DETEKSI Listeria monocytogenes DAN Vibrio

advertisement
DETEKSI Listeria monocytogenes DAN Vibrio cholerae
PADA PRODUK PERIKANAN
SUTERA PRAMITARATRI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Deteksi Listeria
monocytogenes dan Vibrio cholerae pada Produk Perikanan adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2017
Sutera Pramitaratri
NIM F24110124
ABSTRAK
SUTERA PRAMITARATRI. Deteksi Listeria monocytogenes dan Vibrio cholerae
pada Produk Perikanan. Dibimbing oleh WINIATI P. RAHAYU dan SITI
NURJANAH.
Indonesia mempunyai potensi tinggi dalam menghasilkan produk perikanan
baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia maupun untuk diekspor.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi Listeria monocytogenes serta Listeria
jenis lainnya, dan Vibrio cholerae pada produk perikanan dengan metode analisis
biokimia. Identifikasi L. monocytogenes dan Listeria spp. dilakukan pada 28 sampel
dengan isolasi pada media spesifik ALOA, uji biokimia untuk Listeria spp., dan
konfirmasi dengan kit immuno assay (Glisa Single L’Mono) untuk
L. monocytogenes. Identifikasi V. cholerae dilakukan pada 25 sampel dengan
isolasi pada media selektif TCBS, pewarnaan Gram, pengujian dengan media
spesifik TSIA dan LIA. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada produk yang
tercemar oleh mikroba L. monocytogenes dan V. cholerae, namun terdeteksi
Listeria spp. jenis lain, yaitu L. grayi yang terdeteksi pada 1 sampel ikan patin dari
17 sampel bahan baku (5.88 %) dan pada 1 sampel fukien setengah matang dari
9 sampel produk olahan (9.09 %).
Kata kunci: Listeria monocytogenes, Listeria spp., Vibrio cholerae, produk
perikanan.
ABSTRACT
SUTERA PRAMITARATRI. Detection of Listeria monocytogenes and Vibrio
cholerae in Fisheries Products. Supervised by WINIATI P. RAHAYU and SITI
NURJANAH.
Indonesia has a high potency to produce fisheries products for both
Indonesian people and export needs. The objective of this study was to detect
Listeria monocytogenes and Vibrio cholerae in fisheries products using
biochemical analysis method. Identification of L. monocytogenes and Listeria spp.
were conducted to 28 samples using ALOA specific media, biochemical test for
Listeria spp., and confirmation test using immuno assay kit (Glisa Single L’Mono)
for L. monocytogenes. Identification of V. cholerae was conducted to 25 samples
using TCBS selective media, Gram staining, TSIA and LIA specific media. The
analysis results showed that none of the samples was contaminated by
L. monocytogenes and V. cholerae, but other species of Listeria spp. had been
detected which were L. grayi yang in one sample of catfish from 17 samples raw
product (5.88 %) and in one sample fukien half-cooked from 9 samples processed
product (9.09 %).
Key words: Listeria monocytogenes, Listeria spp., Vibrio cholerae, fisheries
product.
DETEKSI Listeria monocytogenes DAN Vibrio cholerae
PADA PRODUK PERIKANAN
SUTERA PRAMITARATRI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Judul Skripsi: Deteksi Listeria monocytogenes dan Vibrio cholerae pada Produk
Perikanan
Nama
: Sutera Pramitaratti
NIM
: F24110124
Disetujui oleh
Dr. Siti Nmjanah, S.TP, M.Si
Pernbimbing II
Tanggal Lulus:
·0' 7 APR i01'1
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini adalah Deteksi Listeria monocytogenes dan Vibrio
cholerae pada Produk Perikanan. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian
berjudul Kajian Risiko Listeria monocytogenes pada Pangan Jajanan Anak Sekolah
Berbasis Ikan yang didanai Program Hibah Kompetensi tahun 2015 atas nama
Prof. Dr. Winiati P. Rahayu.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Winiati P. Rahayu dan
Dr. Siti Nurjanah, S.TP, M.Si selaku pembimbing tugas akhir yang telah
memberikan bimbingan dan bantuan dana penelitian, serta Dr. Ir. Sukarno, M.Sc
sebagai dosen penguji. Terima kasih untuk saran dan masukan yang berharga
didapat dari Ibu Nur Allimah, Ibu Retnani, dan Ibu Asnani. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada seluruh kontribusi dari staf laboratorium, Mbak
Ari, dan Teh Yayam, serta teman-teman sebimbingan, Mas Arif, Mbak Wita, Kak
Indri, dan Ristia. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2017
Sutera Pramitaratri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODOLOGI PENELITIAN
2
Alat dan Bahan
2
Waktu dan Tempat Penelitian
3
Tahapan Penelitian
3
Identifikasi Listeria monocytogenes dan Listeria spp.
3
Identifikasi Vibrio cholerae
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Keberadaan Listeria monocytogenes pada Produk Perikanan
10
Keberadaan Listeria spp. pada Produk Perikanan
11
Keberadaan Vibrio cholerae pada Produk Perikanan
12
SIMPULAN DAN SARAN
14
Simpulan
14
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
14
RIWAYAT HIDUP
22
DAFTAR TABEL
1 Identitas sampel produk perikanan yang digunakan untuk identifikasi
Listeria spp. dan Listeria monocytogenes
2 Identitas sampel produk perikanan yang digunakan untuk identifikasi
Vibrio cholerae
4
7
DAFTAR GAMBAR
1 Skema penelitian
2 Diagram alir konfirmasi dengan kit immuno assay (Glisa Single
L’Mono)
4
6
DAFTAR LAMPIRAN
1 Cemaran L. monocytogenes pada produk perikanan
2 Cemaran Listeria spp. pada produk perikanan
3 Cemaran Vibrio spp. pada produk perikanan
18
20
21
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara maritim berpotensi tinggi dalam menghasilkan
produk perikanan. Badan Pusat Statistik (2016) melaporkan produksi perikanan
tangkap tahun 2010 sampai 2014 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2014,
produksi perikanan tangkap mencapai 6.3 juta ton. Produk perikanan banyak
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Produk perikanan mengandung protein
yang tinggi, kadar air yang tinggi, dan berasam rendah. Hal ini menyebabkan
produk perikanan menjadi media yang cocok untuk pertumbuhan mikroba. Bakteri
yang dapat mengontaminasi produk perikanan diantaranya adalah Listeria
monocytogenes dan Vibrio cholerae. L. monocytogenes dan V. cholerae merupakan
patogen yang sering menjadi perhatian para peneliti karena sifatnya yang
membahayakan dan peluang terjadinya infeksi yang besar.
Listeria monocytogenes adalah bakteri psikotropik, fakultatif anaerob,
katalase positif, oksidase negatif. Meskipun tidak membentuk spora, Listeria
monocytogenes dapat berkembang di berbagai kondisi lingkungan seperti suhu
lemari es, pH rendah serta konsentrasi garam tinggi (Campos et al. 2011). Batas
suhu pertumbuhannya adalah antara -1.5 sampai 45 oC, dengan suhu pertumbuhan
optimal 30–37 oC. L. monocytogenes dapat tumbuh pada rentang pH 4.0–9.6,
namun akan lebih sensitif terhadap kondisi asam pada suhu yang tinggi (Yousef dan
Lado 2007). Beberapa karakteristik ini menyebabkan adanya peluang keberadaan
Listeria monocytogenes pada produk perikanan baik yang berasal dari perairan asin
maupun tawar meskipun telah mendapat proses pendinginan dan memiliki
konsentrasi NaCl yang tinggi. Pangan dapat terkontaminasi L. monocytogenes
selama rantai pangan berlangsung. Biasanya terjadi pada saat produksi, pengolahan,
distribusi, dan penyimpanan.
Listeria monocytogenes merupakan bakteri patogen yang berperan penting
sebagai salah satu penyebab foodborne disease, yaitu penyakit yang ditularkan
melalui pangan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini disebut listeriosis
(Lomonaco et al. 2009). Penyakit ini berbahaya terutama pada wanita hamil, bayi
yang baru lahir, dan orang dewasa yang mempunyai kekebalan tubuh lemah.
Penyakit ini mempunyai tingkat mortalitas 25 % dan tingkat rawat inap 92 %.
L. monocytogenes menunjukkan angka yang tinggi pada feses orang yang
terinfeksi, yaitu lebih dari 104 koloni g-1 (Sanjaya et al. 2009). Di Amerika Serikat,
data yang tersedia menunjukkan bahwa 5 ribu orang meninggal dari 76 juta orang
yang terinfeksi disebabkan oleh konsumsi pangan yang terkontaminasi
L. monocytogenes (Robert 2009), sedangkan di Indonesia belum tersedia data
maupun laporan yang mencatat kejadian listeriosis. Hal ini cukup menyulitkan
dalam menentukan prevalensi listeriosis di Indonesia.
Vibrio cholerae merupakan flora asli perairan payau dan muara (Gubala
2006), dan bisa dikelompokkan menjadi lebih dari 200 serotipe. Serotipe O1 dan
O139 merupakan penyebab utama wabah kolera. Galur Vibrio cholerae lainnya,
seperti non-O1/non-139 V. cholerae, dapat menyebabkan wabah penyakit diare. Di
China, meskipun kolera sudah dikontrol baik, tetapi wabah penyakit diare yang
disebabkan oleh V. cholerae terjadi di beberapa daerah terutama lewat produk
2
perairan. Produk perikanan yang terkontaminasi V. cholerae di daerah pesisir dapat
menyebar ke daerah pedalaman sehingga menjadi sumber penyakit (Chen et al.
2016).
Kolera merupakan penyakit yang biasanya ditularkan melalui kontak fekaloral. Pada beberapa kasus, kolera menyebabkan diare akut dan muntah sehingga
menimbulkan dehidrasi berat yang berpotensi fatal, terutama apabila tidak
dilakukan perawatan medis yang tepat. Imunitas terhadap kolera akan muncul
setelah infeksi dan biasanya berlangsung 6-36 bulan (Ali et al. 2011).
Listeria monocytogenes dan Vibrio cholerae dapat terdeteksi pada produk
hasil perikanan terutama karena buruknya penerapan higiene dan sanitasi.
Keberadaan bakteri patogen tersebut pada pangan menjadi cemaran biologis yang
dapat mengancam keamanan pangan. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini
mengaji keberadaan Listeria monocytogenes serta Listeria jenis lainnya dan Vibrio
cholerae pada produk perikanan dengan metode biokimia.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keberadaan Listeria
monocytogenes serta Listeria jenis lainnya, dan Vibrio cholerae pada produk
perikanan di daerah Bogor dengan menggunakan metode biokimia.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat cemaran
L. monocytogenes serta Listeria jenis lainnya, dan Vibrio cholerae pada produk
perikanan di daerah Bogor. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
landasan kebijakan bagi institusi pengawas dan sebagai bahan pembuatan materi
informasi untuk masyarakat agar dapat mengonsumsi produk perikanan yang dijual
di daerah Bogor dengan aman.
METODOLOGI PENELITIAN
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan untuk analisis adalah cooler box, plastik steril,
cawan petri, tabung reaksi, tabung bertutup, timbangan analitik, inkubator,
waterbath, autoklaf, jarum inokulasi dan jarum ose, bunsen, peralatan sterilisasi
filter, oven, pipet, mikropipet dan tip steril, mikroskop, hot plate, alat pengocok,
serta kit immuno assay (Glisa Single L’Mono).
Bahan yang digunakan untuk identifikasi L. monocytogenes adalah 28 sampel
produk perikanan di daerah Bogor, air steril, Listeria Enricment Broth (LEB),
Listeria selective agar acc to Ottaviani and Agosti (ALOA), kultur murni Listeria
monocytogenes ATCC 7644, brain heart broth, selective agent (acriflavin 10 mg/L;
sodium nalidisate, 40 mg/L; antifungi), suplemen Listeria spp., Tryptone Soya
3
Broth yeast extract (TSBye), pereaksi pewarnaan Gram, larutan H2O2, SIM agar,
glukosa, rhamnosa, xylosa, mannitol, blood agar, dan purple carbohydrate broth.
Bahan yang digunakan untuk identifikasi V. cholerae adalah 25 sampel
produk perikanan, Alkaline Peptone Water (APW), kultur murni Vibrio
parahaemolyticus AATC 17802 untuk uji morfologi, Lysine Iron Agar (LIA),
Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Thiosulfate-Citrate-Bile-Salts-Sucrose (TCBS)
agar, Trypticase (tryptic) Soy Agar (TSA) dan NaCl, pereaksi pewarnaan Gram, dan
API 20E test kit serta reagennya.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 hingga Januari 2016. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Mutu dan Keamanan Pangan, Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB dan di SEAFAST Center Bogor.
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ini meliputi identifikasi Listeria monocytogenes dan
Listeria spp. serta identifikasi Vibrio cholerae. Analisis dilakukan dengan sampel
yang berbeda, namun sampel tergolong produk perikanan yang diperoleh dari Pasar
Anyar kota Bogor dan pedagang pangan jajanan anak sekolah di Bogor. Skema
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Identifikasi Listeria monocytogenes dan Listeria spp.
Pengujian dimulai dengan pengambilan sampel, pengayaan kultur, kemudian
isolasi pada agar selektif ALOA. Apabila terdeteksi koloni berwarna biru kehijauan
dengan dikelilingi lingkar putih pada ALOA, koloni tersebut diduga
L. monocytogenes yang kemudian dikonfirmasi menggunakan kit immuno assay.
Apabila terdeteksi koloni berwarna biru kehijauan, koloni diduga Listeria spp. yang
kemudian dikonfirmasi dengan pewarnaan Gram, uji katalase, dan uji motilitas.
Isolat Listeria spp. selanjutnya diidentifikasi untuk mengetahui spesiesnya dengan
uji karbohidrat dan uji hemolitik.
Tahapan persiapan sampel (Pazra et al. 2014, FDA BAM 2011)
Sampel yang digunakan untuk identifikasi Listeria monocytogenes dan
Listeria spp. terdiri dari 28 produk perikanan yang berupa 17 bahan baku dan
11 produk olahan. Sampel bahan baku diambil dari daerah Pasar Anyar kota Bogor
serta sampel produk olahan yang berupa jajanan anak sekolah (PJAS) diambil dari
berbagai daerah sekolah di Bogor. Jumlah sampel mentah 17 buah, setengah matang
5 buah, dan matang 6 buah. Identitas sampel yang digunakan untuk identifikasi
Listeria monocytogenes dan Listeria spp. ditunjukkan pada Tabel 1.
4
Mulai
Identifikasi Listeria monocytogenes
dan Listeria spp.
Identifikasi Vibrio cholerae
Persiapan sampel
Persiapan sampel
n total = 28
Jenis sampel (jumlah sampel):
Bahan baku (17):
Ikan gabus (2)
Ikan kacang-kacang (3)
Ikan parang-parang (4)
Ikan patin (3)
Ikan tenggiri (3)
Ikan tongkol (2)
Produk olahan (11):
Batagor (3)
Bola udang (2)
Fukien (2)
Pempek (4)
n total = 25
Jenis sampel (jumlah sampel):
Bahan baku (19):
Ikan gabus (2)
Ikan kacang-kacang (3)
Ikan parang-parang (4)
Ikan patin (3)
Ikan tenggiri (3)
Ikan tongkol (2)
Udang (2)
Produk olahan (6):
Batagor (2)
Pempek (4)
Isolasi pada media TCBS
Isolasi pada media ALOA
Pewarnaan Gram
Uji Listeria spp.
Pewarnaan Gram
Uji katalase
Uji motilitas
Konfirmasi
L. monocytogenes
dengan kit immuno assay
(Glisa Single L-Mono)
Pengujian dengan TSIA dan LIA
API 20E biochemical test kit
Gambar 1 Skema penelitian
Tabel 1 Identitas sampel produk perikanan yang digunakan untuk identifikasi
Listeria spp. dan Listeria monocytogenes
No.
Jenis Sampel
Kondisi
Asal
Sampel
Bahan baku:
A
1
Ikan gabus
Pasar Anyar kota Bogor
A
2
Ikan gabus
Pasar Anyar kota Bogor
A
3
Ikan kacang-kacang
Pasar Anyar kota Bogor
A
4
Ikan kacang-kacang
Pasar Anyar kota Bogor
A
5
Ikan kacang-kacang
Pasar Anyar kota Bogor
A
6
Ikan parang-parang
Pasar Anyar kota Bogor
A
7
Ikan parang-parang
Pasar Anyar kota Bogor
A
8
Ikan parang-parang
Pasar Anyar kota Bogor
A
9
Ikan parang-parang
Pasar Anyar kota Bogor
A
10
Ikan patin
Pasar Anyar kota Bogor
5
Tabel 1 Identitas sampel produk perikanan yang digunakan untuk identifikasi
Listeria spp. dan Listeria monocytogenes (Lanjutan)
No.
Jenis Sampel
Kondisi
Asal
Sampel
A
11
Ikan patin
Pasar Anyar kota Bogor
A
12
Ikan patin
Pasar Anyar kota Bogor
A
13
Ikan tenggiri
Pasar Anyar kota Bogor
A
14
Ikan tenggiri
Pasar Anyar kota Bogor
A
15
Ikan tenggiri
Pasar Anyar kota Bogor
A
16
Ikan tongkol
Pasar Anyar kota Bogor
A
17
Ikan tongkol
Pasar Anyar kota Bogor
Produk olahan:
C
18
Batagor
SDN Cibalagung 5 Bogor
C
19
Batagor
SMK Pembangunan Bogor
C
20
Batagor
SMPN 1 Bogor
B
21
Bola udang
SMPN 1 Bogor
C
22
Bola udang
SMPN 1 Bogor
B
23
Fukien
SMPN 1 Bogor
C
24
Fukien
SMPN 1 Bogor
C
25
Pempek
SDN Cibalagung 5 Bogor
B
26
Pempek
SDN Cibalagung 5 Bogor
B
27
Pempek
SMAKBO
B
28
Pempek
SMAKBO
Keterangan : A = mentah, kondisi baik
B = setengah matang
C = matang
Tahapan pengambilan sampel dilakukan dengan memasukkan sampel ke
dalam kantong plastik steril yang telah diberi label kode sampel. Sampel berupa
bahan baku disimpan dalam kondisi dingin untuk ditransportasikan. Sampel
ditimbang sebanyak 25 g secara aseptis dan dicampur dengan 75 mL media LEB
dan kemudian dihomogenisasi. Campuran tersebut diinkubasi selama 4 jam pada
suhu 30 oC. Setelah empat jam inkubasi, ditambahkan agen selektif Listeria
(acriflavin 10 mg/L; sodium nalidisate, 40 mg/L; antifungi). Inkubasi untuk
pengayaan selektif dilanjutkan pada suhu 30 oC selama 24 sampai 48 jam.
Isolasi pada media ALOA (FDA BAM 2011)
Kultur murni Listeria monocytogenes ATCC 7644 ditambahkan dalam 10 mL
media TSBye dan diinkubasi selama 18 jam pada suhu 37 oC. Kultur murni tersebut
kemudian dijadikan sebagai kontrol positif. Kontrol positif dan s ampel yang telah
diinkubasi pada media LEB selama 24-48 jam kemudian diisolasi pada media
selektif ALOA dan diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37 oC. Koloni yang
berwarna biru kehijauan dengan lingkar putih diduga sebagai Listeria
monocytogenes kemudian dikonfirmasi dengan kit immuno assay (Glisa Single
L’Mono). Koloni yang berwarna biru kehijauan tanpa lingkar putih diduga sebagai
6
Listeria spp. jenis lain yang kemudian disimpan dalam media TSBye untuk
dilakukan identifikasi Listeria spp.
Pewarnaan Gram (FDA BAM 2001)
Pewarnaan Gram dikerjakan bersamaan dengan kontrol positif Listeria
monocytogenes AATC 7644. Listeria spp. merupakan jenis bakteri Gram positif
sehingga dalam pewarnaan Gram akan berwarna ungu, dan berbentuk batang
pendek. Hasil Pewarnaan Gram juga akan menunjukkan kemurnian isolat
berdasarkan keseragaman warna, bentuk, dan ukuran. Isolat yang belum murni akan
diisolasi kembali menggunakan metode gores dalam TSAye sebelum pengujian
selanjutnya.
Uji katalase (Purwohadisantoso et al. 2009)
Isolat diambil dengan ose dan diletakkan pada preparat. Uji katalase
dilakukan dengan meneteskan H2O2 pada preparat. Hasil positif ditunjukkan dengan
adanya gelembung-gelembung gas.
Uji motilitas (BSN 2009)
Isolat diambil dengan jarum ose lurus, dan diinokulasikan dengan
menusukkan pada medium semi solid (SIM Agar) kemudian diinkubasikan pada
suhu 25-28 oC selama 18-24 jam. Reaksi positif ditandai dengan adanya
pertumbuhan bakteri yang menyebar dan tidak terlihat bekas tusukan. Listeria spp.
bersifat motil sehingga menghasilkan reaksi positif.
Konfirmasi dengan kit immuno assay (Glisa Single L’Mono) (ISO 11290-2004)
Koloni yang diduga L. monocytogenes dikonfirmasi dengan kit immuno
assay (Glisa Single L’Mono) menggunakan kontrol positif L. monocytogenes
AATC 7644 untuk memastikan keberadaan L. monocytogenes. Tahapan konfirmasi
dapat dilihat pada Gambar 2.
1-3 koloni diambil dengan jarum ose
Ditambahkan 250 µL brain heart broth
diamkan selama 1 jam pada suhu 37 oC
Diambil 150 µL dan diteteskan ke lingkaran
Positif
(dua buah garis merah pada
C dan T menunjukkan
sampel positif mengandung
L. monocytogenes)
Negatif
(tidak munculnya garis
merah pada T menunjukkan
sampel tidak mengandung
L. monocytogenes)
Gambar 2 Diagram alir konfirmasi dengan kit immuno assay (Glisa Single
L’Mono)
7
Uji fermentasi karbohidrat (FDA BAM 2011)
Isolat yang diduga positif Listeria spp. dari TSBye diinokulasi ke dalam
tabung reaksi yang berisi media purple carbohydrate broth. Kemudian ke dalam
masing-masing tabung ditambahkan glukosa, rhamnosa, mannitol, dan xylosa
sebanyak 0.5 % (w/v). Kultur diinkubasi selama 7 hari pada suhu 37 oC. Reaksi
positif fermentasi karbohidrat ditandai dengan perubahan warna media menjadi
kuning.
Uji hemolitik (FDA BAM 2011)
Koloni dari TSBye diteteskan pada 5 % media agar darah domba. Dasar
cawan diberi kisi-kisi. Kontrol positif menggunakan spesies L. monocytogenes serta
kontrol negatif menggunakan Listeria innocua. Selanjutnya diinkubasi pada suhu
37 oC selama 24–48 jam dan diamati adanya reaksi hemolisis.
Identifikasi Vibrio cholerae
Pengujian dimulai dengan tahapan persiapan sampel, pengayaan kultur dan
isolasi pada media TCBS yang mengacu pada BAM 2004. Koloni terduga Vibrio
cholerae kemudian diisolasi pada TSA-2 % NaCl serta dilakukan screening dan
konfirmasi. Tahap screening berupa pewarnaan Gram dan pengujian pada media
TSIA dan LIA. Apabila terdeteksi isolat yang sesuai dengan karakter V. cholerae,
isolat kemudian dikonfirmasi menggunakan API 20E test kit.
Tahapan persiapan sampel dan pengayaan (FDA 2004)
Sampel terdiri dari 25 produk perikanan yang berupa 19 bahan baku dan
6 produk olahan. Sampel bahan baku diambil dari daerah Pasar Anyar serta sampel
produk olahan yang berupa jajanan sekolah diambil dari berbagai daerah sekolah.
Jumlah sampel mentah 19 buah, setengah matang 2 buah, dan matang 4 buah
(Tabel 2).
Tabel 2 Identitas sampel produk perikanan yang digunakan untuk identifikasi
Vibrio cholerae
No.
Sampel
Jenis Sampel
Bahan baku:
1 Ikan gabus
2 Ikan gabus
3 Ikan kacang-kacang
4 Ikan kacang-kacang
5 Ikan kacang-kacang
6 Ikan parang-parang
7 Ikan parang-parang
8 Ikan parang-parang
9 Ikan parang-parang
10 Ikan patin
Kondisi
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
Asal
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
8
Tabel 2 Identitas sampel produk perikanan yang digunakan untuk identifikasi
Vibrio cholerae (Lanjutan)
No.
Sampel
Jenis Sampel
Kondisi
11 Ikan patin
A
12 Ikan patin
A
13 Ikan tenggiri
A
14 Ikan tenggiri
A
15 Ikan tenggiri
A
16 Ikan tongkol
A
17 Ikan tongkol
A
18 Udang
A
19 Udang
A
Produk olahan:
20 Batagor
C
21 Batagor
C
22 Pempek
C
23 Pempek
B
24 Pempek
C
25 Pempek
B
Keterangan : A = mentah, kondisi baik
B = setengah matang
C = matang
Asal
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
Pasar Anyar kota Bogor
SDN Cibalagung 5 Bogor
SMK Pembangunan Bogor
SDN Cibalagung 5 Bogor
SDN Cibalagung 5 Bogor
SMAKBO
SMAKBO
Pengambilan sampel dilakukan dengan memasukkan sampel ke dalam
kantong plastik steril yang telah diberi label kode sampel. Sampel berupa bahan
baku disimpan dalam kondisi dingin untuk ditransportasikan. Sebanyak 25 g sampel
yang telah dipotong-potong kecil ditambah 225 mL alkaline peptone water (APW)
dalam erlenmeyer. Larutan kemudian dihomogenisasi dan diinkubasi pada 35±2 °C
selama 6-8 jam untuk produk yang mentah, sedangkan produk matang dan setengah
matang diinkubasi selama semalam.
Isolasi pada media TCBS (FDA 2004)
TCBS agar dipersiapkan dalam cawan terlebih dahulu. Setelah TCBS agar
kering, diambil 3 mm ose dari pelikel kultur APW dan digoreskan secara kuadran
ke permukaan cawan TCBS. TCBS kemudian diinkubasi selama semalam
(18-24 jam) pada suhu 35±2 °C. Koloni Vibrio cholerae pada TCBS agar akan
membentuk lingkaran besar (2 sampai 3 mm), halus, agak pipih, dan kuning dengan
pusat keruh dan lingkar bening.
Pemurnian isolat (FDA 2004)
Koloni terduga diambil dari setiap TCBS agar dan digoreskan ke dalam
TSA-2 % NaCl, kemudian diinkubasi selama semalam (18-24 jam) pada suhu
35±2 °C. Isolat murni kemudian dapat disimpan pada agar miring TSA-2 % NaCl
dan disubkultur menjadi 3 atau lebih isolat.
9
Pewarnaan Gram (FDA BAM 2001)
Pewarnaan Gram dilakukan dari setiap koloni terduga V. cholerae. Kontrol
positif menggunakan Vibrio parahaemolyitcus AATC 17802. Kultur diambil dari
TSA-2 % NaCl yang telah diinkubasi selama 24 jam. Bakteri V. cholerae termasuk
Gram negatif, berbentuk batang pendek atau koma.
Pengujian dengan Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dan Lysine Iron Agar (LIA)
(BSN 2006 dan CDC 2014)
Koloni dari TSA-2 % NaCl diinokulasikan pada media TSIA dan LIA dengan
cara menggores agar miring dan menusuk agar tegak. Media diinkubasi pada suhu
36±1 °C selama 18 sampai 24 jam. V. cholerae pada TSIA akan menghasilkan asam
(warna kuning) pada permukaannnya, asam (warna kuning) pada tusukan (butt) dan
tidak menghasilkan gas serta H2S. Reaksi LIA oleh V. cholerae menghasilkan basa
(warna ungu) pada permukaan agar, basa (warna ungu) pada tusukan (butt), dan
juga tidak menghasilkan gas serta H2S.
Pengujian dengan API 20E biochemical test kit (FDA 2004)
Pengujian ini tidak dilakukan karena tidak diperoleh koloni yang
menunjukkan karakter biokimia sesuai dengan uji biokimia pendahuluan
(presumtif). Pengujian ini dilakukan apabila diperoleh koloni yang sesuai dengan
karakter biokimia V. cholerae pada pengujian dengan TSIA dan LIA. Pengujian ini
dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap produksi metabolisme isolat pada
media uji yang ditandai dengan perubahan warna. Hasil pengamatan kemudian
dibaca menggunakan tabel pembacaan (reading table) dan identifikasi bakteri
berdasarkan Analytical Profile Index (API) atau menggunakan identification
software. Konfirmasi V. cholerae dengan API 20E biochemical test kit diawali
dengan tahap preparasi suspensi isolat yaitu dengan cara homogenisasi isolat dari
media TSA + 2.5 % NaCl yang telah diinkubasi pada 37±2 °C; 24 jam ke dalam
larutan NaCl 0.85 %. Suspensi isolat kemudian diinokulasikan ke dalam masingmasing sumur media uji yang berisi reagen-reagen dalam bentuk kering. Inokulasi
suspensi isolat pada masing-masing media uji dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Suspensi isolat diinokulasikan penuh ke dalam microtube media uji ONPG,
TDA, IND dan gula-gula pereduksi.
2. Suspensi isolat diinokulasikan di bawah garis tes microtube pada media uji LDC,
ODC, ADH, H2S, dan URE dan ditambahkan mineral oil.
3. Suspensi isolat diinokulasikan penuh ke dalam microtube dan sumur pada media
uji CIT, VP, dan GEL.
Media uji selanjutnya diinkubasikan pada suhu 37±2 °C selama 18-24 jam.
Hasil metabolisme ditandai dengan adanya perubahan warna pada masing-masing
media uji, di mana untuk media uji indol, VP dan TDA masing-masing dilakukan
penambahan reagen, yaitu:
1. Untuk pengujian indol ditambahkan 1 tetes reagen kovac’s dan pembacaan
dilakukan beberapa menit setelah penambahan reagen.
2. Untuk pengujian VP ditambahkan masing-masing 1 tetes reagen barritt’s A dan
B dan pembacaan dilakukan maksimal 10 menit setelah penambahan reagen.
3. Untuk pengujian TDA ditambahkan 1 tetes reagen FeCl3.
Seluruh hasil reaksi metabolisme kemudian dilakukan pembacaan untuk
penentuan reaksi positif dan negatif. Hasil reaksi dikelompokkan pada tiap 3 reaksi
10
dengan nilai pada tiap reaksi positif adalah 1, 2, dan 4 sehingga dihasilkan 7 digit
angka dan selanjutnya dilakukan pembacaan pada Analytical Profile Index (API)
atau menggunakan identification software.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keberadaan Listeria monocytogenes pada Produk Perikanan
Hasil pengujian pada 28 sampel produk perikanan menunjukkan tidak
terdapat koloni terduga Listeria monocytogenes pada media ALOA. Pada ALOA,
Listeria monocytogenes akan membentuk koloni biru kehijauan dengan halo buram
di sekelilingnya. Hal ini merupakan akibat dari adanya aktivitas L. monocytogenes
yang menghasilkan faktor virulensi phosphatidylinositol-specific phospholipase C
dan β-D-glucosidase (Park et al. 2014). Tahap konfirmasi dengan kit immuno assay
tidak dilakukan karena tidak diperoleh koloni terduga Listeria monocytogenes.
Keberadaan Listeria monocytogenes pada bahan baku
Listeria monocytogenes tidak terdeteksi pada 17 sampel produk perikanan
mentah berupa ikan tenggiri, ikan parang-parang, ikan kacang-kacang, ikan patin,
ikan tongkol, dan ikan gabus yang diperoleh dari pasar Anyar kota Bogor. Hal ini
diduga disebabkan lingkungan sumber sampel yang relatif aman dan tidak tercemar
L. monocytogenes, kondisi penyimpanan yang baik, dan kondisi sampel yang masih
segar. Lokasi pengambilan sampel terdapat di pinggir jalan dan di dalam gedung
pasar Anyar kota Bogor. Meskipun demikian, sampel yang diperoleh dalam kondisi
baik dan segar dimana ikan memiliki mata yang jernih, kornea bening, pupil hitam,
mata cembung, dan insang merah segar (Siburian et al. 2012).
Hasil penelitian lain terhadap produk perikanan di beberapa negara
disebutkan pada Lampiran 1. Cemaran Listeria monocytogenes tidak terdapat pada
sampel ikan segar blackback dari 28 sampel yang dianalisis di Iran (Basti et al.
2006), sedangkan cemaran tertinggi sebesar 14.8 % pada sampel ikan asap di
Spanyol Utara sebanyak 142 sampel (Garido et al. 2009).
Keberadaan Listeria monocytogenes pada produk olahan
Listeria monocytogenes juga tidak terdeteksi pada sampel produk olahan
berupa PJAS berbasis perikanan, yaitu 5 sampel setengah matang serta 6 sampel
matang. Hasil negatif L. monocytogenes diduga disebabkan oleh bahan baku yang
tidak tercemar dan atau adanya perlakuan panas yang cukup serta peralatan yang
tidak tercemar L. monocytogenes sehingga tidak terjadi kontaminasi ulang.
Perlakuan panas seperti pengukusan atau penggorengan dalam pengolahan pangan
menyebabkan kerusakan mikroba. Nilai D L. monocytogenes adalah D66 18 detik
(Shi et al. 2014). Proses pemanasan pada suhu 66ºC selama 18 detik dapat
membunuh 90 % populasi L. monocytogenes.
Hasil yang serupa juga ditunjukkan pada penelitian lain yang telah
dilakukan di Indonesia. L. monocytogenes tidak terdeteksi pada 30 sampel susu
impor (16 susu UHT dan 14 susu sterilisasi) yang masuk ke Indonesia (Ekandari
2009), 32 sampel susu pasteurisasi di pasar swalayan di Bogor (Sanjaya 2009),
30 sampel daging sapi di Surabaya (Tandisole 2011), 36 sampel karkas daging
11
ayam di Malang (Primajati 2011), 35 sampel pangan jajanan anak sekolah di daerah
Bogor (Yunita et al. 2016), 65 sampel pangan jajanan berbasis ikan (Yuswita et al.
2016), serta 30 sampel kerang hijau dan kerang darah (Rahayu et al. 2016).
Hasil berbeda ditunjukkan oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan di
Indonesia dimana Listeria monocytogenes terdeteksi. Enam dari 30 sampel keju
impor yang masuk ke Indonesia mengandung Listeria, empat diantaranya
terkonfirmasi sebagai L. monocytogenes (Iswan 2009). Listeria tetapi tidak
terkonfirmasi sebagai Listeria monocytogenes terdapat pada satu dari 14 sampel
pangan beku yang diperoleh dari satu pabrik (Cessarani 2010). Penelitian lain
menunjukkan bahwa dari 40 sampel pangan siap saji berbasis daging dan 40 sampel
pangan siap saji berbasis ikan yang diuji terdapat dua sampel pangan siap saji
berbasis ikan yang positif terkontaminasi L. monocytogenes (Kovacevic 2012).
Keberadaan Listeria spp. pada Produk Perikanan
Koloni yang diduga L. monocytogenes tidak terdeteksi pada media ALOA,
namun terdapat koloni berwarna biru kehijauan yang diduga Listeria jenis lain.
Komponen kromogenik yang terdapat pada media ALOA adalah 5-bromo-4chloro-3-indolyl-β-D-glucopyranoside (X-glc) akan bereaksi dengan aktivitas
β-glucosidase yang dihasilkan oleh Listeria spp. dan menghasilkan koloni berwarna
biru (Liu 2008). Hasil analisis terhadap 28 sampel produk perikanan yang terdiri
dari 17 sampel bahan baku dan 11 sampel produk olahan, menunjukkan 2 sampel
terkontaminasi Listeria grayi.
Keberadaan Listeria spp. pada bahan baku
Hasil pengujian Listeria spp. pada media ALOA terhadap 17 sampel bahan
baku menunjukkan 16 sampel diduga terkontaminasi Listeria spp. Jumlah isolat
yang diperoleh dari 16 sampel tersebut adalah 45 isolat. Hasil pewarnaan Gram dan
pengujian katalase diperoleh 1 isolat yang menunjukkan Gram positif berbentuk
batang pendek atau kokobasil serta katalase positif. Hasil pengujian motilitas
menunjukkan hasil positif pada isolat tersebut. Berdasarkan data tersebut, dapat
diketahui bahwa dari 17 sampel yang diidentifikasi, terdapat satu sampel (5.88 %)
yang memiliki ciri-ciri Listeria spp. Isolat dengan ciri-ciri Listeria spp. kemudian
diuji menggunakan uji fermentasi karbohidrat dan uji hemolitik untuk mengetahui
spesiesnya. Hasil uji fermentasi karbohidrat menunjukkan bahwa isolat Listeria spp.
yang telah terdeteksi merupakan Listeria grayi dimana L. grayi dapat
menfermentasi manitol tetapi tidak dapat menfermentasi xylosa, rhamnosa, dan
tidak memiliki kemampuan hemolitik (FDA 2011). Listeria grayi tergolong bakteri
non-patogen (Ryser dan Marth 2007).
Sampel tersebut merupakan sampel ikan patin yang diperoleh dari Pasar
Anyar kota Bogor. Berdasarkan keterangan penjual, ikan patin tersebut diperoleh
dari Pasar Muara Angke Jakarta, ditransportasikan menggunakan kotak pendingin,
kemudian langsung dijual pada hari yang sama. Sampel ikan patin terkontaminasi
diduga karena sumber sampel, peralatan dan tempat penyimpanan yang kurang
higienis, atau lingkungan dengan sanitasi yang kurang baik.
Hasil penelitian di beberapa negara lain juga menunjukkan keberadaan
Listeri spp. (Lampiran 2). Persentase prevalensi Listeria spp. tertinggi terdapat pada
12
sampel ikan di Nsukka, Nigeria, diperoleh 6 sampel (40 %) dari 15 sampel positif
Listeria spp., namun belum teridentifikasi jenis dari Listeria spp. tersebut (Jallewar
et al. 2006).
Keberadaan Listeria spp. pada produk olahan
Hasil pengujian Listeria spp. terhadap 11 sampel bahan baku menunjukkan
seluruh sampel diduga terkontaminasi Listeria spp. Jumlah isolat yang diperoleh
dari 11 sampel tersebut adalah 32 isolat. Hasil pewarnaan Gram dan pengujian
katalase diperoleh 1 isolat yang menunjukkan Gram positif berbentuk batang
pendek atau kokobasil serta katalase positif. Hasil pengujian motilitas menunjukkan
hasil positif pada isolat tersebut. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa
dari 11 sampel yang diidentifikasi, terdapat satu sampel (9.09 %) yang memiliki
ciri-ciri Listeria spp. Hasil uji fermentasi karbohidrat dan uji hemolitik
menunjukkan sifat dari Listeria grayi.
Sampel positif Listeria grayi tersebut merupakan fukien setengah matang
yang diperoleh dari pedagang jajanan di sekitar sekolah menengah di Bogor. Fukien
ini merupakan jajanan anak sekolah yang terbuat dari campuran beberapa jenis ikan
dan tepung. Perlakuan panas yang terjadi pada pembuatan fukien adalah perebusan
dan pemanggangan. Fukien setengah matang hanya mendapati proses perebusan,
namun belum dipanggang. Listeria grayi mengontaminasi fukien setengah matang
diduga karena bahan baku yang sudah tercemar L. grayi dan perlakuan panas yang
tidak cukup atau karena adanya post contamination. Post contamination dapat
terjadi karena peralatan atau lingkungan dengan sanitasi buruk.
Keberadaan Vibrio cholerae pada Produk Perikanan
Sampel yang dianalisis 25 sampel produk perikanan yang terdiri dari
19 sampel bahan baku dan 6 sampel produk olahan. Hasil analisis menunjukkan
bahwa pada 25 sampel tersebut tidak terdeteksi Vibrio cholerae.
Keberadaan Vibrio cholerae pada bahan baku
Hasil screening 19 sampel bahan baku produk perikanan pada media TCBS
agar menunjukkan adanya pertumbuhan koloni berwarna kuning yang diduga
Vibrio cholerae pada seluruh sampel. Vibrio cholereae dapat menfermentasi
sukrosa dan menghasilkan asam sehingga mengubah zat indikator bromothymol
blue membentuk koloni berwarna kuning. Jenis Vibrio dan bakteri lain yang dapat
menfermentasi sukrosa, antara lain: V. alginolyticus, V. fluvialis, V. furnissii,
V. metschnikovi, dan Aeromonas hydrophila sehingga dilakukan screening lebih
lanjut. Jumlah isolat yang diperoleh dari 19 sampel tersebut adalah 52 isolat. Hasil
pewarnaan Gram terhadap 52 isolat tersebut menunjukkan hanya 9 isolat (17.3 %)
pada 7 sampel (36.84 %) yang memiliki ciri-ciri Vibrio spp., yaitu Gram negatif,
berbentuk batang pendek atau koma, dan berukuran kecil. Hasil pengujian dengan
media TSIA dan LIA menunjukkan tidak terdapat isolat yang memiliki ciri-ciri
Vibrio cholerae, yaitu dapat menfermentasi glukosa, sukrosa, dan laktosa serta
menghasilkan Lysine-decarboxylase. Pengujian dengan API 20E tidak dilakukan
karena hasil negatif V. cholerae pada media TSIA dan LIA.
13
Berdasarkan hasil pengujian, 19 sampel produk perikanan bahan baku tidak
menunjukkan keberadaan Vibrio cholerae. Hal ini sesuai dengan persyaratan
mikroba cemaran V. cholerae negatif/25 gram sampel berdasarkan SNI tentang ikan
segar (SNI 01-2729.1-2006) dan peraturan BPOM nomor HK.00.06.1.52.4011
tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam pangan.
Vibrio cholerae merupakan bakteri patogen terhadap manusia. Bakteri ini akan
menyebabkan gangguan pencernaan apabila mengontaminasi pangan yang
dikonsumsi.
Vibrio cholerae tidak terdeteksi pada produk perikanan yang mentah diduga
karena kondisi lingkungan yang relatif aman, penanganan dan penyimpanan produk
yang baik. Adapun kemungkinan lain dimana terdapat bakteri yang bersifat
antagonis terhadap Vibrio cholerae sehingga pertumbuhan V. cholerae terhambat.
Hasil serupa juga didapat dari penelitian Asikin et al. (2014). Sampel yang
diuji berupa udang windu (10 sampel), air tambak, air proses, dan es pengawet
(17 sampel) di tiga kecamatan, yaitu: Kecamatan Muara Jawa, Anggana dan Muara
Badak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya bakteri E. coli yang terdeteksi pada udang, air proses
dan air tambak asal Kec. Muara Jawa sedangkan bakteri Vibrio cholerae dan
Salmonella tidak terdeteksi.
Penelitian lain yang dilakukan di beberapa daerah menunjukkan adanya
keberadaan Vibrio spp. termasuk Vibrio cholerae pada produk perikanan
(Lampiran 3). Sampel yang banyak diteliti adalah udang segar, kerang, ikan segar,
serta es pengawet dan air pengolahan hasil perikanan. Persentase prevalensi Vibrio
cholerae tertinggi terdapat pada sampel es pengawet hasil perikanan di Kedongan,
Kuta, Bali. Berdasarkan penelitian Wijaya et al. (2013), dari 10 sampel terdapat
5 sampel positif V. cholerae. Hal tersebut menunjukkan bahwa es pengawet dapat
menjadi salah satu sumber kontaminasi terhadap produk perikanan. Berdasarkan
Badan Riset Kelautan dan Perikanan (2012), lingkungan yang kurang bersih
menyebabkan bakteri V. cholerae yang berasal dari laut dapat mencemari pasar
tradisional. Hal ini dapat menjadi sumber penyakit kolera.
Menurut Purwoko (2007), transmisi utama penyakit kolera ditentukan oleh
faktor lingkungan seperti suhu, kebersihan dan konsentrasi nutrien misalnya
zooplankton di dalam air. Kondisi pasar sebagai tempat berjualan juga dapat
memengaruhi keberadaan bakteri V. cholerae. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pribadi (2008), faktor lokasi penjualan, peralatan yang kurang
higienis memengaruhi adanya kontaminasi bakteri V. cholerae. Beberapa penelitian
tersebut menunjukkan bahwa terdapat berbagai sumber transmisi dari bakteri
V. cholerae. Sumber pangan yang berasal dari hasil perikanan merupakan salah satu
sumber transmisi yang paling sering terjadi. Hal ini erat kaitannya dengan teori
bahwa air dengan kadar garam tinggi seperti air laut adalah tempat hidup alami dari
Vibrio spp., sehingga memudahkan proses kontaminasi (Widyastana et al. 2015).
Keberadaan Vibrio cholerae pada produk olahan
Hasil analisis terhadap 6 sampel produk perikanan olahan pada media TCBS
agar menunjukkan seluruh sampel diduga terkontaminasi Vibrio cholerae. Jumlah
isolat yang diperoleh dari 6 sampel tersebut adalah 23 isolat. Hasil pewarnaan Gram
terhadap 52 isolat tersebut menunjukkan hanya 3 isolat (5.77 %) pada 3 sampel
(50 %) yang memiliki ciri-ciri Vibrio spp. Hasil pengujian dengan media TSIA dan
14
LIA menunjukkan tidak terdapat isolat yang memiliki ciri-ciri Vibrio cholerae
sehingga tidak dilanjutkan ke pengujian menggunakan API 20E. Hal ini juga sesuai
dengan peraturan BPOM nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang penetapan batas
maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam pangan.
Penelitian Yunita et al. (2016) menunjukkan hasil serupa, yaitu negatif
Vibrio spp. pada 35 sampel PJAS di Bogor. Hasil berbeda didapat dari penelitian
Deashinta et al. (2007) dimana sembilan dari 20 pangan jajanan di Jakarta positif
mengandung Vibrio choerae.
Vibrio cholerae tidak terdeteksi pada produk perikanan olahan diduga
disebabkan oleh bahan baku yang tidak tercemar V. cholerae, adanya perlakuan
panas (pengukusan/ pengorengan) yang mengakibatkan V. cholerae mati, dan tidak
terjadi kontaminasi ulang dari peralatan maupun lingkungan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian menunjukkan bahwa L. monocytogenes tidak terdeteksi pada 28
sampel produk perikanan. Berdasarkan pengujian Listeria spp., terdeteksi Listeria
grayi sebanyak 1 dari 17 sampel berupa bahan baku (5.88 %) dan 1 dari 11 sampel
berupa produk olahan (9.09 %). Listeria grayi merupakan jenis bakteri non-patogen.
Analisis terhadap 25 sampel produk perikanan menunjukkan bahwa Vibrio
cholerae tidak terdeteksi.
Saran
Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil lebih banyak sampel di
berbagai tempat. Penelitian mengenai faktor penyebab tidak terdeteksinya Listeria
monocytogenes dan Vibrio cholerae dapat dilakukan, seperti pengujian formalin
pada sampel yang diuji. Penelitian terhadap bakteri patogen lain perlu dilakukan
untuk mendapatkan status keamanan cemaran mikroba berdasarkan persyaratan
SNI, seperti: ALT, Escherichia coli, Salmonella, dan Vibrio parahaemolyticus.
DAFTAR PUSTAKA
Ali M, Emch M, Park JK, Yunus M, Clemens J. 2011. Natural cholera infectionderived immunity in an endemic setting. J Infect Dis. 204: 912–918.
doi:10.1093/infALIdis/jir416.
Asikin AN, Hutabarat S, Darmanto YS, Prayitno SB. 2014. Kandungan bakteri
patogen pada udang windu (Penaeus monodon Fabricius) pascapanen asal
tambak. J Dinam Pert. 29(2): 199-206.
Badan POM. 2009. Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas
15
Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Badan Pengawasan Obat
dan Makanan RI.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2012. Pengolahan Ikan dan Hasil Laut.
Jakarta (ID): Departemen Kelautan dan Perikanan.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Provinsi
dan Jenis Penangkapan, 2000-2014 [internet]. [diacu 2016 Desember 10].
Tersedia dari: https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1705.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Spesifikasi Ikan Segar I. SNI 012729.1-2006.
[BSN] Badan Standadisasi Nasional. 2006. Cara uji mikrobiologi-Bagian 4:
Penentuan Vibrio cholerae pada produk perikanan. SNI 01-2332.4-2006.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. Metode identifikasi bakteri Aeromonas
hydrophila secara biokimia. SNI 7303:2009.
Basti AA, Misaghi A, Salehi TZ, Kamkar A. 2006. Bacterial pathogens in fresh,
smoked and salted Iranian fish. Food Control. 17: 183–188.
doi:10.1016_j.foodcont.2004.10.001.
Campos CA, Castro MP, Gliemmo MF, Schelegueda LI. 2011. Use of natural
antimicrobials for the control of Listeria monocytogenes in foods. Formatex.
1111-1123.
[CDC] Centers for Disease Control and Prevention. 2014. Laboratory Methods for
the Diagnosis of Vibrio cholerae chapter 6 [internet]. [diacu 2015 Februari 14].
Tersedia dari: https://www.cdc.gov/cholera/laboratory.html
Cessarani C. 2010. Isolation and Identification Listeria monocytogenes from frozen
food [skripsi]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.
Chen Z, Ming L, Chengjun S, Haimin Z, Xin W, Liyin Z, Siyuan T, Bingyue W,
Yongxin L. 2016. Identification of Vibrio cholerae serotypes in high-risk marine
products with non-gel sieving capillary electrophoresis. Analytical Biochemistry.
494: 68-75. doi:10.1016_j.ab.2015.10.011.
Deashinta N, Waturangi DE, Yogiara. 2007. Antibiotic resistance and integron of
Vibrio cholerae detection from school street foods in Jakarta. Hayati J Biosci.
14(2): 71-75. ISSN: 1978-3019
Ekandari SE. 2009. Kajian tingkat keamanan susu ultra high temperature (UHT)
impor terhadap Listeria monocytogenes [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
[FDA] Food and Drug Administration. 2001. BAM R32: Gram Stain.
Bacterioligical Analytical Manual Online.
[FDA] Food and Drug Administration. 2004. BAM Chapter 9 Vibrio.
Bacterioligical Analytical Manual Online.
[FDA] Food and Drug Administration. 2011. Listeria monocytogenes. Chapter 10
Detection and Enumeration of Listeria monocytogenes in Foods. In
Bacterioligical Analytical Manual Online.
Garido V, Viltas Al, Jalon IG. 2009. Survey of Listeria monocytogenes in ready-toeat products: Prevalence by brands and retail establishmenta for exposure
assesment of listeriosis in Nothern Spain. Food Control. 20: 986-991.
doi:10.1016/j.foodcont.2008.11.013.
Gubala AJ. 2006. Multiplex real-time PCR detection of Vibrio cholerae.
J Microbiol Methods. 65: 278-293.
16
[ISO] International Standardisation Organisation. 2004. Microbiology of food and
animal feeding stuffs – Horizontal method for the detection and enumeration of
Listeria monocytogenes. Part 1: Detection method – amandement 1. ISO
11290:2004.
Iswan H. 2009. Kajian tingkat keamanan keju impor ditimjau dari pencemaran
Listeria monocytogenes [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Jallewar PK, Kalorey DR, Kurkure NV, Pande VV, Barbuddhe SB. 2006.
Genotypic characterization of Listeria sp. isolated from fresh water fish. Int J
Food Microbiol. 144: 120-123. doi: 10.1016/j.ijfoodmicro.2006.09.034.
Liu D. 2008. Handbook of Listeria monocytogenes. Boca Raton (US): CRC Press,
Taylor and Francis Group.
Lomonaco S, Decastelli L, Nucera D, Gallina S, Bianchi DM, Civera T. 2009.
Listeria monocytogenes in Gorgonzola: subtypes, diversity and persistence over
time. Int J of Food Microb. 128: 516-520.
Park SH, Chang PS, Ryu S, Kang DH. 2014. Development of a novel selective and
differential medium for the isolation of Listeria monocytogenes. Appl Environ
Microbiol. 80(3): 1020. doi:10.1128/AEM.02840-13.
Pazra DF, Trioso P, Denny WL. 2014. Keberadaan bakteri Listeria monocytogenes
pada keju gouda produksi lokal impor. J Vet. 15(2): 192-198.
Pribadi A. 2008. Identifikasi bakteri Vibrio cholerae pada udang bakar yang dijual
di sekitar Jalan Pahlawan Semarang [skripsi]. Semarang (ID): Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Primajati SE. 2011. Deteksi bakteri patogen Salmonella sp. dan Listeria
monocytogenes pada karkas ayam segar yang beredar di kota Malang [skripsi].
Malang (ID): Universitas Brawijaya.
Purwohadisantoso K, Elok Z, Ella S. 2009. Isolasi bakteri asam laktat dari sayur
kubis yang memiliki kemampuan penghambatan bakteri patogen
(Staphylococcus aureus, Listeria monocytogenes, Escherichia coli, dan
Salmonella typhimirum). JTHP. 10(1): 19-27.
Purwoko T. 2007. Fisiologi Mikroba. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Rahayu WP, Rinati R, Nurjanah S, Nurwitri CC. 2016. Identifikasi Listeria
monocytogenes pada kerang hijau dan kerang darah. JPHPI. 19(3): 329-338.
doi:10.17844/jphpi.2016.19.3.329.
Robert K. 2009. Detection of Listeria monocytogenes in pasteurized milk sold in
Bogor and its relationship with human health [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Ryser ET, Marth EH. 2007. Listeria, Listeriosis, and Food Safety, 3rd ed. Boca
Raton (US): CRC Press, Taylor and Francis Group.
Sanjaya AW, Sudarwanto M, Robert K. 2009. Detection of Listeria monocytogenes
in pasteurized milk sold in Bogor and its relationship with human health.
Microbiol Indones. 3(1): 33-36.
Siburian ETP, Pramesti D, Nana K. 2012. Pengaruh suhu dan waktu penyimpanan
terhadap pertumbuhan bakteri dan fungi ikan bandeng. Unnes J Life Sci. 1(2):
101-105. ISSN 2252-6277.
Tandisole IP. 2011. Deteksi bakteri Listeria monocytogenes pada daging sapi di
beberapa pasar tradisional di Surabaya [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas
Airlangga.
17
Widyastana IWY, Kawuri R, Dalem AAGR. 2015. Keberadaan bakteri patogen
vibrio cholerae pada beberapa hasil perikanan yang dijual di pasar tradisional
kota Denpasar. J Metamorf II. (1): 16-22.
Wijaya IGM, Yuniadi P, Ananta IP, Dhinarananta IGP, Hendrayana MA. 2013.
Deteksi serotipe bakteri Vibrio cholerae O1 pada sampel es pengawet hasil laut
di pasar ikan Kedonganan, Kuta, Bali. E-Jurn Med Udayana. 2(9): 1559-1571.
Yousef AE dan Lado BH. 2007. Characteristics of Listeria. monocytogenes
important to food processors. Di dalam: Ryser ET and Marth EH. Listeria,
Listeriosis and Food Safety 3th ed. Boca Raton (US): CRC Press.
Yunita NA, Rahayu WP, Suliantari, Nurjanah S, Nurwitri CC. 2016. Identification
and probability of illness of S. aureus contaminated food for school children. Int
Food Reasearch J. 23(4): 1767-1772. ISSN 19854668/e:2231546.
Yuswita E, Nurjanah S, Rahayu WP. 2016. Identifikasi Listeria spp. pada pangan
jajanan berbasis ikan di kota Bogor. JTIP. 27(1): 10-16. doi
10.6066/jtip.2016.27.10.
18
Lampiran 1 Cemaran L. monocytogenes pada produk perikanan
Ready-to-eat
Spain
seafood
Seafood segar, beku, Iran
dan ready-to-eat
Seafood
Japan,
China
Ready-to-eat
Japan
seafood
Seafood
Goa,
India
Seafood segar dan
Mysore,
yang telah
India
dikeringkan
Ikan
Nagpur,
India
Ikan
Greece
250
Jumlah
positif
L. monocytogenes
6
245
2
0.8
476
28
5.9
701
38
5.4
115
10
8.6
164
3
1.8
200
26
13
120
1
0.8
Ikan asap
Ikan kering
Ikan asin
Ikan segar
Ikan asap
76
16
18
9
142
3.9
12.5
11.1
11.1
14.8
403
8.9
Iran
326
194
38
28
10.4
14.4
10.5
0
Iran
39
10
Jenis sampel
Ikan segar
Ikan asap
Ikan segar
Tidak spesifik
Ikan segar
Blackback
Ikan segar Silver
carp
Lokasi
Yunani
Utara
Spanyol
Utara
Jepang
Sweden
n
%positif
L. monocytogenes
2.4
Sumber
Gonzales et
al. (2013)
Zarei et al.
(2012)
Beleneva
(2011)
Miya et al.
(2010)
Parihar et al.
(2008)
Moharem et
al. (2007)
Jallewar et
al. (2006)
Soultos et al.
(2006)
Soultos et al.
(2014)
Garido et al.
(2009)
Miya et. al
(2010)
Lambertz et
al. (2012)
Basti et al.
(2006)
Basti et al.
(2006)
Basti AA, Misaghi A, Salehi TZ, Kamkar A. 2006. Bacterial pathogens in fresh,
smoked and salted Iranian fish. Food Control. 17: 183–188.
doi:10.1016_j.foodcont.2004.10.001.
Beleneva IA. 2011. Incidence and characteristics of Staphylococcus aureus and
Listeria monocytogenes from the Japan and South China seas. Marine Pollution
Bulletin. 62: 382-387.
Garido V, Viltas Al, Jalon IG. 2009. Survey of Listeria monocytogenes in ready-toeat products: Prevalence by brands and retail establishmenta for exposure
19
assesment of listeriosis in Nothern Spain. Food Control. 20: 986-991.
doi:10.1016/j.foodcont.2008.11.013.
Gonzalez D, Ana IV, Maria DL, Isabel GJ. 2013. Listeria monocytogenes in readyto-eat seafood in Spain: Study of prevalence and temperatures at retail. Food
Microbiol. 36 (20013): 374-378.
Jallewar PK, Kalorey DR, Kurkure NV, Pande VV, Barbuddhe SB. 2006.
Genotypic characterization of Listeria sp. isolated from fresh water fish. Int J
Food Microbiol. 144: 120-123. doi: 10.1016/j.ijfoodmicro.2006.09.034
Lambertz ST, Nilsson C, Bradenmark A, Sylven S, Johansson A, Jansson LM,
Lindblad M. 2012. Prevalence and level of Listeria monocytogenes in ready-toeat foods in Sweden 2010. Int J Food Microbiol. 160: 24-31
Miya S, Hajime T, Tatsuya I, Tateo F, Bon K. 2010. Risk of Listeria monocytogenes
contamination of raw ready-to-eat seafood products available at retail outlets in
Japan. Appl Environ Microbiol J. 76(10): 3383-3386.
Moharem AS, Charith RAP, Janardhana GR. 2007. Incidence of Listeria species in
seafood products of Mysore, India. Food Safety. 27: 362-372.
Parihar VS, Barbuddhe SB, Danielsson-Tham ML, Tham W. 2008. Isolation and
characterization of Listeria species from tropical seafoods. Food Control. 19:
566-569.
Soultos N, Abrahim A, Papageorgiou K, Steris V. 2006. Incidence of Listeria sp.
in fish and environment of fish markets in Northen Greece. Food Control. 18:
554-557.
Soultos N, Iossifidou E, Tzikas Z, Sergelidis D, Lazou Th, Drakopoulos G,
Konstantelis I. 2014. Prevalence of Listeria monocytogenes in ready-to-eat
seafood marketed in Thessaloniki (Northern Greece). Veterinary World. 7(11):
1004-1009.
Zarei M, Siavash M, Masoud G. 2012. Prevalence of Listeria monocytogenes,
Vibrio parahaemolyticus, Staphylococcus aureus, and Salmonella sp. in seafood
products using multiplex polymerase chain reaction. J Foodborne Pathog Dis.
9(2): 108-112.
20
Lampiran 2 Cemaran Listeria spp. pada produk perikanan
Jumlah
positif
Listeria
spp. (%)
Jenis
Listeria spp.
115
18 (15.6)
L. innocua
Parihar et
al. (2008)
Thessaloniki,
Yunani
120
4(3)
L. innocua
Soultos et
al. (2006)
Seafood
Mysore India
segar dan
yang telah
dikeringkan
164
50 (30.5)
L. innocua
Ikeh et al.
(2010)
Jenis
Sampel
Lokasi
Seafood
Goa, India
Seafood
Ikan
Nsukka
Nigeria
N
15
Sumber
8 (4.9)
L. grayi
1 (0.6)
L. seeligeri
6 (40.0)
Tidak
Jallewar
terkonfirmasi et al.
(2006)
Ikeh MAC, Obi SKC, Ezeasor DN, Ezeonu IM, Moneke AN. 2010. Incidence and
pathogenicity profile of Listeria sp. isolated from food and environmental
samples in Nsukka, Nigeria. Afric J Biotech. 9(30): 4776-4782.
Jallewar PK, Kalorey DR, Kurkure NV, Pande VV, Barbuddhe SB. 2006.
Genotypic characterization of Listeria sp. isolated from fresh water fish. Int J
Food Microbiol. 144: 120-123. doi: 10.1016/j.ijfoodmicro.2006.09.034.
Parihar VS, Barbuddhe SB, Danielsson-Tham ML, Tham W. 2008. Isolation and
characterization of Listeria species from tropical seafoods. Food Control. 19:
566-569.
Soultos N, Abrahim A, Papageorgiou K, Steris V. 2006. Incidence of Listeria sp.
in fish and environment of fish markets in Northen Greece. Food Control. 18:
554-557.
21
Lampiran 3 Cemaran Vibrio spp. pada produk perikanan
Jenis
sampel
Udang
mentah
beku
Udang,
tiram, dan
kerang
Petis
Es
pengawet
hasil
perikanan
laut
Hasil
perikanan
Udang
windu
Air
tambak,
air proses,
dan es
pengawet
Lokasi
N
RM. pantai
Pangandaran
20
Alexandria,
US
150
Tembalang,
Semarang
Kedonganan,
Kuta, Bali
Denpasar,
Bali
Kab. Kutai
Kartanegara,
Kalimantan
Timur
Kab. Kutai
Kartanegara,
Kalimantan
Timur
Jumlah
positif
0
%positif
Jenis Vibrio
Sumber
0
V.
parahaemoliticus
Widowati
(2008)
41
11
9
7
4
3
2
1
27.3
7.3
6
4.7
2.7
2.1
1.3
0.7
Bakr et al.
(2011)
25
3
12
V. alginolyticus
V.
parahaemolyticus
V. mimicus
V. furnissii
V. fluvialis
V. hollisae
V. vulnificus
V. cholerae
V. cholerae
10
5
50
V. cholerae
27
2
7.4
V. cholerae
10
0
0
V. cholerae
17
0
0
V. cholerae
Fitriyana
(2014)
Wijaya et
al. (2013)
Widyastana
et al. (2015)
Asikin et al.
(2014)
Asikin et al.
(2014)
Asikin AN, Hutabarat S, Darmanto YS, Prayitno SB. 2014. Kandungan bakteri
patogen pada udang windu (Penaeus monodon Fabricius) pascapanen asal
tambak. J Dinam Pert. 29(2): 199-206.
Bakr WMK, Hazzah WA, Abaza AF. 2011. Detection of Salmonella and Vibrio
species in some seafood in Alexandria. J Americ Sci. 7(9): 663-668.
Fitriyana MN. 2014. Survei jumlah total kuman dan keberadaan Vibrio cholerae
pada petis yang dijual pedagang tahu petis di Kecamatan Tembalang kota
Semarang [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Dipenogoro.
Widyastana IWY, Kawuri R, Dalem AAGR. 2015. Keberadaan bakteri patogen
Vibrio cholerae pada beberapa hasil perikanan yang dijual di pasar tradisional
kota Denpasar. J Metamorf II. (1): 16-22.
Wijaya IGM, Yuniadi P, Ananta IP, Dhinarananta IGP, Hendrayana MA. 2013.
Deteksi serotipe bakteri Vibrio cholerae O1 pada sampel es pengawet hasil laut
di Pasar ikan Kedonganan, Kuta, Bali. E-Jurn Med Udayana. 2(9): 1559-1571.
22
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor, 28 Oktober 1994. Penulis
merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Agus Lelana
dan Ibu Itasia Dina Sulvianti. Penulis menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Polisi 4 Bogor
pada tahun 2006, lalu melanjutkan pendidikan menengah
di SMP Negeri 2 Bogor dan tamat pada tahun 2009.
Setelah itu penulis menyelesaikan pendidikan
menengahnya di SMA Negeri 3 Bogor program Akselerasi
pada tahun 2011 dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan pada tahun yang sama.
Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam
organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (BEM
FATETA) Kabinet Benang Merah sebagai anggota multimedia dan informasi tahun
kepengurusan 2012-2013. Pada tahun kepengurusan 2013-2014 penulis masih aktif
di BEM FATETA Kabinet Filantropi departemen Kreatif. Penulis juga aktif
menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Fisika Tingkat Persiapan Bersama
(TPB) pada tahun 2012-2014. Selain itu, penulis aktif sebagai anggota divisi Musik
dari UKM Gentra Kaheman pada tahun 2011 dan anggota divisi Event Organizer
dalam UKM Musik MAX!! pada tahun 2011. Penulis juga mendapatkan beasiswa
Djarum Plus 2013-2014.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian,
penulis menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Deteksi Listeria monocytogenes
dan Vibrio cholerae pada Produk Perikanan”. Tugas akhir ini dilaksanakan di
bawah bimbingan Prof. Dr. Winiati P. Rahayu dan Dr. Siti Nurjanah, S.TP, M.Si.
Download