ISOLASI DAN IDENTIFIKASI Listeria monocytogenes DARI SUSU SEGAR DI SULAWESI SELATAN Ratmawati Malaka, Farida Nur Yuliati, Kusumadari Indah Prahesti, Endah Murpiningrum Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin e-mail : [email protected] Abstrak Listeria monocytogenes adalah salah satu bakteri penyebab infeksi asal pangan terutama susu dan produk susu yang merupakan penyebab Food Borne Listeriosis di berbagai negara. Infeksi terutama pada wanita hamil, anak-anak dan penderita imuno-defisiensi dengan gejala utama keguguran, meningoenchepalitis pada bayi, faringitis, gangguan mental, paralisis dan kematian. Pada penelitian kami sebelumnya telah ditemukan perbedaan sifat koloni yang perlahan terhadap pembentukan filamen dan pigmen yang kemungkinan disebabkan adanya perbedaan serotipe dan genetik. Koloni ini merupakan isolat murni yang telah kami isolasi dari susu murni peternakan rakyat di Sulawesi Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian Tahap Pertama dari beberapa rangkaian penelitian yang kami lakukan. Pada Tahap ini dilakukan isolasi dan identifikasi serta mengkarakterisasi berbagai tipe perbedaan sifat koloni bakteri yang dikaitkan dengan pengaruhnya pada penampilan fisik dari susu segar kemudian dicari serotipe dengan teknik konvensional menggunakan uji-uji biokimia. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari sampel susu segar di kabupaten Gowa ditemukan 3 variasi koloni Listeria, di Kabupaten Sinjai ditemukan 4 jenis koloni, di Kabupaten Enrekang didapatkan 7 jenis koloni Listeria terduga. Variasi koloni ini setelah diuji konfirmasi juga memperlihatkan karakteristik yang berbeda yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara fenotif, yang kemungkinan juga memperlihatkan variasi genetik. Kata kunci : Listeriosis, Listeria monocytogenes, Isolasi, identifikasi PENDAHULUAN Listeria monocytogenes adalah bakteri patogen penyebab wabah asal pangan (food borne bacterial) yang menyebabkan listeriosis pada individu yang peka. Bakteri ini tersebar luas di alam dan berhubungan dengan tanah, tanaman atau feses hewan dan selalu ada dalam lingkungan processing makanan terutama pada berbagai jenis susu dan produk susu yang sering dihubungkan dengan lingkungan Peternakan Sapi Perah. Meskipun penyakit ini jarang dilaporkan di Indonesia tetapi gejala listeriosis banyak ditemui hampir di seluruh tanah air seperti keguguran pada wanita hamil, encephalitis pada bayi, cacat mental, paralisis dan kematian anak (Paillard et al., 2003) Orang yang beresiko tinggi terhadap listeriosis adalah wanita hamil, bayi yang baru lahir, usia lanjut, orang dengan sistem pertahanan tubuh yang rendah misalnya penderita kanker dan AIDS mempunyai gejala seperti menderita flu seperti demam, ngilu pada otot, gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah. Bila Listeria menginfeksi darah (septicemia) akan menyebabkan gangguan seluruh organ termasuk jaringan syaraf dan otak (meningitis dan enchepalitis) sehingga muncul gejala sakit kepala, kekakuan leher, pusing, kehilangan keseimbangan atau konvulsi. Bila menyerang wanita hamil maka dapat terjadi kelahiran prematur dan aborsi. Di Amerika Serikat angka kesakitan oleh listeriosis mencapai 2500 orang setiap tahun dengan tingkat kematian mencapai 20 – 30 % (Alaska Department of Environmental Conservation, 2012; Runyom, 2011). Untuk meminimalkan resiko kesehatan masyarakat untuk terjadinya wabah listeriosis, perlu adanya penelitian tentang Listeria monocytogenes mulai dari isolasi dan identifikasi untuk mengetahui keragaman jenis-jenis Listeria yang ada di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan. Penelitian ini sangat penting untuk mengetahui kemungkinan adanya kejadian penyakit yang disebabkan oleh Listeria monocytogenes akibat konsumsi susu segar tanpa melalui pemanasan dan processing. Variasi sifat biokimia dan perbedaan sifat koloni melalui deteksi konvensional kemungkinan juga secara genetik terdapat perbedaan yang menunjukkan adanya perbedaan patogenitas. Deteksi, isolasi dan identifikasi bakteri ini dalam makanan sangat penting tidak tergantung berapa jumlahnya dalam makanan. Bila pada deteksi Listeria dalam makanan positif, menunjukkan bahwa hal tersebut bersifat bahaya karena dalam SNI maupun Codex Internasional maka tidak boleh ada Listeria monocytogenes dalam susu segar maupun produk makanan lainnya. Pada penelitian kami tahun 2006 dan 2008 (Yuliati dan Malaka, 2008), kami menemukan ada 4 jenis koloni Listeria monocytogenes yang berbeda pada susu segar yang kami ambil dari Peternakan sapi perah di Makassar, yang memberikan indikasi bahwa Listeria monocytogenes tak bisa diabaikan. Selama ini masih sangat langka tentang penelitian epidemiologi listeriosis terutama di Indonesia. Tujuan umum dari penelitian ini adalah memberikan gambaran epidemiologi Listeriosis akibat infeksi asal susu segar sehingga pada saatnya dapat dilakukan proses pencegahan melalui metode penghambatan pertumbuhan pada makanan. Juga dengan penelitian lebih lanjut kemungkinan dapat dibuat vaksin atau antibiotik yang spesifik untuk mencegah pada penderita listeriosis. BAHAN DAN METODE Pengambilan sampel Sampel susu diambil dari peternakan rakyat dari Kabupaten Gowa, Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Enrekang. Sampel dijaga dan ditransfortasi ke Laboratorium Mikrobiologi Hewan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin di Makassar dengan menggunakan cooling box. Isolasi dan Identifikasi Listeria monocytogenes dari susu segar Listeria monocytogenes dilakukan isolasi dari susu segar yang berasal dari lokasi pemeliharaan sapi perah Gunung Perak Kabupaten Sinjai, Malino Kabupaten Bone dan Enrekang Kabupaten Enrekang. Kultur pemeliharaan yang digunakan adalah Tryptic Soy Broth (TSB) dan Tryptic Soy Agar (TSA). Bahan pengencer untuk perhitungan bakteri adalah buffer fosfat (pH 7). Tahapan yang akan dilakukan untuk mendeteksi dan mengisolasi Listeria monocytogenes adalah sebagai berikut: 1. Tahap Penyuburan Pada tahap ini media penyubur yang digunakan adalah Listeria Enrichment Broth (LEB). Tujuannya adalah untuk mengembalikan kekuatan Listeria untuk tumbuh setelah mengalami cekaman lingkungan. 2. Tahap Seleksi dan Isolasi Sampel dari media penyubur kemudian digoreskan pada media selektif dan deferensial Listeria Selektif Agar (LSA). Koloni akan terlihat berwarna hitam atau mempunyai warna lainnya sesuai pembentukan figmen dari Listeria dengan latar belakang oranye sampai merah bata. 3. Uji penguat (uji Konfirmasi) Koloni tipical Listeria diuji biokomia yaitu uji gula-gula, uji katalase, uji motilitas dan pewarnaan Gram, reaksi litmus milk, uji hemolisis dan reaksi Voges Proskauer. Pemeliharaan Bakteri, Jenis Media dan Kondisi Pertumbuhan Isolat yang menunjukkan adanya perubahan koloni secara perlahan yaitu perubahan warna dan pembentukan filamen yang berbeda akan dikarakterisasi dengan metode konvensional yaitu uji-uji biokimia, uji hemolisis, uji motilitas. Kultur rutin untuk pemeliharaan isolat dilakukan dalam kaldu brain heart infusion (BHI) dan kaldu Listeria enrichment (LEB) serta listeria Selective Agar (LSA). Untuk melihat adanya sifat motil dari bakteri maka pada BHI ditambahkan agar sebanyak 0,3% (b/v). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada media LSA (Tabel 1) yang merupakan media yang selektif hanya menumbuhkan Listeria memperlihatkan ada 3 jenis koloni yang berbeda, yang mengindikasikan bahwa ketiga jenis koloni tersebut merupakan jenis listeria yang berbeda. Hal ini memberikan gambaran bahwa di Malino Kabupaten Gowa ditemukan 3 koloni Listeria tersangka. Berdasarkan dari pengamatan koloni, maka dapat dikatakan bahwa ketiga koloni tersebut mempunyai sifat yang berbeda sehingga diduga merupakan 3 jenis bakteri yang berbeda. Berdasarkan uji konfirmasi dengan uji Gula-gula yang telah dicocokkan dengan Bergeys manual menggambarkan bahwa Isolat bakteri tersebut merupakan Listeria spp. Tetapi yang mempunyai ciri Listeria monocytogenes adalah koloni ke-2 (isolate 2) (Tabel 2). Berdasarkan perbandingan kemungkinan adanya kontaminasi listeria maka jua dilakukan perhitungan total mikroba pada susu segar tersebut. Dengan melihat jumlah seluruh mikroba pada penghitungan total plate count (TPC) menunjukkan bahwa jumlah bakteri yang terdapat dalam susu melebihi dari 106, karena sampai pada pengenceran 10.000 x, jumlah koloni yang tumbuh tidak bisa untuk dihitung (TBUD) artinya jumlah yang tumbuh melebihi 300 koloni yaitu melebihi dari 300 x 104 atau 3,0 x 106, yang memberikan indikasi bahwa sampel susu tersebut mempunyai jumlah bakteri yang melebihi dari SNI. Hal ini menunjukkan bahwa susu tersebut tidak layak untuk dikonsumsi, apalagi berdasarkan perhitungan jumlah koloni listeria melebihi dari 1000, sementara pada SNI sama sekali tidak boleh ada Listeria atau jumlah Listeria monocytogenes harus nol (0). Hasil perhitungan total plate count (TPC) dari sampel susu dari kabupaten Sinjai memperlihatkan bahwa jumlah bakteri masih lebih rendah dari yang dipersyaratkan oleh SNI, dengan demikian susu dari kabupaten Sinjai masih bisa untuk dilakukan prosessing lebih lanjut dan layak untuk dikonsumsi bila hanya dilihat dari TPC-nya. Dari delapan (8) ekor sapi yang sedang laktasi di Gunung Perak Kabupaten Sinjai, seluruhnya dapat diperah susu-nya dan masih bagus untuk diolah lebih lanjut, untuk bisa dimanfaatkan atau dikonsumsi manusia (Tabel 3). Ada 4 jenis variasi koloni (Tabel 4) yang ditemukan pada sampel susu dari Kabupaten Sinjai pada media selektif untuk Listeria spp. Hal ini memberikan indikasi bahwa sampel susu dari kabupaten Sinjai tersebut terduga terkontaminasi Listeria spp. berdasarkan uji konfirmasi dengan uji-uji biokimia (Tabel 5). Sumber kontaminasi bisa berasal dari ternak sapi atau juga lingkungan pemeliharaan seperti kandang. Pada media LSA menunjukkan tipe koloni yang berbeda-beda. Berdasarkan Bergeys Manuals of Systematic Bacteriology (1994) menunjukkan bahwa bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada Nutrient Agar (NA) atau media bernutrisi lainnya. Pada Tabel 6. menunjukkan bahwa ada 9 koloni dengan karakteristik yang berbeda pada media LSA dari sampel susu Kabupaten Enrekang. Hal ini memberikan indikasi bahwa sampel susu dari kabupaten Enrekang terkontaminasi Listeria spp. dengan penampilan fenotif yang variatif, juga dapat dilihat pada uji konfirmasi Tabel 7. Pembahasan Listeria monocytoges adalah parasit intraseluler dan dapat berada dalam leukosit pada susu yang terkontaminasi. Karakteristik koloni pada media LSA dari sampel susu Malino Kabupaten Gowa. Beberapa peneliti memberikan penjelasan bahwa bakteri ini tahan terhadap pasteurisasi akibat sifatnya yang intraseluler khususnya pasteurisasi Low Temperature Long Time LTLT (Doyle et al., 1987). Pada umumnya Genus Listeria berbentuk batang pendek dengan diameter 0,4 – 0,5 µm dengan panjang 0,5 – 2 µm, beberapa sel mungkin berbentuk kurva. Bakteri ini pada kultur membentuk koloni dengan permukaan kasar, berfilamen, Gram positif, tetapi pada kultur yang tua akan dapat kehilangan pembentukan Gram. Tidak membentuk kapsul maupun spora. Bakteri ini bersifat motil karena mempunyai flagella peritrikos ketika kultur ditumbuhkan pada suhu 20 – 25oC. Koloni pada NA mempunyai diameter antara 0,5 – 1,5 mm, bulat, translucent, permukaan sedikit cembung, Koloni memperlihatkan variasi warna biru-kehijauan yang bercahaya atau biru keabuan, mungkin berlendir ketika disentuh dengan ose. Pada kultur yang tua (3 – 7 hari), koloni menjadi lebih besar dengan diameter 3-5 mm dengan pusat yang lebih opaq dan mungkin membentuk koloni yang kasar (Gambar 1). Bakteri ini tumbuh optimum pada suhu 30 – 37oC, dengan batas pertumbuhan antara 1 – 45oC, mati pada pemanasan 60oC selama 30 menit. Bakteri dapat tumbuh pada kultur yang ditambahkan NaCl 10%, Katalase positif, Oksidase negatif, fermentasi glukosa, tidak memproduksi gas, Metil Red positif, VogesProskauer positif, tidak menggunakan sitrat (sitrat negatif), tidak memproduksi indol, tidak menghidrolisa urea (urea negatif). Semua strain Listeria memproduksi asam dari selobiosa, eskulin, fruktosa, glukosa, mannose, dan salisin (48 jam), bila waktu inkubasi diperpanjang sampai 4 hari maka juga dapat memfermentasi maltose, dekstrin (8 hari); α-metil-D-glukosida (2-6 hari). Berdasarkan penjelasan dari uji-uji biokimia maka kemungkinan yang menjadi isolate tersangka Listeria monocytogenes adalah koloni 1, 3 dan 4. Hal inipun dapat dikonfirmasi dengan uji hemolisis yang memperlihatkan adanya β-hemolisis (Gambar 2). Identifikasi isolate baru dapat diuji dengan morfologi sel, morfologi koloni, reaksi hemolisis pada Agar darah domba 5% (v/v). Bakteri ini tumbuh baik pada suhu 37oC, menggunakan oksigen, memproduksi katalase, memproduksi asam dari karbohidrat. Listeria monocytogenes adalah merupakan bakteri Gram positif, tidak berspora, berbentuk batang, fakultatif ananerobik, mampu tumbuh dari -4 – 50oC, katalase positif, bersifat β-hemolisis yaitu memproduksi zona bening pada koloni di Agar darah (Lovett, 1990). Organisme ini mempunyai flagella perithrikos sehingga bersifat motil. Koloni dari mikroba ini berwarna hijau kebiruan yang opaq. Bakteri L. monocytogenes tumbuh dengan baik pada pH 4,5 – 7,0 dan tidak tumbuh pada pH dibawah 4,0 dan lebih rendah. Beberapa asam (asetat, laktat, sitrat dan asam hidroklorida) digunakan untuk menghambat pertumbuhan Listeria monocytogenes. Beberapa peneliti menemukan bahwa pH minimum yang dibutuhkan untuk memulai pertumbuhan adalah pada kisaran pH 5,0 – 5,7 pada suhu 4oC dan dari 4,3 – 5,2 pada suhu 30oC. Buchanan (1990) mengembangkan model matematika yang menggambarkan pengaruh temperatur (5 – 37oC), pH (4,5 – 7,5), NaCl (5 – 45 g/liter), NaNO2 (0 – 1 p.g/ml) dan atmosfir ( aerobik dan anaerobik) terhadap pertumbuhan kinetic L. monocytogenes Scott A dalam Kaldu Tripton Fosfat. Penelitian terhadap fermentasi karbohidrat oleh Listeria spp. pada kondisi anaerobic hanya heksosa dan pentose yang mensupport pertumbuhan; secara aerobik yang meningkatkan pertumbuhan adalah maltose dan laktosa, tetapi tidak sukrosa. Walaupun L. monocytogenes merupakan bakteri yang diisolasi dari lingkungan, tetapi menjadi terfokus banyak diisolasi dari produk pangan. berdasarkan SNI No. 01-6366-2000 menyebutkan bahwa batas maksimum cemaran Listeria monocytogenes untuk sampel dari produk yang berasal dari bahan hewan adalah 0/ gram atau 0/ml, demikian juga di Amerika Serikat, produk pangan batas toleransi-nya adalah 0 cfu/g (Mc. Lauchlin et al., 2004); di Kanada batasnya 100 cfu/g untuk makanan siap saji (Health Canada, 2004). Hal ini memberikan indikasi bahwa pada proses pemeriksaan melalui isolasi maupun identifikasi tetap diperlukan teknik pemeriksaan konvensial guna mendeteksi jumlah kontaminan Listeria monocytogenes dalam bahan pangan tersebut, disamping teknik pemeriksaan juga bertujuan dalam hal mengetahui penyebaran bakteri ini dan hubungannya dengan kondisi kesehatan sapi perah secara umum dan kemungkinan adanya hubungan dengan kejadian mastitis pada ambing sapi perah. Metode primer untuk deteksi L. monocytogenes pada sampel bahan pangan saat ini masih lebih baik menggunakan metode konvensional atau tradisional (Allerberger, 2003). Pengujian ini terdiri dari tiga langkah dasar yaitu pengkayaan (enrichment), isolasi dan konfirmasi (Buchanan, 1990). Setelah pengkayaan pada media selektif, kultur kemudian diuji pada media biokimia untuk melihat sifat fisiologinya seperti melalui pewarnaan Gram, bentuk morfologi, motilitas, sifat katalase. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Navratilova et al., (2004) bahwa mikroorganisme patogen L.monocytogenes ada 15 sampel diisolasi dari susu segar dan satu sampel susu pasteurisasi. Penelitian menunjukkan bahwa sumber kontaminasi utama adalah dari traktus gastrointestinal, lingkungan kandang, kulit ambing. Listeria merupakan penyebab mastitis kronis dengan prevalensi pada susu segar sekitar 2,1%. Sampel susu pasteurisasi yang positif L.monocytogenes berasal dari sampel yang dipasterurisasi HTST (high Temperature Short Time) dengan suhu 72,6oC selama 15 detik, meskipun sebenarnya bakteri ini seharusnya mati pada suhu 72oC selama 15 detik. Kemungkinan adanya mikroba ini dalam susu akibat adanya kontaminasi sekunder. Sedangkan berdasarkan penelitian Tandisole et al., (2010) yaitu dengan melakukan survey pada daging segar di beberapa pasar tradisional di Surabaya menunjukkan bahwa daging sapi yang dijual di pasar tradisional tidak mengandung Listeria monocytogenes sehingga daging dianggap kerkualitas baik dari segi cemaran mikroba. Kemungkinan Listeria lebih berhubungan dengan susu dan produknya dengan daging segar. Menurut Doyle et al., (1987) bahwa jika L.monocytogenes dalam PMNL (polymorph Nuclear Leucocyte) dalam susu sebagai faktor sehingga bakteri ini tahan terhadap pasteurisasi, kemudian terjadi degradasi PMNL dan Listeria keluar ke dalam susu setelah disimpan pada refrigerator selama 3 – 4 hari yang menyebabkan bakteri ini kemudian sensitif kembali terhadap pemanasan. KESIMPULAN Terdapat variasi dari karakteristik koloni dari Listeria yang diisolasi dari sampel susu di Sulawesi Selatan yaitu 3 koloni tersangka dari Kabupaten Gowa, 4 koloni tersangka dari Kabupaten Sinjai dan 8 koloni tersangka dari Kabupaten Enrekang. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini didukung melalui pendanaan dari BOPTN DIKTI melalui DIPA Universitas Hasanuddin. Terima kasih juga kami ucapkan untuk Ikman Mansyur, Abdullah bin Hatta dan Warni atas bantuan teknis di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Alaska Department Environmental Conservation. 2012. Listeria monocytogenes in Dairy Products. Office of the State Veterinarian 521 Dr. Martin Luther King Jr. Ave Anchorage, AK 99507 (907) 375-8215. Allerberger, F. 2003. Listeria: growth, phenotypic differentiation and moleculer microbiology. FEMS Immunol. Med. Microbiol. 35: 183 – 189. Churchill, R.L.T; H. Lee; C.J. Hall. 2006. Detection of Listeria monocytogenes and the toxin listeriolysin O in food. Journal of Microbiological Methods 64: 141–170 Health Canada. 2004. Policy on Listeria monocytogenes in ready to eat foods. Directorate – Health Products and Food Branch – Health Canada. Food Doyle, M.P., K.A. Glass, J.T. Beery, G.A. Garcia, D.J. Pollard and R.D. Schultzz. 1987. Survival of Listeria monocytogenes in milk during high temperature short time pasteurization. Applied and Environmental Microbiology, 53 (7): 1433 – 1438. Lovett, J. 1990. Taxonomy and general characteristics of Listeria monocytogenes. In: Miller, A.J., Smith, J.L., Somkuti, G.A. (Eds), Foodborne Listeriosis. Elsevier Science Publisher, New York. M.cLauchin, J., Mitchell, R.T., Smerdon, W.J., Jewell, K. 2004. Listeria monocytogenes and Listeriosis: a review of hazard characterization for use in microbiological assessment of foods. Int. J. Food Microbiol. 92: 15 – 33. Navratilopa, P; J. Schlegelova, A. Sustackova, E. Navrapnicova, J. Lukasova, E. Klimova. 2004. Prevalence of Listeria monocytogenes in milk, meat and foodstuff on animal origin and the phenotype of antibiotic resitance of isolated strains. Vet.Med.-Czech, 49 (7) : 243 – 252. Runyon, M. 2011. Listeria monocytogenes in raw milk. Office of the Texas State Chemist. http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/listeriosis /#what. Tandisole, I.P., H. Puntodewo, H. Tjitro. 2010. Deteksi bakteri Listeria monocytogenes pada daging sapi di beberapa pasar tradisional di Surabaya. Fakultas Kedokteran Hewan. Airlangga. Yuliati, N.Y. and R. Malaka. 2008. Karakteristik Pertumbuhan Listeria monocytogenes Dalam Susu Selama Penyimpanan Refrigerator, sebagai Dasar dalam Pencegahan Infeksi Asal Pangan. Laporan Penelitian Dosen Muda. Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Makassar. Tabel 1. Karakteristik Koloni pada media LSA Koloni Sifat Koloni Warna Pinggir Elevasi Permukaan Warna Media Ukuran Koloni 1 opaq Coklat Tua rata datar licin hitam 2 – 3 mm Koloni 2 translucent kuning rata cembung licin kuning 1 mm Koloni 3 translucent Tidak berwarna rata cembung licin Kuning-oranye 2 mm Tabel 2. Hasil Uji Konfirmasi koloni Listeria yang diisolasi dari susu di Gowa Koloni Gula-gula - Glukosa - Laktosa - Mannitol - Sukrosa Gas MRVP Urea Citrat SIM Koloni 1 Koloni 2 Koloni 3 Bergeys Manual (L.monocytogenes) + + + + + + (motil) + +/+ + + + (motil) + + + + + + + (motil) + +/+/+/+ +/? + (motil) TSIA/ H2S +/- /- -/-/- +/-/- H2S - Tabel 3. Total count bakteri dari sampel susu di Sulawesi Selatan Wilayah Rata-rata Total Plate Count Lebih dari 104 7.105 x 104 6.69 x 103 Gowa Sinjai Enrekang Tabel 4. Morfologi Koloni sampel susu pada media LSA dari Kabupaten Sinjai Koloni 1 2 3 Warna/sifat Putih/opaq kuning/opaq Kuning/translucent Pinggir rata bergerigi bergerigi elevasi cembung cembung cembung 4 Transparat (ada inti di tengah) bergerigi cembung Permukaan/media Licin/hitam Licin/kuning Licin berlendir/hitam berpasir/putih ukuran 1 mm 2 mm 3 mm 4-5 mm Tabel 5. Hasil Uji Konfirmasi koloni Listeria monocytogenes yang diisolasi dari susu di Gunung Perak Kabupaten Sinjai Koloni Gula-gula - Glukosa - Laktosa - Mannosa - Sukrosa Gas MRVP Urea Citrat SIM TSIA (S/B/Gas) H2O2 3% KOH 3% Gram Bentuk bakteri Koloni 1 Koloni 2 Koloni 3 Koloni 4 Bergeys Manual - + + + + - + - + +/- + - (motil) + + - (motil) + - (motil) + - (motil) +/-/+ cocoid -/-/+ cocoid +/-/+ batang +/-/+ batang + (motil) + batang Tabel 6. Morfologi Koloni sampel susu pada media LSA dari Kabupaten Enrekang Koloni 1 2 3 Warna/sifat transparan putih/opaq Kuning/translucent Pinggir rata bergerigi rata elevasi cembung cembung cembung 4 5 6 Putih/translucent Hitam/translucent Putih/transparat bergerigi rata bergerigi cembung cembung cembung Permukaan/media Licin/kuning Licin/hitam Licin berlendir/hitam Licin/hitam Licin/hitam Licin/hitam 7 8 Kuning/transparant Kuning kehitaman/translucent Transparat (ada inti di tengah) bergerigi bergerigi cembung cembung Licin/kuning Licin/kuning hitam 1-2 mm 1-3 mm 1- 2 mm 3 mm 5 mm bergerigi cembung berpasir/putih 4-5 mm 9 ukuran 1-3 mm 1 mm 1-2 mm Tabel 7. Hasil Uji Konfirmasi koloni Listeria yang diisolasi dari susu di Kabupaten Enrekang Koloni Koloni 1 Koloni 2 Koloni 3 + + +/+ + + Gas MRVP Urea Citrat SIM + + (motil) TSIA +/+(H2 S) + cocoid + + (motil) H2S +/+ + + (motil) H2S +/+ + cocoid + Batang Gula-gula - Glukosa - Laktosa - Mannosa - Sukrosa H2O2 3% KOH 3% Gram Bentuk bakteri Koloni Koloni Koloni 4 5 6 + + + - +/- + + + + + + (motil) (motil) (motil) -/+ (H2S) + batang +/+ +/+ Koloni 7 + + + (motil) -/+ Gambar 1. Beberapa Karakteristik Koloni dalam Media LSA Β-hemolisis Gambar 2. Uji Hemolisis dari koloni terisolasi