ini, perusahaan
maupun organisasi yang telah memiliki Assessment Center, antara lain, Toyota Astra
Motor, Pos Indonesia, Bank BNI, BTN, Peruri,
Newmont Nusa Tenggara, Gillette Indonesia, Gobel International, RCTI, Pertamina,
Astra International, Bank Indonesia, Auto
2000, Tugu Pratama, Citibank, ASEI, BCA,
Gulf Indonesia Resources, Indosat, PPM,
PermataBank, dan lainnya. Bank Mandiri,
menurut SVP HR/Deputy Group Head I
Nengah Rentaya, sedang mempersiapkan
pendirian Assessment Center di Cikini,
Jakarta.
“Kami melakukan benchmarking dengan Astra dan Telkom. Diharapkan tahun
2005 Assessment Center Bank Mandiri
sudah diresmikan,” ujarnya didampingi AVP
HR Group Sri Mumpuni, Haryoko Poerworiono, dan Budirahayu.
Tingginya animo perusahaan Indonesia
untuk mendirikan dan memanfaatkan Assessment Center – memang masih terbatas
pada perusahaan berskala besar – sungguh
satu hal yang menggembirakan. “Hal ini
menunjukkan perhatian terhadap manusia
sebagai aset utama organisasi semakin
besar,” tegas Vina. “Orang juga percaya
bahwa mengadakan asesmen merupakan
investasi,” tambah Nenny Lasmanawati,
Head of Assessment Center DDI.
Tingginya animo tersebut tentu tidak
7
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
F O K U S
bisa lepas dari tingginya akurasi metode
asesmen. Soal akurasi ini memang bervariasi, namun secara keseluruhan tetap paling
tinggi dibandingkan metode evaluasi
lainnya. Pakar Lyle M. Spencer dan Signe M
Spencer – penulis buku Competence at
Work – mendapatkan akurasinya 0,65.
Akurasi yang sama dikemukakan oleh British Psychological Association. Bandingkan
misalnya dengan metode ‘modern’ personality test yang hanya memiliki tingkat akurasi
0,39.
Berdasarkan pengalaman, Telkom menilai akurasinya mencapai 0,76. Beberapa
penelitian lain, seperti disitir Sri Ilmijani,
Head of Recruitment and Assessment Center, dan Indu Dewi, Manager Assessment
Center PermataBank, memperkirakan
Vina G. Pendit
tingkat akurasi metode asesmen mencapai
0,8.
Betapapun beragam tingkat akurasi
metode asesmen, akurasi metode asesmen
tetap paling tinggi. Tingkat akurasi lebih dari
0,5 dalam ilmu sosial sudah dianggap
akurat. “Tidak ada satu pun metode yang
memiliki akurasi 100%,” Pandji Darmawan
mengingatkan. Itu sebabnya, rekomendasi
yang didasarkan pada hasil Assessment
Center tidak bisa menjadi satu-satunya
pertimbangan dalam mengambil keputusan
tentang orang itu.
KENAPA ASSESSMENT CENTER?
Sering kita melihat dalam organisasi –
termasuk di pemerintahan dan BUMN –
seseorang dipromosikan karena faktor
keseniorannya (baca: lama bekerja). Dalam
organisasi semacam ini, setiap orang tinggal
menunggu giliran untuk menggantikan
atasannya. Praktik semacam ini menyebabkan kepemimpinan dalam organisasi ibarat
yo-yo dan untung-untungan – kadang baik
dan kadang jelek sekali, tergantung kapasitas kepemimpinan dari pejabat yang
bersangkutan.
Pemandangan semacam ini kini tidak
bisa lagi dibiarkan. Tantangan yang dihadapi
organisasi pemerintahan maupun bisnis
mengharuskan penerapan prinsip the right
man/woman on the right place dilakukan
secara konsekuen dan konsisten. Pada
organisasi di negara-negara maju, imple-
APA YANG BUKAN TERMASUK
ASSESSMENT CENTER
(Guidelines an Ethical for Assessment
Center Operations, International)
● Panel interview
● A single assessment technique
● A set of paper-and-pencil tests
● Assessment by a single assesor
● No pooling of observations
● A physical location labeled
“an assessment center”
mentasi prinsip itu mendorong mereka
mencari metode terbaik untuk mengevaluasi potensi dan kompetensi seseorang untuk
menduduki sebuah jabatan.
Di Indonesia, kita mengenal metode
evaluasi psikologi (sering disebut tes
psikologi) sebagai alat bantu mengetahui
aspek psikologi dari seorang kandidat.
Evaluasi psikologi, menurut Kepala Divisi
Psikologi Lembaga Psikologi Terapan (LPT)
UI Suko Winarno, adalah tes menjaring
aspek psikologi seseorang, seperti kemampuan, potensi intelektual, dan kepribadian.
Relevansi tes potensi itu dalam pekerjaan
adalah apakah seseorang bisa mempelajari
bidang pekerjaan dengan baik, bisa bekerjasama dalam tim, mampu mengendalikan
emosi, atau memiliki kepekaan terhadap
orang lain.
Kritik terhadap metode evaluasi psikologi bermunculan. Tes psikologi lebih
mengukur potensi intelektual (IQ), sifat
bawaan, agresifitas, dan kepribadian
seseorang yang kadang kala dalam bekerja
tidak ke luar. Potensi itu masih harus digali
kembali. Orang yang ber-IQ tinggi belum
tentu memiliki perilaku kerja yang benar.
Lewat tes perilaku (behavior) ataupun
kecerdasan emosional (EQ), hal semacam
itu bisa diketahui.
Budi Matindas, psikolog dan pengajar
Fakultas Psikologi UI, juga melihat evaluasi
psikologi memiliki sejumlah kelemahan.
“Kebanyakan tes psikologi tidak berhubungan dengan pekerjaan. Akibatnya gagal dalam
mencari karyawan yang ideal,” tegasnya.
Toh ia meminta evaluasi psikologi dan
metode asesmen tidak perlu dipertentangkan. “Masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan,” kata anggota Gugus
Tugas Etika Pelaksanaan Assessment Center di Indonesia.
Pada praktiknya, pakar psikologi dan
organisasi mencoba mengembangkan
metode-metode evaluasi yang lebih baik. Itu
sebabnya, muncul metode modern personality test (penyempurnaan tes psikologi) dan
work sample test. Berdasarkan pengalaman
organisasi, faktor perilaku ternyata sangat
menentukan kesuksesan seseorang dalam
bekerja. Hal ini mendorong pakar dan
institusi mengembangkan metode evaluasi
perilaku. Prinsip kunci yang berlaku dalam
asesmen adalah past behavior is a good predictor of future behavior. Artinya, perilaku
seseorang di masa lalu bisa menjadi alat
terbaik memprediksikan perilaku ia di masa
depan.
Faktanya, hasil penilaian perilaku itu
tidak akan jauh meleset karena kecenderungan perilaku manusia yang sama.
“Sering orang mengharapkan perilaku
pasangannya berubah setelah menikah. Itu
sangat sulit terjadi,” papar Vina sambil
tertawa. “Kecuali mungkin ada suatu
peristiwa yang luar biasa terjadi dan
membuatnya trauma. Itu pun tidak menjamin ia berubah.”
Evaluasi perilaku menjadi sangat
penting ketika organisasi menerapkan
konsep kompetensi secara komprehensif.
Dimulai dari kompetensi inti perusahaan,
kemudian dijabarkan dalam kompetensi inti
individu dalam perusahaan, berbagai model
kompetensi dikembangkan. Setiap bagian
maupun jabatan mensyaratkan kompetensi
tertentu. Sebagai contoh, kompetensi untuk
orang-orang sales tentu berbeda dengan orang teknik, posisi manajerial, atau layanan
pelanggan. Begitu juga, kompetensi antar
jabatan dalam bagian yang sama (misalnya
antara manajer dengan supervisor dan
seterusnya).
Satu hal yang mengganjal banyak pihak
selama ini adalah metode evaluasi yang ada
lebih fokus pada penilaian prestasi kandidat
pada masa lalu dan masa kini. Sementara
yang dibutuhkan organisasi justru potensi
seseorang untuk mengemban tanggung
jawab yang lebih besar di masa depan.
Dengan demikian, kompetensi yang diuji
adalah kompetensi pada jabatan yang lebih
tinggi itu, di mana si kandidat belum pernah
mengemban tanggung jawab atau jabatan
itu.
Pola wawancara tradisional tidak bisa
bekerja secara baik dalam menilai kompetensi. Berbagai studi, tulis Spencer, telah
dilakukan tentang hal ini, dan wawancara
yang tidak terstruktur serta nonbehavioral
kurang akurat meramalkan siapa yang akan
bisa mengerjakan sebuah pekerjaan dengan
baik. Spencer kemudian mengembangkan
metode Behavioral Event Interview (BEI)
untuk menilai perilaku seseorang secara
detil dalam mengerjakan sebuah pekerjaan.
Biasanya pewawancara mengajukan berbagai pertanyaan, termasuk cerita pendek
yang harus dilengkapi oleh kandidat. Dari
cerita si kandidat bisa dinilai perilakunya
dalam situasi yang sebenarnya.
Metode BEI tidak sepenuhnya bisa
mendapatkan potret perilaku kandidat,
terutama untuk tanggung jawab atau
jabatan yang lebih besar di masa depan.
Metode ini tidak menggunakan teknik
simulasi (berdasarkan skenario aktual pada
jabatan di masa depan itu). Juga tidak ada
peralatan kamera tersembunyi. Di sinilah
keunggulan metode asesmen. Kandidat
disuguhkan berbagai simulasi yang menampilkan sejumlah pemeran laku (role player)
terlatih untuk berbagai skenario yang telah
disiapkan.
Secara definisi, Assessment Center
adalah a method of assessing individual
potential to handle future responsibilities
through the use of behavioral simulations
that measure an assessee’s abilities against
criteria managerial effectiveness”.
Jalan untuk mewujudkan Assessment
Center tidak mesti langsung menerapkan
Assessment Center penuh. Bank BNI,
misalnya, memulai langkahnya dengan
menerapkan metode asesmen saja (wawancara dan kuisioner) sebagai salah satu
sarana dalam program perencanaan dan
pengembangan karir karyawan (Career Path
Model). Karena sifatnya masih terbatas,
menurut Pemimpin Kelompok Rekrutmen
dan Asesmen BNI Apin Aviyan, mereka tidak
menyebutnya Assessment Center.
Baru pada tahun 2001, Bank BNI mulai
membangun dan meresmikan infrastruktur
inhouse Assessment Center. Metode asesmen ini melengkapi metodologi sebelumnya
dengan simulasi dan excercises yang lebih
komprehensif untuk mengidentifikasi
kandidat pegawai pada jenjang VP, jenjang
karir profesional tertinggi di Bank BNI.
Bank Mandiri juga termasuk perusahaan
besar yang terlambat dalam mewujudkan
Assessment Center. Bank dengan karyawan
BEBERAPA TEKNIK
ASSESSMENT CENTER
Berikut adalah sejumlah teknik standar
yang biasa dipergunakan dalam Assessment Center menurut Spencer (Competence at Work).
● In-basket Exercises. Tes ini bertujuan
mengetahui cara kandidat menangani
masalah manajemen, misalnya suratsurat masuk yang harus dijawab, permintaan bertemu dari karyawan, keputusan terhadap alokasi sumberdaya,
konflik sesama karyawan, dan sebagainya.
● ”Stress” Excercises and Interviews.
Subjek tes dibuat dalam situasi yang
penuh stress dan secara aktif digali
motivasi dan perilaku kandidat.
● Presentation Vision/Strategy Speech.
Kandidat diberi waktu 1 jam persiapan
presentasi di hadapan direksi tentang (a)
misi, visi, dan strategi organisasi, dan
(b) misi dan strategi kelompok kerja dia
berkaitan dengan (a).
● Job Interview. Kandidat diminta memilih
dari 3 pekerjaan dan secara jelas
menguraikan setiap pekerjaan itu dalam
satu halaman. Kemudian pewawancara
akan menindaklanjutinya dengan rangkaian pertanyaan.
● Leaderless Group Exercises. Beberapa
kandidat harus memecahkan 1-2 masalah dengan masukan atau konsensus
dari semua anggota grup. Di situ dinilai
respons si kandidat.
● “Treasure Hunt” Exercises. Kandidat
diberi tugas mencari fisik barang dan
fakta tertentu dalam waktu terbatas. Di
situ bisa dinilai inisiatif, kemampuan
mencari informasi, dan percaya diri
kandidat.
● Business Production Game. Kandidat
diberi peran manajer atau pekerja dalam
game bisnis kompetitif yang membutuhkan penyusunan sasaran/target, efisiensi penggunaan sumberdaya, dan produksi barang berstandar tinggi – juga dalam
waktu terbatas.
● Role Plays. Kandidat harus menghadapi
pemeran laku, misalnya pelanggan yang
marah, karyawan yang rendah kinerjanya,
mempengaruhi tenaga penjual, negosiasi
dengan vendor atau wakil serikat pekerja,
dan sebagainya.
● Peer Coaching and Counseling Exercises. Kandidat diberi peran sebagai
konselor dan diminta membantu kolega
dalam mengatasi masalah atau mengintegrasikan data asesmen tentang dia■
8
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
F O K U S
19.000 orang itu memiliki 5000 orang pada
posisi staf senior. Tingginya akurasi metode
Assessment Center membuat Bank Mandiri
mengirim mereka untuk dievaluasi ke pihak
lain. “Kita ambil 10% dari 5000 orang itu
harus dievaluasi pihak luar, biayanya selama
2 tahun sama saja dengan membangun dan
memiliki Assessment Center sendiri,” tutur
I Nengah Rentaya. Itu baru mengevaluasi
karyawan untuk promosi internal. Belum
termasuk asesmen melalui rekrutmen, baik
lulusan baru maupun untuk tenaga menengah, yang terus berlangsung setiap
tahun.
AKURAT TAPI MAHAL
Salah satu tantangan terbesar metode
Assessment Center adalah biaya investasi
dan operasionalnya yang relatif mahal.
Sebuah Assessment Center yang baik
mensyaratkan adanya ruangan khusus yang
representatif untuk wawancara, monitor,
dan simulasi. Ruangan wawancara harus
cukup nyaman, jauh dari kebisingan, dan
cukup lebar. Ruangan dilengkapi beberapa
peralatan elektronik, seperti kamera video
tersembunyi dan tape perekam. Rekaman
gambar maupun suara ini bisa menjadi alat
bantu bagi asesor bila ia perlu mengetahui
lebih jauh potret perilaku kandidat.
Investasi lainnya adalah menyiapkan
tenaga asesor dan role player. Sebagai
contoh, PermataBank memiliki 25 asesor
dan 20 role player, Telkom memiliki 11
asesor internal dan 38 asesor eksternal asal
Unpad yang siap membantu kapanpun, dan
jumlah yang hampir sama di berbagai Assessment Center perusahaan lainnya.
Jamaknya, training tenaga asesor dilakukan
pihak konsultan, seperti DDI atau Pacific
Century. Konsultan pula yang mengeluarkan sertifikasi bagi asesor. Meski dilakukan
konsultan, tetap saja investasi yang
dikeluarkan tidak kecil.
Selain biaya investasi, biaya operasional
Assessment Center juga cukup mahal. Biaya
operasional terdiri dari biaya peralatan dan
bahan-bahan wawancara serta biaya sumberdaya manusia – asesor, role player, dan
tenaga operasional/administrasi. Oleh
karena itu, beberapa Assessment Center
yang melayani pula kebutuhan berbagai
perusahaan lain, menerapkan biaya tertentu. Assessment Center PPM, misalnya,
mematok biaya asesmen kompetensi Rp 7
juta per peserta. Biaya sebesar itu, menurut
Kepala Divisi Assessment Center PPM Nina
Insania K. Permana, tidak terlalu mahal
dibandingkan biaya asesmen di tempat lain.
“Apalagi kami memberikan layanan yang
sangat komprehensif,” tambahnya.
Nina benar. Beberapa perusahaan global menawarkan jasa Assessment Center
Rp 15 juta-Rp 25 juta per orang. DDI
berkeberatan menyebutkan biaya jasa
mereka, tetapi menurut Nenny Lasmanawati biaya itu bervariasi tergantung dari
seberapa komprehensif evaluasi harus
dilakukan (level dimensi evaluasi) dan
teknologi yang harus dipergunakan. “Sebaiknya perusahaan tidak menganggap
mahal karena hasilnya bisa terus dipakai,”
tukasnya.
Kendati lebih banyak melayani kebutuhan internal Telkom, Assessment Center
Telkom juga melayani pihak eksternal
dengan biaya Rp 5 juta per kandidat. “Dari
sisi biaya kami tidak menghitung keuntungannya karena sejak awal kami fokus
melayani kebutuhan internal Telkom,”
ungkap Pandji Darmawan.
Peluang komersialisasi Assessment
Center perusahaan sejatinya sangat terbuka
mengingat tingginya kebutuhan untuk
melakukan asesmen di berbagai bidang. Di
sisi lain, tidak semua perusahaan ingin atau
merasa mampu memiliki Assessment Center sendiri. Namun, peluang tersebut tidak
PENGGUNAAN
HASIL ASSESSMENT CENTER
Analisis kebutuhan training
Pengembangan
● Rekrutmen
● Perencanaan karir
●
●
serta merta dimanfaatkan Assessment Center perusahaan. “Kami akan fokus untuk
melayani kebutuhan internal,” tutur I
Nengah Rentaya dari Bank Mandiri. Lagi pula,
bank tidak diperbolehkan mengkomersialkan
fasilitas layanannya, termasuk Assessment
Center itu.
Berbeda dengan bank di atas, PermataBank sejak awal mendirikan Assessment
Center (soft launching Januari 2004) telah
berencana untuk mengkomersialkan layanan kepada kandidat perusahaan lain. “Ini
masih berupa rencana. Kami harus menunggu keputusan direksi soal ini,” tutur Sri
Ilmijani. Adanya larangan bank membisniskan fasilitas layanannya – di luar bisnis
perbankan – menjadi salah satu faktor yang
harus dikaji kembali sebelum rencana ini
diwujudkan.
“Beberapa bank dan perusahaan lain
sudah bertanya-tanya tentang boleh-tidaknya memanfaatkan layanan Assessment
Center kami,” tambah Indu Dewi, Manajer
Assessment Center PermataBank. Salah
satu menyiasati peraturan itu adalah
dengan memisahkan diri dari bank dan
membentuk sebuah perusahaan sendiri.
Sebetulnya, larangan mengkomersialkan Assessment Center itu tidak perlu terjadi
bila bank tidak menjadikannya sebagai unit
yang mencari laba. Komersialisasi itu adalah
solusi win-win bagi para pengguna jasa dan
bank itu sendiri. Seperti telah disinggung di
atas, mendirikan Assessment Center butuh
biaya besar dan terkadang tidak efisien jika
dikelola sendiri. Di samping itu, belum tentu
perusahaan memiliki personil yang memadai
untuk mengelolanya. Sementara bagi Assessment Center, mereka bisa memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengurangi
beban biaya operasional mereka.
Di luar Assessment Center inhouse, kini
sudah ada beberapa Assessment Center
independen macam DDI dan PPM. Assessment Center ini bebas melayani permintaan
asesmen dari perusahaan manapun. Meningkatnya volume permintaan asesmen
diharapkan bisa menekan biaya asesmen
agar terjangkau pula oleh perusahaan kecil
yang membutuhkannya. Atau bisa pula
Assesment Center itu menerapkan subsidi
silang antara peserta dari perusahaan
menengah-besar dengan peserta dari
perusahaan kecil. Solusi semacam ini masih
perlu dipikirkan oleh pihak-pihak yang peduli
terhadap pengembangan kualitas SDM di
Indonesia.
Pasar yang masih terbuka lebar membuat Assessment Center sebuah bisnis yang
menarik. Beberapa perusahaan konsultan
global dikabarkan aktif mengincar pasar Indonesia dengan tarif lokal. Selama hal itu
berdampak positif kepada pasar, maka risiko
globalisasi itu harus diterima oleh Assessment Center lokal dengan meningkatkan
daya saing. Makanya, jangan mahal-mahal!
Peluang Assessment Center lokal untuk
bersaing sebenarnya cukup besar mengingat metode asesmen harus disesuaikan
dengan kultur dan kondisi lokal. “Metode
Assessment Center itu ibarat plastik. Anda
bisa menyesuaikannya dengan kultur dan
kebutuhan Anda,” tegas Prof. George
Thornton III. Semestinya, orang-orang lokal
akan lebih memahami bagaimana perilaku
terbaik untuk sukses di perusahaan Indonesia ketimbang orang asing. Kecuali,
konsultan global itu juga memakai tenaga
asesor asli Indonesia. Jadi, mereknya asing,
tapi yang kerja sebetulnya orang lokal juga■
MENJAGA MUTU
ASSESSMENT CENTER
Bagian tersulit dari implementasi
Assessment Center adalah bagaimana menjaga mutu
asesmen agar fair dan terstandar. Indonesia telah pula
memiliki pedoman dan kode etik pelaksanaan
Assessment Center. Perlukah lembaga khusus yang
independen untuk memberikan sertifikasi bagi
asesor maupun Assessment Center?
H
asil evaluasi oleh Assessment Cen
ter sangat menentukan nasib
seorang kandidat. Ia bisa menjadi
“vonis mati” yang akan menghambat
perjalanan karir yang bersangkutan. Namun, bisa pula menjadi tiket sukses yang
menghantarkannya ke jenjang promosi yang
lebih tinggi. Begitu vitalnya peran Assessment Center, maka dalam menjalankan
tugasnya harus dengan standar profesional-
isme yang tinggi dan kode etik yang kuat.
Yang paling menentukan kualitas
asesmen adalah para asesor dan role player.
Idealnya yang menjadi asesor adalah
manajer level atas, profesional HR, dan
psikolog. Pada kenyataannya, asesor
dengan kualifikasi itu tidak selalu tersedia.
Terbatasnya SDM internal mengharuskan
perusahaan untuk mencari asesor dari luar.
Biasanya, asesor dari luar itu direkrut dari
Suasana Seminar Kode Etik
9
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
F O K U S
orang-orang yang pernah bekerja – misalnya
di perbankan – namun mau bekerja paruh
waktu. Pengalaman asesor dalam bekerja
selama ini cukup ampuh menjadi modal
menjalankan fungsi asesor.
Bagi Nenny Lasmanawati, Head of Assessment Center DDI, orang yang menjadi
asesor tidak mesti memiliki latar belakang
ilmu psikologi karena metode ini menilai
perilaku yang sifatnya universal. “Mungkin
seorang psikolog bisa menilai cepat karena
terbiasa, tapi bukan berarti disiplin ilmu lain
tidak bisa menjalankannya. Yang dibutuhkan
adalah kemampuan menganalisis, ketajaman dalam menilai,” ujarnya. Seorang
psikolog yang menjadi asesor di DDI tetap
harus ditraining karena teknologinya
berbeda.
Sebelum menjalankan tugasnya, kandidat asesor itu harus mengikuti training
beberapa hari sebagai asesor. Training
tersebut biasanya dilakukan oleh perusahaan konsultan spesialis. Perusahaan
konsultan kemudian memberikan sertifikasi kepada asesor dengan mengikuti
standar internasional. Sertifikasi itu berlaku
di kalangan internal.
Sertifikasi asesor, menurut SVP HR
Bank Mandiri I Nengah Rentaya, sebuah hal
yang sangat penting. “Kalau tidak berserti-
fikat, kami tidak akan pakainya,” tegasnya.
Masalahnya, asesor yang bersertifikat pun
belum tentu bisa jalan. Si asesor harus
melalui proses magang sebelum dilepas
sendirian. Faktor jam terbang akan sangat
menentukan kualitas seorang asesor.
Para asesor yunior juga belum diperbolehkan melakukan asesmen di PermataBank. Mereka hanya boleh mendampingi
asesor senior dalam sejumlah kegiatan
BUDI MATINDAS, Psikolog UI
Menurut Anda apa definisi dari assessment center?
Assessment center adalah pusat assessment. Berbeda dengan assessment
centered yang artinya terpusat, itu suatu
hal yang berbeda. Kata ini sering dipakai
untuk metode karena assessment center
adalah sebuah approach, sama dengan tes
psikologi juga sebagai approach.
Apa perbedaan antara assessment center dengan tes psikologi?
Sebenarnya tes psikologi tidak perlu
dipertentangkan dengan assessment center karena orang yang mengelolanya samasama psikolog. Pada dasarnya tes psikologi
adalah alat untuk mengukur orang begitu
juga dengan assessment fungsinya juga
untuk mengukur. Sama dengan memeriksa
kesehatan, mengukuran tekanan darah,
kadar kolestrol dan gula
Keberdaan assessment center memperkaya pengukuran. Sekarang timbul
pertanyaan, apa yang diukur? Orang bisa
saja mengukur sesuatu dengan laporan
yang benar tetapi belum tentu yang diukur
itu berhubungan. Ada beberapa pekerjaan,
kemudian yang diukur intelejensi tetapi
yang tidak berpengaruh pada pekerjaan.
Misalnya polisi, tugas polisi adalah
mengatur, menjaga dan mengawasi patroli
ini dibutuhkan bukan semata intelejensi
tapi kepribadian. Apa dia memiliki keberanian atau tidak, mempunyai itikad atau
tidak dalam melaksanakan perkerjaan.
Kebanyakan tes psikotes tidak berhubungan dengan pekerjaan. Akibatnya
gagal dalam mencari karyawan yang ideal.
Dari sini muncul konsep kompetensi,
kompetensi adalah sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan. Kalau didefinisikan kompetensi adalah sesuatu yang
berhubungan kausal. Sesuatu ini tidak
hanya kecerdasan tapi juga menyangkut
non kecerdasan. Pengukuran seperti ini
lebih mudah dilakukan melalui assessment
center.
Sejak kapan assessment center mulai
dikenal masyarakat?
Secara teori assessment center sudah
ada semenjak tahun 1970-an. Saya yang
pertama menjalankan assessment center
pada waktu Bambang Harymurti dan Pratiwi
Sudarmono, mereka yang pertama mengikuti assessment center. Saat itu melibatkan banyak orang, termasuk angkatan
udara.
jawaban tetapi tingkah laku orang. Bagaimana dia bertingkah laku dalam menyelesaikan persoalan. Itu yang harus
benar-benar menjadi focus dalam memperbaharui alat-alat dalam assessment center.
Apa assessment center juga bisa digunakan untuk merekrut karyawan?
Biasanya perusahaan besar dan maju
dalam merekrut karyawan selalu untuk
masa depan. Bukan untuk sekarang tapi
untuk sepuluh tahun mendatang, Sepuluh
tahun nanti, karyawan yang dia rekrut ini
akan menjadi kepala cabang. Ini kelemahan
perusahaan sekarang tidak mau keluar
biaya besar untuk melakukan proses
rekrutmen yang benar. Dan untuk memperoleh hasil yang yang baik di kemudian
hari, assessment center bisa saja menjadi
salah satu alatnya.
Perlu tidak sertifikasi untuk assessor?
Sertifikasi itu hanya dikeluarkan oleh
pemerintah atau asosiasi profesi saja.
Contohnya dokter, yang memberikan ijin
praktek dokter adalah pemerintah sementara dukun tidak ada yang memberikan ijin
tapi dia boleh buka praktek asal jangan
mengaku sebagai dokter.
Begitu juga dengan assessment center, siapapun berhak mengatakan sebagai
assessor, berhubung belum ada undangundang assessment, termasuk sekolah
khusus assesor dan fakultasnya. Keberadaan assesor sekarang adalah masih
bersifat ilegal. Salah satu syarat untuk
menjadi assessor adalah harus lulusan
psikologi dan mendapat perijinan dari
himpunan psikologi. Sama dengan orang
insinyur, untuk menjadi insinyur harus
sekolah teknik. Namun untuk menjadi
assesor tidak harus sekolah assessor
karena belum ada sekolahnya.
Berapa besar biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mengassess
karyawannya?
Tidak tentu, secara umum disesuaikan
dengan gaji jabatan karyawan yang akan
diassess. Jadi terlihat pola ini cenderung
digunakan hanya untuk mengrekrut level
atas.
Menurut Anda, atas alasan apa perusahaan mau mengeluarkan biaya yang
tinggi untuk meng-assess karyawannya?
Misalkan saya seorang direktur, kemudian membuat suatu kebijakan, mau
mencari karyawan baru, terus saya harus
bertanya siapa? Pastinya pada pihak ketiga
dan pihak itu dalam hal ini adalah assessment center. Angggap saja saya bertanya
pada paranormal, setiap kali bertanya di
jawab selalu benar. Sehingga timbulkan
kepercayaan sama paranormal tersebut.
Begitu juga terhadap lembaga konsultan.
Kalau suatu lembaga sudah mempunyai
nama, klien dan hasil kerja sudah diakui,
orang tidak akan beli kucing dalam karung.
Apa saja kode etik assessment?
Setiap lembaga assessment center,
baik yang berkualitas dan tidak berkualitas
pasti memiliki kualifikasi assessor.
Kualifikasi pertama harus mengikuti
pendidikan secara obsesif dan harus bisa
mengklasifikasikan tingkah laku yang
tampil. Kedua harus familiar dengan alat
yang digunakan. Setiap assessment
mempunyai alat yang berbeda-beda.
Idealnya setiap berapa periode alat-alat
yang dipakai assessment center harus
diperbaharui?
Ada alat yang up date, ada juga yang
dimodifikasi. Misalnya tes TOEFL, berlaku
setiap tahun namun terus dimodifikasi.
Diganti dengan soal-soal baru. Di assessment center yang diperhatikan bukan
Bagaimana kalau ada satu lembaga
mengaku bahwa assessment centernya
terbaik dari assessment center lain?
Belum bisa dijamin karena belum ada
dasarnya. Penilaian baik atau buruk suatu
lembaga assessment baru datang dari klien
atau masyarakat. Jadi penilaian sangat
tergantung kepercayaan masyarakat. Tapi
ada saja lembaga yang sok tahu. Sampai
saat ini belum ada yang melegalkan hasil
assessment center. Jadi bisa saja omongan
atau hasil assessment center itu salah. Saya
sendiri tidak bergabung dengan suatu
lembaga assessment center. Tapi saya
punya mempunyai tim assessment.
Sampai saat ini, assessment center mana
yang paling bagus?
Salah satu lembaga assessment yang
bagus sekarang yaitu Telkom. Kualitas assessment center Telkom tidak perlu
diragukan lagi, ini bisa dilihat dari reputasinya, yang sangat baik.
Bagimana prospek assessment di Indonesia mendatang?
Ketika kesadaran perusahaan bahwa
keberadaan manusia lebih penting dari
mesin, maka perusahaan tersebut akan
mau membayar mahal manusia. Ketika
perusahaan di Indonesia, perusahaan
multinasional atau perusahaan internasional yang sudah tersentuh dengan pola
internasional mereka akan memakai assessment. Dan assessment center kemungkinan akan terus maju■
10
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
F O K U S
asesmen, namun tidak bisa memberikan
opini. Tahap berikutnya, si asesor harus
didampingi asesor senior dalam menjalankan tugasnya. Di situ ia bisa memberikan
opini atas hasil observasinya. Bila dianggap
siap berjalan sendiri, maka barulah si asesor
dilepas sendirian.
Semakin tinggi jabatan orang yang harus
dievaluasi, semakin tinggi pula jam terbang
asesor yang melakukannya dan semakin
banyak pula asesor yang dilibatkan. Untuk
menghindarkan perbedaan pendapat dalam
asesmen di antara para asesor, maka
biasanya jumlah asesor dalam setiap
evaluasi berjumlah 3 orang atau ganjil.
Sehingga, kalau harus ada voting, tetap ada
hasil penilaian tentang kandidat. Kemudian,
dalam setiap asesmen biasanya ada yang
bertugas sebagai Lead Assessor, yaitu
asesor senior yang selama ini dinilai sangat
berkualitas.
Mekanisme internal untuk menjaga
mutu asesor itu idealnya juga berlaku untuk
role player, orang-orang yang berakting
menjalankan simulasi-simulasi dalam
asesmen. Idealnya mereka memiliki standar
dalam menjalankan setiap peran simulasi
untuk kandidat yang berbeda. Sehingga,
hasil asesmennya pun akan benar-benar
stabil untuk setiap kandidat berbeda.
Dalam upaya membuat standarisasi itu,
beberapa kalangan mengusulkan adanya
lembaga independen yang secara rutin
melakukan pengujian atau sertifikasi para
asesor. Lembaga tersebut, entah milik siapa,
yang pasti akan menjadi otoritas profesional
dalam mengevaluasi para asesor. “Saya kira
kita butuh lembaga semacam itu,” tutur Sri
Ilmijani dan Indu Dewi dari PermataBank.
Sertifikasi ini akan bermanfaat bagi pemakai
jasa maupun asesor itu sendiri. Sebagai
misal, bagaimana kita menjamin kualitas
asesor jika tidak pernah melakukan asesmen dalam periode waktu yang cukup lama?
Asesor yang baik tentunya harus mampu
menjaga jarak dengan kandidat, tidak
subjektif dan diskriminatif.
Ada pula usulan agar lembaga tersebut
juga memberikan sertifikasi kepada lembaga
Assessment Center sehingga akan membuat pengguna maupun peserta jasa
asesmen yakin betul terhadap Assessment
Center tersebut. Ide sertifikasi lembaga ini
muncul karena ada lembaga Assessment
Center yang mengklaim menerapkan
metode terbaik atau lebih baik. Hanya saja
bercermin dari pengalaman negara maju
macam Amerika, lembaga sertifikasi Assessment Center itu tidak pernah ada.
Penilaian tentang kualitas sebuah Assessment Center datang dari publik, yaitu
pengguna jasa dan peserta asesmen itu
sendiri. “Bila hasilnya sangat memuaskan,
maka pengakuan itu akan muncul dengan
sendirinya,” tutur Prof. George Thornton III,
pakar Assessment Center dari Colorado State
University.
Pengakuan dari publik dinilai pakar
psikologi industri itu sebagai salah satu
faktor yang membuat sebuah Assessment
Center berumur panjang dan tetap eksis.
Apalagi, ada penilaian independen tentang
akurasi sebuah Assessment Center. Faktor
lain adalah asesor yang kredibel, Assessment Center dikelola oleh orang yang
kompeten, Assessment Center terkait penuh
dengan fungsi HR keseluruhan, terpadu
dengan objektif dan model kompetensi
organisasi, dan mendapatkan dukungan
dari eksekutif puncak.
Upaya para praktisi Assessment Center
negara maju macam Amerika untuk membuat praktik asesmen yang bermutu
didukung oleh adanya Panduan Kode Etik
Pelaksanaan Assessment Center. Prof.
Thornton sendiri memimpin komite yang
menyusun Pedoman dan Pertimbangan
Etika bagi Operasional Assessment Center.
Amerika, menurut Thornton, telah mengeluarkan Panduan Etika itu pertama kali
tahun 1975. Semenjak itu, Panduan Etika
itu telah direvisi 3 kali, yaitu tahun 1979,
1989, dan tahun 2000. Revisi berikutnya
diperkirakan akan diumumkan bersamaan
dengan Kongres Internasional Assessment
Center yang akan diadakan di Michigan,
Amerika, tahun 2005.
Berdasarkan best practice di Amerika itu
dan mendesaknya keperluan terhadap
panduan etika pelaksanaan Assessment
Center di Indonesia, maka sejumlah praktisi,
pengguna, kalangan pemerintah, dan
akademisi sepakat membentuk gugus tugas
untuk menyusun Pedoman dan Kode Etik
Pelaksanaan Assessment Center Indonesia
pada 20 September 2001. Penyusunannya
mengacu pada Guidelines and Ethical Considerations for Assessment Center Operations yang disusun oleh International Task
Force on Assessment Center Guidelines
tahun 2000.
Hasilnya, pada 12 Oktober 2004, gugus
tugas tersebut mengumumkan Etika
Pelaksanaan Assessment Center Indonesia.
Untuk pertama kali Indonesia memiliki
panduan etika dalam pelaksanaan Assessment Center. Panduan etika itu memuat
definisi, syarat minimum untuk dapat
dikategorikan sebagai Assessment Center,
hal-hal yang harus diperhatikan bagi pengguna jasa, pelatihan asesor (penilai),
validasi, hak-hak peserta, referensi, dan
daftar istilah.
Tujuan dari
Panduan Kode Etik
1. Petunjuk bagi psikolog
industri/organisasi, konsultan organisasi, spesialis dan
generalis pengelola SDM,
dan perancang program
Assessment Center
2. Informasi bagi manajer yang
ingin memutuskan apakah
akan menerapkan metode
Assessment Center dalam
organisasinya
3. Menjadi pedoman bagi
asesor
4. Sebagai petunjuk dalam
memanfaatkan teknologi
dalam proses asesmen
5. Perlindungan terhadap
peserta, pengguna, dan
penyelenggara Assessment
Center.
Bambang Harymurti
Bambang Harymurti (Tempo Inti Media)
yang menjabat Ketua gugus tugas, menegaskan bahwa Panduan Etika ini bukanlah
UU atau keputusan hukum melainkan murni
panduan etika yang tidak memiliki konsekuensi hukum apapun bagi pelanggarnya.
“Karena bersifat etika, maka yang akan
menjaganya adalah moral,” ungkapnya
dalam acara peluncuran Panduan Etika itu
di Hotel Dharmawangsa Oktober lalu.
Bambang maupun Vina G. Pendit, Sekretaris
gugus tugas, meminta masyarakatlah yang
akan menjadi hakim terbaik bagi praktik
Assesment Center. “Assessment Center
yang tidak memegang kode etik akan
ditinggalkan publik,” tambah mereka.
Dalam forum tersebut memang mengemuka pertanyaan apakah kode etik ini cukup
berupa himbauan moral mengingat kebiasaan orang Indonesia yang masih juga suka
melanggar meski ada hukuman sekalipun.
Tetapi bercermin dari Amerika, kode etik ini
cukup efektif dalam operasional Assessment Center. “Manajemen masing-masing
perusahaan akan menilai apakah Assessment Center mereka sudah berjalan dengan
benar atau tidak,” tegas Prof. Thornton.
Apa yang dihasilkan gugus tugas ini
sudah merupakan karya maksimal. Usulan
untuk membentuk Lembaga Independen
sebagai pengawas pelaksanaan kode etik
tersebut masih harus dimatangkan. Perlu
juga dipikirkan adanya organisasi yang
mewadahi seluruh stakeholders Assessment Center sehingga kode etik itu bersifat
mengikat kepada anggotanya■
11
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
F O K U S
POTRET SEJUMLAH
ASSESSMENT CENTER
Berikut adalah profil tentang sejumlah Assessment Center yang tergolong besar.
● Telkom ● Bank BNI ● Bank Mandiri ● PermataBank ● Astra ● LPT UI ● LPPM ● DDI
ASSESSOR HARUS JAGA
HUBUNGAN DENGAN PESERTA
P
erubahan manajemen menjadi awal
lahirnya Assessment Center milik PT.
Telekomunikasi Indonesia atau
dikenal dengan nama Telkom. Tak heran jika
perusahaan yang mengkhususkan di bidang
telekomunikasi ini, mulai membenahi diri
dari sisi sumber daya manusia (SDM) sejak
tahun 1989 lalu dengan memfokuskan diri
kepada pembangunan dan pengembangan
assessment center guna pengembangan
SDM.
Pemilihan metode assessment center
dalam pengembangan SDM Telkom menjadi
solusi terbaik mengingat metode yang lain
seperti teknik interview, pemeriksaan
psikologi, performance appraisal, pada
umumnya menilai aspek-aspek kepribadian
atau prestasi atas pelaksanaan pekerjaan
yang lalu atau yang tengah dijabat.
Dengan tingkat kesulitan yang semakin
tinggi, metode tersebut menurut Pandji
Darmawan, Kepala Pusat Career Development Support Center (CDSC), Assessment
Center milik Telkom, belum mencukupi,
sehingga dibutuhkan metode yang lebih
objektif untuk memprediksi tingkat keberhasilan seseorang dalam memangku jabatan yang lebih tinggi dari sisi Managerial Skill
(kompetensi) yaitu melalui metode Assessment Center. Pemilihan metode ini sangat
tepat bagi Telkom mengingat Telkom
menempatkan SDM sebagai hal yang utama
sejak manajemen Telkom mengalami
perubahan. “Kala itu, kami beranggapan
masalah teknologi bisa dibeli, makanya kami
ingin memfokuskan untuk membenahi
SDM,” papar Pandji saat ditemui HC di
Bandung, Jawa Barat.
Di bawah kepemimpinan Cacuk Sudaryanto kala itu menjabat sebagai Direktur
Utama Telkom yang menginginkan Telkom
memiliki SDM yang handal, muncul sebuah
Ide dari salah seorang senior karyawan
Telkom, Fadjar Bustaman yang mengusulkan pembuatan assessment center khusus
digunakan bagai karyawan Telkom. Ide ini
disambut baik oleh seluruh jajaran direksi
dan karyawan Telkom, kemudian digali dan
dikembangkan dengan mengirimkan calon
tenaga assessor sebanyak 15 orang,
termasuk Direktur SDM pada waktu itu, ke
Singapura, khusus mempelajari berbagai
macam metode assessment center. “Dalam
sebuah assessment center, yang dibutuhkan, pertama adalah orangnya, yaitu psikolog
ataupun line manager,” ujarnya. Orang
tersebut harus mampu mengobservasi,
mengklasifikasi perilaku, mengevaluasi
perilaku dan membuat Laporan. “Kami
mencoba membangun assessment center
yang semaksimal mungkin karena kita
memang dituntut untuk maksimal.”
Setelah proses kualifikasi tenaga assessor selesai, Telkom kemudian mulai membangun fasilitas dan sarana seperti ruang
monitor, ruang wawancara dan alat perekam,
ruang simulasi, yang semuanya ditujukan
untuk mengobservasi bagaimana perilaku
manajerial bisa muncul melalui metode
assessment center. “Kebetulan kami punya
fasilitas gedung yang bisa digunakan untuk
assessment center di Bandung,” ujar Pandji
saat ditemui HC di Bandung. Peralatan
pendukung yang dimiliki Telkom adalah
materi/simulasi/Exercise, formulir evaluasi.
CCTV dan tape recorder. Sedangkan tenaga
psikolog organik berjumlah 11 orang dan
tenaga ahli ekstra sebanyak 38 orang yang
kebanyakan berasal dari Unpad Bandung.
Assessment Center Telkom kemudian
diresmikan tahun 1991 dan sejak itu secara
konsisten dijadikan satu penilaian yang
terintegrasi dengan pengelolaan SDM.
Menurut Pandji, assessment center tersebut digunakan untuk menilai orang-orang
Telkom yang masuk posisi kunci. “Metode
assessment center di Telkom tidak digunakan untuk proses seleksi. Proses seleksi
di kami menggunakan metode wawancara
dan tes psikologi,” tukasnya. Tapi, Pandji
menilai ada beberapa perusahaan yang
menggunakan metode ini untuk proses
seleksi. “Kan sayang, kalau tidak terpakai
langsung dibuang. Telkom sendiri hanya
untuk level asisten manajer ke atas.
Sekarang ini asisten manajer ke atas harus
punya datanya, karena dibutuhkan pula
untuk proses pengembangannya. Biasanya
di forum pengambilan keputusan untuk
posisi ini digunakan.”
Dalam penilaian, kompetensi yang di
evaluasi di antaranya adalah Leadership/
Strategic Leadership, Planning & Organizing, Entrepreneurial insight, Customer Ser-
vice /Focus, Analysis/Problem Assessment,
Judgment/ Problem Solving, Decisiveness,
Negotiation, Oral Communication, Delegation, Organizational Vision, Impact, Tolerance for stress, Ability to learn, Developing
Organization Talent, Initiative, Adaptability,
Job Motivation, Sensitivity, Oral Presentation, Written Communication dan lain-lain.
Saat ini, Assessment Center Telkom
memang lebih banyak melayani kebutuhan
internal Telkom, dimana dari sisi biaya tidak
dihitung keuntungannya. “Apalagi kami juga
harus mengeluarkan biaya untuk perawatan,” imbuh Pandji sambil menambahkan
bahwa hingga kini sudah sekitar 2.000
karyawan Telkom yang di assess secara
lengkap sejak awal berdirinya. Tapi, untuk
menilai sebuah perilaku yang sesuai dengan
pekerjaan, menurutnya jauh lebih penting
mengingat Assessment Center Telkom
memang difokuskan untuk menyeleksi
kandidat, promosi, pelimpahan jabatan, dan
mengidentifikasi kebutuhkan pengembangan manajemen.
Namun, bila ada permintaan dari luar
TELKOM, maka akan dikenakan biaya
sebesar Rp.5000.000 /kandidat. “Mengenai
eksternal, kami jarang melakukannya walau
kami menerima permintaan dari luar karena
mungkin kami sering dijadikan perbandingan oleh perusahaan lain,” kata Pandji tanpa
bermaksud menyombongkan diri. Beberapa
perusahaan yang pernah mengirimkan
karyawannya untuk di ases di Assessment
Center di antaranya adalah BUMN, perusahaan swasta seperti Coca Cola, Metroland,
dan masih banyak lagi.
Simulasi yang dilakukan ada yang
berbentuk individual, adapula kelompok,
secara generik atau pekerjaan secara
umum, dan ada yang sifatnya spesifik.
Biasanya, Telkom memakai tenaga asesor
sebanyak 3 orang untuk mengases 6
kandidat. Ini dilakukan agar dalam penilaian, kualitas bisa tetap terjaga sehingga
hasilnya bisa maksimal dan baik. “Asesor
kami tidak boleh menilai lebih dari 2 orang
sebab kami khawatir akan terjadi bias.”
Setiap asesor harus bisa membedakan
perilaku yang efektif dan tidak efektif untuk
pekerjaan tersebut dari simulasi itu. Selain
itu, asesor harus bisa menjaga perasaan,
PANDJI DARMAWAN
Kepala Pusat Career Development
Support Center (CDSC) Telkom
maksudnya, apa yang diungkapkan asesor
harus obyektif atau meminimalisir hal-hal
yang sifatnya subyektif, serta harus bisa
menjaga hubungan dengan kandidat atau
peserta assessment center.
Jika sudah disimulasikan, dan data
sudah terkumpul, tugas asesor adalah
mengkonstruksikan untuk dikaitkan dengan kriteria yang dibutuhkan, melalui assessor meeting. Acara ini dipimpin oleh satu
asesor senior yang disebut Administrator
yang menjaga agar diskusi itu bisa betulbetul berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Setelah itu merumuskan dalam laporan
secara lengkap. Barulah kemudian merekomendasikan kepada pihak Telkom.
Evaluasi kualitas hasil orang yang telah
diases dikatakannya kembali didasarkan
pada hasil assessment center yaitu Ready,
Ready With Development, Not Ready at this
Time. Kendati demikian, hal ini bukan
merupakan satu-satunya pertimbangan
yang dapat digunakan dalam mengambil
keputusan. “Tidak ada satu metodepun yang
sempurna 100 %. Akurasi metode assessment center sekitar 76%,“ paparnya. Pada
umumnya kandidat yang dinyatakan Ready
menunjukkan performansi kerja yang baik
di lapangan, atau dapat mencapai target
yang ditetapkan■
12
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
F O K U S
Perbandingan
Penilaian Metoda
lain dengan Metode
Assessment Center
METODA ASS. CENTER
1. Analisa secara sistematik alas kinerja
(performance) yang dipersyaratkan
didasarkan pada ketrampilan efektif yang
dibutuhkan untuk pekerjaan yang spesifik.
2. Evaluasi terhadap berbagai situasi
kinerja dimana setiap kinerja tampil dari
berbagai simulasi yang menggambarkan
jabatan yang akan diisi.
3. Menilai potensi untuk posisi yang akan
datang atau posisi yang sedang dijabat.
4. Penilaian dilakukan sesaat setelah
kinerja dalam situasi yang didisain
sebagai pencerminan dari pekerjaan yang
ada.
5. Dinilai oleh beberapa penilai/ observer.
6. Penilaian didasarkan pada konsensus
para observer.
7. lebih obyektif karena didasarkan pada
tingkah laku yang muncul.
METODA LAIN
1. Analisa secara umum alas berbagai
ketrampilan yang kadang-kadang tidak
berkaitan dengan pekerjaan.
2. Penilaian kadang-kadang hanya terhadap beberapa situasi kunci saja.
3. Menilai potensi untuk prestasi pada
posisi yang lalu ataupun saat kini.
4. Penilaian dilakukan hanya mengandalkan daya ingat alas kinerja yang telah
lalu, kadang-kadang setelah berbulanbulan.
5. Dinilai oleh hanya satu orang pengamat saja.
6. Penilaian didasarkan pada standard individual penilai.
7. Relatif subyektif.
Kompetensi yang di evaluasi
dalam Program Assessment
Center
1. Leadership/Strategic Leadership
2. Planning & Organizing
3. Entrepreneuriallnsight
4. Customer Service /Focus
5. Analysis/Problem Assessment
6. Judgment/ Problem Solving
7. Decisiveness
8. Negotiation
9. Oral Communication
10. Delegation
11. Organizational Vision
12. Impact
13. Tolerance for stress
14. Ability to learn
15. Developing Organization Talent
16. Initiative
17. Adaptability
18. Job Motivation
19. Sensitivity
20. Oral Presentation
21. Written Communication
Sumber: CDSC Telkom
ASSESSMENT CENTER BNI
LIMA TAHUN YAKINKAN
PIHAK MANAJEMEN
M
asih belum diyakini sepenuhnya
sebagai alat yang tepat dalam
mengukur kompetensi bagi karyawan Bank BNI, membuat perencanaan dan
penerapan metode assessment center di
bank tersebut belum optimal. Tak heran ide
yang muncul sejak tahun 1994 ini banyak
mengalami tantangan dalam penerapannya.
Bank BNI mulai menerapkan metode
asesmen sejak tahun 1999, setelah berhasil
meyakinkan semua pihak Bank BNI termasuk pihak manajemen, jajaran direksi dan
staf serta divisi sumber daya manusia (SDM).
Menurut Apin Aviyan, Pemimpin Kelompok
Asessment Center BNI, waktu lima tahun
bukanlah waktu yang singkat untuk meyakinkan semua pihak.
“Selain itu, biayanya sangat mahal
sehingga masih banyak yang meragukan,”
tegas Apin yang menganggap assessment
center adalah hal yang sangat penting
untuk menyiapkan kader Bank BNI di masa
depan. Untuk menyiapkan tenaga asesor
dan infrastruktur, pihak BNI harus mengeluarkan biaya miliaran rupiah.
Sebagai langkah awal pengenalan
metode assessment center, Bank BNI
memang hanya menerapkan metode asesmen saja sebagai salah satu sarana dalam
program perencanaan dan pengembangan
karir pegawai. Maksudnya, untuk melakukan seleksi lanjutan bagi pegawai yang telah
memenuhi Career Path Model serta lolos
seleksi administrasi dan evaluasi kinerja
yang dilakukan SDM guna menentukan
pegawai yang paling tepat untuk menduduki
posisi tertentu. “Karena metode asesmen
yang digunakan masih terbatas pada
wawancara dan kuesioner, BNI tidak
menggunakan istilah assessment center,
melainkan asesmen saja,” tukasnya.
Tools yang digunakan adalah Targeted
Selection (TS) Interview, Multi-Rater Survey/
Synchrony, Motivational Fit-Job Analysis
(MFJA) Questionnaire, dan Counselling/
Feedback Session. Adapun kegunaan
masing-masing tools yaitu TS Interview,
teknik wawancara yang pertanyaannya
dapat ditujukan untuk mengungkap dimensi/kompetensi pada suatu jabatan. Multi
Rater Survey/Synchrony, berguna untuk
mengumpulkan dan memberikan umpan
balik kepada kandidat atas kinerjanya
menurut persepsi orang di sekitar kandidat
(metode 3600). “Sehingga, fokus penilaian
pada perilaku, kelebihan, serta area yang
perlu dikembangkan.”
Sedangkan tools MFJA Questionnaire
berfungsi untuk mengkaji aspek motivasi
yang menjadi persyaratan posisi, sehingga
dapat diketahui taraf kepuasan (jabatan,
organisasi dan lokasi) individu yang akan
menjabat pada suatu posisi. Counselling/
Feedback Session, yaitu agar kandidat dapat
melakukan instropeksi terhadap dimensi
APIN AVIYAN, Pemimpin Kelompok Rekrutmen dan Asesmen, BNI
yang menjadi kelebihan, serta area yang
perlu dikembangkan.
Baru pada tahun 2001, BNI mulai
membangun dan meresmikan infrastruktur
In House Assessment Center agar BNI
mampu menyelenggarakan assessment
center secara mandiri. Metodologi yang
digunakan untuk melengkapi metodologi
sebelumnya, lanjut Apin, adalah dengan
simulasi dan exercises yang lebih komprehensif untuk mengidentifikasi kandidat
pegawai pada jenjang Vice President (VP),
jenjang karir tertinggi BNI.
Menurut Apin, pengelolaan ini pada
tahap awal diarahkan untuk melakukan
asesmen pada tingkat manajerial jenjang
jabatan VP ke atas, sebagai metode penilaian
dalam membantu Direksi untuk menentukan kandidat potensial untuk jabatan
strategis.
Langkah-Iangkah assessment center
untuk jenjang VP, yaitu Targeted job/position selection, Job Analysis, Dimensions
pooled, Prepare exercises, interview guide,
questionnaires, and inventories, Roll-out
(design) try-out, Assessor Meeting & Report
Writing. Evaluation, dan Redesign.
Targeted job/position selection, yaitu
mempersiapkan bahan-bahan mengenai target jabatan yang akan diases, seperti uraian
pekerjaan, struktur organisasi, budaya kerja.
Sementara Job Analysis adalah melakukan
analisa jabatan pada target jabatan, jika
sebelumnya belum pernah dilakukan.
Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik Job Relatedness Analysis (IRA)
ataupun Dimensions Determination Discussion (DDD), tergantung dari skala kebu-
tuhannya.
Dimensions pooled, Penentuan dimensidimensi sebagai tolok ukur motivasi yang
dimiliki pemegang target jabatan, sebagai
hasil proses Job Analysis. Prepare exercises,
interview guide, questionnaires, and inventories Latihan-latihan dipilih yang menunjukkan sisi menantang (challenging) dari
target jabatan, seperti In Basket, Analysis
exercises, Presentation, Role playing, dan
sebagainya. Roll-out (design) try-out,
Penyelenggaraan try out asesmen sesuai
desain awal.
Assessor Meeting & Report Writing,
yaitu penyelenggaraan pertemuan asesor
untuk menyepakati dimensi-dimensi yang
terungkap pada diri assessee, dibandingkan
dengan persyaratan jabatan. Hasilnya (feedback) disusun sebagai laporan ke manajemen dan kandidat (Assessee). Evaluasi
keseluruhan desain Assessment Center
juga dilakukan untuk menyempurnakan
materi. Setelah asesmen selesai, maka administrator dan assessor dapat melakukan
evaluasi untuk penyempurnaan metode
asesmen yang telah dilakukan. Sedangkan
Redesign, adalah desain ulang perangkat
dan metode yang digunakan untuk target
jabatan yang telah diases, jika memang
diperlukan.
BNI memiliki tenaga inti atau tetap
sebanyak 13 orang dan tenaga independen
sebanyak 20 orang yang dididik oleh pihak
BNI sendiri selama 5 hari. Jika tenaga assessor dibutuhkan lebih banyak lagi, maka
pihak BNI akan menambah jumlah tenaga
assessor independen hingga target bisa
tercapai dengan baik. “Banyak plus minus
13
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
F O K U S
yang didapat jika kami mengambil tenaga
luar,” akunya.
Jika menggunakan tenaga internal, BNI
akan kesulitan dalam hal waktu karena
jumlah kandidat yang demikian banyak
mengingat assessment center BNI juga
mengerjakan proses rekrutmen karyawan
baru dengan metode psikologi dan psikoasesmen (gabungan metode psikologi dan
assessment center). “Kami akan keteteran
jika tidak mengambil tenaga dari luar,” imbuh
pria yang juga menjadi pengurus pusat
Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI).
Dalam pengembangan berikutnya, bank
yang memiliki sekitar 18.000 karyawan yang
tersebar di 600 cabang di seluruh Indonesia ini merasakan bahwa kebutuhan pengembangan desain-desain assessment
center untuk kebutuhan yang lain semakin
meningkat. Dengan demikian diupayakan
terobosan untuk dapat meningkatkan
kapabilitas internal BNI sebagai desainer
untuk pengembangan desain assessment
center. Pada akhir tahun 2002, dimulai
pelatihan dan upaya pengembangan tersebut dimulai, dan beberapa desain sudah
dapat dihasilkan dan diujicobakan, yaitu
untuk kandidat jenjang Asisten VP dan
Manajer.
Tetapi dalam pelaksanaan, Apin menjelaskan bahwa ujicoba tersebut dilakukan
pada awal Januari 2005 yaitu dengan
mengassess 1700 kandidat manager, 700
kandidat AVP dan 400 kandidat VP yang tiga
tahun lalu pernah di assess oleh BNI■
ASSESSMENT CENTER MILIK SENDIRI
LEBIH EFISIEN DAN LELUASA
P
enerapan metode assessment cen
ter sudah dilakukan Bank Mandiri
sejak proses merger dilaksanakan
pada tahun 1999, melalui bantuan konsultan independent, khususnya untuk level
atas atau posisi Kepala Divisi di Bank
Mandiri. Mempertimbangkan ukuran organisasi, pengembangan bisnis dan kepentingan jangka panjang, pihak Mandiri
beranggapan akan lebih efisien dan lebih
leluasa jika memiliki Assessement Center
(AC) sendiri.
Sejak awal tahun 2000, dalam merekrut
pegawai baru, Bank Mandiri sudah mulai
menggunakan metode assessment center
untuk seleksi level Senior Manager dan level
Middle Manager dengan dibantu konsultan
independen. Sementara untuk level Clerk,
Mandiri menggunakan metode psikologi
fokus pada logical and numerical reasoning test. Metode dimaksud lebih fokus pada
hal-hal yang bersifat soft skills yang ada
dalam peribadi seseorang. Sebaliknya pada
level senior dan menengah, bobotnya lebih
kompleks lagi, mirip metode assessment
center, hanya tools-nya yang lebih sedikit,
ada interview dan simulasinya,” ujar I
Nengah Rentaya, SVP HR Bank Mandiri.
Materinya di disain agar sesuai dengan
kultur yang ingin dikembangkan Bank
Mandiri, namun tetap menggunakan
metode yang standar.
Menurut Nengah, alasan Mandiri memilih assessment center sebagai metode
pengembangan dan penempatan karyawan,
adalah karena Mandiri merupakan sebuah
organisasi yang cukup besar dengan total
karyawan hampir mencapai 19.000 orang,
dengan 5.000 karyawan berada di posisi
managerial. Dari 5.000 karyawan level
manajerial tersebut, dinilai Nengah membutuhkan satu metode yang standar dan bisa
dipertanggung jawabkan.
“Metode terbaik yang ada sekarang ini
untuk menilai perilaku seseorang adalah
assessment center, sekalipun validitasnya
sekitar 65%,” tukasnya. Maka itu, meski
metode penilaian ini diakui relatif mahal,
namun Nengah menegaskan bahwa masalah kepentingan investasi kepada SDM,
tetap harus dilaksanakan. Masalahnya,
adalah dalam hal memilih karyawan yang
”tepat” untuk dikembangkan agar kelak
dapat memberikan return terbaik bagi
perusahaan. Dalam hal ini, Bank Mandiri
melakukan investasi cukup serius. “Yang
jelas, biaya itu masih sepadan dengan biaya
yang kami keluarkan apabila kami melakukannya melalui orang lain,” ujarnya senyum
tanpa mau membeberkan nilainya.
Bahkan, pembangunan dan penerapan
metode assessment center milik sendiri
menurut perhitungan, akan jauh lebih
efisien. Saat ini Mandiri telah melakukan
proses metode tersebut kepada sekitar 500
senior karyawannya. “Biaya meng-ases
karyawan oleh pihak independen selama dua
tahun, sama dengan biaya membangun dan
memiliki AC sendiri,” tutur Nengah kembali.
Itu baru proses meng-ases untuk kepentingan promosi internal. Belum termasuk
proses rekrutmen setiap tahun, baik untuk
yang baru lulus kuliah maupun untuk level
menengah. “Kami bisa lebih leluasa mengases internal dan bisa gunakan untuk
rekrutmen baru. Lain hal kalau organisasi
kecil. Mungkin akan lebih efisien jika
menggunakan tenaga luar.”
Mandiri juga berharap agar kelak nantinya para manajer Mandiri memiliki kemampuan yang handal untuk mengases karyawan Mandiri. Tidak perlu datangkan tenaga
asesor independen. Dalam proses couching-pun jika manajer menggunakan metode
asesmen, diakui Nengah akan lebih bagus.
Metode assessment, katanya, merupakan
metodelogi yang baik dan bisa digunakan
kapan saja. “Kami melihat banyak hal yang
positif kalau kami punya assessment center sendiri.”
Bank Mandiri sendiri sudah mulai
melakukan persiapan, baik dari tenaga
asesor maupun dari segi infrastruktur sejak
setahun lalu. Bank Mandiri melakukan
kerjasama dengan beberapa tenaga propesional khusus untuk menggembleng dan
Mandiri berharap
agar kelak nantinya
para manajer Mandiri
memiliki kemampuan
yang handal untuk
mengassess karyawan
Mandiri. Tidak perlu
datangkan tenaga
assessor independen.
I NENGAH RENTAYA, Senior Vice President HR
PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk.
menggali pengalaman bagaimana mengases kandidat. “Kami mencoba sharing
knowledge dengan tenaga independen
untuk menggembleng calon tenaga asesor
kami. Bila perlu kami sertifikatkan mereka,”
ujarnya mantap. Sebagai tahap awal, Bank
Mandiri menyiapkan calon tenaga asesor
sebanyak 12 orang, yang nantinya akan
ditambah lagi hingga total tenaga asesor
mencapai 22 orang.
Untuk menambah jam terbang asesor,
Nengah menambahkan bahwa pihaknya juga
akan memagangkan para tenaga asesor
nantinya untuk meningkatkan kualitas
asesor. “Punya sertifikat kalau tidak pernah
dipraktekkan, itu akan sia-sia.” Menurutnya,
Mandiri sebelumnya telah melakukan
sebuah program sertifikasi semacam focus
interview skill selama tiga hari kepada 108
manajer Mandiri.
Hingga kini, Bank Mandiri sudah mengases karyawan top performers secara lengkap dengan metode assessment center
sebanyak 400 orang, sementara untuk
proses rekrutmen sudah mencapai 2000
orang. Hasilnya kelak, jika mereka yang
sudah di-ases ternyata dinilai baik, maka
pihak Bank Mandiri tentu akan terus
berusaha mengembangkannya agar potensi
karyawan dapat lebih dikembangkan.
Hasil assessment center dapat dipergunakan untuk banyak keperluan, tapi
untuk saat ini lebih fokus untuk kepentingan pengembangan potensi. Jenis
pengembangan, tergantung dari klasifikasi
hal-hal yang perlu ditingkatkan, apakah
sifatnya trainable atau non-trainable. Untuk
hal-hal yang sifatnya trainable, relatif lebih
gampang solusinya. Yang kompleks solusinya adalah untuk hal-hal yang berkaitan
dengan soft skills antara lain. leadership,
learning attitude, atau customer focus. Hal
ini memerlukan mentor yang baik, kemampuan coaching skills yang baik, khususnya
bagi para supervisor. Talenta yang baik tak
akan berkembang optimal jika tidak dicouching oleh managernya to be the best.
Meski mengaku sedang menyusun
evaluasi hasil assessment center, Mandiri
sendiri mencoba melakukan evaluasi
dengan cara mengirimkan kuesioner
kepada bawahan atau atasan si peserta assessment center. Tiga bulan kemudian
dilihat apa saja yang sudah dilakukan
atasannya, atau improvement yang telah
dilakukan peserta ■
14
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
F O K U S
ASSESSMENT CENTER PERMATABANK
S
adar akan pentingnya fungsi Assess
ment Center (AC), manajemen
PermataBank memasukkan pembangunan AC sebagai salah satu program
prioritas di bidang manajemen sumberdaya
manusia (HR). Rencana pendirian AC itu
termaktub dalam program kerja bidang HR
PermataBank. Menurut Sri Ilmijani, Head
of Recruitment & Assessment, sejak awal
PermataBank ingin beroperasi dengan
standar yang lebih maju dibandingkan 5
bank peserta merger. “Dalam pengelolaan
HR, kami mencoba menerapkan standar
perbankan internasional,” ujarnya.
AC merupakan metode penilaian kompetensi yang paling akurat dan paling banyak
dipergunakan perusahaan multinasional
dewasa ini. Riset mengatakan, tingkat
akurasinya mencapai 0,8. Tingkat akurasi
itu sangat tinggi dan jauh melampaui akursi
metode lainnya.
AC PermataBank didesain untuk keperluan evaluasi karyawan PermataBank
maupun karyawan perusahaan lain yang
membutuhkan. Dengan demikian, AC
PermataBank juga diarahkan untuk berfungsi secara komersial. Namun fungsi
komersial itu hingga kini belum bisa
diwujudkan. “Karena tingkat permintaan
evaluasi karyawan PermataBank masih
tinggi,” ungkap Indu Dewi, Manajer AC
PermataBank.
Perwujudan AC PermataBank dilakukan
dengan gerak cepat. Ini sesuai dengan
arahan Wakil Dirut Chandra Purnama yang
membawahi bidang HR (kini menjabat
Komisaris) untuk mempercepat penyelesaian setiap rencana kerja PermataBank.
Prestasi PermataBank yang berhasil menyelesaikan proses merger dalam tempo lebih
singkat rupanya menginspirasi manajemen
untuk menyelesaikan pula program lain
dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan
waktu normal.
Bulan Agustus 2003, PermataBank
sudah menyeleksi konsultan yang bisa
membantu membangun AC dengan waktu
relatif cepat. Akhirnya terpilih Pacific Century Consulting, sebuah perusahaan konsultan AC asal Singapura. Tanggal 2 September 2003, rapat pertama dengan konsultan
INDU DEWI,
Manajer
Assessment
Center
PermataBank
sudah dilakukan. Berikutnya, tanggal 5
Januari 2004, AC PermataBank sudah
melakukan soft launching. Secara total,
penyelesaian AC PermataBank hanya membutuhkan waktu 4 bulan, jauh lebih cepat
daripada kebutuhan rata-rata 9 bulan.
Dalam mempersiapkan AC, semuanya
dilakukan secara simultan. Memilih vendor
peralatan teknis, mempersiapkan fisik
bangunan, mentraining assesor, dan
berbagai persiapan lainnya berjalan serentak. Training assesor dilakukan oleh konsultan. Tahap pertama, training dilakukan
terhadap 10 assesor dan 8 orang role player.
Dewasa ini, jumlah assesor mencapai 25
orang dan role player 20 orang. Role player
merupakan tenaga-tenaga khusus yang
terlatih untuk menjalankan aneka peran
yang dibutuhkan dalam mengevaluasi
kompetensi kandidat.
Mayoritas assesor (18 orang) dan
seluruh role player merupakan tenagatenaga paruh waktu. Tenaga assesor adalah
orang yang telah berpengalaman bekerja di
berbagai bidang, khususnya perbankan, dan
telah lulus seleksi. Mereka harus siap
kapanpun untuk melakukan evaluasi
kandidat sesuai permintaan PermataBank.
Untuk mendapatkan standar mutu evaluasi,
setiap assesor memperoleh sertifikasi dari
konsultan berdasarkan standar terbaik yang
berlaku di Amerika.
Untuk menjaga mutu evaluasi, PermataBank menerapkan kontrol mutu yang ketat.
Assesor yunior tidak diperkenankan melakukan evaluasi sendiri, ia harus didampingi
oleh assesor senior. Setelah beberapa kali
melakukan evaluasi, dan dinilai kinerjanya
cukup bagus, barulah tenaga assesor itu
bisa dilepas.
Hingga akhir 2004, PermataBank
diproyeksikan bisa mengevaluasi 75 orang
karyawan PermataBank (level General Manager dan Head of). Satu kali kegiatan evaluasi
bisa diikuti oleh 8 peserta yang memakan
waktu satu hingga satu setengah hari.
“Semakin tinggi jabatannya, semakin lama
waktu yang dibutuhkan,” kata Jani, panggilan akrab Sri Ilmijani. Tahun depan (2005),
AC PermataBank menargetkan bisa mengevaluasi sekitar 150 peserta. Target ini diakui
Indu Dewi tidak terlalu tinggi, karena mereka
juga mengerjakan banyak proyek lain.
Manajemen operasional AC PermataBank
dikelola oleh 5 orang saja – di luar tenaga
assesor.
Salah satu proyek lain yang dilakukan
adalah menyusun dan mengimplementa-
ASSESSMENT CENTER,
MEMBANTU MANAJEMEN ASTRA
S
ebuah perusahaan yang ingin maju,
manajemennya harus benar-benar
mengerti akan kebutuhan perusahaan. Saat ini sistem manajemen sudah mulai
memperhatikan perkembangan sumber
daya manusianya sebagai alat pendorong
kemajuan perusahaan, tidak lagi hanya
berpatok pada perkembangan mesin saja.
Teknologi itu memang penting, namun yang
mengerjakan tetaplah manusia.
Guna mendukung perkembangan sum-
ber daya manusia, perlu adanya kejelian
dalam mengamati kelebihan dan kekurangan karyawan, karena hal itu terkait dengan
perusahaan. Jika ada kekurangan karyawan
yang luput dari pengamatan manajemen,
mungkin saja akan menyebabkan kerugian
bagi perusahaan. Lalu apa yang harus
dilakukan manajemen dan perusahaan ?
Beberapa tahun terakhir, kata assessment center mulai ramai didengungkan oleh
beberapa perusahaan besar. Lembaga ini
dirasakan mampu memotret atau melihat
dengan jelas kelebihan dan kekurangan
karyawan yang telah mengikuti assessment
center. Dengan hasil dari assessment center ini, perusahaan dapat merancang apa
yang harus dilakukan terhadap seorang
karyawan yang telah di assess.
Astra, perusahaan yang telah dikenal
dengan manajemennya yang sangat baik
telah memiliki assessment center sendiri
sejak awal tahun 1990-an. Latar belakang
sikan light assessment tool – berupa
kuisioner - untuk mengevaluasi kompetensi
karyawan yang belum layak masuk AC.
Pembuatan desain tool – dalam hal ini
kuisioner – dilakukan oleh bagian assessment sekitar Mei-Juni 2004. Selanjutnya
kuisioner itu didistribusikan ke seluruh
bagian dan diisi oleh atasan masing-masing.
Sekitar 6.000 karyawan PermataBank telah
dievaluasi dengan cara ini. Hasilnya, kini
PermataBank telah memiliki profil kompetensi setiap karyawan. Hasil evaluasi ini juga
mempengaruhi grade karyawan.
Fasilitas AC PermataBank termasuk paling canggih di Indonesia saat ini. Selain
ruangan khusus, kegiatan evaluasi ditunjang oleh berbagai peralatan elektronik modern, seperti kamera tersembunyi dan
peralatan perekam suara. Mahalkah investasinya? Hingga saat ini, Jani dan Indu
mengaku masih sulit menghitung biaya
investasi AC PermataBank. Alasan utamanya, karena investasi kini masih jalan terus
dan belum selesai. “Biaya investasi AC
PermataBank semestinya lebih murah
karena penghematan waktu yang berhasil
dibuat,” ungkap mereka.
Tahun depan, mereka yakin AC PermataBank sudah bisa menentukan berapa
sebetulnya biaya evaluasi untuk setiap
kandidat. Sehingga, tarif biaya itu bisa pula
menjadi patokan bagi perusahaan lain yang
ingin melakukan evaluasi karyawan mereka
di AC PermataBank. Rencana komersialisasi
AC PermataBank sangat tergantung dari
kebijakan Direktur HR PermataBank yang
baru Julius Aslan maupun peraturan Bank
Indonesia terkait. Sebagai institusi perbankan, tentunya upaya komersialisasi itu harus
disesuaikan dengan regulasi yang disusun
oleh BI.
Minat untuk memanfaatkan AC PermataBank oleh perusahaan lain diakui Jani
cukup besar. “Sudah ada beberapa bank dan
perusahaan lain yang bertanya-tanya,”
tukasnya. Masuknya Astra sebagai pemegang saham PermataBank juga membuka
banyak kemungkinan. “Soalnya, Astra ‘kan
juga memiliki Assessment Center yang
canggih,” tambahnya■
berdirinya lembaga ini, menurut Wuri
Roosianti¸Manajer Head-Recruitment &
Career Management Department, dilandasi
atas kebutuhan manajemen untuk mendapatkan informasi dari pihak ketiga mengenai
seorang karyawan. “Artinya pihak yang lebih
netral yaitu assessment, karena biasanya
yang lebih tahu tentang perkembangan
karyawan adalah atasannya sendiri. Berarti
informasi tidak objektif karena satu pihak,”
ujar Wuri.
15
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
F O K U S
Pemotretan terhadap kompetensi karyawan dilakukan berhubungan dengan next
posision. “Apa karyawan ini mempunyai
kemampuan atau tidak jika jabatannya
dinaiki. Agar tidak salah dibutuhkan in put
dari pihak ketiga yang netral,” tambah Wuri.
Keberadaan assessment center di Astra
ini juga terkait dengan Astra Management
Development Institute (AMDI). “Berangkat
dari semangat development, kami melakukan pemotretan, dari situ kami bisa
melihat kelebihan dan kekurangan karyawan
dan apa saja yang harus dilakukan untuk
karyawan tersebut?,” papar Wuri. “Untuk
mengatasi kelemahan tersebut kami bekerjasama dengan AMDI. Kalau AMDI mempunyai program training kami akan memasukan ke program training, bila tidak punya
AMDI akan memberikan rekomendasi
karyawan ini harus ditraining di mana?,”
jelasnya lagi.
Menurut Wuri, proses assessment
diawali dari penentuan kriteria yang tergantung dengan posisi atau target, dan ini
mungkin saja sangat beragam. “Misalnya
mau assessment kepala cabang Astra, kami
akan membuat kualifikasi untuk kepala
cabang,” tukasnya. “Kemampuan ideal
kepala cabang seperti apa? Setelah mendapat kriteria, kemudian membuat metodologinya,” tambahnya.
Mengenai kualifikasi assessor, menurut
Wuri, yang terbaik adalah assessor yang bisa
memotret, meneropong dan menyatukan
dalam kebutuhan bisnis perusahaan.
“Jangan hanya bisa memotret dan melihat
karakter saja,” tegasnya.
Banyak pihak yang mengatakan bahwa
assessment center memakan biaya yang
cukup besar. Namun menurut Wuri, agak
sulit menghitung biaya assessment center
karena ini merupakan konsultan internal.
“Berbeda dengan perusahaan lain memakai
jasa luar, berhubung milik sendiri jadi yang
dihitungan hanya operational action-nya
saja,” terang Wuri.
Di Astra, assessment center diperuntukkan bagi karyawan mulai dari staff yang
menuju level manajerial ke atas. Meski
sudah banyak permintaan dari perusahaan
luar, assessment center milik Astra ini hanya
melayani Astra Group. Assessment center
WURI ROOSIANTI, Manager Head-Recruitment
& Career Management Dept. Human Resources Division
ini juga mempunyai internal assessor
sendiri. “Di departemen saya ada tujuh assessor. Tapi pada saat impelentasi assessment kami juga sering memakai tenaga
assessor luar karena sering kekurangan
tenaga,” terang Wuri. “Nah untuk assessor
luar, yang kami bayar hanya biaya profesional
karena kami mempunyai alatnya sendiri,”
tambahnya.
Kode etik yang dipergunakan oleh assessment center milik Astra, menurut Wuri
belum ada. “Kami hanya mengacu pada
standar Astra, bagaimana dan apa yang
harus lakukan oleh assessment,” terangnya.
“Prosesnya harus multi methods dan multi
rate artinya hasil dari assessment yang
terintegrasi dari beberapa metodelogi yang
dipakai dan penilai pun bukan dari satu
penilai. Ini prinsip dasar yang kami pakai,”
tambah Wuri.
Yang perlu diperhatikan, Assessment
tidak akan berarti kalau tidak ada tindak
lanjut. “Sayang karena assessment membutuh biaya yang besar, melibatkan banyak
pihak dan waktu. Harus ada post assessment,” terangnya. “Setelah itu kami juga
melakukan monitoring, apa saja hasilnya,
apakah ada peningkatan atau tidak? Kalau
belum kami akan memikirkan kembali apa
yang harus dilakukan untuk membantu
karyawan tersebut,” tegasnya. “Jadi assessment tidak akan sia-sia,” jelasnya mengakhiri■
16
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
F O K U S
ASSESSMENT CENTER VERSI LPT UI
ASSESSMENT PSIKOLOGI DAN ASESSMENT
CENTER HARUSNYA SALING MELENGKAPI
“Assessment
B
sendiri kan
erdasarkan berkembangan jaman,
semakin banyak dibutuhkan orang
yang handal dan sesuai dengan
pekerjaannya, serta mampu memegang
posisi sesuai dengan kemampuannya.
Untuk melengkapi dan memenuhi kebutuhan tersebut, muncullah metode assessment center yang bisa saling memotret utuh
dan lengkap potensi dan perilaku seseorang.
Minimnya tenaga assessment psikologi
dalam menilai seseorang untuk mengetahui
kecenderungan, kemampuan intelektual
dan keperibadian seseorang sehingga bisa
mengerjakan pekerjaannya dengan benar,
membuat dunia – khususnya di dunia
sumber daya manusia (SDM) — berupaya
untuk mencari jalan keluar.
Menurutnya Suko Winarno, Kepala Divisi
Evaluasi Lembaga Psikologi Terapan UI,
dengan adanya perkembangan dari masa ke
masa, membuat semakin tingginya kebutuhan dan permintaan terhadap orang yang
handal dan sesuai dengan pekerjaannya
serta mampu memegang posisi sesuai
dengan kemampuannya. “Makin banyak
kebutuhan, makin banyak orangnya, sementara tenaga assessment psikologinya
terbatas karena yang bisa melakukan hanya
psikolog,” ujarnya.
Padahal, aspek yang dicari lewat assessment psikologi tersebut tidak langsung
terkait dengan pekerjaan. Banyak hal yang
harus dinilai dan dites, terutama kemampuan seseorang dalam bekerja sesuai
dengan pekerjaannya. Perilaku konkrit itu
menurut Suko tidak terdapat dalam assessment psikologi. “Makanya timbul ide, sebuah
model assessment yaitu assessment center yang bisa menggali perilaku konkrit
seperti yang dibutuhkan pekerjaan itu.” Tes
yang dilakukan itu bersifat kasus nyata
karena melalui simulasi, diskusi, wawancara, dan berbagai tes lainnya.
Namun, Suko menambahkan bahwa
metode assessment center itu harus
ditopang dengan alat-alat psikologi, agar
bisa lebih mendalam lagi dalam menggali
potensi dan kemampuan diri seseorang.
Secara psikologis, lanjutnya, gambaran
tersebut harus ada, untuk bisa mengungkap
lebih jauh tentang kepribadian seseorang.
“Assessment sendiri kan merupakan sebuah proses penilaian. Penilaian bisa melalui
konsep psikologis dan alat-alat tesnya, atau
bisa melalui assessment center.” Dua hal
ini tidak perlu saling bermusuhan, tapi
justru saling melengkapi.
Kalaupun ada anggapan dari kalangan
assessor dari assessment center, Suko
menilai bahwa hal itu sah-sah saja mengingat metode assessment center dikembangkan oleh orang-orang yang tidak
melakukan assessment psikologi atau
memang bukan dari kalangan psikolog.
“Mereka tidak mungkin menggunakan alatalat psikologi. Makanya mereka menggunakan metode simulasi itu.”
Ia menjelaskan bahwa sebaiknya hal itu
tidak perlu dipertentangkan mengingat yang
diukur adalah sama yaitu orang. “Harusnya
keduanya merupakan satu periode perjalanan assessment,” ujarnya lagi. Program
assessment center berguna untuk pengembangan karyawan di sebuah perusahaan.
Jadi, sambungnya, istilah yang lengkap
untuk assessment center adalah assessment and development center, karena
hasilnya bisa kelihatan.
Di luar negeri, khususnya di negara
Amerika Serikat, metode assessment center diberikan tidak hanya sehari dua hari,
bahkan bisa seminggu hingga dua minggu
karena dilakukan tidak hanya di ruang assessment center saja. Sebagai contoh,
seorang sales, juga akan dikirim ke pasar
untuk mencoba menjualkan atau memasarkan barang. Berbeda dengan Indonesia yang
menurut Suko hanya mencari hal yang taktis
saja. “Padahal waktu dua hari itu bisa ngukur
apa ? Waktu itu sangat terbatas. Belum lagi
disuruh diskusi, analisa, dan sebagainya.”
Sebuah assessment center sebaiknya
akan bagus jika diformat lengkap. Apalagi
jika alat tesnya dibuat berdasarkan hasil
riset. “Untuk membangun assessment center yang bagus, memang biayanya sangat
mahal. Tapi, Saya pernah mendengar kalau
sebuah perusahaan perminyakan di Indonesia mengirimkan karyawannya ke Pittsburgh, AS, untuk di assess dengan biaya
sekitar Rp100 juta,” ungkap Suko. Jumlah
tersebut jika dikalkulasikan dengan jumlah
karyawan-karyawan perusahaan tersebut
yang sudah dan akan di assess, sama halnya
dengan membangun sebuah assessment
center yang lengkap.
Sayangnya, assessment center yang
diterapkan di Indonesia tidak sampai sejauh
itu. Terutama karena persyaratan membuat
assessment center sederhana dan metode
itu bisa digunakan oleh siapa saja.
LPT UI sendiri sudah membangun assessment center sejak tahun 1991. sayangnya, kebanyakan klien LPT UI justru tidak
terlalu banyak yang menggunakan metode
tersebut. Mereka lebih suka menggunakan
metode psikologi, atau gabungan dari
psikologi dan assessment center. “Karena
mahal, orang-orang belum mau pakai,” kata
Suko yang mengakui biaya menggassess
berkisar Rp3,5 juta-Rp5 juta per orang.
SUKO WINARNO, Kepala Divisi Evaluasi LPT UI
merupakan
sebuah proses
penilaian.
Penilaian bisa
melalui konsep
psikologis dan
alat-alat tesnya,
atau bisa
melalui
assessment
center.”
Hingga kini, jumlah peserta yang sudah di
assess mencapai ribuan orang. Sedangkan
perusahaan yang pernah menjadi klien LPT
UI mencapai 10-an perusahaan swasta dan
BUMN.
Untuk meyakinkan kliennya agar mau
melakukan metode assessment secara
lengkap, biasanya pihak LPT UI mengutarakan bahwa jika ingin perilaku karyawannya
tampil dan potensinya bagus sehingga orang itu bisa siap untuk masa kini dan masa
depan, akan lebih baik jika menggunakan
kedua metode tersebut. “Tapi kalau hanya
perilakunya saja, berarti orang itu hanya siap
untuk masa kini.”
Belum lagi tenaga assessor yang berlatar
belakang psikolog. Sehingga saat membuat
laporan tentang sosok manusianya, tidak
perlu repot-repot lagi mencari tenaga
psikolog. “Assessment center lain tetap
membutuhkan psikolog untuk membuat
laporan sosok manusianya,” ungkap Suko
yang mengaku tidak banyak memasarkan
assessment center milik LPT UI mengingat
pangsa pasarnya agak sulit.
Secara kualitatif, LPT UI sering mendiskusikan hasilnya dengan para klien. Para
klien umumnya mengakui bahwa sekitar
75% hasil assessment sesuai dengan apa
yang dilaporkan LPT UI. “Malah kadangkadang, bosnya tidak tahu kalau anak
buahnya seperti itu,” senyum Suko mengomentari. Karena itu, semakin besar biaya
dikeluarkan perusahaan untuk mengassess
karyawannya, maka semakin banyak metode
yang digunakan. Dengan makin banyak
metode yang digunakan, lanjutnya, maka
tingkat validitasnya semakin tinggi, bahkan
bisa lebih dari 65%■
17
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
F O K U S
ASSESSMENT CENTER LPPM
A
ssessment center kini mulai dilirik
perusahaan untuk mengetahui
sejauh mana kompetensi yang dimiliki karyawannya, terutama bagi mereka yang
diproyeksikan menjadi pemimpin. Terkait
dengan hal tersebut di atas, LPPM juga
menyelenggarakan Assessment Centre,
suatu metode penilaian kompetensi yang
komprehensif terdiri dari tugas mandiri, role
play, group discussion, presentasi dan
wawancara individual dilakukan oleh tim
asesor untuk memperoleh gambaran/profil
kompetensi dari calon atau karyawan
Dengan pengalaman lebih dari 37 tahun
di bidang rekrutmen dan seleksi, LPPM telah
membantu berbagai perusahaan dalam
mengisi kebutuhan sumber daya manusia
mulai dari tingkat manajer hingga staff
profesional unggulan. Hal ini terlihat jelas
dengan jumlah kliennya yang cukup banyak.
Kata assessment center bukanlah istilah
yang menunjukkan tempat. Istilah ini
digunakan untuk menggambarkan suatu
metode, pendekatan dalam manajemen
sumber daya manusia (MSDM) untuk
mengevaluasi keterampilan dan kemampuan karyawan yang relevan dalam tercapainya efektivitas organisasi
Keberadaan assessment center LPPM,
menurut Nina Insania K. Permana, Kepala
Divisi Assessment center LPPM, disesuaikan dengan visi PPM. LPPM diharapkan
dapat ikut membantu menciptakan SDM
yang berkualitas demi kemajuan perusahaan
atau organisasi di Indonesia.
“Visi PPM-Assessment Center adalah
menjadi penyelenggara asesmen dan
pengembangan SDM terkemuka yang
memberikan layanan sesuai kebutuhan dan
bermanfaat bagi pelanggan,” terangnya.
“Dengan spirit visi tersebut PPM assessment center sebagai lembaga yang independen berkomitmen membantu organisasi/perusahaan merekrut, menseleksi dan
mengembangkan karyawan sesuai kebutuhan organisasi, sehingga bisa memberikan
kontribusi positif pada kinerja perusahaan,”
tambahnya lagi.
Menggunakan metode assessment center, perusahaan atau organisasi dapat
memperoleh gambaran profil kompetensi
setiap karyawan yang akan menjadi dasar
dalam penetapan rekomendasi, proses &
keputusan seleksi dan penempatan pegawai secara tepat, obyektif dan transparan.
Kompetensi seseorang yang dapat dilihat dari metode assessment center antara
lain adalah kontrol diri, kepercayaan diri, kemampuan berorganisasi, keahlian, kemampuan menganalisa, kemampuan berfikir
secara konseptual, kerjasama dalam tim dll.
Menurut Nina, seiring dengan perkembangan tuntutan bisnis dan usahanya
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan,
PPM Assessment Center memberikan
berbagai jasa, antara lain asesmen psikologis, asesmen kompetensi, asesmen
ketrampilan manajemen, tes kemampuan
berbahasa Inggris, survey umpan balik 3600
(untuk mengukur kompetensi), konseling
dan pelatihan eksekutif.
Nina menjelaskan pelaksanaan program
Assessment Center di LPPM, di antaranya
yaitu desain dan penyelenggaraan asesmen
disesuaikan dengan kebutuhan klien dan
berkaitan langsung dengan kondisi pekerjaan dan karakteristik organisasi/perusahaan, menggunakan banyak alat untuk
mencapai keandalan yang tinggi dan
dipandu oleh tim assesssor yang terdiri dari
para profesional di bidang manajemen dan
psikologi.
Assessment center yang dimiliki LPPM
di bentengi oleh sekitar 20 orang assessor
dengan pengalaman lebih dari 20 tahun.
Selain itu dari sarana gedung, LPPM juga
telah memiliki tiga ruangan besar yang
berkapasitas 75 orang lengkap dengan
peralatan komputer dan LCD untuk melakukan presentasi. Dengan dukungan citra
NINA INSANIA K. PERMANA,
Kepala Divisi Assessment Center LPPM
dan reputasi LPPM ditambah staf professional, diharapkan dapat memberikan
layanan yang optimal bagi pelanggan.
Perkembangan dunia yang begitu pesat,
juga membutuhkan manusia-manusia yang
berkualitas. Bersamaan dengan itu, dapat
dipastikan lembaga-lembaga yang bergerak
di bidang pengembangan SDM juga akan
mengalami kemajuan, karena akan banyak
perusahaan yang berusaha untuk mengembangkan kompetensi karyawannya guna
mencapai kinerja yang baik.
Perkembangan dunia yang mungkin
signifikan mempengaruhi proses pengembangan karyawan adalah globalisasi yang
menuntut dunia bisnis Indonesia meningkatkan profesionalisme manajemen perusahaan agar dapat tetap bersaing, semakin
banyak perusahaan kecil dan menengah
serta organisasi non profit yang ingin
memiliki manajemen professional, pemerintah daerah berusaha meningkatkan
manajemen pemerintahan dalam rangka
otonomi daerah dan otonomi daerah akan
meningkatkan bisnis di daerah, khususnya
perusahaan-perusahaan daerah.
Meski mempunyai masa depan yang
cerah, menurut Nina, assessment center
masih mungkin mengalami berbagai ancaman yang patut diwaspadai dan diantisipasi. “Persaingan yang semakin ketat,
terutama dari konsultan asing dengan
reputasi global dan harga lokal, tuntutan
klien makin tinggi dan kritis, perusahaan
besar membangun assessment center
sebagai divisi khusus dalam pengadaaan
dan pengembangan SDM,” terang Nina■
18
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
F O K U S
ASESSMENT CENTER
DAYA DIMENSI INDONESIA (DDI)
permasalahan.
Sebelum di assess, setiap peserta akan
diberitahukan bahwa dia akan assess, apa
saja yang akan dilakukan dari pagi sampai
sore. “Menit pertama mungkin dia sadar
kalau dirinya sedang simulasi. Tapi berikutnya dia akan lupa dan sibuk dengan
pekerjaannya sehingga dia akan lupa bahwa
dia sedang simulasi dan keluar perilaku dia
apa adanya.” Perilaku yang apa
adanya ini akan dinilai oleh tim
back office. Roll player bertugas
mencatat dimensi yang dia
tangkap untuk menghindari
hilangnya dimensi jika dimensi
tersebut tidak tertangkap oleh
assessor lain.
Validitas hasil assessment
center berdasarkan British Psychological Society sebesar 65%,
mengingat penilaian berdasarkan berbagai macam tools.
“Itu sudah cukup tinggi, artinya
perilaku yang ditampilkan dalam assessment center sudah
mewakili. Mana yang 35 %, itu
tidak bisa kami kontrol,” Nenny
mengutarakan hal ini.
Untuk menilai perilaku
seseorang,
dibutuhkan kecerNENNY LASMANAWATI, Head of Assessment
Center DDI
matan yang tinggi dan jam
terbang yang banyak. Para
tenaga assessor DDI sebelum terjun ke
kelak. Misalnya bertemu dengan bawahan,
lapangan, mereka akan “digodok” dahulu
bertemu pelanggan, dan lain-lain. Pelangselama lima hari sehingga mereka bisa
gan, bawahan, atau atasan tersebut
meraih sertifikat assessor. Mereka belajar
diperankan oleh assessor yang disebut role
bagaimana cara menilai perilaku dari
player.
kegiatan, apa saja yang harus dinilai dan
Semua aktivitas tergantung dari level
semua yang berkaitan dengan perilaku.
dan pekerjaan yang akan dia lakukan. Untuk
“Makanya tenaga assessor bisa dari
bisa menentukan berapa tools yang digunaberbagai disiplin ilmu.” Metode perilaku,
kan, berapa dimensi yang dipakai, pihak DDI
sifatnya lebih universal. Jika seorang
juga melihat dari sisi pekerjaann yang akan
psikolog bisa menilai perilaku lebih cepat
dia lakukan. Baru kemudian menentukan
karena terbiasa, lanjutnya, bukan berarti
alat ukur.
orang dari disiplin ilmu yang lain tidak bisa
Dari sisi penilaian, Nenny menjelaskan
melakukannya. Dalam metode ini, seseobahwa DDI tidak akan membuat asumsi,
rang harus punya kemampuan untuk
sehingga penilaian berdasarkan apa yang
menganalisa dan ketajaman dalam menilai
tampil. “Karena dimensi yang efektif
perilaku. “Kalaupun seorang psikolog
ditampilkan itu, kapan saja dan dimana saja
masuk ke DDI, ia tetap harus ikut pelatihan
akan selalu muncul saat orang tersebut
karena teknologinya jelas berbeda.”
bekerja,” imbuhnya kembali. Role player
Kemudian, barulah ada tahap pengemyang ikut dalam aktifitas tersebut juga harus
bangan, yaitu belajar menilai seseorang
bisa bersikap agar perilaku peserta secara
dengan didampingi assessor senior. “Dari
keseluruhan bisa tampil.
situ, kami bisa putuskan berapa lama dia
Untuk menghindari peserta yang berupantas mendapatkan sertifikasi. Bisa dua
saha menampilkan sifat yang ternyata
bulan, bisa lebih, tergantung kapabilibukan perilaku sesungguhnya, Nenny
tasnya,” jelasnya. Setelah lulus, calon
mengaku bahwa hal itu sangat jarang
tenaga assessor harus mengikuti pelatihan
“Sayapun dulu sempat berpikir demikian,”
lagi untuk belajar desain yang lebih lengkap.
senyumnya mengembang saat ditanya
Dari sisi biaya, pihak DDI mengakui bahdemikian. Namun, ia menjelaskan kalau
wa biaya yang harus dikeluarkan perusahaan
ternyata sulit untuk seseorang untuk
untuk mengassess karyawannya di DDI adamemanipulasi perilaku mengingat situasi
lah relatif, tergantung dari teknologi yang
yang dibuat DDI sudah sedemikian rupa,
diberikan DDI. “Teknologi kami adalah teknotugas bervariasi dan banyak, atau bisa pula
logi yang bisa dipertanggungjawabkan. Disi roll player yang berusaha memancing
Berawal dari simulasi militer yang digunakan pada
masa Perang Dunia II, kini simulasi perilaku yang lebih
dikenal dengan nama assessment center mulai
menjadi perhatian dunia. Selain berdampak positif
bagi perkembangan dunia bisnis, juga dapat
dipertanggungjawabkan.
P
ada masa perang dunia II, mulai
digunakan simulasi, untuk mengetes kemampuan para tentara. Contohnya, untuk pilot pesawat tempur, pilot
tersebut akan dites lewat simulasi. Semua
kemungkinan yang akan terjadi pada waktu
menerbangkan pesawat itu diberikan,
sehingga semua reaksi si pilot seperti gugup,
stress dan sebagainya, akan terlihat.
Baru pada tahun 1970-an, Dua orang
psikolog sekaligus pendiri DDI, William
Byham dan Douglas Bray, mencoba memindahkan simulasi perang tersebut ke dalam
dunia bisnis. “Tentunya simulasi yang
disesuaikan dengan dunia bisnis,” papar
Nenny Lasmanawati, Head of Assessment
Center DDI. Jika dulu, orang mengenal assessment hanya sebatas kertas dan pensil
seperti tes psikologi atau tes personal, hal
ini kemudian berkembang menjadi satu
metodologi assessment center. Ini disebabkan kesadaran orang-orang akan kebutuhan
untuk bisa mengetahui kemampuan seseorang apakah akan sesuai dengan yang
dikerjakan nanti. “Sehingga pendekatannya
lebih ke perilaku, bukan hanya sekedar
potensi.”
Kelebihan metode assessment center
menurut Nenny disebabkan metode ini
mengunakan berbagai macam beberapa
tools, simulasi jadi hasil yang diperoleh bisa
lebih akurat, lebih bisa dipertanggungjawabkan. Jadi kita melihat semuanya. Tidak
mungkin perilaku orang akan muncul
dengan hanya satu tes saja. Dia bilang dia
memiliki kompetensi itu, hanya dengan satu
tools saja. Tapi kalau sudah pakai beberapa
kali kegiatan, kompetensinya terus muncul,
perilakunya muncul, maka dikatakan dia
memiliki itu. Kita akan melihat konsistensinya.
Kedua, akan terhindar subyektifitas.
Unsur subyektifitas bisa dikurangi dengan
melakukan data integrasi. Jadi hasil yang
diperoleh masing-masing assessor menilai
satu tools dan satu aktivitas akan digabungkan. “Kalau yang menilai satu orang, pasti
akan ada subyektivitasnya. Setidaknya akan
lebih obyektif dalam penilaian,” aku Nenny
lagi.
Di DDI sendiri, untuk satu program assessment center akan terdiri dari beberapa
tools. Misalnya ada in basket, interview dan
sebagainya. Setiap peserta akan diberikan
aktivitas dan simulasi yang sesuai dengan
level dan pekerjaan yang akan dia lakukan
mensi kami juga selalu berkembang mengikuti perkembangan jaman. Makanya biaya
tergantung dari teknologi yang kami berikan,” aku Nenny yang enggan memberikan
rincian biaya assessment center. Nenny berpendapat, meski kelihatan mahal, sebaiknya
perusahaan harus berpikir bahwa hal ini
adalah investasi, sehingga akan lebih baik
jika perusahaan tidak menilai dari sisi mahal.
Namun, DDI sendiri biasanya menyediakan paket-paket, mulai dari paket standar
hingga paket khusus bagi perusahaan.
Semuanya tergantung dari seberapa banyak
dimensi yang dilihat dan level apa yang
dibutuhkan. Memang, lanjutnya, perusahaan bayar mahal. Tapi yang perlu diingat,
perusahaan tersebut akan mendapatkan
sesuatu yang berharga, karena hasilnya bisa
dipakai untuk masa depan perusahaan. Ia
berkeyakinan bahwa dengan semakin
tingginya kesadaran perusahaan terhadap
investasi melalui assessment center karena
mereka melihat manusia kini sudah menjadi
suatu asset yang berharga. “Kami optimis
karena orang semakin sadar dengan
kebutuhan ini. Perusahaan juga akan
percaya terhadap investasi ini, kebutuhan
akan satu tools yang terintegrasi.”
untuk evaluasi ini, pihak DDI masih
melihat dan memantau bagaimana perkembangannya. “Tapi ini tergantung dari
organisasi itu sendiri, apakah terbuka atau
tidak.” Sebagai contoh, ada sebuah perusahaan otomotif yang akan melakukan reorganisasi dengan menggunakan assessment center, untuk menegtahui aapakah ada
gab atau tidak. Dan ternyata, hasil tertinggi
adalah karyawan tersebut berhasil menduduki posisi direktur, setelah 2 tahun.
Pusat DDI di Pittsburgh, Amerika Serikat,
telah melakukan assessment ke sebuah
perusahaan terkemuka dan berpengalaman
selama 30 tahun. “Salah satunya, orangorang dari perusahaan mereka yang masuk
di papan atas, berhasil menjadi CEO di
perusahaan yang ada di Indonesia. Orang
tersebut berdasarkan hasil assessment center kami,” ungkap Nenny tanpa bermaksud
menyombongkan diri.
Sampai sekarang, DDI sudah mengassess sekitar 120.000 orang dari berbagai
macam perusahaan yang ada di Indonesia.
Bahkan DDI pernah menjalin kerjasama
dengan perusahaan manufaktur yang peduli
terhadap perilaku SDM-nya “Memang tidak
terlalu dikenal, tapi ternyata perusahaan itu
concern sekali dengan masalah perilaku.
Mereka menganggap ini adalah investasi
jangka panjang,” ungkap Nenny. Untuk
tahun 2004, Nenny memaparkan bahwa DDI
sudah mengassess sekitar 4.000 orang
“Kami kerjasama dengan sebuah perusahaan yang memiliki banyak cabang yang
tersebar di seluruh Indonesia,” Nenny
menjelaskan■
19
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
FOKUS | Wawancara
PROF. GEORGE THORNTON III
“KODE ETIK ITU BUKAN ATURAN HUKUM”
P
rof. George Thornton adalah guru besar psikologi industri
di Colorado State University, Amerika. Ia juga salah satu
pakar dalam bidang Assessment Center dan telah menulis
3 buku tentang sejarah, implementasi, dan efektivitas Assessment Center. Amerika, menurutnya, mempunyai sejarah riset
50 tahun tentang metode Assessment Center. “Tidak ada metode
lain dalam disiplin ilmu psikologi industri yang diriset seekstensif
metode ini,” ujar Prof. Thornton, 64 tahun.
Reputasi ayah 3 anak dan kakek 9 cucu ini di bidang Assessment Center memang tidak perlu diragukan. Ia adalah Ketua
Komite yang menyusun Panduan Etika Pelaksanaan Assessment Center Internasional. Atas peran dan reputasinya itu, wajar
jika gugus tugas yang mempersiapkan panduan etika
pelaksanaan Assessment Center di Indonesia mengundangnya
sebagai penasehat sekaligus pembicara kunci saat Panduan
Etika Pelaksanaan Assessment Center Indonesia diluncurkan
pertama kali 12 Oktober lalu. Sebelumnya, Prof. Thornton sudah
beberapa kali mengunjungi Indonesia, antara lain, meninjau
Assessment Center Telkom.
Pria yang tampak masih segar dan tangguh pada usia lanjut
ini dikenal rajin menjaga ketahanan fisiknya dengan olahraga
atletik, sepeda, dan berenang. Ia telah 3 kali ikut lomba triatlon
untuk manula di Hawai. Ke manapun pergi, Thornton selalu
menyempatkan diri untuk bersepeda atau berenang.
Untuk mengetahui pandangannya lebih jauh tentang
berbagai aspek penting dari Kode Etik Pelaksanaan Assessment Center maupun perkembangan terbaru tentang metode
ini, Human Capital melakukan wawancara eksklusif dengannya.
Berikut petikannya.
Dalam presentasi Anda menyebutkan bahwa ada unsur lokal
yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan Assessment
Center. Bisa Anda jelaskan soal ini?
Kode etik Assessment Center di Indonesia diadopsi dari
kode etik internasional dan disesuaikan dengan kultur Indonesia. Banyak prinsip dalam metode Assessment Center yang
diterapkan secara universal dalam manajemen SDM, namun
dalam waktu bersamaan saya juga yakin bahwa setiap Assessment Center bisa dijalankan secara berbeda. Metode Assessment Center itu ibarat plastik. Anda bisa mengubah-ubahnya
dan menyesuaikannya dengan kebutuhan dan kultur Anda.
Kultur, misalnya, bisa mempengaruhi orang berperilaku dan
cara menilai perilaku tersebut. Meskipun hal ini tidak akan
mempengaruhi penilaian kompetensi orang tersebut secara
keseluruhan.
Sebetulnya apa tujuan utama dari penyusunan panduan etika
ini?
Saya yakin betul akan kekuatan fungsi pendidikan. Kode
etik ini adalah alat yang mendidik. Ia membantu mendidik
masyarakat, mendidik konsultan yang mengelola Assessment
Center maupun pengguna jasa. Kode etik ini sangat diperlukan
oleh mereka yang benar-benar ingin memberikan layanan Assessment Center bermutu; mereka yang ingin melakukan
asesmen dengan cara yang benar. Oleh sebab itu, diperlukan
panduan tentang praktik Assessment Center terbaik. Di Amerika,
kami tidak melakukan sertifikasi terhadap Assessment Center,
tidak ada pengakuan resmi apakah ini sebuah Assessment
Center yang bagus atau bukan? Kami tidak menggunakannya
sebagai lembaga sertifikasi, tapi kami gunakan sebagai standar
praktik yang baik, yang memungkinkan orang untuk memonitor
sendiri, meregeluasi sendiri. Para profesional di bidang ini akan
selalu memegang teguh keyakinan semacam ini. Kode etik ini
bukanlah aturan hukum atau sesuatu yang mengikat secara
hukum. Ia adalah standar, pertimbangan, panduan bagaimana
sebaiknya melakukan asesmen yang benar. Tidak ada petugas
yang memantau apakah terjadi pelanggaran terhadap kode etik
itu. Apalagi memberikan hukuman bagi yang melanggar.
Apakah Anda juga mengharapkan hal yang sama di Indonesia?
Gugus tugas Anda yang harus memutuskan apa yang
sebaiknya dilakukan di Indonesia. Setahu saya, gugus tugas ini
juga tidak ingin menjadi badan hukum atau pemberi sertifikasi.
Justru karena adanya ethical guideline, akan memacu siapapun
– pengguna, penyelenggara, peserta memahami good practice
merubah strategi dan kompetensi, Assessment Center harus
beradaptasi terhadap semua perubahan itu. Itu sebabnya, tidak
perlu menuliskan segala sesuatu secara spesifik sehingga Anda
sulit mengubahnya. Bila Anda tidak berubah, maka hasil Assessment Center tidak valid lagi.
Assessment Center itu seperti apa. Gugus tugas juga harus
membuka diri terhadap kritik, masukan atau saran.
Selama Assessment Center dijalankan secara benar, maka
ia akan sukses. Jika tidak, ia akan ditinggalkan orang lain.
Mungkin ini idealistik, mungkin juga tidak realistik. Apakah
sebuah Assessment Center mengikuti prosedur secara benar,
sebaiknya hal itu dinilai oleh tim internal saja. Kalau ini dibuat
dalam kerangka hukum, saya tidak yakin efektif dalam jangka
panjang. Kode etik ini berisi good practices, dan bila diterapkan
akan membuat Assessment Center berumur lama. Jika tidak,
secara alamiah dia akan ditinggalkan.
Menurut Anda, kenapa metode ini menjadi pilihan utama dari
sejumlah metode dalam mengevaluasi potensi dan kompetensi
seseorang?
Saya telah menulis 3 buku tentang sejarah riset efektivitas
metode Assessment Center. Di bidang ilmu saya, psikologi
industri, tidak ada metode lain yang diriset seektensif metode
ini. Amerika punya sejarah riset 50 tahun tentang metode Assessment Center. Kami tahu jika dilakukan secara benar,
hasilnya akan sangat berguna untuk menyusun personil
organisasi. Kami telah melakukan berbagai riset internal untuk
memprediksi dan mengevaluasi hasil asessmen dan melihat
kesuksesan orang tersebut di masa depan. Sedikitnya ada 100
studi tentang hal ini, dan kami menemukan metode ini paling
baik dalam memprediksikan. Hal yang sama telah dilakukan
di PT Telkom, dan mereka menemukan hal yang sama. Inilah
yang menjadi satu alasan, kenapa kita perlu membuat satu
panduan. Bila dilaksanakan secara benar, maka metode itu
akan bekerja.
Apa saja yang menjadi obstacles dalam melaksanakan panduan
etika tersebut?
Metode Assessment Center bukanlah sesuatu yang mudah
diimplementasikan. Ia tidak juga sesuatu yang pasti. Tantangan
pertama adalah bagaimana mendapatkan sumberdaya untuk
melaksanakan secara benar. Terlalu ingin cepat atau assesornya
belum ditraining secara baik, hasilnya tidak akan baik. Perlu
langkah-langkah persiapan yang matang sebelumnya. Mulai
dari analisis jabatan, mengembangkan materi yang tepat, training asesor, semuanya itu adalah langkah pertama yang esensial
sebelum metode ini bekerja. Harus ada komitmen penuh dari
organisasi untuk melakukannya secara benar. Kami yakin jika
Anda mau bersabar dan melakukannya secara benar, Assessment Center benar-benar berhasil. Ada sebuah studi ekonomi
yang menunjukkan, jika Anda membuat keputusan yang tepat
dengan menempatkan orang yang tepat, maka akan sangat
berhasil dilihat dari sisi efektivitas. Studi ini menghitung secara
kuantitatif dan disebut dengan utility studies. Dihitung benefit
yang didapatkan dari orang itu dan biaya yang dihabiskan untuk
asesmen orang itu. Oleh sebab itu, perlu diberikan informasi
yang lengkap dan jelas kepada eksekutif maupun manajer
tentang efektivitas dari metode Assessment Center.
Tantangan lain, dalam jangka panjang, Assessment Center
bisa menjadi sesuatu yang menjemukan dalam organisasi. Para
asesor bisa menjadi sangat letih atau capek dalam menjalankan
tugasnya. Karenanya, jangan membebani para asesor secara
berlebihan. Caranya, bisa menggunakan kombinasi outside dan
inside assessor.
Metode Assessment Center harus berubah sejalan dengan
perubahan organisasi. Jika organsasi merubah arahnya,
Bagaimana sebaiknya agar Kode Etik ini benar-benar dihayati
berbagai pihak?
Kita harus komunikasikan kepada publik. Anggota gugus
tugas harus banyak mendiskusikan hal ini ke berbagai
kalangan, ikut konferensi, dan menulis artikel di media-media.
Ini merupakan upaya tidak kenal lelah. Khususnya kepada
para manajer muda yang suatu hari kelak akan dipromosikan.
Di Amerika standar ini sudah berumur lebih dari 25 tahun.
Dalam kurun waktu 25 tahun itu, sudah muncul 4 kali revisi.
Artinya, setiap 5-6 tahun direvisi. Revisi itu diperlukan dengan
masuknya berbagai informasi baru, perkembangan baru, dan
sebagainya. Di setiap versi dipublikasikan di sebuah jurnal
penting Personel Management Journal. Revisi terakhir tahun
2000, dan revisi terbaru mungkin dilakukan tahun 2005.
Pertama kali diluncurkan 1975, direvisi tahun 1979, 1989, 2000.
Revisi terbaru (2005) kemungkinan akan diumumkan saat
kongres di Michigan. Revisi memang dikeluarkan oleh International Congress. Sekali, panduan ini bukanlah sebuah aturan
hukum, melainkan dalam setiap kongres disepakati perlunya
panduan untuk memandu diri kita sendiri.
Kenapa harus terus direvisi? Apakah ada kaitan dengan,
misalnya, skandal akuntansi yang terjadi di Amerika?
Ini pertanyaan menarik. Dalam setiap kegiatan, selalu ada
saja orang yang mau berjalan benar dan yang tidak. Saya yakin,
kebanyakan orang mau bekerja dengan benar. Kita tidak bisa
menghilangkan sepenuhnya orang-orang yang nggak benar itu.
Itu sebabnya, dari waktu ke waktu, Kode Etik itu perlu
disempurnakan.
Kalangan korporasi Amerika termasuk motor dalam penerapan
Assessment Center. Bagaimana mereka mempraktikannya?
Metode ini memang menjadi pilihan utama bagi perusahaan
yang termasuk Fortune 500. Bahwa mereka menerapkannya
pada satu divisi atau bagian atau juga di seluruh bagian
perusahaan itu persoalan lain. Mayoritas perusahaan besar di
bidang manufaktur, keuangan, otomotif, IT, dan lainnya
menerapkan metode ini. Sejujurnya, ini bukan hanya satu-satu
teknik evaluasi kompetensi seseorang. Masih ada teknik lain.
Namun, kami melihat, metode ini semakin banyak digunakan,
baik sendirian maupun berkombinasi dengan metode lain.
Misalnya teknik 360 degrees feedback. Biasanya perusahaan
mengkombinasikannya dengan Assessment Center. Jadi,
informasi dikumpulkan dengan metode 360 degrees feedback,
kemudian dibawa ke Assessment Center. Secara historis,
Assesment Center dipergunakan untuk keputusan manajemen
di bawah direksi. Juga untuk level nonsupervisori, menengah
ke bawah. Hanya saja pelaksanaannya lebih pendek,
sederhana, cukup dengan 1-2 simulasi. Karena skill yang dipotret
lebih spefisik. Bidang di mana Assessment Center sangat banyak
dipergunakan akhir-akhir ini adalah di bidang layanan
pelanggan, penjualan, dan manufaktur.
Bagaimana prediksi Anda tentang Assessment Center di Indonesia?
Saya sangat optimistis penerapan Assessment Center di
Indonesia. Memang biaya operasionalnya mahal. Tetapi,
biasanya itu bisa pay off bila dijalankan secara profesional.
Anda menyebutkan dalam presentasi kini muncul metode yang
lebih maju yaitu Developmental Assessment Center (DAC).
Sementara Indonesia masih berkutat dengan Assessment Center. Apakah kode etik ini tidak ketinggalan?
DAC memang istilah baru, di mana aspek pengembangan
menyatu dalam Assesment Center. Selama ini, hasil Assesment
Center baru digunakan untuk menganalisis training atau program pengembangan yang dibutuhkan kandidat. Sementara di
DAC, analisis semacam itu terpadu dengan hasil observasi di
kandidat. Saya kira, Kode Etik Indonesia itu sebuah langkah
yang baik. Sebab, DAC berangkat juga dari praktik Assessment
Center yang baik pula■
20
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
S t r a t e g i H C
“INVESTING IN PEOPLE” VERSI
Globalisasi bisnis perusahaan multinasional
menghadirkan mereka di banyak negara, melalui pendirian
anak perusahaan atau perusahaan patungan, kantor
perwakilan (representative office/RO), waralaba, lisensi,
dan sebagainya. Raksasa telekomunikasi Nokia memilih
untuk mendirikan RO di Indonesia sejak 1996.
Bagaimana struktur organisasi dan strategi manajemen HR
Nokia Mobile Phones Indonesia?
NOKIA
N
ama Hasan Aula termasuk populer
di Indonesia. Hal itu tidak terlepas
dari prestasi besar Nokia di Indonesia, khususnya dalam bisnis telepon seluler
(ponsel). Nokia merupakan penguasa dan
pemimpin pasar ponsel di Indonesia sejak
bertahun-tahun yang lalu. Hasan maupun
Nokia menolak menyebut pangsa pasar
mereka di bisnis ponsel, tetapi diperkirakan
45%-55% pasar ponsel Indonesia dikuasai
oleh Nokia. Sisanya diperebutkan oleh belasan merek ponsel lainnya. Pangsa pasar
Nokia di pasar ponsel dunia, menurut CEO
Nokia Jorma Ollila, diperkirakan sekitar 35%.
Keberhasilan Nokia tersebut tentu
disebabkan oleh banyak hal. Dari sisi produk,
Nokia memiliki ragam ponsel yang sangat
luas untuk berbagai segmen pasar dari low
end hingga high end. Produk-produk tersebut sangat handal dengan fitur-fitur paling maju di setiap segmen. Strategi pemasaran Nokia juga hebat. Kemampuan
mengidentifikasi dan menciptakan segmen
pasar yang amat beragam dibarengi dengan
program promosi dan pemasaran yang jitu.
Toh, di balik keberhasilan Nokia itu, kunci
dari semua kehebatan Nokia justru terletak
pada kualitas HR mereka. “Nokia bisa
sukses karena kekuatan manusianya,”
tukas Hasan Aula, orang Indonesia pertama
yang dipercaya menjadi pimpinan tertinggi
Nokia Mobile Phones Indonesia. Orang-orang Nokia, menurutnya, sangat kompeten
sehingga di era desentralisasi dan kompetisi
yang amat ketat saat ini, Nokia bisa
mengambil keputusan yang tepat dengan
cepat. Kecepatan pengambilan keputusan
sangat diperlukan dalam bisnis ponsel
karena begitu dinamisnya persaingan dan
perkembangan di pasar.
Proses rekrutmen menjadi awal dari
upaya Nokia mendapatkan SDM berkualitas.
Proses seleksi staf atau manajer Nokia
Mobile Phones Indonesia diserahkan kepada
konsultan rekrutmen khusus. Biasanya
kandidat diwawancarai oleh konsultan
rekrutmen dan dilanjutkan dengan wawancara oleh pimpinan Nokia Mobile Phones
Indonesia. Untuk posisi manajer, bahkan
kandidat yang telah diwawancarai di Indonesia harus diwawancarai lagi oleh pimpinan
Nokia Asia Pasifik. Tak jarang, jumlah
kandidat yang harus diwawancarai di
Singapura lebih dari satu orang.
Hasan, misalnya, juga melalui proses
semacam ini saat pertama kali bergabung
sakan mereka mengambil keputusan di
lapangan. Di samping itu, staf bisa juga
mengikuti seminar terkait.
Dalam pengembangan SDM, Nokia
menganut sejumlah prinsip yang tercermin
dengan kata-kata berikut: continous learning, freedom to develop yourself, support
each other’s growth, learn from your world
class colleagues. Semuanya ini menunjukkan bahwa pengembangan kualitas SDM
menjadi prioritas utama Nokia, baik melalui
training maupun dengan belajar dari kolegakolega terbaik dari berbagai negara. Pentingnya kepemimpinan mendorong Nokia untuk
mengutamakan training di bidang management and leadership skill. Kebutuhan training untuk subjek ini semakin meningkat
sejalan dengan globalisasi bisnis Nokia dan
tingginya kompetesi.
Rangkaian training Nokia terutama
ditujukan untuk menanamkan nilai-nilai
yang dianut perusahaan dari Finlandia itu,
yaitu customer satisfaction, respect,
achievement, dan renewal. Setiap orang di
Nokia harus menempatkan nilai-nilai itu
HASAN bersama BT Lim dan Tom Diharsa dalam sebuah acara
dengan Nokia Mobile Phones Indonesia
sebagai sales and marketing manager. Itu
terjadi pada tahun 1997. Ia ditawari sebuah
perusahaan executive search mengisi posisi
yang lowong di Nokia Indonesia. Posisi itu
dipegangnya hingga 2001, sebelum akhirnya
dipercaya menjadi orang nomor satu di
Nokia Mobilephones Indonesia – menggantikan bule.
Karena setiap kandidat pimpinan harus
diwawancarai di Singapura, lanjut Hasan,
maka pihaknya juga sangat ketat menyeleksi
kandidat untuk dikirim ke Singapura.
“Jangan sampai malu-maluin,” ujarnya
tersenyum. Biasanya, jumlah kandidat yang
diwawancarai untuk setiap posisi cukup
banyak. Bahkan ada yang sampai 10
kandidat. “Sampai saat ini, tidak banyak
keluhan terhadap kandidat yang kami
ajukan,” tambahnya.
Selanjutnya, karyawan atau manajer itu
dikembangkan melalui serangkaian program training dan pengembangan, terutama
disediakan oleh Nokia Global. Nokia memang sangat banyak memberikan program
training kepada karyawannya sejalan
dengan prinsip “Nokia is investing in people”.
Training untuk setiap staf bisa 2-3 kali
setahun. Beberapa staf dikirim pula untuk
on the job training dengan tujuan membia-
DAFTAR AKUISISI NOKIA
Beberapa tahun terakhir, Nokia aktif melakukan akuisisi dan investasi terhadap kompetensi dan teknologi baru untuk membantu kemampuan Nokia menciptakan Mobile World.
Tanggal
Target Akuisisi
Unit Nokia
18/10/04
3/11/04
19/08/03
22/04/03
22/05/02
25/07/01
28/06/01
7/12/00
20/10/00
8/08/00
1/02/00
13/12/99
Metrowerks Corp.
Tahoe Networks
Sega.com Inc.
Eizel Technologies
Redback Networks Inc.
Amber Networks Inc.
F5 Networks Inc.
Ramp Networks Inc.
NGI Industrial
DiscoveryCom Inc.
Network Alchemy Inc.
Security software business
from TeamWARE Group
Solutions
Telekol Group
Rooftop Comm. Corp
Aircom Int.
R&D units
TeamWARE Group
InTalk Corp
Diamond Lane Comm.
Vienna Systems Corp.
NE-Products Oy
User Interface Design
Matra Nortel Comm.
Ipsilon Networks Inc.
Nokia
Nokia
Nokia
Nokia
Nokia
Nokia
Nokia
Nokia
Nokia
Nokia
Nokia
22/10/99
2/09/99
30/06/99
14/05/99
18/02/99
16/02/99
18/12/98
17/09/98
20/08/98
25/06/98
9/12/97
Sumber: Nokia
Corp.
Networks
Mobile Phones
Internet Comm.
Networks
Networks
Internet Comm.
Internet Comm.
Mobile Phones
Networks
Internet Comm.
Nokia Wireless Network
Nokia
Nokia
Nokia
Nokia
Internet Comm.
Networks
Networks
Mobile Phones
Nokia
Nokia
Nokia
Nokia
Nokia
Nokia
Nokia
Wireless Buss. Comm.
Networks
Internet Comm.
Mobile Phones
Comm. Products
Mobile Phones
Networks
21
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
S t r a t e g i H C
SEKILAS
NOKIA
TAK SEORANG PUN meragukan kehebatan Nokia. Total penjualan Nokia 2003
mencapai EUR39,455 miliar, naik dari
EUR30,016 miliar 2002. Dari total
penjualan itu, Nokia mencatat laba
operasi sebesar EUR5,011 miliar dan
laba sebelum pajak EUR5,345 miliar
tahun 2003. Pertumbuhan kinerja Nokia
itu diperkirakan terus berlanjut tahun
2004 ini. Nilai bersih penjualan pada
kuartal I 2004 tercatat EUR6,600 miliar
atau naik 7% dari periode yang sama
2003.
Keberhasilan besar yang diraih Nokia
tak luput dari strategi mereka untuk
benar-benar fokus menggarap bisnis
telekomunikasi. Tadinya, Nokia merupakan perusahaan konglomerasi yang
merambah bisnis ke mana-mana, seperti
TV dan audio, industri kayu lapis,
telekomunikasi, dan sebagainya. Nokia
berdiri 1865.
Kesuksesan Nokia untuk menjadi
yang terdepan dalam bisnis telekomunkasi tidak menghentikan langkah Nokia
untuk terus mempermantap organisasi.
Efektif sejak 1 Januari 2004, Nokia
mereorganisasi struktur usaha dalam
upaya menyelaraskan struktur keseluruhan perusahaan dengan strategi
bisnis mereka.
Struktur baru Nokia adalah membagi
bisnis perusahaan ke dalam 4 grup
bisnis, yaitu mobile phones, multimedia, networks, dan enterprise solution.
Keempat grup bisnis itu mengelompok
dalam matriks fungsional menjadi 3
kelompok, yaitu customer and market
operation, technology platform & research, dan venturing & business infrastructure.
Berdasarkan struktur baru tersebut,
penjualan kelompok bisnis ponsel tetap
menjadi penyumbang terbesar bagi
penjualan Nokia keseluruhan. Pada
kuartal I 2004, nilai penjualan bersih
bisnis ponsel tercatat EUR4,3 miliar,
disusul oleh bisnis multimedia (EUR776
juta), enterprise solution (EUR189 juta),
dan sisanya dari bisnis networks■
sebagai panutan dalam bekerja.
Yang menarik, Nokia termasuk satu dari
sedikit perusahaan kelas dunia yang bersifat
terbuka, tidak birokratis, dan memberi
peluang karyawan di berbagai negara untuk
maju dan berkontribusi. Misalnya disebutkan, manajer atau atasan selalu bisa ditemui
untuk berdiskusi.
Karyawan juga diperbolehkan memberikan tantangan kepada mereka – tidak
selamanya hanya atasan yang memberikan
tantangan kepada bawahan. Para karyawan
di seluruh dunia diminta pula untuk berbagi
ide tanpa mengenal batas negara atau
jabatan.
Jangan khawatir, pendapat karyawan
pasti didengar. Bahkan, pendapat tersebut
bisa diwujudkan langsung berupa aksi
selama hal itu memang baik dan diperlukan
perusahaan. “Your opinions result in action,”
begitu janji manajemen Nokia.
O
RGANISASI Nokia di Indonesia terdiri
dari Nokia Mobile Phones Indonesia
dan Nokia Networks Indonesia.
Keduanya berkantor di gedung yang sama
di Jakarta. Nokia Networks bergerak dalam
penyediaan jaringan dan sistem telekomunikasi. Karyawan kedua unit bisnis ini
berbeda, namun berdasarkan kebutuhan
bisa saja beberapa staf Nokia Mobile
Phones Indonesia diperbantukan di Nokia
Networks.
Uniknya, kedua unit ini hanya memiliki
seorang manajer HR yang berkantor di Nokia
Networks. Hal ini tidak menjadi hambatan
dalam pengelolaan SDM Nokia Indonesia
karena organisasi yang tidak terlalu besar
dan sistem yang mapan. Organisasi Nokia
Mobile Phones Indonesia hanya terdiri dari
25 orang, sebagian merupakan jajaran
pimpinan (setingkat manajer ke atas).
Dengan komposisi personil seperti itu,
maka struktur organisasi Nokia Mobilephones Indonesia berbentuk horizontal (flat)
dan matriks.
“Di sini tidak banyak birokrasi sebab
birokrasi mengurangi fleksibilitas dan
kecepatan dalam pengambilan keputusan,”
tutur Hasan, ayah 2 anak itu.
Layaknya perusahaan global macam
Citibank, Standard Chartered Bank, HSBC,
dan lainnya, organisasi Nokia Mobile
Phones Indonesia memiliki matriks fungsional langsung dengan kantor perwakilan di
Singapura. Setiap manajer di Nokia Mobile
Phones Indonesia, umpamanya, memiliki
hubungan kerja fungsional dengan atasannya di Singapura. Sebagai pimpinan yang
juga bertanggung jawab di bidang pemasaran, Hasan memiliki atasan di bidang
pemasaran di kantor regional. Dan, sebagai
Country Manager, Hasan memiliki pula
atasan yang membawahi operasi di kawasan
Asia Pasifik. Pertemuan biasanya dilakukan
4 bulan sekali.
Oleh karena itu, jangan heran kalau
Hasan tak selalu tahu agenda kegiatan anak
buahnya. Bisa saja si manajer sedang
bertemu atasannya di Singapura. Tetapi, si
manajer harus berbicara dengan Hasan
sebagai pimpinan tertinggi Nokia Mobile
Phones Indonesia bila itu menyangkut program di Indonesia. “Saya tidak mesti tahu
bila kegiatan mereka sudah bersifat rutin,”
kata pria yang dulu sempat menggemari golf
itu. Ini menyebabkan staf Nokia sangat
mobile dan memiliki kesempatan bertemu
dengan atasan di kantor regional secara
periodik.
Organisasi yang begitu ramping cukup
memadai untuk menggarap pasar ponsel
Indonesia yang cukup gemuk karena tugas
RO di Indonesia adalah melakukan semua
kegiatan di luar penjualan. Kegiatan
penjualan langsung ditangani oleh Nokia
Hong Kong atau Singapura, dan mereka
INGIN BEKERJA DI PERUSAHAAN PRINCIPAL
HASAN merupakan insinyur teknologi
pangan IPB yang lulus tahun 1988. Begitu
lulus, ia ingin mempraktikkan ilmunya
dengan bekerja sebagai asisten manajer
produksi susu bendera (Frisian Glag),
sebuah perusahaan milik Belanda. Merasa
perlu mendalami ilmu bisnis, Hasan
memutuskan mengambil program MBA
secara penuh (ekstensif) di IPMI. Program
itu yang berdurasi selama 1 tahun ini
mengharuskan dirinya untuk berhenti
bekerja. Cita-citanya memang ingin
masuk ke bidang manajemen, tidak lagi
terbatas pada bidang teknis tertentu.
Lulus dari IPMI, ia mulai masuk ke
bidang industri, tidak lagi produksi. Ia
bergabung sebagai manajer pemasaran
produk Mizuno, yang memproduksi
produk olahraga seperti sepatu, kaos kaki,
dan sebagainya. Mizuno merupakan
merek produk dari Jepang yang lisensinya
waktu itu dipegang oleh Grup Astra. Di
perusahaan ini ia bekerja 3 tahun.
Ia memutuskan pindah ke Grup
Mantrust, menangani minuman.RC Cola,
Pepsi Cola, MW, dan Cruzz Lemon Lime.
Jabatannya adalah manajer pemasaran.
Setelah lebih dari 3 tahun, Hasan pindah
ke Kodak. Hal ini menandai langkahnya
untuk mulai masuk ke industri teknologi
informasi (TI), yaitu kamera, film, dan
sebagainya. Itu 1996. “Saya sebentar di
sana karena ada perubahan orientasi.
Tadinya saya salah satu manajer divisi
untuk consumer goods di kantor perwakilan Kodak Indonesia. Kodak kemudian memutuskan untuk me-nyerahlangsung mengelola para distributor (5 distributor di Indonesia). Tugas RO adalah
melakukan promosi, membangun merek,
mengembangkan program pemasaran,
mengontrol kegiatan pemasaran oleh distributor, dan mengurusi administrasi.
Indonesia dengan penduduk 200 juta
lebih merupakan pasar potensial untuk
bisnis ponsel. Hasan menolak mengungkapkan angka-angka bisnis Nokia di sini,
namun ia menegaskan bahwa Indonesia
berkontribusi cukup signifikan terhadap
penjualan ponsel Nokia Asia-Pasifik.
Dengan jumlah pengguna ponsel 18,5 juta
tahun 2003 dan diproyeksikan naik menjadi
25 juta tahun 2004, pasar Indonesia masih
menjanjikan peluang pasar yang amat
menarik.
B
EKERJA di perusahaan yang begitu
dinamis membuat Nokia menjadi
salah satu perusahaan yang diimpikan oleh para profesional untuk bekerja.
Nokia menerapkan sistem kompensasi
yang jelas dan menarik. Kompensasi
didasarkan kepada kinerja, dan imbal jasa
dibuat sangat fleksibel dan kompetitif. Di
luar gaji pokok, Nokia memberlakukan pula
sistem bonus, berupa bonus tunai, opsi
saham, dan insentif.
Kemudian ada pula paket lokal untuk
benefit yang disesuaikan dengan kebutuhan
lokal setiap negara. Termasuk dalam hal ini
benefit kesehatan dan pensiun yang dibuat
Hasan Aula
kan pengelolaan bisnisnya di sini kepada
PT Inter Delta,” tuturnya.
Hasan pun harus memilih, mau
bergabung dengan Inter Delta atau ke
luar mencari pekerjaan lain. Pilihan itu
diberikan oleh konsultan executive search
yang dulu menawari dia masuk Kodak.
“Saya bilang ingin bekerja di perusahaan
baru. Saya ingin sekali bekerja di perusahaan milik principal. Karena beda sekali
dalam hal sistem dan standar operasional.”
Kebetulan Nokia sedang mencari orang untuk memimpin bidang sales dan
marketing di Indonesia. Waktu itu bos
Nokia di Indonesia Alex Lambek menyeleksi sejumlah kandidat dan dikirim ke
Singapura. Hasan diterima. Ia menjabat
posisi itu selama 4 tahun (1997-2001).
Ketika Alex dipromosikan ke negara lain,
ia akhirnya ditunjuk menggantikan.
Jadilah Hasan sebagai orang lokal pertama
yang menjadi Country Manager Nokia Indonesia■
atraktif.
Biasanya setiap awal tahun Hasan
bertemu dengan setiap bawahannya membicarakan target pekerjaan yang bersangkutan tahun itu. Enam bulan kemudian,
Hasan akan melakukan evaluasi kinerja
karyawan tersebut. Di situ dibicarakan apa
saja kekurangan si karyawan dan upaya
memperbaikinya. Hasil evaluasi itu menentukan bonus kinerja karyawan bersangkutan.
Kemajuan teknologi memberi inspirasi
Nokia untuk menerapkan prinsip mobilitas
kepada seluruh karyawannya. Pada beberapa
posisi, konsep flexy working sudah mulai
diterapkan, di mana seorang staf tidak mesti
ke kantor namun bisa bekerja di mana-mana
dalam mengerjakan pekerjaannya. Nokia
menegaskan, kemajuan teknologi hendaknya dimanfaatkan betul bagi keuntungan
karyawan.
Di bagian lain, Nokia meminta karyawannya untuk menyeimbangkan pekerjaan
dengan aktivitas di luar pekerjaan. Terlalu
gila kerja namun badan tidak sehat, tentu
tidak baik juga hasilnya. Kreativitas hanya
bisa muncul pada situasi kehidupan yang
seimbang. Konsep keseimbangan ini –
seperti juga dianut Unilever Indonesia –
benar-benar dicontohkan dan difasilitasi
langsung oleh jajaran manajemen Nokia di
seluruh dunia.
Kapan perusahaan Indonesia lainnya
menyusul?■
22
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
H C
T r
e n d
MENINGKAT
MINAT
ARUNG
JERAM
Arung jeram telah menjadi salah satu pilihan kegiatan
outbound perusahaan yang bermanfaat. Selain melatih
fisik juga mental. Bagus untuk melatih kerjasama tim
dan pengambilan keputusan yang tepat dan cepat.
Olahraga ini juga bisa digunakan untuk mengetahui
sifat asli seseorang. Nah, lho!
A
rung jeram? Bagi sebagian orang,
olahraga ini tergolong keras dan
berbahaya. Ia lebih pas disebut
petualangan ketimbang olahraga. Bayangannya adalah menembus aliran sungai yang
penuh cadas dan pusaran dengan perahu
karet. Persepsi seperti ini kini semakin
luntur dengan bertumbuhnya begitu banyak
perusahaan yang mengelola kegiatan ini
secara profesional. Selain karena semakin
banyaknya orang yang pernah mencoba.
Dari mulut ke mulut, kesan keras dan
berbahaya itu mulai hapus. Faktanya, Arus
Liar yang mengelola arung jeram di Sungai
Citarik maupun Riam Jeram di Sungai
Cicatih (kedua-keduanya di Sukabumi)
selalu padat dengan peserta, baik di hari
kerja apalagi di hari Sabtu-Minggu atau hari
libur lainnya. Jumlah peserta dari perusahaan terus meningkat, terutama dalam
beberapa tahun terakhir. Berbeda dengan
peserta individual yang lebih memilih arung
jeram sebagai rekreasi, peserta dari perusahaan menempatkan kegiatan ini sebagai
kegiatan rekreasi plus. Jadi, rekreasi yang
bernilai tambah.
Sebuah kecenderungan beberapa tahun
terakhir, menurut Amalia Yunita, General
Manager PT Lintas Jeram Nusantara
(pengelola Arus Liar), banyak perusahaan
yang memasukkan kegiatan arung jeram
sebagai bagian dari training outbound.
“Training outbound, lebih banyak unsur
pembelajarannya dibanding unsur rekreasi-
nya. Perbandingannya 70:30,” tuturnya.
Derasnya permintaan untuk memasukkan arung jeram sebagai bagian dari training outbound, menurut Direktur PT Sarana
Riam Jeram (pengelola Riam Jeram) Heroe
Soepandi, karena banyak manfaat yang bisa
dipetik dari kegiatan ini. Salah satunya
adalah, mengetahui karakteristik asli
seseorang. Melalui kegiatan ini, sangat
dimungkinkan seseorang akan mengeluarkan karakter aslinya. Misalnya, sifat
individualistik. Saat perahu terbalik, orang
itu hanya berusaha menyelamatkan diri
sendiri. Atau sifat mau menang sendiri oleh
pemimpin.
Manfaat utama dari kegiatan arung
jeram bagi organisasi adalah melatih
kekompakan tim di samping menghilangkan
kesenjangan akibat jenjang jabatan. Andi
Kosala, Vice President Director PT Java Motors, yang pernah membawa timnya ikut
arung jeram, merasakan betul manfaat
kegiatan ini untuk kerjasama tim. “Kalau
kita berperahu dalam tim kecil, 5-7 orang,
ternyata dibutuhkan kerjasama. Jadi, ini
semacam simulasi pembentukan kerjasama tim,” ujar Andi yang psikolog itu.
Totok Soeprianto, Senior Human Resources Manager PT Trakindo, mengatakan
bahwa sejak awal perusahaannya menempatkan kegiatan arung jeram sebagai bagian
dari team building. Apalagi, hasil penilaian
dari kegiatan arung jeram digabung dengan
kegiatan outbound lainnya. “Kegiatan
tersebut sangat bermanfaat dan bisa efektif.
Meskipun selalu butuh waktu dan proses
untuk melihat hasilnya,” ujarnya mantap.
Trakindo memang tidak hanya berhenti
dengan observasi masing-masing individu
berdasarkan praktik di lapangan. Karakter
atau sikap seseorang yang muncul dari
kegiatan arung jeram ditindaklanjuti
dengan memberitahukan kepada peserta
melalui pembicaraan mendalam. Hasil
kegiatan ini rupanya sangat menentukan
perjalanan karir si karyawan.
Secara individu, kegiatan arung jeram
sangat bermanfaat untuk melepaskan diri
dari rutinitas, menumbuhkan sikap kepemimpinan, rasa percaya diri, keberanian,
dan melatih pengambil keputusan yang
tepat dan cepat. Seberapa besar manfaat
tersebut bisa diraih oleh individu maupun
kelompok, tentunya sangat tergantung dari
masing-masing individu dan tindak lanjut
yang diambil perusahaan.
Bila dilihat banyaknya manfaat kegiatan
arung jeram, dan tingginya perhatian
pengelola terhadap standar keamanan,
maka tak salah bila arung jeram sebagai
sebuah alternatif menarik bagi kegiatan
outbound. Apalagi, beberapa penyelenggara
juga menyediakan sejumlah fasilitas
rekreasi lainnya, macam paintball dan
offroad dengan jip. Menurut Lody Korua,
Direktur Utama PT Lintas Jeram Nusantara,
Arus Liar juga menyediakan cottage untuk
penginapan dengan suasana yang sangat
alami (misalnya tanpa penerangan listrik di
malam hari). Barangkali, inilah cara pengelola mewujudkan konsep back to nature.
Kembali ke alam dengan hidup minimalis.
Seluruh kegiatan arung jeram tersebut
ditawarkan dengan harga yang cukup
terjangkau. Paket arung jeram dari Riam
Jeram, misalnya, berkisar dari Rp 168.000
hingga Rp 258.000 per orang (termasuk
makan di Restoran Pondok Bambu Kuring).
Sedangkan Arus Liar mengenakan biaya
arung jeram berkisar antara Rp 145.000
hingga Rp 345.000. Menginap dikenakan
biaya Rp 128.000 per malam. Biaya paket
outing dan outing plus Rp 250.000-Rp
750.000 per orang. Sedangkan biaya
paintball dan offroad tergantung dari jumlah
peserta dan mobil yang disewa■
23
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
H C
T r
e n
KEKOMPAKAN TIM ARUNG JERAM
SANGAT DIBUTUHKAN
Kendati hanya sebuah
olahraga, kini mulai
banyak perusahaan yang
memasukkan unsur arung
jeram ke dalam bagian
pelatihan luar ruang (outdoor training) untuk
mengetahui karakter
karyawannya atau ingin
pendalaman visi dan misi
perusahaan.
S
aat rafting atau arung jeram
dikenalkan kepada masyarakat luas
di Indonesia sebagai suatu paket
wisata tahun 1995, orang-orang hanya
menganggap bahwa olahraga tersebut hanya
untuk kesenangan semata. Namun, kini
tidak lagi. Justru beberapa tahun belakangan, mulai banyak permintaan dari
perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia agar memasukkan olahraga tersebut
ke dalam paket pelatihan luar ruang atau
juga dikenal dengan nama outbound training.
Menurut Amalia Yunita, General Manager Arus Liar Adventure, tingginya permintaan tersebut karena kini perusahaan mulai
menyadari bahwa ada nilai-nilai plus yang
bisa digali oleh perusahaan dengan berbagai
macam kondisinya. “Contohnya ada satu
perusahaan yang ingin pendalaman visi dan
misi perusahaan. Kalau disampaikan lewat
sarana indoor, suasananya kaku, karyawannya akan ngantuk mendengarkannya.
Makanya kegiatan seperti ini dianggap
sebagai sarana yang baik untuk menyampaikan hal itu,” ujar Yuni, sapaan akrab wanita
tersebut.
Pelatihan luar ruang ini dinilai Yuni
menciptakan suasana yang lebih asyik,
santai dan rileks. Walaupun, lanjutnya, hal
itu diluar kenyamanan mereka. Namun,
justru ketidaknyamanan tersebut malah
menimbulkan sifat asli peserta. “Dengan
begitu, akan lebih mudah menyampaikan
sesuatu,” tukasnya.
Manfaat lain bagi perusahaan, selain
bisa membentuk tim dan membangun tim
kerja, juga untuk mengurangi kesenjangan
atau gab yang sering terjadi di perusahaan.
“Bisa saja dalam permainan semacam ini,
yang menemukan jalan keluar adalah office
boy, bukan bos atau managernya. Dengan
demikian, si bos tahu bahwa office boy yang
selama ini kemampuannya sedikit, ternyata
punya kemampuan lebih.”
Sayangnya, meski sudah banyak perusahaan besar yang sudah melakukan kegiatan
ini dalam pelatihan luar ruang, namun
masih perusahaan khususnya perusahaan
menangah ke bawah yang memakai kegiatan
ini untuk pelatihan mereka. Yuni menilai,
ini terjadi akibat biaya investasinya cukup
besar membuat perusahaan-perusahaan
tersebut belum mengarah kesana. “Perusahaan biasanya kalau mengeluarkan biaya
yang besar, mereka akan menimbangnimbang lebih dalam lagi meski benefitnya
ada,” imbuhnya lagi. Benefitnya, bisa saja
untuk penggemblengan leadership karena
setelah melakukan kegiatan itu, akan
didiskusikan, problem apa saja yang ada dan
bagaimana cara memecahkan problem
tersebut.
Untuk meyakinkan perusahaan, pihak
PT. Lintas Jeram Nusantara, selaku operator Arus Liar Adventure, juga membekali para
marketingnya agar bisa menerangkan
menjalankan perusahaan.
Kekompakan tim akan muncul dalam
arung jeram. Ada yang biasanya tidak peduli
saat di kantor, tapi pada saat arung jeram
malah bisa peduli dan kompak. Bahkan juga
sebaliknya. Ada yang di kantor memiliki
kepedulian yang tinggi, namun saat berarung jeram, perilaku tersebut tidak muncul.
“Bisa saja karena orang itu pura-pura peduli
agar mendapat nilai plus dari atasan.”
Rasa takut dan seram, sengaja dibuat
oleh Arus Liar Adventure. Tapi, justru
bahayanya dihilangkan Ini efektif bagi orang
yang baru pertama kali arung jeram. “Si
peserta tidak akan merasakan bahaya,
namun malah berusaha mengalahkan rasa
takut. Kalau itu bisa dihilangkan, maka akan
menjadi sebuah kebanggaan dan kenikmat-
AMALIA YUNITA, General Manager PT Lintas Jeram Nusantara
manfaat dari arung jeram ini. “Tapi, masih
ada juga perusahaan yang belum percaya.
Mungkin karena outdoor training management ini tergolong baru,” ujar Yuni menyayangkan hal ini. Berbeda dengan di Amerika
Serikat, kegiatan ini sudah menjadi hal yang
biasa. Bahkan, masuk ke dalam silabus
training perusahaan-perusahaan di negara
tersebut.
Sementara itu menurut Lody Korua,
Direktur Utama Arus Liar Adventure, olahraga
ini membutuhkan kekompakan tim, baik
dari si peserta (kru), ataupun dari guide
(kapten) sendiri. “Kapten tidak akan bisa
apa-apa tanpa dibantu kru. Kalau peserta
atau kru tidak mendengarkan perkataan
kapten, maka akan kacau. Demikian juga
dengan kapten. Kidak ada yang mendayung,
kapten akan repot,” tukas Lody. Kondisi
semacam ini tidak jauh berbeda dengan
sebuah perusahaan dimana sebuah kekompakan tim sangat dibutuhkan dalam
an,” papar Lody antusias.
Untuk mengatasi bahaya seperti banjir
bandang saat berarung jeram, pihak Arus
Liar Adventure mengantisipasi dengan
menggunakan alarm pendeteksi naiknya
debit air. yang dipasang pada hulu sungai.
Pada saat air naik hingga ketinggian
tertentu, maka seluruh radio komunikasi
yang digunakan, baik di sungai, di darat dan
head office Jakarta, akan membunyikan
nada SOS. Perlengkapan ini menjadi bagian
dari Standard Operating Procedure (SOP)
Arus Liar Adventure, untuk mendukung
motto “safety is us”. Dengan standar SOP
tersebut, dan dukungan record layanan Arus
Liar yang telah beroperasi selama 10 tahun
dengan lebih dari 100.000 tamu dengan
angka kecelakaan ‘0’, peserta tidak perlu
merasa khawatir.
Dari segi tenaga pemandu, Arus Liar Adventure memiliki 30 tenaga pemandu
profesional yang sudah berpengalaman dan
memiliki jam terbang lebih dari 5 tahun.
Mereka sebelumnya dilatih oleh Yuni dan
Lody sendiri dengan biaya yang tidak sedikit.
Para pemandu tidak hanya dilatih membawa
perahu, tapi juga dilatih berbahasa Inggris,
entertaintment, etika dan semacamnya.
Kini, produk wisata Arus Liar Adventure
sudah mulai bervariasi. Mulai dari arung
jeram, penginapan, paintball, sebuah
kegiatan perang-perang yang menggunakan
peluru berisi cat dan offroad adventure trip,
perjalanan mengendarai mobil jip te tempattempat berlumpur dan berkubang. Sedangkan untuk paket outing/outdoor training
management, pihak Arus Liar Adventure
bekerja sama dengan tiga perusahaan outbound yaitu Eureka, Vectra, dan Tatanka.
“Kami melihat dari jumlah operator outdoor training management sudah
cukup banyak mengingat permintaannya juga cukup besar,” aku Yuni.
Selama 10 tahun terakhir ini, ia
memperkirakan sudah sekitar 200an perusahaan outdoor training management, mulai dari yang berbentuk
PT, CV, sampai ke mereka yang masih
coba-coba.
Paket wisata rafting yang ditawarkan Arus Liar memang bervariasi.
Mulai dari Adventure Rafting Trip,
Scenic Fun Rafting Trip, Coorporate
Rafting Trip hingga Two In One Trip,
dengan kisaran biaya Rp145.000 –
Rp345.000. Sedang untuk paket
wisata lain, berkisar Rp128.000
untuk Nusa Traditional Cottage atau
penginapan. Untuk paintball dan
offroad, tergantung dari jumlah orang
dan mobil yang ingin disewa
Sedangkan paket outing dan
paket outing plus biayanya mencapai
Rp250.000- Rp750.000 per paket per
orang. “Untuk outing plus, biasanya
lebih banyak funnya. Beda dengan
outdoor training management. Porsinya 70
: 30 untuk pembelajaran dan fun.” Yuni
menilai, sekarang ini banyak perusahaan
yang mau rekreasi, tapi ada nilai tambah.
Maksudnya, mereka bukan sekedar mengeluarkan untuk rekreasi saja, jadi ada
manfaatnya sesuai dengan tujuan mereka.
Hingga kini, perusahaan yang pernah
menjadi klien Arus Liar Adventure sudah
berjumlah puluhan, mulai dari BUMN hingga
perusahaan swasta. Di antaranya adalah
Telkom, Indosat, Merpati Nusantara Airlines,
Trakindo, Bank Mandiri, Satelindo, Allianz
Insurance, Price Waterhous dan masih
banyak lagi. Sedangkan perusahaan yang
rutin melakukan outbond training dengan
memasukkkan arung jeram sebagai salah
satu permainan, di antaranya adalah Bank
Mandiri, Trakindo, Java Motors dan lain-lain.
“Rata-rata, perusahaan rutin ikut outdoor
training management adalah perusahaan
banking.”■
24
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
H C
T r
e n d
MANFAAT ARUNG JERAM
BAGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN
Olah raga arung
jeram yang dikenal penuh
tantangan semakin dilirik
oleh perusahaanperusahaan untuk
mengetahui karakter para
karyawannya. Dengan
menggunakan olah raga
dan atau permainan yang
memerlukan perilaku
yang juga diperlukan
untuk mengelola
perusahaan atau
organisasi.
K
ompetensi yang tinggi dari seorang
karyawan yang tengah menjabat
sebagai manager atau diproyeksikan
akan menjadi pemimpin di masa mendatang,
sangat diperlukan bagi perkembangan
perusahaan. Dengan kompetensi yang
memadai akan memberi dampak positif
untuk perusahaan.
Pengertian kompetensi sendiri tidak
hanya terbatas pada pemikiran karyawan
tersebut terhadap bisnis perusahaan, tetapi
juga perilaku atau pengambilan keputusan
di saat-saat penting. Hal-hal yang bersifat
perilaku ini bisa di lihat melalui berbagai hal
termasuk permainan.
PT.SARANA RIAM JERAM atau yang lebih
dikenal dengan Riam Jeram adalah kelompok
usaha yang mengemas dunia petualangan
menjadi kegiatan alternatif yang sangat
menarik dan unik untuk refreshing dan
hiburan bagi eksekutif dan kawula muda dari
rutinitas sehari-hari. Sekaligus pilihan yang
tepat untuk reuni dan liburan keluarga.
Berdiri pada tanggal 1 April 1996, perusahaan ini dimotori oleh penggiat arung jeram
Aranyacala Trisakti.
Perusahaan ini memilih sungai Cicatih
di daerah Sukabumi, sebagai tempat
berarung jeram, selain pemandangan
alamnya yang indah juga jeram-jeramnya
sangat menantang untuk diarungi dan
terjaminnya aliran air dari dua sumber yaitu
Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango.
Menyadari kegiatan yang menjadi bisnis
utamanya cukup menantang, Riam Jeram
telah melengkapi semua sarana dan
prasarananya. Sarana yang dimaksud adalah
pemandu yang berpengalaman, peralatan
dan perlengkapan yang sudah teruji kelayakannya, asuransi hingga transportasinya.
Mengenai adanya kebiasaan baru, di
mana perusahaan mencoba menganalisa
karakteristik karyawannya melalui kegiatan
ini, Heroe Soependi, Director PT. Sarana
Riam Jeram, memandang ini sebagai
sesuatu yang cukup bermanfaat. Evaluasi
terhadap hasil pekerjaan seorang karyawan
juga dapat terlihat melalui kegiatan ini.
“Validitas dari hasil kegiatan ini bisa
mencapai 70%,” ujar Heroe.
Dalam kegiatan arung jeram yang
berkaitan dengan kepentingan perusahaan
melakukan evaluasi terhadap karyawannya,
Heroe menjelaskan ada dua tipe kegiatan.
Pertama, outing, kegiatan ini berisi kegiatan
arung jeram ditambah dengan permainanpermainan yang memang memerlukan
pemikiran yang cukup lebih dari peserta. Jadi
outing adalah salah satu usaha perusahaan
untuk memberikan penghargaan kepada
karyawannya melalui kegiatan rekreasi
tetapi juga memiliki nilai tambah.
Kedua, outbond, kegiatan ini tidak jauh
berbeda dengan outing. Terdiri dari acara
rekreasi ditambah permainan-permainan
HEROE SOEPENDI, Director PT. Sarana Riam Jeram
yang bermanfaat. Perbedaannya terletak
pada keberadaan psikolog. Dalam outbond,
permainan yang diselenggarakan bukan
tanpa arti, dengan bantuan psikolog,
permainan tersebut di desain untuk
mendapatkan apa yang diinginkan perusahaan.
Psikolog dalam kegiatan outbond, selain
mendesain acara tersebut, juga bertindak
memantau hasil dari kegiatan tersebut.
Pada prakteknya, psikolog tersebut memberikan penjelasan dari hasil yang telah
didapat, kemudian juga memberikan saransaran mengenai apa yang harus dilakukan
dengan hasil yang diperoleh.
Dari kegiatan arung jeram banyak hal
yang dapat dilihat dari diri seseorang. Melalui
kegiatan ini, sangat dimungkinkan seseorang akan mengeluarkan karakter aslinya.
“Hasil yang paling mudah terlihat adalah
kerjasama tim, kompak atau kurang
kompak,” jelas Heroe.
Selain kerjasama tim, masih banyak
sifat lain yang mungkin terlihat. Diantaranya
adalah sifat individualistik, di mana ketika
perahu terbalik, orang tersebut hanya
berusaha untuk menyelamatkan dirinya
sendiri saja. Ada juga sifat yang mau menang
sendiri yang dimiliki oleh seorang pemimpin.
Hal ini akan terlihat ketika ada bawahannya
mengeluarkan ide yang bagus, namun
dengan perasaan bahwa ia adalah seorang
atasan, maka ia tidak mau menerima ide
tersebut.
Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan ini tergolong mahal.
“Sekitar 200 ribu untuk arung jeram saja
dan hingga di atas satu juta lima ratus ribu
rupiah untuk kegiatan outing dan outbond,”
terang Heroe. Meski biaya yang harus
dikeluarkan untuk kegiatan ini cukup
banyak, namun Heroe mengatakan hasil
yang diperoleh akan sangat memuaskan.
Sehingga perusahaan dapat melihat mana
karyawan yang baik dan mana yang kurang
baik. Jelas ini akan membantu perusahaan
untuk berkembang■
SARANA UNTUK MENGENAL DIRI SENDIRI
P
Banyak perusahaan
yang melirik arung jeram
sebagai bagian dari outbound tentu tidak sekedar
memilih bahwa olahraga
itu hanya bersifat
menyenangkan semata.
Selain bisa memunculkan
kekompakan antar
karyawan di sebuah
perusahaan, juga bisa
menjadi wadah untuk bisa
mengenal diri sendiri dan
orang lain.
ara pekerja yang cenderung rutin
dengan suasana kantor, biasanya
akan sering dihinggapi perasaan
jenuh atau bosan. Buntut-buntutnya, emosi
dan stress dapat melanda dirinya. Sehingga,
dibutuhkan penyegaran-penyegaran untuk
mengatasinya. Menurut Andi Kosala, Vice
President Director PT. Java Motors, sebuah
perusahaan otomotif yang menyalurkan
mobil-mobil berlabel Land Rover, penyegaranpenyegaran tersebut merupakan hal yang
dasar dalam pengembangan sumber daya.
Penyegaran itu bisa dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya dengan kegiatan
luar ruang dan pelatihan. “Bahkan pelatihan
pun, sekarang orang akan lebih suka dengan
outdoor training. Selama ini pelatihan
kebanyakan di kelas, dan itu sama saja di
kantor,” papar Andi. Arung jeram, lanjutnya,
menjadi salah satu alternatif selain mendaki gunung, panjat tebing, simulasi tempur,
atau olahraga lainnya yang dimasukkan
dalam outdoor training.
Rafting atau arung jeram merupakan
salah satu simulasi untuk team building
atau pembentukan tim dan team work atau
kerjasama tim di kantor. “Itu menunjukkan
secara nyata, kerjasama tim dan pembentukan tim bisa ditunjukan lewat arung jeram
karena meski itu sebuah olahraga, tapi bisa
diangkat dijadikan semacam kasus untuk
dibahas bersama,” jelas pria yang juga
menjabat Director PT. Radio Nada Komunikasiutama.
Kompak adalah unsur terpenting saat
berarung jeram. Para kru atau peserta arung
jeram harus patuh pada pemimpin perjalanan (guide), apa saja yang harus mereka
lakukan sesuai dengan aba-aba pemimpin
perjalanan. “Kalau kru tidak kompak
dayungnya, perahunya bisa kemana-mana
bahkan bisa terbalik.”
Menurutnya, ini sama dengan seorang
manajer di perusahaan. Dalam mengarahkan timnya, dia harus memberikan
instruksi, memberikan peringatan kalau ada
bahaya, memberikan sanksi jika bawahannya melakukan kesalahan atau memberikan semangat jika timnya sedang “loyo”.
“Ini tidak mudah, sama saja dengan
perusahaan. Sebelum kami menjadi manajer, kami kan juga harus melewati berbagai
akumulasi pengalaman supaya kami terbiasa mengarahkan. Mungkin ini hanya simulasi dalam jumlah kecil,” ungkapnya kembali.
Permainan semacam ini, aku Andi,
sifatnya hanya semacam alat untuk meng-
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
H C
T r
25
e n d
INVESTASI
PERLU UNTUK
PROGRAM
PENGEMBANGAN
KARYAWAN YANG BAIK
Menelaah karakter karyawan melalui kegiatankegiatan lapangan yang penuh dengan permainan
yang menyenangkan, sangat efektif. Dalam edisi ini,
Human Capital mencoba menghubungkan kegiatan
arung jeram dengan pencarian karakter karyawan
yang baik.
angkat problematik yang muncul di tim kerja
sehari-hari seperti gab, selisih pendapat dan
sebagainya. Biasanya, orang yang mengikuti
permainan ini langsung merespon atau
beraksi secara lebih spontan dan natural.
“Orang-orang yang egois, tidak mau bantu
orang lain, semua bisa kelihatan,” tuturnya.
Diakui bapak tiga anak, permainan ini
meski tidak bisa memunculkan sifat asli
seseorang, namun ada semacam gambaran
untuk evaluasi. “Kami bisa melihat reaksi
karyawan bagaimana saat melihat rekannya
jatuh ke sungai, bagaimana kalau tidak
kompak, akibatnya perahu terbalik. Siapa
yang menolong kita kalau jatuh. Itu ada
reaksi spontan dari orang lain yang mungkin
tidak muncul sebelumnya,” kata Andi yang
menganggap olahraga atau permainan ini
termasuk kategori efektif untuk menilai
perilaku.
Selain untuk penilaian, kegiatan tersebut juga bisa dijadikan sarana untuk
mengenal orang lain khususnya rekan kerja
dengan lebih baik. “Bisa untuk mengenal
diri sendiri dengan baik. Oh, ternyata saya
kalau lagi begini ada reaksi-reaksi yang tidak
pantas di keluarkan,” Andi berujar. Jadi ada
proses pengenalan diri yaitu mencoba
mengenal apa kekurangan dan kelebihan
diri.
Di perusahaan yang berdiri tahun 1949
milik keluarga Imam Loebis ini, dari sekitar
100 karyawan, sebagian besar karyawan
terdiri dari mekanik, sales, office boy,
sekuriti, hingga bagian keuangan dan
administrasi menyukai kegiatan luar ruang.
“Kebetulan di tempat kami, orang-orangnya
senang kegiatan luar ruang. Di samping itu,
hubungan antar karyawan juga cukup baik,”
paparnya. Diakui, kalaupun terjadi konflik
kecil di perusahaan, cara ini menjadi “obat”
untuk menyelesaikan permasalahan. “Dalam perkerjaan, memang suka ada hal-hal
yang kurang selaras. Tapi itu biasanya
masalah komunikasi. Biasanya hal-hal ini
akan hilang sendiri dalam acara tersebut.
Jika tadinya ada jarak atau terjadi benturan,
biasanya nanti komunikasinya lancar lagi,”
katanya■
P
namun jika ia tidak bisa bekerja sama dengan
T. Trakindo Utama berdiri tahun 1970
orang lain dalam pola kerja team, maka bisa
dan telah berkembang dengan pesat
dipastikan bahwa orang itu akan mengalami
dan memiliki sekitar 60 cabang di
kesulitan untuk menangani orang. “Jadi
seluruh Indonesia. Perusahaan besar ini
pada prinsipnya orang yang menangani
bergerak di bidang penyediaan alat alat berat
masalah manusia (Human Resources) itu
(traktor, bulldozer, grader, bakhoe, truck
harus komplit, karena yang diurusi itu punya
pengangkut hasil tambang, kayu dll), mesinpemikiran, punya mau, punya rasa dan
mesin penggerak industri maupun perkapalpunya perasaan. Lain kalau yang diurusi itu
an dan genset dengan merek yang sudah
adalah barang mati,” tegas Totok.
dikenal di dunia, yaitu Caterpillar. Dan tidak
Dasar pemikiran di atas, mendorong
hanya itu, tentunya Trakindo juga menyeTrakindo untuk membangun keahlian tehnis
diakan layanan purna jual dari barang yang
dan kompetensi karyawannya, tanpa medijualnya yang meliputi penyediaan suku
ngesampingkan kemampuan kerja kelomcadang dan tenaga ahli yang akan merawat
pok, komunikasi dan interaksi untuk bisa
dan memperbaiki peralatan yang merupakan
bekerjasama dengan orang lain, melalui
“barang modal” tersebut.
berbagai macam metoda; terang Totok.
Trakindo terus berkembang dan mempoSalah satu metoda yang berbeda tersebut,
sisikan dirinya sebagai “The Customer Seradalah arung jeram (meski ini bukan itu
vices Company”. Sehingga perusahaan ini
berusaha untuk semakin dekat
dengan para pelanggannya. Dan
untuk mencapai dan memperTOTOK
tahankan hal tersebut, perlu
SOEPRIANTO,
keahlian untuk berkomunikasi
Senior Human
dan berinteraksi secara efektif
Resources
Manager
dan mendekatkan diri dengan
PT. Trakindo
para pelanggannya tersebut.
Utama
Keahlian berinteraksi dengan orang lain, menurut Totok
Soeprianto, Senior Human Resources Manager PT. Trakindo
Utama, terutama harus dimiliki
oleh orang-orang di divisi human
resources dan semua pemimpin bahkan semua karyawan
bila perlu. “Kami, orang-orang
human resources ini kan memsatu-satunya tehnik yang digunakan).
bantu para manajer lini dalam mengurusi
Saat itu, menurut Totok, arung jeram di
manusia yang karakter dan latar belakanggabungkan dengan kegiatan team building/
nya macam-macam. Untuk mengurusi ooutbond. “Semua praktisi human resources
rang-orang semacam itu kita tidak bisa
dari seluruh cabang Trakindo, kami kumpulsendirian, harus dalam satu sinergi tim yang
kan dan diikutsertakan dalam acara tersesolid,” kata Totok. “Nah untuk bisa membut,” paparnya. Di akhir kegiatan, hasil yang
bangun satu sinergi yang solid, bagi orangdiperoleh dalam kegiatan outbond dipadukan
orang yang terlibat di dalamnya dibutuhkan
dengan hasil dari kegiatan arung jeram
suatu kemampuan berinteraksi yang
untuk melihat hasil secara keseluruhan.
bagus,” tambahnya lagi.
Meski diakui Totok, validitas hasilnya
Diakui Totok, meskipun seseorang itu
bersifat relatif dan tidak bisa dilihat
memiliki keahlian tehnis yang sangat hebat,
langsung dan seketika pada saat kegiatan
selesai; atau bisa melihat seseorang itu
akan berubah pada saat itu. “Itu butuh
proses,” tegasnya. Melalui kegiatan ini,
tujuan utamanya adalah membangun kerja
sama dengan orang lain, membangun saling
pengertian akan tugas dan tanggung jawab
masing-masing, memahami karakter dan
perilaku masing-masing.
“Jadi sebetulnya yang ingin kami gali itu
adalah orang-orang yang mau benar-benar
menjadi pendengar yang baik, menjadi
pemimpin yang baik, menjadi motivator yang
baik, menjadi konsultan yang baik dan yang
bisa bicara dengan baik juga pada orang lain
sehingga ide yang dia keluarkan dapat
diterima orang lain tersebut,” terangnya.
Kegiatan ini dirasakan Totok, sangat
bermanfaat dan bisa efektif. Apapun hasilnya
harus diberitahukan pada yang bersangkutan. “Kami beritahukan pada mereka,
sehingga jika ada kekurangan dapat segera
diperbaiki,” ujarnya. Inisiatif dan kegiatan
perbaikan secara berkesinambungan dan
terus menerus pada setiap aspek harus
secara konsisten dilakukan tanpa henti.
Tindak lanjut dari observasi karakter
atau warna seseorang dalam kegiatan arung
jeram, akan diberitahukan kepada peserta
melalui pembicaraan yang cukup mendalam.
“Khusus di dalam menangani human resources, jika ada kekurangan pada keahlian/
kemampuan seorang karyawan, maka harus
diberitahukan kepadanya dan diberi kesempatan untuk memperbaikinya. Dan apabila
dia tidak bisa memperbaikinya, maka harus
dilihat lagi terlebih dahulu kemungkinan
karyawan tersebut dapat dipindah tugaskan
ke bagian lain yang lebih cocok dan sesuai /
tepat dengan keahlian / kemampuannya,”
papar Totok. “Namun kalau sudah dicoba
beberapa kali dengan bantuan yang cukup,
masih juga dianggap gagal, maka harus
diganti oleh yang lebih mampu..
Penanganan program pendidikan karyawan yang terintegrasi, bervariasi dan
berkesinambungan akan memberikan hasil
yang baik bagi Trakindo.
Diakui Totok, kegiatan
tersebut dapat membawa perubahan yang positif bagi kemajuan perusahaan. Kegiatan yang
dilakukan terus menerus, dengan format yang
monoton di dalam
ruangan cenderung
membawa kejenuhan
dan hasilnya kurang optimal, namun dengan
beberapa variasi seperti
kegiatan arung jeram
ini, dapat memberi hasil
yang berbeda.
Mengenai soal biaya, Totok mengakui
cukup besar biaya yang harus dikeluarkan,
namun ditegaskannya, jika perusahaan
tersebut menginginkan terlaksananya program pengembangan karyawan yang baik,
maka biaya program pendidikan harus
diperlakukan sebagai biaya investasi, bukan
biaya operasional semata. Untuk memperoleh suatu hasil yang baik diperlukan capital yang besar pula■
26
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
K o l e
g a
Ade R. Satari
Kontradiksi dan Harmoni
M
emulai langkah justru di masa
kegagalan? Jangan takut! Setidaknya itu sudah dilakukan Ade R.
Satari 11 tahun yang lalu. Hasilnya? Pria
tampan kelahiran 23 Desember 1962 yang
akrab disapa Ade ini boleh dikatakan telah
menangguk sukses. Ayah dua putra dan
satu putri ini kini adalah VP Compliance /
Corporate Secretary PT. Apexindo Pratama
Duta Tbk, sebuah perusahaan pengeboran
minyak, gas dan panas bumi lokal terbesar
di Indonesia, sekaligus juga atlet nasional
paragliding yang di PON Palembang Agustus
2004 lalu berhasil menyabet medali emas
dan perak beregu.
“Terus terang saya tidak merasa sudah
mencapai sukses yang besar-besar, tetapi
memang ada solusi-solusi kecil yang pernah
saya ambil yang akhirnya bisa membantu
saya terus berjalan,” ungkap Ade merendah.
Bersahaja dan informatif itu memang gaya
yang terpancar dari pria Sunda-Padang ini.
Tidak mengherankan karena dalam pekerjaannya sebagai Corporate Secretary, Ade
akrab dengan berbagai kegiatan komunikasi
dan kepatuhan untuk memastikan perusahaannya baikdi mata stakeholder sekaligus
juga senantiasa berjalan sesuai peraturan
pasar modal dan lembaga terkait lain.
Ade Satari memulai karier di usia yang
relatif terlambat. “Di usia 30 saya memulai
kerja formal saya di Bank Universal sebagai
trainee untuk Bankers’ Development Program, menjadi yang paling tua di angkatan
itu dan sering jadi bulan-bulanan,” ungkapnya tersenyum. Bukan karena Ade terlambat
menyelesaikan pendidikan formalnya. “Saya
menyelesaikan S1 saya di Tehnik Sipil di ITB
selama 4,5 tahun,” ujarnya. Bukan hanya
cepat, tapi Ade juga termasuk 3 terbaik di
angkatannya. Ia lalu mendapatkan beasiswa
Fujitsu yang notabene sangat selektif. “Di
masa saya hanya dua orang yang lolos, salah
satunya saya,” kata Ade. Gelar MSc dari Japanese Business Study diperolehnya dalam 1,5
tahun. “Tahun 1987, setelah setahun saya
di Honolulu, 6 bulan di Tokyo saya lulus
MSc. Lalu saya mendapat biaya studi meraih
Master of Engineering di University of Washington di Seattle sebagai kompensasi saya
menjadi Research Assistant,” tambahnya.
Ade menyelesaikan kuliahnya dan
risetnya di Seattle dengan cepat. Tetapi pada
saat ia hendak menyelesaikan thesisnya,
Ade menemukan hal lain. “Tiba-tiba saya
merasa bahwa kebahagiaan saya selama ini
kok semu. Saya menyelesaikan sekolah
dengan baik dan selalu memberikan hasil
yang cemerlang. Pastinya semua orang
mengharapkan saya juga menyelesaikan
Master of Engineering dengan cepat. Tapi
entah kenapa saya justru merasa saya
maunya bukan itu. Saya senangnya ski, wind
surfing, bowling, diving dan kegiatan
olahraga dan senang-senang yang lain,”
ujarnya tertawa. Hampir 6 tahun hidup
dalam kesenangan, Ade tersadar, mau di
kemanakan hidupnya? “Bayangkan umur
saya sudah 30 tahun, sekolah yang terakhir
gak selesai, mau kerja di Amerika gak bisa
karena legalitas izin kerja, saya paling
mentok jadi loper koran atau pengantar
Pizza,” ia terbahak. Di tengah situasi yang
krisis itu, akhirnya Ade memutuskan
kembali ke Indonesia, “apapun yang terjadi,
siapapun yang saya hadapi, saya pulang.
Meski saya tahu terlambat, di saat temanteman kuliah saya sudah mulai jadi orang,
dan saya merasa seperti pecundang, saya
tetap memutuskan untuk pulang dan
memulai hidup saya di tanah air” ujarnya.
Tahun 1993 pun Ade hijrah ke Jakarta.
Pilihan bekerja di bank adalah hasil
pemikiran sederhana.”Saya hanya berpikir
kalau saya mau terjun ke dunia usaha,
mestinya belajarnya di bank…,” ia tergelak.
Seorang teman memberinya informasi
lowongan di Bank Universal. “Padahal jaman
itu yang saya kenal cuma bank pemerintah.
Bank swasta yang saya tahu cuma Bank
Niaga dan Bank Bali,” ujar Ade. Tak ayal ia
berkarier di Bank Universal hingga 10 tahun.
Mulai dari AO Commercial, Business Support, AO Corporate hingga terakhir ia
dipercaya menjadi Inverstor Relation Departemen Head di mana ia belajar banyak
tentang compliance dan communication
serta berbagai urusan corporate secretary
lain. “Atasan saya langsung kala itu adalah
Ekoputro Adijayanto (sekarang Corporate
Secretary PermataBank), teman seangkatan saya kala jadi trainee. In fact, I owe him a
lot. Saya banyak belajar dari Eko dan rasanya
karena pengalaman itu saya bisa mendapatkan posisi saya sekarang,” papar Ade yang
menyukai berbagai macam olah raga,
khususnya olah raga alam ini.
Maret 2003 Ade Satari hijrah ke Apexindo. Beralih industri begitu tidak susah De?
Ade tersenyum, “kebetulan bidang saya
tidak terlalu memerlukan ekspertis teknis
drilling secara khusus. Syukur Alhamdulillah
pengalaman saya sebelumnya sudah cukup
memenuhi.” Ade terdiam sejenak “tapi
intinya begini: jika kita berani memulai, mau
belajar, fokus tekun, dan result oriented,
saya percaya kita bisa mencapai tujuan
seberat apapun langkahnya. Tapi tentu saja
sepanjang tujuan itu feasible dan positif,”
Pilihan bekerja
di bank adalah hasil
pemikiran
sederhana.”Saya
hanya berpikir kalau
saya mau terjun ke
dunia usaha,
mestinya belajarnya
di bank…,”
lanjutnya.
Apakah itu moral yang Ade dapatkan dari
aktifitas olahraganya yang kebanyakan
beresiko tinggi? Ade tersenyum, ”mungkin
juga,” jawabnya. “Tetapi ada moral lain yang
saya dapat. Di olah raga yang beresiko tinggi
itu kita terlatih untuk berpikir bahwa begitu
kecilnya kemampuan kita sebagai manusia
sehingga harus bekerjasama dengan alat,
bukannya justru menantang alam. Jadi
misalnya kalau kondisi hujan atau udara
jelek atau katakanlah arus deras dan sudah
terindikasi demikian, kenapa mesti dilawan?
Resiko juga harus dihitung kan? Dan
bagaimanapun manusia memang tak bisa
bekerja sendiri, harus dibantu dengan
peralatan atau dengan manusia yang lain.”
Padahal tahun 1997 Ade divonis terkena
batu ginjal, hingga sampai kini ia harus
bertahan dengan 1 ginjal saja. “Tapi itu
kayaknya nature saya, selalu terobsesi
menaklukan ketakutan saya sendiri sehingga saya tak berhenti mencoba berbagai
macam olah raga. Alhamdullilah sampai
sekarang saya baik saja. Sesekali saya
memang harus berobat, tetapi masih bisa
ditangani lah…” ia tersenyum.
Waktu berlalu cepat. Ketika HC tersadar
sudah hampir jam setengah sepuluh malam.
Memang sangat mengasyikkan berbincang
dengan Ade Satari. Tidak heran jika sebuah
institusi pelatihan pengembangan kompetensi terkemuka sempat memintanya
menjadi pembicara motivator ditujukan
untuk memberikan inspirasi bagi para
peserta. Sebelum berpisah Ade masih
sempat memenuhi permintaan HC untuk
menggambarkan sosok Ade Satari di matanya sendiri. “Saya melihat kontradiksi dalam
diri saya. By nature saya seorang yang adventurous. Tapi di sisi lain saya bukan risk
taker. Yang pasti saya ingin hidup saya
berjalan seimbang, harmonis. Hidup bukan
cuma untuk karier atau cari duit, tapi juga
bukan cuma cari kesenangan. Hidup itu juga
buat keluarga, tetapi juga ada bagian yang
tetap bisa kita miliki sebagai pribadi. Saya
bersyukur istri dan keluarga saya mendukung saya,” tuturnya. Lucunya, Ade agak
susah menjawab saat ditanya cita-citanya
ke depan, “cita-cita saya tidak terlalu muluk,
mengalir saja… biar hidup saya berjalan
seimbang saja… seperti yang selalu saya
inginkan…,” Ade Satari tersenyum. Dan
percakapan kamipun berakhir…■
27
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
K o l e
g a
‘Nuki’ Surastuti Nurdadi
GEJOLAK TEKAD MEMBANTU ANAK-ANAK
“… biar orang bilang bandel, berisik,
atau dekil, anak adalah makhluk yang
murni” demikian Surastuti Nurdadi
psikolog senior yang memfokuskan diri
di dunia psikologi perkembangan,
khususnya anak, mengatakan.
Nuki
, demikian ia biasa dikenal,
memang memiliki kepedulian yang tinggi
bagi perkembangan anak. Magister Psikologi
jurusan Perkembangan ini menyatakan:
“Ada kepuasan batin tersendiri bagi saya bila
membantu anak. Menyelami masalah anak,
mengobservasi, mengkaji dan melakukan
terapi serta melihat perkembangannya.”
Untuk itu, ia rela meninggalkan proyekproyek menguntungkan yang tidak berfokus
pada perkembangan anak. Di tengah
kesibukannya berpraktek, aktif di Perhimpunan Psikolog Indonesia, menjadi pembicara seminar, nara sumber berbagai
talkshow perkembangan anak di radio atau
televisi, juri berbagai ajang kontes bergengsi seperti Abang None Jakarta serta psikolog
fasilitator untuk Akademi fantasi Yunior,
sejak tahun lalu Nuki menjabat ketua program S1 fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Padahal dulu selepas SMA sekitar 1971,
Nuki _nama panggilan yang berasal dari
‘Genuk’ sebutan untuk anak kecil yang
gemuk_ lebih tertarik untuk belajar fisioterapi di kota Solo. Ia bahkan sempat ditantang
oleh salah seorang direktur RS. Gatot Subroto
Jakarta untuk menekuni fisioterapi dengan
janji akan disekolahkan ke Jerman. . “Kedua
orangtua saya dokter. Bapak dokter dan juga
tentara yang sibuk sekali..Ibu malah dokter
spesialis kebidanan. Zaman itu mungkin
hanya 3 atau 4 orang dokter spesialis
perempuan seperti ibu saya. Meski ibu harus
melalui waktu yang lama hingga baru ketika
saya SMA beliau memperoleh izin praktek
spesialisnya, sejak saya kecil beliau sudah
sibuk di RS Gatot Subroto. Jadi lulus SMA
saya berpikir mau sekolah yang enak, praktis
dan cepat selesai, gak mau jadi dokter. Saya
bahkan tidak mau punya suami dokter,” Nuki
tergelak karena sang suami,. Nurdadi Saleh,
adalah seorang dokter spesialis kandungan
yang juga tentara..
Apa hendak dikata, sang ibu tidak
menyetujui Nuki yang sejak lahir hidup di
Jakarta bersekolah jauh-jauh. Seorang
tantenya menyarankan ia memilih psikologi
di UI meski saat itu bidang psikologi belum
popular. “Padahal saya sudah ikut test di
Solo. Tapi waktu saya diterima di Psikologi
UI, ya saya pilih psikologi saja…,” ungkap
ibu seorang putri dan dua orang putra serta
eyang seorang cucu laki-laki, yang menginjak usia 52 tahun pada 21 September lalu
ini. Alhasil, Nuki malah terjun menjadi
pengajar sejak masih mahasiswa. Mulai dari
asisten mata kuliah, kerja di klinik anak,
hingga akhirnya menjadi dosen tetap yang
juga pengajar S2 Psikologi di UI.
Ketika ditanya apa problem klasik anak
masa kini, Nuki dengan lugas menjawab “di
kota besar, sudah jelas anak-anak kesulitan
bermain bebas. Lahannya kurang, kriminalitas dan kemanan juga kurang terjamin.
Akibatnya orangtua lebih suka anaknya di
rumah. Duduk main komputer, play station
atau menonton televisi. Anak jadi kurang
bergerak.” Apakah mereka jadi bermasalah
dengan komunikasi? “Bukan itu. Komunikasi masih bisa dipelajari melalui belajar dan
bermain lewat komputer, tetapi yang mulai
menggejala adalah masalah obesitas
(kegemukan) karena kegiatannya tidak
banyak bergerak sementara ia terus makan.
Gejala ini juga terjadi di Amerika.” Nuki yang
sempat menjadi konsultan psikologi
olahraga menambahkan sebenarnya anakanak bisa diarahkan untuk ikut kegiatan
olahraga. Bahkan ada program brain gym
yang dapat merangsang perkembangan
anak.
Untuk masalah anak-anak di Indonesia,
khususnya di kota besar dan sekitarnya
Nuki juga melihat upaya orangtua memacu
pendidikan anaknya. “mungkin karena
menyadari persaingan di dunia kerja kian
kompetitif, orangtua berlomba menyekolahkan anaknya di sekolah terbaik yang begitu
demanding terhadap anak, memberikan
berbagai kegiatan ekstrakulikuler atau les.
Kapan waktunya bermain? Yang terjadi,
anak-anak jadi tegang. Perwujudannya bisa
bermacam, seperti makan terus, kelelahan
yang cepat, mogok sekolah.” Nuki mengakui
bahwa anak selayaknya mengenal kompetisi
sejak sekolah dasar, “tapi bukan dengan cara
tertekan, melainkan dengan bertahap dan
dipersiapkan. Setiap anak punya start yang
berbeda-beda, misalnya dalam kemampuan
baca dan tulis Agak terlalu naïf mengharapkan lulus TK semua anak bisa baca
tulis,” Nuki tersenyum.
Apa rencana Nuki ke depan? “Saya
sebenarnya punya obsesi membantu
perkembangan fisik anak-anak usia pra
sekolah dan membantu anak-anak yang
punya gangguan neurologis, seperti anak
hiperaktif, kesulitan menulis, diseleksia.
Hanya saya belum bisa memastikan melalui
apa. Mungkin melalui penelitian, atau
meneruskan ke jenjang S3…,” jawabnya.
Atau biar mengalir saja seperti yang lalu
Nuki? Ia tertawa kecil,” saya adalah orang
yang suka menyimpan gejolak sendiri. Suka
banyak pertimbangan. Sebenarnya saya
punya obsesi-obsesi, tapi sering tidak
menyegerakan wujudnya. Itu yang membuat
saya kelihatan mengalir saja….” Well…, satu
hal yang bisa dipastikan, obsesi itu masih di
sekitar anak-anak, makhluk murni yang
tidak pernah menyebalkan di mata Surastuti
Nurdadi■
DAPATKAN
TABLOID
HUMANCAPITAL
DI
SINI?
TB. Gramedia Bintaro
TB. Gramedia Bekasi
TB. Gramedia Taman Anggrek Mall
TB. Gramedia Matraman
TB. Gramedia Depok
TB. Gramedia Pondok Indah Mall
TB. Gramedia Ciputra Mall
TB. Gramedia Kelapa Gading
TB. Gramedia Supermall
TB. Gramedia WTC – Serpong
TB. Gramedia Gatot Soebroto
TB. Gramedia Pluit
TB. Gramedia Melawai
TB. Gramedia Cempaka Mas
TB. Gramedia Pintu Air
TB. Gramedia Gajah Mada
TB. Gramedia Cinere
TB. Gunung Agung Trisakti
TB. Gunung Agung Citraland
TB. Gunung Agung Taman Anggrek
PT. Cipta Mediagraha
Paper Clip - Kelapa Gading
Paper Clip - Midplaza II
Paper Clip - Gajahmada Plaza
Jakarta Book Center
28
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
K O L O M
SALARY SURVEY:
SEBERAPA BERMANFAAT?
OLEH : SETYA RAHADI*
S
eberapa besar Salary Survey seharga
rata-rata US$ 3,000 itu dapat diakui
kredibilitasnya?
Pada dasarnya Salary Survey — untuk
item survey yang lebih komprehensif, sering
disebut juga sebagai Total Remuneration
Survey — adalah upaya untuk membandingkan posisi compensation & benefits
sebuah perusahaan dengan praktek yang
terjadi di pasar dunia kerja. Dalam hal ini
pasar dunia kerja bisa berarti perusahaan
sejenis, perusahaan dalam industri yang
sama, maupun perusahaan-perusahaan lain
yang menjadi target benchmark. Pada
dasarnya, pertanyaan yang hendak dijawab
adalah, “Apakah policy dan posisi remunerasi
perusahaan saya cukup kompetitif dibandingkan pasar?”. Disamping itu hasil survey juga bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih mendalam, misalnya
apakah perusahaan sudah memberikan
paket remunerasi yang pantas untuk posisi
Secretary, Marketing Manager atau jabatanjabatan lain, dibandingkan perusahaanperusahaan lain.
KUALITAS SURVEY
Persoalannya, seberapa kredibelkah
hasil sebuah salary survey?
Seperti halnya sebuah survey dalam
pengertian yang kita kenal, kredibilitas hasil
salary survey pertama ditentukan oleh
kualitas data yang diperoleh; kedua tergantung kepada metode analisa dan pengolahan
data yang dilakukan oleh konsultan survey
itu sendiri.
Berbicara mengenai kualitas data, maka
yang paling bertanggungjawab adalah
peserta survey, karena bagaimana pun
konsultan tidak bisa membuat analisa yang
baik apabila data yang diberikan peserta
survey adalah bukan data yang sesungguhnya (manipulated data). Kadang-kadang
dengan alasan tertentu perusahaan peserta
survey tidak me-release data remunerasi
mereka secara apa adanya. Apabila data yang
dikirimkan sampah maka hasilnya pun sudah
barang tentu sampah.
Sebaliknya, kalaupun data sudah cukup
baik sedangkan metode pengolahan serta
analisa datanya kurang pas, tentu hasilnya
juga akan tidak begitu baik pula. Secara
statistik memang ada beberapa kaidah dan
”ritual” yang biasa dilakukan dalam sebuah
Salary Survey. Celakanya, karena begitu
complicated-nya ”ritual” itu sehingga justru
menjadikan laporan hasil survey yang tidak
begitu mudah dicerna dan malah menimbulkan intrepretasi salah bagi ekesekutif
penerima laporan.
Bagaimana ”ritual” konsultan dalam
mengumpulkan data serta mengolahnya
sehingga menghasilkan laporan akhir yang
berharga kurang lebih US$ 3,000 itu?
JOB MATCHING
Pertama-tama yang biasanya dilakukan
dalam sebuah sebuah salary survey adalah
proses Job Matching, yaitu tahapan dimana
para peserta Salary Survey dengan dibantu
konsultan survey melakukan Job Evaluation
dan kemudian ditabulasikan dalam sebuah
tabel yang akan mengkorelasikan kesetaraan jabatan-jabatan yang perusahaan
sertakan dalam salary survey dengan daftar
position benchmark dari konsultan. Sebagai
contoh, dengan memperhatikan deskripsi
job content dari jabatan Sales Area Manager dari konsultan, maka apabila jabatan
District Sales Manager perusahaan A dan
jabatan Teritory Sales Manager perusahaan
B paling tidak 75% match, maka jabatanjabatan itu setara dan layak untuk diperbandingkan.
Tahap ini, sangat critical bagi para peserta
survey karena dalam tahap ini peserta survey harus sungguh-sungguh memperhatikan apakah jabatan-jabatan yang diikutsertakan dalam survey dibandingkan
dengan posisi yang setara. Sudah pasti
kalau job matching ini tidak pas, hasilnya
pun bisa diduga akan memberikan kesimpulan yang salah. Job Title yang sama belum
tentu merupakan jaminan isi pekerjaan
yang sama, sehingga layak disandingkan
dalam survey. Jabatan Marketing Manager
misalnya, ada perusahaan tertentu yang
semata-mata memberikan lingkup pekerjaan bagi jabatan itu pada fungsi-fungsi
Marketing Communication, Program Marketing dan Marketing Intelligent. Tetapi ada
sementara perusahaan yang memasukkan
unsur Product Marketing atau bahkan
fungsi Sales.
‘Kericuhan’ lain juga mungkin terjadi
dalam tahapan Job Matching ini. Terutama
apabila konsultan mengandalkan kelayakan
job content, tidak memperhitungkan aspek
size of bussiness atau organisazation size
di dalam membandingkan posisi tertentu
antar peserta survey. Argumentasinya,
Marketing Manager perusahaan dengan
ukuran revenue diatas 200 juta dolar
setahun plus jumlah karyawan lebih 2,000
orang tentu tidak sebanding dengan jabatan
sama di perusahaan sekelas 50 juta dolar
setahun dengan jumlah karyawan kurang
dari 30 orang.
Maka kemudian muncul metode evaluasi jabatan yang lebih kompleks. Beberapa
konsultan menambahkan faktor atau
dimensi lain dalam melakukan job matching, meliputi impact dan contribution jabatan
tertentu terhadap bisnis, communication,
Total Remuneration
Survey — adalah
upaya untuk membandingkan posisi
compensation &
benefits sebuah
perusahaan dengan
praktek yang
terjadi di pasar
dunia kerja.
innovation dan kompetensi yang dibutuhkan
untuk jabatan tersebut. Ada pula yang
menambahkan faktor resiko jabatan dalam
melakukan job matching. Nah kalau sudah
begini, pembandingan posisi yang semula
sangat simple dengan melihat job content,
sekarang menjadi lebih kompleks dengan
penambahan dimensi-dimensi lain tersebut.
Jangan heran kalau kemudian posisi Marketing Manager di atas akan didrop dari survey report dengan alasan bahwa untuk
jabatan itu hasil Job Matching tidak memenuhi kuorum secara statistik untuk diolah.
Padahal semua perserta survey mengirimkan data untuk jabatan itu. Ya begitulah
resikonya.
POSITION CLASS
Yang lebih seru, dalam membuat analisa
market, beberapa konsultan menggunakan
angka position class atau job class untuk
menentukan ”nilai” jabatan tertentu untuk
pengelompokan data dan analisa data survey. Model ini memungkinkan suatu posisi
atau jabatan masuk dalam satu kelompok
position class tertentu bersama-sama
dengan jabatan lain yang tidak ”sejenis”.
Jadi pembandingan jabatan secara apple to
apple tidak menjadi faktor pertimbangan
yang utama lagi. Misalnya, jabatan Secretary dengan skor nilai jabatan 850 dan Programmer dengan nilai skor 900 akan masuk
ke dalam dalam position class sama dengan
range skor nilai jabatannya antara 750
sampai 900.
Sehingga, dalam menganalisa hasil survey nantinya, peserta survey harus benarbenar sadar bahwa dalam position class
yang sama sesungguhnya akan terdiri dari
beragam jabatan. Misalnya dinyatakan
bahwa median market gaji pokok untuk position class ”Y” adalah 20 juta rupiah, maka
meskipun Finance Manager kita masuk
dalam kelas ini, angka itu belum tentu
mencerminkan angka pasar uang sesungguhnya jabatan Finance Manager. Kenapa?
Karena mungkin di position class ”Y” itu
terdiri dari beberapa jabatan lain yang se”nilai” dengan posisi Finance Manager
misalnya HR Manager, Marketing Manager,
General Affair Manager, IT Manager dan
seterusnya tergantung hasil job evaluationnya.
BUTUH PENTERJEMAH
Nah, kalau sudah begini, eksekutif
perusahaan pasti berkerut keningnya,
karena yang diharapkan dari laporan sebuah
survey adalah jawaban langsung dan
sederhana, ”Apakah Finance Manager saya
dibayar lebih rendah atau lebih tinggi dari
Finance Manager dipasar?” misalnya, bukan
dengan jawaban penuh metodologi yang
membuat pusing tujuh keliling. Layaknya
sebuah buku kuno primbon, laporan Salary
Survey itu pun butuh penterjemah seorang
Compensation & Benefits (C&B) Specialist.
Tak heran kalau eksekutif kebih suka
menggunakan referensi majalah yang
mengulas peringkat gaji atau justru omongan mulut ke mulut sesama eksekutif,
bukannya membaca laporan survey dari si
konsultan.
Pengalaman saya mengikuti survey dari
tahun ke tahun dari banyak konsultan yang
berbeda memang menunjukkan bahwa
masih ada banyak item survey yang membutuhkan kecermatan dalam membaca,
terutama karena begitu banyak catatancatatan kaki dari sang konsultan. Bukan
hanya menyangkut, kenapa data market
nggak bisa di-generate seperti kasus Marketing Manager di atas, atau kenapa yang
dinobatkan sebangai angka pasar adalah
”median market” bukan ”rata-rata market”,
atau kenapa laporan benefits harus dalam
bentuk valuation, tidak bisa dalam bentuk
deskripsi. Dan masih segudang catatan kaki
yang lain.
Kalau tidak mau direpotkan dengan
segala macam catatan kaki dan kekagetan
lain sewaktu membaca laporan salary survey, maka ada baiknya HR Manager Anda
mencari terobosan kreatif dengan menggalang sesama komunitas HR dalam industri
yang sama (paling tidak) untuk mensponsori
bersama serta melakukan survey yang
sungguh-sungguh sesuai dengan kebutuhan. Atau, sering-seringlah mereka kumpul
untuk saling ber-”hai-hai” sehingga walaupun sesungguhnya mereka saling berkompetisi, dalam batas-batas tertentu mereka
bisa saling memperoleh pengertian yang
lebih baik, daripada mengandalkan laporan
yang penuh dengan catatan kaki■
*) SETYA RAHADI, Human Resources Director, pada salah
satu perusahaan multinasional di Jakarta.
29
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
T i p s P r a k t i s
KEJU ANDA DIPINDAHKAN
KABAR BAIK ATAU BURUK?
A
nda pernah membaca Who Moved My
Cheese?, buku karya Dr. Spencer
Johnson yang konon masih laris
hingga kini bahkan tahun lalu masih
mencatat penjualan sedikitnya sebanyak
100.000 eksemplar*? Jika ya, tentunya Anda
mengerti maksud judul di atas. *data dari
Amazon.com
Bila dikaitkan dengan konteks karier
atau pekerjaan, keju di atas bisa menjadi
analogi dari situasi kenyamanan dalam
karier atau pekerjaan Anda. Bisa jadi
pekerjaan sudah sesuai dengan kompetensi
Anda, gaji lumayan dan lingkungan kerja
yang menyenangkan. Atau tujuan sudah
tercapai: Anda punya kompetensi yang pas
dan memadai, jabatan tinggi, jalur karier
yang tepat, dan lingkungan yang mendukung. Pernahkah Anda terpikir bahwa suatu
waktu perubahan bisa saja terjadi? Perusahaan tiba-tiba diakusisi oleh perusahaan lain,
atau atasan diganti, atau bisa jadi hadir
pegawai baru yang lebih handal, atau
mungkin ada reorganisasi. Apa yang terjadi
kemudian? Bagaimana Anda menanggapi
perubahan yang senantiasa terjadi, dengan
atau tanpa dikehendaki? Beberapa nara
sumber di bawah ini bisa menjadi gambaran
bagi Anda:
EVI, ibu rumah tangga &
konsultan independen
KARTIKA, Sekretaris
Sebelum ini saya bekerja di kantor yang
sangat nyaman. Boss saya baik banget.
Pekerjaan oke, bisa saya tangani dengan
baik. Gaji lumayan lah. Dan yang terutama,
lingkungan kerjanya begitu menyenangkan.
Tapi kemudian, setelah krisis moneter,
kantor tempat saya bekerja bergabung
dengan perusahaan lain. Alhasil, grade saya
turun, gaji sih gak turun. Boss ganti, karena
boss saya sebelumnya pindah kerja. Boss
yang sekarang sih sebenarnya baik, tapi
demanding sekali. Kerjanya selalu sampai
malam, dan repotnya kalau beliau belum
selesai kerja, saya juga belum bisa pulang.
Yang paling sulit adalah lingkungan kerja
berubah total. Jadi lebih kompetitif, semuanya dikejar target, nilai-nilai keluargaan pun
meluntur. Stres? Sudah pasti begitu
awalnya. Apalagi banyak teman yang keluar
karena gak tahan. Tapi akhirnya saya
mencoba berintrospeksi, menganalisa
kelebihan dan kekurangan situasi sekarang.
Lucunya saya malah banyak menemukan
hal positif. Secara kompetensi, saya gak
punya masalah. Boss saya yang sekarang
ok dengan kemampuan saya. Grade saya
turun, tapi kompensasi tidak berkurang,
bahkan benefit bertambah. Plus saya
sekarang berada di perusahaan yang lebih
besar dan lebih kompetitif di industrinya.
Lingkungan kerja tidak senyaman dulu dan
teman-teman banyak yang hilang, tapi
sebenarnya saya banyak belajar bekerja lebih
profesional dan mendapat teman- teman
baru yang bisa jadi juga menyenangkan,
cuma saya belum terlalu kenal saja. Mau
anggap tidak memuaskan. Ujung-ujungnya
dia mengusulkan saya untuk pindah ke
bagian sales. Saya marah alang kepalang.
Tahu apa saya soal penjualan? Saya sempat
mengatakan bahwa dia sentimen pada saya
sehingga mau membuang saya. Tapi dengan
lugas ia mengatakan bahwa saya tidak cocok
menangani PR dan lebih kompeten di bidang
sales. Katanya selama ini dia sering melihat
bagaimana saya berbincang dengan agency,
customer atau wartawan mengenai produk
kami dan itu sangat menjual. Begitu juga
beberapa program yang saya usulkan lebih
sesuai untuk program sales. Akhirnya saya
setuju pindah ke bagian sales. Setidaknya
managernya lebih menyenangkan, pikir
saya. Tapi di luar dugaan, ternyata pengamatan PR manager yang saya pikir sentimen
itu benar adanya. Karier saya di bidang sales
maju pesat. Bahkan kini saya memegang
jabatan kunci untuk sales di perusahaan
penyedia service telekomunikasi terkemuka. Kalau bertemu dia sering bercanda
meledek saya: masih menyesal pindah ke
sales?
pindah kerja? Wah, di samping belum ada
tawaran menarik juga ternyata banyak
teman yang pindah kerja ternyata tidak
menemukan lingkungan yang senyaman
kantor kami dulu. Akhirnya saya putuskan,
menetap saja. Saya percaya saya bisa terus
maju dalam situasi ini.
GALIH, Credit Analyst
Perubahan yang pernah saya rasakan
berat adalah ketika atasan saya baru diganti.
Atasan saya yang dulu itu santai, sangat
friendly dan mengerti anak buahnya. Tiga
tahun yang lalu ia mengundurkan diri dan
sebulan kemudian langsung ada penggantinya. Wah rasanya hampir gila menghadapi
atasan baru saya waktu itu. Cerewet banget,
perfeksionis dan pelitnya minta ampun.
Dulu saya bisa datang agak siang karena
atasan saya datangnya siang. Atasan baru
saya datangnya jam 7 pagi. Bayangkan,
bagaimana kita mau berkilah datang siang,
sementara dia yang rumahnya jauh di pinggiran kota, tetap bisa datang pagi dan
pulangnya bahkan lebih malam dari anak
buahnya. Kalau mau izin apa-apa, susah
banget. Dia selalu bertanya apakah perlu
sekali meninggalkan kantor untuk urusan
tersebut? Soal kerjaan? Jangan tanya.
Jangankan sampai kita salah analisa.
Kurang titik koma aja dia bisa minta kertas
itu diganti. Soal ngirit, dia jagonya. Kalau
cuma bikin draft proposal, kta hanya boleh
cetak di kertas bekas yang baliknya masih
kosong. Ampun deh! Tapi setahun berjalan
dengan atasan baru itu, saya baru bisa
merasakan manfaatnya. Departemen kami
meningkat drastis kinerjanya. Pekerjaan
cepat selesai. Meeting selalu berjalan
efektif karena lebih sering membahas
masalah penting dan relatif kecil sekali
pembicaraan yang membahas kesalahan
tidak perlu. Bahkan tahun ini kami mendapat penghargaan sebagai departemen yang
paling efektif, baik di sisi cara kerja maupun
pengeluaran. Atasan baru saya sempat mau
dipindahkan ke bagian lain dan kami justru
protes. Ha…ha…! Saya jadi banyak belajar.
Setidaknya jika saya di posisi itu nanti, saya
bisa kombinasikan kehangatan atasan saya
yang dulu dengan kedisiplinan dan profesionalisme atasan saya sekarang.
RIZKY, Sales Manager
Saya berhutang pada mantan atasan
saya dulu sekali. Dulu saya bekerja sebagai
PR assistant di sebuah perusahaan produsen makanan jadi. Saya memang lulusan
Humas, jadi berkarier di bidang Public Relations sudah tentu adalah jalur saya.
Setidaknya itu yang saya pikir. Setahun saya
membantu di PR, tiba-tiba PR managernya
diganti. Manager yang baru itu sebelumnya
adalah salah satu PR senior di situ yang
dipromosi dan kebetulan memang orangnya
tegas sekali. Memang dia kompeten sih, tapi
nyebelin menurut saya. Beberapa kali dia
menegur saya untuk pekerjaan yang dia
Saya dulu bekerja di sebuah perusahaan
penyedia jasa keuangan. Sewaktu krisis
terjadilah penggabungan beberapa perusahaan dan ada pengurangan tenaga kerja.
Waktu itu saya justru berharap dapat paket
PHK dan ternyata terkabul. Saya bertekad
mau mengurus dua anak saya saja. Ternyata berkarier di rumah juga ada krisisnya
tersendiri. Saya yang biasa bekerja di kantor
harus banyak menyesuaikan diri dengan
situasi ibu rumah tangga. Setiap hari
akhirnya saya bisa melihat banyak sekali
kekurangan pembantu saya menyelesaikan
pekerjaan rumah. Bagaimana sering rewelnya anak-anak saya. Belum lagi kenyataan
bahwa sekarang saya tidak berpenghasilan,
sehingga harus menghemat gaji suami saya.
Ada kalanya saya stres dan menyesal
kenapa berhenti bekerja. Beberapa kali saya
mencoba melamar pekerjaan lagi, tapi
ternyata sekarang sulit sekali dapat lowongan. Untungnya ada kakak sepupu saya
yang punya usaha konsultan yang sesekali
memerlukan jasa saya. Suatu hari saya
berbincang dengan ibu mertua saya, dan
saya terharu sekali. Dari beliau saya tahu
bagaimana anak-anak saya kini berkembang
pesat. Si sulung badannya kini lebih gemuk.
Si bungsu yang biasa malas sekolah
sekarang rajin karena senang ke sekolah
diantar Ibu. Saya jadi teringat kembali tujuan
saya berhenti kerja: mengurus anak. Dan
kelihatannya saya cukup berprestasi untuk
itu. Lalu mengapa saya mesti iri pada yunior
saya yang kini jadi pengganti saya di kantor
tempat saya kerja dulu. Memang ya…
manusia seringkali tidak puas dengan
keadaan dan selalu menyalahkan perubahan■
30
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
K i a t
MENJADI PROFESIONAL YANG EFEKTIF
U
ntuk menjadi profesional yang efektif, setiap orang
harus menguasai 10 pengetahuan strategik berikut
– pengetahuan yang sangat menentukan kesuksesan berkarir.
1.
Bertindaklah sebagai CEO dari perusahaan (dalam
hal ini CEO dari diri Anda sendiri). Suvey yang dilakukan di
Amerika menyebutkan hanya 22% responden setuju dengan
pernyataan ini. Mereka yakin, jika bekerja excellent,
perusahaan akan mempromosikan mereka. Tetapi,
selayaknya para profesional tidak percaya 100% dengan
praktik ini. Dunia kerja yang begitu kompetitif membuat
profesional sepenuhnya menggantungkan diri pada diri
mereka sendiri. Itu sebabnya, strategi pertama yang harus
dilakukan, belajar untuk mengelola diri Anda ibarat “sebuah
perusahaan” – dengan berbagai fungsi, visi, misi, dan
strategi.
2.
Dapatkan pengetahuan bisnis umum. Era para
spesialis tampaknya mulai ditinggalkan. Untuk efektif
menjadi anggota tim multifungsi, Anda harus mempunyai
pengetahuan dasar bagaimana berbagai bagian perusahaan
bekerja – tidak hanya bagian Anda saja.
3.
Raih pengetahuan industri spesifik. Anda harus
mengerti secara mendalam tentang industri yang digeluti
– siapa saja pesaingnya, bagaimana perusahaan-perusahaan berkompetisi, dan bagaimana setiap perusahaan
berusaha memuaskan pelanggan.
4. Pertajam kemampuan analitikal. Anda tidak akan
bisa berkompetisi di dunia kerja saat ini jika Anda yakin
pengambilan keputusan bisnis sepenuhnya tergantung
pada intuisi dan pengalaman. Survey menunjukkan,
pemecahan masalah secara analitikal merupakan keahlian
strategik nomor satu bagi kesuksesan manajerial
seseorang.
5.
. Bangun kompetensi di bidang komputer. Menurut
survey, PC (termasuk laptop) dipergunakan secara universal di seluruh pekerjaan manajer ke atas. Penguasaan
komputer di kalangan generasi muda yang begitu meluas
mengharuskan para manajer dan eksekutif untuk
menguasai aplikasi komputer di bidang bisnis.
6.
Belajar untuk mengelola inovasi. Setiap perusahaan
berusaha menerapkan teknologi termaju dalam setiap
produk dan layanan terbarunya. Untuk sukses, manajer atau
eksekutif harus memahami bagaimana proses bekerja R&D.
7.
Kembangkan keahlian bekerja dengan orang. Bintang
yang kesepian tidak banyak bernilai dalam organisasi saat
ini. Nilai-nilai profesional terkait erat dengan sejauh mana
ia bisa bekerjasama dengan orang lain. Semakin hilangnya
hirarki dalam perusahaan menyebabkan profesional harus
bisa mengelola aliansi dengan rekan kerja.
8.
. Poles kompetensi inti Anda. Kompetensi inti adalah
kompetensi yang Anda tawarkan kepada perusahaan yang
membuat Anda berbeda dengan karyawan lainnya. Bisa saja
hal itu berupa keahlian strategik dalam mendesain piranti
lunak baru, menulis kopi iklan, atau merancang lini produksi
baru. Ini adalah area di mana Anda harus bekerja keras agar
sebisanya menjadi yang terbaik – kalau bisa menjadi kelas
dunia. Jangan sampai mengobral pengetahuan Anda yang
tersulit dengan pihak lain karena itu akan menyebabkan
keahlian strategik Anda itu mengalami pendangkalan. Anda
harus bersiap-siap selalu untuk kapan saja membawa pergi
kompetensi Anda itu agar bisa memilih bidang pekerjaan
yang lebih menghargai kompetensi itu dibandingkan
perusahaan Anda saat ini. Terakkhir, seyogyanya Anda selalu
memperbarui kompetensi inti itu sejalan dengan perkembangan teknologi dan kompetisi agar tidak ketinggalan.
kompetensi inti, orang lain harus tahu tentang kompetensi
inti Anda itu. Belajarlah untuk memasarkan keahlian
strategik itu di dalam maupun di luar organisasi, utamanya
di lingkungan profesional Anda. Hal ini bisa dilakukan
dengan menulis artikel bagi jurnal profesional dan dengan
aktif berbicara dalam pertemuan profesional. Salah satu
cara paling efektif mempromosikan keahlian profesional
adalah dengan mendapatkan sertifikasi dari pihak ketiga,
antara lain, sertifikasi profesional atau bahkan hanya
sertifikasi telah menyelesaikan kursus profesional singkat.
Tentunya akan lebih baik bila Anda mendapatkan gelar MBA
atau MM dari sekolah bisnis terkemuka.
10.
. Memilih dan mengembangkan mentor. Sistem
mentor merupakan salah satu cara mempercepat pengembangan karir dan pengetahuan para profesional. Tidak
semua perusahaan menerapkan sistem mentor. Ada yang
sifatnya voluntary dan banyak yang tidak menerapkan sama
sekali. Bila perusahaan menerapkan sistem ini, maka
keahlian memilih mentor menjadi satu hal yang menguntungkan. Namun, hubungan mentoring yang sukses tidak
otomatis terjadi. Ia harus dikembangkan dan dikelola dengan
baik■
9.
Belajar memasarkan keahlian strategik itu. Untuk
mendapatkan hasil terbaik dari investasi Anda dalam
Sumber: The Success Principle
GRATIS BAGI PELANGGAN
Bagi perusahaan atau organisasi yang ingin memasang iklan lowongan kerja di rubrik BURSA KERJA Human Capital, maka silakan menghubungi
kami melalui telepon (021) 522-0575, Fax (021) 5290102 atau e-mail [email protected]. Program pemasangan iklan tersebut masih
gratis bagi perusahaan/organisasi yang tercatat sebagai pelanggan HC, dan diskon 75% bagi perusahaan/organisasi yang belum menjadi pelanggan
HC. Program ini berlaku hingga edisi Desember 2004. Mulai Januari 2005 kami akan berlakukan tarif komersial.
Materi iklan bisa disampaikan melalui CD dengan program MS Words (teks saja) dan Tiff (teks dan image), melalui fax (teks saja), dan bisa pula
melalui alamat e-mail di atas (teks dan image).
TARIF IKLAN
BURSAKERJA
Rp10.000 per (lebar
milikolom
per kolom 58mm)
Segera hubungi
bagian iklan
HumanCapital
Telp. 021-5220575
Fax.021-5290102
E-mail : [email protected]
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
B u r s a K e r j a
| S TA R T |
YOUR CAREER WITH US
We are global leader in outsourcing company. Our
client is one of Indonesia’s premier banking industry,
the company is seeking ‘Innovative and Driven Individuals’ to fill this challenging positions:
ADMINISTRATION (ADM) / DATA ENTRY (DE)
You will be responsible to creates or set up file management system, input data, and manage all relevant data and
records. You should hold min. D1 degree from reputable
university, with min GPA of 2.75. You should have high
attention to detail and hands on with standard computer
packages.
CALL CENTER (CC)
You will be responsible to handle incoming call and complain from customer. You should hold min. D3 degree from
reputable university with min. GPA 2.75. Ideally, you have
min. 2 years experience as call center, preferably in banking industry. You must have excellent communication skill
with pleasant voice, high tolerance for stress, and willing to
work on shift schedule.
CREDIT OFFICER (C0)
As Credit Officer, you will responsible for processing loan
transaction (e.g appraisal, document verification, loan
agreement and disbursement, provide reporting internal &
BI). You should hold min. D3 degree from reputable university with min. GPA 2.75. Ideally, you have min. 1 years
experience demonstrated top performance in mass market credit management role in fields such as BPR, BRI unit
Desa, mass market consumer goods (low end electronic).
You should be a team player, concern for excellent, following procedure and able to building relationship.
CUSTOMER SERVICE (CS)
You will responsible to serve and handle complain from
customer. You should hold min. D3 degree from reputable
university with min. GPA 2.75. You should have excellent
communication and interpersonal skill, good administration skill and high attention to detail. You should also have
excellent customer orientation.
MARKETING / SALES (MKT/SLS)
Your main responsibility will be to offer and sell our client’s
product. You should hold min. D3 degree from reputable
university with min. GPA 2.75. Ideally, you have min. 2
years experience in the same position, preferably for banking industry. You should also have excellent communication and negotiation skill. An open-minded professional
with high initiative and creativity are highly preferred.
SUPPORT OFFICER (SO)
You will responsible to seek and open new channel for new
outlet. You should hold min. D3 degree from reputable
university with min. GPA 2.75 located in Karawang, Bandung,
Tasikmalaya, and Surabaya. You should have excellent communication and interpersonal skill, good analyzing skill
and high attention to detail, and experienced in banking
industry preferably in BPR or BRI unit Desa min. 1 year.
TELLER (TLR) / GREETER (GRT)
As Teller / Greeter, you will be responsible to serve cash
and non cash transaction, including to handle incoming
customer. You should have min. 2 years experience in the
same position, preferably in banking industry. Ideally, you
hold min. D3 degree from Economy, Accountancy or Finance with min. GPA of 2.75. You must have high attention
to detail and integrity, and able to learn new things.
UNIT MANAGER (UM)
As Unit Manager, you will responsible for P & L of our unit
focused on micro businesses, small businesses and lower
income consumers. Manages sales, books and operations.
Can approve loans up to IDR50M. You should hold min. S1
degree from reputable university with min. GPA 2.75 and
with 3 years experience in management role of Sub Branch,
BPR or BRI unit Desa. You must have high integrity, able to
demonstrate core values of DSP, good leadership skill and
target oriented. Your location must be in Rengasdengklok.
VERIFICATION (VER)
As Verification Staff, You will be responsible to verify data,
based on incoming application. You should hold min. D3
degree from reputable university with min. GPA 2,75. Ideally, you have min. 2 years experience as verificator, preferably in banking industry. You must have excellent communication skill and good analytical thinking.
The successful candidate will be offered competitive
remuneration package and opportunity to work for
well-known company. To apply, please submit your
complete application with brief description about your
achievement & job description, within 2 weeks to:
PT. Perdana Perkasa Elastindo
PO BOX 8231 JKS SB
Please indicate the position applied
on upper left of your envelope.
MARI BERBUAT PAHALA,
PARTISIPASI ANDA
DITUNGGU!!!
HC berencana untuk menampilkan rubrik baru JOKES AT
WORK pada edisi-edisi mendatang untuk menghilangkan stress
di tempat kerja. Rubrik ini berisi lelucon segar yang diharapkan
membuat gembira para pembacanya. Kami mengundang
partisipasi seluruh pembaca setia HC untuk mengirimkan
l e l u c o n ( j o k e s) k e p a d a r e d a k s i H C m e l a l u i e m a i l :
[email protected] , faks. (021) 52901024, atau
dikirim via pos ke alamat redaksi HC: Gedung Setiabudi 2 Lt.
3 (ruang 305), Jl. HR Rasuna Said Kav. 62, Kuningan, Jakarta
Selatan.
Lelucon tersebut syaratnya harus lucu (membuat ketawa),
tidak porno maupun berbau SARA. Panjangnya mulai dari
beberapa baris hingga beberapa paragraf maksimal 500 kata.
Pemuatan lelucon menjadi hak penuh redaksi. Lelucon yang
lulus seleksi akan dimuat, dan nama pengirimnya akan
diterakan dalam setiap lelucon yang dimuat. Pada waktunya,
pembaca akan dipersilakan menilai lelucon yang paling lucu.
Dan, lelucon yang dinilai paling lucu, akan mendapatkan hadiah
dari HC. Pemberitahuan mengenai hadiah menyusul.
Bukankah membuat orang lain senang itu berpahala?
Selamat mengirim…Kami tunggu.
REDAKSI HC
31
32
| HumanCapital | Nomor 09 | Tahun 2004 |
R e h a l
MENGOREK RAHASIA KEGAGALAN
EKSEKUTIF PINTAR
Judul
Why Smart Executives Fail
Penulis
Sydney Finkelstein
Penerbit
Penguin Group
Halaman
320 halaman
J
udul buku ini sangat menarik dan
provokatif: Why Smart Executives Fail
yang ditambahi kata-kata And What You
Can Learn From Their Mistakes. Provokatif
karena yang gagal itu adalah eksekutif pintar
(smart). Bukan eksekutif sembarangan.
Rupanya, eksekutif pintar pun sering
menemui kegagalan. Kalau eksekutif pintar
saja sering begitu tentunya eksekutif yang
tergolong mediocre alias pas-pasan akan
lebih banyak lagi yang gagal. Atau, janganjangan, karena pintarnya, sang eksekutif
pintar itu gagal?
Tak tahu juga. Yang pasti, Sydney
Finkelstein – penulis buku ini – membuka
rangkaian tulisannya dengan fakta yang
sangat kontradiktif. Tulisnya: Anda sering
melihat mereka di sampul majalah bisnis
terkemuka Forbes, Fortune, dan BusinessWeek. Anda juga telah membaca tentang
kepemimpinan mereka yang brilian dan
seringkali inspirasional. Anda menyaksikan
pendapat guru bisnis dan analis industri
yang memuji-muji perusahaan mereka
sebagai sesuatu yang perlu ditiru. Barangkali, Anda juga berinvestasi dalam saham
perusahaan mereka, langsung maupun
tidak langsung. Anda mungkin pernah
berkesempatan bekerja untuk mereka atau
bermitra dengan mereka.
Singkatnya, orang-orang tersebut adalah
bintang yang paling benderang di bisnis
Amerika maupun dunia. Mereka adalah
pahlawan bisnis, genius, dan raksasa.
Anehnya, beberapa tahun atau bahkan
beberapa bulan setelah mereka begitu
dipuja-puji, perusahaan mereka ambruk.
Satu demi satu operasi utama perusahaan
dihentikan. Karyawan di-PHK. Harga saham
perusahaan anjlok. Perusahaan ventura, di
mana para pemimpin itu dan perusahaan
mereka berkomitmen, menyisakan investasi
TUNGGU EDISI BERIKUTNYA
Nomor
10
Th. 2004
SURVEY DAN
TREN GAJI 2005
Tahun 2005 segera kita masuki. Tentu kita mengharapkan adanya kenaikan gaji, setidaknya bisa
mengkompensasi laju inflasi. Tetapi, bagaimana
sebetulnya peluang kenaikan gaji tersebut? Apa
rencana perusahaan tentang penggajian 2005?
Bagaimana mereka menyusun standar gaji, dan
seberapa kompetitif gaji mereka dibandingkan
industri sejenis? Seperti apakah tren gaji 2005?
Dapatkan jawaban semuanya dalam rubrik
informasi.
HC TREND
FOKUS. Jangan ketinggalan
BERLOMBA MERAIH SERTIFIKASI PROFESIONAL
Para professional semakin rajin mencari sertifikasi professional untuk kesuksesan karir. Aneka pendidikan
professional bersertifikat tersedia untuk setiap profesi. Apa saja program bersertifikasi favorit? Bagaimana cara
mendapatkannya, dan seberapa mahal? Sejauh mana hal itu menambah bobot professional mereka?
MEDIA SATU-SATUNYA
MENGUPAS TUNTAS MASALAH SDM
nyaris tak berharga. Ketika debu dibersihkan,
ditemukan bahwa para pemimpin itu telah
menghancurkan ratusan juta atau bahkan
miliaran dolar nilai kekayaan.
Pertanyaannya, kenapa ini bisa terjadi?
Bagaimana mungkin pemimpin bisnis itu
jatuh begitu cepat? Kenapa begitu banyak
orang salah besar? Berapa banyak kegagalan
bisnis yang kita lihat setiap hari di berbagai
negara dan industri? Dan bagaimana
caranya mencegah semuanya itu terjadi
kembali?
Penulis mulai mengumpulkan jawaban
dari semua pertanyaan itu sejak 7 tahun
lalu dengan melakukan investigasi yang
sangat ekstensif. Tujuan penulis bukan
hanya memahami kenapa bisnis mengalami
kehancuran dan kegagalan, tetapi lebih
terfokus kepada orang di balik kegagalan
tersebut; bukan hanya untuk memahami
upaya menghindari dari malapetaka itu,
tetapi untuk mengantisipasi sinyal peringatan dini dari kegagalan itu sendiri.
Penulis menggali akar permasalahan yang
sebenarnya di balik semua kegagalan
tersebut.
Yang menarik, di bab awal buku ini,
penulis membeberkan kesimpulannya
tentang berbagai alasan di balik kegagalan
sebuah perusahaan. Setidaknya ada 7 hal
menjadi penyebab kegagalan tersebut:
1. Eksekutif tersebut sebetulnya bodoh
2. Eksekutif tidak tahu apa yang
sebenarnya terjadi
3. Kegagalan dalam mengeksekusi
4. Eksekutif tidak cukup bekerja keras
5. Eksekutif itu kurang memiliki
kemampuan kepemimpinan
6. Perusahaan kurang memiliki
sumberdaya yang diperlukan
7. Eksekutif sangat rakus
Penulis mengakui, ketujuh penjelasan
standar tersebut tidaklah memadai. Tentunya menjadi lebih mudah menganalisis
kegagalan perusahaan jika hanya berdasarkan ketujuh alasan tersebut. Namun,
setidaknya, ketujuh penyebab kegagalan itu
adalah yang paling dominan terlihat dari
kasus puluhan perusahaan yang diinvestigasi oleh penulis (termasuk sejumlah
nama perusahaan terkemuka macam AMP,
AMD, Banker Trust, Barings/ING, BristolMyers Squibb, Coca-Cola, DaimlerChrysler,
Ford, GM, Marks & Spencer, Levis Strauss,
Motorola, Tyco, Wang Labs, dan lainnya).
Penulis membagi rangkaian tulisannya
dalam 3 bagian besar (Great Corporate Mistakes, The Causes of Failure, Learning from
Mistakes). Seperti ditegaskannya di bagian
awal, buku ini dimaksudkan untuk memberi
pelajaran dan pemahaman tentang berbagai
kegagalan untuk mencegah hal itu terulang
pada siapa saja. Buku yang mendapat pujian
banyak pihak ini bermanfaat bagi siapa saja
yang tidak menginginkan kegagalan dalam
memimpin maupun berbisnis■
Buku ini bisa diperoleh, antara lain, di
jaringan toko buku QB World Books
Download